dualitas...?
bermanfaat dan tidak bermanfaat
baik dan buruk
bijak dan tidak bijak
kurasa bahkan Buddha sendiri bisa membedakan... mana pandangan benar mana pandangan salah, mana yg patut mana yg tak patut
mana yg bermanfaat mana yg tidak bermanfaat
bahkan.. mana yg merupakan peraturan minor, mana yg bukan (hanya saja YM Ananda tidak menanyakan lebih detail)
jujur..terlalu sering aku melihat org2 mengecam "dualitas" tp sepertinya tdk masalah... apa aku salah ya??
Buddha pun perna mencela kepercayaan org laen...
Debu - debu dharma melekat di pikiran anda , anda masih mengulang kesalahan yang sama sehingga anda menyamakan umat yang mencela dengan Buddha yang mencela.
Anda menyamankan pandangan dualistic umat dengan Buddha.
Anda bahkan tidak bisa membedakan Buddha dengan umat sehingga anda menyatakan hal seperti itu.
Tidak bisa melihat arti substantial dari pandangan dualitic yang dikatakan oleh anda Buddha mempunyai pandangan dualitic dengan pandangan dualitc umat.
Tidak bisa melihat arti substantial dari mencela yang dikatakan oleh anda Buddha mencela dengan umat yang
mencela.
Apa gunanya dharma yang anda hafal mati di otak dan melekat dengan erat dharma tersebut tetapi tidak bisa mengerti arti dan substantial dari dharma tersebut.
Dikatakan mencela oleh Buddha bukanlah mencela, maka dikatakan mencela
.............
Sàkyamuni Buddha and Subhåti were discoursing on true, real praj¤à. Since true, real praj¤à does not reside in
a framework of language,
what can be spoken? The empty mark of all dharmas is beyond words and speech. The Buddha spoke Dharma for forty-nine years and when the time of his nirvàõa arrived, he said that he had not spoken one word.
He said, “If anyone says the Tathàgata has spoken Dharma, he slanders the Buddha because he has been unable to understand what I have said.Ÿ“Since the Buddha did not speak Dharma, why are there so many såtras spoken by the Buddha?Ÿ one may rightly ask.
The answer to that lies in the doctrine of speaking conditioned Dharma for people
bound to conditions and speaking uncon-ditioned Dharma for people who
dwell in the unconditioned.
The Vajra Såtra says,
“Even dharmas should be relinquished, how much the more so no dharmas.Ÿ
The Buddha said he had not spoken Dharma because he was concerned that people would become
attached to the mark of Dharma. (sama seperti sebagian teman - teman yang ada disini) Being attached to Dharma is the same as being attached to self. People’s attachment to emptiness must also be broken.
When the Dharma door of praj¤à is spoken, even emptiness must not become an attachment.