1. Apakah itu isi Sutra ?wah commentnya kok ndak bermutu gitu? kayak :o) ajah..
2. Looks like commentaries for me
Buktikan kalau Kalama Sutta itu asli.kalo kamu bisa buktikan KALAMA SUTTA itu palsu...baru kita cari defense dengan bukti2 untuk membuktikan kalo Kalama sutta itu asle..
Biji mana cara buktiinya coba ? :hammer:
Ya sutra... kalao gitu sebaliknya,itu yg diatas gk cukup apa?
Buktikan kalau Diamond Sutra itu Palsu 8)
oh iya... jgn mengambil yg commentaries ...
dan karena berkembangnya zaman dan otak...Sejak kapan sutra asli Mahayana diturunkan/dikotbahkan sewaktu Siddartha masih Hidup ?
maka sekarang kita bisa tahu kalo perpecahan Sangha itu setelah sang Buddha Parinibbana...
dan tidak mungkin Sutra itu dikhotbahkan semasa sang Buddha masi di dunia ini...
Yang diatas khan commentaries,yg diatas itu dikutip langsung dari Diamond sutra...apanya yg commentaries?
seperti gua mengkomentari tulisan elo...
Ada kemungkinan komentar gua salah,
dan juga ada kemungkinan komentar gua benar;
Maka dari itu,
Sebaiknya jangan memperdebatkan CommentariesQuotedan karena berkembangnya zaman dan otak...Sejak kapan sutra asli Mahayana diturunkan/dikotbahkan sewaktu Siddartha masih Hidup ?
maka sekarang kita bisa tahu kalo perpecahan Sangha itu setelah sang Buddha Parinibbana...
dan tidak mungkin Sutra itu dikhotbahkan semasa sang Buddha masi di dunia ini...
"Thus have I heard" (एवं मया श्रुतम्, evaṃ mayā śrutam)."Yang bisa mendengarkan bukan hanya Telinga ;D
ini pengakuan kalo Sutra itu dikhotbahkan sewaktu sang Buddha hidup...
Api tu khalu punah Subhute 'cintyo' tulyo 'yam dharmaparyayah. Ayam ca Subhute dharmaparyayas Tathagatena bhasito'gra-yana-samprasthitanam sattvanam arthaya srestha-yana-samprasthitanam sattvanam arthaya, ya imam dharma-paryayam udgrahisyanti dharayisyanti vacayisyanti paryavapsyanti parebhyas ca vistarena samprakasayisyanti, jnatas te Subhute Tathagatena buddha-jnanena, drstas te Subhute Tathagatena buddha-caksusa, buddhas te Tathagatena. Sarve te Subhute sattva aprameyena punya-skandhena samanvagata bhavisyanti, acintyena-atulyena-amapyena-aparimanena punya-skandhena samanvagata bhavisyanti. Sarve te Subhute sattvah samamsena bodhim dharayisyanti. Tat kasya hetoh? Na hi sakyam Subhute 'yam dharmaparyayo hina-adhimuktikaih sattvaih srotum na-atma-drstikair na sattvadrstikair na jiva-drstikair na pudgala-drstikaih. Na-abodhisattva-pratijnaih sattvaih sakyam ayam dharma-paryayah srotum vodgrahitum va dharayitum va vacayitum va paryavaptum va. Nedam sthanam vidyate.
Moreover, Subhuti, (1) unthinkable and (2) incomparable is this discourse on Dharma. (3) The Tathagata has taught it for the weal of beings who have set out in the best, in the most excellent vehicle. Those who will take up this discourse on Dharma, bear it in mind, recite, study and illuminate it in full detail for others, the Tathagata has known them with his Buddha-cognition, the Tathagata has seen them with his Buddha-eye, the Tathagata has fully known them. All these beings, Subhuti, will be blest with an immeasurable heap of merit, they will be blest with a heap of merit unthinkable, incomparable, measureless and illimitable. All these beings, Subhuti, will carry along an equal share of enlightenment. And why? (4) Because it is not possible, Subhuti, that this discourse on Dharma could be heard by beings of inferior resolve, nor by such as have a self in view, a being, a soul, or a person. Nor can beings who have not taken the pledge of Bodhi-beings either hear this discourse on Dharma, or take it up, bear it in mind, recite or study it. That cannot be.
Sori, mo ikutan nih.WE WE WE titik GOOGLE dot Kom ;D karena gw juga gk gitu tao..haha
bukan kasih pendapat, tapi cuma mo nanya:
~ apakah sutra2 diamond, lotus dsbnya ada bahasa pali-nya?
~ apakah ada konsili-nya, seperti layaknya tipitaka pali?
~ bagaimana sejarah penemuan sutra ini?
anumodana,
_/\_
api tu khalu punaḥ subhūte acintyo'tulyo'yaṁ dharmaparyāyaḥ| ayaṁ ca subhūte dharmaparyāyastathāgatena bhāṣito'grayānasaṁprasthitānāṁ sattvānāmarthāya, śreṣṭhayānasaṁprasthitānāṁ sattvānāmarthāya| ye imaṁ dharmaparyāyamudgrahīṣyanti dhārayiṣyanti vācayiṣyanti paryavāpsyanti, parebhyaśca vistareṇa saṁprakāśayiṣyanti, jñātāste subhūte tathāgatena buddhajñānena, dṛṣṭāste subhūte tathāgatena buddhacakṣuṣā, buddhāste tathāgatena| sarve te subhūte sattvā aprameyeṇa puṇyaskandhenāṁ samanvāgatā bhaviṣyanti| acintyenātulyenāmāpyenāparimāṇena puṇyaskandhena samanvāgatā bhaviṣyanti| sarve te subhūte sattvāḥ samāṁśena bodhiṁ dhārayiṣyanti vacayiṣyanti paryavāpsyanti| tatkasya hetoḥ ? na hi śakyaṁ subhūte ayaṁ dharmaparyāyo hīnādhimuktiakaiḥ sattvaiḥ śrotum, nātmadṛṣṭikairna sattvadṛṣṭikairna jīvadṛṣṭikairna pudgaladṛṣṭikaiḥ| nābodhisattvapratijñai sattvaiḥ śakyamayaṁ dharmaparyāyaḥ śrotuṁ vā udgrahītuṁ vā dhārayituṁ vā vācayituṁ vā paryavāptuṁ vā| nedaṁ sthānaṁ vidyate||http://www.uwest.edu/sanskritcanon/Sutra/roman/Sutra51.html
api tu khalu punaḥ subhūte acintyo'tulyo'yaṁ dharmaparyāyaḥ| ayaṁ ca subhūte dharmaparyāyastathāgatena bhāṣito'grayānasaṁprasthitānāṁ sattvānāmarthāya, śreṣṭhayānasaṁprasthitānāṁ sattvānāmarthāya| ye imaṁ dharmaparyāyamudgrahīṣyanti dhārayiṣyanti vācayiṣyanti paryavāpsyanti, parebhyaśca vistareṇa saṁprakāśayiṣyanti, jñātāste subhūte tathāgatena buddhajñānena, dṛṣṭāste subhūte tathāgatena buddhacakṣuṣā, buddhāste tathāgatena| sarve te subhūte sattvā aprameyeṇa puṇyaskandhenāṁ samanvāgatā bhaviṣyanti| acintyenātulyenāmāpyenāparimāṇena puṇyaskandhena samanvāgatā bhaviṣyanti| sarve te subhūte sattvāḥ samāṁśena bodhiṁ dhārayiṣyanti vacayiṣyanti paryavāpsyanti| tatkasya hetoḥ ? na hi śakyaṁ subhūte ayaṁ dharmaparyāyo hīnādhimuktiakaiḥ sattvaiḥ śrotum, nātmadṛṣṭikairna sattvadṛṣṭikairna jīvadṛṣṭikairna pudgaladṛṣṭikaiḥ| nābodhisattvapratijñai sattvaiḥ śakyamayaṁ dharmaparyāyaḥ śrotuṁ vā udgrahītuṁ vā dhārayituṁ vā vācayituṁ vā paryavāptuṁ vā| nedaṁ sthānaṁ vidyate||
"Subhūti, it can be summarized like this: this scripture carries inconceivable, immeasurable, limitless merit, and the Tathāgata teaches it to those who have entered into the great vehicle, and to those who have entered into the supreme vehicle. Any person who is able to memorize, recite, and teach this scripture to others is perceived by the Tathāgata, and is seen by the Tathāgata, and all attain innumerable, immeasurable, limitless, inconceivable merit. These people are the carriers of the Tathāgata's peerless perfect enlightenment. And why? Subhūti, those who are contented with inferior teachings are attached to the view of self, the view of person, the view of sentient being, and the view of life span. Such a person is not able to hear, understand, recite, and teach this scripture to others. Subhūti, any place where this scripture is present, all the gods, humans, and titans in all the worlds will come and make offerings. You should know that such a place is equivalent to a shrine, where all should venerate, pay obeisance, and circumambulate while scattering flowers and incense around the place."Another Translation http://www.hm.tyg.jp/~acmuller/bud-canon/diamond_sutra.html
Sori, mo ikutan nih.
bukan kasih pendapat, tapi cuma mo nanya:
~ apakah sutra2 diamond, lotus dsbnya ada bahasa pali-nya?
~ apakah ada konsili-nya, seperti layaknya tipitaka pali?
~ bagaimana sejarah penemuan sutra ini?
anumodana,
_/\_
jadi apakah arti dari...śreṣṭhayāna dan hīnādhimuktiakaiḥ? apakah mungkin kedua kata diatas adalah sinonim dari kata Mahayana dan Hinayana?
kenapa mereka bisa terjemahkan sampai ke Mahayana dan Hinayana?
^
iyah patut dicontohi..apalage mengajarkan untuk merendahkan Hinayana... ;D
_/\_
^
iyah patut dicontohi..apalage mengajarkan untuk merendahkan Hinayana... ;D
_/\_
Konteks Mahayana dan Hinayana dalam Sutra Intan bukan merujuk ke sebuah aliran. Tapi merujuk ke 'orang yang memiliki aspirasi luhur" dan "orang yang memiliki aspirasi rendah".
Tidak ada hubungannya dengan aliran manapun.
Ingat, Theravada bukanlah Hinayana. Atau anda sendiri merasa sebagai bagian dari Hinayana? ;D, mudah2an tidak.
Anggapan Theravada sebagai Hinayana hanya pendapat dari segelintir orang, walaupun ada Mahayanis yang menganggap Theraravada sebagai Hinayana, tidak berarti ucapan dia mewakili Mahayana. Padahal Theravada mengajarkan Mahayana (baca: Aspirasi agung), itulah sebabnya ada Kisah Jataka yang meluhurkan praktik 10 Parami, dan kisah Buddhavamsa yang meluhurkan silsilah para Buddha. SEmua ini adalah bagian dari aspirasi agung.
_/\_ bro Chingik.
Perbuatanlah yang membuat orang menjadi hina,
Perbuatan pula yang membuat orang menjadi mulia.
By : Zen
Perbuatanlah yang membuat orang menjadi hina,
Perbuatan pula yang membuat orang menjadi mulia.
karena kalian yg mahayana mengaggap bahwa orang2 Theravada/Hinayana/calon Arahat..^
iyah patut dicontohi..apalage mengajarkan untuk merendahkan Hinayana... ;D
_/\_
Konteks Mahayana dan Hinayana dalam Sutra Intan bukan merujuk ke sebuah aliran. Tapi merujuk ke 'orang yang memiliki aspirasi luhur" dan "orang yang memiliki aspirasi rendah".
Tidak ada hubungannya dengan aliran manapun.
Ingat, Theravada bukanlah Hinayana. Atau anda sendiri merasa sebagai bagian dari Hinayana? ;D, mudah2an tidak.
Anggapan Theravada sebagai Hinayana hanya pendapat dari segelintir orang, walaupun ada Mahayanis yang menganggap Theraravada sebagai Hinayana, tidak berarti ucapan dia mewakili Mahayana. Padahal Theravada mengajarkan Mahayana (baca: Aspirasi agung), itulah sebabnya ada Kisah Jataka yang meluhurkan praktik 10 Parami, dan kisah Buddhavamsa yang meluhurkan silsilah para Buddha. SEmua ini adalah bagian dari aspirasi agung.
karena kalian yg mahayana mengaggap bahwa orang2 Theravada/Hinayana/calon Arahat..
adalah egois/orang yang memiliki aspirasi rendah
sekale lage...dalam Theravada gk ada Mahayana..karena kalian adalah pecahan dari Theravada..taok?
jataka dan paramita itu emank dari dulu milik Theravada..dan bukannya milik Mahayana...Quotekarena kalian yg mahayana mengaggap bahwa orang2 Theravada/Hinayana/calon Arahat..
adalah egois/orang yang memiliki aspirasi rendah
sekale lage...dalam Theravada gk ada Mahayana..karena kalian adalah pecahan dari Theravada..taok?
Lho, padahal tulisan saya memuji bahwa Theravada juga mengajarkan aspirasi agung, yakni 10 paramita dan kisah Jataka. Kok malah ditanggapi dengan seolah2 saya merendahkan?? :o
Saya bilang dalam Theravada juga terdapat mahayana, maksud dari istilah mahayana di sini adalah aspirasi agung. Bukan mahayana dalam arti "aliran mahayana". Mohon dibaca dengan teliti.
jataka dan paramita itu emank dari dulu milik Theravada..dan bukannya milik Mahayana...
kok malah suruh yg stop..sharusne suruh dia yg stop..Quotejataka dan paramita itu emank dari dulu milik Theravada..dan bukannya milik Mahayana...
A milik saya, B milik dia, C milik kamu...
memperdebatkan kepemilikan malah menjauhkan kita dari pemahaman anatta.
apasih manfaat memperdebatkan kepemilikan sol? anggaplah benar, mahayana adalah pecahan theravada, apakah membawa kita ke pencerahan? ataupun sebaliknya theravada adalah pecahan dari mahayana, apakah menjauhkan kita dari pencerahan?
Padahal Theravada mengajarkan Mahayana (baca: Aspirasi agung), itulah sebabnya ada Kisah Jataka yang meluhurkan praktik 10 Parami, dan kisah Buddhavamsa yang meluhurkan silsilah para Buddha. SEmua ini adalah bagian dari aspirasi agung.
QuotePadahal Theravada mengajarkan Mahayana (baca: Aspirasi agung), itulah sebabnya ada Kisah Jataka yang meluhurkan praktik 10 Parami, dan kisah Buddhavamsa yang meluhurkan silsilah para Buddha. SEmua ini adalah bagian dari aspirasi agung.
maksud kalimat di sini adalah bahwa dalam tradisi Theravada jg ada kisah yg sama dengan Mahayana, Sol. Dari yg saya baca jg tidak ada kesan bahwa sdr. Ching Ik men-claim bahwa 'Jataka' itu awalnya adalah milik Mahayana.
Para pelajar secara universal menerima bahwa istilah Hinayana dan Mahayana merupakan temuan pada kemudian hari. Berbicara secara sejarah, Theravada telah ada lama sebelum istilah ini muncul. Theravada yg dianggap sebagai ajaran 'asli' Sang Buddha, diperkenalkan ke Sri Langka dan berdiri di sana pada abad ke-3 SM, selama masa Kaisar Asoka dari India. Pada masa itu tidak ada yg disebut Mahayana. Mahayana semacam itu muncul belakangan, sekitar awal era kr****n. Ajaran Buddha yang diperkenalkan di Sri Langka, dengan Tipitaka dan komentarnya, tetap ada di sana utuh sebagai Theravada dan tidak terlibat perbantahan Hinayana-Mahayana yg berkembang kemudian di India. Karena ini agaknya tidak sah untuk memasukkan Theravada ke dalam salah satu kategori ini.
Bagaimanapun, setelah pengukuhan Persahabatan Umat Buddha Sedunia pada tahun 1950, orang yg tahu baik, di Timur maupun di Barat, menggunakan istilah Theravada, bukan istilah Hinayana, untuk merujuk umat Buddha yg tinggal di negara-negara Asia Tenggara. ... Kenyataannya, Samadhi-Nirmorcana Sutra (suatu Sutta Mahayana) dengan jelas berkata bahwa 'Sravakayan-Theravada' dan Mahayana mengandung satu Yana dan bahwa mereka bukanlah dua kendaraan yg berbeda.
yg penting...finally....
ketiga aliran besar akan hancur suatu hari ini... :))
dan...
selamat datang Sammasambuddha Metteya..
Namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa...
_/\_
lage di bas..gk ada kerjaan...kluarin 1 buku kecil yg isine Diamond Sutra dan Prajna Paramita Sutra...Iseng ajah pengen tao isine ape....trus bukane ngacak...kebuka halaman 13...liat sesuatu yg meng-kagetkan...
Inilah yg gw baca di Halaman Tersebut :
"Subhuti, To Sum up, the merits resulting from this Sutra are inconceivable, inestimable and without limit. The Tathagata expounds it to those initiated into the Mahayana and the Supreme Yana. If they are able to receive, hold (in mind), read and recite it and expound it widely to others, the Tathagata will know and will see that they will achieve inexpressible and inconceivable merits that are without measure or limit. They will bear (responsibility for) the Tathagata's supreme Enlightenment (Anuttara-samyak-sambodhi) Why? Because, Subhuti, those who take delight in the Hinayana and hold the view of an ego, a personality, a being and a life, cannot listen to, receive, hold (in mind), read and recite this Sutra and explain it to others."
dari halaman ke-13(my lucky number)
Liat yg di bold boss??? pada zaman sang Buddha jelas2 belum ada yg namanya perpecahan Sangha...
silahkan leave comments....^^
"Subhuti, we can summarize by saying that the merit and virtue of this Sutra is inconceivable, incalculable and boundless. The Buddha has declared this teaching for the benefit of initiates on the path to Enlightenment; he has declared it for the benefit of initiates on the path to Nirvana. If there is someone capable of receiving, practicing, reciting, and sharing this Sutra with others, the Buddha will see and know that person, and he or she will receive immeasurable, incalculable, and boundless merit and virtue. Such a person is known to be carrying the Supreme Enlightenment attained by the Buddha. Why? Subhuti, if a person is satisfied with lesser teachings than those I present here, if he or she is still caught up in the idea of a self, a person, a living being, or a universal self, then that person would not be able to listen to, receive, recite, or explain this Sutra to others."mungkin harus kita cek jg yg versi bahasa sanskrit utk melihat kata2x apa yg digunakan sebenarnya
yg penting...Saya rasa tidak butuh untuk menunggu munculnya Sammasambuddha Metteya untuk meruntuhkan ke3 aliran besar tsb...:)
ketiga aliran besar akan hancur suatu hari ini... :))
dan...
selamat datang Sammasambuddha Metteya..
Namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa...
_/\_
lage di bas..gk ada kerjaan...kluarin 1 buku kecil yg isine Diamond Sutra dan Prajna Paramita Sutra...Iseng ajah pengen tao isine ape....trus bukane ngacak...kebuka halaman 13...liat sesuatu yg meng-kagetkan...
Inilah yg gw baca di Halaman Tersebut :
"Subhuti, To Sum up, the merits resulting from this Sutra are inconceivable, inestimable and without limit. The Tathagata expounds it to those initiated into the Mahayana and the Supreme Yana. If they are able to receive, hold (in mind), read and recite it and expound it widely to others, the Tathagata will know and will see that they will achieve inexpressible and inconceivable merits that are without measure or limit. They will bear (responsibility for) the Tathagata's supreme Enlightenment (Anuttara-samyak-sambodhi) Why? Because, Subhuti, those who take delight in the Hinayana and hold the view of an ego, a personality, a being and a life, cannot listen to, receive, hold (in mind), read and recite this Sutra and explain it to others."
dari halaman ke-13(my lucky number)
Liat yg di bold boss??? pada zaman sang Buddha jelas2 belum ada yg namanya perpecahan Sangha...
silahkan leave comments....^^
TAṆḌULANĀLI-JĀTAKA
“Berapakah kiranya nilai satu takaran beras?” dan
seterusnya. Kisah ini diceritakan Sang Guru ketika berada di
Jetawana, tentang Thera Udāyi, yang dipanggil si Dungu.
Pada masa itu, seorang bhikkhu bernama Dabba, dari suku Malla, bertugas mengatur pembagian persediaan bahan makanan untuk Sanggha21. Di pagi hari Dabba sedang menentukan beras untuk dibagikan, kadang-kadang beras pilihan dan kadang-kadang beras yang mutunya lebih rendah, yang diberikan kepada Bhikkhu Udāyi. Biasanya saat menerima beras yang mutunya lebih rendah, ia membuat kericuhan di ruang penyimpanan dengan berkata, “Apakah Dabba satu-satunya orang yang mengetahui cara menentukan beras? Bukankah kita semua juga bisa?” Suatu hari, saat ia ricuh, mereka menyerahkan keranjang periksa kepadanya dan berkata, “Ambillah! Mulai hari ini, engkau yang menentukan pembagian beras!” Sejak itu, Udāyi bertugas menentukan pembagian beras kepada bhikkhu Sanggha. Namun, dalam pembagian yang dilakukannya, ia tidak mengetahui perbedaan beras yang mutunya bagus dan beras yang mutunya lebih rendah; ia juga tidak tahu bhikkhu senior22 dengan kedudukan apa berhak mendapatkan beras dengan kualitas baik maupun beras dengan mutu yang lebih rendah. Karena itu, saat menyusun daftar nama, ia tidak mengetahui kesenioran kedudukan para bhikkhu. Akhirnya, saat para bhikkhu mengambil tempat, ia menandai lantai maupun dinding untuk menunjukkan pemisahan siapa yang berdiri di sini dan siapa yang berdiri di sana. Di kemudian hari, lebih sedikit bhikkhu pada tingkatan tertentu dan lebih banyak bhikkhu tingkatan yang lain; dimana dengan jumlah yang semakin sedikit, tanda itu semakin menurun, dan untuk jumlah yang bertambah banyak, tandanya juga mengalami kenaikan. Namun Udāyi yang tidak mengetahui tentang pemisahan itu, membagikan penentuan beras hanya menurut tanda lama yang ia buat.
Karena itu, para bhikkhu berkata kepadanya, “Awuso Udāyi, tanda yang engkau buat terlalu tinggi atau terlalu rendah; beras yang mutunya baik, diberikan kepada bhikkhu berkedudukan demikian dan beras yang mutunya lebih rendah diberikan kepada bhikkhu dengan kedudukan yang lain.” Namun ia menyanggah dengan alasan, “Tanda itu berada di tempat seharusnya ia berada. Jika bukan tempatmu, mengapa engkau berdiri di sana? Mengapa saya harus percaya padamu? Saya hanya percaya pada tanda yang saya buat.”
Para bhikkhu dan samanera [124] mendorongnya keluar dari tempat penyimpanan itu dan berteriak, “Temanku Udāyi yang dungu, karena pembagian yang kamu lakukan, para bhikkhu tidak mendapat apa yang seharusnya menjadi bagian mereka; kamu tidak cocok untuk melakukan tugas ini; pergilah dari sini!” Kegaduhan pun terjadi di ruang penyimpanan tersebut.
Mendengar keributan itu, Sang Guru bertanya pada Ānanda, “Ānanda, ada kegaduhan di ruang penyimpanan. Keributan apakah itu?”
Thera Ānanda menjelaskan kejadian tersebut pada Buddha. “Ānanda,” kata Beliau, “ini bukan pertama kalinya kebodohan Udāyi membuat ia merampas apa yang menjadi milik orang lain; ia juga melakukan hal yang sama di masa lampau.”
Ānanda meminta Bhagawan menjelaskan, kemudian Beliau menceritakan hal yang selama ini tidak Ananda ketahui dikarenakan kelahiran kembali.
ini terjemahan versi lainnya
chapter 15mungkin harus kita cek jg yg versi bahasa sanskrit utk melihat kata2x apa yg digunakan sebenarnya
9. Music. Making temple includes beating the wooden fish, playing the drum and bell, ringing the small bells, striking the gong, and singing praises. Music such as this is an offering to the Buddha.
“And why? Subhåti, one who delights in lesser Dharmas is attached to a view of self, a view of others, a view of
living beings, and a view of a life. He cannot hear, receive, hold, read, or recite the Såtra or explain it for others.
“Subhåti. The gods, the men, and the asuras of the world make offerings at any place where this Såtra is found. You should know such a place is a ståpa where everyone should respectfully bow, circumambulate, and
scatter incense and flowers.[/color]
A person who takes on the responsibility of the Buddha’s work is not one who enjoys Small Vehicle dharmas.
Those who study the dharmas of the Small Vehicle are attached to a view of self, which is a kind of greed. They are attached to a view of others, which is a kind of hostility.
They are attached to a view of living beings and a life, which is a kind of stupidity.
Such people cannot hear, receive or recite the contents of the Vajra Såtra. Because they are only fond of Small Vehicle dharmas, they are unable to receive the wonderful principles of the Great Vehicle, the Dharma of real mark which has no marks.
Such people cannot believe the Vajra Såtra themselves nor can they explain it for others. Their hearts are too small, and their state of mind too narrow to understand Great Vehicle Dharma.
All the worldly and world-transcending living beings of the Dharmarealm, the gods, the men, and the asuras, the
latter of which are beings with the blessings of the heavens who lack the virtuous qualities of gods, should make offerings to the Såtra wherever they encounter it.
Yang mengatakan Vajracchedika Prajna Paramita Sutra palsu adalah orang yang termasuk kutipan diatas.
Apakah Ryu salah satunya juga?
^^ mungkin ditambahkan oleh biksu pemusik belakangan =))
Kalau Vajracheddika = Sutra Mahayana... pernah-kah membanding-kan isi dan konsep Saddharmapundarika Sutra = Sutra Mahayana juga ? yang menurut saya ada "kontradiksi"-nya
Saya rasa mungkin perkiraan Sdr. Ryu ada benarnya.
Coba kita perhatikan terjemahan :
9. Music. Making temple includes beating the wooden fish, playing the drum and bell, ringing the small bells, striking the gong, and singing praises. Music such as this is an offering to the Buddha.
Jika terjemahan dari Sdr. djoe itu benar maka berdasarkan pada terjemahan itu bisa dikatakan ada indikasi penambahan. Indikasinya terletak pada kata "wooden fish" (mu yu). Sepencarian saya, (CMIIW), mu yu yang biasanya disebut kentungan ini hanya ada di China. Di India, tidak ditemukan instrumen seperti ini.
(http://www.chinancient.com/wp-content/uploads/2010/07/wooden-fish-02.jpg)
Saya tidak menyebut aliran, saya hanya ingin mengatakan termasuk yang manakah anda/org yg menganggap sutra tsbt palsu?
Tidakkah anda bisa melihat kebenaran yang dibabarkan tanpa melihat aliran?
Saya tidak menyebut aliran, saya hanya ingin mengatakan termasuk yang manakah anda/org yg menganggap sutra tsbt palsu?
Tidakkah anda bisa melihat kebenaran yang dibabarkan tanpa melihat aliran?
Tidak bisakah anda membedakan antara commentary dan sutra?
Apakah saya sedang mengomentari sutra?
tahukah anda bahwa mahayana sama sekali bukan aliran, mahayana adalah sejenis kendaraan
Anda sedang mengomentari Sutra... jadi bisa saja nanti-nya komentar anda di forum DC ini bisa di-rekap dan dijilid menjadi Kitab Komentar... wkwkwkwkwkww:hammer:
Sorry,
Maksud saya itu Great Vechicle
nah bener kan, mahayana= Great Vehicle = Kendaraan besar = tronton
Greate Vehicle= Great Dharma
Kalau membandingkan Kitab Theravada dan Mahayana tentu-nya tidak akan Apple to Apple... menurut logis saya, kalau suatu ajaran (baik Theravada maupun Mahayana) yang baik, tentu-nya konsep / doktrin-nya harus sealur, tidak cross reference, nyambung dari depan sampai belakang, tidak kontradiksi satu sama lain.
Nah... mau melihat "kekacauan" Kitab-Kitab Mahayana, Coba pelajari Vajracheddika Sutra (Sutra Intan) dan Saddharmapundarika sutra (Sutra Teratai), 2 kitab utama aliran Mahayana...
sepertinya anda yg sedang berhalusinasi
bisakah anda memberikan referensi atas Vehicle=Dharma? kamus atau ensiklopedi apa yg anda gunakan.
ve·hi·cle (v-kl)
n.
1.
a. A device or structure for transporting persons or things; a conveyance: a space vehicle.
b. A self-propelled conveyance that runs on tires; a motor vehicle.
2. A medium through which something is transmitted, expressed, or accomplished: His novels are a vehicle for his political views.
3. The concrete or specific word or phrase that is applied to the tenor of a metaphor and gives the metaphor its figurative power, as walking shadow in "Life's but a walking shadow" (Shakespeare).
4. A play, role, or piece of music used to display the special talents of one performer or company.
5. A substance of no therapeutic value used to convey an active medicine for administration.
6. A substance, such as oil, in which paint pigments are mixed for application.
kalau memang begitu, bagaimana anda menjelaskan nibanna di forum?
apakah dengan masing-masing mengangguk-anggukkan kepala dan gak perlu diskusi lagi?
toh memang gak bisa dijelaskan.
Saya tidak bilang saya tahu arti nibbana dan saya tidak tahu itu. Yang saya tahu saya nibbana tidak bisa dijelaskan dengan kata - kata.
Tidak ada kamus yg bisa menjelaskan itu
Anda kan orang terpelajar. Apa - apa selalu berdasarkan kamus seperti saudara Indra yang pintar dengan kamus nya dan lupa dengan yang intinya.
Kebanyakan belajar jadi racun di pikiran.
Tidak bisa melihat inti sari dan kebenaranya.
Hanya menggunakan kata - kata.
Hanya melihat kata - kata
Lupa dengan inti
Saya tidak bilang saya tahu arti nibbana dan saya tidak tahu itu. Yang saya tahu saya nibbana tidak bisa dijelaskan dengan kata - kata.
Tidak ada kamus yg bisa menjelaskan itu
Anda kan orang terpelajar. Apa - apa selalu berdasarkan kamus seperti saudara Indra yang pintar dengan kamus nya dan lupa dengan yang intinya.
jadi apakah yg anda pelajari dari ilmu mahayana adalah mencela orang lain? anggaplah kami di sini memang tidak bisa melihat kebenaran dharma anda itu, bukankah anda yg sudah melihat kebenaran dharma itu seharusnya menjelaskan? dan bagaimanakah penjelasan anda? atau anda lebih suka bersembunyi di balik ketidak-terpalajaran anda?
jadi anda tau intinya? jelaskanlah jika anda mampu.
Anda lupa, bukan saya yg mengatakan ini palsu, ini asli.saya tidak lupa mengenai hal itu, tapi bukan itu yg saya minta anda jelaskan. jika ada orang yg mengatakan sesuatu sebagai palsu, dan anda membantahnya, maka anda harus memberikan argumen/alasan atas bantahan anda itu.
Saya hanya mengajak agar kita berpikir bijaksana dari pada mengatakan suatu sutra asli atau palsu.cara yg mengajak yg aneh dan lucu.
Saya tidak berilmu dan orang bodoh. Tidak tahu mana yg asli, mana yg palsu.
Yang saya tahu jika ada kebenaran yang diucapkan dan berguna untuk pelatihan, why not?cubalah gali lebih dalam lagi.
Setahu saya, Dharma itu tidak ada batasnya.
Dari yang kotor kita bisa belajar menjadi bersih
jadi maksud anda yg saya coba pahami bukan dari kata2, tapi inti yg anda katakan adalah bahwa anda adalah seorang buta yg sedang menuntun gajah buta, benarkah?
maksud anda, siapa yg tidak tahu? anda atau kita?
Tenang saudara Indra.
Saya hanya ingin mengajak rekan - rekan untuk lebih bijaksana menilai sesuatu yang kita sendiri tidak tahu yang sebenarnya.
Dari pada mengatakan asli palsu, bukankah lebih baik mencerna dan menggali lebih dalam lagi?
Kita belajar dharma, bukan hanya dari guru dharma.sepertinya saya sudah paham dimana perbedaan kita. anda belajar dharma dari penjahat. pantesss ...
Kita belajar dharma bisa saja dari seorang penjahat, bahkan dari seorang yang terhina kita bisa mengambil manfaat atau hikmahnya
saya tidak lupa mengenai hal itu, tapi bukan itu yg saya minta anda jelaskan. jika ada orang yg mengatakan sesuatu sebagai palsu, dan anda membantahnya, maka anda harus memberikan argumen/alasan atas bantahan anda itu.cara yg mengajak yg aneh dan lucu.
anda tidak tahu mana yg asli, mana yg palsu, tapi anda membantah ketika ada orang yg mengatakan palsu. bukankah seharusnya karena anda tidak tahu maka anda seharusnya diam?
jadi kalau begitu, apa masalahnya dengan "The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*"? mungkin saja orang yg mengatakan hal ini adalah orang yg sedang belajar menjadi bersih. so what's your problem?
maksud anda, siapa yg tidak tahu? anda atau kita?Bukanya kita harus bercermin dari yg baik maupun yang buruk?
sepertinya saya sudah paham dimana perbedaan kita. anda belajar dharma dari penjahat. pantesss ...
Saya tidak membandingkan. Saya hanya bilang tidak bisakah melihat kebenaran dari dharma tersebut?
Kenapa saudara Indra jadi kesal gitu?
Bukanya kita harus bercermin dari yg baik maupun yang buruk?
Bukanya kita harus bercermin dari yang lebih muda atau lebih tua dari kita?
Bukanya kita harus bercermin dari yang bijaksana atau yang kurang bijaksana?
Bukanya kita harus bercermin dari seorang penjahat?
Pengetahuan membuat anda menjadi buta akan dharma sehingga tidak bisa melihat disekeliling kita baik yang kotor maupun yang bersih bisa menjadi guru kita?
maksud anda, siapa yg tidak tahu? anda atau kita?
sepertinya saya sudah paham dimana perbedaan kita. anda belajar dharma dari penjahat. pantesss ...
Sebagai tambahan memang saya belajar dari seorang yang kotor bahkan seorang yang terhinapun saya bisa mengambil hikmahnya dan bisa bersyurkur dan menyadari kekurangan diri saya
Saya tidak menyebut aliran, saya hanya ingin mengatakan termasuk yang manakah anda/org yg menganggap sutra tsbt palsu?Tepat sekali. Bagi mereka yang konsisten mengantu kebenaran hanyalah kebenaran, tanpa aliran, tanpa embel-embel mazhab, maka otomatis tidak akan menganut kebenaran besar - kebenaran kecil, kendaraan besar (tronton) - kendaraan kecil (ojek). Karena terbebas dari pikiran mengkotak-kotakan demikian, maka tidak cocok dengan dengan sutra yang isinya mengkotak-kotakan sekte. Tinggal kembali pada diri sendiri menilai apakah sutra ini bicara tentang kebenaran apa adanya atau kebenaran besar vs kebenaran kecil; apakah universal atau pakai pembagian sekte (tronton/ojek).
Tidakkah anda bisa melihat kebenaran yang dibabarkan tanpa melihat aliran?
Tepat sekali. Bagi mereka yang konsisten mengantu kebenaran hanyalah kebenaran, tanpa aliran, tanpa embel-embel mazhab, maka otomatis tidak akan menganut kebenaran besar - kebenaran kecil, kendaraan besar (tronton) - kendaraan kecil (ojek). Karena terbebas dari pikiran mengkotak-kotakan demikian, maka tidak cocok dengan dengan sutra yang isinya mengkotak-kotakan sekte. Tinggal kembali pada diri sendiri menilai apakah sutra ini bicara tentang kebenaran apa adanya atau kebenaran besar vs kebenaran kecil; apakah universal atau pakai pembagian sekte (tronton/ojek).
Yang mengatakan Vajracchedika Prajna Paramita Sutra palsu adalah orang yang termasuk kutipan diatas.oh enggak kok, aye percaya asli kok, sutra mahayana memang penuh ancaman, penuh penghinaan bagi yang tidak mempercayai sutra nya, kalau tidak mempercayainya maka masuk neraka, ya memang harus begitulah isi sutra mahayana, kalau tidak begitu isinya maka bukan sutra mahayana lah pastinya, kalau sutra yang berisi kebaikan dan tidak ada ancaman dll nah itu baru boleh di bilang sutra palsu mahayana, karena mahayana tidak mungkin isinya gitu
Apakah Ryu salah satunya juga?
Tepat sekali. Bagi mereka yang konsisten mengantu kebenaran hanyalah kebenaran, tanpa aliran, tanpa embel-embel mazhab, maka otomatis tidak akan menganut kebenaran besar - kebenaran kecil, kendaraan besar (tronton) - kendaraan kecil (ojek). Karena terbebas dari pikiran mengkotak-kotakan demikian, maka tidak cocok dengan dengan sutra yang isinya mengkotak-kotakan sekte. Tinggal kembali pada diri sendiri menilai apakah sutra ini bicara tentang kebenaran apa adanya atau kebenaran besar vs kebenaran kecil; apakah universal atau pakai pembagian sekte (tronton/ojek).Benar sekali.
masalahnya "banyak" ajaran yang diakui sebagai ajaran BUDDHA...dan berlain-an pula secara "prinsipil"Kalau terlihat berlainan, mungkin bisa dicek apakah maknanya betul-betul demikian, mungkin masing-masing membahas dari sudut pandang tertentu. Kalau memang betul-betul berbeda, pilihlah yang sesuai dengan kita. Ke umat lain saya pernah bilang 1000 orang, 1000 gambaran Tuhan. Sama juga dengan Buddhis, 1000 orang, 1000 gambaran Buddha. Hanya saja, tidak mungkin 1000 tersebut semuanya benar.
Benar sekali.Bisa dijelaskan apa itu dharma kecil & dharma besar?
Mengkotak - kotaki artinya membatasi dharma itu sendiri sehingga hasil yang didapat hanyalah dharma kecil. Padahal dharma itu tiada batasnya meliputi besar dan kecil.
Bisa dijelaskan apa itu dharma kecil & dharma besar?
Small Vehicle dharmasBukan merknya, tapi penjelasannya.
Small Vehicle dharmas
Bukan merknya, tapi penjelasannya.
Sesuatu yang dibatasi/dikotak - kotaki punya batas dan bisa diukur. Jika bisa diukur, maka bisa dikatakan besar atau kecil.Saya kurang mengerti. Awalnya ada dharma kecil dan dharma besar. Dharma kecil ini dikatakan tidak benar. Lalu saya tanya definisi dharma kecil dan dharma besar, sekarang kok jawabnya 'tidak terukur'? Jangan jauh-jauh dulu, nanti susah bahasnya.
Dharma yang tidak terbatas, tidak bisa diukur dan tidak bisa dikatakan besar atau kecil. makanya dikatakan Anuttarasaüyaksaübodhi, the Unsurpassed, Proper and Equal, Right Enlightenment.
Lihat Commentary :
Subhåti said, “Very big, World Honored One. And why? It is said by the Buddha to be no body. Therefore it is called a big body.
Having shown, by example of the previously mentioned fruits of the Small Vehicle, that there is no attachment to anything, the Buddha next used himself as an example. He anticipated people who would think that a Buddha or Bodhisattva is different from sages of the Small Vehicle.
“Was there any Dharma which the Tathàgata obtained while with Burning Lamp BuddhaŸ øàkyamuni Buddha referred to himself at that point. Burning Lamp Buddha had bestowed a prediction of Buddhahood on øàkyamuni Buddha, which means he gave him a name, saying, “In the future you will become a Buddha named øàkyamuni.
Burning Lamp Buddha gave øàkyamuni Buddha the prediction of Buddhahood at a time when both of them were bhikùus. The bhikùu who would become øàkyamuni Buddha had not yet realized Buddhahood, but Burning Lamp Buddha had done so. On that occasion, øàkyamuni Buddha was walking on the road and saw in the distance the bhikùu Burning Lamp Buddha walking toward him. øàkyamuni Buddha also saw that on the road between them was a largepuddle of muddy water. Because he cultivated as a Bodhisattva and dedicated himself to helping everyone, he realized that the bhikùu coming toward him would be hampered by the puddle; and lay down in the muddy water to serve as a bridge for the bhikùu. But the puddle was large and his body did not entirely span it. Therefore he unwrapped his
hair, which he kept long in accord with the ascetic practices he cultivated, and spread it over the remainder of the puddle.
When the bhikùu who was Burning Lamp Buddha reached the spot, øàkyamuni Buddha asked him to walk across his body. Burning Lamp Buddha complied. When he had crossed he said to the bhikùu, “You are thus. I also am thus.Ÿ He meant, “Your heart is like this, and my heart is also like this. You forget yourself for the sake of the Dharma, and I also forget myself for the sake of the Dharma. Thus we are both cultivating the Bodhisattva Way.Ÿ He then rubbed the top of the bhikùu’s head and said, “In the future you will become a Buddha named øàkyamuni.Ÿ After Dãpa¤kara Buddha had given øàkyamuni that prediction, the two bhikùus separated and each continued to practice the Way.
So then øàkyamuni Buddha asked Subhåti, “When I received my prediction, did I obtain any Dharma? Subhåti replied, “No.Again øàkyamuni Buddha asked for Subhåti’s opinion.
“Does a Bodhisattva adorn Buddhalands? “Does a Bodhisattva use the merit and virtue of cultivating the six pàramitàs and the ten thousand practices to adorn Buddhalands? Again Subhåti answered, “No. He does not adorn Buddhalands. If he had one thought of adorning Buddhalands, then he would have a mark of self, of others, of living beings, and of a life; he would have an attachment. The
principle is the same as it was for the first, second, third, and fourth fruits of Arhatship. Although they adorn Buddhalands, there is no adornment. Why? If they had the thought “I adorn BuddhalandsŸ they would not have realized the emptiness of people and dharmas.
When dharmas are not empty there is attachment to Dharma. When people are not empty there is
attachment to self. A Bodhisattva who adorns Buddhalands does not think that he is adorning Buddhalands. The adornment of Buddhalands is merely a name and nothing more. It has no real substance. Therefore a Bodhisattva, Mahàsattva,should produce a pure heart. A pure heart is free of attachment. That means you do not broadcast your good deeds to insure that whatever merit and virtue may have accrued be properly credited. Such a heart is impure. It is dirty. If you have the thought of self and others when you do virtuous acts to adorn Buddhalands, then there are no virtuous acts and
there is no adornment. A Bodhisattva’s heart should be pure, without self or others, and without right or wrong. Thoughts which delineate self, others, living beings, and a life are not pure. A heart which is attached to the six dusts is not pure,and is devoid of true and proper merit and virtue.
He should produce that heart without dwelling anywhere.
He should, without having any attachment, produce that heart. He should have no thought. If you can have no thought, you are not attached anywhere. If you can have no thought, you can produce that heart without dwelling anywhere.
The Buddha used another example. “Suppose a person had a
body like Sumeru, King of Mountains… . Would that body be big?
Subhåti said, “Very big, but afterwards added, “It is said by the Buddha to be no body, therefore it is called a big body.
Mt. Sumeru, although big, nonetheless has a measure. If you have Mt. Sumeru you still have a measure. If you manage to have no body, nothing can compare to it, and so it is called a big body. If there is a measure for it, then the body is not really big. No body, a body without measure, is
truly a big body.
Saya kurang mengerti. Awalnya ada dharma kecil dan dharma besar. Dharma kecil ini dikatakan tidak benar. Lalu saya tanya definisi dharma kecil dan dharma besar, sekarang kok jawabnya 'tidak terukur'? Jangan jauh-jauh dulu, nanti susah bahasnya.
Saya kurang mengerti. Awalnya ada dharma kecil dan dharma besar. Dharma kecil ini dikatakan tidak benar. Lalu saya tanya definisi dharma kecil dan dharma besar, sekarang kok jawabnya 'tidak terukur'? Jangan jauh-jauh dulu, nanti susah bahasnya.
menurut Ronald Epstein, Ph.D, Former Professor of Buddhism at San Francisco State University :
http://www.nalanda-university.com/buddhist-ayurveda-encylopedia/mahayana_hinayana_compared_maha-yana_hina_great-vehicle_small-lesser-theravada_ta-cheng-syau-cheng.htm
Mahayana and Hinayana Compared
"Maha" means great, "yana" means "vehicle", hence "Great Vehicle"; "Hinayana" means "Small Vehicle" or "Lesser Vehicle".
The modern representatives of the Hinayana belong to the Theravada School of Buddhism, which is found in Sri Lanka and most of Southeast Asia such as Burma (Myanmar) and Cambodia. Because Hinayana is a pejorative term, it is sometimes referred to as Southern Buddhism, while Mahayana is called Northern Buddhism because it came to be found in China, Vietnam, Korea, Japan, and Tibet.
Mahayana and Hinayana began not as separate schools but as alternative goals which were a matter of personal choice. The adherents of each lived and practiced together. Over the centuries they developed into different schools and eventually spread into different geographic areas.
What then are the different goals? The goal of the Hinayana is that of ending attachment to self and, thereby, becoming an Arhat, who undergoes no further rebirth. The Mahayana teaches that Arhatship is not an ultimate goal; its adherents follow the Path of the Bodhisattva, which leads to Buddhahood. The Bodhisattva is reborn voluntarily in order to aid all living beings to become enlightened. The realization of Buddhahood includes not only realization of the emptiness of self but also of the emptiness of dharmas, that is, of the entire psycho-physical world. (See emptiness.)
The Mahayana accepts all of the teachings of the Hinayana; however, the Hinayana rejects the Mahayana Sutras and does not recognize the "expansive" teachings of the Mahayana about Bodhisattvas and about the Buddhas of the other directions.
"In Buddhism we find an attachment to the Great and Small Vehicles, and much opposition between them. Those of the Small Vehicle won't admit there is a Great Vehicle. And in the Great Vehicle, the attitude toward the Small Vehicle is condescending.
"Within the Buddhadharma itself this difficulty arises. You say I'm false, and I say you're false; as a result, it's become the case that both are false; neither is true. That's because the Buddha's disciples didn't listen to the Buddha's instructions and made the divisions of Great and Small.
"An expression says that one must enter as the master and come out as the servant. If you are a Great Vehicle person, then the Great Vehicle is the master, the lord, and the Small Vehicle is the servant. If you're of the Small Vehicle, then you say the Small Vehicle is the master and the Great Vehicle is the servant. All this struggle occurs right in the basic substance of the Buddhadharma. . . .
"Those of the Small Vehicle should take a step forward and not be so attached. And those of the Great Vehicle should take a step backward and not be so attached. When the two, those of both the Great and the Small Vehicles, don't have any attachments, they can become one. When they become one, then they can benefit one another and not indulge in mutual slander.
"In the Dharma-ending Age all the Buddha's disciples work on a superficial level. They don't apply their effort on the real, fundamental level. It is a very painful situation. . . .
"Is it not strange that people nowadays make discriminations and say there are only Arhats, that there aren't any Bodhisattvas or any Buddhas in the ten directions. They still argue ceaselessly, and that's really too bad. . . . In Buddhism there shouldn't be any Great Vehicle and Small Vehicle; there is only the Buddha Vehicle. There is no other vehicle. If you look at it this way, you won't be able to be so attached. Also, for the sake of the Dharma you should forget yourself. For the sake of seeking the Buddhadharma, you should spare neither body nor life. It is said that to the ends of space throughout the Dharma Realm, there isn't a place as small as a mote of dust which is not a place where all the Buddhas and Bodhisattvas of the past, the present, and the future have given up their lives.
"All Buddhas and Bodhisattvas have renounced their lives for the sake of the Buddhadharma in order to seek true principle, to seek the unsurpassed Way.
"Nowadays people not only don't seek true principle; they also indulge in slander of one another. Those of the Small Vehicle slander the Great Vehicle; those of the Great Vehicle slander the Small Vehicle. Evolving in this way Buddhism has developed a lot of discriminations: right and wrong, us and them, mine and yours. Such Buddhists don't understand in the least that the practices which the Buddhas of the past cultivated were without self and others, were beyond right and wrong. They concentrated on cultivating many Dharma doors and did not criticize the Dharma doors cultivated by others as being wrong." (LY I 146-150)
(Source: Epstein, 2003: pp. 133 - 134)
oh enggak kok, aye percaya asli kok, sutra mahayana memang penuh ancaman, penuh penghinaan bagi yang tidak mempercayai sutra nya, kalau tidak mempercayainya maka masuk neraka, ya memang harus begitulah isi sutra mahayana, kalau tidak begitu isinya maka bukan sutra mahayana lah pastinya, kalau sutra yang berisi kebaikan dan tidak ada ancaman dll nah itu baru boleh di bilang sutra palsu mahayana, karena mahayana tidak mungkin isinya gitu
=)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =))
Menurut saya Great Vechicle, Small Vehicle bukan aliran tetapi bersifat personal dan individu.
Jika anda membatasi dharma maka anda masuk small Vehicle, membatasi diri anda terhadap dharma.
Akan lebih baik jika kita memakai kata Greate Vehicle atau Small Vehicle, karena ada konotasi negatif yang melekat pada kata Hina.
Baca yang di kasih warna merah.Ya, saya mengerti kok. Yang saya bingung kalau memang hanya ada dharma sejati yang tak terbatas, maka besar ataupun kecil adalah keliru, karena tetap terbatas.
Untuk pengertian Besar dan Kecil dan di luar Besar dan Kecil
Bukan dalam artian benar atau salah.Justru susah sekali dicerna. Ini kutipan dari bab 15 :
Coba baca kutipan tersebut dengan sabar dan cuba untuk mencernanya. Bahasanya sederhana dan tidak susah dicerna
Karena jika di artikan atau dibicarakan, bisa jadi rancu.
udah boleh pake belut?
udah boleh pake belut?Tidak boleh, itu jurus terlarang. ;D
belut ? yg licin atau yg nyetrum ?tentu saja yg licin, tidak boleh nyetrum karena melanggar bodhicitta.
Tidak boleh, itu jurus terlarang. ;D
wah jadi gak acik dehYa udah, khusus bro Indra boleh deh. Silahkan keluarkan jurus belut sakti.
Ya udah, khusus bro Indra boleh deh. Silahkan keluarkan jurus belut sakti.
gue mau keluarin jurus super sakti "upaya", tapi keknya memang blm waktunya deh, nanti aja deh(http://iplaywinner.com/storage/move_images/lp.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565328094) (http://iplaywinner.com/storage/move_images/lp.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565352976) (http://iplaywinner.com/storage/move_images/f.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565378445) (http://iplaywinner.com/storage/move_images/lk.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565406337) (http://iplaywinner.com/storage/move_images/hp.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565435304)
Contoh sikap yang tidak mendukung keharmonisan antar umat Buddha.contoh sikap umat HINAyana =))
udah boleh pake belut?
nah bener kan, mahayana= Great Vehicle = Kendaraan besar = tronton
(http://iplaywinner.com/storage/move_images/lp.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565328094) (http://iplaywinner.com/storage/move_images/lp.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565352976) (http://iplaywinner.com/storage/move_images/f.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565378445) (http://iplaywinner.com/storage/move_images/lk.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565406337) (http://iplaywinner.com/storage/move_images/hp.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1224565435304)Wah, Shun Goku Satsu (瞬獄殺)... sangat terlarang...
Wah, Shun Goku Satsu (瞬獄殺)... sangat terlarang...
gimana cara bacanya?kamehameha....haha...jk....
gimana cara bacanya?:D Ga bisa, cuma dari perguruan tertentu yang tahu.
kamehameha....haha...jk....Maksudnya
瞬 shùn to wink
狱 yù prison
杀 shā to kill; to murder; to fight; to weaken or reduce; to smart (topolect); to counteract; (used after a verb) extremely
Ya, saya mengerti kok. Yang saya bingung kalau memang hanya ada dharma sejati yang tak terbatas, maka besar ataupun kecil adalah keliru, karena tetap terbatas.
Justru susah sekali dicerna. Ini kutipan dari bab 15 :
Because they are only fond of Small Vehicle dharmas, they are unable to receive the wonderful principles of the Great Vehicle, the Dharma of real mark which has no marks.
Yang ini dari komentar:
Mt. Sumeru, although big, nonetheless has a measure. If you have Mt. Sumeru you still have a measure. If you manage to have no body, nothing can compare to it, and so it is called a big body. If there is a measure for it, then the body is not really big. No body, a body without measure, is
truly a big body.
1. Ada Dharma kecil dan dharma besar, di mana orang senang dharma kecil tidak paham dharma besar.
2. Dharma tidak ada batas, maka tidak bisa dibilang besar atau kecil.
Kesimpulan: ???
Jika seseorang mempunyai pandangan dualistic yang membeda - bedakan, seperti besar dan kecil, maka orang tsbt tidak akan pernah mengerti yang tidak terbatas meliputi kecil dan besar.dualitas...?
Siapa yang mengatakan asli atau palsu?
dualitas...?
bermanfaat dan tidak bermanfaat
baik dan buruk
bijak dan tidak bijak
kurasa bahkan Buddha sendiri bisa membedakan... mana pandangan benar mana pandangan salah, mana yg patut mana yg tak patut
mana yg bermanfaat mana yg tidak bermanfaat
bahkan.. mana yg merupakan peraturan minor, mana yg bukan (hanya saja YM Ananda tidak menanyakan lebih detail)
jujur..terlalu sering aku melihat org2 mengecam "dualitas" tp sepertinya tdk masalah... apa aku salah ya??
kalau saya perhatikan selain TS adalah anda sendiri yang mengatakan spt quote di atas
Silahkan Baca tulisan anda sendiri.
'mengecam "dualitas" '
Anda tidak melihat konteksnya, anda hanya melihat kulit.
Walaupun Buddha bisa melihat pandangan benar dan salah, Apakah pandangan Buddha terhadap benar dan salah sama seperti orang yg belum mencapai pencerahan melihatnya?
benarkah begitu? jadi anda setuju dengan TS bahwa sutra ini PALSU?
Anda tidak menyimak tulisan saya. Kenapa anda masih mempertanyakan itu dan mencuba mengarahkan.
dan siapa yg menciptakan dualitas Mahayana dan Hinayana?
jadi bagaimanakah pandangan Buddha terhadap benar dan salah itu? mohon petunjuk anda
Jangan bertambah bingung. Sabar
Wrong question, Anda bertanya pada orang yang salah.
saya bertanya kepada anda karena pada postingan sebelumnya anda menyiratkan bahwa pandangan benar/salah awam berbeda dengan pandangan benar/salah Buddha. utk pandangan awam saya bisa belajar dari diri saya sendiri, sedangkan untuk Buddha, karena anda berani mencetuskannya saya anggap anda punya kemampuan untuk menjelaskannya. maafkan jika saya telah overestimate terhadap anda.
'mengecam "dualitas" '
Anda tidak melihat konteksnya, anda hanya melihat kulit.
Walaupun Buddha bisa melihat pandangan benar dan salah, Apakah pandangan Buddha terhadap benar dan salah sama seperti orang yg belum mencapai pencerahan melihatnya?
Apakkah anda menyamakannya? Kenapa anda mengambil contoh Buddha? Kenapa anda tidak mengambil contoh anda sendiri?
Yang dibicarakan dalam konteks awam, cara pandang manusia
'mengecam "dualitas" '
Anda tidak melihat konteksnya, anda hanya melihat kulit.
Walaupun Buddha bisa melihat pandangan benar dan salah, Apakah pandangan Buddha terhadap benar dan salah sama seperti orang yg belum mencapai pencerahan melihatnya
Apakkah anda menyamakannya? Kenapa anda mengambil contoh Buddha? Kenapa anda tidak mengambil contoh anda sendiri?
Yang dibicarakan dalam konteks awam, cara pandang manusia
Baca yang benar saudara indra dengan kepala dingin. Jangan menjadi Maha Tahu langsung menyimpulkan
dualitas...?
bermanfaat dan tidak bermanfaat
baik dan buruk
bijak dan tidak bijak
kurasa bahkan Buddha sendiri bisa membedakan... mana pandangan benar mana pandangan salah, mana yg patut mana yg tak patut
mana yg bermanfaat mana yg tidak bermanfaat
bahkan.. mana yg merupakan peraturan minor, mana yg bukan (hanya saja YM Ananda tidak menanyakan lebih detail)
jujur..terlalu sering aku melihat org2 mengecam "dualitas" tp sepertinya tdk masalah... apa aku salah ya??
sudah2, mari kita sepakati sutra ini asli, karena memang isinya menggambarkan sifat Mahayana itu sendiri.
ayo coba cari bulu deket pantat bebek mandarin (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15498.msg249707) biar harmonis semua =))
ini adalah postingan dari Bro Ronald,
saya tidak melihat bahwa Bro Ronald membedakan pandangan benar/salah Sang Buddha vs awam, andalah yg mengatakan berbeda, jika anda mengatakan berbeda, saya bertanya kepada anda bagaimana pandangan Buddha.
baca yang benar dengan dengkul dingin saudara Djoe. jangan menjadi SOK maha tahu dengan menuduh orang lain
kurasa sama pandangan seorg yg tercerahkan .. dgn org awam...thdp pandangan benar dan salah.. klo menurut anda sama atau beda?
klo beda... dimana letak berbedaannya??
knp aku bilang sama.. setelah si A tau itu salah..yah dia pasti tetap bilang itu salah (kalo jujur)
klo seorg arahat mengetahui pandangan itu salah..dia juga mengatakan itu salah
di situ kesamaannya...
kita tidak ngomong masalah tindakan... apa yg dilakukan umat awam setelah tau itu benar dan salah, apa yg dilakukan arahat setelah tau itu benar atau salah...
krn diskusi hanya sebatas dualitas.. alias membedakan....2-2 nya mampu membedakan
knp aku mengambil contoh Buddha..klo aku mengambil contoh diri saya.. gak terlalu ngefek buat anda....
anda mungkin akan bilang bahwa arahat tidak memiliki dualitas
dan statment anda "Jika seseorang mempunyai pandangan dualistic yang membeda - bedakan, seperti besar dan kecil, maka orang tsbt tidak akan pernah mengerti yang tidak terbatas meliputi kecil dan besar."
sebabnya aku mengambil contoh Buddha..biar tembak langsung bahwa Buddha masih memiliki pandangan membeda2kan... apakah Buddha tdk akan pernah mengerti yg tdk terbatas meleputi kecil dan besar? seperti statment anda di atas
soalnya sekan2 hanya anda saja di forum ini yg tampaknya tidak memiliki pandagan dualitas tsb, dan mengerti yg tdk terbatas meliputi kecil dan besar
Baca lagi dengan kepala dingin
Yang saya bicarakan dualitas di postingan sebelumnya dalam konteks awam bukan Buddha, makanya saya menanyakan ke saudara Ronald.
Apakah pandangan Buddha terhadap benar dan salah sama seperti orang yg belum mencapai pencerahan melihatnya?
ini adalah postingan dari Bro Ronald,
saya tidak melihat bahwa Bro Ronald membedakan pandangan benar/salah Sang Buddha vs awam, andalah yg mengatakan berbeda, jika anda mengatakan berbeda, saya bertanya kepada anda bagaimana pandangan Buddha.
baca yang benar dengan dengkul dingin saudara Djoe. jangan menjadi SOK maha tahu dengan menuduh orang lain
kalau begitu mari kita tuntaskan, apakah anda mengatakan pernyataan berikut ini?
ini hanya perlu dijawab dengan YA atau TIDAK, dan ingat ada banyak penonton menjadi saksi, mungkin anda perlu merendam dengkul anda ke dalam air es dulu, silakan gunakan waktu anda, tidak perlu terburu2
Jadi menurut anda pandangan Sang Buddha Vs Awam sama??
Jika emosi sudah menguasai, kata - kata kasar pun muncul
Semoga semua makhluk berbahagia selalu
_/\_
heran, apakah ini jurus pamungkas lain dari ilmu Mahayana? saya cuma mengatakan kata "dengkul", apakah ini kasar? apa bedanya dengan kata "kepala"?
Betul-betul komedi.
A: Anda cewek ato cowok?
B: Baca postingan saya
A: Ga ada tentang jenis kelamin
B: Baca yang bener, coba lihat postingan si C
A: Tinggal jawab aja cewek ato cowok kok susah?
B: Wah, emosi. Semoga semua makhluk berbahagia.
:))
Bertanyalah kepada diri sendiri.
Buddha nature anda tidak berbohong
ada jurus belut yang lain :
hinayana bisanya main keroyokan aja =))
ada jurus belut yang lain :
hinayana bisanya main keroyokan aja =))
ada jurus belut yang lain :
hinayana bisanya main keroyokan aja =))
=)) . sudah sudah. kasihan si djoe. salut dengan kegigihan beliau
Tidak tahu latar belakang permasalahan
keroyokan ? dengkulmu kapuran :P itu yg di sebut kebersamaan ;D
keroyokan ? dengkulmu kapuran :P itu yg di sebut kebersamaan ;D
Tujuan saya bukan untuk menang atau kalah. Makanya saya bertahan
Dikatakan bertahan saya tidak bertahan, makanya dikatakan bertahan
wih hebat, udh kyk kosong adalah hampa dan hampa adalah kosong ;D_/\_
Tidak bisa membedakan Kebersamaan dan Keroyokan
tidak ada kroyokan maupun sendiri-sendiri yg anda kebersamaan dalam membahas sesuatu ;D
jika masih ada dualitas maka akan muncul persepsi kubu-kubuan >:D bukan begitu ?
Jadi menurut anda pandangan Sang Buddha Vs Awam sama??
Jika sama , dalam seketika semua awam menjadi Buddha
tidak ada kroyokan maupun sendiri-sendiri yg anda kebersamaan dalam membahas sesuatu ;D
jika masih ada dualitas maka akan muncul persepsi kubu-kubuan >:D bukan begitu ?
Setuju bangettt
_/\_
ada jurus belut yang lain :
hinayana bisanya main keroyokan aja =))
Akhirnya ada sang pahlawan pembela kebenaran
Thanks
dengkul kapuran? bukankah itu berarti geger otak?dengkul itu lutut kk....wkwkwk..... :))
hati2 Bro, anda boleh saja berdebat dengan saya dan tetap aman, tapi hati2 dengan Bro Kainyn, kalau saya walaupun terlihat kasar dan sadis, tapi sebenarnya saya adalah orang yg sangat baik. tapi Bro kainyn, walupun tampaknya baik, tapi sebenarnya ..... [tidak berani melanjutkan, karena saya juga takut]Saya lanjutkan
dengkul itu lutut kk....wkwkwk..... :))
menurut anda sama gak??
ga jawab mulu...
aku kasih pertanyaan ttg dualitas deh..ke anda sebagai umat awam
apakah menurut anda membunuh mahluk hidup krn kebencian... itu perbuatan bermanfaat atau gak?
silakan di jawab...
Saya lanjutkan
"... bukan kasar bukan lembut, bukan sadis bukan baik. Semua hanyalah dualitas. Tampak baik hanyalah tanda, dan ketika kalian melihat tanda sebagai tanpa tanda, maka kalian melihat Tathagata."
Membunuh adalah tetap membunuh. Membunuh makhluk hidup artinya anda membunuh Buddha.Makhluk hidup = Buddha?
kenapa mahayana membagi2 jadi kendaraan besar dan kecil ya kalo middle way?
Setuju.
Jika anda melihat kebaikan orang lain, cara kita bersikap menjadi beda
Jika kita melihat keburukan orang lain, cara kita bersikap juga beda
Tidak melihat kedua - keduanya dikatakan middle way
Sebelumnya anda mengecam dualitas, lalu anda mengatakan pandangan dualitas itu juga ada pada Buddha.
Saya tidak berani menjawab pandangan Buddha.
Tetapi berdasarkan yang saya baca, jika masih mempunyai pandangan dualitas dan membeda - bedakan dan melekat kepadanya maka ada penderitaan, maka dikatakan Buddha adalah manusia.
Membunuh adalah tetap membunuh. Membunuh makhluk hidup artinya anda membunuh Buddha.
Sebelumnya anda mengecam dualitas, lalu anda mengatakan pandangan dualitas itu juga ada pada Buddha.buddha adalah kesadaran,.karena kebodohan2 bathin kita aja yang merasa mendualiskan perbedaan, hinayana,mahayana,apapun bentukkan sebuatan manusia itu untuk apa diperdebatkan, cuma bedanya bajunya doank,peraturannya,orangnya sama, manusia. saya heran kalian jika merasa sebagai umat buddha kenapa masih tidak bahagia dan mempertanyakan hal ini?? umat buddha adalah umat yang humanis, melihat perbedaan merupakan suatu keindahan, melihat kebencian timbul berubah menjadi kesabaran, saudara sedhamma,..cut the crap,..we are brother and sister _/\_
Saya tidak berani menjawab pandangan Buddha.
Tetapi berdasarkan yang saya baca, jika masih mempunyai pandangan dualitas dan membeda - bedakan dan melekat kepadanya maka ada penderitaan, maka dikatakan Buddha adalah manusia.
Membunuh adalah tetap membunuh. Membunuh makhluk hidup artinya anda membunuh Buddha.
Makhluk hidup = Buddha?
Berarti kalau ada si A membunuh si B = Buddha bunuh Buddha.
Menarik sekali.
Jika demikian definisinya, maka middle way saya katakan adalah cara hidup paling tidak bermanfaat dan berisiko tinggi.
Setuju.
Jika anda melihat kebaikan orang lain, cara kita bersikap menjadi beda
Jika kita melihat keburukan orang lain, cara kita bersikap juga beda
Tidak melihat kedua - keduanya dikatakan middle way
Vegetarian? Saya tidak pikir ke sana sama sekali, hanya merespon saja jika semua makhluk hidup disebut Buddha, berarti pembunuh, penzinah, perampok, tukang mabuk juga adalah Buddha.
Jika ujung - ujungnya ke vegatarian, rileks saya tidak vegetarian. Saya hanya berusaha sedapat mungkin tidak membunuh bahkan terhadap semut. Tidak tahu kalau keinjak. ;D
Makhluk hidup = Buddha?
Berarti kalau ada si A membunuh si B = Buddha bunuh Buddha.
Menarik sekali.
Jika ujung - ujungnya ke vegatarian, rileks saya tidak vegetarian. Saya hanya berusaha sedapat mungkin tidak membunuh bahkan terhadap semut. Tidak tahu kalau keinjak. ;D
hanya jika anda bisa menyebutkan no. KTP si A dan si B, jika tidak maka tidak benarSorry, penduduk gelap tidak punya KTP. Atau bro Indra berani mengatakan penduduk gelap bukan Buddha? Nanti saya lapor ke stasiun tronton baru tahu rasa.
buddha adalah kesadaran,.karena kebodohan2 bathin kita aja yang merasa mendualiskan perbedaan, hinayana,mahayana,apapun bentukkan sebuatan manusia itu untuk apa diperdebatkan, cuma bedanya bajunya doank,peraturannya,orangnya sama, manusia. saya heran kalian jika merasa sebagai umat buddha kenapa masih tidak bahagia dan mempertanyakan hal ini?? umat buddha adalah umat yang humanis, melihat perbedaan merupakan suatu keindahan, melihat kebencian timbul berubah menjadi kesabaran, saudara sedhamma,..cut the crap,..we are brother and sister _/\_
kenapa mahayana membagi2 jadi kendaraan besar dan kecil ya kalo middle way?
Sorry, penduduk gelap tidak punya KTP. Atau bro Indra berani mengatakan penduduk gelap bukan Buddha? Nanti saya lapor ke stasiun tronton baru tahu rasa.
Therefore the Tathàgata says that although there is no dharma which can be attained, all dharmas are Buddhadharmas. There is nothing outside the Buddhadharma.
Therefore all teachings are Buddhist. They do not go beyond the Buddha’s teaching, because the Buddha’s teaching contains all things.
Buddhadharma is the totality of all dharmas.
Buddhism is the totality of all other teachings.
All schools and teachings are born from within the Buddha’s teaching. Since they are all born from Buddhism, in the future they will again return to Buddhism. Therefore it is unnecessary to ask to what religion a person belongs. No matter what school, or sect, or teaching, or religion one believes — none goes beyond Buddhism. The essential point is to have faith in something. Then although you may believe various teachings, switching back and forth from this one to that one, in the end you will certainly return to Buddhism. The Buddhadharma is that great. Although it says there is no dharma which can be attained, nonetheless there is not one dharma which is not Buddhadharma. And since the Buddhadharma is ultimately unattainable, how could a single dharma be attained?
kalau tanpa identitas yg sah, bagaimana anda dapat mengidentifikasi bahwa si A atau B adalah Buddha? tanpa KTP, bukti lain yg dianggap sah adalah test DNA, sudahkah anda melakukan test ini?Bukan saya yang melakukan identifikasi dan klasifikasi, tapi bro djoe:
Membunuh adalah tetap membunuh. Membunuh makhluk hidup artinya anda membunuh Buddha.Saya yakin itu makhluk hidup... karena bisa dibunuh.
Jika demikian definisinya, maka middle way saya katakan adalah cara hidup paling tidak bermanfaat dan berisiko tinggi.
Vegetarian? Saya tidak pikir ke sana sama sekali, hanya merespon saja jika semua makhluk hidup disebut Buddha, berarti pembunuh, penzinah, perampok, tukang mabuk juga adalah Buddha.
Saya lihat banyak Buddha membunuh, jajan PSK, nyolong dan menipu. Maka saya katakan, "menarik sekali."
Bukan saya yang melakukan identifikasi dan klasifikasi, tapi bro djoe:Saya yakin itu makhluk hidup... karena bisa dibunuh.
jurus "membelokkan topik" ini sudah tidak berlaku lagi di forum ini, sudah out of date, mendingan anda menggunakan jurus yg lebih baru, ie. jurus "belut", walaupun sama2 jurus rendah, tapi belut masih relatif lebih baru
saya gak ngerti jurus - jurusan.
Saudara Indra ini makin melencengan aja.
astaga djoe, untuk jawaban YA atau TIDAK aj di ajak muter2 dulu =)) =)) =)), kek taksi argo aja.. hufff..
The principle is Buddha; Buddha is the principle. The Buddha is one who has already realized Buddhahood. Theur have agreat mind,..ur thinking is universal,.i wonder if these word is from ur self or from the book u use to read.
Mahàsattva understands that he himself has not yet realized Buddhahood, but that basically the Buddha and he are one, not two and not different. The Buddha’s cultivation of virtue is perfected, that of living beings is not. Living beings are not-yetrealized Buddhas;
Buddhas are already-realized living beings.
One should not become confused about this and profess to be a Buddha, saying, “I am Buddha and the Buddha is me.Ÿ The Buddha is a living being who has realized Buddhahood; living beings are not-yet-realized Buddhas.
“How is it that we are originally Buddhas?Ÿ Real mark praj¤à is not separate from the hearts of
living beings. The Buddha is the heart of living beings. Our true heart is the Buddha. As present, however, we have not excavated and uncovered our own true nature, and we use
a false thinking heart to manage our affairs. By analogy, the false thinking heart is like a blind man, and the true heart like a man who can see.
“Why do we conduct ourselves solely on the basis of false thoughts? Have we lost our true heart?Ÿ
No, the true heart has not been lost. The øåraï gama Såtra explains that we use false thinking because “one unenlightened thought produces the three fine marks.Ÿ
These three — the mark of karma, the mark of turning, and the mark of manifestation — occlude the true nature so that the Tathàgata’s precious store cannot appear. When we truly believe we are the Buddha and have actually perfected the Buddha’s marks of wisdom and virtue, we will understand the great principle.
The Buddha is one who has already realized Buddhahood. The
Mahàsattva understands that he himself has not yet realized Buddhahood, but that basically the Buddha and he are one, not two and not different. The Buddha’s cultivation of virtue is perfected, that of living beings is not. Living beings are not-yetrealized Buddhas;
Buddhas are already-realized living beings.
One should not become confused about this and profess to be a Buddha, saying, “I am Buddha and the Buddha is me.Ÿ The Buddha is a living being who has realized Buddhahood; living beings are not-yet-realized Buddhas.
ketika ditanya mengenai Buddha vs Semua makhluk hidup, anda malah membahas soal vegetarian. jadi siapa yg melenceng? jurus "lempar tangan sembunyi batu" juga sudah out of date di forum ini.
sebenarnya kutipan anda di atas malah membantah argumentasi anda sendiri.
kalau saya terjemahkan:
"Sang Buddha adalah seorang yang telah mencapai Kebuddhaan. Mahasattva memahami bahwa ia sendiri belum mencapai Kebuddhaan, tetapi bahwa pada daasrnya Sang Buddha dan ia adalah satu, bukan dua atau berbeda. latihan kebajikan Sang Buddha telah sempurna, sedangkan latihan makhluk-makhluk hidup belum sempurna. makhluk-makhluk hidup bukanlah para Buddha yang telah mencapai;
Para Buddha adalah makhluk-makhluk hidup yang telah mencapai.
Seseorang seharusnya tidak bingung akan hal ini dan mengakui sebagai seorang Buddha, dengan mengatakan "saya adalah Buddha dan Buddha adalah saya. Buddha adalah makhluk hidup yang telah mencapai Kebuddhaan; makhluk-makhluk hidup belum mencapai Kebuddhaan."
-----------------------
Bro Djoe, sudikah anda menjelaskan, gaya diskusi apakah yg sedang anda gunakan di forum ini? anda mengemukakan suatu argumen kemudian mengutip referensi yg membantah argumentasi anda sendiri, biasanya kami mencari referensi yg dapat memperkuat argumen kami.
Jika kepala dingin, maka utara dan selatan bisa dibedakan dengan jelas
Jika kepala panas, maka pertanyaan atau pernyataan tidak bisa dibedakan.
Kasihan anda Indra
Itu karena kepala anda sudah panas sehingga tidak bisa menangkap yang di bicarakan.
jika dengkul dingin, maka tidak ada utara dan tidak ada selatan,
jika dengkul panas, maka hati2 itu gejala kanker otak
kasihan anda juga Djoe.
ur have agreat mind,..ur thinking is universal,.i wonder if these word is from ur self or from the book u use to read.
however never mind,..we are just human being hwo can pass the circle of life,..we live in samsara,..
dhamma is for everyone,..dhamma is universal,..for all mankind,..use it when it work, come, see, and observe,..these are wrong side and false side,.so witch way u choice hope is the right side...
respect of eachother is needed,.cause human brain is control by will, and attachment.release the attachment reach the enlighment...buddha is in ur heart _/\_
Semoga semua makhluk berbahagia selalu.
_/\_
Peace
Thread closed
Kenapa tidak anda yang menjawabnya?
Ibaratnya seseorang mengatakan a yang ditanya z
Semoga semua makhluk berbahagia selalu.
_/\_
Peace
Thread closed
treadnya masih belum di close, mesti make gembok oleh TS atau Mod. =)) =)) =)). Djoe nga punya kekuatan utk close ya? :))
gua masih melihat releveansinya kok, ibarat orang ngmg A terus di tanya ttg A, tapi jawaban itu bisa membuatnya terdesak, jadi milih ngmg yg lain alias X, dan berliku2 sendiri untuk tidak menjawab pertanyaan tsb dgn cara mengalihkan isu.
kemudian menyuruh orang lain yg menjawab pertanyaan tersebut, ;D wong sdr Indra tidak bertanya kpd saya. =))
Menghormati kepercayaan orang lain berarti kita menghormati Buddha. Karena semua manusia mempunyai Benih Buddha.
Belajar dharma bukan berarti mencela kepercayaan orang lain dan buta terhadap kebenaran yang ada di kepercayaan orang lain tersebut. Tetapi justru mengali lebih dalam kebenaran tersebut.
Makanya jangan tidur
Setahu saya sih Buddha mengajarkan menghormati apa yang patut dihormati, mencela apa yang patut dicela. Meski demikian, menghormat dan mencela juga harus dilandasi kebijaksanaan, sesuai waktu, sesuai tempat, sesuai orang yang diajak bicara. Entahlah kalau ada Buddha lain yang pukul rata menghormati semua hal.ada penjahat membunuh, harus di hormati, karena kita bisa belajar dari mereka =))
ada penjahat membunuh, harus di hormati, karena kita bisa belajar dari mereka =))Demikianlah kalau saya mencuri dari orang-orang DC, jangan nilai saya sebagai pencuri, tapi sebagai guru yang mengajari kalian. Ingatlah: dunia tanpa kejahatan adalah sekolah tanpa guru. Maka budayakanlah perbuatan jahat, demi pelajaran bagi orang lain.
^:)^ ^:)^ ^:)^ =)) =)) =)) orang aoban... aku nyerah deh..
Demikianlah kalau saya mencuri dari orang-orang DC, jangan nilai saya sebagai pencuri, tapi sebagai guru yang mengajari kalian. Ingatlah: dunia tanpa kejahatan adalah sekolah tanpa guru. Maka budayakanlah perbuatan jahat, demi pelajaran bagi orang lain.demikianlah, dama belum sempurna di babarkan tatagata =))
Nyambung ga sih?
dualitas...?
bermanfaat dan tidak bermanfaat
baik dan buruk
bijak dan tidak bijak
kurasa bahkan Buddha sendiri bisa membedakan... mana pandangan benar mana pandangan salah, mana yg patut mana yg tak patut
mana yg bermanfaat mana yg tidak bermanfaat
bahkan.. mana yg merupakan peraturan minor, mana yg bukan (hanya saja YM Ananda tidak menanyakan lebih detail)
jujur..terlalu sering aku melihat org2 mengecam "dualitas" tp sepertinya tdk masalah... apa aku salah ya??
Buddha pun perna mencela kepercayaan org laen...
Setahu saya sih Buddha mengajarkan menghormati apa yang patut dihormati, mencela apa yang patut dicela. Meski demikian, menghormat dan mencela juga harus dilandasi kebijaksanaan, sesuai waktu, sesuai tempat, sesuai orang yang diajak bicara. Entahlah kalau ada Buddha lain yang pukul rata menghormati semua hal.
Nga semua kepercayaan harus dihormati, jika kepercayaan itu membawa kehancuran bagi diri sendiri dan makluk lain, perang, menyebarkan beni kebencian, perbudakan, dll. apakah kepercayaan demikian perlu dihormati? dan apakah dgn hormat pada kepercayaan yang salah demikian disebut menghormati Buddha?
=)) dihajar habis2an =))
ada penjahat membunuh, harus di hormati, karena kita bisa belajar dari mereka =))
Seperti yang sebelumnya kebanyakan belajar dharma dan menghafal mati kata - kata. Pintar dan mahir dalam sutta menguasai semua sutta yang ada.
Tetapi tidak bisa melihat dharma ada di sekeliling kita. Menganggap dharma hanyalah kata - kata yang ada di kertas, yang ada di hitam di atas putih.
.........
Patriarch Bodhidharma went to Nan Ching where he listened to Dharma Master Shen Kuang explained the Sutras. When Shen Kuang spoke, the heavens rained fragrant blossoms and a golden-petalled lotus rose from the earth for him to sit upon. However, only those with good roots, who had opened the five eyes8 and the six spiritual penetrations were able to see that. Now! Isn’t this wonderful?
After listening to the Sutra, Bodhidharma asked, “Dharma Master, what are you doing?”
“I am explaining Sutras,” Shen Kuang replied.
“Why are you explaining Sutras?”
“I am teaching people to end birth and death.”
“Oh?” said Bodhidharma, “exactly how do you do that? In this Sutra which you explain, the words are black and the paper is white. How does this teach people to end birth and death?”
Dharma Master Shen Kuang had nothing to say. How did he teach people to end birth and death? He fumed in silence. Then, even though heavenly maidens rained down flowers and the earth gave forth golden lotuses, Dharma Master Shen Kuang got angry.
This is what I mean when I say that the Buddhadharma existed in China, but it was as if it were not there at all.
When angry, Dharma Master Shen Kuang used his heavy iron beads to level opposition. In response to Bodhidharma’s question, he reddened with anger and raged like a tidal wave smashing a mountain. As he whipped out his beads, he snapped, “You are slandering the Dharma!” and cracked Bodhidharma
across the mouth, knocking loose two teeth. Bodhidharma neither moved nor spoke. He hadn’t expected such a vicious reply.
There is a legend about the teeth of holy men. You must not ask about the principle, however, because it is too inconceivable. The legend says that if a sage’s teeth fall to the ground, it won’t rain for three years. Patriarch Bodhidharma thought, “If it doesn’t rain for three years, people will starve! I have come to China to save living beings, not to kill them!” So Bodhidharma did not let his teeth fall to the ground. Instead, he swallowed
them and disappeared down the road. Although he had been beaten and reviled, Bodhidharma could not go to the government and file suit against Dharma Master Shen Kuang. Those who have left home have to be patient. How much more so must a patriarch forbear.
Jawaban anda lebih bijaksana daripada orang yang mengatakan Buddha mencela.Boleh dicontohkan jawaban yang tidak dualistik? Kalau bisa bukan copy-paste sepanjang puluhan baris, tapi langsung ke intinya saja.
Tetapi masih ada kemelekatan kepada dharma, masih ada pandangan dualistic
Debu - debu dharma melekat di pikiran anda , anda masih mengulang kesalahan yang sama sehingga anda menyamakan umat yang mencela dengan Buddha yang mencela.
Anda menyamankan pandangan dualistic umat dengan Buddha.
Anda bahkan tidak bisa membedakan Buddha dengan umat sehingga anda menyatakan hal seperti itu.
Tidak bisa melihat arti substantial dari pandangan dualitic yang dikatakan oleh anda Buddha mempunyai pandangan dualitic dengan pandangan dualitc umat.
Tidak bisa melihat arti substantial dari mencela yang dikatakan oleh anda Buddha mencela dengan umat yang
mencela.
Apa gunanya dharma yang anda hafal mati di otak dan melekat dengan erat dharma tersebut tetapi tidak bisa mengerti arti dan substantial dari dharma tersebut.
Dikatakan mencela oleh Buddha bukanlah mencela, maka dikatakan mencela
.............
Sàkyamuni Buddha and Subhåti were discoursing on true, real praj¤à. Since true, real praj¤à does not reside in
a framework of language, what can be spoken? The empty mark of all dharmas is beyond words and speech.
The Buddha spoke Dharma for forty-nine years and when the time of his nirvàõa arrived, he said that he had not spoken one word.
He said, “If anyone says the Tathàgata has spoken Dharma, he slanders the Buddha because he has been unable to understand what I have said.Ÿ
“Since the Buddha did not speak Dharma, why are there so many såtras spoken by the Buddha?Ÿ one may rightly ask.
The answer to that lies in the doctrine of speaking conditioned Dharma for people bound to conditions and speaking uncon-ditioned Dharma for people who dwell in the unconditioned.
The Vajra Såtra says, “Even dharmas should be relinquished, how much the more so no dharmas.Ÿ
The Buddha said he had not spoken Dharma because he was concerned that people would become attached to the mark of Dharma. (sama seperti sebagian teman - teman yang ada disini) Being attached to Dharma is the same as being attached to self. People’s attachment to emptiness must also be broken.
When the Dharma door of praj¤à is spoken, even emptiness must not become an attachment.
Boleh dicontohkan jawaban yang tidak dualistik? Kalau bisa bukan copy-paste sepanjang puluhan baris, tapi langsung ke intinya saja.
Maaf saya orang bodoh, tidak bisa menghafal seperti saudara - saudara lain yang sangat pintar menghafa sutra/sutta
Maaf saya orang bodoh, tidak bisa menghafal seperti saudara - saudara lain yang sangat pintar menghafa sutra/sutta.Anda mengaku bodoh tapi kok bisa menilai kami ini masih dualistik? Tidak mengandalkan kata-kata, tapi kok bisa menilai dari kata-kata bahwa kami begini-begitu? Ayolah, jangan munafik. Jangan sok pintar lalu pura-pura merendah.
Tetapi paling tidak saya tahu untuk tidak mengandalkan kata - kata.
Dan saya bersyujur karena tidak pintar menghafal seperti saudara . Jika tidak saya bisa menjadi seperti saudara.
ok ok, boleh copy paste deh, Bro Kainyn memang jahat, makanya saya sudah peringatkan hati2 sama beliau.Ini pandangan dualistik, Bro Indra. Janganlah melihat tanda sebagai tanda kalau mau melihat Tathagata. Kendatipun memang jahat, tidak usahlah mengubah sikap menjadi hati-hati karena melihat orang lain jahat, inilah esensi 'jalan tengah'.
ow kl gitu ralat deh, jadi "sok maha kuasa" ^:)^ ^:)^ ^:)^
Ini pandangan dualistik, Bro Indra. Janganlah melihat tanda sebagai tanda kalau mau melihat Tathagata. Kendatipun memang jahat, tidak usahlah mengubah sikap menjadi hati-hati karena melihat orang lain jahat, inilah esensi 'jalan tengah'.
Terjebak kata - kata lagi.
Thread closed ditujukan kepada saya. Paling tidak saya menguasai diri sendiri.
Thread closed
jadi Bro Kainyn sedang mengerahkan jurus "upaya kausalya" di sini?Bukan, saya hanya orang bodoh, bukan seperti djoe yang pintar menghafal dan tidak terbatas kata-kata, belum cukup level untuk jurus pamungkas tersebut.
Bukan, saya hanya orang bodoh, bukan seperti djoe yang pintar menghafal dan tidak terbatas kata-kata, belum cukup level untuk jurus pamungkas tersebut.
Terjebak kata - kata lagi.Semoga
Thread closed ditujukan kepada saya. Paling tidak saya menguasai diri sendiri.
Thread closed
setelah membawa diskusi putar-putar, 'menghakimi' orang lain dualistik tapi tidak beri penjelasan, kemudia pura-pura bodoh dan 'menghakimi' orang lain terbatas pada kata, lalu kabur sepihak dengan ucapan 'semoga semua makhluk berbahagia', amen[/spoiler]
Hanya melihat kata - kata, tidak melihat arti susbstantial dari yang ditulis. Kelemekatan terhadap debu - debu menghalangi anda melihat arti sebenarnya yang saya tulis.
jawab dulu pertanyaan gw apakah itu termasuk menghormati Buddha, dgn menghormati kepercayaan yg berpandangan salah? wkwkw malah dijawab dgn syair wkwkwkw =))
u harus jadi "orang bodoh" baru bisa ngerti syair itu =)) =)) =))
Demikianlah kalau saya mencuri dari orang-orang DC, jangan nilai saya sebagai pencuri, tapi sebagai guru yang mengajari kalian. Ingatlah: dunia tanpa kejahatan adalah sekolah tanpa guru. Maka budayakanlah perbuatan jahat, demi pelajaran bagi orang lain.
Nyambung ga sih?
saya khawatir "bathin"-nya djoe sudah penuh dengan dosa mula citta...
omitohud sancai sancai...
Demikian saya juga mengkhawatirkan "bathin" teman teman sudah penuh dengan dosa mula citta...
omitohud sancai sancai...
Demikianlah kalau saya mencuri dari orang-orang DC, jangan nilai saya sebagai pencuri, tapi sebagai guru yang mengajari kalian. Ingatlah: dunia tanpa kejahatan adalah sekolah tanpa guru. Maka budayakanlah perbuatan jahat, demi pelajaran bagi orang lain.
Nyambung ga sih?
Kalau saya pasti tidak... karena GRP yang +1 itu saya yang berikan untuk anda bro... TETAP SEMANGAT... wkwkwkwkwkwk
sama dong
Kalau saya pasti tidak... karena GRP yang +1 itu saya yang berikan untuk anda bro... TETAP SEMANGAT...
Semoga anda tidak
anda pasti berbohong dengan sengaja karena anda tidak bisa memberikan GRP, berbeda dengan Bro Dilbert yg memang bisa memberikan GRP
Siapa yang berbohong, mana GRP yg saya terima.
Kalau saya sudah kasih
Tetapi gak usahlah
;D
Jurus 1000 syair. =))
Ada yang tahu arti vjarachideka?Bukan vjarachideka tapi Vajracchedika, kalau tidak salah artinya adalah "pemotong berlian". Berlian adalah materi terkeras dan susah dihancurkan, sama seperti pandangan 'atta' yang susah ditinggalkan.
Bukan vjarachideka tapi Vajracchedika, kalau tidak salah artinya adalah "pemotong berlian". Berlian adalah materi terkeras dan susah dihancurkan, sama seperti pandangan 'atta' yang susah ditinggalkan.
Bukan vjarachideka tapi Vajracchedika, kalau tidak salah artinya adalah "pemotong berlian". Berlian adalah materi terkeras dan susah dihancurkan, sama seperti pandangan 'atta' yang susah ditinggalkan.
Demikianlah kalau saya mencuri dari orang-orang DC, jangan nilai saya sebagai pencuri, tapi sebagai guru yang mengajari kalian. Ingatlah: dunia tanpa kejahatan adalah sekolah tanpa guru. Maka budayakanlah perbuatan jahat, demi pelajaran bagi orang lain.Ajaran dharma master Kainyn_Kutho.
Nyambung ga sih?
Bukanya kita harus bercermin dari yg baik maupun yang buruk?
Bukanya kita harus bercermin dari yang lebih muda atau lebih tua dari kita?
Bukanya kita harus bercermin dari yang bijaksana atau yang kurang bijaksana?
Bukanya kita harus bercermin dari seorang penjahat?
Pengetahuan membuat anda menjadi buta akan dharma sehingga tidak bisa melihat disekeliling kita baik yang kotor maupun yang bersih bisa menjadi guru kita?
Vajracheddika = pemotong intan...Berlian = intan 'kan?
Berlian = intan 'kan?
Berlian = intan 'kan?
intan = raw material
berlian = yang sudah dipoles dan dipajang di toko perhiasan dgn harga mencekik =))
ya seperti beras dgn nasi doank lah kira2
jadi sutra pemotong intan = sutra laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) ? karena laser bisa untuk motong berlian ?
[at] djoe
Menurut saya, anda seorang yang bermaksud baik mau membagikan pengertian sutra, juga termasuk orang yang sabar, walaupun 'ditekan' oleh banyak pertanyaan, tetap berusaha tidak marah. Tapi sejujurnya, anda belum bisa memahami orang lain dengan baik, belum bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Mungkin kendala bahasa juga karena sepertinya anda menggunakan dialek berbeda. Karena itu saran saya, jangan terlalu memaksakan menjawab. Buatlah orang lain mengerti. Kalau tidak bisa, ya sudah, tidak perlu beralasan 'di atas kata-kata' dan lain sebagainya. Sekian, saya pamit dari diskusi.
[at] djoe
Menurut saya, anda seorang yang bermaksud baik mau membagikan pengertian sutra, juga termasuk orang yang sabar, walaupun 'ditekan' oleh banyak pertanyaan, tetap berusaha tidak marah. Tapi sejujurnya, anda belum bisa memahami orang lain dengan baik, belum bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Mungkin kendala bahasa juga karena sepertinya anda menggunakan dialek berbeda. Karena itu saran saya, jangan terlalu memaksakan menjawab. Buatlah orang lain mengerti. Kalau tidak bisa, ya sudah, tidak perlu beralasan 'di atas kata-kata' dan lain sebagainya. Sekian, saya pamit dari diskusi.
tentu saja anda berbohong, anda belum memiliki persyaratan untuk dapat memberikan GRP, dan Bro Dilbert memberikan tambahan GRP kepada anda sehingga reputasi anda naik dari -1 menjadi 0. jadi apakah anda masih tidak mengakui bahwa anda berbohong? apakah berbohong termasuk dalam ajaran yg anda anut?Saya rasa dia tidak berbohong. Karena dia masih baru di DC jadi dia berpikir thank you itu sebagai GRP. Karena di postingan bro dilbert ada ucapan thank you-nya.
djoe memang bermaksud baik. Tapi dia saat ini sudah terperangkap dalam "niat baik"-nya sendiri. Niat baiknya adalah memberi penjelasan dengan gayanya sendiri, sedangkan gaya itu tidaklah tepat untuk dipakai di forum. Sepertinya djoe begitu terobsesi dengan gaya para tokoh Buddhis yang tampak bijaksana dengan penjelasan berbelitnya. Parahnya dia malah mempraktikkannya di forum yang merupakan media baca. Ini cuma bentuk defence mechanism dari djoe. Sudah, tidak perlu dipaksa. Seperti yang pernah saya bilang dahulu: kalau kita "karuna", kita jangan mendesak terus. Karena semakin didesak, maka akan semakin berlarut.
penting sekali sih MULA CITTA dalam diskusi atau terjun ke THREAD di DC ini... ada orang yang datang mau belajar, sehingga ego-nya di-rendahkan serendah mungkin, ini-lah yang paling "aman" sekira-nya dari "serangan" atau "tanggapan" member member DC yang "galak-galak"...
Ada yang begitu baru terjun ke DC ini sudah MULA CITTA-nya menggurui... Mending kalau pengetahuannya memang luas dan dalam... ada yang baru secetek pengetahuannya sudah SOK SOK-an... KENA DEH sama member member DC yang "gualak gualak"
*** PISSSSS
baru tau saya om , kalau member DC galak galak :-? ;D :hammer: ^:)^ ^:)^
sebenarnya bukan galak, cuma 'sedikit kritis' :)
tujuannya utk meluruskan yang 'kurang lurus 8->
baru tau saya om , kalau member DC galak galak :-? ;D :hammer: ^:)^ ^:)^
Apa yang dimaksud meluruskan yang kurang lurus? Apa patokan kelurusan itu?
Apakah menggunakan waterpas?
Apa yang dimaksud meluruskan yang kurang lurus? Apa patokan kelurusan itu?
Apakah menggunakan waterpas?
Kalau yang saya tahu dirumah teman ada anjing herder galak.
menggunakan water pas, utk peralatan konstruksi bangunan
tidak digunakan utk mengukur Dhamma :))
jangan main2 ama anjing tetangga, bisa tegigit lho ^-^
OBAMA, jangan khawatir musuh lama, OSAMA sudah pindah alam oleh tim 6 SEAL =)) =))
Waterpas sdh kuno, sekarang diganti dengan yg pakai laser. ;DYa kalau tukang dinegara maju memakai laser. Tetapi tukang di Indonesia kebanyakan masih menggunakan water pas. Jadi apakah laser bisa dijadikan ukuran?
Dan supaya Obama tidur nyenyak tidak dihantui Osama, di pintu kamarnya dipasang foto Team 6 SEAL. :)) :))
menggunakan water pas, utk peralatan konstruksi bangunan
tidak digunakan utk mengukur Dhamma :))
Ya kalau tukang dinegara maju memakai laser. Tetapi tukang di Indonesia kebanyakan masih menggunakan water pas. Jadi apakah laser bisa dijadikan ukuran?
Osama telah diceburkan dilaut sehingga telah menjadi hantu terotorial laut saja dan daku ada didarat jadi aman dan didepan kamar saya sudah dipasang salib , hu ,Buddha rupang dan minyak babi untuk menghindari pasukan darat osama yang telah menjadi hantu.
Jadi apa yang dijadikan ukuran Dhamma?
Segala sesuatu tidaklah kekal dan abadi. Segala sesuatu yang dilahirkan pasti mengalami tua, sakit dan mati. Inilah fakta sejati. Inilah kebenaran / dharma sejati. Dharma / kebenaran sejati tidak membeda - bedakan, tidak ada pandangan dualistic disitu.
Kebenaran sejati ini lahir dari kebenaran sejati akan ketidak tetapan \ ketidak kekalan.
Kita harus melihat segala sesuatu adalah sama (equality) dalam hal ketidak-tetapan/ketidak-kekalan. Segala sesuatu adalah setara, tidak ada pandangan dualistic disitu. Tidak menolak atau menerima semua kemelekatan. Mereka hanya fenomena dan bersifat tidak tetap. Muncul dan lenyap setiap saat. Ketika batin ada keheningan, itu tidaklah tetap. Ketika batin ada kekotoran, itu juga tidak tetap.
Jika kita mempunyai pandangan yang membeda - bedakan, maka kita tidak sejalan dengan dharma \ kebenaran sejati.Jika kebenaran sejati ini membeda - bedakan, maka ada yang dilahirkan tetapi tidak mengalami tua, sakit dan mati. Maka dharma tersebut tidak sejati dan tidak bisa dikatakan kebenaran sejati karena dharma tersebut berkondisi. Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal dan akan lenyap.
Dengan mengamati segala sesuatu seperti apa adanya, maka kita bisa lihat segala sesuatu memaparkan dharma / kebenaran sejati tersebut. Ketika kita melihat sesuatu, batin kita selalu berkutat dalam pandangan dualistic dan kita bertindak sesuai dengannya. Ketika ada kesakitan, kita menolaknya dan sehingga kita mengeluh, marah dst. Kita melakukan segala upaya untuk menghindari kesakitan tersebut. Ketika tidak ada kesakitan kita menerima dengan senang dan melakukan segala upaya agar kita tetap nyaman dalam keadaan tersebut.
Seperti itulah Jika kita mempunyai pandangan dualistic terhadap setiap dharma yang muncul / segala sesuatu yang ada disekeliling kita dan menjadi terjebak didalamnya dan tidak bisa melihat kebenaran sejati dari dharma tersebut. Jika kita melihat segala sesuatu adalah tidak tetap dan tidak kekal, maka kita melihat kebenaran sejati dari segala sesuatu / dharma yang ada disekeliling kita muncul dan lenyap setiap saat.
Tak terkecuali juga ketika kita melihat seorang penjahat. Jika kita melihat seorang penjahat dan kita mempunyai pandangan dualistic maka kita akan terjebak didalamnya dan batin menjadi sibuk menerima atau menolak dan lupa akan kebenaran sejati yang dipaparkan oleh seorang penjahat.
Jika kita tidak mempunyai pandangan dualistic, maka kita tidak bisa melihat kebenaran sejati yang dipaparkan/direfleksikan oleh seorang penjahat (semua dharma disekeliling kita, tidak melihat agama, golongan).
Ketika seorang tidak bisa melihat dengan benar segala sesuatu, maka ia akan mengikuti jalan lain. Ia akan mengikuti jalan yang bertentangan dengan kebenaran sejati. Ia tidak memahami segala sesuatu tidaklah tetap. Dan terjebak dengan kesenangan duniawi. Sehingga batinnya dipenuhi dengan kekotoran batin. Ia akan berbuat apa saja untuk mencari kesenangan duniawi. Ia melekat kepada segala sesuatu yang tidak tetap dan tidak memuaskan. Semakin ia mencari kesenangan duniawi hanya untuk nafsu dan keinginannya, maka semakin ia jauh dari kebahagiaan dan semakin ia menderita.
Contoh diatas dikatakanlah ia seorang penjahat. Tidak bisakah anda melihat seorang penjahat merefleksikan kebenaran sejati tersebut? Mereflesikan dharma yang diajarkan oleh Buddha?
Seperti itulah saya juga belajar dari anda sekalian. Karena itu saya berterima kasih dari kepada adan semua para guru kebenaran sejati, karena setiap dari anda memaparkan kebenaran sejati kepada saya.
Karena itu, jangalan kita terjebak dalam asli dan palsu dan tidak bisa melihat kebenaran sejati tersebut. Kebenaran sejati itu ada dan melekat di dalam setiap dharma/ segela sesuatu yang ada disekeliling kita, tidak peduli agama anda apa, kaya miskin, tua muda, penjahat orang baik. Semua nya memaparkan/merefleksikan kebenaran sejati, dharma yang hidup dan bukan hitam diatas putih.
Lihat ini
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=735.0;message=345279 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=735.0;message=345279)
Ketika anda melihat seseorang mengatakan asli atau palsu, maka anda kan melihat kebenaran sejati yang direfleksikannya dan menyadari kebenaran sejati dari Dharma yang yang diajarkan oleh Sang Buddha
Ketika anda melihat seseorang begitu melekat kepada agamanya, maka anda akan melihat kebenaran sejati yang direfleksikannya dan menyadari kebenaran sejati dari Dharma yang yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Ketika anda melihat seseorang memotong kambing, anda akan melihat kebenaran sejati yang direfleksikannya dan menyadari kebenaran sejati dari Dharma yang yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Anda akan melihat sebab dan akibat dari setiap dharma yang anda jumpai.
Sutra yang tertulis hanyalah kata - kata, tidak mewakili kebenaran sejati, tidak ada sesuatu apapun disana, yang ada tinta diatas kertas. Kenapa anda melekat kepadanya dan lupa akan tujuan dari keberadaannya? Segala sesuatu yang ada disekeliling kitalah adalah dharma yang sejati, dharma yang hidup, dharma yg mewakili kebenaran sejati yang diajarkan sang Buddha. Kita bisa melihat dalam diri setiap orang, jika anda tidak sejalan dengan dharma , maka anda akan menderita. Jika batin anda ada ketamakan, kebencian, kebodohan maka anda akan menderita dan tidak bisa mencapai nibbana. Jika batin anda tidak ada kemelekatan, tidak ada kekotoran batin, maka anda adalah Buddha hidup, Dharma hidup.
oleh karena itu tujuan dari tulisan panjang lebar di atas adalah untuk mengalihkan topik. agar melenceng semakin jauh, silakan baca ini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20274.msg346047;topicseen#msg346047 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20274.msg346047;topicseen#msg346047)
Pikiran / Ide "mengalihkan/ melenceng" itu melekat / ada ditulisan di atas atau ada / melekat di dalam pikiran anda yang mengelabui sehingga muncul suatu kondisi yang ada anggapan melenceng?
Tulisan diatas ada kesimpulan ataupun topik yang ingin saya sampaikan dan mengajak kita semua tidak berkutat dalam asli dan palsu
apa salahnya melakukan uji asli/palsu? apakah menurut anda adalah lebih baik menganggap sesuatu yg palsu sebagai asli?
Anda tidak menyimak seperti yang sudah s-udah terhadap postingan saya, selalu menangkap dari sisi lain
Bro Joe, anda sudah "terprogram" untuk mendebat saya tanpa menilai tulisan saya
Joe: saya mengajak kita semua tidak berkutat dalam asli dan palsu.
Indra: apa salahnya melakukan uji asli/palsu? apakah menurut anda adalah lebih baik menganggap sesuatu yg palsu sebagai asli?
Joe: anda tidak menyimak, selalu menangkap dari sisi lain.
biar bagaimana pun membaca dialog di atas, tetap aja jawaban terakhir anda yg melenceng.
Yah sudah, saya kalah anda menang deh. Kita udahin aja.
Saya minta maaf jika ada ucapan yang menyinggung
Semoga semua makhluk berbahagia selalu
_/\_
saya terima jika anda ingin menyudahi "debat" kita, tapi sbg penutup saya harus menegaskan bahwa saya tidak sedang berkompetisi dengan anda, jadi tidak ada "menang" atau "kalah" bagi saya. saya kebetulan membaca suatu pandangan dan menanggapi pandangan itu, jika pandangan itu berbeda dengan pandangan saya, saya akan mengujinya, jika terbukti tahan uji, saya akan mengubah pandangan saya menuruti pandangan yg baru itu. dan saya tidak merasa "kalah" jika menerima pandangan orang lain dan meninggalkan pandangan salah saya, juga saya tidak merasa "menang" jika ternyata pandangan orang lain terbukti salah.
mengatakan "saya kalah anda menang" menunjukkan bahwa sejak awal anda memang berniat untuk melawan/mendebat saya bukan untuk berdiskusi
saya terima jika anda ingin menyudahi "debat" kita, tapi sbg penutup saya harus menegaskan bahwa saya tidak sedang berkompetisi dengan anda, jadi tidak ada "menang" atau "kalah" bagi saya. saya kebetulan membaca suatu pandangan dan menanggapi pandangan itu, jika pandangan itu berbeda dengan pandangan saya, saya akan mengujinya, jika terbukti tahan uji, saya akan mengubah pandangan saya menuruti pandangan yg baru itu. dan saya tidak merasa "kalah" jika menerima pandangan orang lain dan meninggalkan pandangan salah saya, juga saya tidak merasa "menang" jika ternyata pandangan orang lain terbukti salah.
mengatakan "saya kalah anda menang" menunjukkan bahwa sejak awal anda memang berniat untuk melawan/mendebat saya bukan untuk berdiskusi
Sebagai penutup biarlah orang netral yang menilai
Apakah saya seperti itu seperti anda dan teman - teman anda katakan?
Apakah anda seperti yang anda kata tentang anda diri sendiri? (Anda memberi opini yg mengarahkan ke suatu keadaan tentang diri anda sendiri)
Saya tidak ingin berkomentar tentang diri sendiri dan orang lain dan memberi opini mengarahkan tentang orang lain seperti itu , seperti ini. Karena menyesatkan orang yang membaca.
Biarlah other member netral yang minilai. Sepertinya saya disini sendiri aja. Maklum orang baru
Saya rasa dia tidak berbohong. Karena dia masih baru di DC jadi dia berpikir thank you itu sebagai GRP. Karena di postingan bro dilbert ada ucapan thank you-nya.
wow. hebattttt :D
kalau memang hebat harus dikatakan hebat
kalau mengatakan 'hebat' tapi berupa sindiran, itu juga suatu 'mas alah'
tahukah anda bahwa mahayana sama sekali bukan aliran, mahayana adalah sejenis kendaraan
yoi kendaraan yang besar... tapi sutra intan bagus kok kalau dibaca...trus katanya pahalanya banyak kalau baca ini katanya, keren....tapi memang bener ya?
bisa kasih liat saya sutra intan?
bahkan kebanyakan umat mahayana pun tidak tahu terjemahan judulnya. apalagi isinya.
tapi itu bukan sutra intan.
o..beda to..saya kira itu...nama inggrisnya juga vajra cutter...diamond sutra kan vajra cutter sama, tapi isinya bagus kok yang vajra cutter...
terjemahan indonya yang sutra intan mana? thx
Vajracheddika Prajna Paramita Sutra
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=11960.0
kalo bagi TS Diamond Sutra dan Prajna Paramita Sutra itu palsu, ya sudah... TS tidak perlu percaya dan tidak usah dibaca.
Tidak ada yang memaksakan TS harus percaya pada sutra2 tsb. Memang sangat sulit membongkar tembok pikiran kita yg cenderung berpandangan salah, dimana krn kita semua masih memiliki kegelapan bathin. :))
kalo menurut bro adi itu sindiran atau memang hebat????? ayo dijawab :))
hanya bro b.demon diri sendiri yang tahu, ^-^
maaf, saya tidak punya abhinna :P
Kalo gt jgn byk berprasangka dan menilai org OK
makanya jgn asal prasangka, saya jawab nich. bagiku jawaban bro indra yg itu hebat. makanya saya kasih thanks ke dia,. kagak liat ada thanks ya eluuuuuuuuu. karena nga bs GRP makanya kasih thanks haiz
Bicara tentang asli atau palsunya sebuah sutra atau sutta, saya sangat tertarik dengan sebuah artikel yang ditulis oleh Leigh Brasington tentang cara menyikapi hal demikian jika membaca berbagai kejangalan dalam sutta2 Buddhis. Ia berkata:
"Read lots of suttas looking for practices the Buddha repeatedly says you should do - and then go do them. Don't worry too much about the stories, contradictions, mythology, etc. Remember the Buddha was only concerned about showing the way to end dukkha - find his instructions concerning this and follow them"
Sumber: http://www.leighb.com/palisuttas.htm (http://www.leighb.com/palisuttas.htm) atau http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20313.msg347717;topicseen#msg347717 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20313.msg347717;topicseen#msg347717)
Menurut saya, umat Mahayanis dapat mencontoh sikap ini: Jangan ambil pusing dengan berbagai pertanyaan asli atau palsunya sebuah sutra, apalagi telah diakui secara luas oleh para master dalam Mahayana sebagai sutra yang berisi petunjuk yang benar. Jadi ikuti saja instruksinya dan jalani praktik Anda. Biarkan saja diskusi semacam ini berlangsung, keraguan dan pertanyaan demikian adalah hal yang natural, pertahankan praktik kita.
Setuju, jangan berkutat pada asli dan palsu
Kalo asli & palsu ga bole dibedakan, yg AsPal pun jd :P
_/\_ SSBS
Sometime, bahkan sy sendiri tidak memahami apa yg sy pikirkan (mungkin ini efek kosong berisi isi=kosong) :)
Jd sy jg bingung jwbn terbaik tuk pertanyaan Bro Wang _/\_
_/\_ Mohon dimaklumi, logika sy tlh membingunkan sy sndr
_/\_ SSBS
jika kita memang tidak tau jawaban itu kita lebih memilih diam .
dalam arti tidak asal memberikan jawaban yang OOT dan dapat di salah artikan oleh orang lain.
semua orang pasti memahami, tidak ada jawaban yang terbaik , bagi saya mungkin bagi member lain semua jawaban adalah baik , namun alangkah lebih baiknya , jika kita memang tidak tau jawaban itu kita lebih memilih diam .
dalam arti tidak asal memberikan jawaban yang OOT dan dapat di salah artikan oleh orang lain.
mari kita belajar bersama walau kita tidak bisa memberikan masukan atau apapun , tapi setidaknya akan lebih mudah bagi kita untuk memahami. _/\_
saya juga refleksi diri... kalau tidak tahu, mending diam-diam aja... daripada buat bahasa klise... buat apa ribut-in asli atau palsu...
** piss bro-bro dan sis-sis
jadi maksudnya, orang yg suka mengatakan "buat apa ribut-in asli atau palsu", sebenarnya tidak tahu dan sebaiknya diam saja?
jadi maksudnya, orang yg suka mengatakan "buat apa ribut-in asli atau palsu", sebenarnya tidak tahu dan sebaiknya diam saja?
Sayang tidak semua orang mengerti dan bersikap seperti yang dianjurkan/dikatakan Bro Wang.
Buta kali yah, tetapi tidak buta juga. Mungkin bukan buta pisik, tetapi buta batin, atau mata dan batin banyak kotornyanya.
Sayang tidak semua orang mengerti dan bersikap seperti yang dianjurkan/dikatakan Bro Wang.maaf , saya tidak pernah mengartikan ataupun menganjurkan (memerintahkan) apa yang saya ucapkan seperti ini, apa yang saya maksud dari ucapan saya diatas , jika memang tau ya kasih jawaban, kalau tidak tau ajukan pertanyaan tapi tidak asal memberikan comment. kalau ragu ya mending ikut membaca apa yang di sampaikan di sini.
Buta kali yah, tetapi tidak buta juga. Mungkin bukan buta pisik, tetapi buta batin, atau mata dan batin banyak kotornyanya.
kalau tidak tau ajukan pertanyaan tapi tidak asal memberikan comment. kalau ragu ya mending ikut membaca apa yang di sampaikan di sini.
Sayang tidak semua orang mengerti dan bersikap seperti yang dianjurkan/dikatakan Bro Wang.
Buta kali yah, tetapi tidak buta juga. Mungkin bukan buta pisik, tetapi buta batin, atau mata dan batin banyak kotornyanya.
ya memang buta, adalah lebih baik buta mengaku buta, daripada buta tapi sok tau
Benar, orang buta yang sok tahu.
ini bukan buta, tapi gelap mata, untung kita cuma di forum
Untung saja, karena ada yg gelap mata. ;D
ini bukan buta, tapi gelap mata, untung kita cuma di forum
;D :P
tambah putus asa
lempar handuk putih...
provokator ;D
cheerleader
cheerlady, roknya mana
:P
25/12/2012
bisa menjamin, saya hanya bisa menjamin saya tidak ada unsur sengaja menyelewenginya.
Kalo semua orang takut salah memberikan informasi atau mengajarkannya, kemana lagi kita dan
generasi bekikutnya untuk belajar ?
Oh, ternyata memberi jaminan harus ada kapasitas ya... kapasitas apa ya ? dan bagaimana caranya untuk membuktikan saya ada unsur kesengajaan atau tidak ? kalo jaminannya kepala atau nyawa saya bolehkah ...?
Saya rasa sudah cukup jelas penjelasan saya seblumnya. maksudnya saya kalo sesuatu sudah tidak dapat dibuktikan lagi, ya mau gak mau tinggal anda mau percaya atau tidak, berdasarkan kebijaksanaan anda sendiri.
Karena selamanya tidak mungkin bisa membuktikan saya ada unsur sengaja atau tidak, mau jamin dengan apapun saya tidak akan keberatan...
Saya review sedikit topik usia 5 tahun ini.
TS mempertanyakan apakah The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) palsu atau tidak berdasarkan indikasi adanya istilah hinayana dan mahayana.
Saat kita menelaah teks sutra tersebut dalam bahasa Sanskerta, tidak ditemukan istilah hinayana dan mahayana di dalamnya. Karena kedua istilah yang dianggap sebagai indikasi palsu atau tidak palsu ini tidak pernah ada maka topik ini tidak bisa dibahas lebih lanjut, kecuali ada indikasi-indikasi baru yang diajukan.
Jadi topik ini sebenarnya sudah selesai. Sangat lucu membahas sesuatu yang tidak pernah ada.
Bagi yang baru datang diharapkan memahami tujuan dari sub-forum Studi Sutta/Sutra Reply #26 (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,735.0/message,11646.html)
Senang sekali mendapatkan informasi dari anda. Tapi kalau bisa tolong minta informasinya, di dalam kitab bahasa Sanskerta memakai kata apa ? dan artinya ? tks
Dan di akhir kalimat anda mengatakan diharapkan memahami tujuan dari sub-forum Studi Sutta/Sutra.
Sepahaman saya, forum ini ya sama dengan forum agama Buddha lain, membahas tentang ajaran agama Budda, agar pengetahuan tentang ajaran Buddha kita bisa meningkat. Tapi, sayang sekali, sepertinya saya mendapat respon dari kawan-kawan di sini hanya sekedar mencari debatan. Lihat saya isinya sudah sampai ke soal jaminan dan hipnotis. Apa kawan-kawan mau belajar agama atau mau berlatih skill berdebat biar bisa diundang ke TV One ? ;D terima kasih....
Senang sekali mendapatkan informasi dari anda. Tapi kalau bisa tolong minta informasinya, di dalam kitab bahasa Sanskerta memakai kata apa ? dan artinya ? tks
Dan di akhir kalimat anda mengatakan diharapkan memahami tujuan dari sub-forum Studi Sutta/Sutra.
Sepahaman saya, forum ini ya sama dengan forum agama Buddha lain, membahas tentang ajaran agama Budda, agar pengetahuan tentang ajaran Buddha kita bisa meningkat. Tapi, sayang sekali, sepertinya saya mendapat respon dari kawan-kawan di sini hanya sekedar mencari debatan. Lihat saya isinya sudah sampai ke soal jaminan dan hipnotis. Apa kawan-kawan mau belajar agama atau mau berlatih skill berdebat biar bisa diundang ke TV One ? ;D terima kasih....
Saya tidak tahu apa penyusunan kalimat saya yg kurang jelas, atau salah penanggapan. Maksudnya saya menjamin bahwa saya tidak ada unsur sengaja meyelewengkan apa yang telah diajarkan atau yang diketahui. Dan walaupun tidak ada unsur sengaja, tidak berarti yang dikatakan pasti benar.
Untuk mencari tahu sebuah jawaban yg susah ditemukan perlu pembahasan. Bukan menjamin bahwa yang saya katakan atau bahas pasti benar. Mohon diteliti.
Bukan jaminan bahwa apa yang anda katakan adalah pasti benar yg sedang dibicarakan, melainkan jaminan yang anda berikan pada postingan sebelumnya. silakan anda baca lagi postingan anda sebelumnya.
ya, jaminan yg saya berikan sudah jelas, kamu mau ambil sekarang ? atau mau saya antar sekarang juga ?
Di saat saya mengatakan saya menjamin tidak ada unsur sengaja meyeleweng ajaran atau mengada-ada (hanya mengeluarkan pendapat agar bisa menemukan jawaban, oleh karena itu di penjelasan saya memakai kata "mungkin")
Maksud mengatakan "menjamin" untuk meyakinkan/mengharapkan pembaca percaya ini tidak mengada-ada, walaupun belum pasti benar. kalau saya pastikan benar, ngapain cari-cari jawaban lagi. Kalo tidak memakai kata "menjamin", menurut anda kata apa yang lebih cocok untuk menyusun kalimat yang ingin disampaikan?
Setelah mengatakan "menjamin" dan pembaca percaya ada tidak, ya terserah pada pembaca....Saya tidak keberatan sekalipun pembaca menganggap "oh...ini sangaja ngacau...." kan pendapat org tidak bisa dipaksa....
Tetapi justru anda yang seperti merespon dengan tidak sopan dengan menanyakan jaminan apa yang ditawarkan.
Terdapat kata tantangan lagi....saya rasa anda perlu belajar sopan santun dan hormat dalam berkomunikasi, sebelum anda membenarkan pendirian anda....
Dan disini yg diinginkan adalah mendapatkan jawaban apakah Diamond Sutra Asli atau palsu, bukan soal jaminan. kalo anda mau jamin, boleh datang ambil sekarang juga....ada kepala, nyawa, mobil merci, tanah,
dan lain-lain. Silahkan ambil sekarang juga... ;D
Anda menanyakan jaminan apa yang ditawarkan, kan sudah saya jawab. terus apa lagi yg belum selesai? Detik ini saya menawarkan jaminan, detik ini juga "sudah" diberikan. apa lagi yg belum selesai ? kalo nyawa saya tidak lebih sekedar taik ayam itu artinya sama juga nyawa anda bukan? kan semua manusia itu sama....
Sopan santun, pemahaman setiap org berbeda-beda/relatif. menurut anda tidak ada rasa tidak sopan, menurut saya belum cukup. Karena relatif, maka perlu dimantapkan terus...
Bagi moderator, itu juga relatif. Apalagi sopan santun menyangkut moralitas. Di zaman sekarang sesuatu yang menyangkut moralitas yg begitu relatif, hukum tidak langsung bertindak (contoh kasus Aceng ;D ). Saya juga tidak mengerti kenapa bisa begini, kayaknya tidak seperti zaman dulu.
itu adalah asumsi anda sendiri, menurut saya semua manusia itu unique, saya jelas tidak sama dengan anda, walaupun anda mengaku2 sama dengan saya.
bahkan sopan santun dan pemahaman bisa berbeda2 walaupun anda berpendapat bahwa semua manusia itu sama, setidaknya cobalah untuk konsisten
Ya, itu menurut anda, tidak bisa saya memaksa. Menurut saya semua manusia sama, karena berdasarkan apa yg diajarkan di Diamond Sutra dan Sutra lainnya, "Tidak ada konsep Aku, Manusia, Makhluk Hidup, Kehidupan"
2 (2) Makhluk
Di Sàvatthi. Sambil duduk di satu sisi, Yang Mulia Ràdha berkata kepada Sang Bhagavà: [190] “Yang Mulia, dikatakan, ‘makhluk, makhluk.’ Bagaimanakah, Yang Mulia, seseorang disebut makhluk?”
“Seseorang terjerat, Ràdha, terjerat erat, dalam keinginan, nafsu, kesenangan, dan kegemaran terhadap bentuk, oleh karena itu ia disebut makhluk.244 “Seseorang terjerat, Ràdha, terjerat erat, dalam keinginan, nafsu, kesenangan, dan kegemaran terhadap perasaan … terhadap persepsi … terhadap bentukan-bentukan kehendak … kesadaran, oleh karena itu ia disebut makhluk.
“Misalkan, Ràdha, beberapa anak laki-laki dan perempaun bermain istana pasir. Selama mereka memiliki nafsu, keinginan, kasih sayang, dahaga, kerinduan, dan kegemaran akan istana-istana pasir itu, maka mereka menyayanginya, bermain dengannya, menghargainya, dan memperlakukannya sebagai milik pribadinya. Tetapi ketika anak-anak itu kehilangan nafsu, keinginan, kasih sayang, dahaga, kerinduan, dan kegemaran akan istana-istana pasir itu, maka mereka menghamburkannya dengan tangan dan kaki mereka, membongkar, menghancurkan, dan membuatnya tidak dapat lagi dijadikan permainan.
“Demikian pula, Ràdha, hamburkanlah bentuk, bongkarlah, hancurkanlah, dan buatlah sehingga tidak dapat lagi dijadikan permainan; berlatihlah demi hancurnya keinginan. Hamburkanlah perasaan … hamburkanlah persepsi … hamurkanlah bentukan-bentukan kehendak … hamburkanlah kesadaran, bongkarlah, hancurkanlah, dan buatlah sehingga tidak dapat lagi dijadikan permainan; berlatihlah demi hancurnya keinginan. Karena hancurnya keinginan, Ràdha, adalah Nibbàna.”
itu adalah asumsi anda sendiri, menurut saya semua manusia itu unique, saya jelas tidak sama dengan anda, walaupun anda mengaku2 sama dengan saya.
bahkan sopan santun dan pemahaman bisa berbeda2 walaupun anda berpendapat bahwa semua manusia itu sama, setidaknya cobalah untuk konsisten
Ada individu yang berpegangan erat, bahwa segala sesuatu harus konsisten. sepertinya berkonsisten adalah pernyataan pada diri yg berpendirian. Tapi ada individu yg berada pada level pemahaman tidak pasti konsisten, apalagi menjadi kaku. Semua tergantung kondisi. Tergantung dipandang dari sudut mana. Demikian juga sopan santun yg relatif atau berbeda-beda, kalo dipandang perindividu. Manusia semua sama kalo dipandang dengan hati tanpa ke-aku-an dan tanpa egois.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ada yg disebut makhluk, misalnya dalam SN 23.2, sutta Pali ini tentunya juga terdapat dalam Sankrit dalam Saṃyuktāgama, silakan anda membantahnya
Di dalam Sutra ini sendiri sudah terdapat jawabannya kok.mohon izin nimbrung dikit ya,
"Ada yg disebut Makhluk", makhluk muncul atau tercipta karena perasaan, keinginan, nafsu. Makhluk lenyap ketika lenyapnya perasaaan, keinginan, nafsu. Anda melihat manusia berbeda-beda (unik), karena anda melihat dengan keinginan dan nafsu (lebih melekat lagi dan yakin sekali bahwa manusia itu unik, kalau dilihat, dirasakan, dan direnungkan dengan sambil membawa perasaan egois, harga diri dsbnya).
Melihat manusia itu sama adalah melihat dengan hati tanpa nafsu/keinginan, tanpa egois, apalagi disertai timbulnya raasa cinta kasih.
kesimpulan:bagaimana bisa tao kalau bro pudji adalah org yg berpendidikan ?
karena anda tidak konsisten maka dari teori anda, anda adalah diri yg tidak berpendirian.
kesimpulan:Benar....
karena anda tidak konsisten maka dari teori anda, anda adalah diri yg tidak berpendirian.
Di dalam Sutra ini sendiri sudah terdapat jawabannya kok.
"Ada yg disebut Makhluk", makhluk muncul atau tercipta karena perasaan, keinginan, nafsu. Makhluk lenyap ketika lenyapnya perasaaan, keinginan, nafsu. Anda melihat manusia berbeda-beda (unik), karena anda melihat dengan keinginan dan nafsu (lebih melekat lagi dan yakin sekali bahwa manusia itu unik, kalau dilihat, dirasakan, dan direnungkan dengan sambil membawa perasaan egois, harga diri dsbnya).
Melihat manusia itu sama adalah melihat dengan hati tanpa nafsu/keinginan, tanpa egois, apalagi disertai timbulnya raasa cinta kasih.
Benar....
Dan sampai di sini dan kondisi ini, yg tidak berpendirian lebih pantas dihormati daripada yg berpendirian. karena yg tidak berpendirian telah memberi sumbangan untuk meningkatan pengetahuan tentang sopan santun, telah mengingatkan kembali ajaran Sutra. Yg berpendirian masih mempedulikan harga diri sendiri, memikirkan setelah menang debat merasa pintar dan bangga.
mohon izin nimbrung dikit ya,
bagaimana manusia bisa sama ? ada yg suka tanya,
tapi ada juga yg tidak suka menjawab.
Nahhh manusia itu sama dlm hal apa tohh ?
bagaimana bisa tao kalau bro pudji adalah org yg berpendidikan ?
kalau cuma lulusan TK apakah juga termasuk berpendidikan ? nahhh
jadi inti permasalahannya adalah tuntutan untuk dihormati, begitu? bukan begitu cara orang dihormati di sini.Bukan menuntut untuk dihormati. Tapi meningkatkan sikap sopan santun. Bagaikan di suatu tempat walaupun tidak ada maling/penjahat, tapi tetap harus ada pos polisi...
Bukan cara begitu dihormati disini, tapi juga bukan cara meremehkan org disini.
Bukan menuntut untuk dihormati. Tapi meningkatkan sikap sopan santun. Bagaikan di suatu tempat walaupun tidak ada maling/penjahat, tapi tetap harus ada pos polisi...
mohon izin nimbrung dikit ya,
bagaimana manusia bisa sama ? ada yg suka tanya,
tapi ada juga yg tidak suka menjawab.
Nahhh manusia itu sama dlm hal apa tohh ?
bagaimana bisa tao kalau bro pudji adalah org yg berpendidikan ?
kalau cuma lulusan TK apakah juga termasuk berpendidikan ? nahhh
Bukan menuntut untuk dihormati. Tapi meningkatkan sikap sopan santun. Bagaikan di suatu tempat walaupun tidak ada maling/penjahat, tapi tetap harus ada pos polisi...
Anda menanyakan jaminan apa yang ditawarkan, kan sudah saya jawab. terus apa lagi yg belum selesai? Detik ini saya menawarkan jaminan, detik ini juga "sudah" diberikan. apa lagi yg belum selesai ? kalo nyawa saya tidak lebih sekedar taik ayam itu artinya sama juga nyawa anda bukan? kan semua manusia itu sama....
1 Tapi siapakah Pudji itu sehingga bisa memberikan jaminan ?1 Pudji adalah orang yg mempunyai hak memberi jaminan. Semua org berhak memberi jaminan sesuai hukum.
2 Apakah jaminannya memenuhi syarat ? bagaimana validasinya ?
3 pawang hujan setelah terima duit, sering menjamin tidak hujan,...
tapi hujan pun kadang kala turun, serta uang tidak kembali.
jadi bagaimana proses jamin menjamin ini
bisa kredibel dan terlaksana dgn baik ?
4 bila jaminan gagal, gimana menagihnya ?
mohon masukannya...
1 Pudji adalah orang yg mempunyai hak memberi jaminan. Semua org berhak memberi jaminan sesuai hukum. Tidak perlu harus siapa-siapa.[/b]
ada jaminan, ada garansi toko, ada garansi resmi distributor...
memanglah jaminan ini paling lemah, biasanya cuma berarti jamian MULUT...
dan semua org bisa buka mulut mengatakan JAMINAN...tapi itu tidak benyak berarti..
2 Saya bilang memenuhi syarat ya memenuhi syarat. Jika dianggap tidak memenuhi syarat, buktikan. Sejak mengatakan menjamin, sudah otomatis valid.
kecap selalu no.1, apa lagi soal jaminan.... lain hal kalau jaminan dikaitkan pihak ke3 (spt bank) yg dpt mencairkan sejumlah duit bila yg dijaminkan tidak sesuai...
3 Saya bukan pawang hujan. duit sudah terima hujan tidak turun, silahkan tanya ke pawang hujannya. Kredibel atau tidak, harus anda yg buktikan sendiri.
maksudnya, ucapan jaminan udah sering digunakan spt promosi...
4 Bila jaminan gagal, prosedur penagihan sesuai dgn hukum yg berlaku. Silahkan tanya pada pengacara atau konsultan hukum anda.
Nahh sekali lagi, pertakaan jamin menjamin gak banyak kredibilitasnya.... apalagi sumpah sekalian pun....
Saya cuma penasaran "nirbana" ini makanan apa yah? Saya tahunya ada (telpon) 'nirkabel' atau (pesawat) 'nir-awak', tapi belum tahu tentang nirbana ini.nirlaba
Manusia semua sama dalam hal :
Lahir, tua, sakit, dan mati. Anda diberi umur 60 tahun atau 100 tahun usianya, pada tahun ke 101, tetap sama.
Buddha tidak mengharapkan manusia berkonsentrasi pada kehidupan sesaat, (100 tahun, 1000 tahun adalah sesaat)
dan manusia dirasakan berbeda/unik ketika berkonsentrasi dalam waktu sesaat (100 tahun, 100 tahun). Manusia dipandang ketika melepas dari kemelekatan sesaat, alias mencapai Nirbana.
Saya cuma penasaran "nirbana" ini makanan apa yah? Saya tahunya ada (telpon) 'nirkabel' atau (pesawat) 'nir-awak', tapi belum tahu tentang nirbana ini.
[/b]Jaminan yg harus pake mulut ya pake mulut. gak bisa pake hidung dll. Malah jaminan saya selain pake mulut, juga jelas tertera pada forum ini. Kapanpun ada bukti sebagai pernyataan dari saya. Jika anda sanggup mengaitkan pihak ketiga spt Bank dlm hal ini, saya lebih setuju. Saya tidak masalah mau dikaitkan dengan siapapun. Karena berani menjamin berarti berani bertanggung jawab. Tidak ada yg perlu dikhawatirkan. Mungkin di kalangan pergaulan di situ terdapat banyak org yg hanya sampai di mulut saja. Tapi maaf, kalangan saya di sini tidak pernah ada yg meleset kalo menjamin sesuatu. Itulah yg namanya pengaruh lingkungan. Sudah saya bilang, percaya atau tidak, terima atau tidak, terserah. Bagi yg tidak percaya atau tidak terima, boleh memilih diam saja. karena mereka juga tidak bisa menuntut apa-apa bukan ? Apa yg mau anda tuntut ? Bilang saya menjamin hanya dgn mulut, sedangkan yg protes juga hanya pake mulut dan hanya sampai di mulut saja bukan ?
thx bro Pudji telah menjawab.... terimalah pujian dan cumi...utk itu..
bold : siapa yang 'berkuasa' dapat memberi dan menentukan usia manusia !! :oYg dimaksud anda diberi umur...., artinya kalo anda hidup sampai umur sekian, sekian. Bukan siapa yg menentukan.
Yg dimaksud anda diberi umur...., artinya kalo anda hidup sampai umur sekian, sekian. Bukan siapa yg menentukan.
Kalo di agama Buddha, sering disebut karma sendiri yg menentukan.
Kalo di agama lain biasanya disebut Tuhan yg menentukan.
Sebenarnya sama saja.
Yg dimaksud anda diberi umur...., artinya kalo anda hidup sampai umur sekian, sekian. Bukan siapa yg menentukan.menurut saya menggunakan kata diberi,itu suatu kesalahan atau tidak tepat-----ini versi Buddha,
Kalo di agama Buddha, sering disebut karma sendiri yg menentukan.
Kalo di agama lain biasanya disebut Tuhan yg menentukan.
Sebenarnya sama saja.
Contoh lain : "Anda dianugerahi bakat seni yg tinggi". Artinya memang sudah begitu adanya anda memiliki bakat seni.
Bukan siapa yg berkuasa memberimu bakat seni.
Contoh lain : "Anda dianugerahi bakat seni yg tinggi". Artinya memang sudah begitu adanya anda memiliki bakat seni.
Bukan siapa yg berkuasa memberimu bakat seni.
jika dilihat dari pernyataan anda, berarti tuhan penguasa agama tetangga dan karma adalah sama, begitukah !Maaf teman, saya kurang begitu paham maksud kalimat diatas, "Tuhan adalah penguasa tetangga dan karma adalah sama...?" kalo bisa tolong minta penjelasannya, dan agar bisa saya jelaskan dgn tepat. terimah kasih.
atau memang anda juga percaya adanya tuhan yang menentukan walaupun anda mengakui buddhis, begitukah !
jika benar, boleh dibabarkan lebih detail, demi manfaat umat forum DC bisa menambah pengetahuan dengan penjelasan yang lebih lengkap.
menurut saya menggunakan kata diberi,itu suatu kesalahan atau tidak tepat-----ini versi Buddha,
kalau awalan di(beri) berarti ada yang mem(beri).
perbedaannya ada di sini-----
saat di usia 70 saya terkena penyakit cancer,dokter mengatakan usia saya hanya sisa sekitar 1 tahun,setelah itu bisa ada berapa kemungkinan,saya pasrah menunggu kematian,bisa mencari pengobatan alternatif,bisa ke singapore cari dokter yang lebih hebat dsb.
bermacam macam reaksi saya itulah akan menentukan hari kematian saya,bisa sebelum 1 tahun ,bisa pas 1 tahun ,bisa juga lebih dari 1 tahun,jadi usaha saya sendirilah yang akan menentukan tanggal kematian saya,mungkin juga ada kaitan karma yang lalu,tapi yang jelas bukan atas jasa atau keputusan xxx atau Tuhan.
mungkin ada akan mengatakan sepperti ini----dari usaha anda itulah maka tuhan memberikan .
tapi saya akan menyatakan----itu bukan sebuah pemberian,tapi itu adalah hak saya.
sang pemberi biasanya terkait dengan kehendak atau memiliki keinginan.----punya hasrat.
Saya juga setuju dengan pernyataan anda. anda diberi umur sekian, sebenarnya cukup saja langsung, "Anda hidup sampai umur sekian". Tapi, ya bigitulah sejak dulu penyusunan sebuah kalimat yang mau enak didengar, atau kebiasaan, atau apa saya tidak tahu juga. Oleh karena itu saya memberi penjelasan yg cukup panjang lebar di sub forum ini, juga tentang pemahaman saya ketika membaca kitab dari agama lain...tks
Pikir-pikir pembahasan sampai disini sudah terlalu jauh dari tema posting sebelumnya, tentang Diamond Sutra. Mau nanya apa nanti saya bisa ditegur oleh moderator ? ;D ...Tapi kalo mau lanjut pembahasannya, apa harus pindah forum saja ?
Saya juga setuju dengan pernyataan anda. anda diberi umur sekian, sebenarnya cukup saja langsung, "Anda hidup sampai umur sekian". Tapi, ya bigitulah sejak dulu penyusunan sebuah kalimat yang mau enak didengar, atau kebiasaan, atau apa saya tidak tahu juga. Oleh karena itu saya memberi penjelasan yg cukup panjang lebar di sub forum ini, juga tentang pemahaman saya ketika membaca kitab dari agama lain...tks
Pikir-pikir pembahasan sampai disini sudah terlalu jauh dari tema posting sebelumnya, tentang Diamond Sutra. Mau nanya apa nanti saya bisa ditegur oleh moderator ? Tapi kalo mau lanjut pembahasannya, apa harus pindah forum saja ?
Buat thread baru saja,kita ngobrol tentang Tuhan anda dan Tuhan saya,yang jelas 2 karakter yang anda jelaskan beda dengan pemahaman saya.Ok, mari kita pindah ke thread baru. Di forum Diskusi Umum, Topik Siapa atau apa yang berkuasa dan pengatur alam semesta-----
TopikNya siapa atau apa yang berkuasa dan pengatur alam semesta-----
Maaf teman, saya kurang begitu paham maksud kalimat diatas, "Tuhan adalah penguasa tetangga dan karma adalah sama...?" kalo bisa tolong minta penjelasannya, dan agar bisa saya jelaskan dgn tepat. terimah kasih.
Yg saya maksud "sama" di sini, karena Tuhan yg disebutnya, masih belum ada kalimat yg bisa dijelaskan. Sedangkan karma, org lebih jelas, sedangkan Tuhan yg dimaksudnya mencakup semuanya, termasuk karma.
Kalo tentang percaya atau tidak adanya Tuhan yg menentukan segala sesuatu, ini saya coba memberi penjelasannya.
"Tuhan menentukan sesuatu, atau segalanya"......Sebelum kita vonis atau ambil kesimpulan bahwa apa yg dianggap, atau dipercayai oleh org yg mengatakan kalimat itu, pertama, kita harus mengerti atau mencari tahu yg dimaksud Tuhan dari org yg menyampaikan itu seperti apa pemahamannya.
1). Jika telah diketahui bahwa, dia membayangkan ada sesosok "Maha Dewa atau Super Dewa" sebagai Tuhan, (walapun katanya tidak bisa dibayangkan wujud dari Tuhan itu sendiri), maka dia penganut yg kalau tidak salah di agama Buddha disebut "Atman", dan tentu ini sudah tidak sesuai dgn ajaran agama Buddha sepemahaman saya. Dan berarti "Tuhan" yg dimaksud oleh org tersebut, kalau di agama Buddha Tuhan-nya disebut seorang Maha Dewa. Mungkin saja Maha Brahma, atau Dewa lainnya", yg memiliki super power.
2). Tapi jika Tuhan yg dimaksud olehnya adalah seperti mendekati "Tao" yang terdapat di ajaran taoisme, atau mendekati hukum alam, hukum karma, dharma dan sebagai, dimana sebenarnya kata-kata itu tidak ada satupun yang dapat menjelaskan dgn tepat seperti apa kondisi Tuhan itu, dan oleh karena itu ada yg mengatakan Tuhan tidak dapat diungkapkan. Ini seperti Nirbana, yg juga susah diungkapkan, atau tentang Kekosongan di ajaran agama Buddha. Dan jika bayangan tentang Tuhan adalah seperti ini, maka boleh dikatakan sesuai dgn ajaran agama Buddha.
Saya sendiri adalah penganut yg nomor 2 diatas.
Saya cuma penasaran "nirbana" ini makanan apa yah? Saya tahunya ada (telpon) 'nirkabel' atau (pesawat) 'nir-awak', tapi belum tahu tentang nirbana ini.kasian member yang ini, supaya dapat tercerahkan :D
dengan adanya penjelasan ini, minimal penghuni alam DC bisa mengetahui kapasitas pengetahuan yang anda miliki mengenai tuhan. :):))...Saya gak tahu member yg satu ini memang sengaja bercanda atau gimana, namanya juga di forum, mood masing2 org kadang berbeda, walaupun lg membahas hal yg sama.
tapi ada lagi tentang Nirbana, bisakah anda menjelaskan artinya !
seperti dibawah ini, kasian member yang ini, supaya dapat tercerahkan :D
:))...Saya gak tahu member yg satu ini memang sengaja bercanda atau gimana, namanya juga di forum, mood masing2 org kadang berbeda, walaupun lg membahas hal yg sama.
Soal nirbana, sebenarnya saya masih kurang mengerti, tapi coba saya jelaskan sepengetahuan saya. menurut saya sebenarnya juga susah untuk dijelaskan, seperti Tuhan. Jangan2 lebih susah dari pada menjelaskan tentang Tuhan. Saya hanya bisa menjelaskan sedekat mungkin saja, seperti halnya Tuhan.
Mencapai kondisi Nirbana, dimana seseorang telah tidak melekat pada apapun, tidak timbul keinginan ketika indera melihat, mendengar, merasakan (indera yg dimaksud disini bukan indera berwujud seperti kita sekarang), sehingga tidak secara kurang sadar akan melekat, seandainya pada titik awal timbulnya keinginan, juga dapat segera sadar, "Oh, saya lagi mulai muncul keinginan", sehingga tidak akan melekat. Yg terasa pada diri hanya tenang, damai, bahagia.... dan kebahagiaan ini bukan karena telah memperoleh sesuatu, tetapi karena ketenangan dan kesadaran yg telah mencapai puncak.
Telah menjadi perdebatan sejak dulu, karena ada yg setelah mendengar definisi dari nirbana, sebagian org menganggap seperti hilang total atau mati total, karena tidak merasa apapun sama sekali. Tentu ini dibantah oleh sebagian org lagi, karena dikatakannya terdapat kesadaran dan ketenangan yg tinggi. Ketenangan kan sebuah rasa.
Jadi kesimpulan yg diambil oleh saya sampai saat ini adalah diri sendiri sudah hilang, lenyap, tapi terdapat rasa ketenangan dan kebahagiaan pada "diri". (Secara logika, ada diri dulu baru diri itu sendiri merasakan suatu rasa, tapi nirbana sepertinya tidak ada diri lagi, tapi terdapat rasa tenang dan bahagia).
Saya pernah membaca artikel berjudul "Ke-Tuhanan-an dalam agama Buddha" di Semaggi-Phala, dimana Bikkhu Uttamo menjelaskan seolah-olah Tuhan itulah konsidi Nirbana.
Teringat pada saya di agama lain, ketika seseorg meniggal dunia, doanya adalah "Semoga beliau kembali ke sisi Tuhan." Berarti kalau di agama Buddha, kalimat akan berubah menjadi "Semoga beliau mencapai Nirbana."
Pada artikel lain, ada seorang bikkhu mengatakan, "Kita tidak dapat menjelaskan atau mendefinisi apa itu Nirbana, tapi setidaknya kita dapat menjelaskan apa yg bukan Nirbana." Berarti Nirbana tidak bisa dejelaskan secara tepat.
Saya tidak tahu penjelasan pendekatan saya tentang Nirbana diatas benar atau tidak, harap masukan dari teman2 yg lebih ngerti.
Saya ada beberapa pertanyaan tentang Nirbana yg sampai hari ini pun belum saya ketemu jawabannya.
1. Jika anda telah mencapai kondisi Nirbana, apakah anda bisa datang (mewujudkan diri) untuk datang kembali ke dunia atau alam lain lagi ? (kalau bisa, berarti disaat mulai mewujudkan diri berarti timbul keinginan). Setelah mewujudkan diri muncul di dunia berwujud ini, apakah bisa kembali lagi ke Nirbana ? Artinya bisa sesuka hati ingin kemanapun atau kembali ke Nirbana.
2. Saat anda berada dalam kondisi Nirbana, apakah anda mengetahui segala hal, walaupun tidak melekat dengan apa yg dilihat ?
Buddha pernah mengatakan (kalau gak salah di Saddharma Puṇḍarīka Sūtra), tidak ada yang bisa tahu/ngerti rasa/kondisi Buddha, kecuali sesama Buddha. Berarti tidak ada yang bisa ngerti Nirbana, kecuali telah mencapainya. Tidak ngerti ya tentu tidak bisa dijelaskan dgn tepat.
Sekian, terima kasih.
Pudji, gw ga tahu anda di sini apakah memang buddhis, tidak tahu atau pura2 tidak tahu, ataukah anda beragama lain tapi kesannya malah seperti konyol.Maaf kalau salah dalam penulisan, sepertinya saya telah mengikuti sumber dari mana yg salah atau saya sendiri kurang teliti. Terima kasih atas koreksinya. Dan juga mau sekalian nanya, apakah ada juga istilah Nirwana ?
Yang dimasalahkan rekan2 DC di sini dan anda yang 'disindir tapi tidak merasa' adalah penyebutan anda atas istilah 'nirbana'. Tidak pernah ada istilah itu dalam kamus buddhis, yang ada adalah nibbana (Pali) atau nirvana (sanskerta). Apakah istilah nirbana anda adalah penggabungan kata nirvana dengan nibbana? ::)
Jadi daripada berpanjang-lebar, mending benahi dulu pengetahuan dasar anda. Dengan demikian tulisan anda akan terhindar dari kesan membadut ataupun konyol. Maaf kalau kata2 gw to the point saja seperti di atas.
Salam sejahtera _/\_ ;D
Teman2, mau sekedar nanya, karena saya masih baru di DC ini... yg dimaksud kalian "tetangga" itu siapa/apa sih ?
tks...