Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: icykalimu on 03 December 2014, 09:26:18 AM
-
Dhammapada 1: "Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat,
maka penderitaan akan mengikutinya,
bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya."
Jika anda berpikir hidup adalah dukkha, maka hidup anda akan menderita.
Kebenaran mulia pertama: "Inilah kebenaran mulia tentang dukkha."
Bukan hidup adalah dukkha.
Di dalam Samyutta Nikaya dijabarkan lebih lanjut:
"Lahir adalah dukkha, usia tua adalah dukkha, sakit adalah dukkha, mati adalah dukkha ; dukacita, ratapan, keluhan, kesedihan, ketidaksenangan dan keputusasaan adalah dukkha ; berkumpul dengan sesuatu yang tidak disukai adalah dukkha, terpisah dari sesuatu yang kita sukai adalah dukkha ; singkat kata, lima agregat adalah dukkha."
Tidak ada kata hidup adalah dukkha di situ.
Dan lagi kebenaran mulia ada empat. Tidak bisa berhenti di kebenaran mulia pertama saja.
Anggaplah dukkha seperti penyakit, dan Buddha adalah dokternya.
Inilah penyakit, sebabnya penyakit, lenyapnya penyakit, dan jalan menuju lenyapnya penyakit.
Kalau dokter berhenti di inilah penyakit, maka penyakit itu tidak bisa sembuh.
Jadi kebenaran mulia pun harus dipahami secara keseluruhan.
-
*Pikiran adalah pelopor.
*Berpikir hidup adalah dukkha
> Hidup akan menderita
Solusi: Kebenaran Mulia harus dipahami sepaket.
------
Sebetulnya dengan logika demikian, ada solusi yang jauh lebih mudah.
*Pikiran adalah pelopor.
*Berpikir hidup adalah sukha
> Hidup akan bahagia
Untuk apa sampai mikir Kebenaran Mulia segala?
-
Bukan hidup adalah dukkha.
saya setuju jika diartikan bahwa dengan hidup saja (masih bernafas) sudah menderita itu tidak tepat.
buktinya adalah bahkan Sang Buddha setelah tercerahkan juga masih hidup & bernafas, namun beliau tentunya kita percaya telah lepas dari penderitaan.
jadi bahwa hidup adalah dukkha dalam kalimat ini memang butuh definisi lebih dari pada hidup scr biologis.
Di dalam Samyutta Nikaya dijabarkan lebih lanjut:
"Lahir adalah dukkha, usia tua adalah dukkha, sakit adalah dukkha, mati adalah dukkha ; dukacita, ratapan, keluhan, kesedihan, ketidaksenangan dan keputusasaan adalah dukkha ; berkumpul dengan sesuatu yang tidak disukai adalah dukkha, terpisah dari sesuatu yang kita sukai adalah dukkha ; singkat kata, lima agregat adalah dukkha."
Tidak ada kata hidup adalah dukkha di situ.
kalimat hidup yg umum dipakai umat Buddhist di sini adalah lahir, tua, sakit, mati.
mungkin karena hidup itu tidak terpisah dari lahir, tua, sakit dan mati, maka dipersingkat begitu... :)
bukan berarti seluruh hidup ini adalah dukkha,
namun ketika kita mengalami misalnya penuaan, sakit, mati, berpisah, di sana kita akan menderita.
teka teki: bahkan Buddha sendiri pun tetap mengalami tua, sakit & mati loh utk terakhir kalinya, namun apakah beliau menderita?
-
teka teki: bahkan Buddha sendiri pun tetap mengalami tua, sakit & mati loh utk terakhir kalinya, namun apakah beliau menderita?
Sang Buddha sendiri masih merasakan perasaan tidak menyenangkan yg muncul dr kontak fisik (rasa sakit karena luka, penyakit, dst), namun beliau tidak menderita karenanya (perasaan tidak menyenangkan secara batin tidak muncul sehubungan dengan perasaan jasmani tsb).
Lebih lanjut dikatakan dalam Dhammacakkappavattana Sutta bahwa "secara singkat, lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati (pancupadanakkhanda) adalah dukkha". Jadi kemelekatan pada pancakkhanda-lah yang menyebabkan dukkha....
-
Point: makin tinggi tingkat kesucian, makin mati rasa.
-
Point: makin tinggi tingkat kesucian, makin mati rasa.
Kalo dibilang mati rasa, saya rasa tidak karena bukan sama sekali tidak merasakan perasaan apa pun, hanya perasaan batin saja yang tidak mempengaruhi para siswa mulia, tetapi perasaan jasmani apa pun yang muncul ia merasakannya tanpa melekat:
“Jika ia merasakan perasaan yang menyenangkan, ia merasakannya dengan tidak melekat. Jika ia merasakan perasaan yang menyakitkan, ia merasakannya dengan tidak melekat. Jika ia merasakan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan, ia merasakannya dengan tidak melekat. Ini, para bhikkhu, disebut siswa mulia yang terlatih yang tidak melekat pada kelahiran, penuaan, dan kematian; yang tidak melekat pada kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan; yang tidak melekat pada penderitaan, Aku katakan.
(SN 36.6 Salla Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_36.6:_Salla_Sutta))
-
Dhammapada 1: "Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat,
maka penderitaan akan mengikutinya,
bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya."
Jika anda berpikir hidup adalah dukkha, maka hidup anda akan menderita.
Kebenaran mulia pertama: "Inilah kebenaran mulia tentang dukkha."
Bukan hidup adalah dukkha.
Di dalam Samyutta Nikaya dijabarkan lebih lanjut:
"Lahir adalah dukkha, usia tua adalah dukkha, sakit adalah dukkha, mati adalah dukkha ; dukacita, ratapan, keluhan, kesedihan, ketidaksenangan dan keputusasaan adalah dukkha ; berkumpul dengan sesuatu yang tidak disukai adalah dukkha, terpisah dari sesuatu yang kita sukai adalah dukkha ; singkat kata, lima agregat adalah dukkha."
Tidak ada kata hidup adalah dukkha di situ.
Dan lagi kebenaran mulia ada empat. Tidak bisa berhenti di kebenaran mulia pertama saja.
Anggaplah dukkha seperti penyakit, dan Buddha adalah dokternya.
Inilah penyakit, sebabnya penyakit, lenyapnya penyakit, dan jalan menuju lenyapnya penyakit.
Kalau dokter berhenti di inilah penyakit, maka penyakit itu tidak bisa sembuh.
Jadi kebenaran mulia pun harus dipahami secara keseluruhan.%
5 kandha adalah dukkha ariya sacca.
Jadi sudah jelas itu benar adanya.
kenapa di tavatingsa , raja para dexx maksimal sotapati.
ya itu
Semua terpenuhi.
pakaian, makanan, transportasi, kesaktian.
semuanya nomor wahid.
istri juga nomor wahid
Banyak sekali.
Wajar jika ditanya
Apa benar dukkha itu ada.
jawabannya selalu
"Bhante pasti mengada ada"
Jawaban klasik lainnya
"Semua kan dari pikiran bante.
jika kita berpikir happy
Maka dukkha akan lenyap"
"Dugem bante
Dunia gembira
Maka dukkha didunia pun lenyap."
aku yo melu ngguyu.
-
Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk _/\_