kita sebagai umat Buddha tentu kita percaya kepada kata-kata Sang Buddha.
makanya kita bisa menjadi umat BUddha sekarang. tapi teman-teman...
andaikan....
Buddha berkata, Akulah yg menciptakan alam semesta beserta isinya, apakah kita percaya ?
andaikan... Buddha berkata, Aku adalah Tuhan, apakah kita percaya ?
andaikan... Buddha berkata, Aku adalah tanpa awal dan tanpa akhir, apakah kita percaya...?
atau....tidak ada kebahagiaan yg kamu dapat jika tidak belajar ajaranKU, apakah kita juga percaya ?.
saya yakin umat Buddha akan percaya sepenuhnya dan bahkan murid Sang Buddha jaman Buddha masih ada pun tidak berani menyangkalnya, tapi....itu bukan keinginan Buddha untuk membohongi manusia.
sebagai umat Buddha kita bebas bertanya ttg apapun konsepnya ajaran Sang Buddha...
tidak terpakau pada tex kitab suci doang.
simaklah dharma ini....mereka sebut nama Buddha dengan beraneka ragam nama...
Terlebih lagi, sutra yang sama juga menanggap Buddha menungkapkan bahwa dia adalah Seorang Yang Tidak Dikenal, yang sebenarnyanya diungkapkan ketika semua manusia memproyeksikan konsep dari keTuhanan kemudian bercakap-cakap dengan "Tuhan" oleh pemikiran mereka yg belum terbangun . Buddha berkata bahwa, begitu banyak nama untuk Keberadaan yang paling hebat atau Kebenaran pd kenyataannya merupakan aksi penamaan dirinya yang membodohi orang. Dia menyatakan:
Kasus yang sama boleh dinyatakan kepada aku ketika aku hadir dalam dunia kesabaran di hadapan organg-orang yang bodoh dan dimana aku dikenal dengan sejuta nama-nama yang tak terhitung.
Mereka memanggil aku dengan nama-nama yang berbeda tidak menyadari itu semua merupakan nama-nama dari satu Tathagatagarbha.
Beberapa mengenal saya sebagai Matahari, sebagai Bulan; beberapa sebagai hasil renkarnasi dari orang-orang bijak; beberapa sebagai "10 kekuatan"; beberapa sebagai Rama, beberapa sebagai Indra, dan beberapa sebagai Varuna. ada pula yang memanggil saya sebagai Yang Tak Terlahirkan, sebagai Kehampaan, sebagai "Apa adanya", sebagai Kebenaran, sebagai Kenyataan, sebagai Prinsip Terakhir; masih ada juga yang memanggil saya sebagai Dharmakaya, sebagai Nirwana, sebagai Yang Abadi; beberapa ada yg menyebutkan saya sebgai kesatuan, sebagai Yang tidak ada duanya, sebagai yang tidak akan mati, sebagai Yang tak berbentuk; beberapa menganggap saya sebagai doktrin atau penyebab Buddha, atau sebagai emansipasi, atau sebagai Jalan Kemuliaan; beberapa juga menganggap saya sebagai pemikiran yang mulia dan kebijaksanaan yang mulia.
Demikian dalam dunia ini dan dalam dunia lain, aku dikenal dengan nama-nama yang tak terhitung jumlahnya, tapi mereka melihat aku seperti bayangan bulan di air. Walaupun mereka menghormati, memuji dan menyembah aku, mereka tidak mengerti sepenuhnya arti dan akibat dari kata-kata yang mereka ucapkan; tanpa mngerti kenyataan diri dari Kebenaran, mereka bergantung kepada kata-kata dari buku peraturan mereka, atau dari apa yang mereka dengar, atau apa dari yang mereka bayangkan, dan gagal untuk mengetahui bahwa nama yang mereka pakai tidak lain adalah satu nama dari sekian banyak nama Tathagatagarbha.
Dari penelitian mereka, mereka mengikuti kata-kata hampa dari teks dengan sia-sia tanpa mengerti arti sebenarnya, bukannya berusaha untuk memiliki kepercayaan dalam "teks", dimana kenyataan yang mengkonfirmasikan diri sendiri mengungkapkan dirinya yaitu memiliki kepercayaan diri dalam perwujudan kebijaksanaan yg mulia.
Dalam sutra bagian "Sagathakam" (yang berisi peryataan yang berkebalikan dengan bab-bab sebelumnya), juga menyebutkan kenyataan dari diri yang murni (atman), yang disamakan dengan Tathagatagarbha (Intisari-Buddha):
"Atma [Diri] dikarakterisasikan dengan kemurnian adalah keadaan dari perwujudan diri sendiri; ini adalah Tathagatagarbha, yang tidak dapat diteorikan."
Tathagatagarbha terletak di dalam Sutra Lankavatara yang dikenal sebagai akar dari Kesadaran Penuh semua makhluk hidup, yaitu Alaya-vijnana.Tathagatagarbha-Alayavijnana ini dinyatakan tidak dapat dispekulasikan, tetapi dapat dimngerti secara lansung dengan
" Bodhisatva-Mahasattvas [great Bodhisattvas] yang seperti engkau [Mahamati] diberkati dengan pdaya pemikiran yang menembus logika, halus, baik, dan yang pengertiannya sesuai menurut arti sebenarnya..."
Matrix Buddha yang mengandung segala (Tathagatagarbha] atau basis dari kesadaran universal (Alayavijnana) memiliki hubungan dengan konsep kemuliaan yang menaruh Alayavijnana sebagai kenyataan di belakang dan dalam semua makhluk hidup. "Diri" ini terletak di dalam naskah Buddha Mahayana dan tantra-tanta yang disamakan dengan asal, unsur dasar dari Buddha kosmik yang mengandung segalanya(dianggap sebagai Samantabhadra atau Mahavairochana). "Tuhan" dalam konteks tersebutbs kemudian dimngerti sebagai makhluk mental spiritual yang pandai dan abadi dalam seluruh alam semesta yang terlihat dan yang tak terlihat.
----------------------------------------------------------------------------
Note : di dunia ini dan didunia lain , renungkan !!!
-----------------------------------------------------------------------------
...Lagi, Sandaka, disini beberapa guru bergantung pada kabar
angin, mengambil kabar angin sebagai kebenaran, ia mengajarkan
doktrinnya (bergantung pada) kitab dan adat/tradisi legendaris. Tetapi
bilamana, Sandaka, seorang guru bergantung pada kabar angin, mengambil
kabar angin sebagai kebenaran, hal ini telah didengarnya dengan baik
dan hal itu telah didengarnya dengan buruk, hal ini akan menjadi
demikian dan hal itu akan menjadi sebaliknya.
Dalam hal ini seorang yang bijak akan mempertimbangkan: 'Guru
yang baik ini bergantung pada kabar angin, mengambil kabar angin
sebagai kebenaran, ia mengajarkan doktrinnya (bergantung pada) kitab
dan tradisi legendaris. Tetapi bilamana seorang guru bergantung
pada kabar angin, mengambil kabar angin sebagai kebenaran, ini ia akan
sudah mendengar baik dan itu ia akan sudah dengar dengan buruk, ini
akan menjadi demikian dan itu akan menjadi sebaliknya.'
Jadi ketika ia menemukan bahwa jenis kehidupan religius
demikian tidak memuaskan, ia menjadi kecewa dan meninggalkannya.
Hal ini, Sandaka, adalah kehidupan religius yang tidak
memuaskan yang kedua yang dinyatakan oleh Tathagata, yang Arahat, yang
mencapai Penerangan Sempurna, dalam hal ini seorang yang bijak tentulah
tidak akan menjalani kehidupan religius itu, atau bilamana
menjalaninya, akan kehilangan ajaran-jalan yang benar (true path-teaching)
yang adalah menguntungkan/bermanfaat.
<Majjhima Nikaya No. 76:Sandaka Sutta)>
KEPERCAYAAN KETUHANAN DAN FATALISME
Ada terdapatlah para pertapa dan Brahmana yang mempertahankan
dan mempercayai bahwa apapun yang seorang alami, apakah itu
menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral, semuanya itu disebabkan oleh
tindakan penciptaan dari Tuhan. Aku pergi pada mereka dan menanyai
mereka (apakah mereka memegang pandangan yang demikian), dan ketika
mereka membenarkannya, Aku berkata:"Jikalau hal itu demikian adanya, tuan-tuan yang terhormat, lantas orang-orang yang melakukan
pembunuhan, pencurian dan benih-benih kejahatan disebabkan oleh
tindakan penciptaan dari Tuhan; mereka gemar berdusta,
memfitnah, berkata kasar dan bermalasan disebabkan oleh tindakan
penciptaan Tuhan; mereka bersifat tamak/iri hati, penuh kebencian dan
memegang pandangan salah karena tindakan penciptaan Tuhan."
Mereka yang bersandar atas tindakan penciptaan Tuhan sebagai
faktor penentu, akan kurang mempunyai dorongan hati dan usaha untuk
melakukan hal ini dan tidak melakukan hal yang lain itu. Sebab bagi
mereka, dalam kebenaran dan fakta, (suatu keperluan untuk) tindakan
atau tidak bertindak tidak menghasilkan, panggilan "pertapa" tidaklah
cocok pada mereka yang hidup tanpa penuh perhatian/kesadaran dan kontrol
diri.
<Anguttara Nikaya, Tika-nipata, No. 62)
Jikalau Tuhan adalah penyebab dari semua yang terjadi, apalah
gunanya usaha keras/pengorbanan manusia?
<Asvaghosa, Buddha-carita 9, 53>
TANGGUNG JAWAB TUHAN
Jikalau ada suatu Raja yang adikuasa untuk memenuhi dalam
setiap makhluk berkah atau celaan, dan tindakan baik atau buruk,
Raja itu ternoda dengan dosa. Manusia bekerja melaksanakan keinginannya.
<Maha-Bodhi Jataka (No. 528); Jataka Stories, vol. V, p. 122)>
Ia ( tuhan ) yang memiliki mata bisa melihat pemandangan yang
memuakkan/menjijikkan itu;
Mengapakah Brahma ( Tuhan ) tidak dapat mengatur dengan benar makhluk
ciptaannya?
Jikalau kekuatan luasnya tak terbatas,
Mengapakah tangannya begitu jarang terbentang untuk memberkati?
Mengapakah semua ciptaannya dikutuk pada kesakitan?
Mengapakah ia tidak memberi pada semuanya kebahagiaan?
Mengapakah penipuan, kebohongan, dan kegelapan batin
merajalela?
Mengapakah dusta mengalami kemenangan, kebenaran dan keadilan
gagal?
Aku mempertimbangkanmu Brahma ( tuhan ) sebagai satu di antara yang tidak
adil, Yang membuat sebuah dunia yang dalam mana tidak tepat untuk
dihuni.
<Bhuridatta Jataka (No. 543);Jataka Stories, Vol. VI, p. 110)>
jika tuhan itu maha sabar kenapa harus ada hukuman ?
jika tuhan itu maha pengasih kenapa dia biarkan manusia terjebak dalam penderitaan ?
jika tuhan itu esa, kenapa begitu banyak konsep tuhan ?
dia tahu akan terjadi tsunami tapi dia hanya melihanya saja
andaikan dia punya kekuatan, kenapa dia tidak mencegahnya
dia menciptakan manusia untuk melakukan peperangan
yg menyebabkan manusia lain saling membunuh, membantai dan memusnahkan
renungkanlah apakah benar
?
Sang Buddha tidak mau memperpanjang asal usul kata Tuhan dan tata kosmik dunia ini, kenapa ? karena hanya akan menyebabkan argumen yg tidak ada habisnya
karena akal manusia blm bisa memenuhi pengetahuan seperti itu
dan juga itu tidak akan membuat kita bahagia dan terlebih-lebih masuk ke nirvana,
makanya ajaran dharma yg terpenting
jika kita ketemu doker kita hanya memandang resep obat tersebut, kita tidak akan sembuh..malahan penyakit itu akan menjalar...
Dharma untuk dipraktekan dan Buddha hanya penunjuk jalan....
salam metta.....
semoga semua makhluk berbahagia dimanapun mereka berada tanpa kecuali
semoga pikiran ini memancarkan cinta kasih yg kesegala arah...
hingga membuat makhluk apapun disekeliling kita berbahagia