Saya ingat swaktu dulu masih sering ke Bank, sering sy jumpai bapak2 yg selalu memakai celana pendek (bukan celana selutut, melainkan sependek paha) dan sandel jepit. Saya kenal baik dengan Bapak ini, dan saya tau Bapak ini bukannya hidup dalam kekurangan sehingga harus memakai celana pendek dan sendal jepit ke bank.. Bapak ini selalu duduk di ruang prioritas Bank BCA, menyetor duit setiap harinya puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Jadi, krn penasaran, sekali kesempatan sy bertanya kepada Bapak tsb, kenapa Beliau memakai sendal dan celana pendek ke ruang prioritas. Jawabannya: Karena Beliau merasa tidak harus mengikuti selera orang, beliau memilih memakai pakaian yg nyaman bagi dirinya, peduli amat dgn penilaian orang2.. begitu menurut Beliau.
Saya sendiri termasuk kelompok orang yg tidak terlalu senang diatur2 oleh gaya berbusana. Saya ke kantor seringkali memakai celana jeans dan baju kemeja yg longgar dan nyaman. Tapi jika ingin mengikuti selera kenyamanan saya, tentu saya senangnya memakai celana pendek cargo dan baju kaos + sendal... tapi, tidak mungkinlah sy berpenampilan begitu ke kantor.
Alasan yg dilontarkan Bapak tsb bagi batasan tertentu memang masuk akal: tidak peduli dengan penilaian orang lain, yg penting kita nyaman. Tapi disisi lain kita juga harus mempertimbangkan bahwa kita juga perlu menghargai orang/instansi yg kita kunjungi tsb. Dengan berpakaian 'sedikit lebih pantas', berarti kita menghargai orang/instansi yg kita kunjungi tsb dengan cara mengorbankan sedikit kenyamanan kita.
Dengan pola pikir begini, sekaligus melatih diri kita untuk 'melepas', yakni melepas rasa nyaman kita dan mungkin juga melepas sedikit rasa sombong/arogansi kita.
Ajahn Sumedho pernah menceritakan hal yg mirip:
Sewaktu Beliau baru bergabung di vihara hutan Ajahn Chah, ada suatu kebiasaan bhikkhu2 lain berebutan mencuci kaki Ajahn Chah sewaktu habis jalan2 inspeksi sore... Ajahn Sumedho berpikir bahwa mengapa harus ikut2an berebut mencuci kaki Beliau laksana berbutan mencuci kaki raja, perbuatan tsb sama saja dengan menjilat Guru.
Tapi, krn penasaran, akhirnya Ajahn Sumedho muda bertanya juga kepada salah seorang bhikkhu tsb, Jawabannya: karena mencuci kaki seorang Guru bukannya demi Guru tsb, namun bertujuan agar kita melatih diri mengikis ego kita...
Ajahn Sumedho terdiam dan tidak bisa berkata2 selama beberapa saat, hingga keesokan harinya Beliau bergabung dengan bhikkhu2 lainnya berebut mencuci kaki Sang Guru..
::