Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: Aloka Mahita on 22 January 2008, 05:21:03 PM
-
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
-
kalo menurut saya dengan samatha bhavana kita hanya melatih konsentrasi, tetapi tetap tidak bisa melihat corak dari kehidupan (anicca, dukkha, anatta). Kalo kita tidak bisa menembus corak kehidupan ini, bagaimana bisa mencapai nibbana?.
Katanya wkt mencapai jhana bathin kita sangat tenang...mgkn kondisi tenang ini diartikan telah mencapai nibbana dpt diartikan sebagai salah pandang..
regards,
William
-
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
Vipassana, dalam bahasa sanskrit: Vipasyana. Pada masa dinasti Sui (sekitar abad ke 6 M), Di Tiongkok, bhiksu Zhiyi pernah menulis sebuah buku mengulas tentang Samatha Vipasyana, beliau mendalami berdasarkan Sutra Mahayana.
Di negeri Buddhis Theravada, ada ajaran Vipassana.
Di negeri Tiongkok yang konon disebut basisnya Mahayana juga mengajarkan Vipasyana.
Jadi, sudah jelas Vipassana/Vipasyana merupakan ajaran dari Buddha.
Silahkan lihat Amitayur-dhyana Sutra dan Maha Paripurna Sutra. Semua ini merupakan ajaran Vipasyana dari Hyang Buddha.
Jadi, berdasarkan sudut pandang Mahayana pun ada ulasan tentang Vipasyana, apalagi dari tradisi Theravada yang sangat mahir dalam teknik ini, semua ini merupakan warisan dari Hyang Buddha Gotama. _/\_
-
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Memang, sesuai dengan tiga corak utama, ajaran Sang Buddha akan mengalami kemunduran. Sang Buddha sendiri mengatakan bahwa Sasana ada umurnya, yaitu 5000 tahun.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Tehnik tersebut dinamakan cermin Dhamma, dimuat dalam Maha Parinibanna Sutta. Tetapi bukan tidak ada dalam Sutta dan Vinaya bukan selalu tidak benar (Abhidhamma?). Dalam tradisi Theravada Mahavihara (Theravada pada umumnya) Suttanumola (Referensi Sutta) dianggap benar apabila diuji dengan cermin Dhamma, sedangkan Kitab-Kitab Komentar (Atakatha) dianggap benar selama tidak menyimpang dari Sutta, Vinaya dan Suttanumola. Sedangkan perkataan-perkataan seorang guru, buku-buku yang muncul belakangan tidak dikatakan benar atau salah, tetapi diuji dengan Sutta, Vinaya, Suttanumola dan Atakatha.
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Memang tidak ada istilah Vipassana dalam Sutta dan Vinaya, istilah ini muncul berabad-abad yang lalu dalam buku Visuddhimagga karangan Bhadantacariya Buddhagosa (yang secara tradisi dianggap sebagai seorang Arahat). Tetapi istilah Vipassana ini walaupun tidak ada dalam Sutta dan Tipitaka, bukan berarti tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena mengacu kepada ajaran-ajaran Sang Buddha dalam Sutta dan Vinaya.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Sang Buddha memang tidak menggunakan istilah Vipassana, tetapi Vipassana (istilah yang diciptakan belakangan) mengacu kepada ajaran-ajaran Sang Buddha untuk mencapai pencerahan.
Memang ada guru-guru yang mengatakan tidak perlu mencapai jhana untuk mencapai Nibanna (ada dua pendapat, ada yang bilang harus jhana, ada yang bilang tidak harus), akan tetapi mereka menekankan pada Sati (mindfulness), yang sesuai dengan ajaran Sang Buddha, bahwa satu-satunya jalan menuju Nibanna adalah Sati.
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Itu jaman dahulu, dari pembagiannya memang orang yang bertemu dengan Buddha ada yang dapat mencapai tingkat kesucian hanya dengan mendengarkan Dhamma yang sedikit. Akan tetapi perlu diingat, beliau-beliau tersebut bukan orang sembarangan, mereka mempunyai parami yang cukup, sering berlatih, dan lain-lain.
Ada juga yang bertemu dengan Sang Buddha, tapi harus dijelaskan Dhamma yang cukup panjang, dengan latihan yang cukup baru bisa mencapai tingkat kesucian. Ada yang walaupun bertemu dengan Sang Buddha, tidak bisa mencapai tingkat kesucian.
Sedangkan jaman sekarang, kalau ia bisa bertemu dengan Sasana dan mempunyai parami yang cukup, ia bisa mencapai tingkat kesucian paling cepat 7 hari, setelah belajar, dan latihan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Jhana tidak akan membawa kepada tingkat kesucian, contohnya guru-guru Boddhisattva Gotama, mereka mencapai Jhana, tetapi mereka tidak tercerahkan juga. Kalau dari sudut pandang Abhidhamma, ini karena obyek meditasi samatha adalah kebenaran yang masih konsep (Pannati Dhamma), sedangkan untuk mencapai tingkat-tingkat kesucian hanya bisa dilakukan dengan obyek meditasi kebenaran sejati (Paramatha Dhamma). Hal ini didukung oleh referensi-referensi, di mana semua orang yang mencapai tingkat kesucian menggunakan obyek kebenaran sejati, walaupun cuma sesaat.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Ada di Sutta mana nirodha samapatti (jhana 9) berarti telah arahat?
Alara Kalama dan Udakka Ramaputta sangat dekat dengan nirodha samapatti, sebelum mereka mencapai tingkat kesucian.
Nirodha samapatti adalah tingkat meditasi paling tinggi dalam tiga alam kehidupan (karma loka, rupa loka, dan arupa loka), yang telah diketahui bahkan sebelum Boddhisattva mencapai kesempurnaan.
-
Buset! pantes!!!!
aku selama ini selalu bingung...
kenape pada suruh latih Vipassana..padahal di sutta2 ada tulis kalo sang Buddha menyuruh kita melatih Samatha..mengsarankan kita untuk mencapai Jhana...
ternyata begitu toh..~~
_/\_
-
Bagus postnya Sdr. Karuna..
-
hmmm saya juga punya pandangan sedikit berbeda, *sedikit itu relatif ;D*, dari pandangan main stream :)
bhantenya bhante dhammavuddho yg dari malay bukan bro ?
nanti kita bahas perbagian saja di thread baru.
Terkadang kita terlalu take it for granted apa yg diajarkan dan dibaca tanpa cross cek juga ke berbagai referensi :)
ini contoh thread yg membahas topik yang mungkin back to basic dan melepas pandangan2x yang ada
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=157.0
-
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
setahu saya, di earlier teaching cuman dikenali istilah bhavana, samadhi dan sati saja...
vipassana mengajarkan teknik untuk melatih sati. tidak ada yg salah dengan vipassana...
yg saya kurang setuju, belakangan sering muncul persepsi bahwa yg menomorsatukan sati dan menomorduakan samadhi dengan kata2 seperti "satu2nya jalan", "satu2nya ajaran khas buddha", "praktik yg paling tinggi", dll. padahal buddha mengajarkan bhavana, sati dan samadhi bersama2 sebagai satu jalan yg berunsur delapan. sering ditemukan di sutta2 buddha memuji mindfulness dan pencapaian jhana (ada segudang referensi sutta untuk hal ini). tidak ada yg lebih tinggi, yg lebih rendah seperti yg dipropagandakan sekarang...
-
setahu saya, di earlier teaching cuman dikenali istilah bhavana, samadhi dan sati saja...
vipassana mengajarkan teknik untuk melatih sati. tidak ada yg salah dengan vipassana...
yg saya kurang setuju, belakangan sering muncul persepsi bahwa yg menomorsatukan sati dan menomorduakan samadhi dengan kata2 seperti "satu2nya jalan", "satu2nya ajaran khas buddha", "praktik yg paling tinggi", dll. padahal buddha mengajarkan bhavana, sati dan samadhi bersama2 sebagai satu jalan yg berunsur delapan. sering ditemukan di sutta2 buddha memuji mindfulness dan pencapaian jhana (ada segudang referensi sutta untuk hal ini). tidak ada yg lebih tinggi, yg lebih rendah seperti yg dipropagandakan sekarang...
saya juga kurang setuju kalau samadhi dinomorduakan
mungkin ini hanya perbedaan istilah
"This is the only way, O bhikkhus, for the purification of beings, for the overcoming of sorrow and lamentation, for the destruction of suffering and grief, for reaching the right path, for the attainment of Nibbana, namely, the Four Arousings of Mindfulness."
disebutkan satu jalan, tapi terdiri dari 4 dasar, disebut satu jalan tapi terdiri dari 8 ruas
Sang Buddha membabarkan sebagai satu-satunya jalan, yang dalam bahasa pali disebut ekayana, yang bisa diartikan sebagai berikut :
satu jalan yang tidak bercabang, jadi kita bisa mengikuti jalan ini dari awal sampai akhir
sebagai jalan yang dilalui sendiri, kita menjadi tercerahkan hanya karena diri sendiri
jalan yang dibabarkan oleh Sang Satu, berarti jalan yang dibabarkan oleh Sang Buddha
hanya membawa kepada satu tujuan, yaitu nibanna
satu-satunya jalan yang membawa kepada nibanna
Ingat Sang Buddha membabarkan jalan tengah? Ingat Sang Buddha membabarkan jalan mulia beruas delapan? Lihat di atas, Sang Buddha bilang satu-satunya jalan adalah mindfulness (Sati)
Sati yang dimaksud di sini adalah jalan, yang di dalamnya ada samma ditthi, samma sankappa, samma vaca, samma kammanta, samma ajiva, samma vayama, samma sati, samma samadhi
Jadi bagi yang bingung, sati yang di dalamnya ada sati, bhavana, samdhi, sila, panna, yang harus dijalankan bersama-sama
Samadhi tanpa sati tidak sempurna
Sati tanpa samadhi tidak sempurna
Yang diajarkan Sang Buddha adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan, seperti pencapaian jhana sendiri merupakan bagian dari jalan, tapi pencapaian jhana tanpa yang lain juga tidak sempurna
Yang saya maksud pada tulisan di atas adalah Sati sebagai satu kesatuan. Istilah Vipassana sebagai Sati adalah satu kesatuan jalan, bukan cuma mindfulness tanpa ada yang lain.
Pandangan relatif beda itu memang ada, contohnya Bhante Thanissaro sebagai seorang Bhante yang sangat terkenal, dianggap oleh Bhikkhu-Bhikkhu lain sebagai Bhikkhu yang agak "menyimpang". Walaupun begitu saya sangat menghormati beliau, karena beliau tidak pernah melanggar vinaya sedikitpun.
Bhante Thanissaro mencoba menjelaskan bahwa tradisi Theravada sekarang ini terlalu mengagung-agungkan teks teks komentar, sedangkan Tradisi Theravada Mahavihara pada umumnya menganggap teks teks komentar sebagai sesuatu yang benar kecuali bertentangan secara langsung dengan Sutta dan Vinaya. Tapi kedua-duanya punya kesamaan, yaitu tidak ada yang 100% benar, kecuali Sang Sammasambuddha sendiri, bahkan YM Sariputta sebagai Arahat yang kebijaksanaannya no 2 setelah Sang Buddha tidak luput dari kesalahan, bukan kesalahan karena avijja, tetapi semata-mata karena YM Sariputta tidak mengetahui, seperti kita tidak mengetahui isi suatu kotak sebelum dibuka.
Buset! pantes!!!!
aku selama ini selalu bingung...
kenape pada suruh latih Vipassana..padahal di sutta2 ada tulis kalo sang Buddha menyuruh kita melatih Samatha..mengsarankan kita untuk mencapai Jhana...
ternyata begitu toh..~~
_/\_
Karena samatha saja tanpa vipassana tidak akan terbebas
Karena vipassana saja tanpa samatha tidak akan terbebas
Vipassana dan samatha adalah satu paket
Vipassana yang diajarkan oleh Mahasi Sayadaw pun dilakukan setelah konsentrasinya bagus
Tapi yang biasa terjadi adalah orang yang tidak tahu langsung disuruh bergerak lambat, memperhatikan, padahal konsentrasinya belum bagus, atau ada yang menyalah artikan langsung disuruh memperhatikan tanpa konsentrasi
Pengalaman saya diajarkan dulu konsentrasi, setelah lumayan baik baru disuruh memperhatikan
Banyak hal di atas menurut pendapat saya banyak terjadi karena miskomunikasi ...
Bukan yang satu salah yang satu benar
-
Walaupun kata Vipasana tidak ada dalam sutta dan vinaya bukan berarti tidak ada dalam ajaran. Vipasana hanya utk menyederhanakan kata dalam latihan sati saja. Misal latihan A,b, c disederhanakan jadi latihan vipasana. Tapi kalau ada yg mengatakan ngak perlu latihan vipasana hanya melalui jhana bisa mencapai kesucian dengan terus terang sih saya ragu sama org yg ngomong ya walaupun seorang bhante.
Sebenarnya Samatha dan Vipasana itu saling melengkapi.
Sederhananya saling mendukung,ketika anda bervipasana dan memiliki sati tanpa jeda terus menerus ada satu titik dimana kita memerlukan istirahat sejenak dalam pikiran,nah pada titik ini bisa lsg masuk samatha bhavana (masuk jhana saja) utk beberapa saat, dan kembali lagi masuk vipasana. Jadi aneh kalo org memakai jhana 8 terus jhana 9 dibilang arahat, Sang Buddha saja setelah jhana 8 dia turun dulu ke jhana 1 baru masuk Vipasana.Dan Sebenarnya Jhana 8 bisa juga disebut jhana 9 karena beda di jhana 2 nya. Jadi orang biasa menyebut jhana 2 adalah tanpa vitaka dan vicara maka total jhana ada 8. Tapi ada yg mengatakan jhana 2 hanya vitaka saja yg tidak ada maka total jhana menjadi 9.Jadi lucu kalo dibilang jhana 9 itu mencapai arahat.
Oleh karena itu kita harus memiliki saddha yg kuat terhadap ajaran murni, dan gemar2 lah mencari kalyanimitta mumpuni.
_/\_ _/\_
-
Buset! pantes!!!!
aku selama ini selalu bingung...
kenape pada suruh latih Vipassana..padahal di sutta2 ada tulis kalo sang Buddha menyuruh kita melatih Samatha..mengsarankan kita untuk mencapai Jhana...
ternyata begitu toh..~~
_/\_
buset ?! :o elsol selama ini belajar ajaran buddhism kemana aja? hihihihihhih
-
Terima Kasih bro sekalian..
Terima kasih kpd bro Karuna yg menjelaskan dgn sangat baik...
Pandangan saya selama ini adalah seperti penjelasan bro Karuna tersebut, walaupun tidak sedalam pengetahuan bro Karuna, sehingga begitu ada pendapat lain, timbul keragu2an :p
Benar Bro Sumedho, Bhante yang dari malaysia itu... (tapi maaf, saya tidak ingat nama Bhate tersebut..)
_/\_
Muncul pertanyaan baru dalam pikiran saya...
Ada berbagai pandangan tentang metoda pencapaian tingkat kesucian, dan setiap orang dapat saja memiliki metodanya sendiri2..
Salah satu metodanya adalah 'tersirat' seperti yg telah dijelaskan oleh bro Karuna..
Pertanyaan saya adalah : Adakah dijelaskan dalam Tipitaka tentang metoda yg dianjurkan oleh Sang Buddha?
-
Hanya ada satu jalan yang dianjurkan Sang Buddha : jalan mulia beruas delapan. Mengenai pembahasan jalan mulia bisa didapatkan dari banyak sumber. Jangan bingung dengan metode, setiap guru bisa mengajarkan metode yang berbeda. Ada yang mengajarkan dengan metode meditasi dengan obyek pernafasan, kembang kempis perut, pikiran, dhamma, dll. Silahkan diperiksa, mana yang sesuai dengan jalan mulia beruas delapan, ataukah menyimpang dari jalan mulia beruas delapan.
Cuma biasanya guru-guru menekankan konsistensi: 1 metode dan dipraktekkan dengan ketekunan, bukan sebentar-sebentar ganti metode.
-
bro karuna murti...thanks atas penjelasannya...
sehingga banyak yg mendapatkan *pencerahan .. termasuk saya
^:)^
_/\_
-
Buset! pantes!!!!
aku selama ini selalu bingung...
kenape pada suruh latih Vipassana..padahal di sutta2 ada tulis kalo sang Buddha menyuruh kita melatih Samatha..mengsarankan kita untuk mencapai Jhana...
ternyata begitu toh..~~
_/\_
buset ?! :o elsol selama ini belajar ajaran buddhism kemana aja? hihihihihhih
haha..aku khan banyak teori dibandingkan praktek...^^
-
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
.
ini benarkah ? _/\_
meditasi vipassana apaan yah...gw meditasi sll pakai pernafasan jd ga begitu peduli ama yg lain...mohon pencerahannya ^:)^ ^:)^ ^:)^
-
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
.
ini benarkah ? _/\_
wah... ga tau jg karena saya belum mencapai tingkat kesucian apapun :P
tetapi dari pemahaman saya, kalimat itu keknya berlaku utk murid-murid Buddha yg mendengarkan dhamma langsung dari Buddha.
sebaliknya kita, dapat mencapainya dengan meditasi, tentu boleh juga tunggu Buddha berikutnya atau berikutnya, berikutnya... lagi...
itu pilihan masing2 :)
jadi kalimat lengkapnya seharusnya begini:
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai /
hanya dengan (hanya disini bukan artinya satu2nya, tetapi bisa diganti dg kata 'cukup') /
mendengarkan dan membaca ttg dhamma, /
dan bukan dengan meditasi Vipassana.
.
so menjelaskan other possibility pencapaian kesucian selain melalui meditasi.
meditasi vipassana apaan yah...gw meditasi sll pakai pernafasan jd ga begitu peduli ama yg lain...mohon pencerahannya ^:)^ ^:)^ ^:)^
kalau anapanasati (mindfullness breathing) termasuk dalam samatha, yg dikembangkan adalah konsentrasi. hasilnya adalah jhana (konsentrasi penuh) yg mengakibatkan ketenangan/tranquility.
kalau vipassana, meditasi yg dilakukan dgn explorasi, observasi, analisa. hasilnya adalah nanna (pengetahuan).
CMIIW
-
[/quote]
kalau vipassana, meditasi yg dilakukan dgn explorasi, observasi, analisa. hasilnya adalah nanna (pengetahuan).
CMIIW
[/quote]
ini berarti meditasi seperti ini bukan berpegang pada suatu objek . benar ga ?
-
tambahan aja, hanya dengan vipasana kilesa2(kekotoran batin) dapat di cabut sampai ke akar2nya secara tuntas melalui nanna2(pengetahuan langsung) yg didapat, sehingga mencapai tingkat arahat .
Meditasi vipasana adalah menyadari setiap fenomena yg muncul, yg secara garis besar ada 4 objek yg diamati secara berkesinambungan yaitu Kayanupasana(jasmani), dhammanupasana(bentuk2 ingatan), vedananupasana(perasaan) dan cittanupasana(pikiran)
Asbak bisa lihat beda samatha dan vipasana di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1304.0
salam metta
_/\_
-
kalau vipassana, meditasi yg dilakukan dgn explorasi, observasi, analisa. hasilnya adalah nanna (pengetahuan).
CMIIW
ini berarti meditasi seperti ini bukan berpegang pada suatu objek . benar ga ?
yg berpegang pada 1 objek adalah samatha :)
memang ada 2 pendapat tentang meditasi menuju pencerahan ini. jalan menuju pencerahan adalah meditasi vipassana. tetapi ada pendapat yg berlainan soal samatha, yaitu:
1. samatha adalah pre-condition utk vipassana
2. samatha sama sekali tidak diperlukan
& pandangan saya sendiri, samatha diperlukan.
karena dengan samatha, bathin menjadi tenang.
setelah tenang vipassana baru dapat dilakukan.
orang yg tidak tenang, misalnya sedang marah tidak dapat berpikir jernih.
-
Sebenarnya kalau di referensi-referensi seperti referensi Sutta, kitab-kitab komentar, dijabarkan bagaimana proses pikiran seseorang yang hanya mendengarkan Dhamma bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Selalu ada 4 landasan perhatian sempurna dalam proses pikiran para calon suciwan tersebut, walaupun hanya 1 siklus pikiran.
Dengan kata lain, mereka pun bermeditasi walaupun sangat-sangat singkat.
Dan semua Arahat, selalu melewati proses Sottapana, Sakadagami, Anagami, walaupun hanya sekejap, sehingga seakan-akan langsung jadi Arahat.
Jadi kurang tepat kalau dibilang mereka hanya mendengarkan Dhamma langsung jadi Arahat, ada proses meditasi, walaupun hanya satu proses pikiran. Tentunya mereka bisa demikian karena mereka adalah orang-orang yang telah mengumpulkan parami yang cukup, berkesempatan bertemu Sammasambuddha, punya kemampuan batin yang cukup.
Kalau dari contekan, orang yang bertemu Dhamma tapi tidak hidup di zaman Sang Buddha, tidak bisa hanya mendengarkan langsung mencapai tingkat kesucian. Ada dua jenis, yang bisa mencapai kesucian dalam kehidupan ini, dan yang tidak bisa karena paraminya belum cukup.
Yang bisa mencapai tingkat kesucian dalam kehidupan ini pun harus berlatih minimal 7 hari sampai 60 tahun.
-
yg berpegang pada 1 objek adalah samatha :)
memang ada 2 pendapat tentang meditasi menuju pencerahan ini. jalan menuju pencerahan adalah meditasi vipassana. tetapi ada pendapat yg berlainan soal samatha, yaitu:
1. samatha adalah pre-condition utk vipassana
2. samatha sama sekali tidak diperlukan
& pandangan saya sendiri, samatha diperlukan.
karena dengan samatha, bathin menjadi tenang.
setelah tenang vipassana baru dapat dilakukan.
orang yg tidak tenang, misalnya sedang marah tidak dapat berpikir jernih.
Dalam metode manapun selalu diperlukan meditasi samatha.
Yang tidak selalu diperlukan adalah jhana.
Metode Mahasi misalnya, walaupun tidak sampai jhana pertama,
mengatakan bahwa diperlukan konsentrasi walaupun sesaat.
Tanpa konsentrasi sesaat (upacara samadhi) tidak ada yang bisa mencapai tingkat kesucian.
-
Yang bisa mncapai tingkat kesucian dalam kehidupan ini pun harus berlatih minimal 7 hari sampai 60 tahun.
keknya ada di salah satu sutta yg mengatakan,
"bila seseorang sungguh2 'menginginkan' nibbana, dia dapat mencapainya dalam 7 hari..."
benar ga?
-
Saya pernah baca ttg ini cuma lupa disutta mana :P
Memang bisa sih, kalau tekad kuat dan disertai parami yg cukup.
Nothing imposible, bahkan satu hari pun bisa, ada murid Sang Buddha, begitu dengar Dhamma Sang Buddha langsung arahat hari itu juga dan tidak lama kemudian diseruduk kerbau dan meninggal. Dalam hal ini Sang Buddha mengatakan ia adalah yg mencapai arahat tercepat.(namanya lupa, mungkin ada yg tau)
_/\_
-
yg berpegang pada 1 objek adalah samatha :)
memang ada 2 pendapat tentang meditasi menuju pencerahan ini. jalan menuju pencerahan adalah meditasi vipassana. tetapi ada pendapat yg berlainan soal samatha, yaitu:
1. samatha adalah pre-condition utk vipassana
2. samatha sama sekali tidak diperlukan
& pandangan saya sendiri, samatha diperlukan.
karena dengan samatha, bathin menjadi tenang.
setelah tenang vipassana baru dapat dilakukan.
orang yg tidak tenang, misalnya sedang marah tidak dapat berpikir jernih.
Dalam metode manapun selalu diperlukan meditasi samatha.
Yang tidak selalu diperlukan adalah jhana.
Metode Mahasi misalnya, walaupun tidak sampai jhana pertama,
mengatakan bahwa diperlukan konsentrasi walaupun sesaat.
Tanpa konsentrasi sesaat (upacara samadhi) tidak ada yang bisa mencapai tingkat kesucian.
Bro konsentrasi sesaat sepertinya khanika samadhi bukan upacara samadhi deh. (CMIIW)
_/\_
-
saya gak tau apa bahasa Indonesianya, seingat saya minimal upacara samadhi
-
saya gak tau apa bahasa Indonesianya, seingat saya minimal upacara samadhi
Yg saya tau
Kalau upacara samadhi = konsentrasi akses
Khanika samadhi = Kosentrasi saat ke saat-->dibawah upacara samadhi.
Tetapi khanika samadhi bisa menjadi kuat apabila dilakukan utk vipasana-->yg biasa dipakai teknik Mahasi Sayadaw.
Memang ada juga masuk ke upacara samadhi terus masuk vipasana.
Ada juga yg masuk jhana pertama baru vipasana
memang banyak pendapat, tergantung sarana yg dipakai
_/\_
-
Memang untuk mencapai tingkat kesucian itu tidak diperlukan jhana. Akan tetapi kalau kita lihat lebih jauh lagi, Sotapanna dan sakadagami tidak membutuhkan jhana tetapi seorang anagami dan arahant harus memiliki jhana. ini terlepas dari seperti apa jhana yang dirujuk
-
ada referensi nya ga tentang jhana diperlukan buat mencapai anagami & arahat?
thanks
-
Berikut ini ada cuplikan dari Majjhima nikaya 64, Mahamalunkya Sutta, The greater discourse to Malunkluya.
-------------------------------
"And what, Ananda, is the path, the way to abandoning of the five loewr fetters? Here, with seclusion from objects of attachment, with the abandoning of unwholesome states, with the complete tranquillization of bodily inertia, quite secluded from sensual pleasures, secluded from unwholesome states, a bhikkhu enters upon and abides in the first jhana, which is accompanied by applied and sustained thought, with rapture and pleasure born of seclusion.
"Whatever exists therein of material form, feeling, perception, formations, and conciousness, he sees those states as impermanent, as suffering, as a disease, as a tumour, as a barb, as a calamity, as an affliction, as alien, as disintegrating, as void, as not self. He turns his mind away from those states and directs it towards the deathless element thus: 'This is the peaceful, this is the sublime, that is, the stilling of all formations, the relinquishing of all attachments, the destruction of craving, dispassion, cessation, Nibbana.' Standing upon that, he attains the destruction of the taints. ABut if he does not attain the destruction of hte taints, then because of that desire for the Dhamma, that delight in the Dhamma, with the destruction of the five lower fetters he becomes one due to appear spontaneously [in the Pure Abodes] and there attain final Nibbana without ever returning from that world. This is the path, the way to the abandoning of the five lower fetters.
--------------------------------
Pada cuplikan diatas, diajarkan cara untuk memutuskan 5 belenggu terendah (orambhÄgiya-samyojana) dari total 10 belenggu. Jika sudah mematahkan 5 belenggu maka disebut sebagai anagami.
Ada kalanya dalam usaha tersebut kita bisa menghapus kekotoran batin keseluruhan (arahant), jika tidak maka akan menjadi seorang anagami yang akan terlahir di alam sudhavasa.
Tentu diperlukan jhana jg untuk seorang arahant.
-
Memang untuk mencapai tingkat kesucian itu tidak diperlukan jhana. Akan tetapi kalau kita lihat lebih jauh lagi, Sotapanna dan sakadagami tidak membutuhkan jhana tetapi seorang anagami dan arahant harus memiliki jhana. ini terlepas dari seperti apa jhana yang dirujuk
Sumber :Meditasi Vipassana- Mahasi Sayadaw
terbitan Karaniya -ehipassiko Hal 107-108
" Seolah-olah dalam penyerapan": ini berarti kekuatan kosentrasi sesaat(khanika samadhi) adalah mirip dengan konsentrasi yg telah mencapai penyerapan bathin penuh(jhana). Namun, kesamaan kosentrasi sesaat dengan konsentrasi serapan penuh(jhana) yg sedemikian itu akan muncul(hanya) ketika latihan terpola dari pandangan cerah(Vipassana) mencapai puncaknya.
Tetapi tidaklah disebutkan di dalam Kitab Komentar bahwa istilah "pemurnian pikiran(Citta Visudhi)" hanya berlaku utk konsentrasi akses (upacara Samadhi) dan konsentrasi terserap penuh(Jhana)? Benar, tetapi kita harus memahami pernyataan ini dalam pengertian bahwa konsentrasi sesaat(Khanika Samadhi) termasuk dalam konsentrasi akses(Upacara Samadhi). Karena dalam Kitab Komentar untuk Satipatthana Sutta dikatakan: "Keduabelas latihan yg tersisa adalah subjek2 meditasi yg membawa hanya pada Konsentrasi Akses" Nah, dalam hal subjek2 yg berkaitan dengan bagian2 Satipatthana Sutta mengenai posisi2, pemahaman jernih, dan unsur2, konsentrasi seseorang yg mencurahkan dirinya untuk latihan2 ini pasti hanyalah konsentrasi sesaat(khanika samadhi). Tetapi karena konsentrasi sesaat dapat menekan rintangan2 seperti halnya konsentrasi akses, dan konsentrasi pencapaian Jalan Mulia(ini adalah konsentrasi terserap penuh/jhana yg diraih pada pencapaian Magga/Jalan dan Phala/Buahnya), Maka konsentrasi sesaat tersebut juga dikatakan "akses" (atau "lingkungan") dan juga objek2 meditasi yg menghasilkan konsentrasi sesaat disebut "objek-objek meditasi yg membawa pada konsentrasi akses"/ Dengan demikian harus dipahami bahwa konsentrasi sesaat(khanika samadhi), yg berkemampuan untuk menekan rintangan2, juga berhak atas nama "akses" dan "pemurnian pikiran(citta visudhi)". Jika tidak, pemurnian pikiran(citta Visudhi) tidak dapat muncul pada seseorang yg telah melakukan pandangan cerah murni(Vipassana) sebagai kendaraan nya dengan hanya menerapkan pandangan cerah(vipassana), tanpa menghasilkan akses atau konsentrasi terserap penuh.
Smoga bermanfaat
_/\_
-
kalau kita mau kembali pada rujukan sutta, bukan pada visuddhimagga atau commentary, sang buddha sepertinya tidak pernah menyinggung upacara samadhi (access) dan khanika samadhi (momentary). Ada 2 kemungkinan
1. Sang Buddha terlupa
2. Hal tersebut tidak penting.
ketika terjadi perbedaan ini, tentu perlu kita periksa mana yang mau kita jadikan dasar. Saya pribadi sih lebih suka kembali ke sutta.
-
^jadi yg mencapai arahat dg mendengar dhamma dari Buddha itu dalam state jhana?
-
kata kuncinya memiliki jhana, bukan saat mencapai didalam jhana sih.
Yang penting adalah pengalaman dalam jhana sehingga dia menyadari seperti apa pelepasan itu dan sehingga pemuasan indria tidak menarik lagi.
Seperti kita pernah naek mobil dengan sedang naik mobil. Kalau kita tidak pernah naek mobil kita tidak pernah tahu seperti apa naik mobil itu dan kita menganggap naik bajaj itu yang terbaik.
-
very well explaination....
sadhu... sadhu... sadhu...
_/\_
-
kalo menurut ajahn brahm, kata "this way" di Maha-satipatthana Sutta berikut:
"Let alone half a month. If anyone would develop these four frames of reference in this way for seven days, one of two fruits can be expected for him: either gnosis right here & now, or — if there be any remnant of clinging-sustenance — non-return."
menurutnya, "this way" di sana artinya dalam keadaan lima nivarana teredam setelah pencapaian jhana...
-
terjemahan bebasnya
Dalam 1/2 bulan, kalau ada 7 hari mengembangkan "4 frames of references", bisa mencapai arahant atau anagami kalau masih ada kemelekatan yang tersisa.
Mirip dengan maha-malunkluya sutta, hanya yang ini ada penjelasan sampai ke waktunya yah.
OOT, tentang ajahn brahms, sering baca pada bilang kalau definisi jhana ala beliau katanya mirip dengan definisi hi-levelnya si visuddhimagga. padahal aye baca keknya mirip sutta loh yang nga setinggi visuddhimagga standardnya.
-
makanya suhu baca buku barunya Ajahn Brahmavamso : Mindfulness, Bliss and Beyond: A Meditator's Handbook. http://books.google.co.id/books?id=CrTRvmN9wQUC&dq=mindfulness+bliss+and+beyond&pg=PP1&ots=NXwWgzkbJA&sig=PUecowuf34dU_LB7pnxovOjKLcY&hl=en&prev=http://www.google.co.id/search?q=mindfulness+bliss+and+beyond&ie=utf-8&oe=utf-8&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&sa=X&oi=print&ct=title&cad=one-book-with-thumbnail (http://books.google.co.id/books?id=CrTRvmN9wQUC&dq=mindfulness+bliss+and+beyond&pg=PP1&ots=NXwWgzkbJA&sig=PUecowuf34dU_LB7pnxovOjKLcY&hl=en&prev=http://www.google.co.id/search?q=mindfulness+bliss+and+beyond&ie=utf-8&oe=utf-8&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&sa=X&oi=print&ct=title&cad=one-book-with-thumbnail)
Sayang di pdf yang tersedia cuma beberapa bab. Tapi kalau mau baca lebih banyak bisa lihat di google books di link atas
-
thanks bro karuna.
memang sepertinya standardnya tinggi dan serupa dengan visuddhimagga tapi yah nga serupa juga :D
-
Boleh tanya??
Sebenarnya aJaran sejati itu apa??
APa ajaran murni/sejati sang Buddha itu sendiri??
Bagaimana tiba2 muncul adanya penambahan2 didalam tipitaka sendiri??
Mohon jawabannya Secara mendetail...
_/\_
-
Sebenarnya aJaran sejati itu apa??
ajaran yg membawa ke pencerahan/pembebasan/nibbana :)
APa ajaran murni/sejati sang Buddha itu sendiri??
kebenaran tentang dukkha,
kebenaran tentang sebabnya dukkha,
kebenaran tentang lenyapnya dukkha,
kebenaran tentang jalan melenyapkan dukkha.
Bagaimana tiba2 muncul adanya penambahan2 didalam tipitaka sendiri??
kenapa tidak?
-
Bagaimana tiba2 muncul adanya penambahan2 didalam tipitaka sendiri??
kenapa tidak?
Berati dalam segala hal tipitaka itu sendiri sudah mengalami perubahan(dgn adanya penambahan2 didlmnya)
Dgn begitu bagaimana kalimat kedua namakara gattha,"Svakhato bhagavato dhammo dhammang namassami???(Dhamma tlh sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava,....)
Apakah tdk melenceng sendiri dr ajarannya??
Seharusnya kan mempertahankan keaslian tsb???
Dan bagaimana perubahan2 itu bisa terjadi(mksdnya pertambahan)??Apakah melalui sidang sangha???Sistemnya gimana??Kok gk pernah dengar???(Mungkin gw yg tdk aktif dlm forum2 maupun perbincangan agama)Mohon penjelasannya..
_/\_
-
Berati dalam segala hal tipitaka itu sendiri sudah mengalami perubahan(dgn adanya penambahan2 didlmnya)
Dgn begitu bagaimana kalimat kedua namakara gattha,"Svakhato bhagavato dhammo dhammang namassami???(Dhamma tlh sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava,....)
dhamma dan tipitaka adalah 2 hal yg berbeda yah...
dhamma = kebenaran/kenyataan
dhamma yg dibabarkan Sang Buddha = kebenaran yg membawa ke pencerahan/pembebasan/nibbana
tipitaka = salinan dhamma, yg baru disusun setelah Budhha parinibbana
Apakah tdk melenceng sendiri dr ajarannya??
Seharusnya kan mempertahankan keaslian tsb???
soal 'apakah content Tipitaka 100% asli murni adalah sabda Sang Buddha?'
jawabannya adalah jelas tidak. ada beberapa kisah bukan kisah Sang Buddha, tetapi memuat kebenaran yg berguna utk pencerahan...
tetapi sejauh yg saya tahu, tidak ada pertentangan signifikan dalam Tipitaka mengenai pembahasan dhamma dari Sang Buddha.
Dan bagaimana perubahan2 itu bisa terjadi(mksdnya pertambahan)??Apakah melalui sidang sangha???Sistemnya gimana??Kok gk pernah dengar???(Mungkin gw yg tdk aktif dlm forum2 maupun perbincangan agama)Mohon penjelasannya..
_/\_
iya, melalui konsili sangha sedunia (sidang biasanya utk bahas pelanggaran sila bukan?)
untuk masalah sistem saya tidak tahu...
silahkan tanyakan dengan anggota sangha...
_/\_
-
dhamma dan tipitaka adalah 2 hal yg berbeda yah...
dhamma = kebenaran/kenyataan
dhamma yg dibabarkan Sang Buddha = kebenaran yg membawa ke pencerahan/pembebasan/nibbana
tipitaka = salinan dhamma, yg baru disusun setelah Budhha parinibbana[/b]
Beda tipitaka dan dhamma itu sendiri apa?????
Tipitaka salinan dhamma...
Dhamma:kebenaran yg dibawa untuk mencapai nibbana??
Bisa jelaskan secara spesifik perbedaanya sendiri???
Salinan??Menyalin berati sama bukan dgn yg di diktekan??
Seperti buku bahasa indonesia di diketkan kemudian disalinkan ke dlm catatan b.indonesia??
Seperti itukah konsepnya??jika begitu apa bedanya???
_/\_
-
Bedanya Tipitaka adalah buku yg disebut kitab suci---benda mati,"tidak berguna", berisi tentang konsep dan teori.
Dhamma adalah kebenaran yg harus dipraktekan yg mana ketika mencapai nibbana, Dhamma itu ditinggalkan. Dhamma diibaratkan sebuah rakit menuju pantai seberang. _/\_
-
Dhamma rakitnya??Secara spesifik apa dunk tipitaka itu sendiri??Tipitaka mksdnya berisi ttg konsep n teori???
Jd Dhamma=Kebenaran yg dipraktekan....
Jd Tipitaka teori setlh dipraktekkan dan dibuktikakan(ehipassiko)maka menjd Dhamma???
Seperti itukah konsepnya??
_/\_
-
Buku itu cuma tulisan, dibaca 1 miliar kali kalo gak ada prakteknya secuilpun gak ada gunanya.
Memang Dhamma itu cuma ada di tulisan yah?
Kalau begitu komputer itu sumber Dhamma yang luar biasa dong, tinggal saya copy paste 1 miliar kali, pasti kekuatannya naik 1 miliar kali.
-
Buku itu cuma tulisan, dibaca 1 miliar kali kalo gak ada prakteknya secuilpun gak ada gunanya.
Memang Dhamma itu cuma ada di tulisan yah?
Kalau begitu komputer itu sumber Dhamma yang luar biasa dong, tinggal saya copy paste 1 miliar kali, pasti kekuatannya naik 1 miliar kali.
Maksud gw adalah dhamma=Kebenaran yg dipraktekan??apakah benar??
Kemudian,Jd Tipitaka adl teori setlh dipraktekkan dan dibuktikakan(ehipassiko)maka menjd Dhamma???
Seperti itukah konsepnya??
Itu pertanyaannya :)
_/\_
-
Vipassana tidak ada dalam Sutta? Sebetulnya seringkali disinggung dalam Sutta. Salah satunya adalah Pindapataparisudha Sutta, Majjhima Nikaya 151: "... bhaavitaa nu kho me samatho ca vipassanaa ... ", tetapi memang dalam terjemahan, digunakan 'insight', bukan 'vipassana'.
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Kalo begitu, semua orang yang mendengar, sudah jadi Sotapanna?
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke Cool ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Terbalik! Nirodha sampatti hanya bisa dicapai oleh seorang Arahat, tetapi bukan untuk mencapai Arahat, harus dengan Nirodha sampatti. Banyak Arahat yang tidak memiliki jhana.
Untuk secara umum, disarankan mencapai jhana, sebab jhana menghilangkan 5 sifat penghalang (panca nivarana).
-
Wah..
Mana yg benar ni??
_/\_
-
Waktu saya menulis vipassana diutarakan pertama oleh Buddhagosa, memang saya belum mengetahui jika vipassana ada di sutta. Ternyata memang sudah ada jejak-jejak vipassana di Sutta, jauh sebelum Buddhagosa membagi meditasi menjadi samatha dan vipassana.
Mengenai nirodha samapatti, memang di Sutta hanya anagami dan arahat yang bisa mencapai tingkat meditasi tersebut, tapi apakah orang biasa bisa mencapai nirodha samapatti, saya belum tahu.
-
Buddhagosa tuh sapa???(Maaf ya gw gk tau ^^)
_/\_
-
Buddhagosa tuh sapa???(Maaf ya gw gk tau ^^)
_/\_
jalan2 ke gramedia rik, liat di bagian agama Buddha, trus cari di sana mungkin ada buku karya Buddhagosa.
-
Buddhagosa tuh sapa???(Maaf ya gw gk tau ^^)
_/\_
jalan2 ke gramedia rik, liat di bagian agama Buddha, trus cari di sana mungkin ada buku karya Buddhagosa.
Oh brati dia itu seorg manusia ya...
_/\_
-
Kalo di Gramedia ada buku karangan Buddhagosa, gw sujud 3x di depan gramedia.
;D
-
Kalo di Gramedia ada buku karangan Buddhagosa, gw sujud 3x di depan gramedia.
;D
Salah yah :))
gw gak liat bener :))
gw kira Bhikkhu Buddhadasa
kurang sati nih :))
-
:))
Buddhagosa bukannya nama salah satu kitab dari Sutta Pitaka ya?
-
_/\_
:)
Buddhaghosa adalah seorg cendekiawan buddhist theravada yg hidup di tahun 430an, menulis kitab komentar dari tipitaka..
_/\_
-
_/\_
:)
Buddhaghosa adalah seorg cendekiawan buddhist theravada yg hidup di tahun 430an, menulis kitab komentar dari tipitaka..
_/\_
430an??1430???
Um2...
Brati yg pasti dia itu manusia???kan disbt cendekiawan....
_/\_
-
Konon sekarang udah bukan penghuni neraka, peta, binatang, manusia, dewa, brahma.
-
Konon sekarang udah bukan penghuni neraka, peta, binatang, manusia, dewa, brahma.
Mksdnya???
_/\_
-
Maksudnya udah gak bisa ditemukan di alam manapun.
-
Maksudnya udah gak bisa ditemukan di alam manapun.
Mksdnya dia uda mencapai Nibbana??Maksud karuna siapa yg gk bisa ditemukan dialam manapun???
_/\_
-
Dearest Bros & Sis,
Pada judul disebutkan kata "ajaran sejati" (!!!).
apakah anda menunggu sebuah "ajaran" dikatakan "sejati" terlbh dulu baru kemudian akan tertarik utk "mempelajarinya" (???).
ika.(???)
-
Yang jelas sih saya meragukan ajaran kundalini bangkit sebagai ajaran Sang Buddha.
-
itu gak relevan :)
-
Berapa lama anda akan sdh tahu kalau ajaran yang akan anda pilih itu sbg yang "sejati" (???)>
ika.
-
Berapa lama anda akan sdh tahu kalau ajaran yang akan anda pilih itu sbg yang "sejati" (???)>
ika.
Lamanya tergantung wisdom dan parami seseorang.
-
berapa usia anda saat ini ?
jika demikian, setujukah anda dgn ungkapan bahwa nibbana mampu direalisasi dalam satu masa kehidupan (anda) ?
ika.
-
aneh, sungguh aneh
-
berapa usia anda saat ini ?
jika demikian, setujukah anda dgn ungkapan bahwa nibbana mampu direalisasi dalam satu masa kehidupan (anda) ?
ika.
kenapa tidak? why not? naha enteu?
-
Svakkhato Bhagavata Dhammo, Sanditthiko, Akaliko, Ehipassiko, Opanayiko and Paccattam Veditabbo Vinnuhi'ti.
Artinya Dhamma telah ditemukan dan dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagava, sempurna di awal, pertengahan, dan akhir. Jika dipelajari dan dilaksanakan dengan sempurna akan membawa hasil di sini pada kehidupan ini. Akibat yang menguntungkan dari melaksanakan Dhamma tidak akan tertunda, terbuka untuk dibuktikan, melaksanakan Dhamma akan membawa kedamaian dan kebahagiaan sejati, dimengerti oleh para bijaksana.
Ada alasan sendiri mengapa saya berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha, bukan kepada master kundalini, kundalini bangkit, dan antek-anteknya.
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
-
aneh, sungguh aneh
-
[at] ika
apa ada cara cepat??
-
Apakah Buddhisme pernah mengumbar2 bahwa kehidupan sekarang adalah kehidupan terakhir dalam lingkaran samsara?
Apakah sebegitu mudahnya seseorang menjadi arhat?
Bagaimana dengan aliran lain, yang sejak masih umat awam, menekadkan diri untuk mengikuti jalur bodhisatva?
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
Lama atau tidak lama apakah Anda bisa mengetahuinya, atau kehidupan ini yg terakhir atau tidak apakah Anda bisa mengetahuinya? Apakah Anda sendiri bisa menentukannya? Apa standardnya menurut Anda?
Baru denger kalo marketing buddhism "bahwa kehidupan ini adalah kehidupan Anda yg terakhir dalam lingkaran tumimbal lahir" sumber dari mana bro? ???
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
Mengapa harus pesimis? Dalam Buddhisme, parami tidak "dikumpulkan" hanya dalam kehidupan ini, tetapi juga pada masa-masa lampau. Tidak ada yang tahu sudah berapa banyak terkumpul dan juga tidak ada gunanya tahu. Bisa saja ini kehidupan terakhir bagi seseorang dengan parami yang hampir sempurna, bisa juga merupakan awal pemupukan parami untuk waktu yang panjang di masa depan bagi yang baru menitis jalan dhamma. Tidak ada gunanya spekulasi kecukupan parami seseorang. Apapun itu, teruslah melakukan hal-hal yang mendukung pada pembebasan.
-
[at] atas...
Kundalini termasuk ga ke dalam hal-hal yang mendukung pada pembebasan? ;D
_/\_ :lotus:
-
[at] atas...
Kundalini termasuk ga ke dalam hal-hal yang mendukung pada pembebasan? ;D
_/\_ :lotus:
Kalo ga salah, Kundalini ini 'kan salah satu metoda meditasi dengan pembukaan chakra yah? Meditasi ini sepertinya "sejenis" dengan Samatha, jadi tidak berhubungan dengan pembebasan. Untuk mendukung atau tidak, tergantung bagaimana menyikapi meditasi tersebut saja. (Ini menurut saya sih ;D )
-
Jadi KUNDALINI tidak termasuk dalam hal-hal yang mendukung pada pembebasan.
Ok... Bro Kainyn... Anumodana yaah..._/\_
:lotus:
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
Lama atau tidak lama apakah Anda bisa mengetahuinya, atau kehidupan ini yg terakhir atau tidak apakah Anda bisa mengetahuinya? Apakah Anda sendiri bisa menentukannya? Apa standardnya menurut Anda?
Baru denger kalo marketing buddhism "bahwa kehidupan ini adalah kehidupan Anda yg terakhir dalam lingkaran tumimbal lahir" sumber dari mana bro? ???
tanggapan anda tsb merupakan hal penekanan masud yang saya sasar !
jika anda sendiri saja tidak pernah sampai sadar/merasa hal2 spt itu ada diluar wilayah mind anda , shg terlihat anda kebingungan menjwb pertanyaan ttg hal ini...
mungkin juga hal sulit itu telah "diterobos/disiasati" oleh Bodhisatta Gotama dgn cara "Menanyakan kepastian dari keberhasilan ke buddha annya" kpd mangkuk makannya yang dikatakan melawan arus air sungai !!!
bukankah ini suatu hal yang menyedihkan dan melanggar akal sehat nalar logis manusia ?
ika.
-
aneh, sungguh aneh
-
melanggar akal sehat nalar logis manusia atau belum dipahami oleh anda?
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
Lama atau tidak lama apakah Anda bisa mengetahuinya, atau kehidupan ini yg terakhir atau tidak apakah Anda bisa mengetahuinya? Apakah Anda sendiri bisa menentukannya? Apa standardnya menurut Anda?
Baru denger kalo marketing buddhism "bahwa kehidupan ini adalah kehidupan Anda yg terakhir dalam lingkaran tumimbal lahir" sumber dari mana bro? ???
tanggapan anda tsb merupakan hal penekanan masud yang saya sasar !
jika anda sendiri saja tidak pernah sampai sadar/merasa hal2 spt itu ada diluar wilayah mind anda , shg terlihat anda kebingungan menjwb pertanyaan ttg hal ini...
mungkin juga hal sulit itu telah "diterobos/disiasati" oleh Bodhisatta Gotama dgn cara "Menanyakan kepastian dari keberhasilan ke buddha annya" kpd mangkuk makannya yang dikatakan melawan arus air sungai !!!
bukankah ini suatu hal yang menyedihkan dan melanggar akal sehat nalar logis manusia ?
ika.
if so, dimanakah kesan kuat Kerealistisan dari buddhism thdp kisah Bodhisatta Gotama yang malah melakukan "gambling" dgn mempertaruhkan jwb an ttg kepastian ke buddha annya kpd sebuah mangkuk makannya yang diharapkannya mampu melawan arus sungai ?
ika.
-
aneh, sungguh aneh
-
if so, dimanakah kesan kuat Kerealistisan dari buddhism thdp kisah Bodhisatta Gotama yang malah melakukan "gambling" dgn mempertaruhkan jwb an ttg kepastian ke buddha annya kpd sebuah mangkuk makannya yang diharapkannya mampu melawan arus sungai ?
ika.
Menurut Bro Ika... kesan itu ada dimana? ;D
_/\_ :lotus:
-
if so, dimanakah kesan kuat Kerealistisan dari buddhism thdp kisah Bodhisatta Gotama yang malah melakukan "gambling" dgn mempertaruhkan jwb an ttg kepastian ke buddha annya kpd sebuah mangkuk makannya yang diharapkannya mampu melawan arus sungai ?
ika.
nah itu yang kita tunggu, mohon penjelasan yang maha mengetahui Ika Polim
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
Lama atau tidak lama apakah Anda bisa mengetahuinya, atau kehidupan ini yg terakhir atau tidak apakah Anda bisa mengetahuinya? Apakah Anda sendiri bisa menentukannya? Apa standardnya menurut Anda?
Baru denger kalo marketing buddhism "bahwa kehidupan ini adalah kehidupan Anda yg terakhir dalam lingkaran tumimbal lahir" sumber dari mana bro? ???
tanggapan anda tsb merupakan hal penekanan masud yang saya sasar !
jika anda sendiri saja tidak pernah sampai sadar/merasa hal2 spt itu ada diluar wilayah mind anda , shg terlihat anda kebingungan menjwb pertanyaan ttg hal ini...
mungkin juga hal sulit itu telah "diterobos/disiasati" oleh Bodhisatta Gotama dgn cara "Menanyakan kepastian dari keberhasilan ke buddha annya" kpd mangkuk makannya yang dikatakan melawan arus air sungai !!!
bukankah ini suatu hal yang menyedihkan dan melanggar akal sehat nalar logis manusia ?
ika.
if so, dimanakah kesan kuat Kerealistisan dari buddhism thdp kisah Bodhisatta Gotama yang malah melakukan "gambling" dgn mempertaruhkan jwb an ttg kepastian ke buddha annya kpd sebuah mangkuk makannya yang diharapkannya mampu melawan arus sungai ?
ika.
kerealistisan bukan tak ada dalam kisah, tapi tak semua individu dapat memahaminya, bila anda penasaran dengan kerealistisannya, kenapa tak mencoba untuk menjadi buddha, dengan begitu anda dapat melihat keseluruhan semesta beserta dhamma dengan semua kerealistisannya
anda ibarat anak TK yang berharap mengerti matakuliah untuk perguruan tinggi
dan karena blm mampu untuk mengerti maka menyatakan bahwa itu tidak lah realistis
cobalah untuk belajar lebih keras sampai perguruan tinggi bro
sehingga andapun dapat melihat kerealistisannya, dari pada hanya sekedar bertanya saja
toh dengan mendapat jawaban pasti pun seseorang tak akan 100% memahami
untuk mengetahui secara pasti rasa durian, tentu harus mencicipinya
tak hanya sibuk bertanya bagaimanakah rasa duriannya
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
Lama atau tidak lama apakah Anda bisa mengetahuinya, atau kehidupan ini yg terakhir atau tidak apakah Anda bisa mengetahuinya? Apakah Anda sendiri bisa menentukannya? Apa standardnya menurut Anda?
Baru denger kalo marketing buddhism "bahwa kehidupan ini adalah kehidupan Anda yg terakhir dalam lingkaran tumimbal lahir" sumber dari mana bro? ???
tanggapan anda tsb merupakan hal penekanan masud yang saya sasar !
jika anda sendiri saja tidak pernah sampai sadar/merasa hal2 spt itu ada diluar wilayah mind anda , shg terlihat anda kebingungan menjwb pertanyaan ttg hal ini...
mungkin juga hal sulit itu telah "diterobos/disiasati" oleh Bodhisatta Gotama dgn cara "Menanyakan kepastian dari keberhasilan ke buddha annya" kpd mangkuk makannya yang dikatakan melawan arus air sungai !!!
bukankah ini suatu hal yang menyedihkan dan melanggar akal sehat nalar logis manusia ?
ika.
if so, dimanakah kesan kuat Kerealistisan dari buddhism thdp kisah Bodhisatta Gotama yang malah melakukan "gambling" dgn mempertaruhkan jwb an ttg kepastian ke buddha annya kpd sebuah mangkuk makannya yang diharapkannya mampu melawan arus sungai ?
ika.
kerealistisan bukan tak ada dalam kisah, tapi tak semua individu dapat memahaminya, bila anda penasaran dengan kerealistisannya, kenapa tak mencoba untuk menjadi buddha, dengan begitu anda dapat melihat keseluruhan semesta beserta dhamma dengan semua kerealistisannya
anda ibarat anak TK yang berharap mengerti matakuliah untuk perguruan tinggi
dan karena blm mampu untuk mengerti maka menyatakan bahwa itu tidak lah realistis
cobalah untuk belajar lebih keras sampai perguruan tinggi bro
sehingga andapun dapat melihat kerealistisannya, dari pada hanya sekedar bertanya saja
toh dengan mendapat jawaban pasti pun seseorang tak akan 100% memahami
untuk mengetahui secara pasti rasa durian, tentu harus mencicipinya
tak hanya sibuk bertanya bagaimanakah rasa duriannya
kalau dalam hal menentukan yang mana ajaran sejati yang mana bukan, sdh memakan waktu sedemikian lama, masih adakah waktu utk "mencicipi rasa durian" itu ?
ika.
-
aneh, sungguh aneh
-
kalau dalam hal menentukan yang mana ajaran sejati yang mana bukan, sdh memakan waktu sedemikian lama, masih adakah waktu utk "mencicipi rasa durian" itu ?
ika.
namaste
emang ajaran sejati sama dengan duren?
sadar bung mumpung masih ada kesempatan
makin lama makin ngawur aja
-
kalau dalam hal menentukan yang mana ajaran sejati yang mana bukan, sdh memakan waktu sedemikian lama, masih adakah waktu utk "mencicipi rasa durian" itu ?
ika.
namaste
emang ajaran sejati sama dengan duren?
sadar bung mumpung masih ada kesempatan
makin lama makin ngawur aja
bagaimana anda akan mampu "menembus" buddha dharma yang sedemikian halus, sedemikian luas dan sedemikian dalamnya, jika tulisan saya yang sedemikian kasar, sempit dan dangkal, sedemikian sulitnya dipahami ?
ika.
-
aneh, sungguh aneh
-
sdr. hatRed? apakah sdr. sakit? Apanya yang aneh? orangnya atau pertanyaannya? ;D
-
bagaimana anda akan mampu "menembus" buddha dharma yang sedemikian halus, sedemikian luas dan sedemikian dalamnya, jika tulisan saya yang sedemikian kasar, sempit dan dangkal, sedemikian sulitnya dipahami ?
ika.
Nah...kesempatan yg bagus untuk Bro Ika mengubah gaya tulisannya? :D
_/\_ :lotus:
-
bagaimana anda akan mampu "menembus" buddha dharma yang sedemikian halus, sedemikian luas dan sedemikian dalamnya, jika tulisan saya yang sedemikian kasar, sempit dan dangkal, sedemikian sulitnya dipahami ?
ika.
Nah...kesempatan yg bagus untuk Bro Ika mengubah gaya tulisannya? :D
_/\_ :lotus:
harapan dan anjuran anda semoga terwujud Sis !
ika.
-
aneh, sungguh aneh
-
kalau dalam hal menentukan yang mana ajaran sejati yang mana bukan, sdh memakan waktu sedemikian lama, masih adakah waktu utk "mencicipi rasa durian" itu ?
ika.
namaste
emang ajaran sejati sama dengan duren?
sadar bung mumpung masih ada kesempatan
makin lama makin ngawur aja
[/quote]
kalau dalam hal menentukan yang mana ajaran sejati yang mana bukan, sdh memakan waktu sedemikian lama, masih adakah waktu utk "mencicipi rasa durian" itu ?
ika.
namaste
emang ajaran sejati sama dengan duren?
sadar bung mumpung masih ada kesempatan
makin lama makin ngawur aja
bagaimana anda akan mampu "menembus" buddha dharma yang sedemikian halus, sedemikian luas dan sedemikian dalamnya, jika tulisan saya yang sedemikian kasar, sempit dan dangkal, sedemikian sulitnya dipahami ?
ika.
[/quote]
salam..
Ika Polim di SP wote:
"Buatlah pulau bagi dirimu sendiri" (!!!).
btw, dimana pulaunya (???)>
Bagaimana anda akan mampu "menembus" buddha dharma yang sedemikian halus, sedemikian luas dan sedemikian dalamnya, jika tulisan orang lain saja yang sedemikian kasar, sempit dan dangkal, sedemikian sulitnya dipahami ?
ayo sadar ah mumpung blom di ban
salam
Daniel
-
kalau dalam hal menentukan yang mana ajaran sejati yang mana bukan, sdh memakan waktu sedemikian lama, masih adakah waktu utk "mencicipi rasa durian" itu ?
ika.
namaste
emang ajaran sejati sama dengan duren?
sadar bung mumpung masih ada kesempatan
makin lama makin ngawur aja
kalau dalam hal menentukan yang mana ajaran sejati yang mana bukan, sdh memakan waktu sedemikian lama, masih adakah waktu utk "mencicipi rasa durian" itu ?
ika.
namaste
emang ajaran sejati sama dengan duren?
sadar bung mumpung masih ada kesempatan
makin lama makin ngawur aja
bagaimana anda akan mampu "menembus" buddha dharma yang sedemikian halus, sedemikian luas dan sedemikian dalamnya, jika tulisan saya yang sedemikian kasar, sempit dan dangkal, sedemikian sulitnya dipahami ?
ika.
[/quote]
salam..
Ika Polim di SP wote:
"Buatlah pulau bagi dirimu sendiri" (!!!).
btw, dimana pulaunya (???)>
Bagaimana anda akan mampu "menembus" buddha dharma yang sedemikian halus, sedemikian luas dan sedemikian dalamnya, jika tulisan orang lain saja yang sedemikian kasar, sempit dan dangkal, sedemikian sulitnya dipahami ?
ayo sadar ah mumpung blom di ban
salam
Daniel
[/quote]
bukankah jauh lbh fair jika juga diberikan latar belakang dari tulisan saya tsb bro ?
bukankah saya dalam hal itu sdg dlm menanggapi postingan "centil" yang mempertanyakan "rumah tuhan" ?
ika.
-
aneh, sungguh aneh
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
Lama atau tidak lama apakah Anda bisa mengetahuinya, atau kehidupan ini yg terakhir atau tidak apakah Anda bisa mengetahuinya? Apakah Anda sendiri bisa menentukannya? Apa standardnya menurut Anda?
Baru denger kalo marketing buddhism "bahwa kehidupan ini adalah kehidupan Anda yg terakhir dalam lingkaran tumimbal lahir" sumber dari mana bro? ???
tanggapan anda tsb merupakan hal penekanan masud yang saya sasar !
jika anda sendiri saja tidak pernah sampai sadar/merasa hal2 spt itu ada diluar wilayah mind anda , shg terlihat anda kebingungan menjwb pertanyaan ttg hal ini...
mungkin juga hal sulit itu telah "diterobos/disiasati" oleh Bodhisatta Gotama dgn cara "Menanyakan kepastian dari keberhasilan ke buddha annya" kpd mangkuk makannya yang dikatakan melawan arus air sungai !!!
bukankah ini suatu hal yang menyedihkan dan melanggar akal sehat nalar logis manusia ?
ika.
Sebenernya siapa yg bingung ^-^ asumsi kali ya?
Anda harus bisa mengukur diri Anda sendiri, demikian Bodhisata mempertanyakan karena kekuatan tekad dan dia dapat mengukur juga kemampuannya, karena didukung kekuatan panna, parami dan tekad dan jangan lupa dia sebelumnya sudah ada kekuatan jhana, jadi kalau SB melakukan itu karena Dia tau diri.
Tetapi kalau saja kita mengukur secara membabi buta atau bahkan menanggap setara dengan Buddha tanpa mengetahui kriterianya, ini baru bingung atau hun-hun.
Anggaplah saya tidak menjangkau bahkan bingung, coba Anda terangkan apa saja pikiran para Buddha dan bagaimana kondisi batin seorang Buddha dan apa itu Nibbana?
Anda belum menjawab pertanyaan bro Hendra ttg jalan yg tercepat mencapai pembebasan menurut IP sendiri. Dan satu lagi mana sumber marketing buddhism yg anda sebutkan koq ngak ditulis? ^-^
Tolong langsung jawab saja langsung dan to the point , apa yg hendak Anda ingin sampaikan, sampaikan dengan kalimat yg sederhana daripada memakai bahasa "NABI" Karena yg ada disini bukan nabi, malaikat ataupun tuhan ^-^
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
Lama atau tidak lama apakah Anda bisa mengetahuinya, atau kehidupan ini yg terakhir atau tidak apakah Anda bisa mengetahuinya? Apakah Anda sendiri bisa menentukannya? Apa standardnya menurut Anda?
Baru denger kalo marketing buddhism "bahwa kehidupan ini adalah kehidupan Anda yg terakhir dalam lingkaran tumimbal lahir" sumber dari mana bro? ???
tanggapan anda tsb merupakan hal penekanan masud yang saya sasar !
jika anda sendiri saja tidak pernah sampai sadar/merasa hal2 spt itu ada diluar wilayah mind anda , shg terlihat anda kebingungan menjwb pertanyaan ttg hal ini...
mungkin juga hal sulit itu telah "diterobos/disiasati" oleh Bodhisatta Gotama dgn cara "Menanyakan kepastian dari keberhasilan ke buddha annya" kpd mangkuk makannya yang dikatakan melawan arus air sungai !!!
bukankah ini suatu hal yang menyedihkan dan melanggar akal sehat nalar logis manusia ?
ika.
Sebenernya siapa yg bingung ^-^ asumsi kali ya?
Anda harus bisa mengukur diri Anda sendiri, demikian Bodhisata mempertanyakan karena kekuatan tekad dan dia dapat mengukur juga kemampuannya, karena didukung kekuatan panna, parami dan tekad dan jangan lupa dia sebelumnya sudah ada kekuatan jhana, jadi kalau SB melakukan itu karena Dia tau diri.
Tetapi kalau saja kita mengukur secara membabi buta atau bahkan menanggap setara dengan Buddha tanpa mengetahui kriterianya, ini baru bingung atau hun-hun.
Anggaplah saya tidak menjangkau bahkan bingung, coba Anda terangkan apa saja pikiran para Buddha dan bagaimana kondisi batin seorang Buddha dan apa itu Nibbana?
Anda belum menjawab pertanyaan bro Hendra ttg jalan yg tercepat mencapai pembebasan menurut IP sendiri. Dan satu lagi mana sumber marketing buddhism yg anda sebutkan koq ngak ditulis? ^-^
Tolong langsung jawab saja langsung dan to the point , apa yg hendak Anda ingin sampaikan, sampaikan dengan kalimat yg sederhana daripada memakai bahasa "NABI" Karena yg ada disini bukan nabi, malaikat ataupun tuhan ^-^
jika saja anda sdh memahami bahwa isi tipitaka itu BUKANLAH dhamma sang buddha, maka anda akan segara paham juga kemana sebenarnya arah anda tujukan utk pencapaian kebebaan itu!
ika.
-
jika saja anda sdh memahami bahwa isi tipitaka itu BUKANLAH dhamma sang buddha, maka anda akan segara paham juga kemana sebenarnya arah anda tujukan utk pencapaian kebebaan itu!
ika.
Sebaiknya anda memiliki bukti pendukung yg ilmiah atas statement anda. mohon dijawab dengan to-the-point juga.
_/\_
-
jika saja anda sdh memahami bahwa isi tipitaka itu BUKANLAH dhamma sang buddha, maka anda akan segara paham juga kemana sebenarnya arah anda tujukan utk pencapaian kebebaan itu!
ika.
Wah, selebriti nih. Maksudnya apa nih bro Polim? Mohon pencerahannya.
-
anda terlihat tidak teliti bro !
jika utk menentukan sebuah ajaran adalah sejati memerlukan/tergantung sepenuhnya dr "wisdom dan parami" org tsb, yang lbh tepatnya adalah memakan waktu cukup lama ...., dan melihat usia org tsb saat ini, ... masih optimiskah anda utk menyetujui ungkapan "marketing" umumnya buddhism itu bahwa kehidupan ini adalah kehidupan anda yang terakhir dalam lingkaran tummimbal lahir ?
ika.
Lama atau tidak lama apakah Anda bisa mengetahuinya, atau kehidupan ini yg terakhir atau tidak apakah Anda bisa mengetahuinya? Apakah Anda sendiri bisa menentukannya? Apa standardnya menurut Anda?
Baru denger kalo marketing buddhism "bahwa kehidupan ini adalah kehidupan Anda yg terakhir dalam lingkaran tumimbal lahir" sumber dari mana bro? ???
tanggapan anda tsb merupakan hal penekanan masud yang saya sasar !
jika anda sendiri saja tidak pernah sampai sadar/merasa hal2 spt itu ada diluar wilayah mind anda , shg terlihat anda kebingungan menjwb pertanyaan ttg hal ini...
mungkin juga hal sulit itu telah "diterobos/disiasati" oleh Bodhisatta Gotama dgn cara "Menanyakan kepastian dari keberhasilan ke buddha annya" kpd mangkuk makannya yang dikatakan melawan arus air sungai !!!
bukankah ini suatu hal yang menyedihkan dan melanggar akal sehat nalar logis manusia ?
ika.
Sebenernya siapa yg bingung ^-^ asumsi kali ya?
Anda harus bisa mengukur diri Anda sendiri, demikian Bodhisata mempertanyakan karena kekuatan tekad dan dia dapat mengukur juga kemampuannya, karena didukung kekuatan panna, parami dan tekad dan jangan lupa dia sebelumnya sudah ada kekuatan jhana, jadi kalau SB melakukan itu karena Dia tau diri.
Tetapi kalau saja kita mengukur secara membabi buta atau bahkan menanggap setara dengan Buddha tanpa mengetahui kriterianya, ini baru bingung atau hun-hun.
Anggaplah saya tidak menjangkau bahkan bingung, coba Anda terangkan apa saja pikiran para Buddha dan bagaimana kondisi batin seorang Buddha dan apa itu Nibbana?
Anda belum menjawab pertanyaan bro Hendra ttg jalan yg tercepat mencapai pembebasan menurut IP sendiri. Dan satu lagi mana sumber marketing buddhism yg anda sebutkan koq ngak ditulis? ^-^
Tolong langsung jawab saja langsung dan to the point , apa yg hendak Anda ingin sampaikan, sampaikan dengan kalimat yg sederhana daripada memakai bahasa "NABI" Karena yg ada disini bukan nabi, malaikat ataupun tuhan ^-^
jika saja anda sdh memahami bahwa isi tipitaka itu BUKANLAH dhamma sang buddha, maka anda akan segara paham juga kemana sebenarnya arah anda tujukan utk pencapaian kebebaan itu!
ika.
Nabi IP , statement Anda bukan jawaban yg saya tanyakan lho. ^-^
Kalo tulisan saja yg ada didalam tipitaka memang bukan Dhamma Sang Buddha tetapi isi/makna yg terkandung dalam tipitaka adalah Dhamma Sang Buddha. Nah apa yg Anda maksud dengan isi? nanti jadinya isi adalah kosong, kosong adalah isi nya film Sun Go Kong ^-^
Isi sesungguhnya yg terkandung dalam Tipitaka adalah Dhamma yg dibabarkan oleh Sang Buddha. Bagaimana mungkin sesuatu yg telah saya pahami dan telah dibuktikan harus mundur dan bertolak belakang. Bukankah itu bodoh?
Bagaimana nabi IP bisa membuktikannya bahwa isi itu bukan Dhamma SB. Apakah Anda sendiri sudah melatih dan membuktikan apa yg diajarkan Sang Buddha atau malah melatih hal lainnya untuk membuktikannya?
Kalau disuruh angkat besi, angkatnya kapas artinya apa? silakan diterjemahkan sendiri ya...
-
Kalaupun menurut nabi IP tipitaka bukanlah Dhamma Sang Buddha, lalu standar apa yg Anda pakai untuk membuktikan Dhamma Sang Buddha?
-
Kalaupun menurut nabi IP tipitaka bukanlah Dhamma Sang Buddha, lalu standar apa yg Anda pakai untuk membuktikan Dhamma Sang Buddha?
Tentu saja Kundalini. *Wolverine Mode On"
;D
-----
jika saja anda sdh memahami bahwa isi tipitaka itu BUKANLAH dhamma sang buddha, maka anda akan segara paham juga kemana sebenarnya arah anda tujukan utk pencapaian kebebaan itu!
Tipitaka tentu saja objek netral. Kalau orang pakai buat pembenaran, tentu saja jadinya bukan "dhamma". Semua kitab suci juga sepertinya begitu.
-
Kalaupun menurut nabi IP tipitaka bukanlah Dhamma Sang Buddha, lalu standar apa yg Anda pakai untuk membuktikan Dhamma Sang Buddha?
Tentu saja Kundalini. *Wolverine Mode On"
;D
^-^
-
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
cuma bagi org2 yang masih sgt concern dan ngotot dgn hal2 spt mana yang asli mana yang palsu mana yang sejati lah yang akan direpotkan oleh hal yang tidak perlu ini.
semua hal kejadian bisa saja terjadi.
walaupun oleh seorg bhante sekalipun.
apakah ada jaminan bahwa predikat bhante memberikan kepstian keaslian dari hal yang diajarkannya?
if so, berbahagialah para awam yang memang menekuni buddhism dgn caranya sendiri!
ika.
-
Topik lama, tetapi sepertinya masih menarik.
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Pernyataan ini praktis mematikan Kalama Sutta yang mengatakan, "Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci".
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Ini orang ngomong ga pake research.
Vipassana muncul di mana-mana, ini salah satunya:
‘‘Tena hi tvaṃ, vaccha, dve dhamme uttari bhāvehi – samathañca vipassanañca."
"Kemudian, Vaccha, kembangkanlah dua hal - Samatha dan Vipassana."
(Majjhima Nikaya, 73. Maha-Vacchagotta Sutta)
Dalam terjemahan Bahasa Inggris, biasa "Samatha dan Vipassana" disebut "Calm and Insight".
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8 ) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Sungguh menarik. Berarti kisah Agga-Savika Khema mencapai Arahatta hanya dengan melihat gambaran orang menjadi tua adalah tidak benar.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
Menurut pendapat saya, bhante berbicara satu kebenaran dan telah menunjukkannya.
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Ia sudah membuktikan bahwa ia sekarang ini ada ajaran yang menyimpang.
-
Topik lama, tetapi sepertinya masih menarik.
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Pernyataan ini praktis mematikan Kalama Sutta yang mengatakan, "Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci".
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Ini orang ngomong ga pake research.
Vipassana muncul di mana-mana, ini salah satunya:
‘‘Tena hi tvaṃ, vaccha, dve dhamme uttari bhāvehi – samathañca vipassanañca."
"Kemudian, Vaccha, kembangkanlah dua hal - Samatha dan Vipassana."
(Majjhima Nikaya, 73. Maha-Vacchagotta Sutta)
Dalam terjemahan Bahasa Inggris, biasa "Samatha dan Vipassana" disebut "Calm and Insight".
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8 ) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Sungguh menarik. Berarti kisah Agga-Savika Khema mencapai Arahatta hanya dengan melihat gambaran orang menjadi tua adalah tidak benar.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
Menurut pendapat saya, bhante berbicara satu kebenaran dan telah menunjukkannya.
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Ia sudah membuktikan bahwa ia sekarang ini ada ajaran yang menyimpang.
jika ditanyakan kpd anda, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas", apa jwb mu???
ika.
-
Ika,
sebaiknya anda memberikan sedikit hormat kepada member lain dengan memberikan pendapat bukan menyudutkan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggurui.
-
jika ditanyakan kpd anda, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas", apa jwb mu???
ika.
Segala posting dan diskusi di forum adalah hasil pemikiran intelektual ("think"). Saya tidak pernah menuliskan pengalaman (spiritual) saya ("feel") karena saya tidak bisa membuat orang lain mengerti yang saya rasakan, dan demikian juga orang lain terhadap saya.
Anda boleh saja anda ngaku sudah mencapai Jhana sekian, atau bahkan sudah jadi Arahat. Memangnya saya tahu? Tapi kalau tulisan anda tidak bermutu dan tidak dapat dicerna siapa pun, tetap bagi pembaca, anda hanya orang bodoh. Jadi sebetulnya pengalaman seseorang (yang entah benar atau hanya bualan), tidak ada artinya dalam diskusi tulisan. Jika hanya berkoar-koar "sudah merasakan", malah hanya terlihat sombong dan dungu. Lain halnya dengan diskusi jika bertemu langsung.
-
Ika,
sebaiknya anda memberikan sedikit hormat kepada member lain dengan memberikan pendapat bukan menyudutkan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggurui.
jika ditanyakan kpd anda, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas", apa jwb mu???
ika.
Segala posting dan diskusi di forum adalah hasil pemikiran intelektual ("think"). Saya tidak pernah menuliskan pengalaman (spiritual) saya ("feel") karena saya tidak bisa membuat orang lain mengerti yang saya rasakan, dan demikian juga orang lain terhadap saya.
Anda boleh saja anda ngaku sudah mencapai Jhana sekian, atau bahkan sudah jadi Arahat. Memangnya saya tahu? Tapi kalau tulisan anda tidak bermutu dan tidak dapat dicerna siapa pun, tetap bagi pembaca, anda hanya orang bodoh. Jadi sebetulnya pengalaman seseorang (yang entah benar atau hanya bualan), tidak ada artinya dalam diskusi tulisan. Jika hanya berkoar-koar "sudah merasakan", malah hanya terlihat sombong dan dungu. Lain halnya dengan diskusi jika bertemu langsung.
ada suatu penelitian yang menunjuikkan secara drastis perubahan mendadak karakter asli seseorg hanya dgn memberikannya tugas/label kpd nya!!!
yg semula org tersebut adalah seorg yang awam yang apa adanya umumnya seorg biasa, setelah diminta utk memerankan / ditugasi utk memerankan "seorg preman jalanan" , maka pada saat itu juga ia sdh menjadi "preman betulan" !!!
kasihan.
ika.
-
jika ditanyakan kpd anda, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas", apa jwb mu???
ika.
Segala posting dan diskusi di forum adalah hasil pemikiran intelektual ("think"). Saya tidak pernah menuliskan pengalaman (spiritual) saya ("feel") karena saya tidak bisa membuat orang lain mengerti yang saya rasakan, dan demikian juga orang lain terhadap saya.
Anda boleh saja anda ngaku sudah mencapai Jhana sekian, atau bahkan sudah jadi Arahat. Memangnya saya tahu? Tapi kalau tulisan anda tidak bermutu dan tidak dapat dicerna siapa pun, tetap bagi pembaca, anda hanya orang bodoh. Jadi sebetulnya pengalaman seseorang (yang entah benar atau hanya bualan), tidak ada artinya dalam diskusi tulisan. Jika hanya berkoar-koar "sudah merasakan", malah hanya terlihat sombong dan dungu. Lain halnya dengan diskusi jika bertemu langsung.
IMHO, sebagai moderator yang baik bukankah anda sdh seharusnya juga membantu "semua peserta" disini utk lbh membangun "semua potensi dirinya" ????
bukankah dgn cara berpikir anda pada tulisan itu cuma membatasi diri para peserta disini utk membangun yang satu dan "membunuh potensi diri" lainnya ???
ika.
-
Bagaimana dengan cara berpikir Anda om Ika ? Apakah tulisan Anda menggurui, berfilsafat atau yg lainnya. Apakah selama ini Anda terbiasa menjadi guru sehingga susah jadi murid he..he. Mari kita introspeksi. Semua cara pandang seharusnya dihargai dan juga harus dipertanggung jawabkan, sesuai konteks pembicaraan. Jangan gado2. Jelas paradigma kundalini Anda pasti berbeda dengan Ajaran Sang Buddha, kalaupun ada kesamaan tapi tidaklah persis sama dan tidak perlu disama-samakan. Yang pasti Buddha tidak pakai kundalini. Saya tidak mengatakan kundalini Anda buruk, tapi jangan mencampuradukan sesuatu yg memang berbeda secara prinsip. Apa Anda bisa terima masukan ini?, atau Anda hanya bisa mengkritik Moderator tanpa melihat diri Anda sendiri?_/\_
-
Moderator fungsi memoderasi pendapat member di sini.
Topik yang tidak pantas bisa dipindahkan atau dilock.
Post yang tidak pantas bisa dihapus atau displit dan dimerge ke topik lain.
Moderator bisa mengeluarkan pendapat, tapi tidak mengikat. Moderator juga manusia, tulisannya tidak luput dari kesalahan.
Membunuh potensi diri? Maksudnya apa?
-
Moderator fungsi memoderasi pendapat member di sini.
Topik yang tidak pantas bisa dipindahkan atau dilock.
Post yang tidak pantas bisa dihapus atau displit dan dimerge ke topik lain.
Moderator bisa mengeluarkan pendapat, tapi tidak mengikat. Moderator juga manusia, tulisannya tidak luput dari kesalahan.
Membunuh potensi diri? Maksudnya apa?
jika saya menggunakan kata "Potensi Diri" , apakah anda sdh paham???
jika sudah, apakah anda sdh membuka seluas-luasnya kesempatan utk pengwembangan itu disini???
jika belum, saya maklum!!!
ika.
-
Bagaimana dengan cara berpikir Anda om Ika ? Apakah tulisan Anda menggurui, berfilsafat atau yg lainnya. Apakah selama ini Anda terbiasa menjadi guru sehingga susah jadi murid he..he. Mari kita introspeksi. Semua cara pandang seharusnya dihargai dan juga harus dipertanggung jawabkan, sesuai konteks pembicaraan. Jangan gado2. Jelas paradigma kundalini Anda pasti berbeda dengan Ajaran Sang Buddha, kalaupun ada kesamaan tapi tidaklah persis sama dan tidak perlu disama-samakan. Yang pasti Buddha tidak pakai kundalini. Saya tidak mengatakan kundalini Anda buruk, tapi jangan mencampuradukan sesuatu yg memang berbeda secara prinsip. Apa Anda bisa terima masukan ini?, atau Anda hanya bisa mengkritik Moderator tanpa melihat diri Anda sendiri?_/\_
jika "sesuatu" itu dikatakan "Universal" dan ada seseorg mengatakan dgn beraninya bahwa "itu" berbeda prinsip, masih berlakukah cap "Universal" itu???
btw, apakah menurut anda Buddhism itu "Universal" ???
ika.
-
Bagaimana dengan cara berpikir Anda om Ika ? Apakah tulisan Anda menggurui, berfilsafat atau yg lainnya. Apakah selama ini Anda terbiasa menjadi guru sehingga susah jadi murid he..he. Mari kita introspeksi. Semua cara pandang seharusnya dihargai dan juga harus dipertanggung jawabkan, sesuai konteks pembicaraan. Jangan gado2. Jelas paradigma kundalini Anda pasti berbeda dengan Ajaran Sang Buddha, kalaupun ada kesamaan tapi tidaklah persis sama dan tidak perlu disama-samakan. Yang pasti Buddha tidak pakai kundalini. Saya tidak mengatakan kundalini Anda buruk, tapi jangan mencampuradukan sesuatu yg memang berbeda secara prinsip. Apa Anda bisa terima masukan ini?, atau Anda hanya bisa mengkritik Moderator tanpa melihat diri Anda sendiri?_/\_
jika "sesuatu" itu dikatakan "Universal" dan ada seseorg mengatakan dgn beraninya bahwa "itu" berbeda prinsip, masih berlakukah cap "Universal" itu???
btw, apakah menurut anda Buddhism itu "Universal" ???
ika.
Kalau sudah ada pembuktian kundalini bisa menjadi Buddha baru itu universal. Yang universal adalah kebenaran itu sendiri yg merupakan hukum semesta yg berlaku pada tiap orang tanpa pandang bulu. Cara yg dilakukan sesuai dengan karakter dan tujuan orang tsb. Jika yg dituju berbeda, pastilah carapun juga berbeda. Dalam cara inilah tidak universal tetapi mengandung keuniversalan dari hukum semesta(yg telah dibagi beberapa hukum oleh Sang Buddha).
Buddhism tidak universal. Apakah kundalini universal?
-
Bagaimana dengan cara berpikir Anda om Ika ? Apakah tulisan Anda menggurui, berfilsafat atau yg lainnya. Apakah selama ini Anda terbiasa menjadi guru sehingga susah jadi murid he..he. Mari kita introspeksi. Semua cara pandang seharusnya dihargai dan juga harus dipertanggung jawabkan, sesuai konteks pembicaraan. Jangan gado2. Jelas paradigma kundalini Anda pasti berbeda dengan Ajaran Sang Buddha, kalaupun ada kesamaan tapi tidaklah persis sama dan tidak perlu disama-samakan. Yang pasti Buddha tidak pakai kundalini. Saya tidak mengatakan kundalini Anda buruk, tapi jangan mencampuradukan sesuatu yg memang berbeda secara prinsip. Apa Anda bisa terima masukan ini?, atau Anda hanya bisa mengkritik Moderator tanpa melihat diri Anda sendiri?_/\_
jika "sesuatu" itu dikatakan "Universal" dan ada seseorg mengatakan dgn beraninya bahwa "itu" berbeda prinsip, masih berlakukah cap "Universal" itu???
btw, apakah menurut anda Buddhism itu "Universal" ???
ika.
Kalau sudah ada pembuktian kundalini bisa menjadi Buddha baru itu universal. Yang universal adalah kebenaran itu sendiri yg merupakan hukum semesta yg berlaku pada tiap orang tanpa pandang bulu. Cara yg dilakukan sesuai dengan karakter dan tujuan orang tsb. Jika yg dituju berbeda, pastilah carapun juga berbeda. Dalam cara inilah tidak universal tetapi mengandung keuniversalan dari hukum semesta(yg telah dibagi beberapa hukum oleh Sang Buddha).
Buddhism tidak universal. Apakah kundalini universal?
kemurnian dari kebenaran itu yang pasti universal!
dgn demikian dgn rumusan inilah seharusnya kita kembali berani menantang "sesuatu ajaran" (apapun)!
ika.
-
om ika , om ika....
kalo kebenarannya itu universal gak..?
kemurnian dari kebenaran ini kek apa ya?
-
om ika , om ika....
kalo kebenarannya itu universal gak..?
kemurnian dari kebenaran ini kek apa ya?
jika demikian berhati-hatilah/waspadalah dgn setiap kata "kebenaran" yang sering anda dengar sekarang ini!
ika.
-
:yes:
lalu.. lalu....
kemurnian kebenaran ini kek apa?
dan untuk Kebenaran itu sendiri universal gak?
-
:yes:
lalu.. lalu....
kemurnian kebenaran ini kek apa?
dan untuk Kebenaran itu sendiri universal gak?
jika saya kaitkan dgn kata "ehipassiko" , apakah sekarang anda mulai paham bahwa yang di"ingin kan" oleh sang Buddha adalah pencapaian pada aspek "kemurnian" dari ajaran dibandingkan aspek harafiah belaka?
ika.
-
om ika , om ika....
kalo kebenarannya itu universal gak..?
kemurnian dari kebenaran ini kek apa ya?
jika demikian berhati-hatilah/waspadalah dgn setiap kata "kebenaran" yang sering anda dengar sekarang ini!
ika.
Bagaimana dengan kebenaran yg sering anda gunakan? Apakah ia murni tidak bernoda?
-
om ika , om ika....
kalo kebenarannya itu universal gak..?
kemurnian dari kebenaran ini kek apa ya?
jika demikian berhati-hatilah/waspadalah dgn setiap kata "kebenaran" yang sering anda dengar sekarang ini!
ika.
Bagaimana dengan kebenaran yg sering anda gunakan? Apakah ia murni tidak bernoda?
bukankah anda seharusnya membandingkannya bukan dgn "saya", tp dgn "semua tulisan dlm tipitaka" maupun "wejangan para senior buddhis anda"?
ika.
-
om ika , om ika....
kalo kebenarannya itu universal gak..?
kemurnian dari kebenaran ini kek apa ya?
jika demikian berhati-hatilah/waspadalah dgn setiap kata "kebenaran" yang sering anda dengar sekarang ini!
ika.
Bagaimana dengan kebenaran yg sering anda gunakan? Apakah ia murni tidak bernoda?
bukankah anda seharusnya membandingkannya bukan dgn "saya", tp dgn "semua tulisan dlm tipitaka" maupun "wejangan para senior buddhis anda"?
ika.
he..he mengapa Anda enggan untuk diperbandingkan melalui pertanyaan saya? bukankah Anda sedang menawarkan suatu paradigma yg lain , sehingga saya mempertanyakannya? mengapa terkesan Anda menghindar?Jika itu suatu kebenaran yg murni tentu Anda tidak ragu apa yg Anda jalankan bukan? :)
Mengenai tipitaka dan para senior buddhis saya(yg terbukti, telatih sebagai yg Arya) tentu sudah melalui penelaahan yg mendalam dan telah terbukti kebenarannya.
-
Ajaran Buddha zaman sekarang ini menyimpang dari ajaran Sejati ?
Apakah Tripitaka sering direvisi sehingga sampai sekarang menjadi menyimpang?
kalau seorang biku mengatakan (penafsiran terhadap satu suta) begini,...
anda baca dan maknakan sendiri. bila tidak sesuai... tanya pada biku lain...
diduinia ini kan bukan cuma satu biku....
Kalau tak yakin lagi... Ya tanya aja di DC....
senior2 akan siap membantu tanpa dipungut biaya....
-
om ika......
kalo menurut om ika, penjelasan dari kemurnian kebenaran itu apa?
-
jika ditanyakan kpd anda, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas", apa jwb mu???
ika.
Segala posting dan diskusi di forum adalah hasil pemikiran intelektual ("think"). Saya tidak pernah menuliskan pengalaman (spiritual) saya ("feel") karena saya tidak bisa membuat orang lain mengerti yang saya rasakan, dan demikian juga orang lain terhadap saya.
Anda boleh saja anda ngaku sudah mencapai Jhana sekian, atau bahkan sudah jadi Arahat. Memangnya saya tahu? Tapi kalau tulisan anda tidak bermutu dan tidak dapat dicerna siapa pun, tetap bagi pembaca, anda hanya orang bodoh. Jadi sebetulnya pengalaman seseorang (yang entah benar atau hanya bualan), tidak ada artinya dalam diskusi tulisan. Jika hanya berkoar-koar "sudah merasakan", malah hanya terlihat sombong dan dungu. Lain halnya dengan diskusi jika bertemu langsung.
IMHO, sebagai moderator yang baik bukankah anda sdh seharusnya juga membantu "semua peserta" disini utk lbh membangun "semua potensi dirinya" ????
bukankah dgn cara berpikir anda pada tulisan itu cuma membatasi diri para peserta disini utk membangun yang satu dan "membunuh potensi diri" lainnya ???
ika.
Pertama, saya bukan moderator dalam board ini, jadi dalam topik ini saya adalah "peserta" seperti lainnya. Di samping itu, moderator pun bukanlah "guru" yang selalu lebih tahu dari "peserta diskusi", tetapi hanya mengarahkan jalannya diskusi agar sehat.
Ke dua, seperti saya bilang, apakah anda sudah mencapai Jhana sembilan atau bahkan Arahatta, memangnya ada hubungannya dengan perkembangan bathin orang lain?
Misalkan ada sekelompok orang membahas tentang makanan, mempelajari bahan-bahannya, cara mengolahnya dan penyajiannya, lalu tiba-tiba ada orang tertentu datang dan bertanya, "kalian di sini bicara karena sudah pernah makan atau belum?", kira-kira relevan atau tidak? Orang itu boleh sesumbar pernah makan semua jenis makanan, tapi kalau dia sendiri tidak bisa membuat orang lain merasakan hal yang sama, apa gunanya?
Jadi pertanyaan anda di awal, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas" adalah sama dengan pertanyaan "sudah mencoba makanannya atau belum saat menuliskan resep". Hanya ada 2 kemungkinan orang menanyakan hal tersebut:
1. Dia tidak mengerti relevansi pengalaman pribadi subjektif dengan penulisan ide yang objektif.
2. Dia ingin mengatakan "saya sudah merasakannya" entah dengan tujuan menggurui, menyombongkan diri atau pun motif lainnya.
Bagaimana mungkin orang yang merasa lebih baik dari orang lain ini "dibimbing" dan "dibangun" potensinya?
-
jika ditanyakan kpd anda, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas", apa jwb mu???
ika.
Segala posting dan diskusi di forum adalah hasil pemikiran intelektual ("think"). Saya tidak pernah menuliskan pengalaman (spiritual) saya ("feel") karena saya tidak bisa membuat orang lain mengerti yang saya rasakan, dan demikian juga orang lain terhadap saya.
Anda boleh saja anda ngaku sudah mencapai Jhana sekian, atau bahkan sudah jadi Arahat. Memangnya saya tahu? Tapi kalau tulisan anda tidak bermutu dan tidak dapat dicerna siapa pun, tetap bagi pembaca, anda hanya orang bodoh. Jadi sebetulnya pengalaman seseorang (yang entah benar atau hanya bualan), tidak ada artinya dalam diskusi tulisan. Jika hanya berkoar-koar "sudah merasakan", malah hanya terlihat sombong dan dungu. Lain halnya dengan diskusi jika bertemu langsung.
IMHO, sebagai moderator yang baik bukankah anda sdh seharusnya juga membantu "semua peserta" disini utk lbh membangun "semua potensi dirinya" ????
bukankah dgn cara berpikir anda pada tulisan itu cuma membatasi diri para peserta disini utk membangun yang satu dan "membunuh potensi diri" lainnya ???
ika.
Pertama, saya bukan moderator dalam board ini, jadi dalam topik ini saya adalah "peserta" seperti lainnya. Di samping itu, moderator pun bukanlah "guru" yang selalu lebih tahu dari "peserta diskusi", tetapi hanya mengarahkan jalannya diskusi agar sehat.
Ke dua, seperti saya bilang, apakah anda sudah mencapai Jhana sembilan atau bahkan Arahatta, memangnya ada hubungannya dengan perkembangan bathin orang lain?
Misalkan ada sekelompok orang membahas tentang makanan, mempelajari bahan-bahannya, cara mengolahnya dan penyajiannya, lalu tiba-tiba ada orang tertentu datang dan bertanya, "kalian di sini bicara karena sudah pernah makan atau belum?", kira-kira relevan atau tidak? Orang itu boleh sesumbar pernah makan semua jenis makanan, tapi kalau dia sendiri tidak bisa membuat orang lain merasakan hal yang sama, apa gunanya?
Jadi pertanyaan anda di awal, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas" adalah sama dengan pertanyaan "sudah mencoba makanannya atau belum saat menuliskan resep". Hanya ada 2 kemungkinan orang menanyakan hal tersebut:
1. Dia tidak mengerti relevansi pengalaman pribadi subjektif dengan penulisan ide yang objektif.
2. Dia ingin mengatakan "saya sudah merasakannya" entah dengan tujuan menggurui, menyombongkan diri atau pun motif lainnya.
Bagaimana mungkin orang yang merasa lebih baik dari orang lain ini "dibimbing" dan "dibangun" potensinya?
pertanyaan semudah "to Think atau To Feel" telah anda perluas sendiri keberbagai bidang kehidupan yang anda buat-buat sendiri!, tentunya dan akhirnya anda dibingungkan sendiri!
"To Think atau To Feel" adalah potensi manusia!
mungkinkah anda mampu "keluar dari to think atau/dan to feel" itu?
setelah paham penjelasan ini, apakah anda sdh merasa membantu semua disini utk membangun potensinya itu, diantaranya to think dan to feel - nya?
ika.
-
pertanyaan semudah "to Think atau To Feel" telah anda perluas sendiri keberbagai bidang kehidupan yang anda buat-buat sendiri!, tentunya dan akhirnya anda dibingungkan sendiri!
"To Think atau To Feel" adalah potensi manusia!
mungkinkah anda mampu "keluar dari to think atau/dan to feel" itu?
setelah paham penjelasan ini, apakah anda sdh merasa membantu semua disini utk membangun potensinya itu, diantaranya to think dan to feel - nya?
ika.
Saya ulang kembali biar semua lihat saya yang mengada-ada sampai luas, atau anda yang memang mau memasukkan pola pikir anda (yang entah apa) ke dalam diskusi.
Ini yang saya tulis:
Topik lama, tetapi sepertinya masih menarik.
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Pernyataan ini praktis mematikan Kalama Sutta yang mengatakan, "Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci".
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Ini orang ngomong ga pake research.
Vipassana muncul di mana-mana, ini salah satunya:
‘‘Tena hi tvaṃ, vaccha, dve dhamme uttari bhāvehi – samathañca vipassanañca."
"Kemudian, Vaccha, kembangkanlah dua hal - Samatha dan Vipassana."
(Majjhima Nikaya, 73. Maha-Vacchagotta Sutta)
Dalam terjemahan Bahasa Inggris, biasa "Samatha dan Vipassana" disebut "Calm and Insight".
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8 ) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Sungguh menarik. Berarti kisah Agga-Savika Khema mencapai Arahatta hanya dengan melihat gambaran orang menjadi tua adalah tidak benar.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
Menurut pendapat saya, bhante berbicara satu kebenaran dan telah menunjukkannya.
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Ia sudah membuktikan bahwa ia sekarang ini ada ajaran yang menyimpang.
Kemudian anda tanyakan begini:
jika ditanyakan kpd anda, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas", apa jwb mu???
ika.
Sekarang anda pikir sendiri apakah untuk mengatakan suatu pembatasan ide adalah tidak sesuai dengan Kalama Sutta, menceritakan kisah Khema, atau pun menunjukkan bahwa di Tipitaka sudah tertulis "Vipassana" perlu terlebih dahulu menanggapi ide "to think or to feel" dari anda? Penjelasan hubungan "think or feel", potensi manusia, dan tulisan saya, juga tidak anda jelaskan. Tiba-tiba muncul begitu saja. Apakah perbedaan saya "think" atau "feel" mengubah fakta bahwa Vipassana sudah tertulis di Tipitaka, misalnya?
Jadi apakah saya mengada-ada ketika saya bilang "to think atau feel" adalah tidak relevan? Biarlah masing-masing pribadi menilainya sendiri.
Satu lagi, tidak seperti anda yang mengenalkan metoda anda sendiri yang anda rasa bisa mengembangkan potensi orang lain, saya di sini hanya berbagi apa yang sudah saya baca/ketahui. Itu saja. Apakah orang itu "to think or to feel" itu bukan urusan saya karena saya tidak bisa menilai bathin orang lain dan itu hanya diketahui oleh masing-masing.
Jadi kalau saya bilang secara kasar, misalkan seseorang seperti anda bilang "saya sudah feel bukan hanya think", saya tidak akan tahu apakah demikian adanya atau anda sedang omong besar. Jadi itu tidak berarti bagi saya. Biarlah setiap orang menyadari pikirannya sendiri, bukan dinilai oleh orang lain.
-
pertanyaan semudah "to Think atau To Feel" telah anda perluas sendiri keberbagai bidang kehidupan yang anda buat-buat sendiri!, tentunya dan akhirnya anda dibingungkan sendiri!
"To Think atau To Feel" adalah potensi manusia!
mungkinkah anda mampu "keluar dari to think atau/dan to feel" itu?
setelah paham penjelasan ini, apakah anda sdh merasa membantu semua disini utk membangun potensinya itu, diantaranya to think dan to feel - nya?
ika.
Saya ulang kembali biar semua lihat saya yang mengada-ada sampai luas, atau anda yang memang mau memasukkan pola pikir anda (yang entah apa) ke dalam diskusi.
Ini yang saya tulis:
Topik lama, tetapi sepertinya masih menarik.
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Pernyataan ini praktis mematikan Kalama Sutta yang mengatakan, "Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci".
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Ini orang ngomong ga pake research.
Vipassana muncul di mana-mana, ini salah satunya:
‘‘Tena hi tvaṃ, vaccha, dve dhamme uttari bhāvehi – samathañca vipassanañca."
"Kemudian, Vaccha, kembangkanlah dua hal - Samatha dan Vipassana."
(Majjhima Nikaya, 73. Maha-Vacchagotta Sutta)
Dalam terjemahan Bahasa Inggris, biasa "Samatha dan Vipassana" disebut "Calm and Insight".
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8 ) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Sungguh menarik. Berarti kisah Agga-Savika Khema mencapai Arahatta hanya dengan melihat gambaran orang menjadi tua adalah tidak benar.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
Menurut pendapat saya, bhante berbicara satu kebenaran dan telah menunjukkannya.
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Ia sudah membuktikan bahwa ia sekarang ini ada ajaran yang menyimpang.
Kemudian anda tanyakan begini:
jika ditanyakan kpd anda, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas", apa jwb mu???
ika.
Sekarang anda pikir sendiri apakah untuk mengatakan suatu pembatasan ide adalah tidak sesuai dengan Kalama Sutta, menceritakan kisah Khema, atau pun menunjukkan bahwa di Tipitaka sudah tertulis "Vipassana" perlu terlebih dahulu menanggapi ide "to think or to feel" dari anda? Penjelasan hubungan "think or feel", potensi manusia, dan tulisan saya, juga tidak anda jelaskan. Tiba-tiba muncul begitu saja. Apakah perbedaan saya "think" atau "feel" mengubah fakta bahwa Vipassana sudah tertulis di Tipitaka, misalnya?
Jadi apakah saya mengada-ada ketika saya bilang "to think atau feel" adalah tidak relevan? Biarlah masing-masing pribadi menilainya sendiri.
Satu lagi, tidak seperti anda yang mengenalkan metoda anda sendiri yang anda rasa bisa mengembangkan potensi orang lain, saya di sini hanya berbagi apa yang sudah saya baca/ketahui. Itu saja. Apakah orang itu "to think or to feel" itu bukan urusan saya karena saya tidak bisa menilai bathin orang lain dan itu hanya diketahui oleh masing-masing.
Jadi kalau saya bilang secara kasar, misalkan seseorang seperti anda bilang "saya sudah feel bukan hanya think", saya tidak akan tahu apakah demikian adanya atau anda sedang omong besar. Jadi itu tidak berarti bagi saya. Biarlah setiap orang menyadari pikirannya sendiri, bukan dinilai oleh orang lain.
maaf telah membuat anda sedemikian "up set" dan menjadi "org lain"!
ika.
-
maaf telah membuat anda sedemikian "up set" dan menjadi "org lain"!
ika.
Orang Rusia berkata, "Хоть горшко́м назови́, то́лько в пе́чку не ставь." ("Anda boleh bilang saya sebuah pot, asal jangan memasukkan saya ke dalam oven.") Mengapa pula saya harus "upset" dengan kata-kata anda? ;D
-
maaf telah membuat anda sedemikian "up set" dan menjadi "org lain"!
ika.
Orang Rusia berkata, "Хоть горшко́м назови́, то́лько в пе́чку не ставь." ("Anda boleh bilang saya sebuah pot, asal jangan memasukkan saya ke dalam oven.") Mengapa pula saya harus "upset" dengan kata-kata anda? ;D
saya pikir sdh seharusnya anda berkata seperti itu dan yg lbh penting bermental spt itu, dan ini bisa dijadikan contoh & model bagi kita semua disini!
ika.
-
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
==========================================================================
Kalimat diatas gak salah lagi, agama budha sudah gak murni lagi, byk unsur barat yang di masukan, bahkan pola penyembahan agama barat juga di masukan ke agama budha, bahkan dalam agama budha kita tidak mengenal adanya kata= menyembah, bersudjud di hadapanNYA, itu adalah kalimat2 yang di pakai oleh agama barat. krn agama budha tidak ada mengakui proses penciptaan yang artinya tidak adanya Tuhan yang menciptakan.
Sbg umat Budha kita sharusnya memelihara identitas Budha, jgn kita tergiur & mengadopsi kebudayaan Barat, & menempatkan ritual BArat dlm ritual Budha, krn slrh pengajaran Budha, tdk prh Budha menginstruksikan u/melakukan ritual Bernyanyi.Saya melihat,adanya kehilangan identitas dlm ritual Budha.Nyanyian itu mrupakan kwajiban dr ritual barat.kita mgadopsi ritual bernyanyi divihara,secara tdk lgsg kt membibit generasi kt u/ mjadi bagian dr ritual barat,jgn heran kl kita semakin kehilangan generasi kita. saya contohkan:anak anjing yg jinak,kl kita setiap hari mberi makan daging mentah, lama lama dia akan mjd binatang buas.bgt juga,kl generasi kita,kita ajarkan ritual BARAT dgn byanyi divihara,lama2 jgn heran kl stlh dewasa mrk akan menyenangi suasana Ritual BARAT yg memiliki kapastas yg jauh lbh baek. u/ itu,saya hrp Vihara sbg sokoGuru& tiang fondasi agama Budha,agar dpt dgn tegas, u/tdk mgadopsi & mbiarkan ritual BARAT membibit di generasi kita
. Dulu sedikit skali umat budha yg pindah keritual BARAT,krn dl Vihara tdk prnh mgajarkan nyanyi,demikian jg dulu adalah asing bg umat budha kl diajak u/ msk dlm ritual BARAT & merasa aneh dgn suasana nyanyi yang ditawarkan oleh BARAT. namun sjk divihara ngajarkan & adopsi ritual barat, sjk itulah skrg ini, smakin byk org budha yg bralih ke Barat. ingat kalo kita membiarkan aktivitas bernyanyi di VIhara sama halnya spt di ritual BARAT, artinya kita melakukan pembibitan generasi kita untuk menjadi generasi BARAT. Karena ritual BERnyanyi divihara adalah sebenarnya Ritual BARAT yang kita adopsikan
dan org yang memicu dan secara intensif mendorong suatu ritual bernyanyi di Vihara, adalah bagaikan penabur dan pembibitan generasi budha ke Barat
-
Bukannya di Yuganadha Sutta, Ananda berkata ada 4 metode meditasi??
Samatha , vipasana, samatha n vipasana, n objek yg lebih tinggi??
-
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
Bro Aloka Mahita yang baik, Saya pernah mendengar mengenai hal ini, dan saya rasa saya mengenal secara pribadi Bhikkhu ini, kalau tidak salah Bhikkhu ini sebelumnya belajar aliran lain, dan hanya beberapa tahun belakangan mengenal Theravada.
Pernyataannya bahwa Kesucian Sotapanna bisa dicapai dengan belajar Dhamma (tak perlu meditasi/konsentrasi), apakah ini berarti beliau dan juga banyak teman-teman ahli Dhamma yang ada di DC adalah Sotapanna?
Untuk mengetahui sebuah tong isinya penuh atau kosong adalah dengan mendengarkan "bunyinya" bukan menilai dari keindahan bentuk tong tersebut....
_/\_
-
Bukannya di Yuganadha Sutta, Ananda berkata ada 4 metode meditasi??
Samatha , vipasana, samatha n vipasana, n objek yg lebih tinggi??
kalau dalam yuganadha sutta dikatakan orang mengembangkan ketenangan dan konsentrasi bersama2x, bukan sebagai sebuah tehnik khusus. mau apapun tehniknya, ada kedua komponen itu. yg bagian terakhir itu ketika kondisi sudah memungkinkan (dimana bisa dicapai dengan kedua komponen itu)
-
Teman-teman sekalian nampaknya terlalu lama kita mendengar ucapan bhikkhu satu bertentangan dengan bhikkhu yang lain mengenai Vipassana dan Samatha, yang kadang-kadang berdasarkan pendapat pribadi belaka.
Saya kira sudah waktunya kita mengakhiri dan kembali pada apa yang diajarkan oleh Sang Buddha sesuai dengan Tipitaka.
Yuganadha Sutta:
20. Ekaü samayaü àyasmà ànando kosambiyaü viharati ghositàràme. Tatra kho àyasmà ànando bhikkhå àmantesi; àvuso bhikkhavoti. âvusoti kho te bhikkhå àyasmato ànandassa paccassosuü. âyasmà ànando etadavoca:
[PTS Page 157] [\q 157/] yo hi ko ci àvuso bhikkhu và bhikkhunã và mama santike arahattappattiü vyàkaroti. Sabbo so catåhi maggehi, etesaü và a¤¤atarena. Katamehi catåhi?
Idha àvuso bhikkhu samathapubbaïgamaü vipassanaü bhàveti. Tassa samathapubbaïgamaü vipassanaü bhàvayato maggo sa¤jàyati. So taü maggaü àsevati bhàveti bahulãkaroti. Tassa taü maggaü àsevato bhàvayato bahulãkaroto sa¤¤ojanà pahãyanti. Anusayà vyantãhonti.
Puna ca paraü àvuso bhikkhu vipassanàpubbaïgamaü samathaü bhàveti, tassa vipassanàpubbaïgamaü samathaü bhàvayato maggo sa¤jàyati. So taü maggaü àsevati bhàveti bahulãkaroti. Tassa taü maggaü àsevato bhàvayato bahulãkaroto sa¤¤ojanà pahãyanti. Anusayà vyantãhonti.
Puna ca paraü àvuso bhikkhu samathavipassanaü yuganaddhaü bhàveti. Tassa samathavipassanaü yuganaddhaü bhàvayato maggo sa¤jàyati. So taü maggaü àsevati bhàveti bahulãkaroti. Tassa taü maggaü àsevato bhàvayato bahulãkaroto sa¤¤ojanà pahãyanti. Anusayà vyantãhonti.
Puna ca paraü àvuso bhikkhuno dhammuddhaccaviggahãtaü mànaü hoti. So àvuso samayo yantaü cittaü ajjhattaüyeva santiññhati sannisãdati ekodihoti samàdhiyati. Tassa maggo sa¤jàyati. So taü maggaü àsevati bhàveti bahulãkaroti. Tassa taü maggaü àsevato bhàvayato bahulãkaroto sa¤¤ojanà pahãyanti. Anusayà vyantãhonti.
Yo hi ko vi àvuso bhikkhu và bhikkhunã và mama santike arahattappattiü vyàkaroti, sabbo so imehi catåhi maggehi, etesaü và a¤¤atarenàti.
Pañipadàvaggo dutiyo.
http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/4Anguttara-Nikaya/Anguttara2/4-catukkanipata/017-patipadavaggo-p.html
Yuganaddha Sutta: In Tandem
On one occasion Ven. Ananda was staying in Kosambi, at Ghosita's monastery. There he addressed the monks, "Friends!"
"Yes, friend," the monks responded.
Ven. Ananda said: "Friends, whoever — monk or nun — declares the attainment of arahantship in my presence, they all do it by means of one or another of four paths. Which four?
"There is the case where a monk has developed insight preceded by tranquillity. As he develops insight preceded by tranquillity, the path is born. He follows that path, develops it, pursues it. As he follows the path, developing it & pursuing it — his fetters are abandoned, his obsessions destroyed.
"Then there is the case where a monk has developed tranquillity preceded by insight. As he develops tranquillity preceded by insight, the path is born. He follows that path, develops it, pursues it. As he follows the path, developing it & pursuing it — his fetters are abandoned, his obsessions destroyed.
"Then there is the case where a monk has developed tranquillity in tandem with insight. As he develops tranquillity in tandem with insight, the path is born. He follows that path, develops it, pursues it. As he follows the path, developing it & pursuing it — his fetters are abandoned, his obsessions destroyed.
"Then there is the case where a monk's mind has its restlessness concerning the Dhamma [Comm: the corruptions of insight] well under control. There comes a time when his mind grows steady inwardly, settles down, and becomes unified & concentrated. In him the path is born. He follows that path, develops it, pursues it. As he follows the path, developing it & pursuing it — his fetters are abandoned, his obsessions destroyed.
"Whoever — monk or nun — declares the attainment of arahantship in my presence, they all do it by means of one or another of these four paths."
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.170.than.html
Yuganadha Sutta: berbarengan.
Pada suatu ketikan Y.A. Ananda berdiam di Kosambi, di Ghositarama. Disana beliau menyapa para bhikkhu, "Avuso!"
"Ya, avuso, " para bhikkhu menjawab.
Y.A. Ananda berkata: "Avuso, siapapun - bhikkhu atau bhikkhuni - menyatakan pencapaian tingkat kesucian Arahat waktu saya hadir, mereka melakukannya dengan salah satu dari ke-empat jalan. Yang manakah keempat jalan itu?
"Ada bhikkhu yang mengembangkan Vipassana didahului Samatha. Ketika ia mengembangkan Vipassana didahului Samatha, muncullah jalan (bila dikaitkan dengan tujuh visuddhi, magga yang dimaksud disini adalah magga magga nanadassana visuddhi yaitu pemurnian yang membedakan jalan dan bukan jalan. Bukan sotapati Magga). Ia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, mengejarnya. Ketika ia mengikuti jalan tersebut, mengembangkan dan mengejarnya - belenggunya lenyap.
"Ada bhikkhu yang mengembangkan Samatha didahului Vipassana. Ketika ia mengembangkan Samatha didahului Vipassana , muncullah jalan. Ia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, mengejarnya. Ketika ia mengikuti jalan tersebut, mengembangkan dan mengejarnya - belenggunya lenyap.
"Ada bhikkhu yang mengembangkan Samatha berbarengan dengan Vipassana. Ketika ia mengembangkan Samatha berbarengan dengan Vipassana , muncullah jalan. Ia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, mengejarnya. Ketika ia mengikuti jalan tersebut, mengembangkan dan mengejarnya - belenggunya lenyap.
"Ada bhikkhu yang keragu-raguannya mengenai Dhamma (menurut buku komentar yang dimaksud adalah kekotoran Vipassana/ Vipassana upakilesa) terkendali. Ada masanya Ketika batinnya menjadi mantap, tenang, dan menjadi terpusat dan terkonsentrasi. Muncullah jalan. Ia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, mengejarnya. Ketika ia mengikuti jalan tersebut, mengembangkan dan mengejarnya - belenggunya lenyap.
Siapapun - bhikkhu atau bhikkhuni - menyatakan pencapaian Arahat pada waktu saya hadir, mereka melakukannya dengan salah satu dari keempat cara ini."
_/\_
-
Sebenarnya dari dulu juga siswa-i Beliau sudah membahas masalah meditasi (vipasana & samantha) dalam pencapaian, dan sekarang sudah ada penjelasan dari Sutta, mengapa masih memperdebatkannya antara Vipasana dan Samantha.
Kesimpulan keduanya memang perlu.
Jadi Prakteklah !
kamsia
-
jadi terserah anda cocok nya yang mana jalan yang akan anda tempuh mau samantha dulu apa vipasana dulu. kalau wa pilihan nya dasar dulu dikuatkan baru bisa melihat dan mengorbservasi dengan baik hal hal lain nya.
-
oh begitu ya? ada yang bisa konfirmasi?
-
[at] Ika Polim:
Secara umum Dhamma berarti: Kesunyataan, kebenaran, "truth".
Dhamma yang diajarkan Sang Buddha, walau banyaknya diibaratkan hanya segenggam daun di tangan dibanding yang di dalam seisi hutan, sudah cukup membawa pada lenyapnya dukkha.
Dhamma yang diajarkan/disampaikan adalah kesunyataan yang menuntun pada lenyapnya penyebab dukkha, yakni nafsu keinginan (tanha atau "desire"). Bagaimana tanha lenyap? Melalui lenyapnya Avijja.
Dikatakan melihat Hukum Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan atau Paticcasamupada, berarti melihat Dhamma.
Lalu apa kondisi-kondisi yang mengarah pada Lenyapnya Avijja ~> Lenyapnya Tanha ~> Lenyapnya Dukkha?
Faktor-faktor dalam Jalan Tengah, Jalan Mulia Beruas 8; singkatnya aspek-aspek SILA, SAMADHI dan PAÑÑA.
Dan Sang Buddha, Guru Agung Pengenal Segenap Alam Semesta, dengan berbagai cara memberi petunjuk-2, cara-2 termasuk pendekatan-2 dalam menjalankan, mematangkan, & menyempurnakan semua faktor-faktor dalam Moralitas (Sila), Konsentrasi (Samadhi) dan Kebijaksanaan (Pañña) tersebut.
Inti atau ciri dari isi ajaran para Buddha, para Yang Tercerahkan, yaitu tidak berbuat kejahatan, berbuat kebajikan, dan melatih atau mengembangkan kebijaksanaan/kesucian batin.
Mettacittena
-
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
Bro Aloka Mahita yang baik, Saya pernah mendengar mengenai hal ini, dan saya rasa saya mengenal secara pribadi Bhikkhu ini, kalau tidak salah Bhikkhu ini sebelumnya belajar aliran lain, dan hanya beberapa tahun belakangan mengenal Theravada.
Pernyataannya bahwa Kesucian Sotapanna bisa dicapai dengan belajar Dhamma (tak perlu meditasi/konsentrasi), apakah ini berarti beliau dan juga banyak teman-teman ahli Dhamma yang ada di DC adalah Sotapanna?
Untuk mengetahui sebuah tong isinya penuh atau kosong adalah dengan mendengarkan "bunyinya" bukan menilai dari keindahan bentuk tong tersebut....
_/\_
Mbah Fabian, pernyataan anda mengandung makna bahwa "Teman-teman DC" bukan Sotapanna.
-
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
Bro Aloka Mahita yang baik, Saya pernah mendengar mengenai hal ini, dan saya rasa saya mengenal secara pribadi Bhikkhu ini, kalau tidak salah Bhikkhu ini sebelumnya belajar aliran lain, dan hanya beberapa tahun belakangan mengenal Theravada.
Pernyataannya bahwa Kesucian Sotapanna bisa dicapai dengan belajar Dhamma (tak perlu meditasi/konsentrasi), apakah ini berarti beliau dan juga banyak teman-teman ahli Dhamma yang ada di DC adalah Sotapanna?
Untuk mengetahui sebuah tong isinya penuh atau kosong adalah dengan mendengarkan "bunyinya" bukan menilai dari keindahan bentuk tong tersebut....
_/\_
Mbah Fabian, pernyataan anda mengandung makna bahwa "Teman-teman DC" bukan Sotapanna.
Bro Indra yang baik,
Wah saya tidak mau menduga demikian bro, sebab menurut penerawangan saya dengan membandingkan menggunakan ilmu pubbeni.... apalah namanya, pokoknya artinya ilmu mengingat kejadian lampau, saya berkesimpulan bahwa semua warga DC telah memiliki nana (pengetahuan pengalaman) yang luar biasa, yaitu:
"Pengetahuan pengalaman menembus rasa sotopanas"
Karma buruk akan segera berbuah bila saya memiliki prasangka yang tidak baik kepada semua warga DC, yaitu
di maki-maki oleh warga DC dan karma yang paling berat yang tak bisa ditolong lagi yaitu di ban.....
Demikianlah hasil penerawangan saya.....
_/\_
-
[at] Ika Polim:
lho kok [at] Ika Polim? ???
-
kayaknya yang bersangkutan gak tau sejarahnya deh.
-
Bro semua, ada Bhante yang menyatakan pendapatnya seperti dibawah ini :
Bahwa ajaran Buddha yang dibabarkan zaman sekarang ini dapat menyimpang dari ajaran yg sejati.
Walau dibabarkan oleh Bhikku atau dijelaskan dibuku harus dibandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka,
Bila tidak sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka janganlah dianggap sebagai ajaran Buddha yang benar.
Vipassana baru ada 30 tahun terakhir, dalam Tipitaka tidak ada istilah Vipassana.
Sang Buddha tidak mengajarkan Vipassana, Vipasanna adalah istilah yang dipopulerkan oleh Bhante Mahasi Sayadaw, agar orang2 tertarik pada metoda meditasi yang lebih 'mudah' (krn tidak mencapai jhana), tapi dapat mencapai tingkat2 kesucian.
Selain itu, murid2 sang Buddha pada jaman dulu hanya mengagungkan Samatha Bhavana,
Juga dalam Mahasatipathana Sutta yang dijelaskan adalah Samatha Bhavana.
Kesucian tingkat pertama (Sotapana) dapat dicapai hanya dengan mendengarkan dan membaca ttg dhamma, dan bukan dengan meditasi Vipassana.
Sedangkan tingkat2 kesucian yang lebih tinggi hanya dapat dicapai setelah mencapai jhana jhana dalam menditasi Samatha Bhavana.
Setelah jhanna tanpa bentuk tingkat 4 (jhanna ke 8) ada jhanna ke 9, dimana orang yang mencapai jhanna 9 berarti telah mencapai Nibbana, dengan kata lain orang yang dapat mencapai jhana 9 dapat menjadi seorang Arahat.
Apakah pendapat ini bisa diterima?
Terus terang, Pendapat yg dinyatakan Bhante ini agak bertentangan dengan pandangan saya yang selama ini saya yakini..
Bagaimana menurut pendapat bro sekalian?
baca dulu Tipitaka Dengan lengkap terutama Mahasatiphatana Sutta.. di jelaskan bhwa tidak ada jalan lain selain vipassana untuk meraih kesucian.. dalam Mahaparinibbana sutta ( kalau aku gak salah inget ) Tidak akan di temukan orang suci dalam ajaran manapun jika di dalamnya tidak mengajarkan Vipassana..
-
Meditasi Vipassana yang kita kenal adalah bagian atau fase yang sangat penting dalam pelaksanaan Perhatian Benar (SAMMA-SATI), perhatian atau perenungan pada (bahwa yang ada hanya) 4 Satipatthana, fenomena atau realitas batin dan jasmani, fenomena atau realitas (dhamma) yang tak melibatkan atau berhubungan dengan suatu personifikasi atau diri/atta. Perhatian Benar bersama-sama dengan Pandangan Benar dan Konsentrasi Benar penting untuk penembusan Tilakkhana. Perhatian Benar adalah mengembangkan 4 Satipatthana, yang juga bertindak sebagai landasan yang membantu mengembangkan Konsentrasi Benar.
Dalam SN 47.40 Satipatthana-vibhanga Sutta, dikatakan bahwa fondasi untuk mengembangkan 4 Satipatthana adalah pelaksanaan keseluruhan 8 faktor dalam Jalan Mulia Beruas 8.
Satipatthana-vibhanga Sutta: Analysis of the Frames of Reference
Adapted translation from the Pali by Thanissaro Bhikkhu
"I will teach you the frames of reference, their development, and the path of practice leading to their development. Listen & pay close attention. I will speak.
"Now, what are the frames of reference? There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world. He remains focused on feelings in & of themselves... mind in & of itself... mental qualities in & of themselves — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"This is called the frames of reference.
"And what is the development of the frames of reference? There is the case where a monk remains focused on the phenomenon of origination with regard to the body, remains focused on the phenomenon of passing away with regard to the body, remains focused on the phenomenon of origination & passing away with regard to the body — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"He remains focused on the phenomenon of origination with regard to feelings, remains focused on the phenomenon of passing away with regard to feelings, remains focused on the phenomenon of origination & passing away with regard to feelings — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"He remains focused on the phenomenon of origination with regard to the mind, remains focused on the phenomenon of passing away with regard to the mind, remains focused on the phenomenon of origination & passing away with regard to the mind — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"He remains focused on the phenomenon of origination with regard to dhamma (selfless phenomenon/reality), remains focused on the phenomenon of passing away with regard to dhamma, remains focused on the phenomenon of origination & passing away with regard to dhamma — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"This is called the development of the frames of reference.
"And what is the path of practice to the development of the frames of reference? Just this noble eightfold path: right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called the path of practice to the development of the frames of reference."
Mengenai Maha Satipatthana Sutta, ekayano maggo kurang tepat diartikan sebagai jalan satu-satunya. Menurut Ajahn Brahm, ekayano maggo memiliki arti jalan yang hanya menuju satu arah. Jadi pengembangan 4 Satipatthana (Vipassana Bhavana) adalah jalan yang (pasti) menuju satu arah yakni pembebasan, bukan yang lain.
-
Meditasi Vipassana yang kita kenal adalah bagian atau fase yang sangat penting dalam pelaksanaan Perhatian Benar (SAMMA-SATI), perhatian atau perenungan pada (bahwa yang ada hanya) 4 Satipatthana, fenomena atau realitas batin dan jasmani, fenomena atau realitas (dhamma) yang tak melibatkan atau berhubungan dengan suatu personifikasi atau diri/atta. Perhatian Benar bersama-sama dengan Pandangan Benar dan Konsentrasi Benar penting untuk penembusan Tilakkhana. Perhatian Benar adalah mengembangkan 4 Satipatthana, yang juga bertindak sebagai landasan yang membantu mengembangkan Konsentrasi Benar.
Dalam SN 47.40 Satipatthana-vibhanga Sutta, dikatakan bahwa fondasi untuk mengembangkan 4 Satipatthana adalah pelaksanaan keseluruhan 8 faktor dalam Jalan Mulia Beruas 8.
Satipatthana-vibhanga Sutta: Analysis of the Frames of Reference
Adapted translation from the Pali by Thanissaro Bhikkhu
"I will teach you the frames of reference, their development, and the path of practice leading to their development. Listen & pay close attention. I will speak.
"Now, what are the frames of reference? There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world. He remains focused on feelings in & of themselves... mind in & of itself... mental qualities in & of themselves — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"This is called the frames of reference.
"And what is the development of the frames of reference? There is the case where a monk remains focused on the phenomenon of origination with regard to the body, remains focused on the phenomenon of passing away with regard to the body, remains focused on the phenomenon of origination & passing away with regard to the body — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"He remains focused on the phenomenon of origination with regard to feelings, remains focused on the phenomenon of passing away with regard to feelings, remains focused on the phenomenon of origination & passing away with regard to feelings — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"He remains focused on the phenomenon of origination with regard to the mind, remains focused on the phenomenon of passing away with regard to the mind, remains focused on the phenomenon of origination & passing away with regard to the mind — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"He remains focused on the phenomenon of origination with regard to dhamma (selfless phenomenon/reality), remains focused on the phenomenon of passing away with regard to dhamma, remains focused on the phenomenon of origination & passing away with regard to dhamma — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.
"This is called the development of the frames of reference.
"And what is the path of practice to the development of the frames of reference? Just this noble eightfold path: right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called the path of practice to the development of the frames of reference."
Mengenai Maha Satipatthana Sutta, ekayano maggo kurang tepat diartikan sebagai jalan satu-satunya. Menurut Ajahn Brahm, ekayano maggo memiliki arti jalan yang hanya menuju satu arah. Jadi pengembangan 4 Satipatthana (Vipassana Bhavana) adalah jalan yang (pasti) menuju satu arah yakni pembebasan, bukan yang lain.
Bro Utphala Dhamma yang baik,
Saya tidak setuju dengan pernyataan Ajahn Brahm, karena dengan pernyataan tersebut maka implikasinya berarti pencapaian ke arah pembebasan bisa dilakukan dengan cara lain. Bukan hanya dengan Jalan Ariya Berunsur Delapan.
Bila pernyataan Ajahn Brahm benar maka,
- Kepercayaan Hindu Bali bahwa pencerahan bisa dicapai dari dua arah, yaitu dengan melakukan kebajikan atau melakukan kejahatan, kedua-duanya akan bermuara ke arah yang sama, mungkin benar juga.
- barangkali mencapai pencerahan dengan membaca Namo Tassa terus-terusan hingga suatu ketika mencapai Pencerahan, mungkin bisa juga.
- Atau pernyataan bahwa tanpa meditasi suatu ketika bisa mencapai pencerahan barangkali bisa terjadi.
- Atau tanpa belajar Dhamma sekalipun suatu ketika akan mencapai Pencerahan.
Intinya bila Jalan Ariya Berunsur Delapan bukan jalan satu-satunya, berarti ada banyak jalan ke Roma.
Saya rasa penerjemahan yang lebih tepat dari ekayano maggo adalah: jalan tunggal. Pengertian jalan tunggal agak sejalan dengan pengertian jalan satu-satunya.
_/\_
-
Bro Utphala Dhamma yang baik,
Saya tidak setuju dengan pernyataan Ajahn Brahm, karena dengan pernyataan tersebut maka implikasinya berarti pencapaian ke arah pembebasan bisa dilakukan dengan cara lain. Bukan hanya dengan Jalan Ariya Berunsur Delapan.
Bila pernyataan Ajahn Brahm benar maka,
- Kepercayaan Hindu Bali bahwa pencerahan bisa dicapai dari dua arah, yaitu dengan melakukan kebajikan atau melakukan kejahatan, kedua-duanya akan bermuara ke arah yang sama, mungkin benar juga.
- barangkali mencapai pencerahan dengan membaca Namo Tassa terus-terusan hingga suatu ketika mencapai Pencerahan, mungkin bisa juga.
- Atau pernyataan bahwa tanpa meditasi suatu ketika bisa mencapai pencerahan barangkali bisa terjadi.
- Atau tanpa belajar Dhamma sekalipun suatu ketika akan mencapai Pencerahan.
Intinya bila Jalan Ariya Berunsur Delapan bukan jalan satu-satunya, berarti ada banyak jalan ke Roma.
Saya rasa penerjemahan yang lebih tepat dari ekayano maggo adalah: jalan tunggal. Pengertian jalan tunggal agak sejalan dengan pengertian jalan satu-satunya.
_/\_
Bro Fabian yang baik,
Mengenai jalan satu-satunya, saya berpendapat jalan tersebut adalah Jalan Mulia Beruas Delapan _/\_
SN 22.84. Tissa Sutta: Khotbah Dorongan Semangat dari Sang Buddha kepada Bhikkhu Tissa
Adaptasi terjemahan dari Pali oleh Thanissaro Bhikkhu dan Walshe.
"Tissa, seumpama ada dua orang, yang satu tidak tahu jalan, yang lain tahu jalan. Dalam hal ini, yang tidak tahu jalan bertanya pada orang yang tahu jalan. Ia menjawab, "Benar, Sobat, inilah jalannya. Teruskanlah selama beberapa saat dan engkau akan tiba pada suatu persimpangan. Jangan ambil yang kiri, tapi ambillah jalan yang di sebelah kanan. Teruskan sedikit, dan engkau akan sampai pada sebuah hutan rimba yang lebat. Lanjutkan sedikit lagi, dan engkau akan melihat sebuah rawa yang luas. Lanjutkan sedikit lebih jauh, dan engkau akan melihat jurang yang dalam. Tetap lanjutkan sedikit lebih jauh lagi, dan engkau akan melihat sebidang tanah lapang yang menyenangkan.
"Aku membuat perumpamaan ini untuk menjelaskan maksudku: Orang yang tidak tahu jalan mewakili umat awam (yang belum memasuki arus), dan orang yang tahu jalan mewakili Sang Tathagata, Arahat, Samma Sambuddha, yang telah mencapai Penerangan Sempurna. Persimpangan jalan mewakili keragu-raguan. Cabang sebelah kiri mewakili jalan yang salah dan cabang sebelah kanan mewakili Jalan Mulia Beruas Delapan. Hutan yang lebat mewakili ketidaktahuan. Rawa yang luas mewakili nafsu indera. Jurang yang dalam melambangkan kejengkelan dan keputusasaan. Sebidang tanah lapang yang menyenangkan mewakili Nibbana.
" Bergembiralah, Tissa, Bergembiralah. Aku di sini untuk menasihatimu, Aku di sini untuk mendukungmu, Aku di sini untuk memberimu petunjuk!" [/color]
-
Mengenai Maha Satipatthana Sutta, ekayano maggo kurang tepat diartikan sebagai jalan satu-satunya. Menurut Ajahn Brahm, ekayano maggo memiliki arti jalan yang hanya menuju satu arah. Jadi pengembangan 4 Satipatthana (Vipassana Bhavana) adalah jalan yang (pasti) menuju satu arah yakni pembebasan, bukan yang lain.
Bro Utphala Dhamma yang baik,
Saya tidak setuju dengan pernyataan Ajahn Brahm, karena dengan pernyataan tersebut maka implikasinya berarti pencapaian ke arah pembebasan bisa dilakukan dengan cara lain. Bukan hanya dengan Jalan Ariya Berunsur Delapan.
Bila pernyataan Ajahn Brahm benar maka,
- Kepercayaan Hindu Bali bahwa pencerahan bisa dicapai dari dua arah, yaitu dengan melakukan kebajikan atau melakukan kejahatan, kedua-duanya akan bermuara ke arah yang sama, mungkin benar juga.
- barangkali mencapai pencerahan dengan membaca Namo Tassa terus-terusan hingga suatu ketika mencapai Pencerahan, mungkin bisa juga.
- Atau pernyataan bahwa tanpa meditasi suatu ketika bisa mencapai pencerahan barangkali bisa terjadi.
- Atau tanpa belajar Dhamma sekalipun suatu ketika akan mencapai Pencerahan.
Intinya bila Jalan Ariya Berunsur Delapan bukan jalan satu-satunya, berarti ada banyak jalan ke Roma.
Saya rasa penerjemahan yang lebih tepat dari ekayano maggo adalah: jalan tunggal. Pengertian jalan tunggal agak sejalan dengan pengertian jalan satu-satunya.
_/\_
Pengertian jalan tunggal dan jalan satu-satunya adalah SALAH BESAR atau SESAT atau menyesatkan orang banyak, Pencapaian Kesucian bisa tercapai dengan 2 cara, yaitu Kesucian Melalui Kebijaksanaan dan Kesucian Melalui Konsentrasi
paham ga' apa yg dimaksud dengan ini? ga' tau?
Belajar lagi decchhhh......
Sekarang gampang aje dech......
Sang Buddha mencapai keBuddhaan atau keArahatan melalui Jhana khan?
Jadi dimana itu "jalan satu-satunya" ?
Meditasi Jhana dengan mencapai 8 Pencapaian (4 Rupa dan 4 Arupa Jhana) dilanjutkan dengan Pencapaian ke sembilan "Penghentian dari Pencerapan dan Perasaan" ini akan membuat si Pencapai mencapai KeArahatan, TIDAK ADA unsur yg namanya Vipassana disitu..!
Justru, dengan pandangan salah anda dan kesesatan anda selama ini seperti inilah maka anda puluhan Tahun berkutet dengan Vipassana TANPA ada kemajuan !
Masih belon sadar juga...?
Kasiiaaannnn dech Looo...... 'ampe Tua di Vipassana tanpa hasil......
dari Jalan Utama berruas 8, maka faktor : Konsentrasi Benar jelas adalah Jhana yg di wanti-wanti oleh Sang Bhagava untuk dilatih ! BUKAN Vipassana !
BAHKAN... istilah Vipassana waktu itu dikenal pun TIDAK
yg ada adalah Satipatthana 4 yg bersanding dengan Sati-Sampajjana yang harus dilatih untuk mempertajam kesadaran agar lebih mudah memasuki keadaan Konsentrasi (Jhana)
Fabian ini kagak sadar-sadar udah kejeblok di Pandangan salah puluhan Tahun...!
kasian ammaaatttt......
Terjemahan : 'Jalan Satu Arah' untuk "Eka Maggo Vissudhiya" sudah benar, dalam artikata :
Pelaksana Satipatthana 4 (BUKAN Vipassana) hanya menuju ke Pencapaian Kesucian (jalan hanya ke satu arah, yaitu kesucian) sedang mereka yang melatih Samatha, jika tidak berhasil mencapai tingkat ke 9 (Penghentian dari Pencerapan dan Perasaan) atau memusnahkan kekotoran Bhatin dengan Asavakayanana (= Abhinna, yang bisa ditimbulkan mulai Jhana ke 4) sehingga menjadi Arahat, maka orang ini hanya akan menjadi sesosok Brahma biasa (terlahir ke Alam Brahma), jadi, jalan Samatha mempunyai 2 arah :
Nibbana (sebagai Arahat) atau Brahma
sedangkan Satipatthana 4 hanya 1 arah, yaitu Kesucian (Sotapana s/d Arahat)
TAPI jadi BEDA JAUH kalo dibilang SATU-SATUNYA !
Pemelencengan pengertian ini menjadi : Jalan SATU-SATUNYA merupakan salah kaprah yg Besar, sangat besar, kemunduran yg sangat Besar, itulah sebabnya jarang sekali atau Hampir tidak ada, pencapai Kesucian di Jaman ini, karena DIRACUNI oleh paham Vipassana yg salah ini
Paham salah ini membuat orang menjauh melatih Jhana, menganggap Jhana tidak penting, ini yang dikatakan tidak menghormati Meditasi/Konsentrasi yg membuat kemunduran dari Dhamma yang sangat Parah......
Saya sangat menyesalkan dipeliharanya pandangan-pandangan salah dan sesat seperti ini di Kalangan Buddhist
Demikian Kataku
-
bagi yg menganut pandangan "bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan vipassanā" saya sarankan agar lebih banyak membaca sutta, berikut saya copas satu dari banyak sutta di mana terdapat kata "vipassanā", kutipan ini saya ambil dari Majjhima Nikāya
‘‘Ākaṅkheyya ce, bhikkhave, bhikkhu – ‘sabrahmacārīnaṃ piyo ca assaṃ manāpo ca garu ca bhāvanīyo cā’ti [manāpo garubhāvaniyo cāti (sī.)], sīlesvevassa paripūrakārī ajjhattaṃ cetosamathamanuyutto anirākatajjhāno vipassanāya samannāgato brūhetā suññāgārānaṃ.
‘‘Ākaṅkheyya ce, bhikkhave, bhikkhu – ‘lābhī assaṃ cīvarapiṇḍapātasenāsanagilānappaccayabhesajjaparikkhārāna’nti, sīlesvevassa paripūrakārī ajjhattaṃ cetosamathamanuyutto anirākatajjhāno vipassanāya samannāgato brūhetā suññāgārānaṃ.
‘‘Ākaṅkheyya ce, bhikkhave, bhikkhu – ‘yesāhaṃ cīvarapiṇḍapātasenāsana gilānappaccayabhesajjaparikkhāraṃ paribhuñjāmi tesaṃ te kārā mahapphalā assu mahānisaṃsā’ti, sīlesvevassa paripūrakārī ajjhattaṃ cetosamathamanuyutto anirākatajjhāno vipassanāya samannāgato brūhetā suññāgārānaṃ.
‘‘Ākaṅkheyya ce, bhikkhave, bhikkhu – ‘ye maṃ [ye me (sī. syā.)] ñātī sālohitā petā kālaṅkatā [kālakatā (sī. syā. pī.)] pasannacittā anussaranti tesaṃ taṃ mahapphalaṃ assa mahānisaṃsa’nti, sīlesvevassa paripūrakārī ajjhattaṃ cetosamathamanuyutto anirākatajjhāno vipassanāya samannāgato brūhetā suññāgārānaṃ.
-
Vipassana & Samatha adalah jalannya.tanpa Vipassana bukan jalannya.tanpa Samatha juga bukan jalannya.
-
hebatnya lagi jarang baca tapi bisa menghakimi ^-^
-
Pertanyaannya, apakah kata vipassana di sutta itu mengacu pada salah satu dari pembagian jenis meditasi seperti yg dipahami sekarang: samatha bhavana dan vipassana bhavana?
Pertanyaan lainnya, apakah kata vipassana di sutta itu mengacu pada praktek vipassana yang dipahami oleh orang di jaman ini yaitu praktek vipassana cara mahasi atau vipassana cara goenka, dsb?
-
Pertanyaannya, apakah kata vipassana di sutta itu mengacu pada salah satu dari pembagian jenis meditasi seperti yg dipahami sekarang: samatha bhavana dan vipassana bhavana?
Pertanyaan lainnya, apakah kata vipassana di sutta itu mengacu pada praktek vipassana yang dipahami oleh orang di jaman ini yaitu praktek vipassana cara mahasi atau vipassana cara goenka, dsb?
:jempol:
-
Pertanyaannya, apakah kata vipassana di sutta itu mengacu pada salah satu dari pembagian jenis meditasi seperti yg dipahami sekarang: samatha bhavana dan vipassana bhavana?
Pertanyaan lainnya, apakah kata vipassana di sutta itu mengacu pada praktek vipassana yang dipahami oleh orang di jaman ini yaitu praktek vipassana cara mahasi atau vipassana cara goenka, dsb?
vipassana dalam teks sutta, tidak pernah ada yg mengacu pada jenis meditasi, melainkan bermakna "insight" (pandangan terang). terjemahan paragraf Pali di atas adalah sbb:
3. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku disayangi dan disenangi oleh teman-temanku dalam kehidupan suci, dihormati dan dihargai oleh mereka,’ maka ia harus memenuhi aturan-aturan, menekuni ketenangan pikiran internal, tidak mengabaikan meditasi, memiliki pandangan terang, dan berdiam dalam gubuk-gubuk kosong.
BTW, postingan saya tidak bermaksud untuk membantah argumen bahwa "Sang Buddha mengajarkan (meditasi) vipassana", karena saya memang setuju dengan hal ini.
tapi jika dikatakan bahwa istilah Vipasana tidak ada dalam Tipitaka, dan baru muncul 30 tahun terakhir, bahkan disampaikan oleh seorang Bhante, maka kemungkinan besar Bhante ini adalah seorang yg buta huruf.
-
bagi yg menganut pandangan "bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan vipassanā" saya sarankan agar lebih banyak membaca sutta, berikut saya copas satu dari banyak sutta di mana terdapat kata "vipassanā", kutipan ini saya ambil dari Majjhima Nikāya
‘‘Ākaṅkheyya ce, bhikkhave, bhikkhu – ‘sabrahmacārīnaṃ piyo ca assaṃ manāpo ca garu ca bhāvanīyo cā’ti [manāpo garubhāvaniyo cāti (sī.)], sīlesvevassa paripūrakārī ajjhattaṃ cetosamathamanuyutto anirākatajjhāno vipassanāya samannāgato brūhetā suññāgārānaṃ.
‘‘Ākaṅkheyya ce, bhikkhave, bhikkhu – ‘lābhī assaṃ cīvarapiṇḍapātasenāsanagilānappaccayabhesajjaparikkhārāna’nti, sīlesvevassa paripūrakārī ajjhattaṃ cetosamathamanuyutto anirākatajjhāno vipassanāya samannāgato brūhetā suññāgārānaṃ.
‘‘Ākaṅkheyya ce, bhikkhave, bhikkhu – ‘yesāhaṃ cīvarapiṇḍapātasenāsana gilānappaccayabhesajjaparikkhāraṃ paribhuñjāmi tesaṃ te kārā mahapphalā assu mahānisaṃsā’ti, sīlesvevassa paripūrakārī ajjhattaṃ cetosamathamanuyutto anirākatajjhāno vipassanāya samannāgato brūhetā suññāgārānaṃ.
‘‘Ākaṅkheyya ce, bhikkhave, bhikkhu – ‘ye maṃ [ye me (sī. syā.)] ñātī sālohitā petā kālaṅkatā [kālakatā (sī. syā. pī.)] pasannacittā anussaranti tesaṃ taṃ mahapphalaṃ assa mahānisaṃsa’nti, sīlesvevassa paripūrakārī ajjhattaṃ cetosamathamanuyutto anirākatajjhāno vipassanāya samannāgato brūhetā suññāgārānaṃ.
Tapi perlu diketahui dan di Mengerti, bahwa kata "vipassanā" diatas berbeda dengan apa yang dilakukan dan dilatih orang sebagai Vipassana Jaman sekarang, untuk yang Jaman sekarang dikenal sebagai Meditasi Vipassana, itu adalah apa yg di Jaman Sang Buddha diajarkan sebagai Sati Patthana 4
Jadi, Apa yang dikenal di Jaman sekarang sebagai Meditasi Vipassana, memang di Jaman Buddha tidak dikenal, yg digunakan waktu itu adalah Sati Patthana 4, sedangkan KATA "vipassanā" memang telah muncul, dan kata itulah yang dicatut, diambil dan angkat sebagai pengganti Sati Patthana 4
:)
-
seri no 1, 2, 3 & 4 nya model seperti apa ?
Tapi perlu diketahui dan di Mengerti, bahwa kata "vipassanā" diatas berbeda dengan apa yang dilakukan dan dilatih orang sebagai Vipassana Jaman sekarang, untuk yang Jaman sekarang dikenal sebagai Meditasi Vipassana, itu adalah apa yg di Jaman Sang Buddha diajarkan sebagai Sati Patthana 4
Jadi, Apa yang dikenal di Jaman sekarang sebagai Meditasi Vipassana, memang di Jaman Buddha tidak dikenal, yg digunakan waktu itu adalah Sati Patthana 4, sedangkan KATA "vipassanā" memang telah muncul, dan kata itulah yang dicatut, diambil dan angkat sebagai pengganti Sati Patthana 4
:)