Beberapa waktu lewat dan sekali lagi sewaktu Luang Po duduk bermeditasi selama 6 bulan penuh, ia mendapatkan penampakan atas kematiannya. Sebuah suara berkata kepadanya, "Yang Mulia, pd tgl 14 Oktober 1978, jam 12.45, Anda akan meninggalkan Vihara dan mati utk menebus utang karma karena mematahkan begitu banyaknya leher burung2. Luang Po berpikir bhw ia harus pamitan pd setiap org, maka ia mengadakn pertemuan Sangha dan melakukan serah terima tugas2nya. Ia menyerahkan pengelolaan dana Vihara pd para pengurus Vihara dan menunjuk 1 org utk bertindak sebagai kepala Vihara sewaktu Luang Po tidak ada.
Luang Po selalu mengajarkan bhw memang mungkin bagi kita utk mengetahui hal2 yg akan terjadi. Meditasi itu sungguh sangat bermanfaat.
Sementara itu, ada seorang pria bernama Chan Kornsritipah yg sudah dikenal Luang Po selama beberapa thn. Dia pernah datang ke Vihara dan membantu Luang Po merekonstruksi ulang balai Uposatha yg baru sewaktu bangunan yg lama roboh. Luang Po pikir orang itu punya peranan penting utk Vihara, jd kalau terjadi sesuatu pd dirinya, ia akan mengabari org ini.
Pd saat tgl 14 Oktober semakin mendekat, Luang Po mulai membaca Paritta dan memancarkan pikiran2 Cinta Kasih kpd Tuan Chan dan berpamitan padanya. Ia berpikir, "Kita sudah bersahabat bertahun-tahun lamanya, skrg saya harus pergi. Pd tgl 14 Oktober saya akan menderita patah leher dan meninggal di Rumah Sakit Singhburi. Itulah yg dikatakannya. Dia sudah berpamitan. Sementara itu, Tuan Chan sedang bekerja di kantornya, dan duduk utk menulis catatan. Tetapi yg terjadi di catatannya ia menuliskan kata2 yg disampaikan oleh Luang Po di dalam meditasinya. Bahkan tulisannya juga tulisan tangan Luang Po, persis seperti yg dipikirkannya di dalam meditasinya.
Tibalah tgl 14 Oktober, Luang Po harus pergi menghadiri suatu pertemuan di Wat Kavisaram di Provinsi Lopburi. Kebetulan hari itu sekelompok dokter dari rumah sakit Siriraj datang dari Bangkok utk Berdana Makan tengah hari. Segera setelah menyelesaikan makannya, Luang Po bersiap-siap. Ia tahu bahwa ia tidak akan kembali lagi ke Vihara ini, sebab ia sudah diberitahu tentang akibat karmanya di dalam meditasinya 6 bulan yg lalu. Dia harus membayar utangnya kepada burung2 itu. Bagaimana caranya membayar utangnya, ia juga belum jelas, tapi yg pasti ia tdk akan pulang kembali.
Setelah berpamitan kpd semua org, Luang Po masuk ke dalam mobil. Waktu itu jam 12.30. Ia sudah mengenakan satu set jubah baru dan mengumpulkan buku2nya. Ia merasa yakin ia tdk akan kembali lg. Kolonel Wad Keskaew ikut serta. Dia memakai jaket putih dan celana putih. Mungkin jg kolonel akan mati bersamanya. Mereka meninggalkan Vihara dan berbelok ke kanan ke arah Lopburi. Sewaktu mereka tiba di belakang pasar Pak Bang, di pom bensin, ada 1 mobil memberikan sinyal utk belok ke kanan, ketika 3 mobil di belakangnya menyalipnya dari sisi kiri, sebuah bis turis menabrak mobil2 itu. Waktu itu persis pk. 12.45. Kolonel Wad Keskaew terlempar melayang melewatu bagian belakang bis turis itu. Org2 di pasar melihat pakaian putihnya mengira ada surat kabar yg terbang melewati bis itu. Punggungnya patah.
Pundak Luang Po terbentur besi dan patah. Kaca depan mobil telah menguliti kepalanya sampai ke lehernya. Kepalanya jadi putih. Lehernya tertekuk sampai ke dadanya. Ia bisa memutarnya. Hidungnya penuh darah, dan kaca mobil itu telah melukainya sangat parah. Tubuhnya melayang menembus kaca mobil itu seperti burung dan mendarat kira-kira 40 mtr jauhnya dari mobil mereka. Tetapi nampaknya ia masih beruntung. Ia masih bisa menggerakkan satu tangannya dan mengangkatnya. Ia menyentuh tubuhnya sendiri utk memastikan apakah lehernya patah. Matanya tidak bisa melihat demikian jg telinganya tdk bisa mendengar. Ia merasa dalam kondisi lumpuh, tp masih memiliki satu tangan yg berfungsi dan masih ada kesadarannya. Dia harus bernafas dari perutnya, "naik, turun".
Supirnya tdk sadarkan diri tapi Luang Po masih bisa berbicara sebab kesadarannya masih berfungsi dgn baik. Ia memusatkan kesadarannya ke tulang dadanya, dan dgn begitu, berhasil bernafas melalui perutnya. Bagaimana ia melakukannya? Ia mengatakan kpd kita utk memikirkan tubuh ini seperti di dalam kandungan, tubuh ini makan dan bernafas melalui perut. Ia meminta seseorang utk membantunya bangun, tapi tdk ada seorangpun dari para penonton yg berdiri mengelilinginya yg berani menyentuhnya, tengkorak tanpa kulit yg berbicara tidak karuan. Mereka berpikir kepalanya sudah copot seluruhnya sebab kulitnya sudah koyak sampai ke belakang lehernya. Akhirnya polisi tiba dan mengumumkan bahwa ia belum mati. Kalau saja mereka tidak segera datang ke tempat kejadian, mungkin ia sudah dibiarkan sampai mati.
Bersambung...................