//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - kardus

Pages: [1] 2
1
Meditasi / Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« on: 25 January 2015, 09:56:19 AM »
Saya bertanya tentang literatur antar aliran, misalnya Agama Sutra disandingkan dengan Nikaya Pali. Apa yang membuat anda menetapkan "sutta utama" sebagai yang paling dekat dengan kata-kata Buddha?
Awal postingan saya adalah mengomentari aliran burma - menyandingkan sutta/nikaya utama dgn kitab komentar visuddhimagga. Namun sekarang anda melebar membawa2 Agama Sutra yg selevel dgn sutta/nikaya utama (Nikaya Pali). Dari awal saya membandingkan yg tdk selevel, lalu anda membandingkan yg selevel - yg hampir sama, sutta utama juga cuma beda bahasa. Agak tdk nyambung tapi tdk apa2, tetap saya ladeni.
"The āgamas have been compared to the Pali Canon's nikayas by contemporary scholars in an attempt to identify possible changes and root phrasings." [en.wikipedia.org/wiki/Āgama_(Buddhism)#History]
Sutta utama telah dijadikan sbg acuan perbandingan. Itu menandakan sutta utama lebih autentik.

Quote from: K.K.
Cukup lucu bagi saya tampaknya anda menganggap "sutta utama" adalah omongan Buddha sedangkan komentar adalah "omongan orang lain yang mengomentari sutta utama", sementara pada kenyataannya baik "sutta utama" dan "komentar" adalah warisan secara oral para bhikkhu di saat yang bersamaan dari sumber yang sama. Bedanya semua yang merupakan khotbah (Buddha ataupun siswa Buddha) dimasukkan ke sutta, dan yang merupakan penjelasan latar belakang dimasukkan ke dalam komentar. Juga sebagian "sutta utama" dan sebagian "komentar" merupakan tambahan belakangan. Tapi baiklah, ini keluar dari topik dan tidak saya bahas.
Pada kenyataannya anda telah memutarbalikkan fakta. Kitab Visuddhimagga sbg contoh kitab komentar, ditulis sekitar 430 masehi, sedangkan sutta utama ada jauh sebelum itu (sekitar 100 sebelum masehi). Anda seenaknya saja mengatakan terjadi di saat yg bersamaan.
Sebelumnya saya sudah pernah mengatakan sutta utama = 4 nikaya utama. Khuddaka Nikaya adalah penambahan belakangan. "yang merupakan penjelasan latar belakang dimasukkan ke dalam komentar" itu maksudnya yg mana perlu dikemukakan contohnya, supaya tdk ada yg menganggap anda sembarangan bicara.

Quote from: K.K.
Bukankah kalau anda juga mengevaluasi diri sendiri, seharusnya tidak terpancing dengan 'kengeyelan' orang lain? Mengapa tampaknya anda gusar dengan kata-katanya? Tapi itu hanya masukan saja yang boleh diabaikan sepenuhnya. Saya tidak ingin membahas konflik antar pribadi kalian.
Saya bukan terpancing tapi mengekspos 'kengeyelan'nya sehingga kelihatan dia cuma bisa cuap2 saja tanpa ada materi objektif, logika pun error. Yah hitung2 buat hiburan juga.

Quote from: K.K.
Oh, saya pikir anda pengikut "sutta utama" yang mengajarkan tidak cepat menilai orang. Menarik juga anda bisa menasihati tentang asumsi orang lain terhadap "Komet" namun tidak anda terapkan sendiri.
Oh, saya bukan menilai orang melainkan cuma menulis apa yg terlihat/terjadi. Memang terlihat jelas kan prasangka buruknya dari kata2nya yg bersifat penyerangan karakter.

Quote from: K.K.
Oh, jadi pertanyaan "apakah komentator bisa lebih benar dari nara sumber?" adalah jawaban dari masalah menentukan "murni" dan "tidak murni" toh. :))
Oh, jangan tertawa dulu, anda salah tangkap. Coba baca lagi reply #23. Pertanyaan yg saya maksud bukan itu tetapi pertanyaan yg saya ajukan terakhir dlm topik subforum theravada berjudul pengertian nibbana. Dari sana nanti bisa sampai ke dasarnya kenapa tdk murni (menyimpang).

Quote from: K.K.
Mungkin anda harus mulai menyerapi kata-kata Ahok untuk diterapkan pada diri sendiri, janganlah melulu ditujukan ke orang lain. Nampaknya literatur Buddhis yang anda ketahui hanya "Sutta utama" dan "komentar" yah? Maaf, saya tidak tertarik membahas jika hanya itu yang anda ketahui.
Kata-kata Ahok hanya keluar kalau logika pengeyel sampai membuat saya tdk habis pikir, kok bisa tdk dipikir dulu, gitu loh.
Anda malah telah ngawur mengatakan sutta utama dan komentar adalah warisan secara oral para bhikkhu di saat yg bersamaan. Secara fakta historis jelas ngawur. Berarti anda justru tdk tahu literatur budhis mengenai sutta utama dan komentar.
Padahal kalau anda cermati, ambil contoh komentaror sepak bola. Setelah terjadi gol barulah dia berkomentar (golnya cantik, dieksekusi dgn mulus, karena kesalahan antisipasi, dsb), mana bisa terjadi pada saat yg bersamaan.

Quote from: K.K.
:)) Ini lebih menjelaskan lagi tentang anda. Tadinya saya pikir anda seorang peneliti yang berwawasan dan mendukung kekritisan terhadap guru-guru aliran tertentu (apakah Myanmar, Thai, Srilanka ataupun lainnya), ternyata hanya seorang fundamentalis "Sutta Utama". 
Ya silahkan kalau anda mendukung guru2 aliran tertentu, tdk ada yg melarang anda, sepenuhnya hak dan pilihan anda. Kalau menurut anda saya adalah fundamentalis atau pro "sutta utama", so what gitu loh!
Guru ini mengatakan begini, guru itu mengatakan begitu, silahkan anda ikuti/percaya saja. Guru yg anda dukung mengajarkan tujuan berlabel nibbana, tapi arahnya ternyata ke laut anda pun ke laut saja. Sudah tenggelam di laut pun anda tdk akan menyadarinya.
Lebih cocok anda masuk agama kr****n saja, karena tdk perlu berpikir, tdk perlu mempertanyakan ajaran, tdk perlu kros-cek, tdk perlu memeriksa ajaran. Mudah, anda cukup percaya saja, cukup iya saja - iya tuhan, iya bapa di surga, iya pak pendeta. Kalau Buddha Dhamma sulit, perlu berpikir, perlu menyelidiki ajaran, perlu menganalisa ajaran, perlu memeriksa ajaran, tdk mudah.

2
Theravada / Re: Pengertian Nibbana
« on: 23 January 2015, 12:08:40 PM »
Sdr. Kardus  sudah 2 minggu sejak jawaban terakhir Anda belum memberikan jawaban yang benar, jawaban terakhir hanyalah level kemanisan bukan rasa manggis. Nampaknya memang anda tidak bisa mendeskripsikan rasa manggis secara detail. Kita jangan malu mengakui ketika tidak bisa mendeskripsikan rasa manggis secara detail karena semua orang juga tidak bisa.
Anda saja yg tdk nangkap. Saya sudah bilang perumpamaan anda tdk mengena karena menggunakan yg relatif (rasa) utk membandingkan yg pasti (dhamma: nibbana), masih saja ngotot mempermasalahkan level kemanisan bukan rasa. Mau sedetail apapun dijawab, tetap saja tdk mengena karena relatif. Karena tdk mengena maka tdk penting/tdk ada gunanya itu bisa dideskripsikan secara detail atau tdk. Masih tdk nangkap? Kalau masih tdk nangkap, cari perumpamaan yg lain saja. Cape deh…
Saya sudah perjelas yg saya maksud dgn detail adalah teknis, seteknis mungkin. Karena ada sutta yg mengatakan Kira2 begini: semakin seseorang mengkaitkan nibbana dgn sesuatu ataupun sesuatu dikaitkan dgn nibbana maka tandanya org itu tdk mengerti nibbana. Nah disini anda mengkaitkan sesuatu (suatu sifat: tdk bisa dideskripsikan secara detail) dgn nibbana.
Silahkan diteruskan saja ngeyelnya, nanti jg mati kutu sendiri.

Quote from: Kelana
Dan semakin Anda memperjelas pertanyaan Anda dengan embel-embel “teknis” dalam menanyakan pengertian nibbana , ini menandakan Anda tidak memahami apa yang Anda tanyakan sendiri. Menurut KBBI:  teknis dari teknik  yaitu 1. pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu, 2. Cara. 3. metode atau sistem mengerjakan sesuatu.

Jika Anda menggunakan  istilah “teknis” ini berarti anda mempertanyakan cara bukan deskripsi seperti pertanyaan no.1. Inilah bentuk ketidak konsistenan Anda yang pertama. Jadi jangan salahkan orang lain jika salah menjawab,atau tidak sesuai harapan atau tidak ada jawaban di web-web asing, tapi salahkanlah pemikiran anda yang tidak konsisten itu dalam membuat pertanyaan.
http://kbbi.web.id/teknis teknis = bersifat atau mengenai (menurut) teknik; secara teknik.
Secara teknis berarti secara cara (teknik=cara). Dlm OP pertanyaan no.1 adalah pengertian nibbana, bukan deskripsi nibbana. Pengertian lebih luas maknanya daripd sekedar deskripsi saja. Jadi kalau bisa menjelaskan (mengerti) dari sudut pandang teknis (cara) maka tdk masalah. Anda saja yg tdk mengerti bahasa indonesia.

Quote from: Kelana
Sebelumnya Anda mengatakan:
Apakah ini berarti Sdr. Kardus mengakui bahwa dirinya sebagai TS telah salah karena gegabah sebelumnya dengan mengatakan : “membawa sutra hati ke dlm topik ini berarti sudah tdk pada tempatnya” - Atau suatu bentuk ketidakkonsistenan lain dari Sdr. Kardus? Jadi yang mana yang perlu Anda akui? Anda salah karena gegabah atau tidak konsisten? Atau ada hal lainnya? Silahkan diakui terbuka atau tertutup (hanya diri anda yang tahu), dan selanjutnya pembaca lain bisa menilainya sendiri.
Memang saya mengatakan demikian, namun itu dikarenakan ketika itu halilintar hanya banyak bicara dari sisi mahayana selalu membawa2 cerita suhu/gurunya. Namun setelah dihimbau dia mulai membawa materi lebih spesifik ke poin dhamma yg dpt ditemukan jg dlm theravada. Maka dari itu saya tdk mengulang himbauan saya karena sudah ada perbedaan/kemajuan, tdk oot lagi. Lagipula bagaimanapun kita harus menghargai materi dhamma yg dia sampaikan, jangan malah dibilang oot. Jadi lihat kronologisnya, jangan anda lihat di awal saja cuma utk cari celah menyerang saya. Kalau hanya karena istilah "sutra hati" tdk dikenal dlm theravada lantas anda menggangapnya oot, anda keliru. Itu bukan OOT (Out of Topic, di luar topic) namanya tapi OOS (Out of Sect, di luar sekte/mahzab). Ketahuan anda tdk tau yg ada di dlm sutra hati, bisanya hanya mengulang kata2 orang yg tak taunya sudah kadaluarsa. Komet: "apa susahnya jadi betet".

3
Meditasi / Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« on: 23 January 2015, 12:04:34 PM »
bukan hanya umat awam,
bagi meditator  yang tekun.
buku visuddhimagga itu adalah harta karun yang tidak ternilai harganya
Tekun itu bagus. Tapi yg paling penting adalah arah/tujuannya.

4
Meditasi / Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« on: 23 January 2015, 12:03:06 PM »
Cpdddd. Tampak anda kebingungan sendiri dengan pernyataan anda: ada ajaran murni dan tidak murni (poin 1), kemudian ada Nibbana murni dan tidak murni (poin 2). Coba baca lagi baik-baik bagian mana yang sebenarnya saya tanggapi. Di sanalah error anda, tetapi saya tidak ingin menanggapi hal ini lagi. Semoga anda dapat tersadarkan dari error ini
Saya yg capek meladeni spesialis ngeyel. Anda saja yg pandai berkilah tdk mau mengakui perbuatan, gagal menangkap maksud pembicaraan, tdk bisa menanggapi sub-komentar demi sub-komentar - malah dicampur aduk. 
Saya telah rumuskan error 1 yg maksudnya adalah anda pukul rata kitab komentar menurut saya semuanya tdk murni (kadar ketidakmurnian 100%), anda sudah menanggapinya tp lalu berkilah (lihat reply #18). Lalu ketika saya masih menanggapi seputar error 1 (kadar kemurnian), anda malah merumuskan poin 1 (ada ajaran murni dan tidak murni), tidak nyambung.
Utk poin 2, saya tdk pernah menyingkat "nibbana menurut versi ajaran yg murni" menjadi "nibbana murni". Begitu juga dgn yg menyimpang (tdk murni). Anda seenaknya sendiri memotong frase2 bhs indonesia. Orang lain bisa menafsirkan macam2, apa maksudnya "nibbana murni", bisa membingungkan. Tapi kalau "nibbana menurut versi ajaran yg murni" itu frase yg jelas dgn sendirinya. Lagipula poin 1 dan 2 anda itu sudah terumuskan, sudah jelas dlm error 2 (coba baca lagi), anda tdk perlu mengulang lagi.

Quote from: seniya
Kualitas batin seseorang hanya dirinya sendiri yang mengetahuinya. Anda sendiri sudah cukup munafik dengan menjelek2kan kualitas batin/pikiran orang lain hanya dari tulisannya semata. Saya rasa cukup sampai di sini saja, saya tidak ingin mengurusi anda lagi di thread ini. Trims
Kualitas batin orang lain yg mana? Kualitas batin anda kan terlihat jelas penuh kebencian (ketidaksukaan, aversion) dari tulisan anda yg mengekspresikan pikiran jelek/prasangka buruk terhdp saya. Siapa bilang tdk bisa dilihat dari tulisan. Anda salah tangkap lagi. Berbeda kualitas batin (yg tercermin dari kelakuan) dgn level (pemula/menengah/expert/dsb). Kalau kelakuan, kelihatan 1 jelek saja sudah bisa dicap jelek di mata umum. Tapi kalau level, mana cukup mengukur dari sedikit saja, musti dites berkali2. Dan kalau sudah jelek, tdk mengena lagi istilah menjelek2kan, karean memang sudah jelek adanya.

5
Meditasi / Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« on: 23 January 2015, 11:53:12 AM »
"Yang lain" di sini tentu saja segala literatur Buddhis yang dijadikan rujukan, yang anda anggap "lebih tidak murni".
Saya tdk pernah bilang "lebih tidak murni". Tolong jangan menambah kata2/embel2 lain supaya orang lain yg baca tdk bingung. Yg saya katakan dari awal adalah murni vs menyimpang (tidak murni). Mengenai pertanyaan anda, atas dasar apa sutta utama lebih benar dibanding yg lain, jawabnya simple saja: karena ditemukan ketidak-konsistenan di yg lain (dlm hal ini yg sudah saya sebut dr awal yaitu kitab komentar) terhadap sutta utama, dan sutta utama adalah yg paling dekat dgn kata2 sang Buddha.
Saya tanya kpd anda kitab komentar mengomentari apa, anda tdk menjawab. Tentu saja mengomentari sutta utama sbg sumbernya. Nah sekarang saya balik bertanya ke anda, apakah komentator bisa lebih benar dari nara sumber? Kalau ya, apa alasannya, kalau bisa beri contohnya lebih bagus lagi.

Quote from: K.K.
Anda tidak tahu dengan siapa anda diskusi,
Saya tahu, saya berdiskusi dgn sang spesialis ngeyel. Dan lebih tepatnya dia ngeyel bukan diskusi. Diskusi harusnya membawa materi objektif, bukan penyerangan karakter lawan bicara dgn berprasangka buruk. Saya sudah bawa materi objektif (aliran burma mentok2nya equanitmity) tp dia tdk mampu menanggapi secara objektif. Mengutip sutta pun cuma utk jadi senjata tanpa mengevaluasi diri sendiri dulu.

Quote from: K.K.
tidak tahu apa paham yang dianut,
Paham yg dianut tdklah penting.

Quote from: K.K.
dan juga tidak tahu keadaan batinnya, seberapa jauh "pencapaiannya",
Keadaan batinnya kelihatan, penuh prasangka buruk terhdp orang lain. Pencapaiannya, bikin pertanyaan saja error.

Quote from: K.K.
Jadi setelah mengaumkan auman singa mengatakan orang lain tidak tahu sutta utama, cuma tahunya ritual, senang diciprati bhikkhu, bernasib sial karena berpegang pada aliran yang bersumber pada visuddhimagga, sekarang setelah diminta penjelasan anda tiba-tiba kehilangan keberanian dan mau berlagak pilon?
Saya bukan singa, mana bisa mengaum. Anda ini hanya karena ada sedikit kalimat saya yg di luar ekspektasi lalu anda langsung bereaksi dgn prasangka buruk, pakai bilang kehilangan keberanian lah, berlagak pilon lah. Jangan2 anda tdk jauh berbeda dgn sinichi kudo. Tapi karena baru sekali, saya tdk sebut anda ngeyel. Saya kan sudah bilang di atas, kalau mau tau dasarnya lanjutkanlah di topik saya yg lain karena lebih cocok tempatnya. Itu saya sudah melanjutkan topik tsb dgn membuat pertanyaan.

Quote from: K.K.
Jika X ditemukan di sumber A, namun tidak ada di sumber B, lalu anda serta-merta menyimpulkan sumber A menambahkan X, dan tidak mungkin B yang mengurangi X?
Apa gunanya memakai variabel2 tanpa menetapkan masing2 variabel mewakili apa, lalu membolak-balik seenaknya begitu tanpa menghiraukan konteks dan sesuatu yg diwakili oleh masing2 variabel tsb. Katakanlah:
X = upacara-samadhi
A = kitab komentar
B = nikaya utama
Pertanyaan anda menjadi: Jika upacara-samadhi ditemukan di kitab komentar, namun tidak ada di nikaya utama, lalu saya serta merta menyimpulkan kitab komentar menambahkan upacara-samadhi, dan tidak mungkin nikaya utama yang mengurangi upacara-samadhi?
Sekarang, mana yg lebih dulu ada, nikaya utama atau kitab komentar? Kitab komentar ada/muncul belakangan dan upacara-samadhi ditemukan disitu. Bagaimana bisa yg duluan ada mengurangi sesuatu yg ada/muncul belakangan? Itu kan tidak masuk akal. Saya menjabarkan ini supaya anda (dan mungkin yg lain) membiasakan berpikir. [dgn pakai otak, kalau kata Ahok]

Quote from: K.K.
Dan lagi-lagi ada istilah "murni". Tolonglah dijelaskan apa itu "murni" dan "tidak murni".
Pertanyaan yg mustinya ditanya awal2 malah ditanya belakangan. Kalau anda simak dari awal sudah cukup jelas, "murni" = nikaya/sutta utama, "tidak murni" = menyimpang = kitab komentar.

Quote from: K.K.
Setahu saya tidak ada. Begitu juga "meditasi" samatha dan vipassana, dasa parami, tidak ada di sutta; juga pindapata pakai kontainer, melarang minum sambil berdiri juga tidak ada di vinaya. Lalu kenapa? Anda bisa melakukan sesuatu mengenai hal tersebut?
- "meditasi" berasal dari bhs inggris meditation, bukan bahasa pali.
- meditasi samatha dan meditasi vipassana, secara literal mungkin tdk ada, tapi secara bukan literal itu ada.
- dasa paramita, ini tdk penting ada/tdknya karena tdk berkaitan langsung dgn jalan dan tujuan, cuma pengetahuan umum saja, hapalan yg anak SD juga tahu.
- pindapata pakai kontainer, juga tdk penting karena yg penting bisa buat makan. lagipula sang Buddha pernah bilang aturan vinaya yg kecil2 boleh diabaikan.
- larangan minum sambil berdiri, juga sangat tdk penting.
Yg tdk penting tdk perlu dibawa2/diungkit2. Ampun deh.

6
Theravada / Re: Pengertian Nibbana
« on: 22 January 2015, 07:06:22 AM »
Apa pengertian nibbana?
Padam

Padam apa?
Padamnya tanha
Padamnya tanha, dpt ditemukan di sutta dan memang bukan definisi yg salah. Aliran Burma bergantung pada definisi ini. Menurut mereka, utk lenyapnya dukkha, berpedoman pada paticcasamuppada perlu memutus/menghentikan tanha. Karena dgn memutus tanha maka updana dst sampai jati jaramarana otomatis tdk ada sehingga dpt dikatakan dukkha lenyap. Memutus tanha caranya dgn menerapkan vipassana sehingga dari vedana tdk timbul tanha.
Adakah yg melihat sesuatu yg salah disini? Atau memang tdk ada yg salah?

7
Theravada / Re: Pengertian Nibbana
« on: 22 January 2015, 07:03:40 AM »
jangan nakut nakuti. Sdr sekalian bisa diskusi dengan cara masing masing.bisa juga menjadi pendengar pasif.
kata kata buddha itu berlaku bagi yang mulia ananda agar tidak jaim, jaga image dihadapan
para ariya lainnya terutama 80 siswa utama.
Spy tdk sombong karena setiap saat dekat buddha.
jangan dihubungkan dengan cerita halilintar apalagi sikomet yg tidak mengerti persoalan.
Anda bicara sembarangan mengomentari sutta tanpa membaca terlebih dahulu sutta tsb - bicara seenaknya tanpa tau konteksnya. Siapa yg nakut-nakuti? Berarti anda juga mengatai sang Buddha menakut-nakuti Ananda dgn berkata begitu. Kualat nanti anda karena sudah menghina Tathagata. Mengatakan yg tdk dikatakan seorang Tathagata itu namanya sudah menjelekkan (slander) Tathagata.
Kalau anda baca sutta itu anda akan tau konteksnya. Sang Buddha menanggapi perkataan seorang wanita perumahtangga bernama Migasala yg disampaikan oleh Ananda, tdk ada hubungannya sama sekali dgn jaim. Anda ini kacau dan aneh2 saja.

8
Meditasi / Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« on: 22 January 2015, 06:57:22 AM »
Dengan alasan apakah anda menyatakan "sutta utama" itu adalah lebih benar dibanding yang lain?
yang lain maksudnya yg mana? Kalau maksudnya kitab komentar, kitab komentar mengomentari apa sebenarnya?

Quote from: K.K.
Namun jika anda ingin menyatakan sesuatu, hendaknya dijelaskan apa dasarnya anda mengatakan demikian, dasarnya apa, maka anda tidak dianggap sebagai asal bunyi saja. Mohon dijelaskan!
Saya tdk menyertakan dasarnya karena yg ngeyel2 itu tdk layak tau, lagipula yg ngeyel2 itu juga tdk mau tau ataupun menanyakan.
Biarlah yg ngeyel2 macam sinichi kudo mengikuti jejak bikhu Channa (mantan kusir pangeran Sidharta) saja. Dlm mahaparinibbana sutta, sebelum sang Buddha parinibbana sang Buddha berpesan kepada Ananda supaya bikhu Channa dikenakan 'brahma penalty' (hukuman, karena selalu ngeyel), yaitu supaya Channa dicuekin (tdk ditolong dgn disarankan atau dikoreksi), dibiarkan mengikuti pendiriannya sendiri. Jadi biarkan saja dia mengikuti ajaran aliran Burma yg mentok ujung2nya adalah equanimity. Kalau equanimitynya dalam artian uppekkha, hanyut dlm buaian uppekkha nanti kehidupan berikutnya terlahir di alam arupa utk waktu yg sangat lama bisa bereon2. Masa hidup disitu berakhir nanti bisa jatuh terjun bebas ke alam rendah. Sang Buddha mengatakan menganut pandangan keliru akibatnya adalah neraka. Cocok kan? [selanjutnya utk tahu dasarnya dilanjutkan dlm topik Pengertian Nibbana di subforum Theravada saja, karena topiknya nanti berkaitan]

Quote from: K.K.
Tampaknya dari post anda ini, anda sudah mengetahui mana yang murni dan mana yang menyimpang. Saya, dan mungkin juga kebanyakan orang di sini, tidak perlu klaim "ajaran yang saya anut adalah yang paling asli" macam tukang kecap murahan, jadi lebih mendambakan penjelasan dari orang-orang yang (mengaku) mengetahui, seperti anda. Silahkan dijelaskan mana yang murni dan mana yang menyimpang.
Iya, itu cuma Tampaknya saja kan. Jadi jgn percaya omongan saya begitu saja. Lagipula adakah dari kata2 saya dimana saya mengaku mengetahui?
Yang menyimpang itu artinya bisa macam2, bisa tdk ada/ditemukan di yg murni (penambahan), bisa juga ada di yg murni tapi tdk sesuai/didukung/nyambung ataupun bertentangan (modifikasi, salah tafsir, dsb) sebagian atau sepenuhnya.
Utk contoh konkritnya yg sesuai dgn tema subforum ini: adakah ditemukan upacara samadhi di sutta utama?

9
Meditasi / Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« on: 22 January 2015, 06:50:12 AM »
Saya tidak menanggapi pernyataan anda apakah ajaran Burma 100%, 90%, atau berapa persen lah bergantung pada kitab komentar. Yang saya tanggapi adalah pernyataan anda bahwa ajaran-ajaran kitab  tsb (terlepas dari berapa persen yang digunakan aliran Burma) adalah tidak murni.
Salah, anda sudah menanggapi error no.1 dari pertanyaan anda (yaitu mengenai persentase kebergantungan). Lihat reply #15.
Ini adalah bagian tanggapan berkaitan dgn error no.1. Mengenai murni/tdk itu lebih ke yg error no.2. Menanggapi saja anda sudah salah lokasi. 

Quote from: seniya
Entah lah, pikiran anda hanya andalah yang tahu, tetapi sayangnya niat baik anda salah tempat, ini board meditasi bukan tempat untuk gagah-gagahan mempertahankan ajaran murni....
Pikiran jelek muncul lagi tuh.

Quote from: seniya
Maaf, saya tidak merasa seperti itu tuh  ^-^
Siapa yg suruh anda merasa spt itu? Tdk ada yg suruh tuh. Jangan-jangan anda memang jangan-jangan nih  ^-^

Quote from: seniya
Di thread sebelah mulanya anda bertanya tentang pengertian Nibbana berpura-pura seperti seorang pemula, tetapi kemudian anda membuka topeng anda sendiri yang ternyata hanya kedok untuk mencari-cari kesalahan ajaran aliran tertentu. Oh oh kamu ketahuan  ^-^
Beberapa pikiran jelek muncul lagi. Cape deh…
Oh ya, satu lagi ciri sejumlah kalangan budhis munafik yaitu cenderung hipokrit - selalu pukul rata semua anggota baru (perkumpulan offline/online) dianggap pemula, anggota baru bertanya dianggapnya pasti pemula. Lucu sekali kan. Padahal saya tdk pernah mengklaim sbg apapun. Pemula/menengah/expert/apapun memangnya anda bisa nilai dari mana? Mana bisa tau cuma dari tulisan. Jangan ngawur!

Quote from: seniya
Sekali lagi, anda hanya mengacau tidak jelas di tempat yang tidak seharusnya. Oleh sebab itu, saya sarankan agar buanglah sampah pada tempatnya....
Sudah tahu bukan di tempat yg seharusnya kenapa dari awal bukannya menyuruh utk pindah tempat malah ikut menanggapi? Maling teriak maling. Apa itu namanya kalau bukan munafik.

10
Meditasi / Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« on: 21 January 2015, 03:02:45 AM »
Bukan, beliau bukan kloningan komet, halilintar dkk, tetapi kemungkinan kloningan salah satu member senior yang pro-BA juga....
Sebelumnya saya tdk tahu kalau di forum ini ada fenomena kloningan2 seperti itu. Saya bukan kloningan siapa2, juga bukan member senior forum ini karena belum lama join. Buat saya apapun namanya - BA (Buddhisme Awal?), Buddhisme Modern, Buddhisme Akhir, Buddhisme Abad ke-22, ataupun lainnya, itu tdklah penting. Saya non-sectarian, hanya pro sutta utama, yg penting adalah selama kemurnian ajaran (yg acuannya adalah nikaya utama) tetap terwariskan, tdk menyimpang, maka itulah buddhisme yg lejit.

Quote from: seniya
Itu karena anda sendiri yang menyatakan seakan-akan ajaran dari kitab komentar semuanya tidak murni:
Itu kan menurut anda: seakan-akan. Padahal kalau anda cermati saya bilang: "sangat bergantung pada kitab komentar". sangat bergantung artinya kadar ketergantungan tinggi katakanlah sekitar 90an persen, tdk sampai 100%. Tapi kalau saya bilang "sepenuhnya bergantung", maka itu artinya 100% dan anda pantas mengatakan: semuanya tidak murni. Saya sudah antisipasi kemungkinan kesalahpahaman ini makanya saya tdk menggunakan kata "sepenuhnya".

Quote from: seniya
Muncul pertanyaan-pertanyaan "ngeyel" karena anda sendiri kebablasan menggunakan BA sebagai senjata untuk memberangus ajaran-ajaran yang dianggap tidak murni, padahal Sang Buddha telah berpesan dalam MN 22 sbb:
Baguslah kalau anda mengakui ada pertanyaan anda yg bersifat ngeyel. Itu tandanya anda cukup sportif.
Inti postingan saran saya adalah utk meng-kros-cek dgn sutta/nikaya utama. Ini dilandasi oleh pikiran baik/positif, niat baik supaya pembaca bisa menemukan samma-ditthi. Jadi setidaknya saya telah melakukan kusala kamma lewat pikiran. Sementara anda menanggapi dgn pakai istilah "memberangus" segala yg konotasinya kasar dan negatif sekali. Disini terlihat pikiran negatif anda terhadap saya. Setidaknya anda telah melakukan akusala kamma lewat pikiran.
Saya jadi ingat yg saya dapati dari pengalaman selama ini. [maaf ini saya cuma teringat saja, bukan bermaksud mengatakan anda contohnya] Banyak dari umat budhis yg munafik seringkali berlaku seperti itu - cenderung berpikiran jelek (negatif thinking) terhdp orang lain. Dana sih berdana, tapi tdk sadar sering melakukan akusala mano kamma. Biasanya mereka taunya cuma ritual2, baca2 paritta, senang sekali diciprati air oleh bikhu, belajar hanya mengandalkan dari mendengarkan ceramah bikhu (yg belum tentu didengarkan, malah ngobrol) tdk pernah ada niat serius utk baca buku/sumber2 online dan boro2 baca nikaya utama.

Quote from: seniya
“Di sini, para bhikkhu, beberapa orang sesat mempelajari Dhamma – khotbah, syair, penjelasan, bait-bait, ungkapan kegembiraan, sabda-sabda, kisah-kisah kelahiran, keajaiban-keajaiban, dan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan – tetapi setelah mempelajari Dhamma, mereka tidak memeriksa makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan. Tanpa memeriksa makna-makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan, mereka tidak memperoleh penerimaan mendalam akan ajaran-ajaran itu. Sebaliknya mereka mempelajari Dhamma hanya demi untuk mengkritik orang lain dan untuk memenangkan perdebatan, dan mereka tidak mengalami kebaikan yang karenanya mereka mempelajari Dhamma. Ajaran-ajaran itu, karena secara keliru dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan bencana dan penderitaan untuk waktu yang lama. Mengapakah? Karena menggenggam secara keliru pada ajaran-ajaran itu.
Kutipan MN 22 itu lebih tepat kalau ditujukan kepada anda, karena beberapa orang sesat mempelajari Dhamma contohnya adalah sayadaw2 itu. Saya mengatakan demikian bukan tanpa landasan apa2 alias asal omong. Ini serius dan saya sadar konsekuensinya sangatlah serius kalau menuduh mereka begitu. Saya berani mempertanggungjawabkannya.
Sekarang kalau anda menuduh saya demikian, apakah anda tau yg sesat dan yg tdk sesat bagaimana, sementara anda dlm topik saya di subforum Theravada yg berjudul Pengertian Nibbana mengakui hanya mengambil dari kitab komentar - mengindikasikan anda hanya tau kitab komentar saja. Mengutip MN 22 sbg bukti anda mengacu pada sutta utama juga selain kitab komentar, tapi hanya utk senjata saja yg tak taunya menjadi senjata makan tuan. Kalau anda berani tuntaskan hal ini, telusuri sampai kelihatan di mana penyimpangannya, nanti anda akan tau siapa yg cuma bisa asal omong menuduh sembarangan. Meminjam kata2 komet: "apa susahnya jadi betet?".

Apa maksudnya kebijaksanaan (terjemahan pali ke inggris: discernment) anda pun sepertinya tdk tau. Bijaksana itu artinya tau mana yg baik - mana yg buruk, mana yg benar - mana yg salah (dan kalau terbukti salah berani mengaku salah, bukannya malah ngotot/ngeyel), mana yg pantas - mana yg tdk pantas. Sejalan dgn discernment yg artinya mampu menilai dgn baik apa adanya. Disini diperlukan kemampuan menganalisa, berpikir, kalau pakai bahasa kasarnya Ahok: "pikir pake otak!".
Berkaitan dgn ini,
Quote from: seniya
Dan sekarang anda berusaha menggiring opini bahwa ada Nibbana murni dan tidak murni, seakan-akan menyatakan ajaran kitab komentar semuanya membawa pada bukan Nibbana yang sejati....
anda membawa2 nibbana, sementara dlm topik Pengertian Nibbana anda tdk bisa menjelaskan pengertian nibbana secara teknisnya. Sedangkan pemahaman teknis nibbana diperlukan utk mengerti bedanya ajaran yg murni dgn yg menyimpang.
Lagipula, tdk perlu jauh2 sampai membawa2 nibbana. Jalan (ajaran) yg murni akan membawa ke tujuan yg sejati, dan automatis jalan yg menyimpang (tdk murni) akan membawa ke tujuan yg bukan sejatinya. Lepas dari sejauh mana bergantung pada kitab komentar, yg namanya jalan menyimpang bakal membawa ke tujuan yg menyimpang pula. Walaupun namanya sama2 nibbana, masalahnya nibbana menurut pengertian yg mana. Kalau anda sama-rata-kan berarti anda tdk tau mana yg benar mana yg salah.
Dan satu hal lagi, kencangkan sabuk pengaman anda sebelum menolong penumpang lain di sebelah anda. Sudahkah anda memeriksa makna2 dari ajaran2 (dlm hal ini dari kitab komentar) sebelum anda menyarankan hal yg sama kpd orang lain? Kalau sudah, buktikanlah! Kalau tdk bisa membuktikan itu namanya anda tdk punya kapasitas utk mengutip MN 22 tsb.

11
Meditasi / Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« on: 20 January 2015, 12:53:19 AM »
Apa bedanya ajaran murni (dalam hal ini ajaran dalam sutta-sutta awal) dan ajaran tidak murni (yang terdapat dalam komentar) jika sama-sama membawa pada akhir dukkha/Nibbana?
Saya tdk akan menjawab pertanyaan yg mengandung error, melainkan hanya akan menunjukkan errornya:
1) Yg saya beri warna biru. Anda pukul rata bahwa yg ada dlm kitab komentar semuanya tdk murni.
2) Yg saya beri warna merah. Anda menyamakan ajaran yg murni dan yg tdk murni sama2 membawa ke nibbana yg sama. Padahal disini otomatis ada nibbana menurut versi yg murni dan nibbana menurut versi yg tdk murni.

Dan saya tdk akan menjawab/meladeni pertanyaan yg "ngeyel" seperti:
Quote from: seniya
Apa untungnya mengetahui ajaran murni jika hanya digunakan untuk memberangus ajaran tidak murni seperti layaknya FPI versi Buddhis???
dan
kenapa kamu ngepost sendiri , jawab sendiri di thread lainnya?

12
Meditasi / Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« on: 19 January 2015, 02:21:42 AM »
kita beruntung bisa bertemu pa auk sayadaw, sayalay dipankara, goenka, guru besar abhidhamma dsbnya.
Jaman sudah edan, dunia sudah terbalikkibul, ajaran yg menyimpang semakin populer sedangkan ajaran yg murni semakin tdk ada yg tau, sampai suatu saat Buddha Dhamma hilang dari muka bumi. Bukan beruntung, anda justru malah sial bertemu dan menerima ajaran aliran Burma. Aliran Burma sangat bergantung pada kitab komentar terutama Visuddhimagga, kros-cek lah terlebih dadulu dgn sutta utama sebelum merasa beruntung.

Di sini saya hanya mencoba menyarankan/memberi tau. Soal anda/lainnya menerima atau tdk, itu sepenuhnya terserah anda/lainnya. Siapa tahu, barangkali saran ini berguna buat yg lain, yg punya timbunan buah karma yg cukup dan sadha yg cukup sehingga dgn menggali dari sutta utama kemudian kembali menemukan kemurnian ajaran sehingga kembali ke arah pariyati yg benar.

 _/\_

13
Jangan pakai KeyListener, KeyListener itu utk satu tombol. Kalau utk kombinasi tombol pakailah KeyStroke.
Google pakai keyword java keyevent combination langsung dapat, lihat hasil search paling atas.

14
Theravada / Re: Pengertian Nibbana
« on: 18 January 2015, 06:57:19 AM »
Apakah sebenarnya penghubung panca indria dengan obyeknya.
Kesadaran.

15
Theravada / Re: Pengertian Nibbana
« on: 18 January 2015, 06:49:57 AM »
At kdus

Disebutkan adanya kemampuan melihat tapi tidak memperhatikan.
Ini istilah teknis dari vipasana dengan obyek anapanasati cathu dathu .
Pintu panca indria harus mampu buka separuh saja
Jika timbul ketegangan, berarti paramita belum memadai.
Mesti menjadikan melepas duniawi sebagai dasar dari semuanya.
Jika belum melepas semua unsur dunIawi yg ada 8 ruas,
maka pada saat vipasana, pintu panca indria akan menjadi obyeknya.
Atau tertahan menolak obyek.  Yg terbenam dengan ketenangan.
yg dikenal sbg jana. Kedua hal ini salah, shg jalan ariya dikenal sebagai jalan tengah.

 
Jika mampu Melihat tanpa memperhatikan
Buahnya 7 belenggu pasti patah
Sisanya akan diteruskan di kehidupan berikutnya
Yg tentu lebih sesuai kondisinya.


Kalau dilihat dari gaya penulisan postingnya, komet dan halilintar adalah orang yg sama. Welcome back!

(not at) komet
Terus terang saya miris melihat rata2 umat buddhis di indonesia yg lebih mementingkan aspek ritual dibandingkan materi dhamma, dan ketika berdiskusi lebih dominan reaksi emosional (minimal dlm bentuk ketidaksukaan, inggris: aversion) dari tulisan/karakter orang lain seperti komet ketimbang fokus ke materi dhamma yg disampaikannya.
Dalam AN 6.44 Migasālā, Sang Buddha bersabda, yg kalau diterjemahkan ke bhs indonesia kira2 begini:
Ananda, ada 6 tipe orang yg bisa ditemukan di dunia ini:
1) Ananda, ada orang yg gentleman, kawan yg menyenangkan, yg bersamanya rekan2 bikhu berkumpul dgn senang. Tetapi dia belum mendengarkan Ajaran, belum menjadi terajarkan, dan belum menembusnya dgn pandangan, dan ia tdk mencapai pembebasan (liberation) sementara. Setelah meninggal dunia, ia menuju kepada keadaan yg lebih buruk/parah (deterioration), bukan kepada keadaan yg beda (distinction).
2) Lalu Ananda, ada orang yg gentleman, kawan yg menyenangkan, yg bersamanya rekan2 bikhu berkumpul dgn senang. Dan dia sudah mendengarkan Ajaran, sudah menjadi terajarkan, dan sudah menembusnya dgn pandangan, dan ia mencapai pembebasan (liberation) sementara. Setelah meninggal dunia, ia menuju kepada keadaan yg beda (distinction), bukan kepada keadaan yg lebih buruk/parah (deterioration).
Ananda, mereka yg judgemental (suka menilai orang) akan menilai orang2 tersebut seperti demikian: "Yg satu punya kualitas yg sama dgn yg lain. Mengapa menganggap yg satu lebih rendah(inferior) dari yg lain?" Penilaian mereka itu (bahwa dua tipe orang itu sama kualitasnya) akan membawa mereka ke bahaya(harm) dan penderitaan(suffering) utk waktu yg lama.
Di antara dua tipe itu Ananda, orang yg gentleman, kawan yg menyenangkan, yg bersamanya rekan2 bikhu berkumpul dgn senang, yg sudah mendengarkan Ajaran, yg sudah menjadi terajarkan, dan yg sudah menembusnya dgn pandangan, dan yg mencapai pembebasan (liberation) sementara, dia melebihi dan melampaui orang tipe lainnya. Karena alasan apa? Karena aliran arus Dhamma senantiasa membawanya. Akan tetapi, siapa yg bisa mengetahui perbedaan itu selain seorang Tathagata?
Karena itu Ananda, janganlah judgemental (suka menilai sembarangan) terhadap orang lain. Jangan melayangkan penilaian terhadap orang lain. Mereka yg melayangkan penilaian terhadap orang lain membahayakan dirinya sendiri. Aku sendiri, atau orang yg seperti aku (Tathagata/Buddha/Arahat) boleh melayangkan penilaian terhadap orang lain.


4 tipe lainnya merupakan kombinasi serupa. Saya ambil nomor 5 dan 6 yg sepertinya ada sedikit kemiripan dgn karakter komet:
5) Lalu Ananda, orang yg padanya ditemukan kemarahan dan bangga diri, dan dari waktu ke waktu terlibat dlm pertukaran kata2(perselisihan). Dan dia belum mendengarkan Ajaran, belum menjadi terajarkan, dan belum menembusnya dgn pandangan, dan ia tdk mencapai pembebasan (liberation) sementara. Setelah meninggal dunia, ia menuju kepada keadaan yg lebih buruk/parah (deterioration), bukan kepada keadaan yg beda (distinction).
6) Lalu Ananda, orang yg padanya ditemukan kemarahan dan bangga diri, dan dari waktu ke waktu terlibat dlm pertukaran kata2 (perselisihan). Namun dia sudah mendengarkan Ajaran, sudah menjadi terajarkan, dan sudah menembusnya dgn pandangan, dan ia mencapai pembebasan (liberation) sementara. Setelah meninggal dunia, ia menuju kepada keadaan yg beda (distinction), bukan kepada keadaan yg lebih buruk/parah (deterioration).
Ananda, mereka yg judgemental (suka menilai orang) akan menilai orang2 tersebut seperti demikian: "Yg satu punya kualitas yg sama dgn yg lain. Mengapa menganggap yg satu lebih rendah(inferior) dari yg lain?" Penilaian mereka itu (bahwa dua tipe orang itu sama kualitasnya) akan membawa mereka ke bahaya(harm) dan penderitaan(suffering) utk waktu yg lama.
Di antara dua tipe itu Ananda, orang yg padanya ditemukan kemarahan dan bangga diri, dan dari waktu ke waktu terlibat dlm pertukaran kata2 (perselisihan), tetapi sudah mendengarkan Ajaran, sudah menjadi terajarkan, dan sudah menembusnya dgn pandangan, dan mencapai pembebasan (liberation) sementara, dia melebihi dan melampaui orang tipe lainnya. Karena alasan apa? Karena aliran arus Dhamma senantiasa membawanya. Akan tetapi, siapa yg bisa mengetahui perbedaan itu selain seorang Tathagata?
Karena itu Ananda, janganlah judgemental (suka menilai sembarangan) terhadap orang lain. Jangan melayangkan penilaian terhadap orang lain. Mereka yg melayangkan penilaian terhadap orang lain membahayakan dirinya sendiri. Aku sendiri, atau orang yg seperti aku (Tathagata/Buddha/Arahat) boleh melayangkan penilaian terhadap orang lain.


[Disclaimer: saya bukan bermaksud membela komet di sini] Jadi, janganlah menilai orang hanya dari cara dia menulis dgn kata2 yg kurang enak didengar. Mungkin memang karakternya sudah begitu, begitulah style nya, tata bahasa indonesia yg agak berantakan, blak2an dgn komentar2 yg cukup pedas. Janganlah terbawa emosi, menjadi tdk suka (aversion), tapi fokuslah ke materi Dhamma yg disampaikan, dgn begitu bisa mendptkan sesuatu yg baru, pelajaran, entah buat anda, dia ataupun pembaca lainnya. Kalau sekiranya anda menganggap dia "ngeyel", buktikan kalau anda lebih mengerti/tau dari dia. Jangan malah membalas dgn kalimat yg tidak enak didengar juga. Kalau ternyata dia memang "lebih", anda bisa celaka, seperti dikatakan Sang Buddha.

Kembali ke topik utama.
Btw, sepertinya sampai sejauh ini komet selalu mengacu pada sutra hati. Bagi yg menganggap sutra hati masih oot disini berarti tdk mengerti point2 yg terdpt dlm sutra hati. Komet sudah menyampaikan beberapa point dari sutra hati yg berkaitan dgn nibbana, walaupun ada beberapa hal yg aneh. Ada kesamaan point2 (mayoritas sama) dari sutra hati yg juga bisa ditemukan dlm pali canon. Ini dikarenakan sutra mahayana juga berasal dari tripitaka, tapi yg berbahasa sanskrit.
Quote from: komet
Ini istilah teknis dari vipasana dengan obyek anapanasati cathu dathu .
Pintu panca indria harus mampu buka separuh saja
(at) komet
Apa itu "obyek anapanasati cathu dathu"?
Pintu panca indria buka separuh saja maksudnya separuh tutup mata? atau bagaimana?

 _/\_

Pages: [1] 2
anything