Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: EVO on 24 June 2009, 03:24:53 PM

Title: reflexi tujuan hidup
Post by: EVO on 24 June 2009, 03:24:53 PM
sekelumit kisah dari ajaan lee
aku terinspirasi akan pola pikir beliau yang luar biasa
beliau lahir ditahun 1907...kematangan, keteguhan beliau dalam menentukan tujuan hidup luar biasa. semoga bermanfaat cerita ini.



Pada malam yang sunyi diterangi oleh cahaya bulan,
aku duduk di pelataran stupa dan bertanya pada diriku sendiri,
"Jika aku lepas jubah, apa yang akan aku lakukan?"
Aku mulai dengan kisah yang berikut.

Jika aku lepas jubah, maka aku akan melamar pekerjaan sebagai karyawan di Perusahaan Phen Phaag.
Aku mempunyai seorang sahabat yang telah lepas jubah dan bekerja di sana dengan pendapatan dua puluh baht setiap bulan, jadi aku ingin melamar pekerjaan di sana juga.
Aku akan bekerja giat dan jujur sehingga atasanku puas dengan pekerjaanku.
Aku memastikan dimanapun aku tinggal, aku harus bertindak demikian supaya orang yang berada disekitarku dapat menghargaiku dengan baik.
Sebagai hasilnya, perusahaan itu akhirnya memperkerjakan aku dengan gaji dua puluh baht setiap bulan, gaji yang sama dengan temanku.
Aku menyusun anggaran gajiku agar ada yang disimpan pada akhir bulan.
Kemudia aku menyewa ruang kamar di rumah susun yang dimiliki Phraya Phakdi, di dalam PratuuNam (Pintu air), salah satu bagian dari kota.
Uang sewanya empat baht untuk satu bulan.
Ditambah Air, listrik, pakaian, dan makanan sekitar sebelas baht.
Kira-kira masih ada sisa sekitar lima baht pada akhir bulan.


Di tahun yang ke dua, atasanku menyukai dan mempercayai aku, sehingga ia menaikkan gajiku mencapai tiga puluh baht setiap bulan.
Setelah dipotong pengeluaranku, maka uangku tinggal dengan lima belas baht setiap bulan. Akhirnya ia puas dengan semua pekerjaanku, kemudian ia mengangkatku sebagai pengawas dari semua pekerja, dengan gaji empat puluh baht, dengan ditambahkan lagi tambahan komisi dari keuntungan perusahaan, total gajiku bisa mencapai lima puluh baht setiap bulan.
Dengan posisi ini aku merasakan bangga terhadap diriku, karena penghasilanku sebanyak karyawan pemerintah di kampong.
Dan untuk sahabat-sahabatku, posisiku berada diatas posisi mereka. 
Maka aku memutuskan untuk menikah dengan pengantin perempuan dari kota Bangkok yang masih muda dan cantik.
Lalu kembali pulang ke rumah, aku akan membuat sanak keluargaku bergembira.
Inilah rencana yang akan aku jalankan sederhana.
Jadi bila aku akan menikah, gadis seperti apa yang akan menjadi pasanganku? Aku berpikir ia harus memiliki ketiga ciri dari seorang istri yang baik:
1. Ia harus berasal dari keluarga yang baik.
2. Ia harus memiliki warisan.
3. Ia harus cantik dan memiliki sikap yang menyenangkan.
Hanya wanita yang memiliki tiga ciri tersebut, yang akan aku nikahi.
Lalu aku bertanya pada diriku sendiri, “Di mana aku akan mencari wanita seperti itu dan bagaimana nantinya andalihat inggrisnya berusaha mengenalnya?" Di sinilah mulai timbul kesukaran.
Aku mencoba segala rencana, tetapi sekalipun aku bertemu dengan wanita tersebut, dia mungkin tidak tertarik padaku.
Wanita yang tertarik kepadaku bukanlah gadis idamanku.
Memikirkan hal ini, terkadang aku berkeluh kesah, tetapi aku tidak menyerah.


Akhirnya muncul pikiran dalam pikiranku, "Orang-orang kaya akan menyekolahkan putri-putrinya di sekolah-sekolah papan atas, seperti Sekolah Istana hitam atau Nyonya Cole. Bagaimana kalau aku mencarinya disana, di pagi hari melihat sekeliling sekolah itu sebelum kelas dimulai, dan di sore  hari saat kelas usai?"
Jadi itulah yang aku lakukan, sampai suatu saat aku menemukan seorang gadis yang menarik, putri dari Phraya.
Cara ia berjalan dan berpakaian benar-benar menarik hatiku.
Aku merencanakan agar perjalanan kita selalu bersamaan setiap hari.
Aku membawa satu catatan kecil, yang akan aku jatuhkan di depannya.
Pertama kali, dia tidak memperhatikan.
Hari demi hari perjalanan kami selalu bersamaan.
Terkadang mata kita saling bertemu, terkadang ia tersenyum kepadaku.
Ketika hal ini terjadi, aku memberikan catatanku kepadanya.
Akhirnya kami berkenalan.
Aku berkencan dengannya keesokan harinya untuk bolos sekolahlihat inggrisnya agar aku dapat mengajaknya keliling kota.
Waktu berlalu dan kami saling mengenali satu sama lain, saling menyukai, saling mencintai.
Kami saling menceritakan cerita kehidupan kami – hal-hal yang membuat kami bahagia dan hal-hal yang membuat kami sedih – dari awal hingga sampai saat ini.
Aku mempunyai pekerjaan yang bergaji sekitar lima puluh baht satu bulan.
Ia menyelesaikan sekolah tingkat ke dua selama enam tahun dan merupakan putri dari keluarga kaya – Phraya – Sikap dan perilakunya sesuai dengan yang aku harapkan.
Akhirnya, kami setuju menikah dengan diam-diam.


Karena kami saling mencintai satu sama lain, kami melakukan hubungan luar nikah terlebih dahulu.
Dia adalah orang yang baik, maka sebelum kami secara resmi menikah, dia memberitahukan orang tuanya.
Mereka sangat marah dan mengusirnya dari rumah.
Kemudian, kami hidup bersama sebagai suami-istri. Aku tidak tersinggung dengan apa yang orangtuanya lakukan, karena aku telah memutuskan untuk tetap menunjukkan kasih sayangku kepada mereka .
Kami menyewa satu unit rumah susun di suatu wilayah yang lebih baik, Pintu Air Sra Pathum.
Uang sewanya adalah enam baht untuk satu bulan.
Istriku mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang sama denganku, dengan gaji dua puluh baht setiap bulan, tetapi dengan cepat ia naik menjadi gaji menjadi 30 baht setiap bulan. Kami menghasilkan delapan puluh baht setiap bulan, yang menggembirakan aku.
Waktu terus berlalu, kedudukanku meningkat.
Atasanku mempercayaiku sepenuhnya, dan terkadang dia memintaku mengambil alih tugas-tugasnya pada saat ia tidak ditempat.
Kami berdua bekerja dengan benar dan jujur untuk perusahaan, hingga akhirnya penghasilan kami mencapai seratus baht setiap bulan.
Keadaan ini membuatku bisa bernafas lega, tetapi impianku masih belum tercapai.


Kemudian, aku mulai membeli hadiah – makanan dan barang-barang lain yang bagus – untuk diberikan kepada mertuaku untuk menunjukkan niat baikku terhadap mereka.
Tidak lama kemudian, mereka mulai memperlakukan diriku dengan baik dan bahkan meminta kami untuk pindah ke rumah mereka.
Aku sangat senang: aku yakin akan mendapat bagian dalam warisan.
Tidak lama setelah tinggal, terungkap niatku yang menggusarkan mertuaku, akhirnya mereka mengusir kami dari rumah.
Kami pun kembali tinggal di rumah susun seperti sebelumnya.
Akhirnya istriku hamil.
Agar dia tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, maka aku mempekerjakan seorang pembantu untuk merawat rumah dan membantu pekerjaan rumah tangga.
Pada saat itu, mempekerjakan seorang pembantu sangatlah murah – hanya empat baht per bulan.
Mendekati masa kelahiran, istriku mulai semakin sering tidak masuk kerja.
Aku harus mempertahankan pekerjaanku.
Pada suatu malam, aku duduk untuk melihat anggaran kami.
Penghasilan seratus baht adalah penghasilan terbanyak yang pernah kami dapatkan. Aku tidak pernah berharap nantinya akan ada kenaikan.
Pengeluaran-pengeluaran kami semakin banyak setiap harinya: satu baht per bulan untuk listrik; 1.50 baht untuk air; arang kayu dan beras masing-masing sedikitnya enam baht per bulan; gaji pembantu empat baht per bulan; dan pengeluaran yang paling besar dari semuanya itu adalah biaya belanja pakaian kami.

Setelah istriku melahirkan, pengeluaran-pengeluaran kami semakin banyak.
Dia tidak kuat lagi untuk bekerja, jadi kami pun kehilangan sebagian pendapatannya.
Tidak lama kemudian dia pun jatuh sakit dan absen dari pekerjaannya dalam waktu yang lama. Atasanku memotong gajinya kembali menjadi lima belas baht per bulan.
Tagihan medis kami terus meningkat.
Gaji istriku tidak cukup untuk membiayai kebutuhan-kebutuhannya, maka dia pun harus menggunakan gajiku. Gajiku yang semulanya lima puluh baht, sekarang habis setiap bulannya.
Pada akhirnya, penyakit istriku bertambah parah.
Aku harus meminjam lima puluh baht dari atasanku, yang nantinya akan dipotong dari gajiku yang akhirnya hanya tersisa lima puluh baht.
Kemudian ia meninggal.


Untuk semua pengeluaran hingga biaya pemakaman mencapai delapan puluh baht.
Tabunganku tersisa dua puluh baht dan seorang anak kecil yang harus dibesarkan.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Sebelum aku dapat bernafas lega.
Sekarang kehidupanku terasa dekat.
Aku pergi ke tempat mertuaku, tetapi mereka lepas tangan.
Maka aku mempekerjakan seorang perawat anak.
Perawat wanita itu berasal dari kelas yang rendah, tetapi dia merawat anakku dengan baik.
Karena hal ini, aku mencintai dan menyayanginya, dan pada akhirnya dia menjadi istri ke duaku.
Istri baruku tidak berpendidikan – dia tidak bisa membaca atau menulis.
Pendapatanku saat ini hanya lima puluh baht – hanya secukupnya saja. Kemudian istri baruku hamil.
Aku melakukan yang terbaik untuk memastikan kalau dia tidak perlu melakukan setiap pekerjaan yang berat, dan aku melakukan segala hal yang yang aku bisa untuk kebaikannya.
aku kecewa, karena semua yang terjadi tidak sesuai dengan rencana-rencanaku sebelumnya.
Kemudian istri baruku melahirkan, kami bersama-sama membesarkan anak dari istri pertama dan anak dari istri ke dua sampai cukup umur untuk merawat diri mereka sendiri.
Kemudian istri baruku mulai bertindak aneh, dia hanya  sayang kepada anaknya sendiri, dan tidak menyayangi anak pertamaku .
Anak pertamaku mulai mengeluh akan hal ini.
Setiap saat istri baruku itu berbuat tidak adil dengan cara ini atau itu.
Kadang-kadang kedua anak-anakku  berkelahi.
Ketika aku pulang dari bekerja, anak pertamaku menghampiriku dan bercerita dengan versinya tentang apa yang telah terjadi, anak ke duaku juga mempunyai versi lain, dan istriku dengan versi yang lain lagi.
Aku tidak tahu harus berpihak pada siapa.
Seolah-olah aku berdiri di pertengahan, dan istri dan anak-anakku sedang berusaha menarik aku ke tiga arah yang berbeda.
Anak baruku ingin aku untuk membeli ini atau itu – bahkan istri dan anak-anakku mulai bersaing untuk mendapatkan makanan terbaik, pakaian terbaik dan menghabiskan uang.
Sehingga aku tidak bisa duduk dan berbicara dengan mereka sama sekali. Gajiku habis tiap bulan. Kehidupan keluargaku seperti barisan semak berduri.


Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti.
Istriku bukan apa yang aku harapkan, pendapatanku bukan apa yang aku harapkan, anak-anakku bukan apa yang aku harapkan, maka aku meninggalkan istriku, ditahbiskan kembali dan kembali hidup sebagai bhikkhu.








Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Sumedho on 24 June 2009, 03:29:49 PM
andai, aye menyadari ini 7 tahun yang lalu.... nasi sudah jadi kwetiau....
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: EVO on 24 June 2009, 03:36:43 PM
tidak ada kata terlambat mo
coba reflexi kan jika aku sekarang membesarkan anak
apa yang harus aku siapkan
dan berapa lama....

ternyata semua rasa itu sama
yang belum punya pacar pengen punya pacar
yang punya pacar pengen nikah
yang nikah pengen punya anak
yang punya anak pengen punya cucu
yang punya cucu baru mikir
aku dah siap mati belum
sebenarnya manusia taku mati karna terlalu banyak kemelekatan

sang buddha gaotama
sudah jelas memberi contoh
hidup bergelimangan
punya istri cantik
anak yang cakep
tapi ditinggal
karna tau semua ini semu bukan kebahagian
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: naviscope on 24 June 2009, 03:46:08 PM
ke t4
panjang benerrrrr....

guru katanya kemarin mo kasi gw yang ini yach?
inti-nya apa nech? what's is the point?  :-?
suruh kita semua menjadi biksu?
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Sumedho on 24 June 2009, 03:55:55 PM
 [at] evo: it would be easier 7 years ago ;D
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Hendra Susanto on 24 June 2009, 04:19:58 PM
ke t4
panjang benerrrrr....

guru katanya kemarin mo kasi gw yang ini yach?
inti-nya apa nech? what's is the point?  :-?
suruh kita semua menjadi biksu?

intinya, sebelum mengambil keputusan yg berpengaruh pada hidup kita seyogyanya kita merenungkan terlebih dahulu dengan jujur pada diri sendiri...
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: naviscope on 24 June 2009, 04:28:33 PM
^
menyesal tak pernah diawal
selalu saja datang nya belakangan

setelah terjadi, barulah sadar
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Hendra Susanto on 24 June 2009, 04:36:03 PM
^
menyesal tak pernah diawal
selalu saja datang nya belakangan

setelah terjadi, barulah sadar


nah sebelum ada penyesalan... merenungkan dulu seperti cerita ajahn lee diatas
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: marcedes on 24 June 2009, 05:32:49 PM
btw,ceritanya betul-betul membuat refleksi melalui kenyataan,
dan untuk suhu, kwetiau surabaya enak loh. ^^ ga sama kwetiau medan ala jkt.

Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Dhamma Sukkha on 24 June 2009, 06:06:44 PM
hmmmhh... :-? :-? :-?

oh iyaa... mo nanyaa... ;D ;D ;D
itu hasil perenungannya Ajahn lee, ato hal yang sudah terjadi?
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Hendra Susanto on 24 June 2009, 06:12:46 PM
hmmmhh... :-? :-? :-?

oh iyaa... mo nanyaa... ;D ;D ;D
itu hasil perenungannya Ajahn lee, ato hal yang sudah terjadi?

ceritanya beliau mao lepas jubah, sebelum lepas jubah beliau merenungkan apa yang akan beliau lakukan setelah lepas jubah
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Sumedho on 24 June 2009, 06:22:19 PM
btw,ceritanya betul-betul membuat refleksi melalui kenyataan,
dan untuk suhu, kwetiau surabaya enak loh. ^^ ga sama kwetiau medan ala jkt.


wah, baru tahu kalo kwetiau surabaya enak. belon pernah nyobain nih. So far winnernya masih kwetiau medan hehehe
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: ryu on 24 June 2009, 06:30:23 PM
repost ya:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1951.msg34209.html#msg34209

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1295.0.html
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: hatRed on 24 June 2009, 07:31:26 PM
bwuah....  suatu contoh kegagalan seseorang dalam merencanakan kehidupan....

cerita tersebut tidak mengartikan kalau kita juga bakal senasib.. kek dia (orang gagal) :whistle:
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Hendra Susanto on 24 June 2009, 07:37:58 PM
bwuah....  suatu contoh kegagalan seseorang dalam merencanakan kehidupan....

cerita tersebut tidak mengartikan kalau kita juga bakal senasib.. kek dia (orang gagal) :whistle:

sembarangan aja :))
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: hatRed on 24 June 2009, 07:46:27 PM
emang betul tokh.. :D

cerita ini ngingetin eke.. sama cerita humor gigolo kurus yg dicontohkan ke anak2 si tante girang ;D

neh.... contoh.. "orang kurang makan" :)) (baca: "orang gagal")
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Hendra Susanto on 24 June 2009, 07:52:45 PM
emang betul tokh.. :D

cerita ini ngingetin eke.. sama cerita humor gigolo kurus yg dicontohkan ke anak2 si tante girang ;D

neh.... contoh.. "orang kurang makan" :)) (baca: "orang gagal")

mungkin kita melihat dari pandangan yang berbeda disini...

klo saya memandang dari sebelum kita mengambil keputusan penting, kita harus memikirkan/merenungkan segala konsekuensinya

klo anda mungkin memandang dari sisi contoh orang gagalnya
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: hatRed on 24 June 2009, 08:02:42 PM
tapi... si tokoh dalam cerita kan sudah merencanakan dengan matang2...

dari alur cerita saja sudah terimplisit kalau ney orang seorang yg strategik... dan akil balik segala rencana mulus dia kan hanya gara2 kesialan yg tak terduga... jadi bukan karena konsekuensi... :whistle:
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: ryu on 24 June 2009, 08:07:19 PM
emang betul tokh.. :D

cerita ini ngingetin eke.. sama cerita humor gigolo kurus yg dicontohkan ke anak2 si tante girang ;D

neh.... contoh.. "orang kurang makan" :)) (baca: "orang gagal")
Cerita diatas kan cuma khayalan
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Hendra Susanto on 24 June 2009, 08:11:19 PM
tapi... si tokoh dalam cerita kan sudah merencanakan dengan matang2...

dari alur cerita saja sudah terimplisit kalau ney orang seorang yg strategik... dan akil balik segala rencana mulus dia kan hanya gara2 kesialan yg tak terduga... jadi bukan karena konsekuensi... :whistle:

Pada malam yang sunyi diterangi oleh cahaya bulan,
aku duduk di pelataran stupa dan bertanya pada diriku sendiri,
"Jika aku lepas jubah, apa yang akan aku lakukan?"
Aku mulai dengan kisah yang berikut.

ituloh pointnya...
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: hatRed on 24 June 2009, 08:17:39 PM
ooo.... jadi cuma hayalan doank toh... :)) wakakaaaaaaaa

semua itu bohong... ooo.. wooo uo uoooo...
hanyalah khayalan ... ooo.. wooo uo uooo...

ku tetap sendiri... ooo.. wooo uoo uooo..

by Gigi.. ;D

tapi keknya neh yg ngayal pesimis yak :-?
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Dhamma Sukkha on 24 June 2009, 08:27:12 PM
hmmmhh... :-? :-? :-?

oh iyaa... mo nanyaa... ;D ;D ;D
itu hasil perenungannya Ajahn lee, ato hal yang sudah terjadi?

ceritanya beliau mao lepas jubah, sebelum lepas jubah beliau merenungkan apa yang akan beliau lakukan setelah lepas jubah
hoo.... thanks dah mo kasih tau cek haa... \;D/\;D/\;D/
soalnya yg bikin rada bingung di akhirnya...
ditahbiskan kembali dan kembali hidup sebagai bhikkhu. ;D ;D ;D
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Hendra Susanto on 24 June 2009, 08:55:56 PM
emang betul tokh.. :D

cerita ini ngingetin eke.. sama cerita humor gigolo kurus yg dicontohkan ke anak2 si tante girang ;D

neh.... contoh.. "orang kurang makan" :)) (baca: "orang gagal")
Cerita diatas kan cuma khayalan

hehheheh... ajahn lee itu orang nya ada loh bos...
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: ryu on 24 June 2009, 09:24:17 PM
emang betul tokh.. :D

cerita ini ngingetin eke.. sama cerita humor gigolo kurus yg dicontohkan ke anak2 si tante girang ;D

neh.... contoh.. "orang kurang makan" :)) (baca: "orang gagal")
Cerita diatas kan cuma khayalan

hehheheh... ajahn lee itu orang nya ada loh bos...
iya tau, tapi cerita itu khan andaikan
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Hendra Susanto on 24 June 2009, 09:29:29 PM
emang betul tokh.. :D

cerita ini ngingetin eke.. sama cerita humor gigolo kurus yg dicontohkan ke anak2 si tante girang ;D

neh.... contoh.. "orang kurang makan" :)) (baca: "orang gagal")
Cerita diatas kan cuma khayalan

hehheheh... ajahn lee itu orang nya ada loh bos...
iya tau, tapi cerita itu khan andaikan

iye betul seandainya saja beliau...
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: Mr.Jhonz on 24 June 2009, 09:32:58 PM
Intinya adalah ketidakpuasan menyebabkan penderitaan...

Mau tanya,orang yang lepas jubah,apakah bisa kembali jadi bhikku?

 [at] suhu medho
om cuma bencanda kan?ga benar2 nyesal.. ;D
Title: Re: reflexi tujuan hidup
Post by: epicentrum on 24 June 2009, 11:52:54 PM
nice post evo.... menginspirasi sekali..... btw boleh juga neh kyknya buka thread baru ttg perlukah menikah hehe... sebelumnya da prnh lum ye