Gimana Kalau seorang Bhikkhu sudah tidak diakui di-silsilah sangha yang menabhiskannya ? apakah masih termasuk bhikkhu ?emang Ajahn Brahm ga diakui lagi ya di silsilahnya??
Gimana Kalau seorang Bhikkhu sudah tidak diakui di-silsilah sangha yang menabhiskannya ? apakah masih termasuk bhikkhu ?
emang Ajahn Brahm ga diakui lagi ya di silsilahnya??
Kslau aku lihat jadwalnya, berarti Ajahn Brahm ini harus tidur malam2, dan bangun pagi2 setiap harinya untuk ngejar waktu ke bandara.
Ga capek ya, Ajahm Brahmnya ? [at] [at]
promotornya kejar omsetKslau aku lihat jadwalnya, berarti Ajahn Brahm ini harus tidur malam2, dan bangun pagi2 setiap harinya untuk ngejar waktu ke bandara.
Ga capek ya, Ajahm Brahmnya ? [at] [at]
isunya begitu broemang Ajahn Brahm ga diakui lagi ya di silsilahnya??Gimana Kalau seorang Bhikkhu sudah tidak diakui di-silsilah sangha yang menabhiskannya ? apakah masih termasuk bhikkhu ?
pendapat pribadi, argumen dr om Morph sangat baik sebagai masukan umat yang belajar ttg buddhisme _/\_
sebagai pihak yang memposting info ini, memohon kepada om Adi lim untuk memberikan info yang jelas dan bermanfaat bagi pembaca
alangkah baik & bijak jika disertai bukti, sanggahan, pendapat, argumen, opini & sumber rujukan yang mendukung.
kalau mau SOL (Sorry OneLiner) lebih baik mempertimbangkan siapa pembacanya.
pertimbangan pribadi, ini bukan forum tertutup tapi forum terbuka yang dilihat, dibaca dan menjadi rujukan oleh sekian banyak umat buddhis & partisipan-nya.
saya suka melihat segala sesuatu dari esensinya.
bagi saya, seorang bhikkhu pada esensinya adalah seorang pertapa yang fokus utamanya mencapai kesucian. sebagian besar peraturan kebhikkhuan ada untuk menunjang upayanya dalam bertapa dan mencapai kesucian (dan sebagian lainnya adalah kepantasan di masyarakat).
dalam hal ini, saya jauh lebih respek kepada bhikkhu2 yang tekun berlatih dan bertapa, memegang vinaya yang menunjang praktik pertapaannya serta menasehati, mengajak dan mengajarkan umat2nya untuk bermeditasi daripada bhikkhu2 yang pegang credit card, punya rekening bank, ngobrol ngalor ngidul dengan umat yang gak ada hubungannya dengan pertapaan dan meditasi, menghabiskan waktu dengan urusan2 yang jauh dari praktik pertapaan...
sejauh pengamatan saya selama ini, ajahn brahm termasuk pada bhikkhu2 golongan yang pertama.
seandainya ada peraturan yang dilanggar dengan menahbiskan bhikkhuni (walaupun inipun bisa diperdebatkan), ajahn brahm tetap berfokus pada pertapaan dan usaha mencapai kesucian pada praktik sehari2nya.
perlu juga dicatat, yang dinamakan sangha di jaman ini adalah organisasi bhikkhu2 dengan segala pernik2 organisasi duniawinya, bukanlah persaudaraan empat pasang mahluk suci yang dimulai sejak Kondanna mencapai sotapanna. kalau dipikir2, urusan2 seperti bhikkhu yang punya credit card, rekening bank dan gak punya niat bertapa itu lebih penting dan menyentuh esensi utama keberadaan bhikkhu, yg seharusnya diurusin oleh organisasi2 sangha.
sekali lagi, saya lebih respek kepada bhikkhu yang punya fokus kepada praktik pertapaan dan (seandainya) melanggar peraturan dengan menahbiskan bhikkhuni daripada bhikkhu2 pemegang credit card dan rekening bank yang "tidak melanggar" peraturan memegang emas dan perak. saya mementingkan esensinya... terserah apa kata organisasi bhikkhu2.
saya juga respek kepada bhikkhu yang memegang teguh vinaya... dan memegang credit card, punya rekening bank, suka keluyuran kemana-mana itu memang melanggar vinaya... apakah melakukan pelanggaran penabhisan termasuk melanggar vinaya, karena memang ada aturan penabhisan bhikkhu / bhikkhuni di dalam vinaya.
Pada saat ini, seorang sammasambuddha sudah tidak bisa kita minta-i validasi atas otoritas sangha, tentu-nya kita hanya bisa ber-sandar pada standar organisasi sangha. Jika sudah tidak ada yang bisa kita jadikan sebagai acuan standar, maka bubar-lah sangha.
Jika Sangha tempat penabhisan Ajahn Brahmn sudah mengeluarkan Ajahn Brahmn dari silsilah penabhisannya, maka berakhir-lah status Ajahn Brahmn sebagai komunitas sangha tsb. dan Jika ada yang masih mengakui-nya, menjadi urusan orang tersebut, dan bukan urusan Sangha itu.
saya juga respek kepada bhikkhu yang memegang teguh vinaya... dan memegang credit card, punya rekening bank, suka keluyuran kemana-mana itu memang melanggar vinaya... apakah melakukan pelanggaran penabhisan termasuk melanggar vinaya, karena memang ada aturan penabhisan bhikkhu / bhikkhuni di dalam vinaya.pernyataan anda kabur (atau dikaburkan?).
Pada saat ini, seorang sammasambuddha sudah tidak bisa kita minta-i validasi atas otoritas sangha, tentu-nya kita hanya bisa ber-sandar pada standar organisasi sangha. Jika sudah tidak ada yang bisa kita jadikan sebagai acuan standar, maka bubar-lah sangha.
Jika Sangha tempat penabhisan Ajahn Brahmn sudah mengeluarkan Ajahn Brahmn dari silsilah penabhisannya, maka berakhir-lah status Ajahn Brahmn sebagai komunitas sangha tsb. dan Jika ada yang masih mengakui-nya, menjadi urusan orang tersebut, dan bukan urusan Sangha itu.
apakah ada peristiwa historis sejenis di tipitaka dan bagaimana prosesnya menurut tipitaka?
tolong dijelaskan...
pernyataan anda kabur (atau dikaburkan?).
tolong dijelaskan apa sih itu "mengeluarkan dari silsilah penahbisan"?
apa sih itu "berakhirlah status ajahn brahm sebagai komunitas sangha tsb"?
apakah sama dengan mengeluarkan dari sangha dan mengeluarkan dari kebhikkhuan?
apakah ada peristiwa historis sejenis di tipitaka dan bagaimana prosesnya menurut tipitaka?
tolong dijelaskan...
sekarang mari baca baik2 dari sumber aslinya:
* surat resmi dari wat pah pong mengenai pencabutan status vihara cabang
http://sujato.files.wordpress.com/2009/11/lettertobuddhistsocieties_38_english.pdf
* surat terbuka ajahn brahm merespon surat di atas
http://bhikkhuni.net/perth/Open%20Letter%20From%20Ajahn%20Brahm%20on%20Exclusion%20by%20Wat%20Pah%20Pong.pdf
* klarifikasi dan pelurusan dari bswa
http://sujato.wordpress.com/2010/01/12/letter-to-perth-thai-community-from-the-bswa/
setelah membaca ini silakan simpulkan sendiri, apakah ini peristiwa hitam putih ataukah peristiwa politik organisasi.
juga simpulkan apakah bijaksana ataukah dungu melibatkan diri ikut2an dalam polemik ini dengan memberikan celaan dan komentar2 negatif di forum informasi dan pengumuman kegiatan buddhis. jelas2 maksud ts adalah memberikan informasi. kalo tidak senang kepada penyelenggara atau pembicara ya gak usah datang.
pernyataan anda kabur (atau dikaburkan?).
tolong dijelaskan apa sih itu "mengeluarkan dari silsilah penahbisan"?
apa sih itu "berakhirlah status ajahn brahm sebagai komunitas sangha tsb"?
apakah sama dengan mengeluarkan dari sangha dan mengeluarkan dari kebhikkhuan?
apakah ada peristiwa historis sejenis di tipitaka dan bagaimana prosesnya menurut tipitaka?
tolong dijelaskan...
sekarang mari baca baik2 dari sumber aslinya:
* surat resmi dari wat pah pong mengenai pencabutan status vihara cabang
http://sujato.files.wordpress.com/2009/11/lettertobuddhistsocieties_38_english.pdf
* surat terbuka ajahn brahm merespon surat di atas
http://bhikkhuni.net/perth/Open%20Letter%20From%20Ajahn%20Brahm%20on%20Exclusion%20by%20Wat%20Pah%20Pong.pdf
* klarifikasi dan pelurusan dari bswa
http://sujato.wordpress.com/2010/01/12/letter-to-perth-thai-community-from-the-bswa/
setelah membaca ini silakan simpulkan sendiri, apakah ini peristiwa hitam putih ataukah peristiwa politik organisasi.
juga simpulkan apakah bijaksana ataukah dungu melibatkan diri ikut2an dalam polemik ini dengan memberikan celaan dan komentar2 negatif di forum informasi dan pengumuman kegiatan buddhis. jelas2 maksud ts adalah memberikan informasi. kalo tidak senang kepada penyelenggara atau pembicara ya gak usah datang.
terlepas dari hore-happy' gempita yg menurut sy lucu...
Padang (dan Aceh) masih tetap mempertahankan tradisi bahwa Dhamma seharusnya adalah gratis.
Patut dibanggakan!
::
_/\_ _/\_ _/\_ Jaga hati, jaga ucapan dan jaga pikiran......
Ajahn Brahm, Beliau adalah satu2nya bikkhu( menurut saya loh) yang mengajarkan apa itu arti "pemaafan" tanpa embel 2 lagi di belakangnya. ;D ;D :o :o_/\_ _/\_ _/\_
Maksudnya tanpa embel" gmn cc?
Tidak ada yang membicarakan politik organisasi disini. Sangha bhikkhuni Theravada sudah lama tidak ada. Adakah fakta tentang ada-nya bhikkhuni Theravada yang ditabhis-kan sebelum kasus Ajahn Brahmn ? Jika Sangha Theravada pada saat ini tidak bisa menabhis-kan seorang bhikkhuni sesuai dengan Vinaya Theravada (pali kanon), maka ini merupakan diskresi Sangha Theravada, sedangkan jika ada yang menyatakan bahwa SAH dan VALID penabhisan Bhikkhuni Theravada oleh Ajahn Brahmn sedangkan menurut Sangha Theravada lainnya TIDAK SAH, maka ini merupakan diskresi dari Ajahn Brahmn (termasuk kelompok-nya).
Silah-kan saja bagi yang mau mengikuti kelompok Ajahn Brahmn.
tak ada hukuman, tak ada dendam, tak ada.... tak ada...... ( .....isi aja apa yg kita suka) :))_/\_ _/\_ _/\_
note: cc itu apa seh ???? :-?
_/\_ _/\_ _/\_ Jaga hati, jaga ucapan dan jaga pikiran......
Ajahn Brahm, Beliau adalah satu2nya bikkhu( menurut saya loh) yang mengajarkan apa itu arti "pemaafan" tanpa embel 2 lagi di belakangnya. ;D ;D :o :o_/\_ _/\_ _/\_
tak ada hukuman, tak ada dendam, tak ada.... tak ada...... ( .....isi aja apa yg kita suka) :))
ada opini pro dan kontra dengan kelompok bhikku a dan b sngha A dan B, sungguh merana memeluk agama buddha :D sentimen panitia pengisi acara kena seret juga, mantep lah
peristiwa serupa tercatat dalam Vinaya Pitaka, Cullavagga, pernah diberlakukan terhadap Devadattaapa kesalahan devadatta?
tentunya bijaksana membahas sesuatu atau informasi dengan terang benderang, selanjutnya penilaian baik, benar, salah atau netral, diserahkan atau disaksikan sendiri kepada pembaca, pemirsa, penghuni alam DC.sah2 saja kalo mau membahas di tempat yang sesuai.
penghuni alam DC tidak berhak dan juga tidak punya niat untuk meminta panitia penyelenggara event ini untuk batal acara tersebut, wong cari makan masing2 kok. ^-^
sah2 saja kalo mau membahas di tempat yang sesuai.
wong ini forum informasi kegiatan buddhis kok.
kenapa gak dibahas dithread yang sesuai?
yang saya lihat dari dulu sampai sekarang, main gerilya di sana sini, tapi tidak berani membahas kasusnya sendiri secara mendalam.
apa ada barang dagangannya yang tersaingi kah?
kasus ini sendiri banyak pro-kontra di kalangan bhikkhu2 sendiri.
perbedaan pendapat adalah wajar dan bahkan baik untuk pendidikan dan kemajuan buddhisme sendiri.
yang gak wajar itu adalah memaksakan kehendak kepada orang lain, menebar kampanye negatif di forum informasi.
Tidak ada yang membicarakan politik organisasi disini. Sangha bhikkhuni Theravada sudah lama tidak ada. Adakah fakta tentang ada-nya bhikkhuni Theravada yang ditabhis-kan sebelum kasus Ajahn Brahmn ? Jika Sangha Theravada pada saat ini tidak bisa menabhis-kan seorang bhikkhuni sesuai dengan Vinaya Theravada (pali kanon), maka ini merupakan diskresi Sangha Theravada, sedangkan jika ada yang menyatakan bahwa SAH dan VALID penabhisan Bhikkhuni Theravada oleh Ajahn Brahmn sedangkan menurut Sangha Theravada lainnya TIDAK SAH, maka ini merupakan diskresi dari Ajahn Brahmn (termasuk kelompok-nya).pertanyaan saya nggak dijawab...
Silah-kan saja bagi yang mau mengikuti kelompok Ajahn Brahmn.
Ajahn Brahm, Beliau adalah satu2nya bikkhu( menurut saya loh) yang mengajarkan apa itu arti "pemaafan" tanpa embel 2 lagi di belakangnya.
tinggal aja di tempat saya......gratis loh..... hahahaha.... ;D :))
ada opini pro dan kontra dengan kelompok bhikku a dan b sngha A dan B, sungguh merana memeluk agama buddha :D sentimen panitia pengisi acara kena seret juga, mantep lah
pertanyaan saya nggak dijawab...
mengenai sah dan valid, itu pendapat anda.
ada yang berpendapat hal itu sangat sah dan sangat valid (http://santifm.org/santipada/wp-content/uploads/2012/08/Bhikkhuni_Vinaya_Studies_Bhikkhu_Sujato.html#tth_chAp5) berdasarkan tipitaka pali.
disini forum DC tidak ada kampanye negatif,terbalik. yang menuduh serampangan itu adalah yg menyamakan ajahn brahm dengan devadatta tanpa bisa menyebutkan kesamaannya di mana, pelanggarannya apa, bagaimana prosesnya, apa yang diselewengkan...
saya kira wajar donk, jika ada warga DC memang suka memberikan informasi dengan terang benderang, informasi yang diberikan terlepas suka atau tidak suka, itu urusan masing2 pemirsa. contohnya : bro morpheus tidak suka, ya udah keluarkan aja uneg2nya :))
Dan bahkan saya tidak melihat warga DC utk memaksa kehendak kepada warga lain, bagaimana pula ini bisa menuduh dengan serampangan ! :o
kayaknya bro morpheus yang memaksa kehendak warga DC untuk tidak memberikan informasi supaya terang benderang.
Oh iya... tuh kan ada bukti-nya Ajahn Brahmn di keluarkan dari lineage (silsilah) Wat Pah Pong. bukan begitu ? atau saya salah ?surat resmi wat pah pong aja kagak bilang gitu...
terbalik. yang menuduh serampangan itu adalah yg menyamakan ajahn brahm dengan devadatta tanpa bisa menyebutkan kesamaannya di mana, pelanggarannya apa, bagaimana prosesnya, apa yang diselewengkan...
Jaman dahulu, bhikkhu-bhikkhu model devadatta juga mempunyai niat utk menyelewengkan ajaran Buddha, hanya saja pada waktu itu masih ada Sammasambuddha Gautama yang bisa menjustifikasi. Sedangkan pada saat ini, justifikasi tentu-nya ada pada otoritas sangha yang tertinggi. Di-luar itu yah, justifikasi umat.
menarik sekali, justifikasi ada pada otoritas sangha yang tertinggi, menyangkut Ajhan Bhram ini bisa tolong dikasih tau sangha tertinggi ini yg mana? apakah yg dimaksud adalah sangha raja ataukah sangha di wat pah pong, atau sangha tinggi nan jangkung? kalaupun sangha di wat pah pong bukan sangha tertinggi trus maksud umat ikut bikin justifikasi itu buat apa ya?
surat resmi wat pah pong aja kagak bilang gitu...
katakanlah dikeluarkan dari lineage wpp, so what gitu lho? kebenaran hanya milik wpp kah? tidak adakah celah untuk berbeda pendapat?
dari awal hanya saya yang memberikan sumber langsung dan argumennya. anda dari tadi cengengesan aja...
kalo cuman begini, ya ini mah memang cuman kampanye negatif, maen tuduh tanpa bukti dan tanpa argumen.
ataukah hanya membebek?
yang dimaksud tentunya pimpinan Sangha Bikkhu yang mewadahi Wat Pah Pong dulu, disampaikan ke Sangha perwakilan tingkat Provinsi Thailand, kemudian ke komunitas tertinggi Sangharaja Thailand, ternyata sesudah dikeluarkan surat tsb, Sangharaja tidak menolak dan membiarkan kasus ini tetap bergulir, begitulah kasus ini bergulir sampai sekarang
om Radi kayaknya kasus ini tidak diperlukan World Buddhist Sangha Council utk justifikasi.
minimal WPP bertindak sesuai dengan Vinaya Pitaka, mosok kebenaran harus milik Ajhan Brahm kah ! ^-^
beda pendapat sudah dari dulu, sudah terjadi konsili 2 dan 3, malah jaman sekarang sudah dalam bentuk kitab-kitab utk membedakannya.
sebenarnya gampang kok, ganti aja 'jubah' yang mana ada Vinaya yang boleh menabhiskan para wanita yang ingin jadi bhiksuni, selesai kok.
tidaklah demikian dugaan om morpheus seperti diatas, anda menuduh warga DC sedemikian buruk,
kita hanya membahas dan diskusi aja kok
argumen dan bukti sudah diberikan dengan adanya surat WPP
anda yang penasaran dan memanasi dengan menuduh bahwa ini kampanye negatif, barang dagangan tersaingi, dan kenyataan pemilik DC tidak ada event demikian, tidak main politik dan kasusnya terang benderang.
warga DC tidak ada yang cengengesan dan embebek seperti tuduhan anda, sepertinya hanya anda yang suka menuduh dan menebak bahkan menduga orang lain berprilaku negatif.
kalau memang om morpheus tidak suka dengan pembahasan atau diskusi ini, ya tidak mengapa, om morpheus boleh sudahi kok. ^-^
janganlah menuduh tanpa bukti atau anda memang memiliki hobi demikian yang suka duga2.
saya yakin adanya diskusi ini, umat yang datang ke even diatas pasti ramai, bisa penuh dan bahkan bisa membludak,
jika anda tidak percaya akan hal ini, tunggu aja waktunya. :))
minimal WPP bertindak sesuai dengan Vinaya Pitaka, mosok kebenaran harus milik Ajhan Brahm kah ! ^-^nah, itu yang saya tagih dari tadi. sesuai vinaya pitaka yang mana? pasal apa yang dilanggar ajahn brahm? apa yang diselewengkan ajahn brahm?
beda pendapat sudah dari dulu, sudah terjadi konsili 2 dan 3, malah jaman sekarang sudah dalam bentuk kitab-kitab utk membedakannya.
menarik sekali, justifikasi ada pada otoritas sangha yang tertinggi, menyangkut Ajhan Bhram ini bisa tolong dikasih tau sangha tertinggi ini yg mana? apakah yg dimaksud adalah sangha raja ataukah sangha di wat pah pong, atau sangha tinggi nan jangkung? kalaupun sangha di wat pah pong bukan sangha tertinggi trus maksud umat ikut bikin justifikasi itu buat apa ya?om radi, sebenernya yg ada adalah keputusan organisasi bhikkhu thai untuk melarang penahbisan bhikkhuni. karena ini adalah organisasi bhikkhu di thailand, tentu saja wilayah jangkauannya adalah sebatas negara thailand. bukan vinaya, ini peraturan lokal. penahbisan bhikkhuni di australia tentunya berada di luar jangkauan peraturan ini.
om radi, sebenernya yg ada adalah keputusan organisasi bhikkhu thai untuk melarang penahbisan bhikkhuni. karena ini adalah organisasi bhikkhu di thailand, tentu saja wilayah jangkauannya adalah sebatas negara thailand. bukan vinaya, ini peraturan lokal. penahbisan bhikkhuni di australia tentunya berada di luar jangkauan peraturan ini.
Gw pikir sah2 saja WPP atau lebih luasnya org.bhikkhu thai melarang karena Ajahn Bhrams (AB) berguru kepada mereka dan membawa 'merk' mereka. Ibarat franchisee terikat dengan syarat dan ketentuan dari franchisornya, tentu tidak boleh seenaknya melakukan yang nyata2 dilarang mereka.
Kalau mau melanggar, silahkan saja AB keluar dari franchise tersebut dan bikin merk baru yang terpisah. Mungkin di tantra dan reiki juga berlaku aturan semacam ini kan? ;D
nah, itu yang saya tagih dari tadi. sesuai vinaya pitaka yang mana? pasal apa yang dilanggar ajahn brahm? apa yang diselewengkan ajahn brahm?
apakah ada vinaya pitaka mengatur cabang vihara? tolong sebutkan pasal dan kutipannya dong...
yang saya baca dari kemaren2, ajahn brahm "melanggar vinaya", ajahn brahm "menyelewengkan ajaran Buddha"...
vinaya yang mana? ajaran Buddha yang mana?
kalo ndak bisa, apakah itu fitnah namanya?
nah, itu yang saya tagih dari tadi. sesuai vinaya pitaka yang mana? pasal apa yang dilanggar ajahn brahm? apa yang diselewengkan ajahn brahm?
apakah ada vinaya pitaka mengatur cabang vihara? tolong sebutkan pasal dan kutipannya dong...
yang saya baca dari kemaren2, ajahn brahm "melanggar vinaya", ajahn brahm "menyelewengkan ajaran Buddha"...
vinaya yang mana? ajaran Buddha yang mana?
kalo ndak bisa, apakah itu fitnah namanya?
Vinaya juga menjelaskan tata cara penahbisan bhikkhuni, jadi tidak sulit juga untuk mengetahui vinaya mana yg dilanggar dengan melakukan penahbisan bhikkhuni bukan oleh bhikkhuni. Permasalahannya terletak pada apakah si pembela mau melandaskan pembelaaannya pada vinaya atau pada simpati publik.
Vinaya juga menjelaskan tata cara penahbisan bhikkhuni, jadi tidak sulit juga untuk mengetahui vinaya mana yg dilanggar dengan melakukan penahbisan bhikkhuni bukan oleh bhikkhuni. Permasalahannya terletak pada apakah si pembela mau melandaskan pembelaaannya pada vinaya atau pada simpati publik.
lho bukannya tata cara penabhisan Bhikkhu atau Bhikkhuni sudah ada.betul, tata cara penahbisan bhikkhuni sudah ada, dan itu sudah dilakukan dengan baik melalui penahbisan dua sisi (two side ordination).
anda terlalu lebay, sepertinya tidak ada yang bahas AB menyelewengkan ajaran Buddha kok !tidak ada? yg ini gimana?
karena menabhiskan Bhikkhuni, apakah menabhiskan Bhikkhuni termasuk Vinaya ndak ?
Jaman dahulu, bhikkhu-bhikkhu model devadatta juga mempunyai niat utk menyelewengkan ajaran Buddha, hanya saja pada waktu itu masih ada Sammasambuddha Gautama yang bisa menjustifikasi. Sedangkan pada saat ini, justifikasi tentu-nya ada pada otoritas sangha yang tertinggi. Di-luar itu yah, justifikasi umat.
betul, tata cara penahbisan bhikkhuni sudah ada, dan itu sudah dilakukan dengan baik melalui penahbisan dua sisi (two side ordination).
semuanya sesuai prosedur di vinaya. apanya yg dilanggar?
bahkan penahbisan satu sisipun sebenarnya juga valid dan sah:
http://santifm.org/santipada/wp-content/uploads/2012/08/Bhikkhuni_Vinaya_Studies_Bhikkhu_Sujato.html#tth_chAp5
tidak ada? yg ini gimana?
betul, tata cara penahbisan bhikkhuni sudah ada, dan itu sudah dilakukan dengan baik melalui penahbisan dua sisi (two side ordination).
semuanya sesuai prosedur di vinaya. apanya yg dilanggar?
Pada awalnya, penahbisan bhikkhuni hanya bisa dilakukan oleh Sang Buddha melalui pemberian Attha garudhamma, kemudian Sang Buddha menetapkan undang-undang baru spt yg dikutip oleh sujato, kemudian lagi karena alasan tertentu, maka diamandemen lagi menjadi penahbisan oleh dua Sangha, dan jika suatu undang2 sudah di amandemen, tentu saja UU sebelumnya tidak berlaku lagi. untuk lebih jelas baca Vinaya Pitaka, bagian bhikkhuni ini terdapat dalam buku Cullavagga.di dalam cullavagga tertera persis seperti yang disebutkan bhikkhu sujato.
di dalam cullavagga tertera persis seperti yang disebutkan bhikkhu sujato.
penahbisan yang dilakukan di australia tersebut dilakukan oleh dua sangha, sesuai prosedur.
bahkan penahbisan dengan satu sanghapun sebenarnya valid dan sah.
di dalam cullavagga tertera persis seperti yang disebutkan bhikkhu sujato.
penahbisan yang dilakukan di australia tersebut dilakukan oleh dua sangha, sesuai prosedur.
bahkan penahbisan dengan satu sanghapun sebenarnya valid dan sah.
penabhisan dua sisi ? bhikkhuni (theravada) mana yang menabhiskan-nya ?
di dalam cullavagga tertera persis seperti yang disebutkan bhikkhu sujato.
penahbisan yang dilakukan di australia tersebut dilakukan oleh dua sangha, sesuai prosedur.
bahkan penahbisan dengan satu sanghapun sebenarnya valid dan sah.
walaupun ada Bhikkhuni, tapi tetap tidak akan diakui secara resmi oleh Sangha Thailand.
dan sekarang banyak pembela yang memaksa kehendak untuk diakui sah atau resmi.
dua sangha ? bukan-kah kontroversi yang sedang dibahas adalah penabhisan kembali bhikkhuni (theravada) yang sudah tidak ada lagi. Jadi darimana muncul penabhisan 2 sisi (sangha bhikkhu theravada dan sangha bhikkhuni theravada) ?disebutkan upajayanya ayya tathaaloka.
Mengenai penabhisan dengan satu sangha sudah di-berikan argumentasi-nya oleh member Indra (tentang "amandemen" terakhir penabhisan bhikkhu yang mengharuskan penabhisan 2 sisi), so ?gak sesederhana itu.
Mungkin keputusan memutuskan silsilah WPP dengan Vihara-nya Ajahn Brahmn sebagai bentuk diskresi (keputusan) dari Sangha yang menaungi WPP. Dan pihak lain juga boleh-boleh saja melakukan diskresi yang berbeda. Sepanjang informasi sudah disajikan dengan sebenar-benar-nya, masalah penafsiran dan diskresi adalah tergantung kepada pribadi masing-masing.
tentu saja Sujato berhak untuk berpegang pada aturan pertama yang ditetapkan oleh Sang Buddha, seperti halnya orang lain juga berhak untuk berpegang pada aturan terakhir yang ditetapkan oleh Sang Buddha. jika tidak ada perbedaan tentu tidak ada kontroversi, bukan?yang ini saya setuju...
biarkanlah masing2 memegang apa yang diyakininya benar tanpa menghujad satu sama lain...
Apakah ada kata-kata menghujat di-sini ? atau pikiran "beberapa orang" saja yang bergerak / ter-persepsi sendiri akan adanya penghujatan ?
Pertama-tama malah saya buat-kan dalam bentuk pertanyaan...
sow menurut om dilbert status ke-bhikku-an ajhan brahm itu sah atau tidak ? berhubung ajhan brahm tidak mengikuti tradisi thailand?
setahu saya, bhikkhuni (theravada) di tempat lain juga tidak ada. CMIIW.
benar sekali
masalahnya karena sudah di keluarkan silsilah kebhikkhuan AB dari Sangha Thailand, dan prilaku AB sudah diluar tanggung jawab Sangha Theravada.baru tau ternyata pelanggaran parajika yang menyebabkan pemecatan bhikkhu sekarang udah diperluas, ditambah dengan pasal "pencabutan status vihara cabang wat pah pong".
jika ada umat yang mau mengakui atau tidak mau mengakui status kebhikkhuan AB, terserah masing2 persepsi, tidak bisa dilarang.
baru tau ternyata pelanggaran parajika yang menyebabkan pemecatan bhikkhu sekarang udah diperluas, ditambah dengan pasal "pencabutan status vihara cabang wat pah pong".
kira kira, benar sekali untuk theravada garis tradisi thailand atau theravada garis yg lain?
http://www.dhammawiki.com/index.php?title=Bhikkhuni_ordination
Bhikkhu bodhi ada andil?
2007 In Hamburg, Germany a conference is held, the International Congress on Buddhist Women's Role in the Sangha, which includes Bhikkhu Bodhi and the Dalai Lama. Vinaya masters and elders from traditional Buddhist countries and Western-trained Buddhologists attended. The Summary Report from the Congress states that All delegates "were in unanimous agreement that Mulasarvastivada bhikkhuni ordination should be re-established."
ada situs menarik :
https://sites.google.com/site/dhammadharini/entering-monastic-life-and-ordaining-as-a-bhikkhuni-in-theravada-buddhism/places-of-theravada-bhikkhuni-sangha
om Radi itu pendapat dan persepsi pribadi atau persepsi organisasi memang berbeda kali !, dan saat ini kita memang melihat wanita yang berpakaian ala bhikkhuni Theravada juga ada kok :), tapi eksistensi nya diakui resmi ndak ?
kemudian adakah secara resmi garis keturunan Bhikkhuni yang diakui oleh Sangha Theravada Thailand, atau Sangha Myanmar, atau Sangha Srilangka atau Sangha Laos ? jika ada tolong bantu dibabarkan, supaya warga DC juga bisa mengetahuinya dan saya juga ingin tahu !
secara resmi keturunan bhikkuni yg diakui sangha theravada thailand, myanmar atau srilangka maupun laos bisa dikatakan tidak mengakui, tapi beda ceritanya jika memang dilihat keturunan silsilah Bhikkhuni itu sendiri terlepas dari aliran..dan ceritanya akan menjadi pasti dan tidak pro maupun kontra dimana jika di vinaya sendiri tertulis "bhikkhuni senior yg MURNI dari aliran theravada".
jadi apakah benar bhikkhuni ada masih ada atau tidak?,
ya yang pasti saya tidak berani bilang mereka adalah wanita yg hanya berpakaian bhikkhuni, terlebih mereka menjalankan vinya bhikkhuni.
Semestinya; Khanti lebih di jalankan akan tetapi karenanya kurangnya khanti dalam kasus ini hingga Ajhan Brahma kemudian melakukan penasbihan kepada calon sangha Bhikuni theravada hingga menjadi resmi ada kembali karena dianggap sudah sesuai dengan aturan vinaya di tipitaka.
Hal ini menyebabkan perubahan 180° yaitu banyak nya di tarik dukungan pengembalian Sangha Bhikuni theravada dari sangha bhikku theravada yang memberikan dukungan pengembalian sangha bhikkuni theravada menjadi tidak mendukung pengembalian sangha bhikunni theravada.
Seharusnya menurut diri ku opini pribadi karena sangha bhikunni theravada tradopsi ke dalam sangha lain dan berada di luar wilayah otoritas sangha theravada yang lampau semesti nya ada sebuah pembatasan tertentu (dalam hal ini hukuman ringan) karena kelalaian untuk melakukan kontak atau menjalin komunikasi kepada sangha theravada, sesudah satu dua generasi bhikuni yang mengalami pembatasan tertentu para bhikuni selanjut nya sudah bisa kembali melakukan aktivitas nya secara normal menurut tradisi theravada, sayang nya sebelum pola pikir ini berkembang dan di kenal pelantikan bhikuni theravada sudah terjadi.
Gimana Kalau seorang Bhikkhu sudah tidak diakui di-silsilah sangha yang menabhiskannya ? apakah masih termasuk bhikkhu ?
Bagaimana pun juga di dalam Buddhis kita mengenal ada nya Pannatti Dhamma (sorry kalau salah tulis) yaitu hukum berdasarkan kesepakatan dan ketentuan bersama.
Kasus para Bhikuni dari sangha Theravada ini juga dapat menjadi salah satu contoh bagi Pannatti Dhamma.
sow menurut om dilbert status ke-bhikku-an ajhan brahm itu sah atau tidak ? berhubung ajhan brahm tidak mengikuti tradisi thailand?
murni atau tidak murni Sangha Theravada, itu juga murni urusan Sangha Theravada :), bukan urusan umat,
umat hanya bisa menilai, jika ada umat menganggap Sangha Theravada sekarang adalah tidak murni, tentunya tidak akan menghormat Sangha sekarang ini.
kenyataan Sangha Theravada di beberapa negara yang ada sekarang masih bisa 'melindungi' umatnya dan sebagai otoritas tertinggi yang diakui negara sebagai Sangha ( kecuali di Indonesia, karena ada beberapa versi Sangha ).
anda boleh punya cerita lain, ada juga organisasi punya cerita lain, bahkan aliran yang punya Bhiksuni juga sudah diresmikan !
tapi sayang cerita lain yang anda miliki dan teman2 pembela, tidak bisa mempengaruhi Sangha Theravada yang ada sekarang. :)
om Radi, pernahkah melihat wanita berpakaian Bhikkhuni ?
jika pernah melihat berarti ada,
jika tidak pernah melihat berarti tidak ada
tapi diakui resmi ndak ?
mungkin anda dan teman2 pembela mau mengakui secara resmi, silahkan aja.
tapi ada juga yang tidak mengakui secara resmi
om Radi, ndak apa2 kalau tidak berani menyebutkan wanita yang berpakaian Bhikkhuni, jangan sebutlah, silahkan anda mau panggil apa, tentunya anda punya alasan. Sah2 saja.
wong jaman sekarang yang mengaku Buddha hidup juga masih ada kok, bahkan ada yang benar2 menganggap buda hidup benaran !
saya dan teman2 pembela? apa yang perlu dibela, bhikkhuni ada maupun tidak ada, sangha di seluruh dunia runtuh pun saya tidak ambil pusing ;D
yang ngomong AB melakukan pelanggaran parajika itu sopo ? ???yang ngomong anda ngomong AB melakukan pelanggaran parajika itu sopo???
om morpheus anda suka menduga2 dan suka menambah2 hal tidak ada, capek deh ! :(
atau mungkin ini kegemaran anda kale ! ^-^
wong AB masih status Bhikkhu kok !, dan belum terkena 'paksaan' lepas jubah karena memang tidak pernah melakukan perbuatan Parajika,
dan memang kenyataan AB masih status Bhikkhu kok !, dan saya juga masih melihat AB adalah Bhikkhu karena AB belum lepas jubah (un penabhisan), gitu loh om morpheus :)
tapi karena AB sudah 'diceraikan' dari WPP, kemudian ada umat WPP atau warga DC tidak mengakui AB itu Bhikkhu, ya boleh2 saja, itu adalah hak orang, dan om morpheus tidak bisa memaksa orang lain untuk mengakuinya, begitulah maksudnya om
Kalau begitu, boleh tahu gak kira-kira intens bro radi_muliawan dalam turut mengomentari thread ini apa ?
sekalian mau buktiin kehancuran yg fatal bukan dari luar tapi dari dalam, sesama buddhist karena beda pendapat saja bisa jadi pengucilan dan seperti bersekutu mana teman dan mana lawan.. jauh dari harmonis.yg jelas setiap terlibat diskusi hot yang menggairahkan, reputasi saya selalu berkurang satu atau dua...
yg jelas setiap terlibat diskusi hot yang menggairahkan, reputasi saya selalu berkurang satu atau dua...
pertama tama saya tertarik dengan pembahasan prilaku panitia yang berimbas ke pembahasan pengisi acaranya yaitu ajhan brahm, ajhan brahm sendiri cuma sekali liat di acara pluit dulu sekali setelahnya belum pernah hadir.. yg menarik perhatian jika sampai sampai seorang yg statusnya bhikkhu karena belum ada pemecatan di cerca oleh umat biasa mending kalau sudah masuk 8 mahluk suci.. jadi lakone sebagai umat itu opo? sampai ada saran ganti jubah.. ya saya pribadi jadi ikutin aja diskusinya..sekalian mau buktiin kehancuran yg fatal bukan dari luar tapi dari dalam, sesama buddhist karena beda pendapat saja bisa jadi pengucilan dan seperti bersekutu mana teman dan mana lawan.. jauh dari harmonis.
yang ngomong anda ngomong AB melakukan pelanggaran parajika itu sopo???
kan anda bilang "jika ada umat yang tidak mengakui..."
saya cuman nyambung, bagi yang gak mengakui ajahn brahm sebagai bhikkhu, berarti mereka merasa pencabutan status vihara cabang itu sama kekuatan dan otoritasnya dengan pelanggaran parajika...
kalo om adi mengakui ajahn brahm berstatus bhikkhu, gak perlu merasa dong.
gitu loh om adi :)
yg jelas setiap terlibat diskusi hot yang menggairahkan, reputasi saya selalu berkurang satu atau dua...
kaga penting angka reputasi, kalau reputasi tinggipun tapi kelakuan/cara penyampaian geblek ya geblek aja, cuma menang dapet reputasi dari sebuah komunitas aje
Kalau begitu, boleh tahu gak kira-kira intens bro radi_muliawan dalam turut mengomentari thread ini apa ?
pertama tama saya tertarik dengan pembahasan prilaku panitia yang berimbas ke pembahasan pengisi acaranya yaitu ajhan brahm, ajhan brahm sendiri cuma sekali liat di acara pluit dulu sekali setelahnya belum pernah hadir.. yg menarik perhatian jika sampai sampai seorang yg statusnya bhikkhu karena belum ada pemecatan di cerca oleh umat biasa mending kalau sudah masuk 8 mahluk suci.. jadi lakone sebagai umat itu opo? sampai ada saran ganti jubah.. ya saya pribadi jadi ikutin aja diskusinya..sekalian mau buktiin kehancuran yg fatal bukan dari luar tapi dari dalam, sesama buddhist karena beda pendapat saja bisa jadi pengucilan dan seperti bersekutu mana teman dan mana lawan.. jauh dari harmonis.
kaga penting angka reputasi, kalau reputasi tinggipun tapi kelakuan/cara penyampaian geblek ya geblek aja, cuma menang dapet reputasi dari sebuah komunitas aje
mosok iya ! jangan khawatir, ntar saya + internyata ada yang nambahin dua grp...
done
om morpheus, itu hak orang.yang bilang gak boleh iku sopo?
walaupun tidak melakukan parajika, boleh saja umat WPP tidak mengakui AB sebagi Bhikkhu
mosok orang lain tidak boleh berlainan pikiran dengan anda ???
saya hanya melihat AB masih memakai jubah Bhikkhu,
mengakui atau tidak status AB sebagai Bhikkhu, hanya saya yang tahu, tentunya om morpheus tidak bisa membaca pikiran saya donk ! ^-^
kelakuan yang gimana termasuk geblek ? apakah om Radi sering bergabung atua kopdar dengan warga DC, sehingga mengetahui persis kelakukan teman2 warga DC !
atau hanya menduga2 kemudian langsung vonis. walah kejam benar ! :(
kejam benar? saya munjuk sebuah hidung seseorang ? saya hanya memberi contoh semata mengenai angka reputasi, kalau ada yg angka reputasinya tinggi tapi tidak melakukan ke-geblekan ya tidak perlu merasa divonis.
soal kopdar pernah ikut?, pernah.. dahulu ketemu warga dc dari orang yg aktif posting hingga entah kemana
uwah, om tidar, post awal dengan editannya kok berbeda jauh :))
setelah diedit saya gak setuju. alasannya sama seperti post2 sebelumnya.
orang yang menjalan kan Dhamma & Vinaya secara utuh dpt disebut sbg Sangha.. pentahbisan maupun silsilah hanyalah formalitas seperti di sekolah..
krn menjadi sangha adalah untuk mencapai ariya sangha ataupun arahat (ini sama saja dengan ariya puggala), jadi mau dia keluar dari status ke-bikkhuan tapi tetap menjalankan kehidupan suci berdasarkan Dhamma & Vinaya maka secara tdk lgsg dia menjalani kehidupan Sangha (krn tujuannya sama yaitu ariya puggala)..
_/\_
orang yang menjalan kan Dhamma & Vinaya secara utuh dpt disebut sbg Sangha.. pentahbisan maupun silsilah hanyalah formalitas seperti di sekolah..Jika demikian, apa gunanya proses pelatihan samanera dan penahbisan?
krn menjadi sangha adalah untuk mencapai ariya sangha ataupun arahat (ini sama saja dengan ariya puggala), jadi mau dia keluar dari status ke-bikkhuan tapi tetap menjalankan kehidupan suci berdasarkan Dhamma & Vinaya maka secara tdk lgsg dia menjalani kehidupan Sangha (krn tujuannya sama yaitu ariya puggala)..
_/\_
orang yang menjalan kan Dhamma & Vinaya secara utuh dpt disebut sbg Sangha.. pentahbisan maupun silsilah hanyalah formalitas seperti di sekolah..
krn menjadi sangha adalah untuk mencapai ariya sangha ataupun arahat (ini sama saja dengan ariya puggala), jadi mau dia keluar dari status ke-bikkhuan tapi tetap menjalankan kehidupan suci berdasarkan Dhamma & Vinaya maka secara tdk lgsg dia menjalani kehidupan Sangha (krn tujuannya sama yaitu ariya puggala)..
_/\_
itu kan menurut anda, tapi tidak demikian menurut Sang Buddha seperti yang tercatat dalam Vinaya Pitakabukan cuma menurut saya sih tp banyak org jg, buktinya dia msh status bikkhu kok, msh banyak yg panggil dia bhante. hee..masih status Bhikkhu, tapi memang tidak dibimbing lagi oleh Sangha yang menabhiskannya.
thanks [at] adi lim infonyaa
Jika demikian, apa gunanya proses pelatihan samanera dan penahbisan?proses itu gunanya untuk memperoleh status ke-bikkhuan. :)
Lalu, bisa tahu dari mana bahwa seseorang memang menjalani kebhikkhuan demi tujuan pencapaian kesucian?
Kutipan Mahaparinibbana Sutta...thanks rujukannya mewakili maksud saya :)
Tetapi, Ananda, hendaknya tidak berpikir demikian. Sebab apa yang telah Aku ajarkan sebagai Dhamma dan Vinaya, Ananda, itulah kelak yang menajdi Guru-mu, ketika Aku Pergi."
---mana saya tau.. tanya yg buat aja Buddha Gotama/bikkhu yg arahat yg sudah mengerti vinaya luar dalam, mgkn mereka tau apakah b*am msh pantas disebut bikkhu? wkwk disamping itu dia bikkhu yg menjalankan dhamma kok.
Jika di dalam Vinaya, penabhisan bhikkhuni harus penabhisan dua sisi (penabhisan oleh sangha bhikkhu dan sangha bhikkhuni), maka dengan kondisi sekarang dimana sudah tidak ada sangha bhikkhuni (theravada) lagi. Maka Tafsirkan-lah apakah sesuai dengan Vinaya atau Tidak tentang Penabhisan bhikkhuni oleh Ajahn Brahmn ?
thanks [at] adi lim infonyaa
bukan cuma menurut saya sih tp banyak org jg, buktinya dia msh status bikkhu kok, msh banyak yg panggil dia bhante. hee..
proses itu gunanya untuk memperoleh status ke-bikkhuan. :)anda tidak konsisten, bukankah anda mengatakan penahbisan itu hanya formalitas saja? lalu kenapa sekarang anda berubah pikiran dengan mengatakan pelatihan samanera dan penahbisan perlu untuk memperoleh status kebhikkhuan?
tahu dong, kita belajar dhamma untuk mencapai pencerahan kan? sama spt menjalani kehidupan suci, buat apa susah2 meninggalkan kehidupan duniawi untuk tujuan lain kecuali mencapai nibbana.
thanks rujukannya mewakili maksud saya :)bisa dijelaskan definisi "dhamma" yg anda bawa itu?
mana saya tau.. tanya yg buat aja Buddha Gotama/bikkhu yg arahat yg sudah mengerti vinaya luar dalam, mgkn mereka tau apakah b*am msh pantas disebut bikkhu? wkwk disamping itu dia bikkhu yg menjalankan dhamma kok.
kl menurut saya itu hanyalah tradisi.. bisa saja dlm setiap kehidupan Buddha berbeda caranya.. krn semua yg berupa kata2 dan terdefinisi, bukan kebenaran tertinggi, tidaklah sempurna.Oh ya? bisakah anda menjelaskan cara dalam kehidupan Buddha yg lain yg anda katakan berbeda itu?
thanks [at] adi lim infonyaa
bukan cuma menurut saya sih tp banyak org jg, buktinya dia msh status bikkhu kok, msh banyak yg panggil dia bhante. hee..
--
[at] all thanks atas semua masukannya, saya hanya share, semoga diskusi ini menambah pengetahuan dhamma saya :)
_/\_
status bhikkhu bukan menurut suara terbanyak, baca vinaya pitaka supaya gak malu2in.wow ternyata anda org yg sangat teoritis.. kira2 bagian mana ya? biar saya tambah pintar.. hee
anda tidak konsisten, bukankah anda mengatakan penahbisan itu hanya formalitas saja? lalu kenapa sekarang anda berubah pikiran dengan mengatakan pelatihan samanera dan penahbisan perlu untuk memperoleh status kebhikkhuan?konsisten dong :) formalitas kuliah s1>> dpt gelar s1, tahbis>> dpt gelar bikkhu. pentahbisan hanya untuk memperoleh status kebikkhuan (spt yg anda cantumkan dibawah sutta AN 5:167), bukan sifat kebikkhuan (sifat kebikkhuan didapat dr menjalani kehidupan suci dhamma n vinaya), lain kali yg teliti yaa :D
begitu ya? kalau begitu mnugkin anda perlu membaca sutta AN 5:167, saya kasih contekannya sedikit dehbisa donk, dia ceramah ttg kebenaran/dhamma hee
“Ada, Bhante, orang-orang yang hampa dari keyakinan yang telah meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah, bukan karena keyakinan melainkan menghendaki pencarian penghidupan; mereka licik, munafik, penipu, gelisah, sombong, tinggi hati, banyak berbicara, mengoceh tanpa arah dalam pembicaraan mereka, tidak menjaga pintu-pintu indria mereka, makan berlebihan, tidak menekuni keawasan, tidak mempedulikan kehidupan pertapaan, tidak menghormati latihan, hidup mewah dan mengendur, para pelopor dalam hal kembali pada kebiasaan-kebiasaan lama, mengabaikan tugas keterasingan, malas, hampa dari kegigihan, berpikiran kacau, tidak memiliki pemahaman jernih, tidak terkonsentrasi, dengan pikiran mengembara, tidak bijaksana, bodoh. Ketika aku berbicara kepada mereka seperti demikian, mereka tidak dengan hormat menerima apa yang aku katakan.
bisa dijelaskan definisi "dhamma" yg anda bawa itu?
Oh ya? bisakah anda menjelaskan cara dalam kehidupan Buddha yg lain yg anda katakan berbeda itu?
banyak orang belum tentu benar, malah banyak yang pandangan salah kok.emg, jd apa hebatnya mempermasalahkan statusnya? yg blg msh/tidak jd bikkhu jg org2, bkan arahat heheh
semoga pengetahuan dhamma anda bukan patokan dari kondisi AB aja ::)tenang, saya aja cm pinjam ga beli bukunya hee
wow ternyata anda org yg sangat teoritis.. kira2 bagian mana ya? biar saya tambah pintar.. hee
Buddha sendiri dgn tdk konsisten menjelaskan nibbana itu "tidak bernoda", "tidak melemah", "tidak menghancurkan", "tidak dapat dihancurkan", "tanpa ketegangan", "tidak bermusuhan", "yang halus", "damai", "pantai seberang", "kebenaran", "yang senantiasa ada", "tujuan tertinggi", "kemurnian", "kebebasan", msh bnyak lg.
kenapa? krn Buddha tahu bahwa setiap org punya pikiran berbeda + pencapaian org yg berbeda + kata2 tidak bisa menggambarkan kebenaran dgn sempurna..
thanks sarannya haha saya tidak malu (disini diskusi kok, emg utk tukar pendapat) kan itu pendapat saya artinya pencapaian saya br segitu kl salah ya wajar krn saya msh belajar.
tp kl anda memaksa untuk menjelaskan bahwa pandangan yg km dpt dr membaca itu benar dan saya salah maka kita seperti org buta yg mencoba menjelaskan warna hijau kpd temannya yg jg buta, berarti anda sendiri blm mengerti bahwa setiap org punya pikiran berbeda krn kita msh kotor.
yg baca pitaka jg msh org yg blm mencapai pencerahan.. jd maaf saya belum bisa sepenuhnya menerima pernyataan anda..
konsisten dong :) formalitas kuliah s1>> dpt gelar s1, tahbis>> dpt gelar bikkhu. pentahbisan hanya untuk memperoleh status kebikkhuan (spt yg anda cantumkan dibawah sutta AN 5:167), bukan sifat kebikkhuan (sifat kebikkhuan didapat dr menjalani kehidupan suci dhamma n vinaya), lain kali yg teliti yaa :D
bisa donk, dia ceramah ttg kebenaran/dhamma heeseorang gila pun bisa ceramah dhamma, tergantung bagaimana anda mendefinisikan "dhamma" itu. jadi, sekali lagi, bisa dijelaskan definisi "dhamma" yg anda bawa itu?
tidak, saya bukan arahat, tp apa anda bisa menyatakan bahwa di jaman Buddha lain pasti sama? kl jwbnya blm tentu berarti bisa saja beda heheh
emg, jd apa hebatnya mempermasalahkan statusnya? yg blg msh/tidak jd bikkhu jg org2, bkan arahat heheh
tenang, saya aja cm pinjam ga beli bukunya hee
saya simpulkan mksd posting saya adalah tidak penting bahwa jd bikkhu atau tidak, asal menjalankan dhamma dan vinaya, perumah tangga pun bisa, krn tujuan utama umat buddha adl nibbana.
Thanks atas jawabannya ya, semoga tidak menjadi salah paham dan membawa manfaat bagi kita _/\_
Ini juga kontroversial:
Ajahn Brahm for Sale (http://www.ajahnbrahmforsale.com/)
mantap, sepertinya forum ini sekarang lagi banyak dikunjungi oleh pengucap "teoritis"konsisten = tdk tetap
anda memaknai definisi2 itu sebagai "Sang Buddha tidak konsisten"? boleh tau apa definisi "konsisten" dari anda?
"sifat kebhikkhuan" saya malah baru mendengar hal ini, bisa dijelaskan apa itu "sifat kebhikkhuan"?sifat kebikkhuan menjalani dhamma n vinaya kehidupan suci. :)
seorang gila pun bisa ceramah dhamma, tergantung bagaimana anda mendefinisikan "dhamma" itu. jadi, sekali lagi, bisa dijelaskan definisi "dhamma" yg anda bawa itu?
saya tentu saja tidak pernah mengatakan anda arahat, bahkan versi yg paling jauh pun tidak. Dan saya tidak membuat pernyataan bahwa di jaman buddha lain pasti sama atau pasti berbeda, melainkan andalah yg memberikan pernyataan itu, jadi tanggung jawab mempertanggungjawabkan pernyataan ada pada anda. silakan ...Quotekl menurut saya itu hanyalah tradisi.. bisa saja dlm setiap kehidupan Buddha berbeda caranya.. krn semua yg berupa kata2 dan terdefinisi, bukan kebenaran tertinggi, tidaklah sempurna.bisa saja = mungkin, berarti saya blm blg pasti :p
--
[at] all thanks atas semua masukannya, saya hanya share, semoga diskusi ini menambah pengetahuan dhamma saya :)
_/\_
apa hebatnya juga mempermasalahkan topik apa yg ingin didiskusikan oleh para member di sini?siapa yg mempermasalahkan? saya cuma ksh pendapat, krn dibutuhkan makanya dibuat thread ini kn hehehe
silakan anda dengan kesimpulan anda, tapi apakah kami wajib mengikuti kesimpulan anda? apakah kami tidak boleh memiliki kesimpulan sendiri yg berbeda dengan anda?saya tidak memaksa ^-^
Twitter:
https://mobile.twitter.com/AjahnBrahm4Sale (https://mobile.twitter.com/AjahnBrahm4Sale)
Ajahn Brahm is auctioning 7 days
of his time in 2014 to raise funds
for Dhammasara Nuns' Monastery.
Registration starts March 14 2013.
ajahnbrahmforsale.com (http://ajahnbrahmforsale.com)
konsisten = tdk tetap
sifat kebikkhuan menjalani dhamma n vinaya kehidupan suci. :)jadi menurut anda, melibatkan diri dalam transaksi pelelangan itu ada di bagian mana dari dhamma dan vinaya?
dhamma = kebenaran, fenomena yg terjadi di kehidupan ini.
bisa saja = mungkin, berarti saya blm blg pasti :p
siapa yg mempermasalahkan? saya cuma ksh pendapat, krn dibutuhkan makanya dibuat thread ini kn hehehe
saya tidak memaksa ^-^
Twitter:
https://mobile.twitter.com/AjahnBrahm4Sale (https://mobile.twitter.com/AjahnBrahm4Sale)
Ajahn Brahm is auctioning 7 days
of his time in 2014 to raise funds
for Dhammasara Nuns' Monastery.
Registration starts March 14 2013.
ajahnbrahmforsale.com (http://ajahnbrahmforsale.com)
apakah ini maksudnya ada "bhikkhu" menjual diri?
"Before you criticize a man, walk a mile in his shoes, that way, if he gets angry, he's a mile away and barefoot." AB
Karena dhammasara tempat para bhikuni tersebut membutuhkan dana yang cukup besar tampak nya; hingga AB kewalahan untuk mencukupi kebutuhan dana/biaya dhammasara tersebut; sementara dia berdiri sendiri tanpa support dari sangha ajah chah (di keluarkan dari silsilah).
komentar seperti ini di twitter menunjukan bahwa dia berada dalam sebuah masa sulit dan berusaha untuk mengatasi masalah tersebut.
Twitter:saya pikir pertanyaan kuncinya yang perlu didiskusikan:
https://mobile.twitter.com/AjahnBrahm4Sale (https://mobile.twitter.com/AjahnBrahm4Sale)
Ajahn Brahm is auctioning 7 days
of his time in 2014 to raise funds
for Dhammasara Nuns' Monastery.
Registration starts March 14 2013.
ajahnbrahmforsale.com (http://ajahnbrahmforsale.com)
komentar seperti ini di twitter menunjukan bahwa dia berada dalam sebuah masa sulit dan berusaha untuk mengatasi masalah tersebut.it's just a joke...
saya pikir pertanyaan kuncinya yang perlu didiskusikan:
apakah uangnya dipakai untuk menghidupi ajahn brahm alias menjadi mata pencahariannya?
apakah penggalangan dana ini merupakan pelanggaran vinaya?
Sekarang banyak tokoh Buddhis yang terkenal hanya menjadi "barang dagangan" terlepas dari apa pun alasannya....
Untuk memastikan hal ini tentu harus dilakukan suatu auditing dari akuntan publik.membaca kutipan di atas, persepsi saya mengenai "penghidupan" itu berarti mencari duit atau materi untuk keperluan hidupnya sendiri.
tapi dalam kutipan sutta di atas, sya pikir perbuatan ini termasuk salah satu dari kelompok penghidupan salah
"29, “Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan salah? Menipu, membujuk, mengisyaratkan, merendahkan, mengejar keuntungan dengan keuntungan: ini adalah penghidupan salah. '
membaca kutipan di atas, persepsi saya mengenai "penghidupan" itu berarti mencari duit atau materi untuk keperluan hidupnya sendiri.
cmiiw.
Bagian 1
Informasi bagi umat awam penyokong
Apakah anda tahu kalau Buddha tidak mengizinkan Bhikkhu dan Sämaêera untuk menerima uang?
Anda tentunya sudah menemukan bahwa mayoritas para bhikkhu menerima dan menggunakan uang. Inilah salah satu faktor yang akan menuju lenyapnya ajaran Buddha. Anda dapat mempertahankan ajaran Buddha agar tetap ada dengan cara membantu dan mempelajari bagaimana dan apa saja yang pantas untuk diberikan.
Dalam bagian ini kita akan menyebutkan poin-poin penting yang mana harus diingat seorang umat sehingga memungkinkan bagi seorang bhikkhu untuk mendapatkan keperluannya tanpa melanggar peraturan Vinaya.
1. Jangan pernah memberikan uang pada para bhikkhu, tapi hanya memberikan keperluan-keperluan yang diperbolehkan seperti jubah, obat-obatan, buku-buku, atau tiket transportasi. Jika anda tidak mengetahui apa yang diperlukan bhikkhu anda dapat menanyakan langsung padanya atau mengundangnya sehingga jika dia memerlukan apapun dapat memintanya dari anda.
2. Sejumlah däna (uang) untuk keperluan dapat dititipkan pada seorang kappiya[1] dan ia harus diberi instruksi untuk membeli dan menyerahkan barang-barang tersebut kepada bhikkhu, sekelompok bhikkhu, atau Saògha dalam Vihära itu. Jangan menanyakan kepada bhikkhu, 'Kepada siapa saya harus berikan ini (uang)?' Jika anda menanyakan dengan cara ini maka itu tidaklah diperbolehkan bagi seorang bhikkhu untuk menunjuk seorang kappiya. Cukup dengan mengatakan, 'Bhante, saya ingin berdäna (dalam hal ini uang). Siapa kappiya bhante?'
3. Setelah memberi instruksi kepada kappiya lalu beritahukanlah bhikkhu yang dimaksud dengan mengatakan, 'Saya sudah menitipkan sejumlah däna uang sebesar x kepada kappiya bhante. Ketika bhante membutuhkan sesuatu mintalah kepadanya dan dia akan menyerahkan atau memberikan barang yang diperlukan bhante.
4. Jika anda sudah tahu siapa kappiya bhikkhu tersebut, anda cukup menitipkannya pada kappiya lalu menginformasikan kepada bhikkhu seperti nomor tiga
Bacalah dengan cermat keempat hal di atas dan perlu dicatat apa yang harus dikatakan. Prosedur-prosedur di atas diperbolehkan oleh Sang Buddha di mana yang disebut sebagai 'Kelayakan Meêéaka'. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam Bhesajjä Khandhaka dari Mahävagga dalam Vinaya Pièaka dan terjemahan untuk itu sebagai berikut:
Oh para bhikkhu, ada sebagian orang dengan keyakinan dan penghormatan yang mana jika mereka mempercayakan sejumlah uang di tangan kappiya dan memerintahkannya dengan mengatakan, ' Dengan uang ini berikan kebutuhan-kebutuhan yang layak buat bhikkhu ini'. Maka para bhikkhu saya ijinkan kalian untuk menerima apapun kebutuhan-kebutuhan yang layak yang didapatkan dari uang tersebut. Tetapi para bhikkhu, tidak dalam jalan apapun uang dapat diterima atau dicari.'
Juga peraturan yang disebut Räja Sikkhäpada, peraturan urutan ke-sepuluh dalam Kaèhinavagga atau Cïvaravagga di bagian Nissaggiya Päcittiya dari Pätimokkha memberikan informasi yang berhubungan. Terjemahannya sebagai berikut;
Sekiranya ada seorang Räja, pejabat kerajaan, brähmaêa, atau perumah tangga, mengirimkan däna jubah untuk seorang bhikkhu melalui seorang utusan, (berkata,) “Setelah membelanjakan sebuah jubah dengan däna jubah ini, berikanlah bhikkhu bernama ini dan itu dengan sebuah jubah”: Jika utusan itu, menghampiri seorang bhikkhu, berkata, 'Ini adalah däna jubah yang dikirimkan untuk kepentingan bhante. Tolong bhante terima däna jubah ini,” maka bhikkhu itu harus memberitahu utusan tersebut. “Kami tidak menerima däna jubah, sahabat. Kami menerima jubah (kain-jubah) yang sesuai menurut musimnya.”
Jika utusan itu berkata pada bhikkhu itu, “Apakah bhante memiliki seorang kappiya?” maka, para bhikkhu, jika bhikkhu itu menginginkan sebuah jubah, ia dapat menunjuk seorang kappiya — bisa seorang pelayan Vihära atau seorang umat awam — (berkata,) “Tuan, itu, adalah kappiya para bhikkhu.”
Apabila utusan tersebut, setelah memerintahkan kappiya itu dan pergi ke bhikkhu itu, berkata, “Saya telah memerintahkan kappiya yang bhante tunjukkan. Silahkan bhante pergi (kepadanya) dan ia akan memberikan bhante dengan jubah dalam musimnya,” maka bhikkhu, yang menginginkan sebuah jubah dan mendatangi kappiyanya, dapat mendesak dan mengingatkannya dua atau tiga kali, “Saya membutuhkan sebuah jubah.” Apabila (kappiya itu) memberikan jubah setelah didesak dan diingatkan dua atau tiga kali, itu baik.
Jika ia masih belum memberikan jubah itu, (bhikkhu itu) harus berdiri diam paling banyak empat kali, lima kali, enam kali untuk bertujuan pada itu. Jika (kappiya itu) memberikan jubah itu setelah (bhikkhu itu) berdiri diam untuk tujuan itu sebanyaknya empat, lima, atau enam kali, itu baik.
Jika ia masih belum mendapatkan jubah (hingga poin itu), maka apabila ia memberikan jubah setelah (bhikkhu itu) berusaha lebih lanjut daripada itu, maka itu harus diserahkan dan diakui.
Jika ia masih belum mendapatkan (jubah itu), maka bhikkhu itu harus pergi sendiri ke tempat dari mana däna jubah itu dibawa, atau mengirimkan seorang utusan (untuk berkata), “Däna jubah yang anda, kirimkan untuk kepentingan bhikkhu itu tidak memberikan manfaat bagi bhikkhu itu sama sekali. Semoga anda mendapatkan kembali apa yang menjadi milik anda. Semoga apa yang menjadi milik anda tidak hilang.” Inilah jalan yang sesuai.
Bagian 2
Kesalahan dalam penerimaan uang
Sebelum kemangkatannya Sang Buddha mengatakan bahwa jika ia telah tiada, Saògha, jika menginginkan, dapat menghilangkan peraturan-peraturan yang kecil dan kurang penting dari Vinaya. Beberapa bhikkhu mengutip ini sebagai alasan agar mereka dapat menerima uang, tetapi kutipan-kutipan yang terdapat dalam Sutta-sutta menunjukkan aturan yang melarang penggunaan uang bukanlah peraturan sepele atau kecil. Dalam kutipan tersebut aturan masalah uang menunjukkan pokok dan esensi bagi pencapaian pencerahan. Seperti terkutip dalam Maniculaka Sutta, Saóyutta Nikäya, Saëäyatana Saóyutta, Gämäni Saóyutta, Sutta nomor sepuluh.
Pada satu kesempatan yang Terberkahi tinggal di Räjagaha di mana tupai-tupai dan burung-burung diberi makan bernama Veluvana. Saat itu di Istana Räja, anggota kerajaan sedang mengadakan pertemuan dan di dalam pertemuan tersebut muncul perbincangan di antara mereka sebagai berikut;
Emas, perak, dan uang adalah layak bagi para bhikkhu yang merupakan putra-putra dari Pangeran Sakya (Buddha). Bhikkhu-bhikkhu tersebut yang merupakan putra-putra dari Pangeran Sakya menyetujui emas, perak, dan uang. Para bhikkhu yang merupakan putra-putra Pangeran Sakya menerima emas, perak, dan uang.
Namun pada saat itu Maniculaka sang kepala desa juga turut hadir dalam pertemuan itu dan ia mengatakan dalam pertemuan itu sebagai berikut;
Oo tuanku, janganlah berkata demikian. Emas, perak, dan uang tidaklah layak bagi para bhikkhu yang merupakan putra-putra Pangeran Sakya. Putra-putra Pangeran Sakya tidaklah menyetujui juga tidak menerima emas, perak, dan uang. Mereka telah melepaskan keterikatan pada emas,peermata, dan tanpa uang.
Tetapi Maniculaka Sang kepala desa tidak mampu meyakinkan pertemuan tersebut. Maka Maniculaka menjumpai Sang Buddha setelah menghampirinya, bersujud, dan duduk di satu sisi. Selagi duduk di satu sisi Maniculaka sang kepala desa berkata kepada Yang Terberkahi;
'Bhante, di Istana Räja para anggota kerajaan sedang berkumpul (dan ia mengulangi semua yang ia ucapkan seperti di atas) tetapi bhante, saya tak mampu untuk meyakinkan pertemuan tersebut.
'Bhante, dengan menjelaskan seperti itu apakah saya telah berbicara sesuai dengan apa yang Bhante katakan ataukah saya telah salah dalam menggambarkan apa yang Bhante katakan? Apakah jawaban yang saya berikan sesuai dengan ajaran atau akankan seseorang yang berbicara sesuai dengan ajaran ini menemukan alasan untuk mengecam saya?
'Anda benar, kepala desa, dengan menjelaskan secara demikian, dia adalah orang yang berbicara sesuai dengan kata-kataKu dan tidak salah dalam menggambarkannya. Anda telah menjawab sesuai dengan ajaran ini dan seseorang yang berbicara sesuai dengan ajaran ini tidak akan menemukan alasan untuk mengecam anda.
'Untuk itulah, kepala desa, emas, perak, dan uang tidaklah layak bagi para bhikkhu keturunan putra-putra Pangeran Sakya. Merekapun tidak menyetujui emas, perak atau uang, juga tidak menerima emas, perak dan uang. Mereka semua telah melepaskan kepemilikan terhadap emas dan permata dan juga tanpa uang
'Kepala desa, untuk siapapun emas, perak dan uang jika diperbolehkan maka baginya kelima kenikmatan indria dapat diperolehnya. Bagi siapapun kelima kenikmatan indria diperbolehkannya maka anda dapat memastikan', Dia tidak memiliki sifat bawaan seorang bhikkhu, dia tidak memiliki sifat bawaan dari putra seorang Pangeran Sakya.
'Kepala desa, inilah yang benar-benar Kukatakan, 'Seorang bhikkhu yang membutuhkan rumput, rumput dapat dicarinya. Bagi bhikkhu yang membutuhkan kayu, kayu dapat dicarinya. Bagi bhikkhu yang membutuhkan kereta, kereta dapat dicarinya. Tetapi kepala desa, saya juga katakan. Tidak dalam cara apapun emas, perak atau uang dapat diterima atau dicari.
Kutipan berikut diambil dari akhir Upakkilesa Sutta (Aòguttara Nikäya, buku ke-4, Rohitassa Vagga, Sutta no.10) menunjukkan bahwa penerimaan uang hanya menuju pada keberlanjutan kelahiran.
'Ternoda oleh nafsu badaniah, kemarahan dan terbutakan oleh kegelapan batin, beberapa bhikkhu dan brähmaêa menikmati kenikmatan kesenangan indriawi. Bhikkhu-bhikkhu bodoh dan brähmaêa tersebut meminum alkohol, terlibat hubungan seksual, menerima emas, perak dan uang dan mendapatkan kebutuhan mereka dengan penghidupan yang salah. Semua ini dikatakan pengkorupsi oleh Sang Buddha yang bercahaya bagaikan matahari.
Para bhikkhu dan brähmaêa yang terkorupsi oleh perubahan ini tidaklah murni, terkotorkan, tidak berkobar atau bercahaya. Tetapi malahan kebingungan, terbutakan, menjadi budak nafsu dan penuh dengan keserakahan. Mereka menambah ukuran kuburan dengan mengalami kelahiran lagi dan lagi.
Dalam Sutta ini Sang Buddha mengutip penerimaan uang sebagai kegemaran dalam pemuasan nafsu indria. Dalam Dhammacakkappavattana Sutta dengan jelas Sang Buddha memberi instruksi; 'Kedua jalan ekstrim ini bhikkhu, seharusnya dihindari oleh mereka yang meninggalkan kehidupan perumah tangga. Apakah kedua itu? Menggemari kesenangan indria yang mana rendah, cara perumah tangga, cara orang-orang pada umumnya, cara mereka yang tidak tercerahkan serta tidak bermanfaat dan penyiksaan diri yang mana menyakitkan, cara bagi yang belum tercerahkan dan tidak membawa manfaat.
Dalam pengajaran ini bahkan seorang umat awam yang telah mencapai tingkat pencerahan Anägämï menjalankan sepuluh sila secara alami dan tidak menerima uang juga tidak menggunakannya.
Sebagai contoh seorang Anägämï Ghaèïkära tanpa menggunakan permata, emas, perak atau uang dan menghidupi dirinya dengan mengambil tanah yang terkikis dari tepi sungai dan membuatnya menjadi kendi-kendi. Kendi-kendi tersebut ia tinggalkan di sisi jalan dan siapapun yang menginginkannya dapat menukarnya dengan barang yang sesuai seperti sejumlah beras atau makanan dan boleh mengambil kendi tersebut. Dengan jalan ini Ghaèïkära menghidupi dirinya dan kedua orang tuanya yang buta. (Lihat Ghaèïkära Sutta dari Majjhima Nikäya)
Ini menunjukkan bagaimana uang merintangi jalan kesucian dan bagaimana mereka yang benar-benar suci tidak menggunakan uang. Kutipan-kutipan di atas semua membuktikan penerimaan uang oleh bhikkhu bukanlah kesalahan kecil dan dapat membuat seorang bhikkhu tidak mampu mencapai Nibbäna.
ya saya sependapat, tapi jika seseorang mencari penghidupan adalah sulit untuk mendeteksi apakah hasilnya dipakai untuk diri sendiri atau diberikan kepada orang lain, dan lagi untuk jika hanya dibatasi untuk diri sendiri, maka ini akan berdampak pada kelonggaran lainnya, misalnya mencari penghidupan untuk diberikan kepada keluarga, kerabat, teman, dst. yg pada akhirnya membuat bhikkhu itu semakin jauh dari Dhamma.saya setuju dengan kedua point di atas..
Dan juga perlu diperhatikan bahwa Vinaya ditetapkan Sang Buddha selain sebagai bagian dari latihan kehidupan spiritual juga untuk melindungi bhikkhu tersebut dari bahaya, termasuk bahaya dipergunjingkan seperti ini.
saya setuju dengan kedua point di atas..
namun saya suka melihat sesuatu dari esensinya. kalo memang niatnya gak baik, selalu ada celah dari peraturan yang bisa dipakai untuk kenyamanan diri seperti bhikkhu2 perokok dan pemegang kartu kredit & rekening bank. dalam hal ini, apabila memang tidak melakukan pelanggaran vinaya dan niat & hasilnya adalah baik, saya gak melihat ada masalah...
mengenai melindungi dari pergunjingan orang, memang benar memegang vinaya secara strict bisa mengurangi kemungkinan digunjingkan orang. namun ada garis batas dari apa itu kepantasan dan ketidakpantasan. garis batas ini berbeda2 tergantung sudut pandang dan latar belakang masing2.
saya melihat ada atau tidaknya gunjingan itu tidak sepenuhnya tergantung dari sang bhikkhu, melainkan juga faktor luar. Sang Buddha pun tak lepas dari pergunjingan orang. selama sang bhikkhu memiliki niat yang baik dan pelaksanaannya tidak melanggar peraturan, saya pikir sang bhikkhu harus jalan terus pantang mundur...
"It is not new, O Atula! It has always been done from ancient times. They blame one who is silent, they blame one who speaks much, they blame one who speaks little. There is no one in this world who is not blamed.
There never has been, there never will be, nor is there now, anyone who is always blamed or always praised."
saya setuju dengan kedua point di atas..jadi AB disini ga melanggar ya?
namun saya suka melihat sesuatu dari esensinya. kalo memang niatnya gak baik, selalu ada celah dari peraturan yang bisa dipakai untuk kenyamanan diri seperti bhikkhu2 perokok dan pemegang kartu kredit & rekening bank. dalam hal ini, apabila memang tidak melakukan pelanggaran vinaya dan niat & hasilnya adalah baik, saya gak melihat ada masalah...
mengenai melindungi dari pergunjingan orang, memang benar memegang vinaya secara strict bisa mengurangi kemungkinan digunjingkan orang. namun ada garis batas dari apa itu kepantasan dan ketidakpantasan. garis batas ini berbeda2 tergantung sudut pandang dan latar belakang masing2.
saya melihat ada atau tidaknya gunjingan itu tidak sepenuhnya tergantung dari sang bhikkhu, melainkan juga faktor luar. Sang Buddha pun tak lepas dari pergunjingan orang. selama sang bhikkhu memiliki niat yang baik dan pelaksanaannya tidak melanggar peraturan, saya pikir sang bhikkhu harus jalan terus pantang mundur...
"It is not new, O Atula! It has always been done from ancient times. They blame one who is silent, they blame one who speaks much, they blame one who speaks little. There is no one in this world who is not blamed.
There never has been, there never will be, nor is there now, anyone who is always blamed or always praised."
Telah ditunjukkan [dalam peraturan] di atas bahwa tidaklah diperbolehkan untuk menyebabkan diterimanya atau ditempatkannya uang untuk vihara ataupun yang lainnya. Dengan demikian, pendangan tersebut tidak sesuai dengan Vinaya.
Kitab komentar mengilustrasikan hal utama yang terlibat dalam peraturan-peraturan ini dalam sebuah cerita fiktif. Hal ini berkaitan dengan situasi di mana donor tidak memperdulikan penolakan dari bhikkhu dan meninggalkan uangnya di depan sang bhikkhu dan kemudian pergi. Hal ini memperlihatkan bahwa:
1. Jika sang bhikkhu berkata, “Taruh di sini,’ maka itu termasuk pelanggaran Nissaggiya Pācittiya karena menerimanya.
2. Jika sang bhikkhu ingin membeli sesuatu dan berkata, ‘Ambil ini,’ maka itu adalah pengaturan yang tidak diperbolehkan (jika dananya legal).
3. Peraturan ini bagaikan berjalan pada seutas tali tambang, di mana sedikit salah ucapan saja akan mengakitbatkan terjadinyanya pelanggaran.
Ceritanya adalah sebagai berikut:
Seandainya seseorang menaruh seratus atau seribu koin di depan kaki seorang bhikkhu dan berkata, “Ini untuk bhante” dan sang bhikkhu menlokanya dengan berkata, ‘Hal ini tidak diperbolehkan/dibenarkan,” tetapi orang tersebut menjawab, “Saya telah memberikannya kepada bhante” dan kemudian pergi.
Kemudian, jika ada orang (umat) lain yang datang dan bertanya, “Bhante, ini apa?” Maka dia dapat diberitahu apa yang telah dikatakan oleh donor dan bhikkhu. Jika orang tersebut berkata, “Bhante, biar saya simpan supaya aman, beritahu saya sebuah tempat yang aman.” Maka, setelah menaiki sebuah gedung bertingkat tujuh, sang bhikkhu dapat mengatakan, ‘Ini tempat yang aman’ tetapi dia tidak boleh berkata, ‘Taruh di sini.’ Hanya dengan mengatakan demikian saja, uang itu bisa menjadi legal atau tidak legal (dalam kitab sub-komentar Vimativinodana dikatakan: Jika sang bhikkhu berkata, ‘Taruh di sini,’ itu artinya adalah menerima uang tersebut dan termasuk pelanggaran Nissaggiya Pācittiya). Kemudian, sang bhikkhu dapat menutup pintu dan menguncinya.
Jika suatu saat seorang pedagang datang dengan membawa barang dagangannya seperti mangkuk dan jubah bhikkhu dan berkata, “Ambil ini bhante,” kemudian bhikkhu tersebut dapat berkata, ‘Teman, saya membutuhkan ini dan ada dana untuk mendapatkanya, tetapi sekarang di sini tidak ada kappiya.’ Dan jika pedagang tersebut berkata, “Saya akan menjadi kappiya bhante, buka pintunya dan berikan pada saya.” Kemudian, setelah membuka pintunya, sang bhikkhu harus berkata, ‘Dananya ditaruh di ruangan ini,’ dia tidak boleh berkata, ‘Ambil ini.’ Maka, tergantung pada apa yang diucapkannya, hal itu menjadi seseuatu yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Kemudian, jika pedagang tersebut mengambil koin-koin tersebut dan memberikan kebutuhan bhikkhu yang diperbolehkan kepada sang bhikkhu, maka hal itu diperbolehkan. Jika pedagang tersebut mengambil koinnya terlalu banyak, maka sang bhikkhu dapat berkata, ‘Saya tidak jadi mengambil barang daganganmu, silakan pergi!’
IMO, niat tidak menentukan di sini, seorang yg punya niat gak baik pun bisa taat vinaya, sebaliknya seorang yg niatnya baik pun bisa melanggar vinaya. jadi terlepas dari apa niatnya, yg tidak mungkin diketahui orang lain, adalah tindakannya yg terlihat.komplitnya sih niat, cara dan hasilnya baik. batasan mengenai cara tentunya adalah vinaya.
jika seorang yg perbuatan yg lurus dipergunjingkan, biasanya gunjingan itu tidak akan bertahan lama dan akan memudar dan lenyap dengan sendirinya. hal inilah yg dialami oleh Sang Buddha.dalam cerita2 ya tentunya selalu keliatan ideal, hitam putih.
Pada masa Sang Buddha, aturan vinaya ditetapkan biasanya setelah adanya kritikan dari umat. Tentu saja pada Sang Buddha dulu belum pernah terjadi ada bhikkhu yg melelang dirinya, yang kalau ada, saya berspekulasi bahwa Sang Buddha akan menetapkan larangan pelelangan diri. kehidupan para bhikkhu/bhikkhuni sepenuhnya bergantung dari dana umat, dan umat suka melihat para bhikkhu/bhikkhuni yang memiliki moralitas yang baik serta sesuai aturan-aturan vinaya. bagi para bhikkhu/bhikkhuni yang taat vinaya, saya pun yakin bahwa umat akan gembira menanam jasa di lahan yg subur itu. Dan dengan demikian, para bhikkhu/bhikkhuni tidak perlu sampai harus melelang dirinya.
Jadi
jadi AB disini ga melanggar ya?yang seperti ini gampang dikilahkan atau disiasati. duitnya bisa diterima pejabat yayasan. duitnya dicari oleh yayasan. acaranya diiklankan umat awam. semuanya diatur oleh pihak ketiga. bhikkhu hanya menerima undangan, dan datang memenuhi undangan. tidak ada yang dilanggar.
kalau ada vinaya gini menyebutkan :
2. Meṇḍaka-sikkhāpada: terjemahannya telah diberikan di atas. Tidak ada tambahan informasi mengenai perijinan ini di kitab komentar. Semua yang harus dikatakan tentang hal ini dijelaskan dalam kitab komentar pada bagian Rāja-sikkhāpada. Baris terkahir dari perijinan ini layak untuk di ingat sebagai rangkuman dari semua peraturan mengenai uang: “Para bhikkhu, tidak dengan alasan apapun juga Saya mengijinkan uang untuk diterima atau dicari.”
yang seperti ini gampang dikilahkan atau disiasati. duitnya bisa diterima pejabat yayasan. duitnya dicari oleh yayasan. acaranya diiklankan umat awam. semuanya diatur oleh pihak ketiga. bhikkhu hanya menerima undangan, dan datang memenuhi undangan. tidak ada yang dilanggar.Jadi kalau demi kepentingan mulia boleh lah melanggar, betul begitu?
sekali lagi, peraturan itu gampang dicari celahnya. yang penting itu adalah esensinya, apakah perbuatan itu didasarkan dan dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, memperkaya diri sendiri, kenyamanan diri sendiri ataukah untuk kepentingan yang lebih mulia...
Jadi kalau demi kepentingan mulia boleh lah melanggar, betul begitu?di sini tidak ada yang dilanggar.
idealnya yang taat vinaya maka dana mengalir lancar. kenyataannya mungkin yang difavoritkan umat adalah yang lucu, gaul dan pinter ngomong.
Ini juga kontroversial:
Ajahn Brahm for Sale (http://www.ajahnbrahmforsale.com/)
lama kelamaan menjurus ke pelawak atau badut :))
komplitnya sih niat, cara dan hasilnya baik. batasan mengenai cara tentunya adalah vinaya.
kalau tidak melanggar vinaya, ya gak masalah.
dalam cerita2 ya tentunya selalu keliatan ideal, hitam putih.
saya menilai dunia ini tidak ideal, tidak hitam putih.
idealnya pejabat yang lurus, tidak kkn itu seharusnya karirnya lancar. kenyataannya mungkin karirnya gak naik2, kalau gak dipecat.
idealnya yang taat vinaya maka dana mengalir lancar. kenyataannya mungkin yang difavoritkan umat adalah yang lucu, gaul dan pinter ngomong.
karena motif keserakahan atas dana inilah maka muncul para bhikkhu pelawak. padahal Sang Buddha mengajarkan kepada para bhikkhu, bahwa jika di suatu tempat seorag bhikkhu tidak memperoleh kemajuan dalam spiritual, maka walaupun dana berlimpah ia harus meninggalkan tempat itu; sebaliknya jika di tempat itu ia memperoleh kemajuan spiritual, maka walaupun harus menderita kelaparan, ia tidak boleh meninggalkan tempat itu.benar.
benar.
namun ini tidak berarti sebaliknya. apabila dana berlimpah maka bukan berarti pasti tidak ada kemajuan spiritual.
demikian juga apabila ada bhikkhu yang lucu dan pinter ngomong maka bukan berarti pasti dia serakah mencari umat.
di sini tidak ada yang dilanggar.Kalau aye lihat, menukar ajaran dengan uang itu sepertinya pelanggaran deh, walaupun tujuan mulia, dana pembangunan vihara, untuk kelangsungan bhikkhu, atau membantu orang lain, itu seperti memanfaatkan kedudukan, posisi, kebhikkhuan untuk menukar ajarannya dengan bentuk uang, bedakan misalnya dengan umat awam yang mengajar dhamma dengan gratis, demi kemajuan bersama, dengan seorang bhikkhu yanmg mengajar dhamma untuk menukar dengan uang yang digunakan untuk dana vihara atau bikuni dll lebih mulia dan lebih pantas mana ya?
kenapa jd seperti ini ya..
benar.
namun ini tidak berarti sebaliknya. apabila dana berlimpah maka bukan berarti pasti tidak ada kemajuan spiritual.
demikian juga apabila ada bhikkhu yang lucu dan pinter ngomong maka bukan berarti pasti dia serakah mencari umat.
keinginannya banyak
kebutuhan sangat banyak sedang dana yang ada tidak memadai.
*dalam kasus ini, no comment tentang mencari umat.* Tapi dalam hal mencari "dana", hal ini sangat mudah dilihat, tinggal dilihat apakah konsernya yg lucu dan pinter ngomong itu selalu dengan menjual tiket.saya udah bertahun2 gak "nonton" konsernya ajahn brahm, tapi setahu saya setiap kunjungan ajahn brahm, selalu ada "konser" gratisannya, malah kebanyakan semuanya gratis. gak tau apa ada yang salah dalam pengadaan acaranya di indonesia...
Kalau aye lihat, menukar ajaran dengan uang itu sepertinya pelanggaran deh, walaupun tujuan mulia, dana pembangunan vihara, untuk kelangsungan bhikkhu, atau membantu orang lain, itu seperti memanfaatkan kedudukan, posisi, kebhikkhuan untuk menukar ajarannya dengan bentuk uang, bedakan misalnya dengan umat awam yang mengajar dhamma dengan gratis, demi kemajuan bersama, dengan seorang bhikkhu yanmg mengajar dhamma untuk menukar dengan uang yang digunakan untuk dana vihara atau bikuni dll lebih mulia dan lebih pantas mana ya?atau bisa juga dilihat esensinya itu sebagai ajang pengumpulan dana dengan pemakaian kata2 marketing yang salah dari sudut pandang konservatif, namun humourous dan biasa aja dari sudut pandang orang barat.
saya udah bertahun2 gak "nonton" konsernya ajahn brahm, tapi setahu saya setiap kunjungan ajahn brahm, selalu ada "konser" gratisannya, malah kebanyakan semuanya gratis. gak tau apa ada yang salah dalam pengadaan acaranya di indonesia...
saya justru melihat keberadaan dhamma talks gratisan seperti ini sangat positif bagi buddhism, menunjukkan eksistensi buddhism di tengah2 banjir konser, show dan acara penyembuhan agama lain.
atau bisa juga dilihat esensinya itu sebagai ajang pengumpulan dana dengan pemakaian kata2 marketing yang salah dari sudut pandang konservatif, namun humourous dan biasa aja dari sudut pandang orang barat.
atau bisa juga dilihat esensinya itu sebagai ajang pengumpulan dana dengan pemakaian kata2 marketing yang salah dari sudut pandang konservatif, namun humourous dan biasa aja dari sudut pandang orang barat.
kebutuhan sangat banyak sedang dana yang ada tidak memadai.
*dalam kasus ini, no comment tentang mencari umat.* Tapi dalam hal mencari "dana", hal ini sangat mudah dilihat, tinggal dilihat apakah konsernya yg lucu dan pinter ngomong itu selalu dengan menjual tiket.waktu Ajahn Brahm datang ke Aceh, gak pake tiket sih....
waktu Ajahn Brahm datang ke Aceh, gak pake tiket sih....
Kalau aye lihat kok sepertinya bukan humorous? Jadi kalau ada orang berdana, trus ikut lelang, trus yg menang dpt imbalan dapat 7 hari bersama AB, itu bukan sih maksudnya?
atau bisa juga dilihat esensinya itu sebagai ajang pengumpulan dana dengan pemakaian kata2 marketing yang salah dari sudut pandang konservatif, namun humourous dan biasa aja dari sudut pandang orang barat.
Kalau aye lihat kok sepertinya bukan humorous? Jadi kalau ada orang berdana, trus ikut lelang, trus yg menang dpt imbalan dapat 7 hari bersama AB, itu bukan sih maksudnya?
Walau misalnya itu humorous kok jadinya kehidupan pertapaan semakin parah maknanya, jadinya mengurus kehidupan duniawi terus, duit dan duit terus apakah akan ada ujungnya? Itu yang diajarkan buddha? Apakah esensi ajaran Buddha sekarang mengajarkan bikkhu untuk dijadikan objek mencari uang terus sehingga menjadi kebiasaan? begitukah kepantasannya? Apakah cara2 dulu sudah kuno sehingga ajaran buddha harus dikoreksi jadi seperti sekarang?
Semua tentu ada awal nya hal yang terjadi pada AB ini adalah bisa dikatakan ada sebab dan ada akibatnya yang harus di tanggung oleh Bhikku Ajhan Brahm tersebut, apakah akan ada akhirnya? kecuali Ajhan Brahm di pulihkan silsilah nya mungkin beban yang di tanggung saat ini akan berkurang.
Dalam banyak sutta dan vinaya, Sang Buddha telah membabarkan tentang betapa berbahayanya uang bagi kaum monastik, jika memang diperlukan, serahkanlah urusan keuangan itu kepada umat awam. seperti tradisi yg sering dilakukan di kalangan Buddhis, proyek pembangunan/renovasi vihara sering melakukan penggalangan dana, dan itu dilakukan oleh yayasan yg dikelola oleh umat awam, dan kalau ada penggalangan dana yg dikelola oleh bhikkhu, hal itu tidak berarti bahwa itu dibenarkan.seharusnya memang begitu...
Kalau aye lihat kok sepertinya bukan humorous? Jadi kalau ada orang berdana, trus ikut lelang, trus yg menang dpt imbalan dapat 7 hari bersama AB, itu bukan sih maksudnya?itu kan cara pandang anda... ada orang yang melihatnya dari sisi yang lain.
Walau misalnya itu humorous kok jadinya kehidupan pertapaan semakin parah maknanya, jadinya mengurus kehidupan duniawi terus, duit dan duit terus apakah akan ada ujungnya? Itu yang diajarkan buddha? Apakah esensi ajaran Buddha sekarang mengajarkan bikkhu untuk dijadikan objek mencari uang terus sehingga menjadi kebiasaan? begitukah kepantasannya? Apakah cara2 dulu sudah kuno sehingga ajaran buddha harus dikoreksi jadi seperti sekarang?
seharusnya memang begitu...
saya pikir penggalangan dana ini pasti dikelola oleh umat. gak mungkin ajahn brahm melakukan blunder sebesar itu.
hanya karena photo dan judulnya ada ajahn brahm bukan berarti semuanya dikerjakan sendiri oleh ajahn brahm.
itu kan cara pandang anda... ada orang yang melihatnya dari sisi yang lain.
bagi sebagian orang, kehidupan pertapaan tidak semakin parah maknanya.
penggalangan dana ini justru memberi kesempatan kepada banyak orang
untuk menjalani hidup pertapaan.
saya tidak melihat ada pertapa yang mengurusi duniawi dan duit duit duit.
dengan adanya nama dan foto ajahn brahm di sana bukan berarti itu saja
yang diurusinya. bisa saja itu kerjaan pengurus penggalangan dana ini...
begini, seperti yang dibilang om indra, saya bisa terus berspekulasi melakukan
pembenaran untuk ajahn brahm. namun dalam hal ini, anda berspekulasi dan
saya juga berspekulasi. tidak ada gunanya dilanjutkan selama tidak ada bukti
lebih lanjut...
saya tidak memiliki informasi mengenai pengelolaan acara ini, mungkin Bro Morpheus bisa memberikan informasi yg benar. tapi walaupun dikelola umat tapi tidak mungkin AB tidak terlibat di sini, dan keterlibatan seorang bhikkhu dalam urusan umat awam, tetap saja tidak sepantasnya.
ini pandangan yg agak berbahaya, bahwa orang memerlukan dana untuk menjalani hidup pertapaan, kalau begitu apa makna "meninggalkan keduniawian" bagi Bang Morpheus?
Kita memang minim informasi dalam hal ini, sehingga muncul berbagai spekulasi, maka bagi yg memiliki informasi, dimohon agar sudi mengklarifikasi.
**belum lagi jika dibahas mengenai "pelelangan-diri" sebagai termasuk "perdagangan manusia"
begini, seperti tertulis disana, ada suatu imbalan, ada dana, ada imbalan 7 hari bersama AB, AB terlibat disana, tanpa ada AB maka pelelangan akan ada? orang akan mau keluar uang kalau tidak ada imbalan 7 hari bersama AB?
bagi sebagian orang, kehidupan pertapaan tidak semakin parah maknanya.
penggalangan dana ini justru memberi kesempatan kepada banyak orang
untuk menjalani hidup pertapaan.
saya tidak melihat ada pertapa yang mengurusi duniawi dan duit duit duit.
dengan adanya nama dan foto ajahn brahm di sana bukan berarti itu saja
yang diurusinya. bisa saja itu kerjaan pengurus penggalangan dana ini...
begini, seperti yang dibilang om indra, saya bisa terus berspekulasi melakukan
pembenaran untuk ajahn brahm. namun dalam hal ini, anda berspekulasi dan
saya juga berspekulasi. tidak ada gunanya dilanjutkan selama tidak ada bukti
lebih lanjut...
saya tidak melihat ada pertapa yang mengurusi duniawi dan duit duit duit.
dengan adanya nama dan foto ajahn brahm di sana bukan berarti itu saja
yang diurusinya. bisa saja itu kerjaan pengurus penggalangan dana ini...
saya tidak memiliki informasi mengenai pengelolaan acara ini, mungkin Bro Morpheus bisa memberikan informasi yg benar. tapi walaupun dikelola umat tapi tidak mungkin AB tidak terlibat di sini, dan keterlibatan seorang bhikkhu dalam urusan umat awam, tetap saja tidak sepantasnya.lagi ini pandangan hitam putih yang idealis...
ini pandangan yg agak berbahaya, bahwa orang memerlukan dana untuk menjalani hidup pertapaan, kalau begitu apa makna "meninggalkan keduniawian" bagi Bang Morpheus?pernyataan saya berhubungan dengan penggalangan dana dhammasara nuns' monastery. tentunya dengan dibangunnya monastery itu memberi kesempatan orang menjalani kehidupan pertapaan termasuk orang awam yang ingin ikutan bermeditasi. jangan dibalik...
kayaknya informasi yang ada minim dan susah dibeberkan.terbalik...
sepertinya yang ada cuma asumsi atau opini para 'pembela indenpenden' untuk pembenaran sepak terjang fenomena AB.
lagi ini pandangan hitam putih yang idealis...
kalo masalah "terlibat", apa ada yang 100% murni dan tidak terlibat?
mari kita lihat surat sangha theravada di bawah:
http://www.samaggi-phala.or.id/berita/rapim2_06b.html
di bab 9, pasal 1, pelayanan undangan perayaan kathina 2550, ada ayat:
"Dana yang berupa uang; 50% dari jumlah keseluruhan penerimaan wajib diserahkan/dikirimkan kepada kas Sangha Theravada Indonesia, minimal 25% dari jumlah keseluruhan penerimaan diserahkan kepada kas vihara/panitia penyelenggara perayaan Kathina, sedangkan sisanya diserahkan kepada kebijaksanaan bhikkhu yang memimpin perayaan Kathina tersebut"
apakah ini berarti yang bertanda-tangan di sana (bhikkhu jotidhammo) "terlibat" urusan keuangan dan dana?
dimana batas "terlibat" yang pantas dan "terlibat" yang tidak pantas?
pernyataan saya berhubungan dengan penggalangan dana dhammasara nuns' monastery. tentunya dengan dibangunnya monastery itu memberi kesempatan orang menjalani kehidupan pertapaan termasuk orang awam yang ingin ikutan bermeditasi. jangan dibalik...
idealnya menjalani kehidupan pertapaan memang tidak memerlukan dana... tapi selalu ada hubungan2 dengan duniawi yang terpaksa dilakukan, apalagi di tengah2 masyarakat non-buddhis. kalo tidak, untuk apakah dibangun panti semedi balerejo, toh kehidupan pertapaan tidak memerlukan dana kan?
terbalik...
Acara lelang dilakukan oleh Handaka Wijjananda dari Ehipassiko (EF) dan katanya hasil lelang adalah untuk membiayai anak asuh. Karena EF mengaku jumlah anak yang dibantu terus bertambah dan dana yang diperlukan sangat besar. Kalo sumbangan dari donatur yang sudah ada kan relatif fixed sementara jumlah anak yang dibiayai katanya terus bertambah.Yakin itu di indonesia lelangnya? itu sepertinya pake kurs australia dolar, dan pembangunan dhammasara nun's monastery nya apa di indo juga? kok malah ke anak asuh? apa artinya di indonesia/EF akan melakukan pelelangan juga?
Demikian yang gw dengar langsung, kalau yang lain ada informasi lain untuk apa duitnya itu silahkan dikemukakan di sini dan sebaiknya tidak berasumsi sendiri yang belum tentu benar.
Yakin itu di indonesia lelangnya? itu sepertinya pake kurs australia dolar, dan pembangunan dhammasara nun's monastery nya apa di indo juga? kok malah ke anak asuh? apa artinya di indonesia/EF akan melakukan pelelangan juga?
Gw yakin banget karena gw lihat langsung acaranya.
Yang pake kurs Aus$ itu di acara yang mana? Sebenarnya yang pada omong di sini memang turut hadir di acara tour d'indonesie itu atau cuma menduga2 ? Setahu gw acara AB ini diadakan di beberapa kota, entahlah kalo tiap kota ga sama acara cari duitnya dan tujuannya.
78 (8 ) Bahaya Masa Depan (2)
“Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu hutan mempertimbangkan lima bahaya masa depan, cukuplah baginya untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. Apakah lima ini?
(1) “Di sini, seorang bhikkhu hutan merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang aku masih muda, seorang pemuda berambut hitam yang memiliki berkah kemudaan, dalam masa utama kehidupan. Tetapi akan tiba saatnya ketika usia tua menyerang tubuh ini. Ketika seseorang sudah tua, dikuasai oleh usia tua, tidaklah mudah untuk menjalankan ajaran para Buddha; tidaklah mudah untuk mendatangi tempat-tempat terpencil di dalam hutan dan belantara. Sebelum kondisi yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, dan tidak menyenangkan itu menghampiriku, biarlah aku terlebih dulu membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. Dengan demikian ketika aku berada dalam kondisi itu, aku akan berdiam dengan nyaman walaupun aku sudah tua.’ Ini adalah bahaya masa depan pertama yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.
(2) “Kemudian, seorang bhikkhu merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang aku jarang sakit atau menderita; aku memiliki pencernaan yang baik yang tidak terlalu dingin juga tidak terlalu panas melainkan sedang dan sesuai untuk berusaha. Tetapi akan tiba saatnya ketika penyakit menyerang tubuh ini. Ketika seseorang sakit, dikuasai oleh penyakit, tidaklah mudah untuk menjalankan ajaran para Buddha; tidaklah mudah untuk mendatangi tempat-tempat terpencil di dalam hutan dan belantara. Sebelum kondisi yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, dan tidak menyenangkan itu menghampiriku, biarlah aku terlebih dulu membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. [104] Dengan demikian ketika aku berada dalam kondisi itu, aku akan berdiam dengan nyaman walaupun aku sakit.’ Ini adalah bahaya masa depan ke dua yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.
(3) “Kemudian, seorang bhikkhu merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang ada cukup makanan; telah ada panen yang baik dan dana makanan berlimpah, sehingga seseorang dapat dengan mudah bertahan dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit. Tetapi akan tiba saatnya ketika terjadi bencana kelaparan, panen yang buruk, ketika dana makanan sulit diperoleh dan seseorang tidak dapat dengan mudah bertahan dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit. Pada masa bencana kelaparan, orang-orang pindah ke tempat-tempat di mana tersedia cukup makanan dan kondisi kehidupan di sana padat dan ramai. Ketika kondisi kehidupan padat dan ramai, tidaklah mudah untuk menjalankan ajaran para Buddha; tidaklah mudah untuk mendatangi tempat-tempat terpencil di dalam hutan dan belantara. Sebelum kondisi yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, dan tidak menyenangkan itu menghampiriku, biarlah aku terlebih dulu membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. Dengan demikian ketika aku berada dalam kondisi itu, aku akan berdiam dengan nyaman bahkan dalam masa bencana kelaparan.’ Ini adalah bahaya masa depan ke tiga yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.
(4) ) “Kemudian, seorang bhikkhu merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang orang-orang berdiam dalam kerukunan, dengan harmonis, tanpa perselisihan, bercampur bagaikan susu dengan air, saling melihat satu sama lain dengan tatapan kasih sayang. Tetapi akan tiba saatnya ketika terjadi marabahaya, pergolakan berbahaya di dalam hutan belantara, dan ketika orang-orang di pedalaman, menaiki kendaraan mereka, dan pergi ke berbagai arah. Pada masa bahaya, orang-orang pindah ke tempat-tempat di mana terdapat keamanan dan kondisi kehidupan di sana padat dan ramai. [105] Ketika kondisi kehidupan padat dan ramai, tidaklah mudah untuk menjalankan ajaran para Buddha; tidaklah mudah untuk mendatangi tempat-tempat terpencil di dalam hutan dan belantara. Sebelum kondisi yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, dan tidak menyenangkan itu menghampiriku, biarlah aku terlebih dulu membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. Dengan demikian ketika aku berada dalam kondisi itu, aku akan berdiam dengan nyaman bahkan dalam masa bahaya.’ Ini adalah bahaya masa depan ke empat yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.
(5) ) “Kemudian, seorang bhikkhu merefleksikan sebagai berikut: ‘Sekarang Saṅgha berdiam dalam kenyamanan – dalam kerukunan, dengan harmonis, tanpa perselisihan, dengan pembacaan tunggal. Tetapi akan tiba saatnya ketika terjadi perpecahan dalam Saṅgha. Ketika terjadi perpecahan dalam Saṅgha, tidaklah mudah untuk menjalankan ajaran para Buddha; tidaklah mudah untuk mendatangi tempat-tempat terpencil di dalam hutan dan belantara. Sebelum kondisi yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, dan tidak menyenangkan itu menghampiriku, biarlah aku terlebih dulu membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. Dengan demikian ketika aku berada dalam kondisi itu, aku akan berdiam dengan nyaman walaupun terjadi perpecahan dalam Saṅgha.’ Ini adalah bahaya masa depan ke lima yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh … untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.
“Ini, para bhikkhu, adalah kelima bahaya masa depan itu yang dengan mempertimbangkannya cukuplah bagi seorang bhikkhu untuk berdiam dengan waspada, teguh, dan bersungguh-sungguh untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan.”
79 (9) Bahaya Masa Depan (3)
“Para bhikkhu, ada lima bahaya masa depan ini yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya [106] dan berusaha untuk meninggalkannya. Apakah lima ini?
(1) “Di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan.<1083> Mereka akan memberikan penahbisan penuh kepada orang lain tetapi tidak mampu mendisiplinkan mereka dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. [Murid-murid] ini juga tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Pada gilirannya mereka akan memberikan penahbisan penuh kepada orang lain tetapi tidak mampu mendisiplinkan mereka dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. [Murid-murid] ini juga tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma.<1084> Ini adalah bahaya masa depan pertama yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.
(2) “Kemudian, di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Mereka akan menjadi tempat bergantung<1085> bagi orang lain tetapi tidak mampu mendisiplinkan mereka dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. [Murid-murid] ini juga tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Pada gilirannya mereka akan menjadi tempat bergantung bagi orang lain tetapi tidak mampu mendisiplinkan mereka dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. [Murid-murid] ini juga tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma. Ini adalah bahaya masa depan ke dua yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya. [107]
(3) “Kemudian, di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Sewaktu terlibat dalam pembicaraan yang berhubungan dengan Dhamma, dalam pertanyaan-dan-jawaban,<1086> mereka akan tergelincir ke dalam Dhamma gelap tetapi tidak menyadarinya. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma. Ini adalah bahaya masa depan ke tiga yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.
(4) “Kemudian, di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Ketika khotbah-khotbah yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata sedang diulangi yang mendalam, dengan makna yang mendalam, melampaui keduniawian, berhubungan dengan kekosongan, mereka tidak ingin mendengarkannya, tidak menyimaknya, atau mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya; mereka tidak berpikir bahwa ajaran-ajaran itu seharusnya dipelajari dan diketahui.<1087> Tetapi ketika khotbah-khotbah yang sedang diulang itu hanya sekedar puisi yang digubah oleh para penyair, indah dalam kata-kata dan frasanya, diciptakan oleh pihak luar; dibabarkan oleh para siswa, mereka ingin mendengarkannya, menyimaknya, dan mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya; mereka akan berpikir bahwa ajaran-ajaran itu seharusnya dipelajari dan diketahui. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma. Ini adalah bahaya masa depan ke empat yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.
(5) “Kemudian, di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, [108] dan kebijaksanaan. Para bhikkhu senior – karena tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan – akan hidup mewah dan menjadi mengendur, menjadi pelopor dalam hal kembali kepada kebiasaan-kebiasaan lama, mengabaikan tugas keterasingan; mereka tidak akan membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikankan apa-yang-belum-direalisasikan. Mereka dalam generasi berikutnya akan mengikuti teladan mereka. Mereka juga, akan hidup mewah dan menjadi mengendur, menjadi pelopor dalam hal kembali kepada kebiasaan-kebiasaan lama, mengabaikan tugas keterasingan; mereka juga tidak akan membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma. Ini adalah bahaya masa depan ke lima yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.
“Ini, para bhikkhu, adalah kelima bahaya masa depan itu yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.”
80 (10) Bahaya Masa Depan (4)
“Para bhikkhu, ada lima bahaya masa depan ini yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya. Apakah lima ini?
(1) “Di masa depan, akan ada para bhikkhu yang menginginkan jubah yang baik. Mereka akan berhenti menggunakan jubah potongan kain, berhenti bertempat tinggal di tempat-tempat terpencil di dalam hutan dan belantara, dan setelah berkumpul di desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota besar, akan menetap di sana; dan mereka akan terlibat dalam banyak jenis pencarian yang salah dan tidak selayaknya demi sehelai jubah. Ini adalah bahaya masa depan pertama yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya. [109]
(2) “Kemudian, di masa depan akan ada para bhikkhu yang menginginkan makanan yang baik. Mereka akan berhenti melakukan perjalanan menerima dana makanan, berhenti bertempat tinggal di tempat-tempat terpencil di dalam hutan dan belantara, dan setelah berkumpul di desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota besar, akan menetap di sana; mencari makanan-makanan lezat terbaik dengan ujung lidah mereka; dan mereka akan terlibat dalam banyak jenis pencarian yang salah dan tidak selayaknya demi makanan. Ini adalah bahaya masa depan ke dua yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.
(3) “Kemudian, di masa depan akan ada para bhikkhu yang menginginkan tempat tinggal yang baik. Mereka akan berhenti berdiam di bawah pohon, akan berhenti bertempat tinggal di tempat-tempat terpencil di dalam hutan dan belantara, dan setelah berkumpul di desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota besar, akan menetap di sana; dan mereka akan terlibat dalam banyak jenis pencarian yang salah dan tidak selayaknya demi tempat tinggal. Ini adalah bahaya masa depan ke tiga yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.
(4) “Kemudian, di masa depan akan ada para bhikkhu yang berhubungan erat dengan para bhikkhunī, para perempuan yang dalam masa percobaan, dan para samaṇerī.<1088> Ketika mereka membentuk hubungan demikian, dapat diharapkan bahwa mereka akan menjalani kehidupan spiritual dengan tidak puas, melakukan pelanggaran kotor tertentu,<1089> atau meninggalkan latihan dan kembali kepada kehidupan rendah. Ini adalah bahaya masa depan ke empat yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.
(5) “Kemudian, di masa depan akan ada para bhikkhu yang berhubungan erat dengan para pekerja vihara dan para samaṇera. Ketika mereka membentuk hubungan demikian, dapat diharapkan bahwa mereka akan terlibat dalam penggunaan berbagai jenis barang-barang simpanan [110] dan memberikan isyarat nyata sehubungan dengan tanah dan tanaman.<1090> Ini adalah bahaya masa depan ke lima yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.
“Ini, para bhikkhu, adalah kelima bahaya masa depan itu yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.”
IV. SENIOR
81 (1) Merangsang Nafsu
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu senior tidak disukai dan tidak disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan tidak dihormati serta tidak dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? (1) Ia penuh dengan nafsu terhadap apa yang merangsang nafsu; (2) ia penuh dengan kebencian terhadap apa yang merangsang kebencian; (3) ia terdelusi oleh apa yang mendelusikan; (4) ia bergejolak oleh apa yang menggejolakkan; (5) dan ia dimabukkan oleh apa yang memabukkan. Dengan memiliki kelima kualitas ini, seorang bhikkhu senior tidak disukai dan tidak disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan tidak dihormati serta tidak dihargai oleh mereka.
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas [lainnya], seorang bhikkhu senior disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan dihormati serta dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? [111] (1) Ia tidak penuh dengan nafsu terhadap apa yang merangsang nafsu; (2) ia tidak penuh dengan kebencian terhadap apa yang merangsang kebencian; (3) ia tidak terdelusi oleh apa yang mendelusikan; (4) ia tidak bergejolak oleh apa yang menggejolakkan; (5) dan ia tidak dimabukkan oleh apa yang memabukkan. Dengan memiliki kelima kualitas ini, seorang bhikkhu senior disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan dihormati serta dihargai oleh mereka.”
82 (2) Hampa dari Nafsu
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu senior tidak disukai dan tidak disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan tidak dihormati serta tidak dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? Ia tidak hampa dari nafsu; ia tidak hampa dari kebencian; ia tidak hampa dari delusi; ia merendahkan; dan ia kurang ajar. Dengan memiliki kelima kualitas ini … serta tidak dihargai oleh mereka.
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas [lainnya], seorang bhikkhu senior disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan dihormati serta dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? Ia hampa dari nafsu; ia hampa dari kebencian; ia hampa dari delusi; ia tidak merendahkan; dan ia tidak kurang ajar. Dengan memiliki kelima kualitas ini … serta dihargai oleh mereka.”
83 (3) Seorang Pengatur Siasat
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu senior tidak disukai dan tidak disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan tidak dihormati serta tidak dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? Ia adalah seorang pengatur siasat, seorang penyanjung, seorang pemberi isyarat, seorang yang meremehkan, dan seorang yang mengejar perolehan dengan perolehan.<1091> Dengan memiliki kelima kualitas ini … serta tidak dihargai oleh mereka. [112]
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas [lainnya], seorang bhikkhu senior disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan dihormati serta dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? Ia bukanlah seorang pengatur siasat, bukan seorang penyanjung, bukan seorang pemberi isyarat, bukan seorang yang meremehkan, dan bukan seorang yang mengejar perolehan dengan perolehan. Dengan memiliki kelima kualitas ini … serta dihargai oleh mereka.”
84 (4) Hampa dari Keyakinan
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu senior tidak disukai dan tidak disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan tidak dihormati serta tidak dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? Ia hampa dari keyakinan, tidak memiliki rasa malu bermoral, memiliki moralitas yang sembrono, malas, dan tidak bijaksana. Dengan memiliki kelima kualitas ini … serta tidak dihargai oleh mereka.
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas [lainnya], seorang bhikkhu senior disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan dihormati serta dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? Ia memiliki keyakinan, memiliki rasa malu bermoral, memiliki rasa takut bermoral, bersemangat, dan bijaksana. Dengan memiliki kelima kualitas ini … serta dihargai oleh mereka.”
85 (5) Tidak Dapat dengan Sabar Menahankan
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu senior tidak disukai dan tidak disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan tidak dihormati serta tidak dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? Ia tidak dapat dengan sabar menahankan bentuk-bentuk, suara-suara, rasa-rasa kecapan, dan objek-objek sentuhan. [113] Dengan memiliki kelima kualitas ini … serta tidak dihargai oleh mereka.
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas [lainnya], seorang bhikkhu senior disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan dihormati serta dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? Ia dapat dengan sabar menahankan bentuk-bentuk, suara-suara, rasa-rasa kecapan, dan objek-objek sentuhan. Dengan memiliki kelima kualitas ini … serta dihargai oleh mereka.
86 (6) Pengetahuan Analitis
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu senior disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan dihormati serta dihargai oleh mereka. Apakah lima ini? Ia telah mencapai pengetahuan analitis pada makna, pengetahuan analitis pada Dhamma, pengetahuan analitis pada bahasa, pengetahuan analitis pada pemahaman,<1092> dan ia terampil dan rajin dalam melakukan berbagai tugas yang harus dilakukan pada teman-temannya para bhikkhu; ia memiliki penilaian benar sehubungan dengan tugas-tugas itu agar dapat menjalankan dan mengurusnya dengan benar. Dengan memiliki kelima kualitas ini … serta dihargai oleh mereka.
87 (7) Moralitas
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu senior disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan dihormati serta dihargai oleh mereka. Apakah lima ini?
(1) “Ia bermoral; ia berdiam dengan terkendali oleh Pātimokkha, memiliki perilaku dan tempat kunjungan yang baik, melihat bahaya dalan pelanggaran-pelanggaran kecil. Setelah menerima aturan-aturan latihan, ia berlatih di dalamnya.
(2) “Ia telah banyak belajar, mengingat apa yang telah ia pelajari, dan mengumpulkan apa yang telah ia pelajari. Ajaran-ajaran itu yang baik di awal, baik di tengah, [114] dan baik di akhir, dengan kata-kata dan makna yang benar,<1093> yang menyatakan kehidupan spiritual yang lengkap dan murni sempurna – ajaran-ajaran demikian telah banyak ia pelajari, diingat, diulangi secara lisan, diselidiki dengan pikiran, dan ditembus dengan baik melalui pandangan.
(3) “Ia adalah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik, ia memiliki ucapan yang halus, jernih, jelas, ekspresif dalam makna.
(4) “Ia mencapai sesuai kehendak, tanpa kesulitan atau kesusahan, keempat jhāna yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan kediaman yang nyaman dalam kehidupan ini.
(5) “Dengan hancurnya noda-noda, ia telah merealisasikan untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini, kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, dan setelah memasukinya, ia berdiam di dalamnya.
“Dengan memiliki kelima kualitas ini, seorang bhikkhu senior disukai dan disenangi oleh teman-temannya para bhikkhu, dan dihormati serta dihargai oleh mereka.”
88 (8 ) Seorang Senior
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu senior bertindak untuk bahaya banyak orang, untuk ketidak-bahagiaan banyak orang, untuk kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, para deva dan manusia. Apakah lima ini?
“(1) Seorang senior yang telah lama menjadi bhikkhu dan telah lama meninggalkan keduniawian. (2) ia terkenal dan termasyhur dan memiliki banyak pengikut, termasuk para perumah tangga dan kaum monastik. (3) Ia memperoleh jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit. (4) Ia telah banyak belajar, mengingat apa yang telah ia pelajari, dan mengumpulkan apa yang telah ia pelajari. Ajaran-ajaran itu yang baik di awal, baik di tengah, [114] dan baik di akhir, dengan kata-kata dan makna yang benar, yang menyatakan kehidupan spiritual yang lengkap dan murni sempurna – ajaran-ajaran demikian telah banyak ia pelajari, diingat, diulangi secara lisan, diselidiki dengan pikiran, dan ditembus dengan baik melalui pandangan.<1094> (5) Ia menganut pandangan salah dan memiliki perspektif menyimpang.
“Ia mengalihkan banyak orang dari Dhamma sejati dan mengokohkan mereka dalam Dhamma palsu. Dengan berpikir, ‘Bhikkhu senior itu telah lama menjadi bhikkhu dan telah lama meninggalkan keduniawian,’ [115] mereka mengikuti teladannya. Dengan berpikir, ‘Bhikkhu senior itu terkenal dan termasyhur dan memiliki banyak pengikut, termasuk para perumah tangga dan kaum monastik,’ mereka mengikuti teladannya. Dengan berpikir, ‘Bhikkhu senior itu memperoleh jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit,’ mereka mengikuti teladannya. Dengan berpikir, ‘Bhikkhu senior itu telah banyak belajar, mengingat apa yang telah ia pelajari, dan mengumpulkan apa yang telah ia pelajari,’ mereka mengikuti teladannya.
“Dengan memiliki kelima kualitas ini, seorang bhikkhu senior bertindak untuk bahaya banyak orang, untuk ketidak-bahagiaan banyak orang, untuk kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, para deva dan manusia.
“Para bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas [lainnya], seorang bhikkhu senior bertindak untuk kesejahteraan banyak orang, untuk kebahagiaan banyak orang, untuk kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan banyak orang, para deva dan manusia. Apakah lima ini?
“(1) Seorang senior yang telah lama menjadi bhikkhu dan telah lama meninggalkan keduniawian. (2) ia terkenal dan termasyhur dan memiliki banyak pengikut, termasuk para perumah tangga dan kaum monastik. (3) Ia memperoleh jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit. (4) Ia telah banyak belajar, mengingat apa yang telah ia pelajari, dan mengumpulkan apa yang telah ia pelajari. Ajaran-ajaran itu yang baik di awal … ia telah menembusnya dengan baik melalui pandangan. (5) Ia menganut pandangan benar dan memiliki perspektif yang benar.
“Ia mengalihkan banyak orang dari Dhamma palsu dan mengokohkan mereka dalam Dhamma sejati. Dengan berpikir, ‘Bhikkhu senior itu telah lama menjadi bhikkhu dan telah lama meninggalkan keduniawian,’ mereka mengikuti teladannya. Dengan berpikir, ‘Bhikkhu senior itu ia terkenal dan termasyhur dan memiliki banyak pengikut, termasuk para perumah tangga dan kaum monastik,’ mereka mengikuti teladannya. Dengan berpikir, ‘Bhikkhu senior itu memperoleh jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit,’ mereka mengikuti teladannya. Dengan berpikir, ‘Bhikkhu senior itu telah banyak belajar, mengingat apa yang telah ia pelajari, dan mengumpulkan apa yang telah ia pelajari,’ mereka mengikuti teladannya.
“Dengan memiliki kelima kualitas ini, seorang bhikkhu senior bertindak untuk kesejahteraan banyak orang, untuk kebahagiaan banyak orang, [116] untuk kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan banyak orang, para deva dan manusia.”
89 (9) Seorang yang Masih Berlatih (1)
“Para bhikkhu, kelima kualitas ini mengarah menuju kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih. Apakah lima ini? Kesenangan dalam bekerja, kesenangan dalam berbicara, kesenangan dalam tidur, dan kesenangan dalam pergaulan; dan ia tidak meninjau kembali sejauh mana pikirannya terbebaskan.<1095> Kelima kualitas ini mengarah menuju kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
“Para bhikkhu, kelima kualitas ini mengarah menuju ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih. Apakah lima ini? Ketidak-senangan dalam bekerja, ketidak-senangan dalam berbicara, ketidak-senangan dalam tidur, dan ketidak-senangan dalam pergaulan; dan ia meninjau kembali sejauh mana pikirannya terbebaskan. Kelima kualitas ini mengarah menuju ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.”<1096>
90 (10) Seorang yang Masih Berlatih (2)
“Para bhikkhu, kelima kualitas ini mengarah menuju kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih. Apakah lima ini?
(1) “Di sini, seorang bhikkhu yang masih berlatih memiliki banyak tugas dan kewajiban dan kompeten dalam berbagai pekerjaan yang harus dilakukan, ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal pertama yang mengarah menuju menuju kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
(2) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih melewatkan hari dengan melakukan pekerjaan remeh, ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran [117] internal. Ini adalah hal ke dua yang mengarah menuju menuju kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
(3) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih berhubungan erat dengan para perumah tangga dan kaum monastik, bersosialisasi dalam cara yang tidak pantas selayaknya para umat awam,<1097> ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke tiga yang mengarah menuju menuju kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
(4) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih memasuki desa terlalu awal dan kembali terlalu terlambat di siang hari, ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke empat yang mengarah menuju menuju kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
(5) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak mendengarkan sesuai kehendaknya, tanpa kesusahan atau kesulitan, pembicaraan yang berhubungan dengan kehidupan pertapaan yang mendukung terbukanya pikiran, yaitu, pembicaraan tentang keinginan yang sedikit, tentang kepuasan, tentang keterasingan, tentang ketidak-terlibatan dengan [orang-orang lain], tentang pembangkitan kegigihan, tentang perilaku bermoral, tentang konsentrasi, tentang kebijaksanaan, tentang kebebasan, tentang pengetahuan dan penglihatan pada kebebasan; ia mengabaikan keterasingan dan tidak menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke lima yang mengarah menuju menuju kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
“Kelima kualitas ini mengarah menuju kemunduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
“Para bhikkhu, kelima kualitas ini mengarah menuju ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih. Apakah lima ini?
(1) “Di sini, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak memiliki banyak tugas dan kewajiban; walaupun ia kompeten dalam berbagai pekerjaan yang harus dilakukan; ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal pertama yang mengarah menuju ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
(2) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak melewatkan hari dengan melakukan pekerjaan remeh, ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke dua yang mengarah menuju ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
(3) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak berhubungan erat dengan para perumah tangga dan kaum monastik, tidak bersosialisasi dalam cara yang tidak pantas selayaknya para umat awam, ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. [118] Ini adalah hal ke tiga yang mengarah menuju ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
(4) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih tidak memasuki desa terlalu awal dan tidak kembali terlalu terlambat di siang hari, ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke empat yang mengarah menuju menuju ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
(5) “Kemudian, seorang bhikkhu yang masih berlatih mendengarkan sesuai kehendaknya, tanpa kesusahan atau kesulitan, pembicaraan yang berhubungan dengan kehidupan pertapaan yang mendukung terbukanya pikiran, yaitu, pembicaraan tentang keinginan yang sedikit … tentang pengetahuan dan penglihatan pada kebebasan; ia tidak mengabaikan keterasingan melainkan menekuni ketenangan pikiran internal. Ini adalah hal ke lima yang mengarah menuju ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.
“Kelima kualitas ini mengarah menuju ketidak-munduran seorang bhikkhu yang masih berlatih.”
begini, seperti tertulis disana, ada suatu imbalan, ada dana, ada imbalan 7 hari bersama AB, AB terlibat disana, tanpa ada AB maka pelelangan akan ada? orang akan mau keluar uang kalau tidak ada imbalan 7 hari bersama AB?dengan sudut pandang "itu adalah imbalan", itu melanggar...
soal bukti itu khan tertulis disana? kalau misalnya anda mau menyanggah itu tidak terjadi, apa bukan itu artinya ada pembohongan? penipuan atas nama AB? bahkan ada moto tidak puas bisa minta uang kembali, tapi uang tidak akan kembali hanya boleh mengajukan doang ya, intinya semua yang berhubungan dengan AB sepertinya duit terus, jadi komoditi, jual nama, jual diri, kehidupan pertapaan seperti begitu jadi lucu sih memang :D
tambahan
begini, anggap saja spekulasi, kalau yang terlihat di brosur, trus terjadi seperti di brosur, itu pelanggaran bukan.
lagi ini pandangan hitam putih yang idealis...
kalo masalah "terlibat", apa ada yang 100% murni dan tidak terlibat?
mari kita lihat surat sangha theravada indonesia di bawah:
http://www.samaggi-phala.or.id/berita/rapim2_06b.html
di bab 9, pasal 1, pelayanan undangan perayaan kathina 2550, ada ayat:
"Dana yang berupa uang; 50% dari jumlah keseluruhan penerimaan wajib diserahkan/dikirimkan kepada kas Sangha Theravada Indonesia, minimal 25% dari jumlah keseluruhan penerimaan diserahkan kepada kas vihara/panitia penyelenggara perayaan Kathina, sedangkan sisanya diserahkan kepada kebijaksanaan bhikkhu yang memimpin perayaan Kathina tersebut"
apakah ini berarti yang bertanda-tangan di sana (bhikkhu jotidhammo) "terlibat" urusan keuangan dan dana?
dimana batas "terlibat" yang pantas dan "terlibat" yang tidak pantas?
pernyataan saya berhubungan dengan penggalangan dana dhammasara nuns' monastery. tentunya dengan dibangunnya monastery itu memberi kesempatan orang menjalani kehidupan pertapaan termasuk orang awam yang ingin ikutan bermeditasi. jangan dibalik...
idealnya menjalani kehidupan pertapaan memang tidak memerlukan dana... tapi selalu ada hubungan2 dengan duniawi yang terpaksa dilakukan, apalagi di tengah2 masyarakat non-buddhis. kalo tidak, untuk apakah dibangun panti semedi balerejo, toh kehidupan pertapaan tidak memerlukan dana kan?
terbalik...
yang benar: dengan informasi yang minim, ada yang berasumsi atau opini jelek mengenai ajahn brahm secara gegabah...
dengan sudut pandang "itu adalah imbalan", itu melanggar...
tapi dari sudut pandang lain, "itu adalah charity dan penggalangan dana", maka bukan pelanggaran.
terserah sudut pandang masing2.
dengan sudut pandang "itu adalah imbalan", itu melanggar...
tapi dari sudut pandang lain, "itu adalah charity dan penggalangan dana", maka bukan pelanggaran.
terserah sudut pandang masing2.
jika terlibat mengelola dana, berarti memang tidak pantas.dalam hal ini berarti semua bhikkhu pemimpin perayaan kathina dari sangha theravada indonesia dapat dinilai melakukan perbuatan yang tidak pantas karena mengatur dan memutuskan nasib sebagian dari dana kathina. kok tidak pernah ada yang mengecamnya? bukankah banyak pengumumannya di forum ini? kok gak ada yang mengutip tipitaka di pengumuman acara kathina?
tidak ada pembenaran kok.
sayangnya fenomena AB jika dikritik, banyak pahlawan kesiangan yang berasumsi utk membenarkan yang tidak pantas.
dengan sudut pandang "itu adalah imbalan", itu melanggar...sekarang saya kasih alternatif kesalahan mereka.
tapi dari sudut pandang lain, "itu adalah charity dan penggalangan dana", maka bukan pelanggaran.
terserah sudut pandang masing2.
dalam hal ini berarti semua bhikkhu pemimpin perayaan kathina dari sangha theravada indonesia dapat dinilai melakukan perbuatan yang tidak pantas karena mengatur dan memutuskan nasib sebagian dari dana kathina. kok tidak pernah ada yang mengecamnya? bukankah banyak pengumumannya di forum ini? kok gak ada yang mengutip tipitaka di pengumuman acara kathina?kenapa ga dibabarkan saja? sah2 saja kok membabarkan hal itu, silahkan buka threadnya, tapi kita fokus pada 1 ini aja dulu biar ga OOT, jangan mengalihkan pembicaraan, masa kalau ada orang membabarkan keburukan trus anda malah tuh orang lain juga sama buruknya, jadi anda setuju ga keburukan ini, atau anda melegalkan keburukan ini ;D
keanehan seperti itu yang membuat pemirsa yang netral seperti saya merasa heran.
apakah ada periuk nasi atau pengaruh kepada umat yang terganggu sehingga
pengumuman yang berhubungan dengan ajahn brahm selalu dicela rame2?
bagaimana kalau kita melihat dari sudut pandang yg netral menurut Dhamma-Vinaya?silakan dijelaskan sudut pandang anda...
kenapa ga dibabarkan saja? sah2 saja kok membabarkan hal itu, silahkan buka threadnya, tapi kita fokus pada 1 ini aja dulu biar ga OOT, jangan mengalihkan pembicaraan, masa kalau ada orang membabarkan keburukan trus anda malah tuh orang lain juga sama buruknya, jadi anda setuju ga keburukan ini, atau anda melegalkan keburukan ini ;Dsemua "pembelaan" saya udah dituliskan... sisanya terserah pembaca.
semua "pembelaan" saya udah dituliskan... sisanya terserah pembaca.jadi kalau menurut anda STI dinilai melakukan perbuatan yang tidak pantas karena mengatur dan memutuskan nasib sebagian dari dana kathina maka AB pun bisa dinilai melakukan perbuatan yang tidak pantas juga, kemudian sebaliknya kalau STI melakukan perbuatan yang pantas karena mengatur dan memutuskan nasib sebagian dari dana kathina maka AB pun sama?
mengenai mengalihkan pembicaraan, tadi saya perlu menarik contoh lain untuk mencari garis batas "terlibat" yang pantas dan gak pantas...
jadi kalau menurut anda STI dinilai melakukan perbuatan yang tidak pantas karena mengatur dan memutuskan nasib sebagian dari dana kathina maka AB pun bisa dinilai melakukan perbuatan yang tidak pantas juga, kemudian sebaliknya kalau STI melakukan perbuatan yang pantas karena mengatur dan memutuskan nasib sebagian dari dana kathina maka AB pun sama?posisi saya di sini adalah mengkritik para pengkritik. bagaimana bisa mengkritik perbuatan itu pantas atau tidak dengan informasi yang sangat sedikit? apakah pengkritik tahu ajahn brahm menggunakan uang itu untuk dirinya pribadi? apakah pengkritik tahu ajahn brahm memegang dan mengatur urusan keuangan yang masuk dengan tangannya sendiri? demikian pula dengan dana kathina sti...
dari sisi kenetralan bagaimanakah menurut anda perbuatan yang pantas dan tidak?
maaf disini saya memposisikan ketidak netralan saya dengan mengatakan mereka semua tidak pantas dan anda memposisikan pada kenetralan anda dengan ........... ?
dalam hal ini berarti semua bhikkhu pemimpin perayaan kathina dari sangha theravada indonesia dapat dinilai melakukan perbuatan yang tidak pantas karena mengatur dan memutuskan nasib sebagian dari dana kathina. kok tidak pernah ada yang mengecamnya? bukankah banyak pengumumannya di forum ini? kok gak ada yang mengutip tipitaka di pengumuman acara kathina?
keanehan seperti itu yang membuat pemirsa yang netral seperti saya merasa heran.
apakah ada periuk nasi atau pengaruh kepada umat yang terganggu sehingga
pengumuman yang berhubungan dengan ajahn brahm selalu dicela rame2?
posisi saya di sini adalah mengkritik para pengkritik. bagaimana bisa mengkritik perbuatan itu pantas atau tidak dengan informasi yang sangat sedikit? apakah pengkritik tahu ajahn brahm menggunakan uang itu untuk dirinya pribadi? apakah pengkritik tahu ajahn brahm memegang dan mengatur urusan keuangan yang masuk dengan tangannya sendiri? demikian pula dengan dana kathina sti...loh, saya tidak menuduh uangnya di pakai pribadi kok, saya hanya melihat cara menggalang dana dengan menjual waktu bersama AB, itu kok yang aye kritik.
apabila anda menemukan ternyata ajahn brahm memegang uangnya, masuk ke rekening dengan nama ajahn brahm, well, tentunya ajahn brahm melanggar peraturan dan juga tidak pantas bagi bhikkhu untuk memegang uang. sampai itu jelas, ya jangan buru2 mencela...
posisi saya di sini adalah mengkritik para pengkritik. bagaimana bisa mengkritik perbuatan itu pantas atau tidak dengan informasi yang sangat sedikit? apakah pengkritik tahu ajahn brahm menggunakan uang itu untuk dirinya pribadi? apakah pengkritik tahu ajahn brahm memegang dan mengatur urusan keuangan yang masuk dengan tangannya sendiri? demikian pula dengan dana kathina sti...
Kyk na ad yg terlalu mengidolakan dan fans fanatik
loh, saya tidak menuduh uangnya di pakai pribadi kok, saya hanya melihat cara menggalang dana dengan menjual waktu bersama AB, itu kok yang aye kritik.saya sudah bilang di atas, komplitnya niat yang baik, cara yang baik dan hasil yang baik.
malah saya melihat dan memberikan opsi2 kenapa ga sekalian jual TTD AB, atau jual waktunya AB, biar lebih mantep dan lebih terang2an, jadi semua yang kasih duit lebih terpuaskan, saling menguntungkan, AB semakin terkenal, semua pendana dapat dhamma dari AB langsung 4 mata.
saya sudah bilang di atas, komplitnya niat yang baik, cara yang baik dan hasil yang baik.
yang anda permasalahkan adalah caranya. bagi saya, cara yang baik adalah cara yang tidak melanggar peraturan. bila dipandang kegiatan "menjual" waktu itu sebagai kegiatan menghimpun dana, bukan jualan, dan ajahn brahm tidak memakai dan tidak memegang duitnya, maka tidak melanggar peraturan...
anda dan saya berbeda pendapat. ok, lalu apa lagi yang mau dibicarakan?
Ntar ada bhikkhu memberikan khotbah dhamma berduaan dengan wanita (bukan saudara) di tempat tertutup bisa juga dengan alasan "niat" baik...straw man logical fallacy...
straw man logical fallacy...
saya tidak pernah bilang asal niatnya baik semuanya boleh dilanggar.
saya bilang niat, cara dan hasilnya harus baik maka gak ada masalah.
Ntar ada bhikkhu memberikan khotbah dhamma berduaan dengan wanita (bukan saudara) di tempat tertutup bisa juga dengan alasan "niat" baik...
straw man logical fallacy...Tapi ada kemungkinan terjadi, kalau yang menang lelang cewe gimana tuh? 7 hari tuh bareng AB
saya tidak pernah bilang asal niatnya baik semuanya boleh dilanggar.
saya bilang niat, cara dan hasilnya harus baik maka gak ada masalah.
oh jadi ini salah si penanggung jawab silsilah yg telah mengeluarkan AB?
Bukan salah penanggung jawab yang mengeluarkan AB dari silsilah, tetapi beban AB lebih ringan bila beban tersebut ada di bagi bagi kepada rekan lain nya (bila belum di keluarkan dari silsilah).
Bukan salah penanggung jawab yang mengeluarkan AB dari silsilah, tetapi beban AB lebih ringan bila beban tersebut ada di bagi bagi kepada rekan lain nya (bila belum di keluarkan dari silsilah).
Semua tentu ada awal nya hal yang terjadi pada AB ini adalah bisa dikatakan ada sebab dan ada akibatnya yang harus di tanggung oleh Bhikku Ajhan Brahm tersebut, apakah akan ada akhirnya? kecuali Ajhan Brahm di pulihkan silsilah nya mungkin beban yang di tanggung saat ini akan berkurang.
Bukan salah penanggung jawab yang mengeluarkan AB dari silsilah, tetapi beban AB lebih ringan bila beban tersebut ada di bagi bagi kepada rekan lain nya (bila belum di keluarkan dari silsilah).
sekarang saya kasih alternatif kesalahan mereka.
kenapa ga pasang tarif saja untuk TTD AB?
kenapa ga sekalian pasang tarif A$450 1 orang 1 hari bersama AB? biar ada hasilnya, agar tidak jadi seperti penipuan bayar A$450 tapi belum tentu bisa 7 hari bersama AB, gimana orang2 LDM nya ga tambah banyak dengan iming2 itu?
atau kenapa ga pasang tarif sebesar2nya saja untuk 1 hari bersama AB biar lebih cepat terlaksana pengumpulan dananya?
dengan iming2 imbalan 7 hari bersama AB saja orang bersedia daftar A$450 apalagi ini dengan suatu kepastian tanpa ada kebohongan, terbuka aja biar jelas tanpa ada unsur marketing aneh2 deh. khan motonya :
(http://www.ajahnbrahmforsale.com/images/bot_txt.jpg)
Kalau bhikkhu ngajar, terus dapat (terima) duit, terus di-dana-kan.... boleh ?bagi seorang bhikkhu, cara yang baik adalah cara yang tidak melanggar peraturan.
Dari sisi duniawi, semua-nya baik....
Tapi ada kemungkinan terjadi, kalau yang menang lelang cewe gimana tuh? 7 hari tuh bareng ABkemungkinan ajahn brahm akan menolaknya.
Membaca thread ini, secara tiba-tiba ingat sesuatu.
Wagimin orang desa ingin mengumpulkan uang, katanya untuk dana, tapi dia sendiri tidak mampu membujuk orang-orang desanya. Kemudian ia ingat bahwa orang-orang desa tersebut sangat suka dengan temannya yang bernama Sarimin. Maka ia membawa Sarimin ke tengah-tengah desa, dan mengadakan pertunjukan yang menyenangkan orang-orang desa. Orang-orang itu sangat puas dan memberikan uang atas pertunjukan itu. Uang terkumpul itu dipegang sepenuhnya oleh Wagimin karena Sarimin memang tidak menggunakan uang, kebutuhannya semua dipenuhi oleh Wagimin. Lalu Wagimin menggunakan uang itu untuk berdana. Happy ending.
Maaf, hanya racauan saja, entah kenapa bisa terbesit.
bagi seorang bhikkhu, cara yang baik adalah cara yang tidak melanggar peraturan.
jelas?
Kalau itu sudah pasti jelas sekali... dan sangat setuju...nah karena itu bhikkhu diilustrasi anda itu melanggar peraturan karena menerima duit, sedangkan bhikkhu yang menyumbangkan waktunya untuk penggalangan dana, tidak menerima duitnya dan tidak menjual apa2 berarti tidak melanggar peraturan. semoga sudut pandang ini bisa dimengerti...
nah karena itu bhikkhu diilustrasi anda itu melanggar peraturan karena menerima duit, sedangkan bhikkhu yang menyumbangkan waktunya untuk penggalangan dana, tidak menerima duitnya dan tidak menjual apa2 berarti tidak melanggar peraturan. semoga sudut pandang ini bisa dimengerti...
kok namanya hampir sama ya, Wagimin dan Sarimin,Yah, terlintasnya 'kan itu. ;D Entah ada kesamaan atau apa.
misalnya Wagimin ama Paijo gitu lo =))
Kl membangun rmh skt spt tzu chi termsk melanggar vinaya ga y?
bagi2 GRP aja deh daripada pusingin hal ginian.....hehehe
Ayo pada kumpul hehe
bagi2 GRP aja deh daripada pusingin hal ginian.....hehehe
ini yang bikin inflasi grp di dc...
bagi2 GRP aja deh daripada pusingin hal ginian.....hehehe
yang bangun tzu chi itu Bhikkhu atau bukan Bhikkhu ?
jika Bhikkhu berlatih jadi tukang bangunan atau Insinyur perancang atau kepala managemen pembangunan, kesannya gimana ya !
Wuiiii asyik ada bagi2 GRP, minta donk ;D
si ajan bram ga beda sama shen lu sheng ujungujungnya duittttttt =))
done, reply dong
Kalau jual beli GRP ga diatur di vinaya ya? :hammer: :)) :whistle:
semua yg request sudah di kasih +1
wah, ada bagi-bagi GRP ya... ::)
punya saya ?
udah juga
Diatur dalam Vinaya DC kok :)
"It is not suitable for monks to be going around collecting money for building temples. It is better for monks to build (train) people, and then those people will build the temple themselves." -- Ajahn Chah
kebetulan dapat quote bagus dari Ven. Ajahn Chah, gurunya Ajahn Brahm sendiri...
"It is not suitable for monks to be going around collecting money for building temples. It is better for monks to build (train) people, and then those people will build the temple themselves." -- Ajahn Chah
kebetulan dapat quote bagus dari Ven. Ajahn Chah, gurunya Ajahn Brahm sendiri...masih bisa dibuat pembenarannya kok, AB khan "build (train) people", tapi dengan cara orang itu harus berdana "build temple", jadi sekali kayuh 2 pulau terlampaui, lebih hebat khan :))
"It is not suitable for monks to be going around collecting money for building temples. It is better for monks to build (train) people, and then those people will build the temple themselves." -- Ajahn Chah
gak ada bhikkhu yang going around collecting money kok... jadi apa masalahnya?Esensinya ada di "collecting money" om, bukan di "going around" ;D
Luang Por Chah did not need a fancy car:
Someone came to offer him a car at the monastery. Luang Por accepted it and told him to park the car behind his hut. But he never even went to look at it and when he went somewhere, he sat in someone else's car instead. After seven days, he called someone and told him: "Go and tell that man to come to get his car back. We accepted it already and he got the merit. Now we return the car because it is not something that monks can own."
Esensinya ada di "collecting money" om, bukan di "going around" ;D
Esensinya ada di "collecting money" om, bukan di "going around" ;Dyang collecting bukan AB tapi orang lain an AB, jadi ga ada pelanggaran, intinya itu, dimanfaatkan khan ga apa2 pake nama AB biar dananya lebih banyak.
Coba bandingkan juga dengan bagaimana cara Ven. Ajahn Chah menyikapi dana yang tidak seharusnya diterima
Esensinya ada di "collecting money" om, bukan di "going around" ;Dgak ada bhikkhu yang collecting money kok... jadi apa masalahnya?
gak ada bhikkhu yang collecting money kok... jadi apa masalahnya?
yang bilang Bhikkhu colleting money siapa ya ?sukurlah kalo dirasa tidak ada vinaya yang dilanggar. gak ada masalah kalo gitu ;D
yang ada AB membantu pelelangan kok, supaya para peserta lelang lebih seru utk merebut barang yang dilelang kok !, jadi tidak ada pelanggaran vinaya kok, jadi apa masalahnya !
hasil pelelangan untuk kebaikan kok ! jadi apa masalahnya !
gak ada bhikkhu yang collecting money kok... jadi apa masalahnya?bukan collecting money yah, gak ada masalah kalo gitu.... ;D
ada baiknya menonton video yg terdapat dalam website itu untuk mengetahui apakah ada "collecting money" atau tidak, menurut pengakuan AB dalam video tersebut, tampaknya AB sudah sangat terbiasa dengan lelang-melelang, jubahnya juga pernah dilelang di Hongkong, bantal meditasinya sudah 3 biji yang dilelang dan pernah mencapai nilai A$ 32,000. bayangkan sebuah bantal bernilai tiga puluh dua ribu A$.Jujur saja, hal seperti itu sangat menggelikan. Tapi saya no comment saja, deh. ;D
Jujur saja, hal seperti itu sangat menggelikan. Tapi saya no comment saja, deh. ;D
Yang bold itu bukan komen ya? ^-^ :whistle:Iya juga sihh... ;D
Wah... Saya sampai diBRP. =))
Coba bandingkan juga dengan bagaimana cara Ven. Ajahn Chah menyikapi dana yang tidak seharusnya diterimaSebetulnya cara begini pun saya kurang setuju, karena nanti bisa membentuk budaya 'dana titip'. Titip mobil 7 hari, sudah berdana mobil. Bayangkan dengan kreativitas umat bhikkhu yang tamak dana, entah apa lagi nanti yang akan 'dititipkan'.QuoteLuang Por Chah did not need a fancy car:
Someone came to offer him a car at the monastery. Luang Por accepted it and told him to park the car behind his hut. But he never even went to look at it and when he went somewhere, he sat in someone else's car instead. After seven days, he called someone and told him: "Go and tell that man to come to get his car back. We accepted it already and he got the merit. Now we return the car because it is not something that monks can own."
Wah... Saya sampai diBRP. =))
ada baiknya menonton video yg terdapat dalam website itu untuk mengetahui apakah ada "collecting money" atau tidak, menurut pengakuan AB dalam video tersebut, tampaknya AB sudah sangat terbiasa dengan lelang-melelang, jubahnya juga pernah dilelang di Hongkong, bantal meditasinya sudah 3 biji yang dilelang dan pernah mencapai nilai A$ 32,000. bayangkan sebuah bantal bernilai tiga puluh dua ribu A$.
Idealnya bhikkhu hanya menerima dana yang sesuai. Nanti orang berbondong2 dana I-phone, laptop, rumah, limosin, jet pribadi, lalu umat lain akan melihatnya dan berpikir: 'oh ternyata bhikkhu boleh yah terima gituan.'
Iya, emang riskan juga kalau dipraktekkan secara massal, tapi kalau secara Individual, semoga masih aman-aman aja... ;D
Sebetulnya cara begini pun saya kurang setuju, karena nanti bisa membentuk budaya 'dana titip'. Titip mobil 7 hari, sudah berdana mobil. Bayangkan dengan kreativitas umat bhikkhu yang tamak dana, entah apa lagi nanti yang akan 'dititipkan'.
Idealnya bhikkhu hanya menerima dana yang sesuai. Nanti orang berbondong2 dana I-phone, laptop, rumah, limosin, jet pribadi, lalu umat lain akan melihatnya dan berpikir: 'oh ternyata bhikkhu boleh yah terima gituan.'
Sebetulnya cara begini pun saya kurang setuju, karena nanti bisa membentuk budaya 'dana titip'. Titip mobil 7 hari, sudah berdana mobil. Bayangkan dengan kreativitas umat bhikkhu yang tamak dana, entah apa lagi nanti yang akan 'dititipkan'.
Idealnya bhikkhu hanya menerima dana yang sesuai. Nanti orang berbondong2 dana I-phone, laptop, rumah, limosin, jet pribadi, lalu umat lain akan melihatnya dan berpikir: 'oh ternyata bhikkhu boleh yah terima gituan.'
Munhkin saja si pemberi itu buksn benar2 memberikan mobil, melainkan hanya numpang parkir atau titip selama 7 hari dinas luat kota:)) :))
Iya, emang riskan juga kalau dipraktekkan secara massal, tapi kalau secara Individual, semoga masih aman-aman aja... ;DMasa' sih pelanggaran bisa ga bahaya kalo ga dilakukan secara massal? Kalo kata Boss, bahkan ga boleh lengah pada kesalahan terkecil, seperti tetes air hujan yang remeh, kalo dibiarinin akan mengisi penuh kendi juga akhirnya.
Munhkin saja si pemberi itu buksn benar2 memberikan mobil, melainkan hanya numpang parkir atau titip selama 7 hari dinas luat kotaIni lebih bahaya lagi. Berkenaan dengan naiknya tarif parkir DKI Jakarta terhitung 2013, maka bisa banyak umat yang "berdana mobil" di vihara.
Masa' sih pelanggaran bisa ga bahaya kalo ga dilakukan secara massal? Kalo kata Boss, bahkan ga boleh lengah pada kesalahan terkecil, seperti tetes air hujan yang remeh, kalo dibiarinin akan mengisi penuh kendi juga akhirnya.kalo terima dana mobil melanggar vinaya yah om??
kalo terima dana mobil melanggar vinaya yah om??
1.12. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, cenderung menikmati barang-barang simpanan seperti makanan, minuman, pakaian, alat transportasi, tempat tidur, pengharum, daging, Petapa Gotama menjauhi kenikmatan demikian.”’kalau cuma diparkir tanpa "dinikmati"?? ;D
DN 1. Brahmajalasutta.
14. “Ia puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Bagaikan seekor burung, ke manapun ia pergi, ia terbang hanya dengan sayapnya sebagai beban satu-satunya, demikian pula bhikkhu itu puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Dengan memiliki kelompok moralitas mulia ini, ia mengalami dalam dirinya suatu kebahagiaan yang tanpa cela.
MN 27. Culahatthipadopamasutta.
kalau cuma diparkir tanpa "dinikmati"?? ;DJangan dicari-cari celahnya lah. Vinaya itu dipahami bukan untuk ikutin apa yang boleh dan ga boleh, tapi memahami kenapa sesuatu boleh dan lainnya ga boleh.
di Vinaya kira2 ada di atur ga yah masalah ini?
Jangan dicari-cari celahnya lah. Vinaya itu dipahami bukan untuk ikutin apa yang boleh dan ga boleh, tapi memahami kenapa sesuatu boleh dan lainnya ga boleh.yah itu jg maksud sy, kalau cuma si A. Chah sendiri yang melakukannya sih gpp, tapi kalau muridnya ikut-ikutan, itu yang bahaya...
Dalam hal A. Chah, IMO pikirannya ga ternoda sama keserakahan, dari sudut pandang batinnya ga tercela. Tapi bisa dicela dari sudut pandang masyarakat karena orang akan menilai 'bhikkhu menerima barang mewah', atau bisa juga bhikkhu lain yang belum ngerti, ikut-ikutan dan akhirnya mundur dalam latihan.
kalo terima dana mobil melanggar vinaya yah om??
1.12. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, cenderung menikmati barang-barang simpanan seperti makanan, minuman, pakaian, alat transportasi, tempat tidur, pengharum, daging, Petapa Gotama menjauhi kenikmatan demikian.”’
DN 1. Brahmajalasutta.
14. “Ia puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Bagaikan seekor burung, ke manapun ia pergi, ia terbang hanya dengan sayapnya sebagai beban satu-satunya, demikian pula bhikkhu itu puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Dengan memiliki kelompok moralitas mulia ini, ia mengalami dalam dirinya suatu kebahagiaan yang tanpa cela.
MN 27. Culahatthipadopamasutta.
Jangan dicari-cari celahnya lah. Vinaya itu dipahami bukan untuk ikutin apa yang boleh dan ga boleh, tapi memahami kenapa sesuatu boleh dan lainnya ga boleh.
Dalam hal A. Chah, IMO pikirannya ga ternoda sama keserakahan, dari sudut pandang batinnya ga tercela. Tapi bisa dicela dari sudut pandang masyarakat karena orang akan menilai 'bhikkhu menerima barang mewah', atau bisa juga bhikkhu lain yang belum ngerti, ikut-ikutan dan akhirnya mundur dalam latihan.
Gimana Kalau seorang Bhikkhu sudah tidak diakui di-silsilah sangha yang menabhiskannya ? apakah masih termasuk bhikkhu ?
selama bhikkhu tersebut tidak melakukan pelanggaran parajika ya masih masuk bhikkhu
dalam Dhammapada pada Bhikkhu Vagga, Buddha bilang kalau:
Apabila seseorang tidak lagi melekat pada
konsepsi “aku” atau “milikku”,
baik yang berkenaan dengan batin maupun jasmani,
dan tidak bersedih terhadap apa yang tidak dimilikinya,
maka orang seperti itu layak disebut bhikkhu.
dan
Seseorang yang mengendalikan
tangan dan kakinya, ucapan dan pikirannya,
yang bergembira dalam samadhi
dan memiliki batin yang tenang,
yang puas berdiam seorang diri,
maka orang lain menamakan dia seorang “bhikkhu”.
selama bhikkhu itu memiliki kualitas yang seperti yang dibilang Buddha di atas meski dia tidak diakui oleh organisasi yang menaunginya ya masih tetep jadi bhikkhu kok
Gmn klo bhikku itu memiliki pandangan salah tp dia menganggap diri ne bener???
dulu saya pernah baca ada beberapa kisah bhikkhu yang punya pandangan salah namun Buddha menegur dan meluruskan pandangan mereka dan Buddha tidak mencabut status kebhikkhuan mereka. dan mempunyai pandangan salah tidak termasuk pelanggaran parajika.
Gmn klo bhikku itu memiliki pandangan salah tp dia menganggap diri ne bener???apa itu definisi pandangan salah?
Wah... Saya sampai diBRP. =))sebelum ada tuduhan macem2, saya gak ngasih brp ke siapapun di sini...
sebelum ada tuduhan macem2, saya gak ngasih brp ke siapapun di sini...
apa itu definisi pandangan salah?
kalo ada dua bhikkhu punya pendapat yang bertentangan, bhikkhu yang satu menuduh bhikkhu yang lain berpandangan salah dan juga sebaliknya.
gimana caranya menilai bhikkhu yang mana yang berpandangan salah?
a. yang pandangannya gak mainstream itu salah?
b. yang punya banyak pendukung itu bener?
c. yang pangkatnya mahathera yang bener?
d. yang suaranya kenceng itu yang bener?
e. yang punya lebih banyak buku pendukung yang bener?
f. ???
Gmn klo bhikku itu memiliki pandangan salah tp dia menganggap diri ne bener???
bold, tidak ada yang benar,dengan ini otomatis menjawab pertanyaan gryn...
sebenarnya, kayak kita2 ini semua masih berpandangan salah termasuk AB, karena memang belum meraih tingkat kesucian
kita2 ini hanya melihat pandangan benar (artinya masih pandangan salah)
belum menembus pandangan benar
dengan ini otomatis menjawab pertanyaan gryn...
gak ada yang bisa memvonis seseorang berpandangan salah (kecuali sudah sotapanna ke atas). bisa2 justru yang menjatuhkan vonis itu yang berpandangan salah. tidak ada yang tahu pasti...
jadi pertanyaannya sendiri gak valid.
ps: kalo menurut saya sendiri, gak ada tuh "hanya melihat" pandangan benar. hanya ada ya atau tidak. semuanya tidak berpandangan benar kecuali yang sudah suci...
Pandangan benar ada 2. Lokiya dan lokuttara. Kita memang tdk bisa menilai pandangan benar lokuttara oran lain kecuali kita sudah mencapainya. Tapi kita bisa memiliki pandangan benar lokiya walaupun blm suci, jadi hal ini memungkinkan kita menilai benar/salah secara lokiya.
Ref. MN 117 Mahacattarisaka Sutta
kalau menelusuri MN 117 Mahacattarisaka Sutta telah dipalsukan??? (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24018.msg441120/topicseen.html#msg441120), bukankah yg Lokiya dipertanyakan?
Sebaiknya bahas yang ini di thread sebelah aja....
kalau menelusuri MN 117 Mahacattarisaka Sutta telah dipalsukan??? (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24018.msg441120/topicseen.html#msg441120), bukankah yg Lokiya dipertanyakan?
bold, tidak ada yang benar,Brother tau dr apanya kalo AB berpandangan salah?coba beri contoh pandangan AB yg mana yg salah. ;D
sebenarnya, kayak kita2 ini semua masih berpandangan salah termasuk AB, karena memang belum meraih tingkat kesucian
kita2 ini hanya melihat pandangan benar (artinya masih pandangan salah)
belum menembus pandangan benar
Lalu bagaimana jawaban anda sendiri? Apakah anda memutuskan utk percaya pada dugaan seseorang dan menolak sutta itu sendiri? Boleh tau apa yg mendasari penolakan anda atas sutta itu?
saya tdk pada posisi menerima atau menolak sutta tsb, mungkin lebih tepatnya pada posisi di antara keduanya
Brother tau dr apanya kalo AB berpandangan salah?coba beri contoh pandangan AB yg mana yg salah. ;D
ps: kalo menurut saya sendiri, gak ada tuh "hanya melihat" pandangan benar. hanya ada ya atau tidak. semuanya tidak berpandangan benar kecuali yang sudah suci...
saya tdk pada posisi menerima atau menolak sutta tsb, mungkin lebih tepatnya pada posisi di antara keduanya
Kalau begitu apa yg menjadi dasar anda dlm mempertanyakan aspek lokiya dlm MN 117 itu?
Gx kbyg d klo jaman Buddha, klo bhikku na uda jd bak seleb
Kmn2 di foto2
Trz tanda tangan sana sini
Klo blom siap mnjalanin khidupan Bhikku mending gx usa jd bhikku dulu
Mending jd romo dulu gt
kalo sy pribadi tertarik pada quotes beliu "be well be happy be......."
Paman Ajahn Brahm belum arahat jd wajar sj Beliau pernah melakukan kesalahan2 kecil dlm praktek spiritualnya......semua kembali dr cr kita menyikapinya _/\_
hmm, lagi duduk santai di dekat jendela kaca, makan dan nanti nya minum aqua, menyimak saja mau sampai dimana perbincangan ini. :x
Kalau begitu apa yg menjadi dasar anda dlm mempertanyskan aspek lokiya dlm MN 117 itu?
iya buat apa mempertanyakan ?
supaya tenar, keren, atau pamor atau memang termasuk salah satu, pembela AB atau penggemar AB ! ^-^
Klo dbandingin dgn yg gryn baca di sutta
Bhikku2 jaman sang Buddha beda bnget ya
Klo Bhikku jaman sang Buddha
Bener2 bijaksana, berwibawa, gx cengegesan
Dan tegas dan konsisten
Dan gx humor2is gt
Kalo humoris kyk pelawak az jd na
Hehee
Cpddd
Jaman sang Buddha belum ada kamera, kalau ada kamera pun orang pasti jeprat jepret disana sini dari segala macam pose Buddha dan para Ariya
bedakan antara minta di foto dengan difoto oleh orang, karena hal tersebut berbeda
kalau cuma baca dari kisah sebuah tulisan tidak menunjukan seluruh hal yang ada
Jika dijaman Buddha dianggap Bhikku bijak semua, maka seperti bhikku ada yg melakukan hubungan sex pada jaman Buddha adalah termasuk tindakan bijaksana?
Opini anda terbentuk hanya berlandaskan membandingkan AB dengan masa jaman Buddha semata
Kamu ini dungu ato pura2 dungu
Yg gryn maksud itu bhikku yg mengikuti sang Buddha
Bukan bhikku2an
Dasar PA
Anda tentu sudah tau mengapa vinaya ditetapkan oleh Buddha? Apakah menurut anda begitu mencapai kesempurnaan lalu vinaya itu langsung dibabarkan?
Dengan anda menilai PA semikin jelas anda telah mencapai ajaran Buddha tingkat tinggi :D luar biasa deh
Gx tahu
Tolong kamu jelaskan
Lmao
Hehee
Cpddd
Wah buat apa saya jelaskan, saya kan anda anggap PA.. saya justru kepingin baca dari pengetahuan anda
masa harus selalu diingatkan: "diskusilah yg santun"
cpddd
Dungu n pa itu masi santun
Dpd gryn blg idiot bego kuadrat
Mantap deh sesuai jaman Buddha pokonya ;D
Tp dia beneran bego
Hehee
Cpddd
melelang diri sendiriBrother cm menilai dr apa yg terlihat sj bukan?ttp tahukah brother apa yg sebenarnya?apa yg ada di dalam benaknya AB?apa yg mjd niat/motivasinya?sebaiknya jgn menilai & memvonis dg terburu2.siapa tahu beliau ini seorg Ariya lho. ;D
memberi motivasi umat ikut lelang
memberi tanda tangan di punggung umat awam/baju belakang (laksana selebritis ^-^)
..................
model kayak diatas, ini lho patokan saya, AB masih berpandangan salah
kayak saya dan juga kayak anda (Afoe86)
Brother cm menilai dr apa yg terlihat sj bukan?
ttp tahukah brother apa yg sebenarnya?apa yg ada di dalam benaknya AB?
apa yg mjd niat/motivasinya?
sebaiknya jgn menilai & memvonis dg terburu2.siapa tahu beliau ini seorg Ariya lho. ;D
Kamu ini dungu ato pura2 dungu
Yg gryn maksud itu bhikku yg mengikuti sang Buddha
Bukan bhikku2an
Dasar PA
Anda tentu sudah tau mengapa vinaya ditetapkan oleh Buddha? Apakah menurut anda begitu mencapai kesempurnaan lalu vinaya itu langsung dibabarkan?
Dengan anda menilai PA semikin jelas anda telah mencapai ajaran Buddha tingkat tinggi :D luar biasa deh
dulu saya pernah baca ada beberapa kisah bhikkhu yang punya pandangan salah namun Buddha menegur dan meluruskan pandangan mereka dan Buddha tidak mencabut status kebhikkhuan mereka. dan mempunyai pandangan salah tidak termasuk pelanggaran parajika.Pandangan salah bukan parajika, bisa diluruskan oleh orang lain. Tapi pandangan salah yang dipertahankan adalah pelanggaran pacittiya, dan jika tidak bisa diluruskan, maka bisa dikenakan ukkhepanīya-kamma (skorsing, dianggap tidak berhubungan dengan sangha) sampai yang bersangkutan meninggalkan pandangan salahnya.
apa itu definisi pandangan salah?
kalo ada dua bhikkhu punya pendapat yang bertentangan, bhikkhu yang satu menuduh bhikkhu yang lain berpandangan salah dan juga sebaliknya.
gimana caranya menilai bhikkhu yang mana yang berpandangan salah?
a. yang pandangannya gak mainstream itu salah?
b. yang punya banyak pendukung itu bener?
c. yang pangkatnya mahathera yang bener?
d. yang suaranya kenceng itu yang bener?
e. yang punya lebih banyak buku pendukung yang bener?
f. ???
Pandangan benar ada 2. Lokiya dan lokuttara. Kita memang tdk bisa menilai pandangan benar lokuttara oran lain kecuali kita sudah mencapainya. Tapi kita bisa memiliki pandangan benar lokiya walaupun blm suci, jadi hal ini memungkinkan kita menilai benar/salah secara lokiya.apa itu pandangan benar secara lokuttara? kalo bisa beserta referensinya... kamsia in advance.
Ref. MN 117 Mahacattarisaka Sutta
melelang diri sendirisepertinya ada pencampuradukan istilah antara aturan dengan pandangan di thread ini...
memberi motivasi umat ikut lelang
memberi tanda tangan di punggung umat awam/baju belakang (laksana selebritis ^-^)
..................
model kayak diatas, ini lho patokan saya, AB masih berpandangan salah
kayak saya dan juga kayak anda (Afoe86)
apa itu pandangan benar secara lokuttara? kalo bisa beserta referensinya... kamsia in advance.
Ref sudah diberikan. Penjelasannya ada dalam ref tsb. Ol pake hp sungguh menyusahkanoh sutta itu maksudnya...
Mengenai vinaya yg dilanggar pls refer to reply #156yang ini kan bisa dikilahkan tidak dilanggar, duitnya tidak dicari dan tidak dipegang si bhikkhu alias si bhikkhu cuman diundang, datang dan ngoceh...
oh sutta itu maksudnya...
konteks pertanyaan saya sebelumnya adalah dua orang bhikkhu yang memiliki pendapat bertentangan. misalnya bhikkhu satu berpendapat meditasi benar adalah berbasis jhana one pointedness, bhikkhu yang lain berpendapat jhana itu justru tidak ada one pointedness. yang satu bilang yg satunya salah dan sebaliknya. contoh lainnya, bhikkhu satu bilang abhidhamma itu dhamma yang paling tinggi dan berasal dari mulut Sang Buddha sedangkan yang satunya bilang abhidhamma itu sisipan belakangan.
singkatnya segitu banyak pendapat yang saling bertentangan di dunia buddhism, rimba belantara pendapat yang saling bertentangan.
bagaimana bisa memvonis mana yang berpandangan salah?
imo, menilai seseorang dari pandangannya itu sangat subjektif dan akan berakhir dengan banyak2an massa pendukung dan kenceng2an teriak...
oh sutta itu maksudnya...
konteks pertanyaan saya sebelumnya adalah dua orang bhikkhu yang memiliki pendapat bertentangan. misalnya bhikkhu satu berpendapat meditasi benar adalah berbasis jhana one pointedness, bhikkhu yang lain berpendapat jhana itu justru tidak ada one pointedness. yang satu bilang yg satunya salah dan sebaliknya. contoh lainnya, bhikkhu satu bilang abhidhamma itu dhamma yang paling tinggi dan berasal dari mulut Sang Buddha sedangkan yang satunya bilang abhidhamma itu sisipan belakangan.
singkatnya segitu banyak pendapat yang saling bertentangan di dunia buddhism, rimba belantara pendapat yang saling bertentangan.
bagaimana bisa memvonis mana yang berpandangan salah?
imo, menilai seseorang dari pandangannya itu sangat subjektif dan akan berakhir dengan banyak2an massa pendukung dan kenceng2an teriak...
yang ini kan bisa dikilahkan tidak dilanggar, duitnya tidak dicari dan tidak dipegang si bhikkhu alias si bhikkhu cuman diundang, datang dan ngoceh...
pak....ni kn bisa di lht sesuai bramajala sutta...?brahmajala sutta gak mengcover semua perbedaan pendapat yang ada itu...
brahmajala sutta gak mengcover semua perbedaan pendapat yang ada itu...
brahmajala sutta gak mengcover semua perbedaan pendapat yang ada itu...
solusi anda ?gak ada. karena gak ada otoritas yang bisa dipakai untuk memutuskan, maka tinggal tergantung kecerdasan dan pengalaman masing2 untuk mengambil pendapat mana yang sesuai untuk dirinya...
Setiap bhikkhu ditahbiskan di aliran tertentu, jelas mengikuti pandangan dan aturan aliran tersebut, terlepas apakah aliran itu 'asli/mainstream/dsb' atau tidak. Jika suatu bhikkhu ditahbiskan di sangha Theravada, maka tentu mengikuti sutta-vinaya menurut kanon Pali.
sepertinya ada pencampuradukan istilah antara aturan dengan pandangan di thread ini...
kalo mau bicara perilaku, ya bicara mengenai aturan dan pelanggarannya...
aneh kalo dihubung2kan dengan pandangan salah segala.
kalo memang semua non-ariya dikatakan masih memiliki pandangan salah, lalu apa gunanya ngomong secara spesifik di sini?
toh semuanya berpandangan salah...
kayaknya kok maksa ya pembicaraannya dihubung2kan ke pandangan.
perilaku ya moral, ya hubungannya perbuatan salah, ucapan salah dan mata pencaharian salah.
muter terlalu jauh kalo dihubungkan dengan pandangan salah.
(ya ya, bisa aja kalo mau dihubung2kan dan dicari2, pandangan salah lalu menjadi perilaku yang salah menjadi pelanggaran peraturan, blablabla tapi itu muter terlalu jauh).
jadi kalo pengen berbicara mengenai perilaku ya bahas aja pelanggaran peraturan yang dilakukan ajahn brahm...
yang ini kan bisa dikilahkan tidak dilanggar, duitnya tidak dicari dan tidak dipegang si bhikkhu alias si bhikkhu cuman diundang, datang dan ngoceh...
jadiinya aneh, berpatokan Sutta-Vinaya kanon Pali, tapi pelanggaran Vinaya tetap dibenarkan.
wong seorang Bhikkhu, tanda tangan di punggung baju wanita juga tidak melanggar kok, bagi yang memang 'membenarkan' pelanggaran.kan tidak menyentuh kulit langsung... :P
Sebagian orang memang lebih suka mengikuti kemauannya sendiri, maka menganggap sutta-vinaya sebagai teori usang. Tinggal kembali ke masing2 pribadi aja mau bersikap bagaimana, mau menjunjung bhikkhu yang bagaimana.
kan tidak menyentuh kulit langsung... :P
gak ada. karena gak ada otoritas yang bisa dipakai untuk memutuskan, maka tinggal tergantung kecerdasan dan pengalaman masing2 untuk mengambil pendapat mana yang sesuai untuk dirinya...
Konsili Sangha ke-6 di Myanmar tahun 1954 - 1956 tidak bisa jadi otoritas tertinggi ?
di-ikuti 2.500 bhikkhu theravada dari 8 negara Buddhis Theravada, yaitu Myanmar, Thailand, Cambodia, Laos, Vietnam, Sri Lanka, India, and Nepal.
Selama 2 tahun, teks literatur buddhis dikumpulkan dari berbagai negara tersebut, diperiksa secara seksama, dan perbaikan-perbaikan di lakukan jika ada. dan hasil-nya tidak banyak perbedaan berarti di antara teks-teks yang ada pada saat itu...
Mahasi Sayadaw sebagai pemimpin Konsili menanyakan banyak teks dhamma kepada Bhadanta Vicittasarabhivamsa (Mingun Sayadaw) yang terkenal sebagai orang yang berhasil menghapal Isi Tipitaka untuk pertama sekali pada jaman modern ini.
(Note : tercatat dalam Guiness Books of Record)
sepertinya ada ketidaknyambungan di sini...
yang diperbincangkan di sini adalah membahas kasus demi kasus secara detail, apakah terjadi pelanggaran peraturan atau tidak. tidak ada yang membenarkan pelanggaran peraturan di sini. tidak ada yang bilang vinaya sudah usang. tidak ada yang bilang pelanggaran vinaya itu gapapa. pelanggaran peraturan walaupun kecil tetaplah pelanggaran.
membelokkan permasalahan seolah2 ada yang membenarkan pelanggaran itu adalah straw man logical fallacy...
Pak, aku paling ragu sama yang gituan, karena di revisi oleh "orang yang belum tentu telah mencapai kesucian", ya walau ada 2 kebijaksanaan, yang 1 kebijaksanaan murni, yang satu lagi kebijaksanaan duniawi...at least, people always make mistake....
So?Ikutin kata hati ajaaaaa ??
kalau memang mengurangi LDM dan condong arah ke Nibbana
tidaklah mengapa.
Konsili Sangha ke-6 di Myanmar tahun 1954 - 1956 tidak bisa jadi otoritas tertinggi ?jadi bagaimana konsili ke-6 ini memutuskan apakah meditasi vipassana kering tanpa jhana atau meditasi samatha berjhana untuk mencapai kesucian? kedua2nya mengklaim pendapat yang berseberangan itu salah...
jadi bagaimana konsili ke-6 ini memutuskan apakah meditasi vipassana kering tanpa jhana atau meditasi samatha berjhana untuk mencapai kesucian? kedua2nya mengklaim pendapat yang berseberangan itu salah...
bagaimana dengan pendapat abhidhamma itu adalah sisipan belakangan? dengan otoritas konsili ke-6 apakah itu berarti yang menolak abhidhamma itu sesat dan salah?
apakah otoritas ini bisa menyelesaikan polemik2 tadi?
So?Ikutin kata hati ajaaaaa ??ikutin kata hati sendiri, atau kata hati Sangha lebih bagus?? :P
sudah nyambung dan masih objek di bahas sesuai dengan judulnya TSyang dibicarakan di sini adalah menilai peristiwa yang sama sebagai pelanggaran atau bukan.
memang benar, wong yang melanggar ternyata tidak pernah merasa melanggar kok !
tentunya anda juga mengetahui objek yang dibahas dan dibicarakan. :)
ikutin kata hati sendiri, atau kata hati Sangha lebih bagus?? :P
secara general, setidaknya anggota Sangha lebih berkompeten dalam hal Dhamma daripada kita umat awam..
ikutin kata hati sendiri, atau kata hati Sangha lebih bagus?? :Panggota sangha sendiri berbeda pendapat :))
secara general, setidaknya anggota Sangha lebih berkompeten dalam hal Dhamma daripada kita umat awam..
anggota sangha sendiri berbeda pendapat :))
jadi gimana menilainya?
lho.....jadilah pelita bagi dirimu sendirii ???....jangan disalahartikan dengan semuanya harus serba diri sendiri...
anggota sangha sendiri berbeda pendapat :))yang di grey zone baru kita nilai sendiri, tapi kalo yang udah jelas yang mana hitam, yang mana putih, yah gak usah ditafsir2kan lagi.. ;D
jadi gimana menilainya?
jangan disalahartikan dengan semuanya harus serba diri sendiri...
umat awam juga masih butuh bimbingan orang yang lebih bijaksana..
Bhikkhu zaman dulu aja masih butuh bimbingan Sang Buddha kok...
yang di grey zone baru kita nilai sendiri, tapi kalo yang udah jelas yang mana hitam, yang mana putih, yah gak usah ditafsir2kan lagi.. ;D
yang ada nanti makin ngaco... ;D
terlalu banyak bimbingan tar bentrok juga, makanya di bilang selami ke dalam batin masing - masing, jadilah pelita bagi dirimu sendiri....gitu loch bro...Oh, gitu. Ok.. :D
jangankan bersentuhan.
seorang Bhikkhu berbicara dengan wanita kemudian pendampingnya tidak mengerti bahasa komunikasi aja tidak dibenarkan.
seorang Bhikkhu berbicara dengan wanita, dan menjauh dari kumpulan orang2 yg sedang ramai, juga tidak dibenarkan kok.
Ref sudah diberikan. Penjelasannya ada dalam ref tsb. Ol pake hp sungguh menyusahkankebayang ga kemarin lawan si WE ketik panjang2 dari hape.. :))
kebayang ga kemarin lawan si WE ketik panjang2 dari hape.. :))
lebih parah lagi karena ukuran keyboard touch screennya gak didesign untuk jari gue=))
kalo anda gak bisa melihat bedanya, apa boleh buat.
Yg ini mksdnya gmn kurang jelas. Ad di sutta apa ya?
Kl saya baru tahu soal bhikkhuni Theravada uda ga ada, sayang banget IMHO n saya juga br tau soal vinaya2 tu. Kalau ad yg ingin jd bhikkhuni hrs gmn ya?
Emang Sang Buddha ga tau kl bhikkhuni bisa punah ya? Kayanya kl mau membuat bhikkhuni ada lagi bukan hal yang jelek juga kan? Mgkn cara penggalangan dananya aja yg salah ya?
"Sayang sekali Buddha terlalu cepat parinibbana..." "Sayang sekali ajaran hanya bertahan sebentar..." "Sayang sekali sangha bhikkhuni punah ..."
Sebetulnya itu, yang sangat disayangkan adalah kalau kita ga sadar bahwa Buddha ngomong udah entah berapa ribu kali bahwa semua fenomena berkondisi itu tidak kekal. Sikap kita yang mempertahankan yang tidak kekal sebagai kekal itu yang bikin penderitaan.
lebih parah lagi karena ukuran keyboard touch screennya gak didesign untuk jari gue
Emang Sang Buddha ga tau kl bhikkhuni bisa punah ya? Kayanya kl mau membuat bhikkhuni ada lagi bukan hal yang jelek juga kan? Mgkn cara penggalangan dananya aja yg salah ya?
Emang Sang Buddha ga tau kl bhikkhuni bisa punah ya? Kayanya kl mau membuat bhikkhuni ada lagi bukan hal yang jelek juga kan? Mgkn cara penggalangan dananya aja yg salah ya?
Pak, aku paling ragu sama yang gituan, karena di revisi oleh "orang yang belum tentu telah mencapai kesucian", ya walau ada 2 kebijaksanaan, yang 1 kebijaksanaan murni, yang satu lagi kebijaksanaan duniawi...at least, people always make mistake....
So?Ikutin kata hati ajaaaaa ??
jadi bagaimana konsili ke-6 ini memutuskan apakah meditasi vipassana kering tanpa jhana atau meditasi samatha berjhana untuk mencapai kesucian? kedua2nya mengklaim pendapat yang berseberangan itu salah...
bagaimana dengan pendapat abhidhamma itu adalah sisipan belakangan? dengan otoritas konsili ke-6 apakah itu berarti yang menolak abhidhamma itu sesat dan salah?
apakah otoritas ini bisa menyelesaikan polemik2 tadi?
Emang Sang Buddha ga tau kl bhikkhuni bisa punah ya?
Kayanya kl mau membuat bhikkhuni ada lagi bukan hal yang jelek juga kan? Mgkn cara penggalangan dananya aja yg salah ya?
jadi bagaimana konsili ke-6 ini memutuskan apakah meditasi vipassana kering tanpa jhana atau meditasi samatha berjhana untuk mencapai kesucian? kedua2nya mengklaim pendapat yang berseberangan itu salah...
bagaimana dengan pendapat abhidhamma itu adalah sisipan belakangan? dengan otoritas konsili ke-6 apakah itu berarti yang menolak abhidhamma itu sesat dan salah?
apakah otoritas ini bisa menyelesaikan polemik2 tadi?
jadi, apa kita buat bro ?
Kenapa peserta di konsili ke-3 dan ke-4 tidak "merubah" kisah konsili ke-2 seolah2 sinkron dan tidak meninggalkan polemik ? Penentang Abhidhamma hanya berdasarkan pada kisah tentang pengulangan dhamma-vinaya di konsili ke-1... Yang mana kisah konsili ke-1 ini kita KETAHUI JALAN CERITA-nya BERDASARKAN apa yang di-hasilkan di konsili-konsili berikut-nya, terutama konsili ke-3 dan konsili ke-4...ada banyak bukti2 yang sebaliknya dan mayoritas skolar berpendapat itu tidak otentik, tapi ini bukan tempat yang tepat untuk mendiskusikan keotentikan abhidhamma. sudah banyak thread dibikin untuk itu. silakan didiskusikan di sana...
Alur pikiran saya menggelitik... Bertanya-tanya... JIKA Kita-kita yang sekarang ini telah mempolemik-kan SINKRONISASI Pembabaran Abhidhamma dengan KETIADAAN KISAH PENGULANGAN di KONSILI ke-1... MENGAPA bhikkhu2 peserta di konsili ke-3 dan ke-4 tidak MERUBAH / MENG-EDIT saja kisah pengulangan di KONSILI ke-1 dan Ke-2 supaya kelihatan SINKRON ?
Tentu saja bisa dijawab : OOHHH... MEREKA TIDAK SADAR...
Dan apakah MEREKA tidak SADAR, KITA yang SADAR ? Saya tidak dalam kapasitas menyatakan bahwa Bhikkhu2 di konsili ke-3 dan konsili ke-4 tidak MENGETAHUI tentang POTENSI POLEMIK pembabaran ABHIDHAMMA... tetapi jika memang hendak di-rubah / di-edit... seharus-nya pemikiran tentang KISAH yang SINKRON itu harus muncul di konsili ke-3 / ke-4...
Emang-nya kita pada jaman sekarang ini saja "PINTER" menganalisa sutta-vinaya... bhikkhu2 jaman dulu (jika dikatakan memang mencoba merubah ajaran) itu "BODOH" sehiingga tidak mengetahui potensi polemik...
KISAH-KISAH FIKTIF yang bagus-pun alur cerita harus nyambung depan ke belakang... Maka sangat mengherankan jika, EDIT-an itu tidak terpikiran untuk di EDIT- SINKRONISASI kisah pembabaran abhidhamma-nya... Dan tetap saja bisa dijawab : MUNGKIN BHIKKHU (konsili ke-3 dstnya ) itu BODOH2, gak tahu NIPU / EDIT.
ada banyak bukti2 yang sebaliknya dan mayoritas skolar berpendapat itu tidak otentik, tapi ini bukan tempat yang tepat untuk mendiskusikan keotentikan abhidhamma. sudah banyak thread dibikin untuk itu. silakan didiskusikan di sana...
kembali ke point saya sebelumnya, tidak ada otoritas yang bisa dijadikan patokan untuk segala macam perbedaan pendapat di buddhism, bahkan di dalam theravada saja terdapat hutan rimba pendapat yang saling bertentangan, segala macam teori meditasi...
imo, diterima saja adanya perbedaan pendapat itu. tidak perlu memaksakan hanya ada satu pendapat yang benar dan tidak perlu mengkafirkan pendapat yang lain...
otoritas itu tentu saja ada, Sang Buddha telah menunjuk Dhamma Vinaya sebagai penggantinya setelah Beliau Parinibbana, dan Sang Buddha mengajarkan agar kita senantiasa cross-cek ke Dhamma Vinaya sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak suatu doktrin.ada, tapi gak bisa mengatasi segala macam perbedaan pendapat. perbedaan pendapat selalu ada. satu sutta saja bisa menimbulkan bermacam pendapat...
ada, tapi gak bisa mengatasi segala macam perbedaan pendapat. perbedaan pendapat selalu ada. satu sutta saja bisa menimbulkan bermacam pendapat...
jadi yang anda ikuti itu menurut anda, versi yang mana ?versi ehipassiko donk....
setuju, ada orang yg memang sengaja memilih untuk selaras dengan Dhamma Vinaya, dan ada orang yg memang sengaja memilih untuk bertentangan dengan Dhamma Vinaya, dan memang untuk situasi begini tidak ada hakim yg memutuskan. jadi memang benar, silakan masing2 mengikuti pilihannyaitu kalau jelas hitam putihnya. ada yang gak jelas hitam putihnya, masing2 punya argumen yang cukup kuat. bagi yang satu, yang lain itu yang bertentangan dengan dhamma vinaya, dan sebaliknya... jadi silakan mengikuti pilihan masing2...
ketidakpatuhan bhikkhu dalam menerapkan vinaya itu salah satu kondisi untuk semakin cepat berakhir-nya buddha sasana, berakhir-nya pencapaian kesucian.
itu kalau jelas hitam putihnya. ada yang gak jelas hitam putihnya, masing2 punya argumen yang cukup kuat. bagi yang satu, yang lain itu yang bertentangan dengan dhamma vinaya, dan sebaliknya... jadi silakan mengikuti pilihan masing2...
masa ? apakah tidak ada pencapaian tanpa adanya sangha ?
sang Buddha aja tidak memakai hitam putih kok, cukup dengan khotbah via mulutyang saya maksud hitam putih itu jelas keliatan benar-salah, nol-satu, ya-tidak....
jadi ini ngomong hitam putih yang mana ?
versi ehipassiko donk....
ada banyak bukti2 yang sebaliknya dan mayoritas skolar berpendapat itu tidak otentik, tapi ini bukan tempat yang tepat untuk mendiskusikan keotentikan abhidhamma. sudah banyak thread dibikin untuk itu. silakan didiskusikan di sana...
kembali ke point saya sebelumnya, tidak ada otoritas yang bisa dijadikan patokan untuk segala macam perbedaan pendapat di buddhism, bahkan di dalam theravada saja terdapat hutan rimba pendapat yang saling bertentangan, segala macam teori meditasi...
imo, diterima saja adanya perbedaan pendapat itu. tidak perlu memaksakan hanya ada satu pendapat yang benar dan tidak perlu mengkafirkan pendapat yang lain...
yang saya maksud hitam putih itu jelas keliatan benar-salah, nol-satu, ya-tidak....
lawan kata dari grey scale, skala abu2...
I am not sure which of these Vinaya lineages the Sri Lankan bhikkhunis brought to China. More research needs to be done to establish this important point. Nowadays there is much discussion about women from countries such as Thailand, Sri Lanka, and Tibet receiving the bhikkhuni ordination from the Chinese community and bringing it back to their own countries, where the lineage of bhikkhuni ordination does not exist at present. However, in general the monks in Sri Lanka and Thailand do not accept the bhikkhuni ordination of the Chinese tradition because it is considered to be from a different Vinaya lineage than theirs. I do not see this as important because all the traditions follow the same general body of Vinaya.
The Buddha said that for Buddhism to flourish in a country, the four groups of Buddhists are needed: bhikkhus, bhikkhunis, laymen, and laywomen. Thus it would be advantageous to bring the bhikkhuni sangha to Buddhist countries where it is not currently present. I think two types of people talk about the possibility of bhikkhuni ordination: the ones who say "no" to it cite a quote from a text and say, "You see, the Buddha never wanted women to join the order." Those who say "yes" to it cite a quote from the same text and say, "You see, it is possible, if you understand the spirit of the precepts." However, indications of change are slowly beginning to appear. For example, in 1998 some prominent Theravada monks participated in a bhikkhuni ordination given by a Chinese master in Bodhgaya, India. Twenty Sri Lankan nuns took the ordination at this time.
Nuns have committed their lives to the Dhamma, and they must not be shy to show others what a positive influence they can have on society. The Buddha's last words were, "Be beneficial to yourself; be beneficial to others." To win the support of society, the bhikkhuni sangha can show that through their Dhamma practice, they benefit themselves by becoming peaceful and happy. They can show that they benefit others by helping them to become peaceful as well. If the nuns come forward and show their capabilities, society will support them. Only then will the conservative monks understand that it is worthwhile for women to join the order. They will see that nuns can help solve many problems and serve others in ways that men cannot do.
Ad yg uda baca The history of the bhikkhuni Sangha? (http://www.thubtenchodron.org/BuddhistNunsMonasticLife/LifeAsAWesternBuddhistNun/the_history_of_the_bhikkhuni_sangha.html)
Gmn pendapat kalian ttg ini:
Putri Pajapati juga mengikuti kumpulan bhikkhu dan mengikuti tata cara seseorang yang meninggalkan duniawi, tetapi status bhikkhuni tidak dapat di-semat-kan kepada putri pajapati sampai pada penabhisan oleh Buddha dengan menerima Garudhamma. Jadi tidak masalah apakah seseorang itu mengikuti tata cara kehidupan seorang yang meninggalkan kehidupan duniawi, tetapi tetap saja status bhikkhu/bhikkhuni harus melalui penabhisan.
Then, the Buddha said he would give women permission to join the order if Mahapajapati would accept the eight gurudhamma-eight important rules-as the nuns' garland to decorate themselves. Mahapajapati did. One of these rules is very annoying to many Western Buddhist scholars; it says that a nun ordained even a hundred years must bow to a monk ordained but one day. By Western standards, it seems as if nuns are being suppressed, but there is another way to look at this. The Vinaya recounts the story of six monks who lifted up their robes to show their thighs to the nuns. When the Buddha learned about this, he made an exception to that rule and told the nuns not to pay respect to these monks. A nun, then, does not have to bow to every monk, but only to a monk who is worthy of respect. We need to understand each gurudhamma properly, for the Buddha always made exceptions after the general rule was established.
Kalo dari kalimat berikut kayanya gurudhamma pernah direvisi ya?
Kalo ga ad status vihara mau menerima ga ya?
yang saya maksud hitam putih itu jelas keliatan benar-salah, nol-satu, ya-tidak....
lawan kata dari grey scale, skala abu2...
Kalo dari kalimat berikut kayanya gurudhamma pernah direvisi ya?
Kalo ga ad status vihara mau menerima ga ya?
Penabhisan bhikkhuni juga mengalami perubahan....
dari penabhisan oleh Buddha dengan penerimaan GArudhamma, kemudian penabhisan oleh sangha bhikkhu, dan yang terakhir adalah penabhisan 2 sisi, yaitu penabhisan oleh sangha bhikkhu dan sangha bhikkhuni...
mgkn mxd ko adi tu hitam diatas putih x y.. cmiiw
Adakah yg bisa memberikan referensi mengenai proses perubahan2 tata cara ini dari cara yang paling awal hingga ke cara yang terakhir disahkan?
PERTANYAANNYA, siapakah yang bisa merubah Vinaya pada saat sekarang ini ?
Adakah yg bisa memberikan referensi mengenai proses perubahan2 tata cara ini dari cara yang paling awal hingga ke cara yang terakhir disahkan?
yang namanya hitam putih itu artinya secara tertulis/tercetak diatas kertas/catatanstamina anda sudah habis... anda main reply cepat tanpa membaca dan memahami maksudnya...
sekarang anda berkelit hitam putih adalah salah dan benar
bukankah salah dan benar juga relatif tergantung orang yang berpandang ! bukankah ini jurus anda !
Before the Buddha passed away, he allowed minor precepts to be lifted. However, the elders at the First Council could not decide which precepts were major and which ones minor. As a result, some of the elders proposed keeping the entire body of precepts without changing any.
Adakah yg bisa memberikan referensi mengenai proses perubahan2 tata cara ini dari cara yang paling awal hingga ke cara yang terakhir disahkan?sudah saya post di awal2 thread:
apakah konsili ke-6 mengeluarkan komentar soal meditasi ?maksudnya?
Konsili ke-3 ke konsili ke-4, masih pengulangan secara lisan.... dan sejak konsili ke-4 baru-lah ada dokumentasi... menurut anda, apakah ada yang hilang / berubah dari konsili ke-1 ke konsili ke-2, ke konsili ke-3 dan ke konsili ke-4...silakan ke thread mengenai abhidhamma. saya dengan senang hati melayani topik ini di sana...
Kalau jaman sekarang, kan mudah membandingkan apakah literatur ini dibandingkan dengan literatur lain, apakah sama atau berbeda ?
dulunya hanya ada Vinaya satu versi
karna perubahan, maka muncul Vinaya beberapa versi Theravada n Mahayana, termasuk orang yang berani ndak ?
maksudnya?
silakan ke thread mengenai abhidhamma. saya dengan senang hati melayani topik ini di sana...
disarankan baca2 dulu seluruh isi thread supaya gak ada pengulangan.
malas....
stamina anda sudah habis...
ntar dapat jawaban dibawah ini
atau ujung2nya, jawaban klasik : sesuai pandangan masing2
Kontroversi penahbisan bhikkhuni di vihara Ajahn Brahm akan berujung pada Vinaya Dharmaguptaka dan Vinaya Theravada. Antara sah atau tidaknya menggunakan Vinaya Dharmagupta, meng-cover atau tidaknya Vinaya Dharmaguptaka terhadap Vinaya Theravada. Menjaga kemurnian garis Theravada atau tidak.
Kontroversi "lelang diri" Ajahn Brahm, akan ditentukan oleh Vinaya, apakah bhikkhu boleh melakukan perdagangan atau tidak, mengatur suatu perdagangan atau tidak. Yang saya tahu, lelang adalah bentuk perdagangan.
Kontroversi penahbisan bhikkhuni di vihara Ajahn Brahm akan berujung pada Vinaya Dharmaguptaka dan Vinaya Theravada. Antara sah atau tidaknya menggunakan Vinaya Dharmagupta, meng-cover atau tidaknya Vinaya Dharmaguptaka terhadap Vinaya Theravada. Menjaga kemurnian garis Theravada atau tidak.
Kontroversi "lelang diri" Ajahn Brahm, akan ditentukan oleh Vinaya, apakah bhikkhu boleh melakukan perdagangan atau tidak, mengatur suatu perdagangan atau tidak. Yang saya tahu, lelang adalah bentuk perdagangan.
dan diskresi Sangha Vihara Wat Pah Pong (Ajahn Chah) adalah mengeluarkan Vihara Bodhinyana dari lineage (silsilah) / Cabang Vihara Wat Pah Pong.
Kontroversi penahbisan bhikkhuni di vihara Ajahn Brahm akan berujung pada Vinaya Dharmaguptaka dan Vinaya Theravada. Antara sah atau tidaknya menggunakan Vinaya Dharmagupta, meng-cover atau tidaknya Vinaya Dharmaguptaka terhadap Vinaya Theravada. Menjaga kemurnian garis Theravada atau tidak.betul. diskusinya akan berujung pada perbedaan pandangan orthodox dan unorthodox...
betul. diskusinya akan berujung pada perbedaan pandangan orthodox dan unorthodox...
betul. diskusinya akan berujung pada perbedaan pandangan orthodox dan unorthodox...
Termasuk yang ortodox itu kan Maha Kassapa Thera yang tidak merubah vinaya di konsili ke-1... walaupun ada pesan buddha untuk bisa menghapuskan vinaya minor... Tetapi karena Ananda tidak menanyakan kepada Buddha, yang manakah yang vinaya minor yang boleh dihapuskan, maka Maha Kassapa Thera dengan diskresi-nya menyatakan bahwa tidak ada Vinaya yang dirubah...
Dalam hal penabhisan Bhikkhuni, jelas bahwa aturan vinaya terakhir adalah penabhisan 2 sisi... Jika sudah tidak ada lagi sangha bhikkhuni dari satu silsilah tertentu, masa boleh penabhisan dengan silsilah lain...
Ntar bisa bhikkhu tantra ditabhiskan oleh bhikkhu theravada, atau sebaliknya bhikkhu theravada ditabhiskan oleh bhikkhu mahayana. NAH LOH ?
dan diskresi Sangha Vihara Wat Pah Pong (Ajahn Chah) adalah mengeluarkan Vihara Bodhinyana dari lineage (silsilah) / Cabang Vihara Wat Pah Pong.
lelang le.lang
[n] penjualan di hadapan orang banyak (dng tawaran yg atas-mengatasi) dipimpin oleh pejabat lelang
Referensi: http://kamusbahasa/lelang/mirip#ixzz2PqwD01jF
Linknya mati. :)
Ini menegaskan bahwa dalam lelang ada proses menjual-membeli, tawar-menawar, jadi ini termasuk perdagangan (jual-beli).
Lalu bagaimana dengan bunyi Vinaya apakah bhikkhu boleh berdagang atau mengatur sebuah perdagangan? Ini yang penting dan umat awam perlu tahu.
Patimokkha: Nissaggiya Pācittiya:
18. Should any bhikkhu accept gold and silver, or have it accepted, or consent to its being deposited (near him), it is to be forfeited and confessed.
19. Should any bhikkhu engage in various types of monetary exchange, it (the income) is to be forfeited and confessed.
20. Should any bhikkhu engage in various types of trade, it (the article obtained) is to be forfeited and confessed.
SN 42:10 Maniculaka Sutta
"Now I do say that thatch may be sought for by one needing thatch, wood may be sought for by one needing wood, a cart may be sought for by one needing a cart, a workman may be sought for by one needing a workman, but by no means do I say that money may be consented to or sought for in any way at all."
**belum lagi jika dibahas mengenai "pelelangan-diri" sebagai termasuk "perdagangan manusia"
Kalau ga ada yg orthodox, ga ada Theravada, yg melestarikan dhamma vinaya dari Sang Buddha.
Yg mau bantah silahkan. _/\_
Kalau ga ada yg orthodox, ga ada Theravada, yg melestarikan dhamma vinaya dari Sang Buddha.
Yg mau bantah silahkan. _/\_
repost:
Quote from: Indra on 24 March 2013, 11:54:44 PM
Patimokkha: Nissaggiya Pācittiya:
18. Should any bhikkhu accept gold and silver, or have it accepted, or consent to its being deposited (near him), it is to be forfeited and confessed.
19. Should any bhikkhu engage in various types of monetary exchange, it (the income) is to be forfeited and confessed.
20. Should any bhikkhu engage in various types of trade, it (the article obtained) is to be forfeited and confessed.
SN 42:10 Maniculaka Sutta
"Now I do say that thatch may be sought for by one needing thatch, wood may be sought for by one needing wood, a cart may be sought for by one needing a cart, a workman may be sought for by one needing a workman, but by no means do I say that money may be consented to or sought for in any way at all."
**belum lagi jika dibahas mengenai "pelelangan-diri" sebagai termasuk "perdagangan manusia"
Ada 2 point kesimpulan sementara dalam kontrovesi lelang Ajahn Brahm:bagi aye dengan adanya transaksi itu sudah termasuk jual beli, karena sudah melibatkan uang disini, dipakai atau tidak uangnya itu sudah urusan lain.
1. Perbedaan penafsiran vinaya atas istilah berdagang / lelang, terletak pada:
apakah dengan tidak mendapatkan/menerima uang untuk pribadi dari hasil penjualan dianggap bukan bentuk perdagangan, atau
masih tergolong bentuk perdagangan karena tetap menghasilkan uang terlepas hasilnya nanti milik siapa.
2. Digunakan atau tidaknya sutta sebagai acuan
Kalau berdasarkan SN 42:10 Maniculaka Sutta, cmiw, maka menutup celah bagi bhikkhu untuk mendapatkan uang meskipun bukan lewat berdagang atau lelang. Jadi cara apapun untuk mendapatkan uang, termasuk dengan cara diwakili oleh orang lain juga tidak boleh. Jadi kalau berdasarkan sutta ini maka yang lebih ditekankan adalah pada ada usaha mencarinya bukan pada kepemilikan hasil yang didapat.
Ada yang mau menambahkan atau memperbaiki keseimpulan sementara saya ini?
Menurut saya ini bukan masalah yang membawa dampak besar. Ajahn Brahm keluar dari garis cabang Vihara Wat Pah Pong, so what? Akan berdampak besar jika ada yang menegaskan bahwa Ajahn Brahm bukan lagi bhikkhu Theravada, dan ini akan memicu kembali pembahasan Vinaya Dharmaguptaka dan Theravada.
bagi aye dengan adanya transaksi itu sudah termasuk jual beli, karena sudah melibatkan uang disini, dipakai atau tidak uangnya itu sudah urusan lain.
ibaratnya kalau lelang tidak ada belum tentu AB mau menghabiskan waktunya 7 hari bersama 1 orang mengajarkan dhamma, dan kalau misalnya mau berarti lelang itu tidak usahlah, dan lebih arif lagi sudah aja menarifkan 7 hari bersama dia dengan memberikan harga.
demikian dari saya.
ada yang cari celah untuk pembenaran....saya hanya membayangkan, sekarang saja selalu mikir cari duit dengan lelang waktu, bantal, jubah dll, kedepannya, reliknya (kalau ada) kebayang ga mau dijual berapa?
Semua aliran Buddhisme awal (18 aliran menurut tradisi) juga mengklaim sebagai ajaran ortodoks, tetapi dari sebanyak itu, hanya Theravada yang bertahan sampai sekarang.Theravada juga 'turunan', bukan langsung dari 18 aliran itu. Dan sebetulnya kalau turunan punya turunan, Mulasarvastivada juga masih ada keturunannya di Tibet.
Just for info :)
Theravada juga 'turunan', bukan langsung dari 18 aliran itu. Dan sebetulnya kalau turunan punya turunan, Mulasarvastivada juga masih ada keturunannya di Tibet.
dan kenapa rupa-nya dengan Vinaya Dharmaguptaka dengan Vinaya yang ada di Tipitaka (baca : Theravada) sekarang ini ?
dan "beruntung-nya" bahwa sampai saat ini hanya Theravada yang bisa melaksanakan konsili selanjut-nya yaitu konsili ke-5 dan konsili ke-6 serta tetap menjaga silsilah dan ajaran yang tidak bercabang-cabang...Masa' sih? Kok di Thailand aja ada yang namanya Mahanikaya, Dhammayutika, Santi Asoke bahkan Dhammakaya yang fenomenal itu yah?
Ada yang mengatakan Vinaya Dharmaguptaka tidak berbeda jauh dengan Theravada, inilah yang menjadi alasan bagi mereka yang pro penahbisan bhikkhuni. Di sisi lain tetap ada perbedaan di antar akeduanya, dan ini alasan mereka yang kontra penahbisan bhikkhuni.jawabannya sederhana saja. bisa seperti yang anda katakan, mereka merasa theravada lebih asli, bisa juga mereka ingin berdomisili di negara/daerah tertentu, mungkin juga mereka lebih suka berguru dengan guru tertentu yang sudah mereka kenal, dll.
Satu pertanyaan (mungkin pernah ditanya oleh Sdr. Kainyn_Kutho, kalau tidak salah) yang jawabannya belum jelas bagi saya, jika ya Vinaya Dharmaguptaka sama, dapat meng-cover, menggantikan Vinaya Theravada, lalu mengapa tidak ditahbiskan secara Mahayana dan menggunakan titel misalnya bhikkhuni Dharmaguptaka atau bhiksuni Mahayana (mengingat yang melakukan penahbisan awal kebangkitan bhikkhuni ini adalah dari Mahayana yang menjalankan Vinaya Dharmaguptaka)?
Tidakkah ini memberikan kemungkinan bahwa juga ada pemikiran di antara mereka yang pro penahbisan bhikkhuni bahwa Theravada lebih “asli” dibanding Dharmaguptaka ataupun Mahayana, sehingga mereka lebih memilih “bernuansa” Theravada?
jawabannya sederhana saja. bisa seperti yang anda katakan, mereka merasa theravada lebih asli, bisa juga mereka ingin berdomisili di negara/daerah tertentu, mungkin juga mereka lebih suka berguru dengan guru tertentu yang sudah mereka kenal, dll.
singkatnya, mereka merasa lebih cocok dan memilih menjadi bhikkhuni theravada.
Masa' sih? Kok di Thailand aja ada yang namanya Mahanikaya, Dhammayutika, Santi Asoke bahkan Dhammakaya yang fenomenal itu yah?
Apakah menurut anda Mahanikaya dan Dhammayutika adalah sekte yang berbeda? Di mana perbedaaannya?
kalau begitu mrk memang kuper, karena untuk kasus demikian, mrk seharusnya memilih menjadi bhikkhuni Buddhayana, karena dalam Buddhayana seorang perempuan boleh ditahbiskan menjadi seorang bhikshuni namun memilih guru dan ajaran Theravada.
Apakah menurut anda Mahanikaya dan Dhammayutika adalah sekte yang berbeda? Di mana perbedaaannya?Perbedaannya ada di beberapa peraturan tentang minum susu setelah tengah hari, dan juga larangan pegang uang.
Perbedaannya ada di beberapa peraturan tentang minum susu setelah tengah hari, dan juga larangan pegang uang.
Bagaimana dengan Santi Asoke dan Dhammakaya? Apakah sekte yang sama juga?
Minta list perbedaan peraturannya donk. Masuk kelompok mana perbedaannya mereka ini, pacitiya kah, sekhiya kah, atau di mana?Secara list, masih sama. Tapi interpretasinya dan pelaksanaannya aja yang beda2.
Lantas apakah vinaya yg dipegang dhammayuth dan mahanikay berbeda? Yang mana dari kedua ini yang masih 227 sila ?
Anda yg mnenyebutkan pertama kali di atas, sebaiknya anda yg menjelaskannya agar kita bisa mengetahui yang anda maksudkan.Sama juga, basicnya Theravada, tapi Santi Asoke ini aliran campur aduk, jadi memasukkan doktrin lain termasuk Mahayana juga dan ga pake aturan penahbisan. Asal mau jadi bhikkhu, langsung aja. Kalo dhammakaya ini misalnya doktrinnya menganggap nibbana itu alamnya para Buddha dan Arahant, lalu arahnya ke cult dan menyedot uang umat. Kalo ditanya kitabnya, yah sama, kitab2 Theravada, tapi penafsiran dan cara prakteknya yang beda.
Secara list, masih sama. Tapi interpretasinya dan pelaksanaannya aja yang beda2.
Sama juga, basicnya Theravada, tapi Santi Asoke ini aliran campur aduk, jadi memasukkan doktrin lain termasuk Mahayana juga dan ga pake aturan penahbisan. Asal mau jadi bhikkhu, langsung aja. Kalo dhammakaya ini misalnya doktrinnya menganggap nibbana itu alamnya para Buddha dan Arahant, lalu arahnya ke cult dan menyedot uang umat. Kalo ditanya kitabnya, yah sama, kitab2 Theravada, tapi penafsiran dan cara prakteknya yang beda.
Perbedaannya ada di beberapa peraturan tentang minum susu setelah tengah hari, dan juga larangan pegang uang.
Sudah anda jawab sendiri seperti di atas.Betul, sub-sekte. Pada masa awal juga mirip, bercabang sedikit-sedikit sampai sudah terlalu berbeda, jadi sekte baru.
Untuk Mahanikay dan Dhammayuth, gw pikir mereka ini kalau di kat0lik seperti ordo, jadi sama2 kat0lik tapi ordonya berbeda2 misalnya yang satu Jesuit satunya Fransiskan misalnya.
Tetap mereka berdua adalah Theravada.
Sedangkan yang dua terakhir boleh dikata adalah oknum, tapi berjamaah. ;D
Di antara Mahanikay dan Dhammayuth, yg mana yang minum susu afternoon dan yg mana yang pegang uang?Mahanikaya.
Mahanikaya.
Ajahn Chah termasuk sekte yang mana? :whistle:Kalau tidak salah Mahanikaya, tapi A. Chah secara pribadi ikut vinaya strict.
Ajahn Chah termasuk sekte yang mana? :whistle:
Ajahn Chah ditahbiskan dari Mahanikaya tapi kemudian berguru pada Ajahn Mun yg dari Dhammayuttika
Ajahn Chah ditahbiskan dari Mahanikaya tapi kemudian berguru pada Ajahn Mun yg dari Dhammayuttika
Lantas apakah Ajahn Chah kemudian ditahbiskan menjadi Dhammayuth?
Kan 'konon' katanya menurut sahibul hikayat, Dhammayuth itu ketat sekali dan bahkan pattimokha saja tidak mau bergabung dengan sekte lain.
mungkin ya mungkin tidak, tapi ini jadi OOT
"Regarding the situation between the two nikayas in Thailand, I don't think it is readily describable in Vinaya terms. As far as I know neither nikaya has anything like an official position statement as to how it regards the monks of the other nikaya (i.e., that they are schismatics, or not really monks, or whatever). Prince Mongkut's personal doubt about the intactness of the Mahanikaya ordination lineage doesn't have any status as a Vinaya ajudication, even if some in the Dhammayuttika Nikaya take it seriously.http://www.dhammawheel.com/viewtopic.php?f=19&t=2984[/url]
In practice the monks in a Mahanikaya monastery will normally allow a visiting Dhammayutt monk full participation in sangha activities, while Dhammayutt wats are highly inconsistent in how they treat visiting Mahanikaya monks. For example, the extreme chauvinists among the Dhammayutts (e.g., Ajahn Maha Boowa and his associates) will treat a visiting Mahanikaya monk like a samanera. On the other hand, in the north of Thailand (where the Dhammayuttika Nikaya is sparsely represented) many Dhammayutt forest ajahns don't care a damn about nikaya affiliation.
When I was a Dhammayutt monk myself I remember sometimes hearing whisperings about "the regulations of the Dhammayuttika Nikaya". For example, Mahanikai monks can stay at Dhammayutt wats, but must leave during the rains retreat; Dhammayutt monks can confess to Mahanikai monks, but can't hold the Patimokkha recital with them, etc. But these regulations seem to be very elusive. Nobody could ever show me a copy of them, or give me a citation; nor have I ever met a monk who admits to having seen a copy of them."
http://www.dhammawheel.com/viewtopic.php?f=19&t=2984] (http://[/quote)
kalau begitu mrk memang kuper, karena untuk kasus demikian, mrk seharusnya memilih menjadi bhikkhuni Buddhayana, karena dalam Buddhayana seorang perempuan boleh ditahbiskan menjadi seorang bhikshuni namun memilih guru dan ajaran Theravada.
Mungkin suatu saat memang akan berubah menjadi seperti itu... atau sekarang sudah ada yang seperti itu ?
jawabannya sederhana saja. bisa seperti yang anda katakan, mereka merasa theravada lebih asli, bisa juga mereka ingin berdomisili di negara/daerah tertentu, mungkin juga mereka lebih suka berguru dengan guru tertentu yang sudah mereka kenal, dll.
singkatnya, mereka merasa lebih cocok dan memilih menjadi bhikkhuni theravada.
menurut bhikkhu dhammanando:http://www.dhammawheel.com/viewtopic.php?f=19&t=2984]http://www.dhammawheel.com/viewtopic.php?f=19&t=2984[/url]
(ada anggota dc ikutan di thread ini. tebak siapa?)
Barusan nemu link itu kemarin, hmm menarik juga katanya b.Dhammanando.Sunkmanitu Tanka Ob'waci
Anggota DC, yg pakai nick bankei apa karuna murti yah? :-?
Nyerah deh, ga ketebak, kasih tahu dong. ;)
imho :
selama bikkhu tersebut kelakuannya tidak melanggar sila dan vinaya,
serta tujuannya adalah pencapaian dalam meditasi, dan dapat mengajak
para umat melaksanakan sila serta praktek dhamma ( meditasi ),
bikkhu tersebut di mata saya adalah bikkhu yang sangat baik sekali dan sangat sulit di temukan diantara banyak nya bikkhu - bikkhu yang saat ini ada.
imho :
selama bikkhu tersebut kelakuannya tidak melanggar sila dan vinaya,
serta tujuannya adalah pencapaian dalam meditasi, dan dapat mengajak
para umat melaksanakan sila serta praktek dhamma ( meditasi ),
bikkhu tersebut di mata saya adalah bikkhu yang sangat baik sekali dan sangat sulit
di temukan diantara banyak nya bikkhu - bikkhu yang saat ini ada.