//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok  (Read 32844 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #75 on: 29 September 2011, 11:55:29 AM »
Sejak kapan ada Wihara Dhamma Citta ?

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #76 on: 29 September 2011, 12:39:09 PM »
 
maaf, kita tidak membicarakan ibu 'manusia'
tapi sedang bahas dengan ibu 'lalat' si djoe  =))

 _/\_
Ini contoh yang saya maksud, dengan sedikit umpan kotoran, belangnya ketahuan.
Gampang sekali membuat mereka menampilkan sifat asli mereka

Dengan hanya sedikit kotoran, batin menjadi terpengaruh
muncul pandangan sesat, pikiran sesat kemudian diwujudkan dalam bentuk tindakan dan  ucapan sesat/kasar.

Inikah yang dinamakan member galak, bisa meluruskan dan melibas? :( :( :(


Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #77 on: 29 September 2011, 01:01:33 PM »
Saya lihat kita masing-masing makan sedikit 'kotoran' djoe, tapi djoe begitu lahap menyantap habis semua 'kotoran' banyak orang di sini tapi tidak menyadari. Lucu, namun sebetulnya tragis.

Ada bedanya antara pikiran yang memakan kotoran secara mentah tanpa mengolahnya dan mengeluaran kotoran (Garbage in Garbage out) dengan pikiran yang melihat kotoran sebagai sumber daya dan mengolahnya menjadi pupuk.
Jadi berada dimanapun tetap oke bagi pikiran yg seimbang.
Lucu karena tidak ada yg menyadarinya.
« Last Edit: 29 September 2011, 01:06:48 PM by djoe »

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #78 on: 29 September 2011, 01:11:48 PM »
Kalau sudah batas ini, saya harus peringatkan bro Indra agar tidak menjurus pada ad hominem.

Spoiler: ShowHide
Mata majemuk lalat cukup canggih dan bisa mengetahui keberadaan huruf "W" apalagi "Wihara". Jadi harap jangan sembarangan menyamakan.



Yang ini juga saya tidak terima:

Bagi yang tidak tahu ad hominem
Kesesatan Relevansi adalah sesat pikir yang terjadi karena argumentasi yang diberikan tidak tertuju kepada persoalan yang sesungguhnya tetapi terarah kepada kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang (lawan bicara) yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumennya.
Kesesatan ini timbul apabila orang menarik kesimpulan yang tidak relevan dengan premis nya. Artinya secara logis kesimpulan tersebut tidak terkandung dalam/ atau tidak merupakan implikasi dari premisnya.
Jadi penalaran yang mengandung kesesatan relevansi tidak menampakkan adanya hubungan logis antara premis dan kesimpulan, walaupun secara psikologis menampakkan adanya hubungan - namun kesan akan adannya hubungan secara psikologis ini sering kali membuat orang terkecoh.

Jadi sekarang kita tahu  seberapa sesat pikiran orang tsbt yg menjurus ke ad hominem.
Inikah member galak, bisa meluruskan dan melibas pandangan orang dengan pandangan sesat?

at Bro Kainyn_Kutho : saya menghargai sportivitas anda dan respon anda

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #79 on: 29 September 2011, 01:13:07 PM »
ya saya memaklumi jika anda memang membutuhkan penghiburan, anda boleh bersenang2 membayangkan bahwa lawan anda sudah kapok, saya turut berbahagia atas kenikmatan semu anda. djoe ... djoe si anak lalat yg malang =)) =)) =))

Terlihat dari seberapa jauh anda menjurus ke ad hominem

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #80 on: 29 September 2011, 01:17:30 PM »
Sejak kapan ada Wihara Dhamma Citta ?

Ternyata ada manusia yang bermata jeli disini

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #81 on: 29 September 2011, 01:25:19 PM »
itu adalah pertanyaan yg wajar, bukan ad hominem. cukup dijawab saja dan selesai. pertanyaan serupa juga dilontarkan pada saya, dan saya sudah mengklarifikasi.

mungkin saya perlu menambahkan bahwa saya punya alasan untuk mengajukan pertanyaan itu, ketertarikannya pada kotoran sangat tidak sewajarnya manusia, itulah sebabnya saya mencurigai bahwa makhluk ini berasal dari spesies non-human.jika sebaliknya maka ybs bisa mengklarifikasinya

Pikiran yang tersesat tidak bisa melihat realita sebagai realita seperti apa adanya tanpa rasa dan warna. (kotoran)
Pikiran yang tersesat adalah pikiran yang lebih cenderung tertarik /melihat kotoran daripada melihat realita sebagai realita.
Sehingga tidak menyadari pikiran sendiri yang tertarik pada kotoran, terkelabui oleh kotoran dan mengelabui pandangannya sehingga melahirkan kesesatan pikiran yang lain sehingga adanya ide ide spesies non-human.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #82 on: 29 September 2011, 02:37:49 PM »
kok senior2 pada berantem?

lha kami yang junior ini lama-lama bisa ikut2an lhooo...

bro Indra dan bro djoe, posting2 anda berdua pada beberapa topik sangat mencerahkan dan saya sangat berterima kasih karena tulisan dari anda berdua. sungguh saya belajar banyak dari tulisan anda berdua yang bijak.
tapi kenapa di thread ini jadi begini?

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #83 on: 29 September 2011, 03:48:01 PM »
om Djoe, Om Indra yang bisa memaafkan dialah dianggap pemenang sejati ;D
dan pikiran siapa yang dipenuhi oleh kotoran jangan seperti mereka om,.jadi pikiran yang penuh dengan Buddha, didunia ini penuh dengan Buddha :-[
tinggalkan beban, karena kemanapun anda melangkah akan berat jika masih memikul beban itu ^_^!
jika di kehidupan dunia maya aja kita nggak bisa memaafkan, bagaimana kehidupan sesungguhnya, jangan jadi manusia pendendam, karena akan berpengaruh kelak akan karma kelahiran kita berikutnya, siapa tau nanti anda dan yang lainnya akan menjadi suami istri dikehidupan mendatang ;D
kl semua senior merasa blm tenang dan bisa menerima, boleh debat apa aja sama kakao pm atau apapun akan kakao layani dengan senang hati. :whistle:
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #84 on: 29 September 2011, 06:14:03 PM »
astaganaga... thread ini seru... byk lalat2 n seorang ibu di sebut2 berhubungan ma lalat... kerennn... blom lg otak bertebaran di mana2 yg sebesar biji jagung... =))

ini yg dato' suka dengan DC, begitu pula dengan penghuni DC juga terhadap simpatisan DC... gini aja, klo emang dah mau keluar dr DC tinggal cau... pegi yg jauh sono, beres... dulu dato' jg mau cau dr DC, tinggal cau, kaga usa login lg, clear...

tuk penghuni DC klo mau ejek2an, tinggal pm yg bersangkutan, ajak ribut dengan gentle, ga perlu tulis ini itu di sebuah thread... agak memalukan sih...

tp ini lah DC, gue suka gaya loe-loe pada... istilahnya byk omong, tindakan kaga ada, cm pandai berkata2... bs bilang saling memaafkan, tp ketika ku gampar, malah gampar balik, boro2 mau memaafkan n cintakasih... amarah sendiri tidak terkendali, tp bs mengatakan amarah orang lain, singkat nya cape dehhh....

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #85 on: 30 September 2011, 01:29:51 PM »
Saya reply di sini saja, agar tidak OOT di thread sebelah.

Memang penjelasan saya masih sampai tahap ini  :
Demikian penjelasan praktis tentang anatta dari saya yang masih belum menemukan kebenaran dan belum sampai pada kesimpulan yang pasti  :'Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah'

Sepertinya penjelasan anda berdua tentang anatta sudah menemukan kebenaran dan telah sampai pada kesimpulan yang pasti  :'Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah'

Sampai sejauh ini, ya saya rasa saya benar.
_____________________________________________


Apakah memperhatikan terus menerus muncul dan lenyapnya fenomena bukan praktik?
Apakah memperhatikan terus menerus muncul dan lenyapnya fenomena hanya pada saat meditasi???
Apakah anda pernah dengar menjadikan semua aktifitas sebagai meditasi?

Dan menurut saya lebih mudah menjelaskan kepada seseorang yang minim pengetahuan agama Buddha dengan bahasa yg umum untuk memudahkan pemahaman dari pda mengguanakan istilah memperhatikan terus menerus muncul dan lenyapnya fenomena

Perhatian akan fenomena batin dan jasmani, adalah praktik. Idealnya memang dipraktikkan terus-menerus.

Maksud saya, yang bukan praktik adalah Anatta. Anatta bukanlah sesuatu yang dipraktikkan. Tapi Anatta adalah pengetahuan yang diperoleh setelah menjalani praktik.
_____________________________________________


Dan memangnya ada kata saya yg mengatakan mengingat ingat paham tentang ketiadaan diri???

Djoe memang tidak mengatakan persis demikian. Silakan membela diri kalau Djoe merasa bahwa saya salah menilai :)

Saya menarik kesimpulan demikian setelah membaca pernyataan berikut:

[...]
Akhirnya untuk mengatasi penderitaan ini anda menemukan suatu cara, ketika anda dimarah oleh atasan anda, anda menggunakan cara tidak ada yang mendengarnya. Walaupun cara ini tidak bisa 100 % mengurangi penderitaan ini, tetapi paling tidak penderitaan anda bisa berkurang kecuali jika anda bisa mempraktekkan anatta 100%. Walaupun anda mendengar, tetapi anda membiarkannya berlalu, lewat dan tidak menyimpannya dalam pikiran. Anda membiarkannya berlalu tanpa menahannya dan memikirkan apa yang diucapkan oleh atasan anda. Secara tidak sadar anda sebenarnya sedang mempraktekkan dharma tentang ajaran anatta walau dalam batas - batas tertentu.
[...]

Yang saya tangkap dari pernyataan Djoe adalah begini. Agar kita tidak menderita saat atasan marah, maka kita berpikir bahwa sesungguhnya diri itu tidak ada (karena memang begitulah Paham Anatta). Atau dengan kata lain menurut istilah doje: "menggunakan cara tidak ada yang mendengarnya".

Ini yang saya sebut sebagai "menghibur diri", karena sesungguhnya paham Anatta belum benar-benar kita pahami (belum ditembus).
______________________________________


Quote
Dan lagian memangnya ada statement saya yang mengatakan penjelasanan saya bisa membuat seseorang menembus Anatta???

Saya tidak pernah mengatakan bahwa Djoe bisa membuat seseorang menembus Anatta.
_______________________________________



Berdasarkan pernyataan ini:

[...]
Dan satu hal jika anda memahami anatta secara benar, tiada diri, maka anda juga mengerti segala hal muncul dan lenyap. Anda tidak melekat dan bergantung pada hal yang muncul dan lenyap, pada hal yang tidak kekal. Seperti halnya anda tidak melekat pada ucapan atasan anda, karena tanpa adanya diri, maka anda membiarkannya berlalu, tidak ada yang dihina, tidak ada diri yang selalu mengingat ucapan atasan tsbt yg kasar.
[...]

Yang saya tangkap, Djoe berpendapat bahwa ketika seseorang memahami Anatta, barulah dia akan mengerti muncul-lenyapnya fenomena. Kalau memang demikian maksud Djoe, saya tidak setuju.

Quote
maaf sebelumnya, Kalau gitu siapa yg terbalik???

Djoe ;D
« Last Edit: 30 September 2011, 01:35:52 PM by Mayvise »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #86 on: 30 September 2011, 02:15:56 PM »
Mengekor Sis Mayvise, saya juga jawab di sini biar ga OOT, dan semoga menjadi diskusi, bukan dianggap 'pengeroyokan'. 

Memang penjelasan saya masih sampai tahap ini  :
Demikian penjelasan praktis tentang anatta dari saya yang masih belum menemukan kebenaran dan belum sampai pada kesimpulan yang pasti  :'Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah'


Sepertinya penjelasan anda berdua tentang anatta sudah menemukan kebenaran dan telah sampai pada kesimpulan yang pasti  :'Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah'
Kalau benar anda beranggapan diri sendiri 'belum menemukan kebenaran, masih bisa salah', kenapa menjadi tidak senang dengan sanggahan dari orang lain dan menuduh orang lain berpikiran pasti benar?

Saya ingin tanggapi bagian ini:
[...]
Secara sederhana ajaran anatta seperti ini
Ketika anda dikritik atau dihina teman sekantor anda karena adanya ego yang kuat maka anda tidak bisa menerimanya. Anda merasa marah dan kesal. Dada anda menjadi sesak dan darah menuju ke kepala anda. Dan kebetulan yang menghina anda adalah atasan anda sehingga anda tidak bisa berbuat apa - apa untuk mengatasinya. Anda hanya bisa marah dan kesal. Bayangkan anda setiap hari harus bersamanya selama 8 jam dan setiap hari harus menerima hinaan ini. Setiap hari pulang kerja anda marah marah di rumah. Istri dan anak anda menjadi sasaran kemarahan anda.
Anda mengalami penderitaan dan penderitaan ini menular ke keluarga anda.

Akhirnya untuk mengatasi penderitaan ini anda menemukan suatu cara, ketika anda dimarah oleh atasan anda, anda menggunakan cara tidak ada yang mendengarnya. Walaupun cara ini tidak bisa 100 % mengurangi penderitaan ini, tetapi paling tidak penderitaan anda bisa berkurang kecuali jika anda bisa mempraktekkan anatta 100%. Walaupun anda mendengar, tetapi anda membiarkannya berlalu, lewat dan tidak menyimpannya dalam pikiran. Anda membiarkannya berlalu tanpa menahannya dan memikirkan apa yang diucapkan oleh atasan anda. Secara tidak sadar anda sebenarnya sedang mempraktekkan dharma tentang ajaran anatta walau dalam batas - batas tertentu.
 
Dengan cara seperti ini maka anda bisa mengambil manfaatnya dari ajaran anatta. Jika anda menggenggam erat adanya diri /ego yang kuat, ketika anda dihina maka ada diri yang merasa terhina, ada diri yang selalu mengingat ucapan kasar dari atasan anda. Ada diri yang selalu mengingat ucapan atasan anda walaupun anda sedang berada di rumah dengan keluarga. Bagaimana anda bisa terlepas dari penderitaan jika adanya diri yang selalu membawa beban mental seperti itu kemanapun dia pergi?
[...]
Ketika diomeli, maka lihatlah bahwa tidak ada diri yang mendengar, tidak ada telinga, hanya pangsit (?); maka tidak ada omelan terdengar, tidak ada omelan yang tercerap, tidak ada yang diomeli.
Sekalian aplikasikan ke boss juga, maka sebetulnya 'tidak ada boss yang sedang ngomel', itu hanyalah tape recorder rusak yang konslet sehingga mengeluarkan suara-suara sumbang.
Maka dengan pikiran demikian, tidak ada amarah yang muncul.

Begitukah 'anatta'? ;D


Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #87 on: 30 September 2011, 02:38:57 PM »
Perhatian akan fenomena batin dan jasmani, adalah praktik. Idealnya memang dipraktikkan terus-menerus.

Maksud saya, yang bukan praktik adalah Anatta. Anatta bukanlah sesuatu yang dipraktikkan. Tapi Anatta adalah pengetahuan yang diperoleh setelah menjalani praktik.

Tulisan anda ini membuat saya merenung cukup lama. Sepertinya saya merasakan ada kelegaan. Tetapi di satu sisi membuat saya berpikir disatu sisi seseorang ingin mendapatkan pengetahuan anatta tetapi disatu sisi takut kehilangan diri ini dan tetap melekat pada diri ini.

Tetapi apakah memang benar seperti itu?(Apakah ini yang juga membedakan antara T dengan aliran lain?
Apakah anda berbicara dari sisi T?


Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #88 on: 30 September 2011, 03:06:05 PM »
Mengekor Sis Mayvise, saya juga jawab di sini biar ga OOT, dan semoga menjadi diskusi, bukan dianggap 'pengeroyokan'. 

Selama anda memberi kritik / komentar membangun, memberi sesuatu yang bermanfaat dan bukan yang tidak bermanfaat, dan bukan komentar yang    melecehkan tetapi yang membangun. Contohnya Sis Mayvise (ada kelembutan dan kehangatan dari cara dia merespon saya). Tulisan dia paling tidakmembuat saya merenungkan pemikiran saya. Ketika dia mengatakan saya salah, dia menunjukkan kesalahan saya ada dimana dan bukan sekedar mengambil kesimpulan.

Sebenarnya saya  bisa merasakan ada upaya dari Bro untuk saling menjaga masing masing perasaan dalam merespon tulisan saya. (Semoga saya benar soal ini).  Saya menghargai upaya itu.

Kalau benar anda beranggapan diri sendiri 'belum menemukan kebenaran, masih bisa salah', kenapa menjadi tidak senang dengan sanggahan dari orang lain dan menuduh orang lain berpikiran pasti benar?

Sebenarnya ketika saya mengatakan belum menemukan kebenaran artinya bahwa saya belum menembus Anatta,  kenapa anda berdua yakin benar dengan yang ada pahami ?



Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Pengalaman Pribadi : Member Galak atau Pengecut Tukang Keroyok
« Reply #89 on: 30 September 2011, 04:07:14 PM »
Tulisan anda ini membuat saya merenung cukup lama. Sepertinya saya merasakan ada kelegaan. Tetapi di satu sisi membuat saya berpikir disatu sisi seseorang ingin mendapatkan pengetahuan anatta tetapi disatu sisi takut kehilangan diri ini dan tetap melekat pada diri ini.

Ketakutan tersebut muncul karena terlalu banyak melamun. Saya sendiri baru menyadari betapa kusutnya pikiran saya karena lamunan-lamunan. Salah satu contoh lamunan, adalah mencoba membayangkan bagaimana rasanya "tanpa-diri" itu. Lamunan selanjutnya adalah membandingkan Rasa-Tanpa-Diri dengan Rasa-Adanya-Diri. Selanjutnya, kita dibingungkan oleh pemikiran-pemikiran kita sendiri.

Kita telah membaca tentang Anatta. Ya, kita memahaminya walaupun baru sebatas logika. Lalu kita menyelidikinya dan menerka-nerka Rasanya.
___________________________________


Mengapa kita melamun? Sampai saat ini saya baru menemukan beberapa alasannya. Salah satunya adalah karena "terburu-buru ingin bebas dari penderitaan". Kita mungkin menderita karena terombang-ambing saat bernafsu pada satu hal dan membenci hal lainnya. Kita juga mungkin menderita saat sekelumit pikiran saja bisa membuat kita takut akan ketidakpastian masa depan. Dst...dst...

Hal ini menyebabkan kita menjalani praktik karena ingin merasakan rasa bebas. Sebetulnya kita tidak tau bagaimana rasanya. Kita baru mengkhayalkannya berdasarkan logika saja. Mungkin rasanya tenang kali ya... mungkin damai kali ya... mungkin saat orang menghina saya, saya bisa tetap tenang kali ya... Mungkin saya tidak akan merasa takut lagi kali ya... wah indah sekali rasanya. Saya mau!! Saya tidak betah dengan ketidak-berdayaan saya ini!! Saya ingin mendapatkan pengetahuan tentang Anatta!! Eh, tapi kalau tidak ada diri? bagaimana itu? bagaimana rasanya? bukankah mengerikan?

Pemikiran-pemikiran inilah yang disebut melamun. Saat itu kita lupa bahwa tugas kita adalah memperhatikan Empat Landasan (yang diajarkan dalam Satipatthana). Munculnya lamunan adalah wajar karena pikiran kita sudah terbiasa demikian. Jadi seperti otomatis. Tapi saat kita sengaja (membiarkan) lamunan ini bergulir, dan menikmatinya, sebenarnya kita hanya bermain-main dengan pikiran. Kita tidak sedang praktik.

Mengapa kita perlu mewaspadai lamunan? karena pengetahuan berdasarkan lamunan adalah pengetahuan dangkal. Pengetahuan ini kita simpulkan berdasarkan apa yang pernah kita baca atau dengar saja. Suatu saat kita bahagia karenanya, tapi suatu saat menjadi takut (seperti kebingungan dan ketakutan yang Djoe alami saat ini).

Jadi, praktiklah. Perhatikan betapa halusnya keinginan dan kebodohan. Lamunan akan mereda saat keinginan mereda. Keinginan mereda dengan menguatkan perhatian. Coba baca lagi Digha Nikaya 21 (mulai poin 1.13) dan Digha Nikaya 22.

Saya pernah dinasihati, dalam menjalani praktik, lepaskan keinginan mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan akan datang dengan sendirinya jika praktik benar.


Saya pernah posting ini, coba dibaca lagi:

Seorang bhikkhu bertanya pada Guru, "Apa inti dari latihan?"

Guru menulis sebuah kata di kertas. Bunyinya,

Perhatian !

"Itu saja?" tanya bhikkhu itu tak percaya.

Sekali lagi, Guru menulis di atas kertas,

Perhatian!  Perhatian!

Bhikkhu itu masih mengharap sesuatu yang lebih. "Itu saja? Hanya itu?"

Dengan sangat sabar, Guru menulis untuk terakhir kalinya:

Perhatian!  Perhatian!  Perhatian!

Itu saja!


(Sumber: Zen Wisdom, Brenda Shoshanna, PhD)


Tetapi apakah memang benar seperti itu?(Apakah ini yang juga membedakan antara T dengan aliran lain?
Apakah anda berbicara dari sisi T?

Ya, saya berbicara dari sisi Theravada. Saya tidak mendalami aliran lain, jadi belum bisa berkomentar.
« Last Edit: 30 September 2011, 04:27:24 PM by Mayvise »

 

anything