Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?

[Sostradanie]

silakan baca kembali penyataan saya kata per kata dan kalimat per kalimat.

Bisakah bro menjawab:Apakah ini pernyataan bahwa bro tidak melihat ada yang melanggar Pancasila dalam meluruskan??

Tulisan anda tentu saya tanyakan ke anda. Supaya saya tidak salah dalam mengambil kesimpulan.

[OBAMA]

Bisakah bro menjawab:Apakah ini pernyataan bahwa bro tidak melihat ada yang melanggar Pancasila dalam meluruskan??

Tulisan anda tentu saya tanyakan ke anda. Supaya saya tidak salah dalam mengambil kesimpulan.

Silakan cari dulu pernyataan saya seperti yang anda tanyakan kepada saya. Dan jawaban itu sudah ada. malas ah mengulang-ngulang.

[wang ai lie]

sekilas iklan dah buat merenung, apa yang bisa di ambil pada sutta ini

145  Puṇṇovāda Sutta
Nasihat kepada Puṇṇa

3. “Puṇṇa, ada Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu bergembira di dalamnya, menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya, maka kegembiraan muncul dalam dirinya. Dengan munculnya kegembiraam, Puṇṇa, maka muncul pula penderitaan, Aku katakan.  Ada, Puṇṇa, suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan … obyek-obyek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, [268] dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu bergembira di dalamnya, menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya, maka kegembiraan muncul dalam dirinya. Dengan munculnya kegembiraam, Puṇṇa, maka muncul pula penderitaan, Aku katakan.

4. “Puṇna, ada bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata … suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan … obyek-obyek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu tidak bergembira di dalamnya, tidak menyambutnya, dan tidak terus-menerus menggenggamnya, maka kegembiraan lenyap dalam dirinya. Dengan lenyapnya kegembiraam, Puṇṇa, maka lenyap pula penderitaan, Aku katakan.


http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18173.45
 

[Sostradanie]

Silakan cari dulu pernyataan saya seperti yang anda tanyakan kepada saya. Dan jawaban itu sudah ada. malas ah mengulang-ngulang.

Jika saya tidak keberatan melakukan ini, berikut-nya anda yang saya minta melakukan seperti ini.

Saya menilaipun(yang kasat mata) dengan panduan pancasila dalam menilai member yang menilai biksu yang melanggar vinaya dalam bentuk pendapat ataupun tanggapan.
 

Sebenarnya bukan malas mengulang tapi tidak berani bertanggung jawab dengan kata-kata yang diucapkan.
Jadi apa dasar penilaian anda dengan menggunakan pancasila tersebut sehingga menyebutkan meluruskan karena happy-happy? Sehingga membuat anda mengucapkan :

Kalau bukan Buddha tahu darimana orang lain lurus atau tidak? Apalagi kalau diri sendiri belum lurus yang terjadi malu-maluiin. Mencoba meluruskan orang lain tapi diri sendiri bengkok. 

[OBAMA]

Jika saya tidak keberatan melakukan ini, berikut-nya anda yang saya minta melakukan seperti ini.Sebenarnya bukan malas mengulang tapi tidak berani bertanggung jawab dengan kata-kata yang diucapkan.

Nah saya sudah menjelaskan malas dan anda menyimpulkan sendiri. Spekulasi lagi  hebat... baiklah saya tidak akan meladeni spekulan.

Jadi apa dasar penilaian anda dengan menggunakan pancasila tersebut sehingga menyebutkan meluruskan karena happy-happy?

Tidak ada kalimat itu yang diatas(pelintir terus...ckckck) yang ada kalimatnya"Maksud saya bila mencela biksu/bhikkhu yang melanggar vinaya tidak masalah tetapi bila kelewatan menurut saya tanpa benar-benar membuktikan apakah dia sudah berubah dan tujuan untuk menyadarkan hanya untuk happy-happy  saja.....dst". http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.2310 
---> reply Reply #2317
Kalau masih belum jelas juga capek deh..... .

Sehingga membuat anda mengucapkan :"Kalau bukan Buddha tahu darimana orang lain lurus atau tidak? Apalagi kalau diri sendiri belum lurus yang terjadi malu-maluiin. Mencoba meluruskan orang lain tapi diri sendiri bengkok."

rupanya kalimat saya itu membuat anda spekulasi walaupun sudah dijelaskan maksud kalimat tersebut. Terima kasih. Saya sudah tahu tujuan anda. Tidak apa-apa. Let it flow.

Cu girl muah....

[M14ka]

Seandainya bhikkhu itu uda bertobat, kalian akan memaafkannya kesalahannya?

[Indra]

Seandainya bhikkhu itu uda bertobat, kalian akan memaafkannya kesalahannya?

11. “Baginda, seandainya engkau melihat Angulimāla mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjalani kehidupan tanpa rumah; bahwa ia menghindari pembunuhan makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan dan menghindari ucapan salah; makan sekali sehari, dan hidup selibat, bermoral, bersikap baik. Jika engkau melihatnya demikian, bagaimanakah engkau memperlakukannya?”

“Yang Mulia, kami akan memberi hormat kepadanya, atau bangkit untuknya atau mengundangnya untuk duduk,; atau kami akan mengundangnya untuk menerima jubah, dana makanan, tempat peristirahatan, atau obat-obatan; atau kami akan menyediakan penjagaan, pertahanan, dan perlindungan. Tetapi, Yang Mulia, bagaimana mungkin seorang yang tidak bermoral demikian, seorang yang bersifat jahat, mungkin memiliki moralitas dan pengendalian seperti itu?”

[wang ai lie]

Seandainya bhikkhu itu uda bertobat, kalian akan memaafkannya kesalahannya?

jika memang bhikku itu bertobat dan kembali menjalankan vinaya nya , tidak lagi melanggar vinaya pasti kita akan memaafkan, sedangkan kita di sini hanya berhak mengingatkan aja kok dd, semua tergantung dari bhikkunya sendiri.
jika bikkhu mengajarkan kita jangan berbuat ini, tapi ternyata dia malah berbuat, bagaimana umatnya?
jika bhikku mengajarkan kita hidup harus sejalan dengan pancasila, tapi kenyataannya bhikku itu masih melanggar vinaya, bagaimana dengan umatnya? 

[Sostradanie]

Nah saya sudah menjelaskan malas dan anda menyimpulkan sendiri. Spekulasi lagi  hebat... baiklah saya tidak akan meladeni spekulan.
Tidak ada kalimat itu yang diatas(pelintir terus...ckckck) yang ada kalimatnya"Maksud saya bila mencela biksu/bhikkhu yang melanggar vinaya tidak masalah tetapi bila kelewatan menurut saya tanpa benar-benar membuktikan apakah dia sudah berubah dan tujuan untuk menyadarkan hanya untuk happy-happy  saja.....dst". http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.2310 
---> reply Reply #2317
Kalau masih belum jelas juga capek deh..... .
rupanya kalimat saya itu membuat anda spekulasi walaupun sudah dijelaskan maksud kalimat tersebut. Terima kasih. Saya sudah tahu tujuan anda. Tidak apa-apa. Let it flow.

Cu girl muah....

Anda tidak bisa membuktikan penilaian anda berdasarkan pancasila bukan? Jika anda merasa itu spekulasi,  anda bisa meluruskan dengan menjelaskan. Tapi yah, saya sudah mengerti juga bahwa anda hanya bisa melontarkan kata-kata tanpa dasar yang jelas. Sama dengan mengeluarkan ucapan yang tidak benar.

[K.K.]

OK, ini penjelasan bagi para pembaca untuk menilai sendiri.

Pernyataan dan pertanyaan saya dipelintir ckckck.
Sayang sekali anda suka berspekulasi terhadap orang lain. Tapi Biarlah.


Lebih ribet lagi diskusi dengan orang yang suka berspekulasi.
Nah ini salah satu contoh  berkelit juga. Jelas ada tanda tanya disana. Saya yang bertanya , anda yang menyimpulkan tidak perlu jawaban ckckckck. Belajar lebih banyak lagi untuk membaca pikiran orang lain daripada spekulasi.

Satu hal yang sangat pasti - Bila bhikkhu sudah menyanyi, main gitar, foto-foto cewek itu sudah TIDAK BENAR dan Tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Sang Buddha dan ini berlaku entah itu bhikkhu Theravada ataupun Biksu Mahayana. Itu artinya Kemalasan hanya ingin makan enak dan happy2 gratis tapi tidak mau kerja ataupun berlatih.

Para pembaca, adakah tanda tanya dalam kutipan tersebut?

Kalau bukan Buddha tahu darimana orang lain lurus atau tidak? Apalagi kalau diri sendiri belum lurus yang terjadi malu-maluiin. Mencoba meluruskan orang lain tapi diri sendiri bengkok. 

Analogi:

A: Tidak harus dokter untuk menganjurkan orang hidup sehat.

B: Kalau bukan dokter, tahu dari mana orang sehat atau tidak? Apalagi kalau diri sendiri belum sehat, yang terjadi malu-maluin. Mencoba menganjurkan kesehatan tapi diri sendiri sakit.

C: Saya kurang mengerti. Awalnya anda bilang harus jadi dokter dulu untuk menilai sakit/tidak dan menganjurkan hidup sehat kepada orang lain. Sekarang anda bilang menilai dengan panduan x. Jadi sebetulnya harus menjadi dokter dulu atau boleh menilai berdasarkan panduan tertentu (seperti anda dengan x, saya dengan y)?

B: Saya bertanya bukan menyatakan silakan dibaca lebih diteliti lagi.

Para pembaca, melihat dari kalimat jingga, apakah kalimat biru merupakan pertanyaan yang butuh jawaban atau pertanyaan rhetoris?

[K.K.]

saya coba uraikan pertanyaan ini...kelihatannya sih pertanyaan tetapi agak kurang penulisannya... mgkn begini maksudnya:

Kalo kita yang belum menjadi Buddha, bagaimana bisa tahu (pikiran) orang lain lurus atau tidak?

nah orang-orang di forum ini mengatakan bahwa bhikku itu telah melanggar vinaya..nah anda-anda kan belum jd Buddha, mana anda bisa tahu bahwa Bhikkhu tersebut melanggar krn kalian kan tidak mampu membaca pikiran bhikku tsb...... siapa tahu bahwa bhikku tsb sudah Arahat jd Bathinnya sudah tidak melekat pada apapun lagi..jd sah-sah saja mau melakukan apapun juga....hehehe..

Apakah begitu maksudnya bro OBAMA?..

Vinaya adalah peraturan yang ditetapkan Buddha yang bisa dimengerti oleh orang biasa. Vinaya mengatur perilaku, tidak menyangkut pembacaan pikiran atau kesaktian apapun. Kita tidak bisa menilai sesuatu yang sifatnya kurang jelas antara sengaja dan tidak (seperti bhikkhu tersentuh wanita), tapi untuk yang jelas terlihat seperti biku main gitar, kita bisa menilainya, tentu saja.

[wang ai lie]

kalau yang saya tangkap, dari kata2 bro obama "hanya buddha yang tau (yang bisa menilai) lurus atau tidak nya"

seperti contoh yang bro kainyn tulis , yang saya tangkap dari kata2 itu "hanya dokter yang tau (bisa menilai) sakit atau tidaknya"

dari 2 kalimat diatas merupakan pernyataan .

[K.K.]

ada 2 jika pada postingan anda.

"jika anda mengartikan hanya berbohong saja dalam mengartikan pali musavada. Jika demikian kita berbeda pandangan dalam melihat pancasila.

jika yg pertama, benar saya memang mengartikan spt itu, dan awalnya anda juga mengartikan spt itu. jika yg ke dua, itulah yg saya pertanyakan, kenapa awalnya sama kemudian bisa berbeda?

Sebab kalau sama, namanya "konsisten".

[K.K.]

Seandainya bhikkhu itu uda bertobat, kalian akan memaafkannya kesalahannya?

Saya pikir kita di sini tidak punya hak untuk menghukum atau memaafkan. Kita di sini hanya sebatas membahas saja dan berharap semoga yang bersangkutan meninggalkan perbuatan salahnya.

Semalam baru baca Mahaassapura Sutta di mana Buddha menasihati para bhikkhu bahwa mereka adalah petapa dan sepantasnya mereka 'mengejar' tujuan dari petapaan agar penerimaan dana makanan, jubah, obat, dan tempat tinggal yang diberikan umat menjadi bermanfaat. Pertama-tama, seorang petapa harus memiliki Hiri & Otappa (rasa malu & takut pada pelanggaran), lalu memurnikan perbuatan, ucapan, pikiran, penghidupan, menjaga 6 indria, makan secukupnya, melatih kesadaran, melatih perhatian murni, mengembangkan jhana dan pandangan terang untuk mengakhiri dukkha. Bisa dilihat di sini bahwa jika orang tidak punya rasa malu & takut akan pelanggaran, maka sepertinya akan sulit melanjutkan latihannya sebagai seorang petapa.

[K.K.]

kalau yang saya tangkap, dari kata2 bro obama "hanya buddha yang tau (yang bisa menilai) lurus atau tidak nya"

seperti contoh yang bro kainyn tulis , yang saya tangkap dari kata2 itu "hanya dokter yang tau (bisa menilai) sakit atau tidaknya"

dari 2 kalimat diatas merupakan pernyataan .

Iya, memang orang normal tahu bahwa itu adalah pertanyaan rhetoris, bukan memerlukan jawaban. Sama seperti kalau orang ditabrak dan marah lalu mengatakan, "MATA LU BUTA YAH?", maka itu tidak butuh jawaban.

NAMUN, jika ditanyakan "tadi kamu marah yah?", mungkin saja kalau orang tersebut ingin berkelit dan menjawab, "Itu pertanyaan, bukan pernyataan. Coba selidiki lagi dengan teliti!" Dan orang yang mengatakannya marah, akan disebut 'spekulan'.

Akhir-akhir ini banyak manusia2 lucu.