Avuso, begitu pula halnya, orang-orang yang tanpa keyakinan (Tiratana), meninggalkan kehidupan berumah-tangga menjadi petapa yang bukan karena berdasarkan pada kepercayaan (pada hukum kamma), tetapi sebagai mata pencaharian. Mereka licik, penipu, pemalsu, bingung, arogan, keji, pesolek dan cerewet; mereka tidak menjaga indera-indera, makan tidak sederhana (bhojane amattannuta), tidak selalu waspada (jagariya ananuyutta), tidak berkehidupan samana dengan baik (samane anapekhavanto), tidak melaksanakan peraturan dengan baik (sikkhaya na tibbagarava), ingin hidup mewah, lalai, kemauan baik menurun, tak bertanggung jawab dalam usaha untuk melenyapkan dukkha (nibbana), malas, kurang bersemangat, tidak berperhatian, tidak berpengertian, tidak menenangkan pikiran, pikiran tidak tetap, pikiran tak terkendali, tidak bijak dan pikiran tumpul. Nampaknya seperti ayasma (saudara) Sariputta mengetahui pikiran mereka melalui pikiran yang mengatur (membentuk) pikiran mereka dengan uraian Dhamma.
Tetapi, ada pula orang-orang dengan keyakinan meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi petapa, yang tidak licik, tidak menipu, bukan memalsu, tidak bingung, tidak arogan, tidak keji, tidak pesolek dan tidak cerewet; menjaga indera-indera, makan sederhana, selalu waspada, berkehidupan samana dengan baik, melaksanakan peraturan dengan baik, hidup sederhana, bersemangat, berkemauan baik, berusaha untuk melenyapkan dukkha, rajin, berperhatian, berpengertian, pikiran tenang, pikiran tetap, pikiran terkendali, bijak dan pintar. Setelah mereka mendengar uraian dhamma dari Ayasma Sariputta, bagaikan mereka minum (saripati) ungkapannya dan makan maknanya, dengan berkata: "Baik sekali! Ayasma Sariputta telah menyebabkan rekan brahmacari-nya meninggalkan hal-hal buruk (akusala) dan mengembangkan hal-hal yang baik (kusala).