wah pembahasan baru lagi nih 13. ‘Demikian pula, Lohicca,
jika seseorang mengatakan: “Andaikan seorang petapa atau Brahmana menemukan suatu ajaran yang baik, setelah menemukannya, ia tidak harus menyatakannya kepada orang lain, [229] karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain?” ia akan menjadi sumber bahaya bagi para pemuda dari keluarga yang baik yang, mengikuti Dhamma dan disiplin yang diajarkan oleh Tathāgata, mencapai keluhuran seperti buah Memasuki-Arus, Yang-Kembali-Sekali, Yang-Tidak-Kembali, Kearahantaan – dan kepada semua yang mematangkan benih kelahiran kembali di alam dewa.[3] Sebagai sumber bahaya, ia tidak berbelas kasih, dan hatinya dipenuhi kebencian, dan itu merupakan pandangan salah, yang mengarah menuju ... neraka atau alam binatang.’16. ‘Lohicca,
tiga jenis guru di dunia ini layak dicela,
dan jika siapa pun mencela guru-guru demikian, celaannya adalah pantas, benar, sesuai dengan kenyataan dan tidak salah. Apakah tiga itu? Di sini, Lohicca, seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian dan menjalani kehidupan tanpa rumah, tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya suatu ajaran,[4] dengan mengatakan: “ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu.” Namun muridnya tidak ingin memerhatikan, mereka tidak mendengar, mereka tidak membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru dicemooh. Ia harus dicela, dengan mengatakan: “Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian ..., nasihatnya dicemooh. Ini bagaikan seseorang laki-laki yang terus-menerus mendekati seorang perempuan yang menolaknya dan merangkulnya walaupun ia telah berpaling.” Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain?[5] Ini adalah guru pertama yang layak dicela ....’
17. ‘Kemudian, ada seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian ... tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya suatu ajaran, dengan mengatakan: “ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu.” Muridnya ingin memerhatikan, mereka mendengarkan, [231] mereka membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru tidak dicemooh. Ia harus dicela, dengan mengatakan: “Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian ...” Ini bagaikan, meninggalkan ladangnya sendiri, ia memikirkan ladang orang lain yang perlu dikerjakan. Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada kemelekatan ... ini adalah guru ke dua yang layak dicela ....’
18. ‘Kemudian, ada seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian ... dan yang telah mencapai buah pertapaan. Setelah meninggalkan keduniawian, ia mengajarkan ... tetapi murid-muridnya tidak ingin memerhatikannya ... nasihatnya dicemooh. Ia juga harus dicela ... bagaikan, setelah memotong satu belenggu lama, seseorang membuat sebuah belenggu baru, Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Ini adalah guru ke tiga yang layak dicela .... [232] Dan ini adalah tiga jenis guru yang Kukatakan layak dicela.’
http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_12:_Lohicca_Suttanumpang posting ini aja ya master