hai salam kenal semuanya.. mau curhat plus diskusi nih
Ini tentang keluargaku, mama ku terutama. Aku terlahir di keluarga buddhis keturunan,mungkin lebih tepatnya kong hu chu kali ya?mama ku biasa sembahayang di kelenteng gitu. Sedangkan aku, dari sekolah aku mendapatkan pelajaran agama Buddha,minggu juga aku sering ke vihara,walau ga tiap minggu . Tapi intinya aku itu penganut buddhism theravada .
Dalam kehidupan sehari2,sering terjadi perbedaan pandangan antara aku dan mama ku. Misalnya, mama aku percaya banget dengan ramalan,dia suka ajak aku untuk lihat ramalan nasib ke orang pinter, biasa jika diajak begitu aku pasti menolak. Karena aku pernah denger dari seorang bhante jika umat buddha jangan percaya dengan ramalan, dsb, tapi percayalah dengan hukum kamma. Tapi karena mamaku memaksa terus, maka untuk menghormati nya aku akhirnya pergi juga. Setelah itu mama ku akan memberikan aku jimat2 dari orang pinter tersebut umtuk disimpan.
Contoh lain, mama ku dirumah sering sembahyang Tuhan atau Thian Ah Kung.. dan mama ku juga menyuruh aku ikut sembahyang juga. Beliau meminta ku untuk berdoa dan meminta perlindungan pada Tuhan,mohon jodoh,rejeki,dll. Sedangkan dalam agama Buddha yang aku pelajari (maaf jika salah), Buddhis tidak mengenal adanya Tuhan dalam bentuk pribadi. Dan umat Buddha juga sebaiknya jangan meminta-minta kepada Tuhan dalam doanya. Aku sendiri lebih percaya pada hukum kamma dibanding sembahyang begitu, Jika ingin mendapatkan kebahagiaan dan diberkati, maka harus melakukan kamma baik, dan sebaliknya.
Tapi demi menghargai dan menghormati mama ku, maka aku mengikuti semua yang beliau suruh dan semua pandangan serta kepercayaan beliau, walau tidak dengan sepenuh hati. Aku inginnya aku dan keluarga ku bisa menjalankan kepercayaan kita masing2 tanpa paksaan. Aku tidak menganggap kepercayaan mamaku atau orang lain itu salah, tapi aku hanya ingin menjalani apa yang aku percaya saja .
Menurut teman2 bagaimana?apakah aku berdosa telah setengah hati ketika disuruh sembahyang?aku sering mengalami dilema dan bingung mana yang harus aku lakukan dan percayai.
Terimakasih atas masukannya
ramal-meramal itu ada... seperti halnya ramalan buddha terhadap orang lain yang di dapat dengan perenungan. tetapi mencari yang "benar benar bisa meramal", itu menjadi persoalan lain...
Mengenai peramalan, menurut buddha, profesi / pekerjaan ramal-meramal itu memang tidak dianjurkan. Bukan persoalan meramal-nya.
Masalah Thian... dalam konteks kepercayaan kong hu cu / Tridharma , thian itu adalah Yi Huang Ta Ti... kalau di dalam ajaran Buddha, Yi Huang Ta Ti dapat di-personifikasi sebagai Dewa Sakka (raja para dewa) - raja di surga Tavatimsa. Jadi kalau membawa konsep Dewa Sakka, tentunya dikenal di dalam ajaran Buddha (Theravada) karena memang sosok Dewa Sakka itu ada menurut referensi Pali Kanon (kitab yang dipakai oleh Theravada).
Mengenai jimat-jimat, perlindungan dan apapun itu. Di dalam ajaran Buddha juga dikenal beberapa perlindungan seperti Paritta Atanatiya yang terdapat di dalam Atanatiya Sutta (Digha Nikaya 32) yang berisi JANJI PERLINDUNGAN KEPADA UMAT BUDDHA oleh 4 RAJA LANGIT (CATUMAHARAJIKA), Paritta Ratana Sutta ataupun paritta Karaniya Metta Sutta.
Pertanyaan selanjutnya adalah : seberapa jauh manfaat / efektivitas dari paritta itu ?
Menurut Milinda Panha, Bab 9 bagian ke-14
-----
14. Perlindungan dari Kematian
“Dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Tidak di langit, tidak di tengah samudera, tidak di celah gunung yang paling terpencil, tidak di seluruh dunia yang luas ini dapat ditemukan tempat di mana orang dapat lolos dari jerat kematian.”10 Tetapi sebaliknya, syair perlindungan (Paritta) diberikan oleh Sang Buddha untuk melindungi mereka yang berada di dalam bahaya. Jika tidak ada jalan untuk menghindari kematian maka upacara Paritta itu tidak ada gunanya.”
“Syair-syair Paritta, O baginda, dimaksudkan bagi mereka yang masih mempunyai sisa porsi kehidupan. Tidak ada upacara maupun sarana buatan yang dapat memperpanjang kehidupan seseorang yang jangka waktu kehidupannya telah habis.”
“Tetapi, Nagasena, jika orang yang faktor-faktor kehidupannya masih ada akan tetap hidup, dan orang yang tidak rnemiliki faktor-faktor itu tadi akan mati, maka baik obat maupun Paritta sama-sama tidak ada gunanya.”
“Apakah baginda telah pernah melihat atau mendengar kasus suatu penyakit yang dapat disembuhkan oleh obat?”
“Ya, ratusan kali.”
“Kalau demikian, pernyataan baginda tentang tidak-mujarabnya Paritta dan obat pastilah salah.”
“Yang Mulia Nagasena, apakah Paritta merupakan perlindungan bagi setiap orang?”
“Hanya bagi beberapa, bukan bagi setiap orang. Ada tiga alasan di mana Paritta tidak bekerja:
1. Halangan karena karma masa lalu;
2. Halangan karena kekotoran batin masa kini, dan
3. Halangan karena kurangnya keyakinan.
Paritta yang merupakan perlindungan bagi para makhluk akan kehilangan kekuatannya karena cacat mereka sendiri.”
---
Demikian sharing saya, semoga bisa bermanfaat.