//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mengapa Aku Memilih Agama Budha  (Read 127645 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #30 on: 01 December 2009, 09:08:32 AM »
[at] Deva19

Saya tidak ingin menjelaskan panjang-lebar. Sekarang saya ajak Anda untuk meninjau kembali pengalaman Anda dahulu. Apa yang akan terjadi bila Anda mulai "membakar rumah" di Forum DhammaCitta? Anda pasti sudah tahu jawabannya...

Jadi kalau Anda masih memelihara kebiasaan "membakar rumah", jangan kesal bila nanti Anda akan mendapat akibat yang sama seperti dulu.  Kalau Anda mendapat akibat itu, Anda sendiri yang akan rugi.

Orang yang sabar tidak selalu adalah orang yang tidak memiliki niat jahat. Tapi orang yang sabar juga bisa saja adalah seorang yang penuh dengan niat jahat, tapi ia bisa menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan itu.

Jadi silakan Anda putuskan. Mulai kapan Anda ingin menjadi lebih sabar...

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #31 on: 01 December 2009, 09:18:03 AM »
Quote
- ahimsa bukanlah ajaran sang Budha, tapi ajaran Mahatma Gandhi
- vegetarianism bukan ajaran sang Budha, tapi ajaran Devadata
- nibbana adalah tuhan yang maha esa
- menikah atau sex tidaklah mengahalangi seseorang dari pencapaian kesucian
- setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan
- sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha
menurut yg saya pernah perbincangkan, Sex itu menganggu loh saat ingin melakukan meditasi,
kapan anda terikat mati dengan sex, anda tidak akan bisa meditasi dengan baik...

jadi apabila kita ingin mencapai kesucian,semua nya harus berani di tinggalkan, termasuk SEX and MONEY.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #32 on: 01 December 2009, 10:06:31 AM »
ahimsa bukan ajaran sang Buddha? kok jadi sperti acara klaim mengklaim ajaran milik siapa. padahal Dhamma itu universal tidak dimiliki siapapun.
Apakah "tidak membunuh, tidak berbohong, dll" harus diklaim juga sbg ajaran Buddha, bukan ajaran dari orang lain.





Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #33 on: 01 December 2009, 12:56:07 PM »
[at] Deva19

Saya tidak ingin menjelaskan panjang-lebar.

saya hargai keputusan anda.

Quote from: upasaka
Sekarang saya ajak Anda untuk meninjau kembali pengalaman Anda dahulu. Apa yang akan terjadi bila Anda mulai "membakar rumah" di Forum DhammaCitta? Anda pasti sudah tahu jawabannya...

saya tahu akibatnya. dan apakah bro Upasaka saat ini dapat melihat, apakah di dalam batin saya terdapat Anottapa ataukah Otapa?

apakah anda berpikir bahwa dengan meninjau kembali pengalaman saya dahulu, maka akan muncl Ottapa di dalam diri saya?

Quote from: upasaka
Jadi kalau Anda masih memelihara kebiasaan "membakar rumah", jangan kesal bila nanti Anda akan mendapat akibat yang sama seperti dulu.  Kalau Anda mendapat akibat itu, Anda sendiri yang akan rugi.

petunjuk dari anda, tentang bagaimana cara untuk membuat saya tenang, damai dan sabar tentu saya butuhkan. anda memberi tahu saya dengan sangat baik, tentang akibat-akibat suatu perbuatan, bahwa jika saya begini maka begitu akibatnya. dan tentunya anda mengharapkan saya untuk menghindari kamma buruk. saya bersedia memenuhi seperti apa yang anda harapkan, selama anda bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, yakini bagaimana suatu kebnaran dapat dijelaskan sesuai dan tepat menurut kaidah-kaidah berpikir?

Quote from: upasaka
Orang yang sabar tidak selalu adalah orang yang tidak memiliki niat jahat. Tapi orang yang sabar juga bisa saja adalah seorang yang penuh dengan niat jahat, tapi ia bisa menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan itu.

saya mengerti persoalan tersebut. tapi apakah anda mengira bahwa saya adalah orang yang tidak dapat melihat "tembus" ke kedalam batin seseorang? apakah anda mengira bahwa saya tidak akan dapat mengetahui "isi sebenarnya" dari seseorang yang tampak sabar? bagaimana cara anda bisa mengira sperti itu?

Quote from: upasaka
Jadi silakan Anda putuskan. Mulai kapan Anda ingin menjadi lebih sabar...

saya telah belajar sabar, sedang belajar sabar dan akan terus belajar sabar. tapi apakah bro upasaka sudah dapat mengukur, sampai dimana tingkat kesabaran saya saat ini?

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #34 on: 01 December 2009, 01:39:10 PM »
Quote
deva19 :

saya telah belajar sabar, sedang belajar sabar dan akan terus belajar sabar. tapi apakah bro upasaka sudah dapat mengukur, sampai dimana tingkat kesabaran saya saat ini?

sebenarnya ada berapa tingkat kesabaran sih...........
bro Deva19 udah di tingkat berapa?

rata2 orang Buddhist di tingkat berapa ya ?

sharing dikit dunnnnnnnng  :P :P
terahir kali kapan Deva19 marah ?

deva19 itu joko atau nonik ?
« Last Edit: 01 December 2009, 01:40:54 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline exam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 533
  • Reputasi: 9
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #35 on: 01 December 2009, 01:49:24 PM »
dari dulu gw pengen ngetest kesabaran bikkhu, dengan cara gamparin muka bikhu
cuma gw takut kena hukum karma euy

kira-kira apa ya reaksi si bikhu ?
pengen ngetest aja, kira-kira beneran sabar, apa cuma teori dowank


mungkin habis itu reaksinya macam-macam
sang bikhu cuma bilang amitofo

atau sang bikhu mengibaskan jubahnya, dan gw terpental ampe tembok
hahaha

atau sang bikhu punya ilmu besi
jadi tangan gw yg kesakitan
dan bikhu cuma terkekeh kekeh
« Last Edit: 01 December 2009, 01:54:55 PM by exam »

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #36 on: 01 December 2009, 02:06:41 PM »
dari dulu gw pengen ngetest kesabaran bikkhu, dengan cara gamparin muka bikhu
cuma gw takut kena hukum karma euy

kira-kira apa ya reaksi si bikhu ?
pengen ngetest aja, kira-kira beneran sabar, apa cuma teori dowank


mungkin habis itu reaksinya macam-macam
sang bikhu cuma bilang amitofo

atau sang bikhu mengibaskan jubahnya, dan gw terpental ampe tembok
hahaha

atau sang bikhu punya ilmu besi
jadi tangan gw yg kesakitan
dan bikhu cuma terkekeh kekeh


Kalau ide begini harus nyoba sama bhiku Saolim... yg
di Tiongkok... yg tahan digampar berkali-kali....
malah selangkangannya disepak pun gak sakit...

mungkin itu target yg bagus utk dicoba....
hehehehehheeeeee  (resiko ditanggung sendiri lho)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline exam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 533
  • Reputasi: 9
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #37 on: 01 December 2009, 02:12:57 PM »
dari dulu gw pengen ngetest kesabaran bikkhu, dengan cara gamparin muka bikhu
cuma gw takut kena hukum karma euy

kira-kira apa ya reaksi si bikhu ?
pengen ngetest aja, kira-kira beneran sabar, apa cuma teori dowank


mungkin habis itu reaksinya macam-macam
sang bikhu cuma bilang amitofo

atau sang bikhu mengibaskan jubahnya, dan gw terpental ampe tembok
hahaha

atau sang bikhu punya ilmu besi
jadi tangan gw yg kesakitan
dan bikhu cuma terkekeh kekeh


Kalau ide begini harus nyoba sama bhiku Saolim... yg
di Tiongkok... yg tahan digampar berkali-kali....
malah selangkangannya disepak pun gak sakit...

mungkin itu target yg bagus utk dicoba....
hehehehehheeeeee  (resiko ditanggung sendiri lho)

mungkin abis gampar langsung lari
lihat dia ngejer gak
atau ludahin terus lari
gila  :)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #38 on: 01 December 2009, 02:46:08 PM »
Quote from: Deva19
saya tahu akibatnya. dan apakah bro Upasaka saat ini dapat melihat, apakah di dalam batin saya terdapat Anottapa ataukah Otapa?

apakah anda berpikir bahwa dengan meninjau kembali pengalaman saya dahulu, maka akan muncl Ottapa di dalam diri saya?

Saya tidak bisa melihat.
Tidak. Saya berpikir bahwa dengan meninjau kembali pengalaman Anda dahulu, maka Anda bisa belajar agar tidak jatuh di lubang yang sama untuk ketiga kalinya.


Quote from: Deva19
petunjuk dari anda, tentang bagaimana cara untuk membuat saya tenang, damai dan sabar tentu saya butuhkan. anda memberi tahu saya dengan sangat baik, tentang akibat-akibat suatu perbuatan, bahwa jika saya begini maka begitu akibatnya. dan tentunya anda mengharapkan saya untuk menghindari kamma buruk. saya bersedia memenuhi seperti apa yang anda harapkan, selama anda bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, yakini bagaimana suatu kebnaran dapat dijelaskan sesuai dan tepat menurut kaidah-kaidah berpikir?

Saya tidak mewajibkan Anda untuk berperilaku sesuai dengan harapan saya. Saya sangat menghargai kebebasan berkehendak di setiap orang. Tetapi karena saya ingin Anda berbahagia, maka saya harap Anda bisa lebih tenang, damai dan sabar. Kalau kalimat sederhana saya memang bisa membuat Anda menjadi lebih baik, maka saya dengan senang hati akan menyampaikan kepada Anda.

Sebenarnya saya sedang tidak membuat perjanjian dengan Anda. Silakan Anda berperilaku tidak sesuai dengan harapan saya. Tetapi apabila ada pertanyaan dari Anda yang ditujukan kepada saya, saya akan coba memberi jawaban dan penjelasan yang sesuai kaidah-kaidah berpikir.


Quote from: Deva19
saya mengerti persoalan tersebut. tapi apakah anda mengira bahwa saya adalah orang yang tidak dapat melihat "tembus" ke kedalam batin seseorang? apakah anda mengira bahwa saya tidak akan dapat mengetahui "isi sebenarnya" dari seseorang yang tampak sabar? bagaimana cara anda bisa mengira sperti itu?

Setelah Anda mampu melihat "tembus" ke dalam batin seseorang yang tampak sabar, lalu apa yang Anda peroleh?


Quote from: Deva19
saya telah belajar sabar, sedang belajar sabar dan akan terus belajar sabar. tapi apakah bro upasaka sudah dapat mengukur, sampai dimana tingkat kesabaran saya saat ini?

Mungkin belum ada alat pengukur kesabaran. Tapi saya bisa menggunakan perbandingan.
Saya lihat Anda sudah jauh lebih sabar daripada Anda yang dahulu. Tapi Anda tetap belum bisa lebih sabar dari saya.

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #39 on: 01 December 2009, 02:51:40 PM »
aye terharu dgn Deva19
 :'( :'( :'( :'(


 _/\_

Offline exam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 533
  • Reputasi: 9
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #40 on: 01 December 2009, 02:53:24 PM »
bicara sabar
jadi ingat bgm manusia jaman dulu hrs menjadi budak
bayangkan anda lahir jadi orang kulit hitam di jaman perbudakan

atau nasib jugun ianfu di jaman penjajahan jepang
yg setiap hari hrs melayani tentara jepang

atau orang tak punya tangan dan kaki
tapi hrs tetap menjalani hidup

atau bayangkan anda jadi seorang istri yg di tinggal mati suami
namun hrs keliling jualan kue utk menghidupi 4 orang anak
dengan rumah yg masih sewa

kalau sudah begini
jadi sadar , masih jauh dari kesabaran

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #41 on: 02 December 2009, 12:30:14 AM »
Quote from: upasaka
Setelah Anda mampu melihat "tembus" ke dalam batin seseorang yang tampak sabar, lalu apa yang Anda peroleh?

saya saya peroleh adalah suatu kesimpulan bahwa yang terpenting dari seseorang bukanlah apa yang dikatakannya, tetapi apa yang di dalam batinnya.

sesungguhnya, mustahil sang Budha dan semua orang suci di dunia mengajari manusia hanya dengan bahasa kata-kata, melainkan pastilah bahasa "cahaya". dengan cahaya itulah sang Budha melihat tembus ke dalam batin manusia dan dengan cahaya itu pula sang Budha mencabut akar-akar kebodohan, sehingga siapa yang medengarkan dhamma secara langsung dari sang Budha, lebih memungkinkan bagi mereka untuk lbih cepat mencapai kesucian, bukan hanya karena konsep dhamma yang benar dan bukan hanya karena usaha para bikhu, tetapi juga karena bantuan sang Budha melalui cahaya. cahaya inilah yang menjadi inti dari kata-kata sang Budha.

seperti yang anda katakan, seorang yang tampak sabar sekalipun bisa jadi ada kejahatan di dalam batinnya. sebaliknya,  apakah anda tidak pernah berpikir, mengira atau menduga bahwa seseorang yang tampak kasar sekalipun, sesungguhnya suci di dalam nya?

Quote from: upasaka
Mungkin belum ada alat pengukur kesabaran. Tapi saya bisa menggunakan perbandingan.
Saya lihat Anda sudah jauh lebih sabar daripada Anda yang dahulu. Tapi Anda tetap belum bisa lebih sabar dari saya.

anda mmbuat perbandingan dari bentuk kata-kata yang saya gunakan. betulkah? tapi apakah kata-kata dapat menjadi ukuran kesabaran seseorang? mengingat sebagaimana yang anda sendiri katakan, "tidak ada alat pengukur kesabaran."

saya tidak tahu, apakah anda lebih sabar dari saya, atau saya lebih sabar dari anda, atau saya dan anda sama-sama sabar. tapi yang saya tahu, sang Budha telah menjelaskan bahwa akar kesombongan itu ada tiga, yakni ketika berpikir "aku lebih baik dari dia" atau "dia lebih baik dari aku" atau "aku sama dengan dia". oleh karena itu, saya ingin menghindari pemikiran yang membanding-bandingkan antara diri saya dengan anda. dan saya tidak akan menguji kebenaran pernyataan, "anda lebih sabar dari saya".

berbicara tentang kesabaran, akan mendorong saya untuk mengembangkan kesabaran dan kesucian batin, untuk membuktikan dhamma kepada diri anda dan kepada diri saya sendiri. dengan demikian akan membuat saya masuk ke alam meditasi, dimana pemikiran berhenti bekerja, dan hanya kesadaran yang bekerja dan berkembang.

membahas soal kesabaran, akan mendorong saya untuk mengembangkan batin untuk mencoba melihat tembus ke dalam batin anda, atau agar anda melihat ke dalam batin saya. terlepas dari benarhkah hal tersebut dapat dilakukan, tetapi bila memang dapat dilakukan, maka ini merupakan hal yang baik. tetapi hal ini akan menyebabkan saya kehilangan tujuan semula, yakni "menemukan orang yang dapat menjelaskan kebenaran" dengan kaidah berpikir yang benar.

mmbahas soal kesabaran, membuat saya ingin melihat ke dalam diri saya sendiri untuk mengerti dhamma. ketika saya melihat dhamma, maka disitu tidak ada pertentangan konseptual, tidak ada logika, tidak ada argumentasi, diskusi dan perdebatan. di dalam diri saya hanya melihat 5 khanda dan tidak ada lainnya. tetapi ketika dhamma di ungkapkan melalui kata-kata, maka disitu terjadilah konsepsi. ketika ada konsepsi, disitu ada logika. ketika ada logika, diistu ada pikiran benar atau ada pikiran salah (ditti). ketika ada pikiran salah, inilah yang menodai kesucian.

vedana adalah suatu realitas di dalam diri. karena Vedana adalah suatu fakta nyata, maka tidak dapat dipertentangankan, tidak dpat dipersalahkan, oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. tidak akan ada orang, baik diri sndiri maupun orng lain yang berpendapat Vedana itu salah. karena berpikir "itu salah" adalah telah memulai pemikiran. pemikiran inilah yang kemudian akan menimbulkan pertenangan, dualisme, kemelekatan, dan diperslahkan. apalagi ketika orang sudah mencoba mendefinisikan "apa itu Vedana". ilmu logika harus bekerja pada tahap ini untuk menjaga "lurusnya" pikiran.

di dalam dhamma yang anda lihat ada metta, karuna, muddita dan upekha. dhamma apapun yang anda lihat, tidak dpat ditentang atau dipersalahkan. karena mereka adalah kebenaran sebagaimana adanya. tetapi ketika anda telah menyatakan di dalam pikiran ataupun lisan, bahwa karena adanya metta, karuna, muddita dan upekha, maka mustahil seorang suci melakukan tindak kekerasan atau membunuh. maka disinilah pemikiran mulai bekerja untuk mencari tahu "benarkah" atau "salahkah". dan untuk menemukan apa yang dicari, yaitu nilai suatu pernyataan, diperlukan kaidah-kaidah berpikir yang benar. menolak kaidah berpikir ini adlh mustahil.

ketika seseorang berkata, "marah-marah adalah ssuatu yang baik", maka orang tersebut telah mmbuat konsepsi. dan orang kaan beramai-ramai memberikan nilai-nilai pada suatu konsepsi, "itu benar" atau "itu salah" atau "itu sesuai dengan keyakinan saya" atau "itu tidak sesuai dengan keyakian saya" dst. kemarahan adlh suatu realitas di dalam diri, yang orang mudah melihat faktanya. tetapi "baik" buknlah suatu salah satu fakta dari 5 khanda, sehingga "baik" tidak akan dapat dia temukan di dalam 5 khanda, tetpai akan ditemukan di dalam konsepsi orang lain.

ketika anda berkata, "sekarng anda sudah lebih sabar dari dulu", berarti anda telah membuat suatu konsepsi dan mengemukakanya di dalam tulisan. kalau saya ingin mencari tahu "benar" atau "tidak", maka saya akan bertanya, "mengapa?" dan anda akan menjelaskannya dengan argumentasi logic atau melalui suaru referensi, keduanya sama-sama berwujud konsepsi. dan karna konsepsi itu merupakan sesuatu yang "tidak dpat dilihat langsung", seperti halnya kata "baik", maka saya berpikir untuk menemukannya.  dan saya tidak melihat "ujung" dari pemikiran ini. dimanakah ia?

tuhan itu ketika ditemukan, dilihat dan disebut "Tuhan", maka tidak ada petentangan. tidak seorang manusiapun yang dapat mengatakan sbuatan tersebut salah. tetapi ketika dikatakan "tuhan itu ada" atau "tuhan itu tiada", maka disitulah orang mulai ramai memberi nilai "benar" atau "salah". dam konsepsi ini, lagi-lagi tidak berujung pada kejelasan sebagaimana jelasnya bila kita melihat 5 khanda.

bila anda mengatakan "sabar adalah sesuatu yang baik", ini adlah konsep. dan pasangan konsep adalah "kenapa?" dan kenapa adalah suatu pertanyaan yang tidak memiliki "ujung". sebab setiap kali argumentasi diberikan, maka "kenapa" yang lain akan muncul pula. oleh  karena itu, bukankah amat jelas bahwa siapapun yang berpegang kepda konsepsi teramatlah bodohnya? jika jawaban dari pertanyaan ini "ya" atau "tidak", maka keduanya juga merupakan konsepsi yang tidak berujung. bila hal ini dapat difahami denga benar, maka patutkah kita menilai seseorang dari apa yang dia katakan?

"sang Budha adalah manusia agung yang tercerahan sempurna", dan kita dapat melihat keagungan beliau dari ajarna yang tertulis di dalam kata-kata beliau yang telah diabadikan. tetapi semua kata-kata sang Budha yang ditulis itu adalah konsepsi yang tidak berujung, maka apakah akan sempurna penialain seseorang terhap sang Budha hanya melalui kata-kata beliau?

"nabi Muhammad adlah seorang Budha" maka orang akan ramai memberi nilai "salah". tetapi nilai "salah" ini adlaa konsepsi yang tidak berujung. berpegang kepda konsepsi yang tidak berujung adalah suatu tindakan yang konyol. akan tetapi ilmu logika bukan untuk membuat seseorang berputar dlaam konsepsi yang tidak berujung, melainkan untuk mengakhiri konsepsi.

seharusnya benar bahwa nabi muhammad adlah seorang Budha, bila yang dimaksud budha di sini adalah ornag yang mengajarkan kebaikan. sedangkan nabi muhammad adala orang yang mengajarkan kebaikan. tetapi seharusnya salah bahwa nabi muhammad adalah seorang budha, bila budha bukanlah seorang yang mendapat wahyu, dan nabi muhammad adala orang yang mendapat wayhu. nilai "benar" dan "salah" tersebut sudah tepat dan usai secara logic, tidak dpat dibantah dan dipersalahkan, yang mempresalahkannya berarti dia memiliki "ditti" dan telah "tersesat di dalam berpikir." inilah kebenaran logic.

"sariputa adalah penerus kebudhaan, karena sariputa wafat sebelum sang Budha wafat. sdangkan penerus kebudhaan adala yang meneruskan ajaran sang Budha stelah sang Budha wafat." inilah kesalahan logic. pernyatan tersebut "salah" secara logic, sudah usai dan tidak dapat dibantah lagi salahnya.

"alQuran mengajarkan umatnya untuk membenci non mulism kapan saja dan dimana saja ia berada, karena di dlam alquran dijlaskn bunuhlah orang-orang kafir itu dimana saja kamu temui mereka" ini kesalahan logic. sudah jelas salahnya, usai dan tidak dapat dibantah salahnya berdasarkan kaidah-kaidah berpikir yang benar. inilah akhir dari suatu konsepsi. tetapi siapa yang tidak mengerti kaidah berpikir dngan benar, maka selama-lamanya dia akan berpegang kepda keyakinan yang salah "bahwa islam mengajarkan kejahatan". maka akankah seseorang dapat mencapai suatu kesucian, apabila berpegang kepada keyakinan yang salah?

dan saya melihat carut marut dunia ini disebabkan oleh banyak faktor, dan salah satu faktornya adala karena kesalahan orang-orang dalam berpikir. apakah anda juga melihatnya?


Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #42 on: 02 December 2009, 12:47:30 AM »
sry menyela...bisa tembus di dalam batin seseorang..
TAPI

[at]  Upasaka

sebenarnya, sikap kasar saya dalam diskusi ada alasannya.

pertama, saya ingat dalam salah satu ajaran budha dikatakan bahwa seseorang yang merasa suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilainya "baik". semakin suka terhadap sesuatu, maka dia akan semakin menilainya baik. sebaliknya, orang yang merasa tidak suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilai sesuatu itu "jelek". semakin tidak suka, maka dia akan menilai "semakin jelek".

Kedua, akan banyak orang yang mendukung dan menyukai saya, serta menerima pemikiran-pemikiran saya, bila saya berdiskusi dengan cara yang baik dan menyenangkan.

ketiga, karena orang sudah setuju dengan saya dan dapat menerima pemikiran-pemikiran saya, maka saya tidak tahu siapa orang yang "pikirannya lurus dan jernih" yang dapat menilai sesuatu dengan benar, tanpa merasa suka ataupun benci kepada sesuatu (upekha).

keempat, bila saya tidak mengetahui siapa yang telah mencapai ketenangan (upekha), lalu bagaimana saya dapat menemukan guru bagi diri saya?

klo udah bisa mengetahui batin seseorang.. alasan kasar dalam diskusi , terutama yg terakhir " tidak mengetahui siapa yg batinnya tenang", jd alasan itu gak bisa di pake dunk
kan bisa melihat batin seseorg...
...

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #43 on: 02 December 2009, 12:54:52 AM »
Buddha itu bukan dinilai dari mengajarkan kebaikan, Buddha itu mengajarkan 4 kesunyataan mulia. kebaikan cuma bagian dari ajarannya
kurasa muhammad, menolak konsep Dukkha, dgn menyatakan Allah kekal, surga juga (kecuali Allah menghendaki), dan hidup setelah mati cuma 2 pilihan surga yg kekal atau neraka
setelah surga..end..selesai.
itu sebabnya dia tidak di sebut buddha
...

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #44 on: 02 December 2009, 01:04:15 AM »
sry menyela...bisa tembus di dalam batin seseorang..
TAPI

[at]  Upasaka

sebenarnya, sikap kasar saya dalam diskusi ada alasannya.

pertama, saya ingat dalam salah satu ajaran budha dikatakan bahwa seseorang yang merasa suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilainya "baik". semakin suka terhadap sesuatu, maka dia akan semakin menilainya baik. sebaliknya, orang yang merasa tidak suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilai sesuatu itu "jelek". semakin tidak suka, maka dia akan menilai "semakin jelek".

Kedua, akan banyak orang yang mendukung dan menyukai saya, serta menerima pemikiran-pemikiran saya, bila saya berdiskusi dengan cara yang baik dan menyenangkan.

ketiga, karena orang sudah setuju dengan saya dan dapat menerima pemikiran-pemikiran saya, maka saya tidak tahu siapa orang yang "pikirannya lurus dan jernih" yang dapat menilai sesuatu dengan benar, tanpa merasa suka ataupun benci kepada sesuatu (upekha).

keempat, bila saya tidak mengetahui siapa yang telah mencapai ketenangan (upekha), lalu bagaimana saya dapat menemukan guru bagi diri saya?

klo udah bisa mengetahui batin seseorang.. alasan kasar dalam diskusi , terutama yg terakhir " tidak mengetahui siapa yg batinnya tenang", jd alasan itu gak bisa di pake dunk
kan bisa melihat batin seseorg...

maksud anda, saya tidak dapat menjadikan alasan "tidak mengetahui siapa yang batinnya tenang" sebagai alasan diskusi kasar, karena saya bisa melihat batin seseorang.

begitu ya?

kalau begitu berarti menurut anda, saya telah membuat dua pernyataan kontradiktif.

pertama : saya menyatakan tidak mengetahui siapa yang batinnya tenang
kedua : saya menyatakan mengetahui siapa yang batinnya tenang.

untuk pernyataan pertama, saya membenarkannya, karena memang saya tidak mengetahui siapa yang batinnya tenang.

untuk pernyataan kedua, bisa anda tunjukn pada post yang mana saya membuat pernyataan kalau saya dapat mengetahui siapa yang batinnya tenang?

perasaan saya tidak pernah menyatakan begitu. jika memang saya menyatakan demikian, pasti itu artinya bukan sekarang, bukan saat ini dan di sini.
« Last Edit: 02 December 2009, 01:07:09 AM by Deva19 »

 

anything