kalo ini sih masih bisa diperdebatkan.... karena vipassana bukan hanya meditasi duduk, namun juga dalam keseharian dan peserta vipassana bukan hanya orang2 yg sedikit debu dimatanya, namun ada juga yg tebal kilesanya sehingga membutuhkan segala macam trik; dari yg 'hanya melihat' sd 'disiplin tinggi'... Jadi, pembahasan soal ini akan panjang lebar dan juga Bro Dhanuttono sudah mengatakan thread ini bukan untuk itu.
soal "trik" ini udah pernah diperdebatkan berulang2 sampai semuanya capek.
menurut saya, praktisi serius idealnya bervipassana tanpa henti...
Kedua, yg sering diperdebatkan bukan pernyataan "ph: dalam meditasi vipassana jm8 itu gak relevan"... namun pernyataan yg: "Saya pikir JMB-8 bukan dari mulut Sang Buddha, melainkan kemungkinan ditambahkan belakangan oleh para Bhikkhu". Menurut saya seseorang yg berani menyatakan ini, artinya sudah mengakui dirinya mencapai level batin tertentu. Untuk itu dia harus siap dengan segudang serbuan kritikan dan pertanyaan.
sikap kita terhadap kebebasan berpendapat berbeda jauh, om wil.
menurut saya, kalo kita ingin memperluas wawasan, kebebasan berpendapat harus dibuka seluas2nya. semua boleh berpendapat. semua boleh mengkritisi pendapat orang lain. diskusikan pendapatnya, tanpa asumsi "seseorang pasti udah mencapai level ini itu". yg namanya meragukan kemurnian teks kitab sama sekali bukan barang baru, bukan barang kontroversial, bukan masalah "keberanian", gak perlu gelar "pandita". mempertanyakan keotentikan itu wajar2 aja, gak haram. hehehe, kata ajahn brahm "buddhism is the real science", nyatanya cara berpikir orangnya masih konservatif
Dari tangkisan yg dilakukan Pak Hud atas serangan pertanyaan tersebut, jelas terbaca bahwa Beliau tidak ada bedanya dengan kita2 (seperti yg juga Bro Morph akui), oleh karena itu sesungguhnya tidak pantas Beliau untuk mengatakan hal tsb (Bahwa JMB-8 bukan dari mulut Sang Buddha langsung). Kecuali jika Beliau bisa MEMBUKTIKAN kebenaran kalimat tsb, krn Sang Buddha tidak ada, maka pembuktiannya mau tidak mau dari KEBERHASILAN yg DICAPAI oleh PAK HUD SENDIRI.
sekali lagi saya gak melihat salahnya meragukan sebuah teori. saya merasa inilah keindahan buddhism.
cuman karena ditulis dikitab lalu gak boleh diganggu gugat?
Ternyata Pak Hud masih sering berkata2 kasar (maaf), emosian, debat tidak mau kalah, hasil2 debat seringkali dibukukan sendiri (seyogyanya seorang yg telah mencapai level batin tertentu tidak melekat dgn hal2 begini, menjilid hasil2 debat?). Komplit sudah. Pemikiran2 Pak Hud bertentangan dengan pendapat sebagian orang dan juga sikap2 Pak Hud menunjukkan bahwa Beliau belum pantas untuk mengoreksi Tipitaka.
sekali lagi menilai sikap orang itu sangatlah subjektif. dilihat dari satu dimensi saja pembunuh serial dan dokter operasi kanker sama2 membelah perut. mendokumentasikan debat bisa dipakai untuk memperbesar ego atau bisa saja untuk bahan pelajaran pembacanya. memakai kata2 yg lugas bisa menunjukkan batin yg emosian atau bisa juga menunjukkan kejujuran dan keinginan menyadarkan lawan bicara. yg mana yg benar? hanya pak hudoyo yg tau. kita lebih baik berfokus pada isi tulisannya saja, bukan mencoba menebak isi hatinya...