//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pikiran  (Read 27839 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Pikiran
« Reply #45 on: 11 March 2009, 04:41:10 PM »
kok bisa nyasar ke Yesus ma Nabi Isa ya ::)
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Pikiran
« Reply #46 on: 11 March 2009, 04:52:44 PM »
Gw musti hati2 nih,
sebab dalam ajaran Islam, bila ada yg berkata 'masuk ke dalam kondisi Yang Mutlak' seperti yang bos kodap katakan, maka salah2 gw bisa dicap sesat.
Dalam agama samawi, terutama Islam, mungkin juga tidak mengenal istilah, 'masuk kedalam kondisi yang mutlak'.
Karna kata2 beginian bisa dianggap ingin menyamai Allah.
Sebgai pernyataan gw selanjutnya, maka gw gak setuju ada istilah 'masuk kdalam kondisi yang mutlak' sebgaimana yg gw tulis tadi.

Thanks. . .

Tampaknya sudah lari dr topik.
CMIIW.FMIIW.

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pikiran
« Reply #47 on: 11 March 2009, 05:18:56 PM »
salam bro johsun,
mengenai pertanyaan saya 'Pada akhir jaman apakah bahkan semua nabi akan diadili?' bagaimana jawabannya menurut kitab suci anda bro?


nb : sori teman-teman yang lain, lagi belok dulu ke pertanyaan bro johsun
« Last Edit: 11 March 2009, 05:38:20 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline Mr. Bagus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 349
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • Sedang Apa
Re: Pikiran
« Reply #48 on: 11 March 2009, 07:08:49 PM »
tidak perlu dijawablah. apa benar apel yang manis warnanya merah menurut anda? atau apel yang berwarna hijau yang manis menurut yang lainnya? atau yang kuning, atau merah muda?
Anda menjawab merah, saya menjawab hijau, yang lain juga menjawab yang lain lagi berdasarkan "kitab" yang berbeda. ga bakal selesai deh.

peace
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pikiran
« Reply #49 on: 11 March 2009, 07:34:15 PM »
mr bagus, pertanyaan saya ini berhubungan hanya untuk menjelaskan pertanyaan bro johsun. Buat pengetahuan loh apakah ada hubungannya.
bagaimana bro johsun mo lanjut ada penjelasan gak? jawab dulu pertanyaan saya ini dari sumber kitab anda, benarkah pada akhir jaman bahkan semua nabipun akan diadili?
« Last Edit: 11 March 2009, 07:45:20 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pikiran
« Reply #50 on: 11 March 2009, 09:36:49 PM »
[at] Johsun

Kata "segala" dalam syair di Dhammapada itu adalah tidak salah. Buddhisme mengajarkan agar kita mengintropeksi diri sendiri. Segalanya yang terjadi dalam diri kita itu adalah disebabkan oleh pikiran kita. Kita bahagia, sedih, takut, marah, malu, kaget, dan sebagainya itu semua dikarenakan pergerakkan dari pikiran kita sendiri. Kita bertekad untuk merealisasi Nibbana, lebih memilih penghidupan duniawi, ataupun ragu-ragu; itu semua juga dari pikiran kita. Dalam skala yang lebih berat, kelahiran kita sebagai manusia pun dikarenakan pikiran kita. Karena dari pikiran kitalah maka segala pikiran, ucapan dan perbuatan kita mengikutinya. Dan dari hal-hal inilah kita akan menuai buah-buah kamma selanjutnya.

Dalam membaca Dhammapada, Anda sebaiknya tidak terlalu gegabah dalam menilai syair-syair yang diutarakan Sang Buddha. Karena cenderung hal-hal ini membawa Anda pada pemahaman konseptual yang melebar. Sebaiknya Anda meresapi terlebih dahulu kisah-kisah yang membuat Sang Buddha terinspirasi untuk mengutarakan syair-syair Dhammapada itu. Dengan begitu, mungkin Anda akan lebih bisa memahami apa makna dari tiap kosakata yang tercantum dalam syair-syair di Dhammapada tersebut.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pikiran
« Reply #51 on: 12 March 2009, 12:00:57 PM »

Petunjuk sudah diberikan oleh sang guru, apakah keBuddhaan dapat dimunculkan oleh kehendak kekuatan manusia atau malah sebaliknya hanya perlu penundukan diri (penanggalan atta diri yang dianggap aku sejati) dan selaras dengan sifat dan kondisi yang memang sudah dari sononya tidak dapat disangkali bahkan diubahkan (tak dimunculkan atau dimusnahkan) oleh kehendak/keinginan semua makhluk/duniawi.
kepada apa? rahasianya udana VIII.3. Apakah siddharta bisa mencapai keBuddhaan bila tidak menyadari rahasia udanna VIII.3 ini? klo belum menyadari itu berarti jalan dunia sebatas hukum karma/tabur tuai.

Sdr. Coedabgf, ketika saya mematahkan anggapan anda mengenai keberadaan Atta Sejati dengan memberikan uraian dalam Lankavatara Sutra, anda menyatakan bahwa uraian saya hanyalah dalam tataran filosofi semata. Tetapi anehnya Sdr. Coedabgf, anda begitu giat mengeluarkan sutta dan sutra untuk mendukung opini anda sendiri. Ini berarti anda masih berada dalam tataran filosofi semata.  :)

Sekarang mari kita lihat pertanyaan anda, Sdr. Coedabgf.

“Apakah keBuddhaan dapat dimunculkan oleh kehendak kekuatan manusia atau malah sebaliknya hanya perlu penundukan diri….”
Jawab: Sebenarnya dalam pertanyaan anda ini tidak memberikan 2 pilihan karena baik kehendak dan penundukan diri adalah hal yang diperlukan. Sebuah penundukan diri pastilah diawali oleh suatu kehendak yang kuat.

“Apakah siddharta bisa mencapai keBuddhaan bila tidak menyadari rahasia udanna VIII.3? klo belum menyadari itu berarti jalan dunia sebatas hukum karma/tabur tuai.” (Sebuah pertanyaan yang menjebak diikuti oleh opini pribadi).
Jawab: Mereka yang mencapai keBuddhaan maka ia “melihat” jernih tanpa rahasia terhadap apa yang diungkapkan dalam Udana VIII.3 (mengenai Nibbana), dan mereka yang telah “melihat” jernih tanpa rahasia terhadap apa yang diungkapkan dalam  Udana VIII.3 (mengenai Nibbana) pastilah Ia adalah Bhagava, Arahat, Sammasambuddha.

Saya rasa cukup jelas.

[at]  kelana
sinkretisme? (pikiran adalah pelopor, kata ini muncul karena sudah adanya (gambar) kecurigaan karena dibentuk oleh/berasal dari  (kesaksian) bentukan dunia juga)
oh tidak..., saya punya iman saya sendiri, dan yang saya coba jelaskan adalah proses menuju kepada pengalaman keMutlakan. (dan itu bukanlah hal yang salah)

Kecurigaan?? Lebih tepatnya kewaspadaan.  :)
Anda bisa mengklaim apa saja, Sdr. Coedabgf, itu adalah hak anda dan itu juga berdasarkan pikiran anda sendiri. Ingat pikiran adalah pelopor iya kan. 

Bagi pikiran saya yang sederhana ini, jelas tulisan anda berada dalam konsep eksperimen sinkretisme. Loh tau dari mana?? Dari Pengalaman dari berdiskusi dengan beragam orang sehingga saya bisa melihat pola kejanggalan dan kontradiksi. Dan perlu dicatat bahwa saya tidak menilai langsung pribadi anda sebagai seorang sinkretisme, tetapi tulisan anda yang berkonsep seperti itu. Di dunia maya ini siapapun bisa menulis apapun yang berbeda dari apa yang sesunguhnya, iya toh.

Jika anda memiliki iman sendiri, misalnya, andaikan, umpama iman seorang Kristiani, Muslim, Hindu atau lainnya mengapa anda memerlukan Sutta dan Sutra Buddha untuk mendukung opini, pendapat, atau apapun juga klaiman anda? Mengapa tidak menggunakan Injil, Al Quran, Veda, dll sesuai dengan iman anda? Apakah anda kehilangan iman terhadap kitab tersebut? Atau memang kitab tersebut tidak menampung hasil opini atau pengalaman anda? Sayangnya sutta ataupun sutra juga menepis opini atau pengalaman anda? Atau apakah ada motif lainnya? <---kecurigaan?? Bukan, tapi kewaspadaan. :)

Dan perlu dicatat juga Sdr. Coedabgf, disadari atau tidak, seseorang yang masuk dalam sinkretisme juga membentuk kepercayaan tersendiri, bahkan bisa membentuk iman dan kitab tersendiri. Sekali lagi, disadari atau tidak.
 
Quote
seperti saya ada tuliskan pada blog saya atau forum lain :
Pengenalan akan yang Mutlak.
Tahap/dimensi 1 : Hati yang murni (bebas dari kekhayalan/atta diri) dan kasih (pintu gerbang keBuddhaan/keTuhanan)
Tahap/dimensi 2 : Masuk dalam kondisi yang Mutlak (Nibanna)
Tahap/dimensi 3 : Hidup didalam sifat yang Mutlak
Terakhir : Pada akhirnya pengenalan kepada yang Mutlak (pribadi).

Seperti yang pernah saya sampaikan bahwa sejatinya tidak ada Pribadi/Atta/Atman Sejati. Karena tidak ada Pribadi/Atta/Atman Sejati maka “diakhir” tidak ada pengenalan kepada Pribadi/Atta/Atman Sejati yang mutlak. Kita tidak bisa mengenal sesuatu yang memang tidak pernah ada.


Quote
sebagaimana guru Buddha hanyalah memberi petunjuk jalan menuju tahap 3 dan tidak menceritakan tentang pengalaman yang terakhir.
Kita sudah sampai atau berada ditahap mana?

Jika yang anda maksud dengan pengalaman yang terakhir adalah pencapaian Nibbana, jelas Sang Buddha telah menceritakannya. Beliau sudah menjelaskan bahwa Nibbana adalah akhir dukkha, tanpa Atta, padamnya keinginan, semua hal mengenai Nibbana (silahkan anda membaca lagi sutra atau sutta). Sayangnya anda menolak apa yang dijelaskan oleh Sang Buddha bahwa tidak ada Atta, dan itu adalah hak anda untuk menolak. Lalu anehnya apa dasarnya anda mengatakan Sang Buddha tidak pernah menceritakan pengalaman terakhir??

Jika semua yang anda katakan adalah berdasarkan pada pengalaman pribadi, pertanyaannya adalah sudah sampai tahap mana pengalaman anda tersebut? Apakah sudah mencapai tahap 3 atau tahap akhir? Jika belum bagaimana anda bisa memastikan ada tahap akhir berupa pengenalan kepada yang Mutlak (pribadi)? Bukankah ini justru merupakan hayalan atau ilusi anda belaka? Hanya pada tataran teori, filosofis saja? Sdr. Coedabgf, ada 2 orang yang bisa menceritakan pengalaman akhir pribadinya yaitu seseorang yang mengalami langsung dan seorang pembual. :)

Jika memang benar berdasarkan pengalaman batin anda, mengapa anda memerlukan sutra dan sutta yang jelas-jelas menepis pengalaman anda (misalnya mengenai adanya Atta Sejati)?

Nah, Jika memang benar berdasarkan pengalaman batin anda silahkan anda berdiskusi dengan mereka yang juga mengisahkan pengalaman batin mereka sehingga ada keseimbangan (dipengalaman meditasi misalnya), karena saya pribadi tidak memiliki kapasitas untuk itu. Dan anggaplah apa yang saya utarakan hanyalah celoteh orang yang tertidur. ;D

Saya pribadi hanyalah mengacu pada pengalaman Sang Buddha yang tertuang pada Sutta dan Sutra.


Saya rasa cukup penjelasan saya. Selanjutnya no comment.  _/\_
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
CMIIW.FMIIW.

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pikiran
« Reply #53 on: 12 March 2009, 12:53:22 PM »
salam bro johsun...
saya sudah liat situs tersebut bro.
klo pertanyaan saya tentang 'benarkah pada akhir jaman bahkan semua nabipun akan diadili?' bro ada cari di kitab bro gak? sekalian saya tambahkan siapakah yang akan mengadili (yang berarti diberi kuasa, memiliki otoritas atas semua kehidupan)? coba cari dan renungkan dengan jujur dan hati yang terbuka mencari kebenaran siapakah 'Dia', bahkan ditolak di dunia. (bukan memperkatakan dengan perkataan atau teori-teori manusia/kita sendiri)

semoga menambah pengetahuan benar
good hope and love
« Last Edit: 12 March 2009, 12:56:02 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Pikiran
« Reply #54 on: 12 March 2009, 01:01:27 PM »
Bro markos,

Pikiran mendahului semua kondisi,
pikiran adalah pemimpin SEGALANYA, SEGALANYA diciptakan oleh pikiran.   . ."
(dhammpada,yamaka, vagga:1:1)

karna itu sempat salah paham.



dear bro

lengkapnya adalah :
Quote
(1) Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya, bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.

Jika dibaca dengan lengkap maka jelaslah bhw pikiran disini berhubungan dengan tindakan/kamma

demikianlah hendaknya membaca tipitaka secara lengkap dan diulang2 agar tidak menjadi salah kaprah

semoga bermanfaat

metta

Offline Hendi Wijaya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 452
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya...
Re: Pikiran
« Reply #55 on: 12 March 2009, 01:03:19 PM »
wah...

jadi OOT nih thread...pada debat agamanya bos coedabfg n om johsun...  ;D

kita para DC'ers jadi spectators aja dahhh...kasihh daaahhhh...  :))
"Persiapan terbaik untuk hari esok adalah dengan menyelesaikan pekerjaan hari ini dengan baik"

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Pikiran
« Reply #56 on: 12 March 2009, 01:15:46 PM »
[at]  bro gunawan and markosprawira and kelana

sebenarnya saya sudah tulis diatas, saya tulis lagi ya... isinya sama-sama juga.

kehendak diri sendiri hanya menghasilkan - hukum karma/ tabur tuai
bersifat kedagingan (anicca dukkha anatta), (kebijaksanaanya) hanya mengandung lobbha dosa dan moha menghasilkan kehancuran/kebinasaan/ketidak-kekalan pada akhirnya
terus berputar-putar di seberang sini
Petunjuk sudah diberikan oleh sang guru, apakah keBuddhaan dapat dimunculkan oleh kehendak kekuatan manusia atau malah sebaliknya hanya perlu penundukan diri (penanggalan atta diri yang dianggap aku sejati) dan selaras dengan sifat dan kondisi yang memang sudah dari sononya tidak dapat disangkali bahkan diubahkan (tak dimunculkan atau dimusnahkan) oleh kehendak/keinginan semua makhluk/duniawi.
kepada apa? rahasianya udana VIII.3. Apakah siddharta bisa mencapai keBuddhaan bila tidak menyadari rahasia udanna VIII.3 ini? klo belum menyadari itu berarti jalan dunia sebatas hukum karma/tabur tuai.

saya gak menjawab pertanyaan bro gunawan secara langsung karena sudah adanya doktrin pengajaran filosofis yang salah yang digengam umat secara umum tentang hal ini sehingga akibatnya saya mempertanyakan 'siapakah yang sudah sesungguhnya tercerahkan mendapat pengetahuan sejati/keMutlakan?', tetapi saya memberikan penjelasan untuk direnungkan pada kalimat yang saya merahi seperti kutipan yang ditanyakan. sebab umat/murid kenyataannya dibilang mengikuti/memiliki pengetahuan pengajaran guru Buddha tetapi sebaliknya berjalan atau bertindak/melakukan hal berlawanan dengan intisari/makna/maksud pengajaran guru Buddha (tidak dapat menyelami makna kebenaran pengalaman pribadi guru Buddha), sehingga akibatnya terus berputar-putar di seberang sini, sebab semua usaha/kehendak/rancangan kekuatan makhluk/manusia/duniawi hanya menghasilkan bila yang satu menjadi sebab, maka yang lain akan menjadi akibat (sementara atau diistilahkan kekhayalan oleh guru Buddha), gak lebih dari itu dalam tataran hukum karma/hukum tabur tuai saja, bukan pembebasan sejati/menuju kekekalan.

semoga terbebas dari filosofis doktrin ketidak-mengertian (sebab dari pandangan keattan makhluk) dan dapat menangkap makna kebenaran guru Buddha, dan mengalami kebebasan dari segala ciri atta/duniawi

dear bro,

pada pelajaran SD saja, sudah disebutkan bhw hukum/niyama itu tidak hanya karma saja melainkan terdiri dari :
- Utu
- Bija
- Kamma
- Citta
- Dhamma

Bahkan tabur tuai bukanlah semata hasil dari apa yg kita lakukan (kamma) saja karena Kamma juga berkombinasi secara terus menerus dengan keempat Niyama lainnya dan hasil dari kombinasi itulah yg kita tuai

Nibbana tidak saja hasil dari realisasi Anatta, tapi juga bisa dicapai dengan penembusan Anicca dan Dukkha, tolong itu dipahami dulu

Jadi pencapaian nibbana bukanlah kehendak/cetana semata saja utk dapat terbebas dari lingkaran samsara melainkan berkombinasi dengan banyak faktor lainnya seperti Adhitthana, Viriya, Sati, dsbnya
apalagi kalau bilang "udah dari sononya" ..... itu sih sama aja ama nasib, yg udah digariskan, cuma ganti nama jadi karma
(tipikal dari tradisi tertentu, hukum karma, bercampur dengan Tuhan dan nasib yg udah digariskan)

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Pikiran
« Reply #57 on: 12 March 2009, 01:23:44 PM »
tabur singkong, tuai emas 1kg < gak primitif >

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pikiran
« Reply #58 on: 12 March 2009, 04:04:00 PM »
Kutipan kelana :
“Apakah siddharta bisa mencapai keBuddhaan bila tidak menyadari rahasia udanna VIII.3? klo belum menyadari itu berarti jalan dunia sebatas hukum karma/tabur tuai.” (Sebuah pertanyaan yang menjebak diikuti oleh opini pribadi).
Jawab: Mereka yang mencapai keBuddhaan maka ia “melihat” jernih tanpa rahasia terhadap apa yang diungkapkan dalam Udana VIII.3 (mengenai Nibbana), dan mereka yang telah “melihat” jernih tanpa rahasia terhadap apa yang diungkapkan dalam  Udana VIII.3 (mengenai Nibbana) pastilah Ia adalah Bhagava, Arahat, Sammasambuddha.
Saya rasa cukup jelas.



Klo saya dibilang beropini, lah terus yang sudah saya tulis itu apa perbedaannya dengan tulisan bro kelana.? Lah terus klo bro kelana bilang saya lagi beropini, bro kelana lagi ngapain?

...............

Kutipan kelana :
“Apakah keBuddhaan dapat dimunculkan oleh kehendak kekuatan manusia atau malah sebaliknya hanya perlu penundukan diri….”
Jawab: Sebenarnya dalam pertanyaan anda ini tidak memberikan 2 pilihan karena baik kehendak dan penundukan diri adalah hal yang diperlukan. Sebuah penundukan diri pastilah diawali oleh suatu kehendak yang kuat.


Kutipan lengkap coedabgf :
Petunjuk sudah diberikan oleh sang guru, apakah keBuddhaan dapat dimunculkan oleh kehendak kekuatan manusia atau malah sebaliknya hanya perlu penundukan diri (penanggalan atta diri yang dianggap aku sejati) dan selaras dengan sifat dan kondisi yang memang sudah dari sononya tidak dapat disangkali bahkan diubahkan (tak dimunculkan atau dimusnahkan) oleh kehendak/keinginan semua makhluk/duniawi.
kepada apa? rahasianya udana VIII.3. Apakah siddharta bisa mencapai keBuddhaan bila tidak menyadari rahasia udanna VIII.3 ini? klo belum menyadari itu berarti jalan dunia sebatas hukum karma/tabur tuai.



Dalam konteks kehendak/keinginan semua makhluk bersifat carnal/duniawi,
bisa gak… tanpa ada penanggalan atta diri yang dianggap aku sejati (kekhayalan awam) yang saya istilahkan (pada akhirnya) penundukan (penanggalan) diri, bisa mengenali hakekat nibanna?
Berkecenderungan (melekat dan tertuju) apakah kehendak yang berasal dari mengandalkan kekuatan (manusia/orang) awam (carnal/duniawi)? Seperti anak panah yang ditembakan mengarah bukan pada tujuan, tidak akan pernah tiba ke tujuan.
Makanya ada saya tuliskan penjelasan lebih lengkap pada ‘kutipan lengkap coedabgf’ diatas.‘
Nah kasusnya pada umumnya Pembinaan jalan murid/umat Buddhisme adalah seperti perumpamaan anak panah diatas, dan memakai kekuatan seperti perumpamaan ini :
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi
Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara

Silahkan renungkan lagi ‘kutipan lengkap coedabgf’ diatas.

Dan saya koreksi tulisan anda memakai kata ‘mengenai’ Nibanna pada kalimat anda ini :
Mereka yang mencapai keBuddhaan maka ia “melihat” jernih tanpa rahasia terhadap apa yang diungkapkan dalam Udana VIII.3 (mengenai Nibbana), dan mereka yang telah “melihat” jernih tanpa rahasia terhadap apa yang diungkapkan dalam  Udana VIII.3 (mengenai Nibbana) pastilah Ia adalah Bhagava, Arahat, Sammasambuddha.
dengan kata ‘kenyataan’ Nibanna.


Semoga ada yang dapat melihat (jelas).  O^O
« Last Edit: 12 March 2009, 04:10:59 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pikiran
« Reply #59 on: 12 March 2009, 04:05:08 PM »
karena penjelasannya agak panjang nanti akan disambung lagi jawaban pertanyaan selanjutnya.
iKuT NGeRumPI Akh..!

 

anything