Pada zaman Yesus Kristus masih hidup, memang tidak ada keselematan, kecuali melalui jalan yang ditunjukannya. Itulah satu-satunya jalan. Yesus berkata kepada tuhannya, "Dan aku menjadi pengawas (gembala) atas umat manusia selama aku hidup diantara mereka. Maka bilamana aku wafat, Engkaulah yang menjadi pengawas atas umat manusia."
Ketika Yesus atau Isa a.s wafat, Tuhan memilih seorang manusia lainnya untuk menjadi pengawas dan mengajarkan kebenaran kepada umat manusia. Demikianlah dari zaman ke zaman sampai zaman sekarang, selalu terlahir manusia agung, yang kesuciannya tiada bandingannya. Mereka semua selayaknya nabi Nuh yang membangun bahtera. siapa yang masuk ke dalamnya, tak perlulah ia pandai bermeditasi, tak perlu mencapai pencerahan tertinggi seorang diri, ia akan menjadi "yang tidak dilahirkan kembali" cukup dengan naik ke dalam bahtera Nuh, maka ia akan selamat dari "banjir". apa itu banjir? sang Buddha telah banyak menjelaskannya.
Dan pada zaman sang Buddha, satu-satunya jalan keselamatan adalah apa yang ditunjukan oleh sang Buddha. tetapi sayang, sebagian umat tidak "ngeh" tentang siapa yang menjadi "penerus sang Buddha" usai beliau parinibbana. Padahal sang Tathagatha selalu hadir dari zaman ke zaman. "tongkat wasiatnya selalu beranting di pegang dari orang suci ke orang suci. Tiada satupun zaman yang kosong dari sang Tathagatha. Tiada ada suatu zamanpun yang di sana tidak hadir "Sang Buddha".