//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi  (Read 11470 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tania

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 163
  • Reputasi: 6
  • Gender: Female
  • sabbe satta bhavanthu sukhittata ..
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #15 on: 05 July 2010, 05:48:38 PM »
hmmm kalo menurut pendapat saya,

biasanya banyak kaum laki2 (manusia) berbuat kebajikan dgn pengharapan untuk ditemani oleh banyak wanita2 cantik, sdgkan wanita jarang yang berharap demikian. sehingga akibat kelahiran kembali di alam dewa, maka terjadi sessuai pengharapan masing2 sesuai kamma baik yang telah dilakukan pada kehdpan sebelumnya.
Saya setuju dengan pendapat di atas.
Ga perlu jauh2 ke sorga, kita lihat di dunia ini kalau pria banyak duit & berkuasa, banyak yang keinginannya adalah memiliki wanita/istri yang banyak.
Sebaliknya kalau ada wanita banyak duit & berkuasa, sangat sedikit sekali yang keinginannya adalah memiliki pria yang banyak. Intinya kebahagiaan wanita dan pria memang berbeda. Mungkin saja sorganya wanita adalah shopping gratis semua baju/tas/sepatu/aksesoris merk terkenal.



gratis gak seru, diskonan baru mantep :))

diskonan + unlimited budget .. hmmmmm ..  ^-^
do the best is not for make people amazed with us, but do the best because it's the only way to enjoy the process .. - Ajahn Brahmvamso

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #16 on: 05 July 2010, 06:21:12 PM »
yang saya tangkap seh mksd samaneri bukan gitu..tapi di kebanyakan kisah yang ada, kok gak ada bidadari yang dikelilingi bidadara (mungkin poliandri kali yah) ? cmiiw
Betul. Itu yang hendak disampaikan oleh Samanera Dhammasiri...

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #17 on: 05 July 2010, 06:51:07 PM »
kwkwk dr penjabarannya keliatan bgt yah apa yg sebenarnya diinginkan org2 pda umumnya
[dlm konteks duniawi] =))
mkanya dipake buat menarik perhatian, biar banyak 'pengunjung'nya =))

mirip strategi marketing jdinya =))

Offline tania

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 163
  • Reputasi: 6
  • Gender: Female
  • sabbe satta bhavanthu sukhittata ..
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #18 on: 05 July 2010, 07:06:40 PM »
Ini adalah pendapat saya, kalau saya adalah wanita, jelas saya tidak mau terlahir di surga. Lebih baik, saya segera merealisasi Nibbāna.
Bagaimana pendapat teman-teman? Ayo didiskusikan.

saya teringat kata2 luang por jumnean di dhamma talk jumat lalu .. Beliau mengatakan bahwa meskipun telah mencapai jhanna 8 pun, "percuma" karena belum mencapai nibbana .. dan apabila belum mencapai tingkat kesucian (yg ada "garansi" berapa kali terlahir lagi sudah nibbana), maka akan "tersangkut" berkalpa2 tanpa bisa mencapai nibbana karena sulitnya terlepas dari kebahagiaan di alam brahma ..
do the best is not for make people amazed with us, but do the best because it's the only way to enjoy the process .. - Ajahn Brahmvamso

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #19 on: 05 July 2010, 08:44:03 PM »
Ini adalah pendapat saya, kalau saya adalah wanita, jelas saya tidak mau terlahir di surga. Lebih baik, saya segera merealisasi Nibbāna.
Bagaimana pendapat teman-teman? Ayo didiskusikan.

saya teringat kata2 luang por jumnean di dhamma talk jumat lalu .. Beliau mengatakan bahwa meskipun telah mencapai jhanna 8 pun, "percuma" karena belum mencapai nibbana .. dan apabila belum mencapai tingkat kesucian (yg ada "garansi" berapa kali terlahir lagi sudah nibbana), maka akan "tersangkut" berkalpa2 tanpa bisa mencapai nibbana karena sulitnya terlepas dari kebahagiaan di alam brahma ..

ajaran Buddha tidak ada yang namanya 'percuma' ! kalau percuma = sia-sia
tidaklah gampang bisa mencapai Jhana 1 ! apalagi Jhana 8 ^-^
janganlah mengukur dengan hasil pencapaian tapi pahamilah apa yang telah kita lakukan.
kamsia
« Last Edit: 05 July 2010, 08:46:02 PM by sukuhong »

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #20 on: 05 July 2010, 08:51:18 PM »
Ini adalah pendapat saya, kalau saya adalah wanita, jelas saya tidak mau terlahir di surga. Lebih baik, saya segera merealisasi Nibbāna.
Bagaimana pendapat teman-teman? Ayo didiskusikan.

saya teringat kata2 luang por jumnean di dhamma talk jumat lalu .. Beliau mengatakan bahwa meskipun telah mencapai jhanna 8 pun, "percuma" karena belum mencapai nibbana .. dan apabila belum mencapai tingkat kesucian (yg ada "garansi" berapa kali terlahir lagi sudah nibbana), maka akan "tersangkut" berkalpa2 tanpa bisa mencapai nibbana karena sulitnya terlepas dari kebahagiaan di alam brahma ..
setahu sy , anagami jg sudah mencpai kesucian? mgapa tania blg blum mencpai(yg ada garansinya itu trmasuk sotapanna, sakadagami, anagami)???

kamsia ehe ehe he he
CMIIW.FMIIW.

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #21 on: 05 July 2010, 09:05:18 PM »
Ini adalah pendapat saya, kalau saya adalah wanita, jelas saya tidak mau terlahir di surga. Lebih baik, saya segera merealisasi Nibbāna.
Bagaimana pendapat teman-teman? Ayo didiskusikan.

saya teringat kata2 luang por jumnean di dhamma talk jumat lalu .. Beliau mengatakan bahwa meskipun telah mencapai jhanna 8 pun, "percuma" karena belum mencapai nibbana .. dan apabila belum mencapai tingkat kesucian (yg ada "garansi" berapa kali terlahir lagi sudah nibbana), maka akan "tersangkut" berkalpa2 tanpa bisa mencapai nibbana karena sulitnya terlepas dari kebahagiaan di alam brahma ..
setahu sy , anagami jg sudah mencpai kesucian? mgapa tania blg blum mencpai(yg ada garansinya itu trmasuk sotapanna, sakadagami, anagami)???

kamsia ehe ehe he he

asalamulaitono

tu arti nya dah ada jaminan pasti akan menjadi seorang arahat (suci belum tentu telah arahat)

4 tingkatan kesucian : sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat.

3 tingkat kesucian selain arahat masih akan mengalami tumimbal lahir (masih berada di alam samsara) sampe beberapa kali lagi (tergantung tingkat kesucian yg dicapai) baru seseorang akan mencapai arahat (tidak akan terlahir lagi di alam apa pun)

walaikumtono

Offline tania

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 163
  • Reputasi: 6
  • Gender: Female
  • sabbe satta bhavanthu sukhittata ..
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #22 on: 05 July 2010, 09:18:16 PM »
Ini adalah pendapat saya, kalau saya adalah wanita, jelas saya tidak mau terlahir di surga. Lebih baik, saya segera merealisasi Nibbāna.
Bagaimana pendapat teman-teman? Ayo didiskusikan.

saya teringat kata2 luang por jumnean di dhamma talk jumat lalu .. Beliau mengatakan bahwa meskipun telah mencapai jhanna 8 pun, "percuma" karena belum mencapai nibbana .. dan apabila belum mencapai tingkat kesucian (yg ada "garansi" berapa kali terlahir lagi sudah nibbana), maka akan "tersangkut" berkalpa2 tanpa bisa mencapai nibbana karena sulitnya terlepas dari kebahagiaan di alam brahma ..
setahu sy , anagami jg sudah mencpai kesucian? mgapa tania blg blum mencpai(yg ada garansinya itu trmasuk sotapanna, sakadagami, anagami)???

kamsia ehe ehe he he

asalamulaitono

tu arti nya dah ada jaminan pasti akan menjadi seorang arahat (suci belum tentu telah arahat)

4 tingkatan kesucian : sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat.

3 tingkat kesucian selain arahat masih akan mengalami tumimbal lahir (masih berada di alam samsara) sampe beberapa kali lagi (tergantung tingkat kesucian yg dicapai) baru seseorang akan mencapai arahat (tidak akan terlahir lagi di alam apa pun)

walaikumtono

tingkat kesucian selain arahat akan terlahir lagi, namun dalam tingkat kesucian tertentu (saya lupa apa) sudah "menutup" pintu alam samsara .. jadi hanya mungkin lahir di 26 alam (selain alam2 samsara), kalau tidak salah paling "rendah" levelnya alam manusia ..

"percuma" maksud saya diatas merujuk pada lamanya waktu yg diperlukan untuk ke nibbana, karena meskipun terlahir kembali maksimal 4 kali kehidupan, namun jika alam yg ditinggali membutuhkan waktu berkalpa2, terasa terlalu lama dan sulit untuk sampai pada nibbana ..  _/\_
do the best is not for make people amazed with us, but do the best because it's the only way to enjoy the process .. - Ajahn Brahmvamso

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #23 on: 05 July 2010, 09:44:49 PM »
bhante, apakah ada rujukan yg mengatakan bagaimana pria terlahir sebagai wanita atau kebalikannya? dalam hubungan dengan topik ini yah bisa jadi wanita terlahir jadi dewa?

Cerita Theri Isidasi dalam Therigāthā mengisahkan bagaimana pada salah satu kehidupan lampaunya, theri ini adalah seorang laki. Berkaitan dengan wanita terlahir jadi dewa bisa dilihat dari cerita dewi Mahamaya, ibunda Pangeran Siddhatta. Ia dilahirkan menjadi seorang dewa (bukan dewi) di alam Tavatimsa.

Offline NOYA

  • Teman
  • **
  • Posts: 66
  • Reputasi: 7
  • Gender: Female
  • I still need to learn more.
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #24 on: 05 July 2010, 09:45:07 PM »
Surga  dalam pengertiannya sebagai Sugati

Sugati berarti ‘good going’ atau ‘ good destiniy’. Sugati merupakan sebutan untuk alam-alam yang bahagia ‘diatas’ manusia. Sugati sering juga disebut sebagai saggaṃ lokaṃ.  Hal inilah yang secara umum dikenal sebagai alam surga. Alama surga ini sebagai hasil melakukan puñña, bukan kusala. Alam surga bukanlah tujuan akhir umat Buddha. Tujuan akhirnya adalah Nibbāna.


Surga: bidadari dan bidadara

Kita harus mencari dulu kutipan dan sumber yang valid tentang anggapan bahwa terlahir di alam surga bagi pria nantinya akan ditemani  bidadari cantik dan sebaliknya, di dalam Tipiṭaka atau Aṭṭhakathā jika kita ingin melihat masalah ini dari Buddhist perspective. Apalagi, tadi samanera masih menyebutnya sebagai “mungkin di dalam Tipiṭaka”. Kata bidadari dalam bahasa Pāli adalah devi “a female deva”. Saya tidak menemukan adanya padanan kata bidadara dalam bahasa Pāli. Saya mengira hanyalah kata deva sebagai padanan kata terdekat untuk kata bidadara. 

Bagaimana kalau ternyata mereka menemani satu sama lain. Deva ditemani devi yang sering dipahami sebagai bidadari dan devi ditemani deva yang dalam thread ini mungkin yang dimaksud sebagai bidadara. Dan bagaimana pula kalau ternyata ada deva yang tidak ditemani banyak bidadari dan justru malah ada banyak devi yang ditemani bidadara. Siapa tahu?

Selanjutnya saat membahas alam surga di dalam agama Buddha, kita harus sadar betul bahwa ada 26 alam surga yang diklasifikasikan sebagai alam deva dan brahma. Lihat saja misalnya kutipan di dalam Vibhaṅga Aṭthakathā halaman 521 menyebutkan bahwa ada 26 alam surga dan 1 alam manusia sehingga ada 27 alam (sattavīsati). Selanjutnya dikatakan bahwa 26 alam surga dibagi dalam 6 kelompok (chabbīsati devalokā) yaitu 6 kāmāvacara,  ada 9 alam brahma, 5 alam suddhāvāsa, 4 alam Arūpa, satu Asaññasatta dan satu alam vehapphala (Iti cha kāmāvacarā, nava brahmalokā, pañca suddhāvāsā, cattāro arūpā asaññasattavehapphalehi saddhiṃ chabbīsati devalokā; manussalokena saddhiṃ sattavīsati). Dengan demikian, kalaupun ada deva yang ditemani bidadari, devi yang tidak ditemani bidadara dan atau devi yang ditemani bidadara, hal ini terjadi di alam deva kāma loka. Sehingga, pembahasan surga ini juga harus spesifikan pada surga yang mana? Karena menurut saya tidak ada bidadari dan bidadara untuk teman bersenang-senang di alam-alam yang tinggi (alam 9 brahma, 5 suddhāvāsa, 4 Arūpa, Asaññasatta dan Vehapphala)

Selanjutnya, karena belum ada orang yang kembali dari surga dan menceritakan kepada kita kebenarannya, saya lebih melihat keberadaan alam surga sebagai motivasi untuk berbuat baik dan melakukan puñña saja. Motivasi seperti ini diperuntukkan bagi orang-orang yang batinnya belum siap melakukan kusala. Mereka masih cenderung melakukan sesuatu berdasarkan iming-iming kenikmatan dan kebahagiaan duniawi, termasuk kebahagiaan terlahir dengan banyak bidadari di alam surga tadi. Bagi orang yang mengerti hakikat hidup ini, saya pikir tidak lagi mempedulikan surga itu ada apa tidak, namun peduli dengan pelenyapan lobha, dosa dan moha di dalam pikirannya.

 _/\_

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #25 on: 05 July 2010, 10:00:14 PM »
Kalau kita membaca kitab suci, mungkin Tipitaka, Al-quran, Injil atau kitab suci yang lainnya, kita akan melihat bahwa mereka yang melakukan kebajikan akan terlahir di Surga. Di Surga kita akan mendapatkan istana yang terbuat dari emas, semua kemewahan tersedia. Bagi yang pria, ribuan bidadari akan siap mendampingi. Setidaknya, itulah gambaran yang diberikan oleh kitab suci. Akan tetapi, sangat sedikit bahkan selama ini saya sulit menemukan statement yang mengatakan bahwa kalau wanita bajik yang terlahir di surga akan ditemani oleh ribuan bidadara, karena lelaki ditemani oleh ribuan bidadari. Dengan fakta ini, jelas surga pun masih tidak lepas dari diskriminasi, namun kalau wanita bajik yang telahir di surga ditemani oleh ribuan bidadara, berapa lama wanita itu akan sanggup bertahan di surga? Sungguh terjadi dilemma, mau disetarakan secara etika manusia, wanita tidak akan sanggup bertahan tetapi kalau tidak disetarakan, surga pun tidak lepas dari diskriminasi.

Ini adalah pendapat saya, kalau saya adalah wanita, jelas saya tidak mau terlahir di surga. Lebih baik, saya segera merealisasi Nibbāna.
Bagaimana pendapat teman-teman? Ayo didiskusikan.

Sebenarnya banyak cerita2 Buddhis yang mengisahkan bagaimana seorang wanita yang terlahir di alam dewa sebagai bidadari dikelilingi oleh banyak bidadari, namun tidak ditemukan seorang bidadari dikelilingi oleh banyak bidadara.

Offline NOYA

  • Teman
  • **
  • Posts: 66
  • Reputasi: 7
  • Gender: Female
  • I still need to learn more.
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #26 on: 05 July 2010, 10:22:50 PM »
Quote
Sebenarnya banyak cerita2 Buddhis yang mengisahkan bagaimana seorang wanita yang terlahir di alam dewa sebagai bidadari dikelilingi oleh banyak bidadari, namun tidak ditemukan seorang bidadari dikelilingi oleh banyak bidadara.

1. Dimana saja ya?

2. Apakah hal ini karena seperti yang disebutkan oleh teman di atas tadi  bahwa hal ini karena adanya pengaruh "budaya patriarki"? Dan apakah karena penulisan literature-literature agama, termasuk Tipiṭaka banyak dilakukan oleh "laki-laki"?

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #27 on: 05 July 2010, 10:35:43 PM »
Surga  dalam pengertiannya sebagai Sugati

Sugati berarti ‘good going’ atau ‘ good destiniy’. Sugati merupakan sebutan untuk alam-alam yang bahagia ‘diatas’ manusia. Sugati sering juga disebut sebagai saggaṃ lokaṃ.  Hal inilah yang secara umum dikenal sebagai alam surga. Alama surga ini sebagai hasil melakukan puñña, bukan kusala. Alam surga bukanlah tujuan akhir umat Buddha. Tujuan akhirnya adalah Nibbāna.


Surga: bidadari dan bidadara

Kita harus mencari dulu kutipan dan sumber yang valid tentang anggapan bahwa terlahir di alam surga bagi pria nantinya akan ditemani  bidadari cantik dan sebaliknya, di dalam Tipiṭaka atau Aṭṭhakathā jika kita ingin melihat masalah ini dari Buddhist perspective. Apalagi, tadi samanera masih menyebutnya sebagai “mungkin di dalam Tipiṭaka”. Kata bidadari dalam bahasa Pāli adalah devi “a female deva”. Saya tidak menemukan adanya padanan kata bidadara dalam bahasa Pāli. Saya mengira hanyalah kata deva sebagai padanan kata terdekat untuk kata bidadara. 

Bagaimana kalau ternyata mereka menemani satu sama lain. Deva ditemani devi yang sering dipahami sebagai bidadari dan devi ditemani deva yang dalam thread ini mungkin yang dimaksud sebagai bidadara. Dan bagaimana pula kalau ternyata ada deva yang tidak ditemani banyak bidadari dan justru malah ada banyak devi yang ditemani bidadara. Siapa tahu?

Selanjutnya saat membahas alam surga di dalam agama Buddha, kita harus sadar betul bahwa ada 26 alam surga yang diklasifikasikan sebagai alam deva dan brahma. Lihat saja misalnya kutipan di dalam Vibhaṅga Aṭthakathā halaman 521 menyebutkan bahwa ada 26 alam surga dan 1 alam manusia sehingga ada 27 alam (sattavīsati). Selanjutnya dikatakan bahwa 26 alam surga dibagi dalam 6 kelompok (chabbīsati devalokā) yaitu 6 kāmāvacara,  ada 9 alam brahma, 5 alam suddhāvāsa, 4 alam Arūpa, satu Asaññasatta dan satu alam vehapphala (Iti cha kāmāvacarā, nava brahmalokā, pañca suddhāvāsā, cattāro arūpā asaññasattavehapphalehi saddhiṃ chabbīsati devalokā; manussalokena saddhiṃ sattavīsati). Dengan demikian, kalaupun ada deva yang ditemani bidadari, devi yang tidak ditemani bidadara dan atau devi yang ditemani bidadara, hal ini terjadi di alam deva kāma loka. Sehingga, pembahasan surga ini juga harus spesifikan pada surga yang mana? Karena menurut saya tidak ada bidadari dan bidadara untuk teman bersenang-senang di alam-alam yang tinggi (alam 9 brahma, 5 suddhāvāsa, 4 Arūpa, Asaññasatta dan Vehapphala)

Selanjutnya, karena belum ada orang yang kembali dari surga dan menceritakan kepada kita kebenarannya, saya lebih melihat keberadaan alam surga sebagai motivasi untuk berbuat baik dan melakukan puñña saja. Motivasi seperti ini diperuntukkan bagi orang-orang yang batinnya belum siap melakukan kusala. Mereka masih cenderung melakukan sesuatu berdasarkan iming-iming kenikmatan dan kebahagiaan duniawi, termasuk kebahagiaan terlahir dengan banyak bidadari di alam surga tadi. Bagi orang yang mengerti hakikat hidup ini, saya pikir tidak lagi mempedulikan surga itu ada apa tidak, namun peduli dengan pelenyapan lobha, dosa dan moha di dalam pikirannya.

 _/\_
arti kata punna apa tuh ya beda dngan kusala?
CMIIW.FMIIW.

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #28 on: 05 July 2010, 10:44:11 PM »
Umumnya para wanita yg taat semasa sang Buddha, terlahir sebgai Devi dan ditemani oleh ratusan  peri yg melayaninya..dan devi ini umumnya menjadi pendamping Raja Sakka Indra..dikatakan memang Istri2 Raja Sakka sangat banyak di surga alam tigapuluh tiga, Tavatimsa...
CMIIW.FMIIW.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« Reply #29 on: 05 July 2010, 11:33:34 PM »
Quote
Sebenarnya banyak cerita2 Buddhis yang mengisahkan bagaimana seorang wanita yang terlahir di alam dewa sebagai bidadari dikelilingi oleh banyak bidadari, namun tidak ditemukan seorang bidadari dikelilingi oleh banyak bidadara.

1. Dimana saja ya?
Ada beberapa cerita yang setidaknya saya temukan, seperti:
- Dāsivimānavaṇṇanā dari Kitab komentar Vimanavatthu - seorang pembantu, karena kebajikannya, terlahir sebagai istri dewa Sakka dan dikelilingi oleh seratus ribu bidadari (accharāsatasahassa).
- Viharavimānavaṇṇanā dari kitab komentar Vimanavatthu juga  menceritakan seorang wanita yang membangun vihara terlahir di alam dewa tavatimsa sebagai bidadari yang dikelilingi 1000 bidadari lainnya.
- Ambavimānavaṇṇanā dari kitab komentar Vimanavatthu - menceritakan cerita yang mirip. Kali ini seorang wanita membangun vihara yang dikeliligi pohon mangga. Setelah meninggal ia terlahir sebagai dewi yang dikelilingi dewi2 lainnya.



Quote
2. Apakah hal ini karena seperti yang disebutkan oleh teman di atas tadi  bahwa hal ini karena adanya pengaruh "budaya patriarki"? Dan apakah karena penulisan literature-literature agama, termasuk Tipiṭaka banyak dilakukan oleh "laki-laki"?
Hmmm..... tidak berani berspekulasi.

 

anything