Vinaya Mahayana sebenarnya juga ada, itu Sutra dibuat ada harus membuat manusia takut akan karma yang setelah kehidupan meninggal, Tak hanya budhism, agama lain juga ada bro upasaka, memang kadang harus membuat suatu peraturan atau hukum bahwa kehidupan setelah kematian pun ada hukuman, sehingga si pelaku takut akan perbuatanya sendiri, tujuannya kearah moralitas sebenarnya, hingga dia kalo berbuat seperti itu berpikir 2-3 kali dulu impactnya.
Kalo diliat story aslinya Devata tuh pernah menghina ajaran sang Buddha bro Upasaka, contohnya dia pernah mengatakan ke muridnya " pengetauannya jauh lebih hebat dari sang Buddha".
Pengetahuan saya akan Aliran Mahayana masih minim. Bisakah Bro Purnama menyertakan referensi vinaya di Mahayana, di mana dinyatakan untuk tidak boleh menghina Ajaran?
Setahu saya, selama ini Sang Buddha tidak pernah menakut-nakuti ataupun mengancam. Beliau selalu mengajarkan suatu hal dari sudut pandang orang yang diajar. Sang Buddha selalu menanamkan pemahaman dan pengertian benar kepada murid-Nya. Sehingga, semua murid-Nya yang bijak akan selalu bisa mengendalikan perbuatan. Bukan karena takut akan ancaman, tapi cenderung pada pengertian benar: "apakah hal ini bermanfaat atau tidak".
Devadatta memang tidak menghormati Sang Buddha. Tapi tindakannya yang memecah-belah Sangha dan melukai Sang Buddha itu yang berimbas pada tumimbal lahir ke Neraka Avici.
Kalau cuma menghina Ajaran Sang Buddha, saya pikir hampir di setiap rumah di Jakarta ini ada yang melakukannya. Terus, pada waktu Sang Buddha kembali ke Kapilavathhu, banyak orang Sakya yang menghina Beliau. Selama masa pembabaran Dhamma, juga banyak yang menghina Sang Buddha dengan sebutan "petapa gundul". Apa semuanya itu masuk Neraka Avici?
Jadi kembali ke poin awal... Apakah isi Sutra ini memang benar? Atau hanya sekadar ancaman agar tidak ada yang berani menghina Ajaran?
Jawaban no 1. Vinaya tersebut ditunjukan untuk sangha sebenarnya tujuanya untuk tidak mengajarkan Dhama melenceng
2.Vinaya itu belum cukup Bro upasaka untuk mengatur kontrol sosial umat maupun sangha ada suatu bentuk peraturan yang dapat membuat diri kita berfikir lebih panjang, tak hanya Mahayana tapi juga Teravada. Contoh mudah buat apa buat menerangkan neraka avici, kepada umat, dan jenis jenis lapisan neraka Avici, tujuannya satu, Menjelaskan bahwa ada hukuman bagi orang orang yang melakukan pelanggran bila di dunia tidak dapat dihukum maka di akhirat kematian ada hukuman, ini tujuannya agar supaya tidak melanggar hukum.
3. Setahu saya, selama ini Sang Buddha tidak pernah menakut-nakuti ataupun mengancam. Beliau selalu mengajarkan suatu hal dari sudut pandang orang yang diajar. Sang Buddha selalu menanamkan pemahaman dan pengertian benar kepada murid-Nya. Sehingga, semua murid-Nya yang bijak akan selalu bisa mengendalikan perbuatan. Bukan karena takut akan ancaman, tapi cenderung pada pengertian benar: "apakah hal ini bermanfaat atau tidak".
===> point ini betul saya setuju, bukan menakuti sutra ini ngak ada tujuan menakuti tapi mengingatkan bahwa hukum kamma itu selalu ada.
4. Devadatta memang tidak menghormati Sang Buddha. Tapi tindakannya yang memecah-belah Sangha dan melukai Sang Buddha itu yang berimbas pada tumimbal lahir ke Neraka Avici. ==> nah ini jawaban anda untuk pertanyaan "Jadi kembali ke poin awal... Apakah isi Sutra ini memang benar? Atau hanya sekadar ancaman agar tidak ada yang berani menghina Ajaran?".
Ujung - ujungnya apa sama dengan isi dalam sutra ini bukan point yang sama yaitu adanya neraka avici dan hukum kamma bagi siapa yang melakukan pelangaran.
Kalau cuma menghina Ajaran Sang Buddha, saya pikir hampir di setiap rumah di Jakarta ini ada yang melakukannya. Terus, pada waktu Sang Buddha kembali ke Kapilavathhu, banyak orang Sakya yang menghina Beliau. Selama masa pembabaran Dhamma, juga banyak yang menghina Sang Buddha dengan sebutan "petapa gundul". Apa semuanya itu masuk Neraka Avici?
===> Dimaksud menghina bukan seperti menghina " Bhante gundul" juga bisa masuk neraka, ngak juga, belum tentu, tapi dimaksud menghina seperti contoh Ngak usah jauh jauh ada sanggha menjual Surga sokhavati dan surga lain lainnya dengan mengatakan bahwa dengan uang anda bisa masuk surga yang anda mau tuju, seperti itu menghina dimaksud itu membawa nama dhama demi kepentingan sendiri itu termasuk penghinaan.