//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Indra

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 954
106
Sutta Vinaya / Pācittiya 62
« on: 16 September 2022, 08:22:47 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 62. Aturan Latihan tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam sedang menggunakan air yang mereka ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menggunakan air yang mereka ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menggunakan air yang ia ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

Ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahunya. Jika ia menggunakannya, mengetahui bahwa air itu mengandung makhluk-makhluk hidup dan mengetahui bahwa makhluk-makhluk itu akan mati jika air itu digunakan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menggunakannya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia tidak menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak mengetahui bahwa air itu mengandung makhluk-makhluk hidup; jika ia mengetahui bahwa air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup; jika ia menggunakannya dengan mengetahui bahwa makhluk-makhluk hidup itu tidak akan mati; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengandung makhluk-makhluk hidup, yang kedua, selesai

107
Sutta Vinaya / Pācittiya 61
« on: 16 September 2022, 08:22:13 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Mengandung Makhluk-Makhluk Hidup

Pācittiya 61. Aturan Latihan tentang Dengan Sengaja

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī adalah seorang ahli dalam memanah. Dan karena ia tidak menyukai burung gagak, ia menembaknya. Ia memotong kepalanya dan kemudian memancangnya berbaris. Para bhikkhu bertanya kepadanya, "Siapakah yang membunuh burung-burung gagak ini?"

"Aku. Aku tidak suka burung gagak."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī dengan sengaja membunuh makhluk-makhluk hidup?" ... "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan sengaja membunuh makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dengan sengaja:

Dengan sepengetahuan, menyadari, setelah meniatkan, setelah memutuskan, ia melanggar.

Makhluk hidup:

Yang dimaksudkan adalah binatang.

Membunuh:

Jika ia memotong dan mengakhiri indria kehidupannya, jika ia menghancurkan keberlangsungannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah makhluk hidup, dan ia menyadarinya sebagai makhluk hidup, dan ia membunuhnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia membunuhnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah makhluk hidup, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai makhluk hidup, dan ia membunuhnya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika itu bukan makhluk hidup, tetapi ia menyadarinya sebagai makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan makhluk hidup, dan ia tidak menyadarinya sebagai makhluk hidup, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia tidak bertujuan membunuh;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang dengan sengaja, yang pertama, selesai

108
Sutta Vinaya / Pācittiya 60
« on: 16 September 2022, 08:16:22 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol


Pācittiya 60. Aturan Latihan tentang Menyembunyikan Jubah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Suatu hari ketika para bhikkhu dari kelompok tujuh belas tidak menyimpan benda-benda kebutuhan mereka, para bhikkhu dari kelompok enam menyembunyikan mangkuk dan jubah mereka. Para bhikkhu dari kelompok tujuh belas berkata kepada mereka, "Kembalikan mangkuk dan jubah kami." Para bhikkhu dari kelompok enam tertawa, tetapi para bhikkhu dari kelompok tujuh belas menangis.

Para bhikkhu bertanya kepada mereka, "Mengapakah kalian menangis?"

"Karena para bhikkhu dari kelompok enam telah menyembunyikan mangkuk dan jubah kami."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menyembunyikan mangkuk dan jubah bhikkhu lain?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menyembunyikan mangkuk, jubah, alas duduk, kotak jarum, atau ikat pinggang milik bhikkhu lain, atau menyuruh orang lain menyembunyikan, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Milik bhikkhu lain:

Yang dimiliki oleh bhikkhu lain.

Mangkuk:

Ada dua jenis mangkuk: mangkuk besi dan mangkuk keramik.

Jubah:

Salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

Alas duduk:

Yang dimaksudkan adalah yang memiliki tepian.

Kotak jarum:

Dengan atau tanpa jarum.

Ikat pinggang:

Ada dua jenis ikat pinggang: yang terbuat dari potongan kain dan yang terbuat dari usus babi.

Menyembunyikan:

Jika ia sendiri yang menyembunyikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh menyembunyikan:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menyuruh satu kali, maka bahkan jika orang lain itu menyembunyikan banyak benda, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Bahkan sekedar untuk bercanda:

Bertujuan untuk bersenda gurau.

Permutasi

Jika bhikkhu lainnya sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyembunyikan mangkuk, jubah, alas duduk, kotak jarum, atau ikat pinggangnya, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu lainnya sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menyembunyikan mangkuk, jubah, alas duduk, kotak jarum, atau ikat pinggangnya, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu lainnya sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyembunyikan mangkuk, jubah, alas duduk, kotak jarum, atau ikat pinggangnya, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika ia menyembunyikan benda kebutuhan lain, atau menyuruh menyembunyikan, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menyembunyikan mangkuk atau jubah atau benda kebutuhan lainnya dari seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, atau menyuruh menyembunyikan, bahkan sekedar untuk bercanda, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak bertujuan untuk bercanda; jika ia menyimpan apa yang tidak disimpan dengan benar; jika ia menyimpan dengan berpikir, "Setelah membabarkan ajaran, aku akan mengembalikannya;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menyembunyikan jubah, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KEENAM TENTANG MEMINUM ALKOHOL SELESAI

Berikut ini adalah rangkumannya:
"Alkohol, jari, dan tertawa,
Dan tidak hormat, menakut-nakuti,
Api, mandi, tanda,
Dirinya sendiri, dan dengan menyembunyikan."

109
Sutta Vinaya / Pācittiya 59
« on: 16 September 2022, 08:15:40 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 59. Aturan Latihan tentang Menyerahkan Kepemilikan kepada Orang Lain

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Upananda orang Sakya telah menyerahkan kepemilikan sebuah jubah kepada seorang bhikkhu yang adalah murid adiknya. Kemudian ia menggunakan jubah itu tanpa bhikkhu itu melepaskannya. Bhikkhu itu memberitahu para bhikkhu, "Yang Mulia Upananda menggunakan jubah yang telah ia serahkan kepadaku, walaupun aku belum melepaskannya."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda menggunakan jubah yang telah ia serahkan kepada seorang bhikkhu, tanpa bhikkhu itu terlebih dulu melepaskannya?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika seorang bhikkhu menyerahkan sendiri kepemilikan atas sebuah jubah kepada seorang bhikkhu, kepada seorang bhikkhunī, kepada seorang bhikkhunī percobaan kepada seorang sāmaṇera atau kepada seorang sāmaṇerī, dan kemudian ia menggunakannya tanpa yang lainnya terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bhikkhunī:

Ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

Bhikkhunī percobaan:

Seorang yang berlatih dalam enam aturan selama dua tahun.

sāmaṇera:

Seorang laki-laki yang berlatih dalam sepuluh aturan latihan.

sāmaṇerī:

Seorang perempuan yang berlatih dalam sepuluh aturan latihan.

Sendiri:

Ia sendiri yang melakukan penyerahan itu.

Jubah:

Salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

Menyerahkan kepemilikan atas:

Ada dua jenis penyerahan: penyerahan dengan kehadiran dan penyerahan tanpa kehadiran.

Penyerahan dengan kehadiran:

Seseorang harus mengucapkan, "Aku menyerahkan kain-jubah ini kepadamu," atau "Aku menyerahkan kain-jubah ini kepada orang itu."

Penyerahan tanpa kehadiran:

Seseorang berkata, "Aku memberikan kain-jubahh ini kepadamu untuk tujuan menyerahkannya." Yang lainnya harus menanyakan, "Siapakah teman atau rekanmu?" ia harus menjawab, "si itu dan itu." Yang lainnya harus berkata, "Aku memberikannya kepada mereka. Silakan menggunakan benda milik mereka, memberikannya, atau melakukan apa pun yang engkau kehendaki."

Tanpa terlebih dulu melepaskannya:

Jika tidak diberikan kepadanya atau ia menggunakannya tanpa mengambilnya atas dasar kepercayaan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika belum dilepaskan, dan ia menyadarinya sebagai belum, dan ia menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika belum dilepaskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggunakanya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika belum dilepaskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, dan ia menggunakannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika ia menetapkannya atau memberikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah dilepaskan, tetapi ia menyadarinya sebagai belum, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah dilepaskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah dilepaskan, dan ia menyadarinya sebagai sudah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika orang lain memberikannya; atau jika ia menggunakannya setelah mengambil benda milik orang lain atas dasar kepercayaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menyerahkan kepemilikan kepada orang lain, yang kesembilan, selesai

110
Sutta Vinaya / Pācittiya 58
« on: 16 September 2022, 08:15:01 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 58. Aturan Latihan tentang Memberi Tanda

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, sejumlah bhikkhu dan pengembara dirampok ketika sedang melakukan perjalanan dari Sāketa menuju Sāvatthī. Para pengawal raja pergi keluar dari Sāvatthi dan menangkap para perampok dan rampasan mereka. Kemudian mereka mengirim pesan kepada para bhikkhu: "Para Mulia, silakan datang dan ambil jubah-jubah kalian." Tetapi para bhikkhu tidak dapat mengidentifikasinya. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak mengenali jubah mereka sendiri?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan mereka memberitahu Sang Buddha. Sang Buddha mengumpulkan Sangha, membabarkan ajaran tentang apa yang benar dan selayaknya, dan kemudian berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan latihan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha; demi mengekang orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu baik, demi pengekangan kerusakan sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk pengekangan kerusakan  sehubungan dengan kehidupan-kehidupan masa depan, untuk memunculkan keyakinan pada meereka yang tanpa keyakinan, untuk meningkatan keyakinan pada mereka yang telah memilikinya, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi menyokong Latihan. Dan, para bhikkhu, aturan Latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika seorang bhikkhu memperoleh jubah baru, ia harus memberikan satu dari tiga jenis tanda: hijau-kebiruan, warna-lumpur, atau cokelat gelap. Jika seorang bhikkhu menggunakan jubah baru tanpa memberikan salah satu dari ketiga jenis tanda ini, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Baru:

Yang dimaksudkan adalah sebuah tanda belum diberikan

Jubah:

Salah satu dari enam jenis jubah.

Ia harus memberikan satu dari tiga jenis tanda:

Bahkan jika ia hanya memberikan seujung helai rumput.

Hijau-kebiruan:

Ada dua jenis hijau-kebiruan: warna tembaga-sulfat dan warna daun.

Warna-lumpur:

Yang dimaksudkan adalah warna berair.

Cokelat gelap:

Apa pun yang gelap kecokelatan.

Jika seorang bhikkhu ... tanpa memberikan salah satu dari ketiga jenis tanda ini:

Jika ia menggunakan jubah baru tanpa terlebih dulu memberikan salah satu dari ketiga jenis tanda ini, bahkan hanya seujung helai rumput, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika belum ditandai, dan ia menyadarinya sebagai belum, dan ia menggunakan jubah itu, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika belum ditandai, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggunakan jubah itu, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika belum ditandai, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, dan ia menggunakan jubah itu, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika sudah ditandai, tetapi ia menyadarinya sebagai belum, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah ditandai, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika sudah ditandai, dan ia menyadarinya sebagai sudah, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memberikan tanda dan menggunakannya; jika tanda itu telah memudar; jika bagian di mana tanda itu berada menjadi usang; jika apa yang telah ditandai dijahit bersama dengan apa yang belum ditandai; jika itu adalah tambalan; jika itu adalah tepian memanjang; jika itu adalah tepian melintang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan memberi tanda, yang kedelapan, selesai

111
Sutta Vinaya / Pācittiya 57
« on: 16 September 2022, 08:14:20 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 57. Aturan Latihan tentang Mandi

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai, para bhikkhu sedang mandi di sumber air panas. Saat itu Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha pergi ke sumber air panas tersebut, berniat untuk mencuci rambutnya. Ia dengan hormat menunggu hingga para bhikkhu selesai, tetapi mereka terus mandi hingga hari gelap. Hanya setelah itu Raja Bimbisāra dapat mencuci rambutnya. Dan karena gerbang kota telah ditutup, ia terpaksa melewatkan malam di luar kota.

Keesokan paginya, dengan riasan wajah masih ada, ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Sang Buddha berkata kepadanya, "Baginda, mengapakah engkau sudah datang begitu pagi, dengan riasan wajah masih ada?" Sang Raja memberitahu Beliau apa yang telah terjadi. Kemudian Sang Buddha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran, setelah itu Sang Raja bangkit dari duduknya, bersujud, mengelilingi Beliau dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.

Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu mandi tanpa mengenal cukup, bahkan setelah melihat Sang Raja?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya mereka "Bagaimana mungkin orang-orang dungu bertindak seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian, karena mereka takut melakukan kesalahan, para bhikkhu tidak mandi ketika hari panas atau ketika mereka demam, dan mereka pergi tidur dengan tubuh berkeringat. Sebagai akibatnya, jubah dan tempat tidur mereka menjadi kotor. Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Jika hari panas atau kalian mengalami demam, Aku memperbolehkan kalian mandi dengan selang kurang dari setengah bulan.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Tidak lama kemudian beberapa bhikkhu jatuh sakit.  Para bhikkhu yang merawat mereka berkata, "Aku harap kalian bertahan. Aku harap kalian menjadi lebih baik."

"Sebelumnya kami mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, dan kemudian kami merasa nyaman. Tetapi sekarang Sang Buddha telah melarang hal ini, kami tidak mandi karena takut melakukan kesalahan. Karena itu kami tidak merasa nyaman."

Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan bhikkhu yang sakit untuk mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal ketiga

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan; ia sedang sakit.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keempat

Tidak lama kemudian para bhikkhu sedang melakukan pekerjaan pembangunan, tetapi karena mereka takut melakukan kesalahan maka mereka tidak mandi. Sebagai akibatnya, mereka pergi tidur dengan tubuh berkeringat, jubah dan tempat tidur mereka menjadi kotor. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan bhikkhu yang sakitkalian untuk mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan ketika kalian sedang bekerja.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal keempat

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan; ia sedang sakit; ia sedang bekerja.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kelima

Tidak lama kemudian para bhikkhu sedang melakukan perjalanan, tetapi karena mereka takut melakukan kesalahan maka mereka tidak mandi. Sebagai akibatnya, mereka pergi tidur dengan tubuh berkeringat, jubah dan tempat tidur mereka menjadi kotor. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan bhikkhu yang sakitkalian untuk mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan ketika kalian sedang melakukan perjalanan.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kelima

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan; ia sedang sakit; ia sedang bekerja; ia sedang melakukan perjalanan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keenam

Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah di ruang terbuka, ketika mereka diserang oleh angin berdebu dan hujan lebat. Tetapi karena mereka takut melakukan kesalahan maka mereka tidak mandi. Sebagai akibatnya, mereka pergi tidur dalam kondisi lembab. Sebagai akibatnya jubah dan tempat tidur mereka menjadi kotor. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, jika terjadi angin dan hujan, Aku memperbolehkan kalian untuk mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mandi dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, yang terdiri dari satu setengah bulan terakhir musim panas dan bulan pertama musim hujan; ia sedang sakit; ia sedang bekerja; ia sedang melakukan perjalanan; terjadi angin dan hujan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dalam selang waktu kurang dari setengah bulan:

Setelah kurang dari setengah bulan.

Mandi:

Jika ia mandi menggunakan bubuk atau sabun, maka untuk setiap usaha, terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika selesai mandi, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

Kecuali jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

Musim panas:

Satu setengah bulan terakhir musim panas.

Musim demam:

Bulan pertama musim hujan. Selama periode dua setengah bulan musim panas dan musim demam, ia boleh mandi.

Ia sedang sakit:

Ia merasa tidak nyaman tanpa mandi. Jika ia sakit, maka ia boleh mandi.

Ia sedang bekerja:

Bahkan jika ia hanya menyapu halaman sebuah bangunan. Jika ia sedang bekerja, maka ia boleh mandi.

Ia sedang melakukan perjalanan:

Jika ia berniat untuk berjalan enam kilometer, maka ia boleh mandi; sewaktu dalam perjalanan, ia boleh mandi; setelah perjalanan, ia boleh mandi.

Terjadi angin dan hujan:

Para bhikkhu diserang angin berdebu, dan dua atau tiga tetes air hujan pada tubuh mereka. Jika terjadi angin dan hujan, mereka boleh mandi.

Permutasi

Jika itu adalah dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, dan ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia mandi, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika itu adalah dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mandi, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika itu adalah dalam selang waktu kurang dari setengah bulan, tetapi ia menyadari dirinya sebagai lebih, dan ia mandi, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah dalam selang waktu lebih dari setengah bulan, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah dalam selang waktu lebih dari setengah bulan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah dalam selang waktu lebih dari setengah bulan, dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; jika ia mandi dalam selang waktu setengah bulan; jika ia mandi dalam selang waktu lebih dari setengah bulan; jika ia mandi ketika menyeberangi perairan; jika ia tidak berada di dataran Gangga tengah; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mandi, yang ketujuh, selesai


112
Sutta Vinaya / Pācittiya 56
« on: 16 September 2022, 08:13:30 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 56. Aturan Latihan tentang Api

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Bhagga di Susumāragira di Hutan Bhesakaḷā, taman rusa. Pada saat itu, selama musim dingin, para bhikkhu menghangatkan badan dengan menyalakan api pada kayu berongga. Karena panas oleh api, sekor ular hitam keluar dari kayu dan menyerang para bhikkhu. Para bhikkhu berlarian kesana kemari.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para bhikhu itu menyalakan api untuk menghangatkan badan?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya mereka "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu menyalakan api untuk menghangatkan diri, atau menyuruh orang lain menyalakan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu jatuh sakit. Para bhikkhu yang merawat mereka berkata, "Aku harap kalian bertahan. Aku harap kalian menjadi lebih baik."

"Sebelumnya kami menyalakan api untuk menghangatkan diri, dan kemudian kami merasa nyaman. Tetapi sekarang Sang Buddha telah melarang hal ini, kami tidak menghangatkan badan karena takut melakukan kesalahan. Karena itu kami tidak merasa nyaman."

Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan bhikkhu yang sakit untuk menyalakan api untuk menghangatkan badan, atau menyuruh orang lain menyalakannya.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu yang tidak sakit menyalakan api untuk menghangatkan diri, atau menyuruh orang lain menyalakan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Setelah itu para bhikkhu tidak menyalakan lampu, api kecil, atau sauna karena mereka takut melakukan kesalahan. Mereka memberitahu Sang Buddha ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian menyalakan api, atau menyuruh orang lain menyalakan, jika ada alasan yang tepat.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang tidak sakit menyalakan api untuk menghangatkan diri, atau menyuruh orang lain menyalakan, kecuali jika ada alasan yang tepat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Yang tidak sakit:

Yang merasa nyaman tanpa api.

Yang sakit:

Yang tidak merasa nyaman tanpa api.

Untuk menghangatkan diri:

Ingin memanaskan dirinya.

Api:

Yang dimaksudkan adalah kobaran api.

Menyalakan:

Jika ia menyalakannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh orang lain menyalakan:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, maka bahkan jika orang itu menyalakan banyak api, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali jika ada alasan yang tepat:

Kecuali ada alasan yang membenarkan.

Permutasi

Jika ia tidak sakit, dan ia tidak menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia menyalakan api untuk menghangatkan badan, atau menyuruh orang lain menyalakan, kecuali jika ada alasan yang tepat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menyalakan api untuk menghangatkan badan, atau menyuruh orang lain menyalakan, kecuali jika ada alasan yang tepat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia menyalakan api untuk menghangatkan badan, atau menyuruh orang lain menyalakan, kecuali jika ada alasan yang tepat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika ia mengembalikan sepotong kayu terbakar yang terjatuh, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, tetapi ia tidak menyadari dirinya sebagai sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, dan ia menyadari dirinya sebagai sakit, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia sakit; jika ia menghangatkan badan pada api yang dinyalakan oleh orang lain; jika ia menghangatkan badan pada bara tanpa api; jika ia menyalakan lampu, api kecil, atau sauna, ketika ada alasan yang tepat; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang api, yang keenam, selesai


113
Sutta Vinaya / Pācittiya 55
« on: 16 September 2022, 08:12:48 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 55. Aturan Latihan tentang Menakut-nakuti

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikhu dari kelompok enam menakut-nakuti para bhikkhu dari kelompok tujuh belas. Mereka menangis. Para bhikkhu lainnya bertanya kepada mereka mengapa mereka menangis, dan mereka memberitahukan.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para bhikhu dari kelompok enam menakut-nakuti para bhikkhu?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menakut-nakuti seorang bhikkhu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu:

Bhikkhu lainnya.

Menakut-nakuti:

Jika seorang yang sepenuhnya ditahbiskan, karena ingin menakit-nakuti seorang lainnya yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatur suatu pemandangan, suara, bau-bauan, rasa kecapan, atau kontak fisik, maka apakah bhikkhu lainnya itu ketakutan atau tidak, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menceritakan kepadanya tentang hutan belantara yang didiami oleh para penjahat, binatang-binatang buas, atau siluman-siluman, maka apakah bhikkhu lainnya itu ketakutan atau tidak, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menakut-nakutinya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menakut-nakutinya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menakut-nakutinya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika, karena ingin menakut-nakuti seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, ia mengatur suatu pemandangan, suara, bau-bauan, rasa kecapan, atau kontak fisik, maka apakah bhikkhu lainnya itu ketakutan atau tidak, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menceritakan kepadanya tentang hutan belantara yang didiami oleh para penjahat, binatang-binatang buas, atau siluman-siluman, maka apakah bhikkhu lainnya itu ketakutan atau tidak, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatur suatu pemandangan, suara, bau-bauan, rasa kecapan, atau kontak fisik, atau ia menceritakan kepadanya tentang hutan belantara yang didiami oleh para penjahat, binatang-binatang buas, atau siluman-siluman, tetapi bukan karena ia ingin menakut-nakuti siapapun; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menakut-nakuti, yang kelima, selesai

114
Sutta Vinaya / Pācittiya 54
« on: 16 September 2022, 08:12:26 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol


Pācittiya 54. Aturan Latihan tentang Tidak Hormat

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Kosambi di Vihara Ghosita, Yang Mulia Channa sedang berperilaku buruk. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Channa, jangan lakukan itu; itu tidak diperbolehkan," dan ia akan melakukannya lagi karena tidak hormat.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Channa bersikap dengan tidak hormat?" ... "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu bersikap tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Tidak hormat:

Ada dua jenis tidak hormat: tidak hormat pada orang dan tidak hormat pada aturan.

Tidak hormat pada orang:

Jika, ketika dikoreksi oleh seseorang yang sepenuhnya ditahbiskan tentang suatu aturan yang telah ditetapkan, ia berpikir, "Mereka telah dikeluarkan," "Mereka telah ditegur," "Mereka telah dicela," dan kemudian, "Aku tidak akan melakukan apa yang mereka katakan," dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Tidak hormat pada aturan:

Jika, ketika dikoreksi oleh seseorang yang sepenuhnya ditahbiskan tentang suatu aturan yang telah ditetapkan, ia berpikir, "Apakah yang dapat dilakukan agar aturan ini hilang?" "Apakah yang dapat dilakukan agar aturan ini musnah?" atau "Apakah yang dapat dilakukan agar aturan ini lenyap?" atau ia tidak ingin berlatih dalam aturan itu, dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lain itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika, ketika dikoreksi mengenai sesuatu yang belum ditetapkan, ia berpikir, "Ini tidak kondusif untuk pelenyapan kekotoran," "Ini tidak kondusif untuk praktik pertapaan," "Ini tidak kondusif untuk menginspirasi," "Ini tidak kondusif untuk berkurangnya hal-hal," atau "Ini tidak kondusif untuk menjadi bersemangat," dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, ketika dikoreksi oleh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, apakah aturan itu sudah atau belum ditetapkan, ia berpikir, "Ini tidak kondusif untuk pelenyapan kekotoran," "Ini tidak kondusif untuk praktik pertapaan," "Ini tidak kondusif untuk menginspirasi," "Ini tidak kondusif untuk berkurangnya hal-hal," atau "Ini tidak kondusif untuk menjadi bersemangat," dan ia bertindak dengan tidak hormat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatakan, "Ini adalah bagaimana kami diajarkan dan diuji oleh guru-guru kami;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tidak hormat, yang keempat, selesai



115
Sutta Vinaya / Pācittiya 53
« on: 16 September 2022, 08:11:57 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol


Pācittiya 53. Aturan Latihan tentang Bermain


Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok tujuh belas sedang bermain air di sungai Aciravatī. Saat itu, sewaktu Raja Pasenadi dari Kosala sedang berada di rumah panggung terbaiknya bersama Ratu Mallikā, ia melihat para bhikkhu dari kelompok tujuh belas sedang bermain dalam sungai. Ia berkata kepada Ratu Mallikā, "Mallikā, para sempurna ini sedang bermain dalam air."

"Baginda, tidak diragukan lagi Sang Buddha belum menetapkan aturan latihan. Apakah memang begitu, atau para bhikkhu ini adalah orang-orang dungu."

Raja Pasenadi berpikir, "Bagaimanakah agar Sang Buddha mengetahui tentang para bhikkhu ini bermain dalam air tanpa aku memberitahu Beliau?"

Setelah memanggil para bhikkhu itu, Raja Pasenadi memberi mereka sebongkah besar gula, dengan mengatakan "Para Mulia, sudilah memberikan bongkahan gula ini kepada Sang Buddha."

Para bhikkhu itu mengambil bongkahan gula itu, mendatangi Sang Buddha, dan berkata, "Yang Mulia, bongkahan gula ini adalah pemberian dari Raja Pasenadi."

"Tetapi, para bhikkhu, di manakah kalian bertemu Raja?"

"Di sungai Aciravatī, ketika sedang bermain dalam air."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bermain dalam air? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu bermain dalam air, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Bermain dalam air:

Jika, dengan tujuan untuk bersenang-senang, ia menyelam atau keluar ke permukaan atau berenang di dalam air yang lebih dalam dari semata kaki, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia sedang bermain dalam air, dan ia menyadarinya sebagai bermain dalam air, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia sedang bermain dalam air, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia sedang bermain dalam air, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai bermain dalam air, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika ia sedang bermain di dalam air yang dalamnya kurang dari semata kaki, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia sedang bermain perahu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia menepuk air dengan tangannya, dengan kakinya, dengan kayu, atau dengan batu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia bermain air dengan kendi, atau dengan bubur, susu, dadih, pewarna, air kencing, atau lumpur dalam kendi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika ia tidak sedang bermain dalam air, tetapi ia menyadarinya sebagai bermain dalam air, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sedang bermain dalam air, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sedang bermain dalam air, dan ia tidak menyadarinya sebagai bermain dalam air, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak bertujuan untuk bersenang-senang; jika ada sesuatu yang harus ia lakukan, ia masuk ke dalam air dan kemudian menyelam atau keluar ke permukaan atau berenang; jika, sewaktu menyeberangi air, ia menyelam atau keluar ke permukaan atau berenang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang bermain, yang ketiga, selesai


116
Sutta Vinaya / Pācittiya 52
« on: 16 September 2022, 08:11:19 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 52. Aturan Latihan Menggelitik

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam menggelitik seorang bhikkhu dari kelompok tujuh belas untuk membuatnya tertawa. Karena tidak bisa bernapas, ia tewas.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menggelitik seorang bhikkhu untuk membuatnya tertawa?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menggelitik seseorang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Menggelitik orang lain:

Jika seorang yang sepenuhnya ditahbiskan menyentuh orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tubuh dengan tubuh, dengan tujuan untuk membuatnya tertawa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika orang lainnya itu sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menggelitiknya untuk membuatnya tertawa, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lainnya itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menggelitiknya untuk membuatnya tertawa, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika orang lainnya itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia menggelitiknya untuk membuatnya tertawa, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika, dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh apa yang dilepaskan oleh bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika, dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan tubuhnya sendiri, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya, ia menyentuh tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh seorang yang tidak sepenuhnya ditabbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh apa yang terhubung dengan tubuh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, dengan melepaskan sesuatu, ia menyentuh apa yang dilepaskan oleh seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lainnya itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lainnya itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan perbuatan salah. Jika orang lainnya itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia bertujuan untuk membuatnya tertawa; jika ia menyentuhnya ketika memang diperlukan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang menggelitik, yang kedua, selesai


117
Sutta Vinaya / Pācittiya 51
« on: 16 September 2022, 08:10:52 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Meminum Alkohol

Pācittiya 51. Aturan Latihan Meminum Minuman Beralkohol

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang mengembara di negeri Ceti dalam perjalanan menuju Bhaddavatikā, Beliau terlihat oleh sejumlah gembala-sapi, gembala-kambing, petani-petani, dan para pengelana. Mereka berkata kepada Beliau, "Yang Mulia, jangan pergi ke Ambatittha. Ada naga yang sangat berbisa yang memiliki kekuatan batin di sana, di pertapaan seorang petapa berambut gimbal. Jangan sampai naga itu melukaimu." Sang Buddha berdiam diri. Mereka mengulangi permintaan mereka untuk kedua kali dan ketiga kalinya, dan Sang Buddha masih berdiam diri.

Kemudian Sang Buddha melanjutkan perjalanan menuju Bhaddavatikā, dan Beliau berdiam di sana.

Saat itu baru saja Yang Mulia Sāgata mendatangi pertapaan sang petapa berambut gimbal tersebut dan memasuki gubuk apinya. Setelah menghamparkan alas duduk jerami, ia duduk bersila, menegakkan tubuhnya, dan menegakkan perhatian di depannya. Melihat bahwa Sāgata telah memasuki gubuk api, naga itu menjadi marah dan memancarkan asap. Sāgata juga memancarkan asap. Naga itu tidak mampu menahan kemarahannya dan memancarkan api. Sāgata juga memasuki elemen api dan ia juga memancarkan api. Kemudian, setelah menaklukkan api dengan api, Sāgata pergi menuju Bhaddavatikā.

Setelah berdiam di Bhaddavatikā selama yang Beliau kehendaki, Sang Buddha melakukan perjalanan menuju Kosambī.

Ketika Beliau tiba, para umat awam di sana menyambut Beliau.

Tetapi umat-umat awam di Kosambī telah mendengar tentang Sāgata bertarung melawan naga Ambatittha. Oleh karena itu setelah menyambut Sang Buddha, mereka pergi mengunjungi Sāgata. Mereka bersujud, berdiri di satu sisi, dan berkata, "Yang Mulia, apakah yang dapat kami persiapkan untukmu yang lezat namun sulit diperoleh?"

Para bhikkhu dari kelompok enam menjawab, "Ada minuman lezat yang disebut Kāpotikā, yang sulit sulit bagi para bhikkhu untuk mendapatkannya. Persiapkanlah itu."

Dan umat-umat awam mempersiapkan Kāpotika di setiap rumah. Kemudian, ketika mereka melihat bahwa Sāgata telah memasuki pemukiman untuk mengumpulkan dana maknan, mereka berkata kepadanya, "Minumlah, Yang Mulia, minum minuman Kāpotika." Sāgata meminum minuman itu dari rumah ke rumah, dan ketika ia meninggalkan pemukiman, ia jatuh pingsan di gerbang pemukiman.

Saat itu Sang Buddha, bersama dengan sejumlah para bhikkhu, juga sedang meninggalkan pemukiman, dan Beliau melihat Sāgata di gerbang pemukiman. Beliau berkata, "Para bhikkhu, "angkatlah Sāgata." Dengan berkata, "Baik, Yang Mulia," mereka membawanya ke vihara, di mana mereka membaringkannya dengan kepalanya menghadap Sang Buddha. Tetapi Sāgata berbalik, mengarahkan kakinya menghadap Sang Buddha.

Sang Buddha berkata, "Sebelumnya, para bhikkhu, tidakkah Sāgata menghormat dan sopan terhadapKu?"

"Benar."

"Tetapi apakah sekarang masih demikian?"

"Tidak."

"Baru-baru ini, tidakkah Sāgata bertarung melawan naga Ambatittha?"

"Benar."

"Apakah sekarang ia mampu bertarung melawan naga?"

"Tidak."

"Kalau begitu, para bhikkhu, bolehkah seseorang meminum apa yang membuatnya kehilangan kesadaran?"

"Tidak, Yang Mulia."

"Tidaklah benar, para bhikkhu, tidaklah sepantasnya bagi Sāgata, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin Sāgata meminum minuman beralkohol? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu meminum minuman beralkohol jenis ini atau itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Minuman beralkohol jenis ini:

Minuman beralkohol dari tepung, minuman beralkohol dari kue-kue, minuman beralkohol dari beras, minuman-minuman yang ditambahkan ragi, minuman-minuman yang terbuat dari kombinasi berbagai bahan.

Minuman beralkohol jenis itu:

Minuman beralkohol yang terbuat dari bunga-bunga, minuman beralkohol yang terbuat dari buah, minuman beralkohol yang terbuat dari madu, minuman beralkohol yang terbuat dari gula, minuman beralkohol yang terbuat dari kombinasi berbagai bahan.

Minuman:

Jika ia meminum bahkan sebanyak ujung helai rumput, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia itu adalah minuman beralkohol, dan ia menyadarinya sebagai minuman beralkohol, dan ia meminumnya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika itu adalah minuman beralkohol, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia meminumnya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan. Jika ia itu adalah minuman beralkohol, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai minuman beralkohol, dan ia meminumnya, maka ia melakukan pelanggaran mengharuskan penebusan.

Jika itu bukan minuman beralkohol, tetapi ia menyadarinya sebagai minuman beralkohol, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan minuman beralkohol, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan minuman beralkohol, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan minuman beralkohol, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia meminum minuman non-alkohol yang memiliki warna, aroma, atau rasa yang menyerupai minuman beralkohol; jika dimasak dalam kari kacang; jika dimasak dengan daging; jika dimasak dengan minyak; jika ada di dalam sirup yang terbuat dari buah malaka; jika ia meminum minuman yang biasanya beralkohol, tetapi sebenarnya tidak beralkohol; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang minuman beralkohol, yang pertama, selesai

118
Sutta Vinaya / Pācittiya 50
« on: 16 September 2022, 08:10:18 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 50. Aturan Latihan tentang Peperangan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam menetap bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam. Mereka pergi melihat peperangan, peninjauan pasukan, pengerahan bala tentara, dan inspeksi pasukan. Salah satu bhikkhu yang pergi ke medan perang tertembak anak panah. Orang-orang mengodanya, "Kami harap engkau mengalami peperangan yang baik, Yang Mulia. Berapa banyak korban yang engkau tembak?" dan karena mereka menggodanya, ia menjadi malu.

Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya pergi melihat peperangan? Adalah kemalangan bahwa kami harus pergi berperang demi penghidupan kami dan karena istri-istri dan anak-anak kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam pergi melihat peperangan?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bersikap seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang menetap bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam pergi melihat peperangan, peninjauan pasukan, pengerahan bala tentara, dan inspeksi pasukan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Jika seorang bhikkhu yang menetap bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam:

Ia menetap selama dua atau tiga malam.

Perang:

Di manapun pertempuran terlihat.

Peninjauan pasukan:

Seberapa banyak gajah, seberapa banyak kuda, seberapa banyak kereta, seberapa banyak pasukan pejalan kaki.

Pengerahan bala tentara:

Gajah-gajah harus diberangkatkan dari sini; kuda-kuda harus diberangkatkan dari sini; kereta-kereta harus diberangkatkan dari sini; pasukan pejalan kaki harus diberangkatkan dari sini.

Pasukan:

Pasukan gajah, pasukan kuda, pasukan kereta, pasukan pejalan kaki. Pasukan gajah terkecil adalah tiga gajah; pasukan kuda terkecil adalah tiga kuda; pasukan kereta terkecil adalah tiga kereta; pasukan pejalan kaki terkecil adalah empat orang dengan anak panah di tangan.

Jika ia sedang dalam perjalanan untuk pergi melihatnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di manapun ia berdiri melihatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Setiap kali ia pergi ke luar jarak pandang dan kemudian melihatnya lagi, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia sedang dalam perjalanan untuk melihat satu divisi dari empat bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di manapun ia berdiri melihatnya, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setiap kali ia pergi ke luar jarak pandang dan kemudian melihatnya lagi, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia melihatnya sambil berdiri di dalam sebuah vihara; jika bala tentara itu mendatangi tempat di mana si bhikkhu sedang berdiri, duduk, atau berbaring, dan kemudian ia melihat peperangan; Jika ia melihatnya sambil berjalan dari arah yang berlawanan; jika ia pergi karena ada sesuatu yang harus dilakukan, dan ia kemudian melihatnya; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang peperangan, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KELIMA TENTANG PETAPA TELANJANG SELESAI
Berikut ini adalah rangkumannya:
"Kue, berbicara, tiga tentang Upananda,
Dan memang menyokong;
Mahānāma, Pasenadi,
Bala tentara, dan tertembak: itu adalah sepuluh."


119
Sutta Vinaya / Pācittiya 49
« on: 16 September 2022, 08:09:49 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 49. Aturan Latihan tentang Berdiam Bersama dengan Bala Tentara

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi bala tentara untuk suatu urusan, dan berdiam di sana selama lebih dari tiga malam. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya berdiam bersama dengan bala tentara? Adalah kemalangan bahwa kami harus pergi bersama bala tentara demi penghidupan kami dan karena istri-istri dan anak-anak kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam berdiam bersama dengan bala tentara?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bersikap seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika bhikkhu itu memiliki alasan untuk mendatangi bala tentara, ia boleh berdiam bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam. Jika ia berdiam lebih lama dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Jika bhikkhu itu memiliki alasan untuk mendatangi bala tentara:

Jika ia memiliki alasan, jika ia harus melakukan sesuatu.

Ia boleh berdiam bersama dengan bala tentara selama dua atau tiga malam:

Ia boleh menetap selama dua atau tiga malam.

Jika ia berdiam lebih lama dari itu:

Jika ia berdiam bersama dengan bala tentara pada saat matahari terbenam pada hari keempat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika lebih dari tiga malam, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia berdiam bersama dengan bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari tiga malam, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia berdiam bersama dengan bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari tiga malam, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia berdiam bersama dengan bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika kurang dari tiga malam, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari tiga malam, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari tiga malam, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia berdiam selama dua atau tiga malam; jika berdiam selama kurang dari dua atau tiga malam; jika ia berdiam selama dua malam, kemudian pergi sebelum fajar pada malam ketiga, dan kemudian berdiam lagi; jika ia berdiam karena ia sakit; jika ia berdiam karena ia harus merawat seseorang yang sakit; jika bala tentara itu terhalang oleh bala tentara musuh; jika ia dihalangi untuk pergi; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang bala tentara, yang kesembilan, selesai

120
Sutta Vinaya / Pācittiya 48
« on: 16 September 2022, 08:09:26 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 48. Aturan Latihan tentang Bala Tentara

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Raja Pasenadi dari Kosala sedang berbaris keluar bersama dengan bala tentara, dan para bhikkhu dari kelompok enam ingin melihatnya. Ketika Raja Pasenadi melihat para bhikkhu datang, ia memanggil mereka dan berkata, "Para Mulia, mengapakah kalian datang ke sini?"

"Kami ingin melihat Baginda."

"Apalah gunanya melihat aku mencari kesenangan dalam peperangan? Tidakkah kalian seharusnya melihat Sang Buddha?"

Dan orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya pergi melihat bala tentara? Adalah kemalangan bahwa kami harus pergi bersama bala tentara demi penghidupan kami dan karena istri-istri dan anak-anak kami."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam pergi melihat bala tentara?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bersikap seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seseorang pergi melihat bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian seorang bhikkhu tertentu memiliki seorang paman di dalam bala tentara yang sedang sakit. Pamannya mengirim pesan kepada bhikkhu itu: "Aku bersama bala tentara dan aku sakit. Datanglah, Yang Mulia, aku ingin engkau datang."

Mengetahui bahwa Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan yang melarang pergi melihat bala tentara, bhikkhu itu berpikir, "Pamanku di dalam bala tentara sedang sakit. Apakah yang harus kulakukan sekarang?" dan ia memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mendatangi bala tentara jika ada alasan yang pantas.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang pergi melihat bala tentara, kecuali jika ada alasan yang pantas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Bala tentara:

Bala tentara itu telah meninggalkan wilayah berpenghuni dan apakah sedang berkemah atau berbaris.

Bala tentara:

Unit Gajah, unit kuda, unit kereta, unit pejalan kaki. Satu unit gajah terdiri dari dua belas orang; satu unit kuda terdiri dari tiga orang; satu unit kereta terdiri dari empat orang; satu unit pejalan kaki terdiri dari empat orang memegang anak panah.

Jika ia sedang dalam perjalanan untuk melihatnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di manapun ia berdiri untuk melihatnya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Setiap kali ia pergi ke luar jarak pandang dan kemudian melihatnya lagi, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali jika ada alasan yang pantas:

Jika ada alasan yang membenarkan.

Permutasi

Jika itu adalah bala tentara, dan ia menyadarinya sebagai bala tentara, dan ia pergi melihatnya, kecuali jika ada alasan yang pantas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah bala tentara, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia pergi melihatnya, kecuali jika ada alasan yang pantas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah bala tentara, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai bala tentara, dan ia pergi melihatnya, kecuali jika ada alasan yang pantas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia sedang dalam perjalanan untuk melihat satu kelompok dari empat kelompok bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Di manapun ia berdiri untuk melihatnya, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Setiap kali ia pergi ke luar jarak pandang dan kemudian melihatnya lagi, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu bukan bala tentara, tetapi ia menyadarinya sebagai bala tentara, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan bala tentara, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan bala tentara, dan ia tidak menyadarinya sebagai bala tentara, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia melihatnya sambil berdiri di dalam sebuah vihara; jika bala tentara itu mendatangi tempat di mana si bhikkhu sedang berdiri, duduk, atau berbaring; Jika ia melihatnya sambil berjalan di arah yang berlawanan; jika ia memiliki alasan yang pantas; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang bala tentara, yang kedelapan, selesai


Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 954
anything