//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Eksitensi Hio, Dupa dalam Tradisi Tionghoa  (Read 15711 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Eksitensi Hio, Dupa dalam Tradisi Tionghoa
« on: 17 November 2008, 11:52:41 AM »
 _/\_

Melanjut pertanyaan bro nyanadana dan Cici lily.

Hio sebenarnya adalah medium untuk melakukan sembayang atau bagian dari peralatan sembayang, tidak mempunyai arti khusus dan makna khusus didalamnya

Hio itu sebuah tradisi sebagaimana bunga di barat sana. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah, wong hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi tok. Bandingkan tradisi menghormati dengan bunga di barat dengan tradisi menghormati pakai hio di Tiongkok? Jangan berpikiran sempit. Saya masih sering bingung kalau masih banyak yang merasa sebuah tradisi diadopsi oleh sebuah agama, lalu jadilah tradisi itu haram untuk agama lain.

Dupa atau sering kali disebut Hsiang (Mandarin) atau Hio (Hokkian) adalah
salah satu unsur yang eksis dalam kebudayaan Tionghoa selama ribuan
tahun. Dupa digunakan dalam acara penghormatan kepada leluhur
dan acara2 ritual keagamaan beberapa agama yang ada di Tiongkok.

Asal usul dupa pertama kali sebenarnya bukanlah langsung digunakan
untuk penyembahan atau penghormatan. Dupa masuk bersamaan dengan
masuknya agama Buddha ke China. Dikatakan bahwa sewaktu Buddha Sakyamuni
menyebarkan ajarannya kepada para pengikut, karena cuaca yang panas,
kebanyakan murid2 tak dapat berkonsentrasi, merasa mengantuk dalam
mendengarkan wejangan dari Buddha Sakyamuni. Maka untuk mengatasi hal
ini, orang2 kemudian membakar kayu2 harum dan wangi untuk mengharumkan
udara dan meningkatkan konsentrasi. Kemudian tradisi ini menjadi
kebiasaan dalam agama Buddha dan terbawa ke China dalam penyebarannya.

Dupa kemudian diadopsi oleh agama2 dan kepercayaan2 lain yang telah lama
ada di China sebelum agama Buddha masuk. Sehingga dupa menjadi sebuah
alat dalam ritual dan tradisi kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun,
baik dalam menghormati leluhur, menghormati dewa-dewi dalam agama2
tertentu di China dan juga tentunya oleh penganut agama Buddha sendiri.

Tradisi ini kemudian diperlambangkan sebagai sebuah alat untuk
berkomunikasi dengan leluhur, dewa-dewi dalam agama tertentu ataupun
sang Buddha sendiri. Ini terutama karena anggapan bahwa wewangian yang
menyebar dalam udara adalah salah satu bentuk penghormatan kepada yang
dipuja. Asap dari dupa yang bergerak ke atas juga sebagai perlambang
bahwa niat kita untuk menghormati ataupun memuja akan sampai kepada
tujuannya karena anggapan umum semua bangsa dan agama di dunia (saya
kira bukan hanya dalam agama2 tertentu) bahwa yang kita puja itu baik
Tuhan, Allah, Buddha, leluhur dan lain - lainnya yang derajatnya lebih tinggi
daripada manusia bertempat di atas langit.

Dupa juga dipercaya digunakan dalam acara ritual untuk menghormati
leluhur ataupun dewa-dewi dalam agama tertentu di China sebagai
pengganti persembahan lainnya seperti kurban2 makhluk bernyawa.

Selain itu dari versi lain

Berdasarkan kitab Zhou Li (tata krama dinasti Zhou) ditulis kalau untuk
menghormati Huang Tian adalah dengan Yin.
Yin adalah asap yang membumbung karena kayu2 (harum)yang dibakar.

Pada tulisan Bunsu Sidartanto Buanadjaya, yang berjudul "Ru Jiao - Selayang Pandang Kesejarahan Wahyu dan Kitab Sucinya Sepanjang Kurun Waktu 5000 Tahun", Ong Kun salah satu menteri dari Oey Tee (Huang Di=Kaisar Kuning) adalah penemu Than Hio yang dipakai sebagai wewangian pada upacara sembahyang.
Jauh lebih lama dari waktu masuknya agama Buddha ke Tiongkok (waktu Dinasti Han).

Catatan lain di Indonesia dikenal dengan Kemenyan, kemenyan adalah sejenis dupa, Sebenar pemakaian dupa dan pengenalan dupa berasala dari India pada era 7000 sm, pemakaian dupa sudah dikenal di India karena dupa pertama kali digunakan. Fungsi kemenyan sama seperti pembakaran dupa.

Cara sembahyang di kelenteng untuk orang awam pada umumnya dengan menggunakan hio. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah,  hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi dan bersifat medium atau alat sembayang saja.

 :lotus:

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Eksitensi Hio, Dupa dalam Tradisi Tionghoa
« Reply #1 on: 17 November 2008, 12:17:24 PM »
Bro Purnama.... Anumodana atas postingannya... _/\_  (sayang...ga bisa di GRP...;D )

Dulu sebelum ada altar....suami saya sering bakar hio wangi di rumah .... katanya : dulu kakeknya juga sering bakar hio wangi agar rumah ga bau.

_/\_ :lotus:
« Last Edit: 17 November 2008, 12:19:15 PM by Lily W »
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Janindra d' Sihamuni

  • Sebelumnya: phrajonathan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 567
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • Buddho,Dhammo,Sangho Pathithito Mayham
Re: Eksitensi Hio, Dupa dalam Tradisi Tionghoa
« Reply #2 on: 26 May 2011, 06:31:33 PM »
_/\_

Melanjut pertanyaan bro nyanadana dan Cici lily.

Hio sebenarnya adalah medium untuk melakukan sembayang atau bagian dari peralatan sembayang, tidak mempunyai arti khusus dan makna khusus didalamnya

Hio itu sebuah tradisi sebagaimana bunga di barat sana. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah, wong hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi tok. Bandingkan tradisi menghormati dengan bunga di barat dengan tradisi menghormati pakai hio di Tiongkok? Jangan berpikiran sempit. Saya masih sering bingung kalau masih banyak yang merasa sebuah tradisi diadopsi oleh sebuah agama, lalu jadilah tradisi itu haram untuk agama lain.

Dupa atau sering kali disebut Hsiang (Mandarin) atau Hio (Hokkian) adalah
salah satu unsur yang eksis dalam kebudayaan Tionghoa selama ribuan
tahun. Dupa digunakan dalam acara penghormatan kepada leluhur
dan acara2 ritual keagamaan beberapa agama yang ada di Tiongkok.

Asal usul dupa pertama kali sebenarnya bukanlah langsung digunakan
untuk penyembahan atau penghormatan. Dupa masuk bersamaan dengan
masuknya agama Buddha ke China. Dikatakan bahwa sewaktu Buddha Sakyamuni
menyebarkan ajarannya kepada para pengikut, karena cuaca yang panas,
kebanyakan murid2 tak dapat berkonsentrasi, merasa mengantuk dalam
mendengarkan wejangan dari Buddha Sakyamuni. Maka untuk mengatasi hal
ini, orang2 kemudian membakar kayu2 harum dan wangi untuk mengharumkan
udara dan meningkatkan konsentrasi. Kemudian tradisi ini menjadi
kebiasaan dalam agama Buddha dan terbawa ke China dalam penyebarannya.

Dupa kemudian diadopsi oleh agama2 dan kepercayaan2 lain yang telah lama
ada di China sebelum agama Buddha masuk. Sehingga dupa menjadi sebuah
alat dalam ritual dan tradisi kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun,
baik dalam menghormati leluhur, menghormati dewa-dewi dalam agama2
tertentu di China dan juga tentunya oleh penganut agama Buddha sendiri.

Tradisi ini kemudian diperlambangkan sebagai sebuah alat untuk
berkomunikasi dengan leluhur, dewa-dewi dalam agama tertentu ataupun
sang Buddha sendiri. Ini terutama karena anggapan bahwa wewangian yang
menyebar dalam udara adalah salah satu bentuk penghormatan kepada yang
dipuja. Asap dari dupa yang bergerak ke atas juga sebagai perlambang
bahwa niat kita untuk menghormati ataupun memuja akan sampai kepada
tujuannya karena anggapan umum semua bangsa dan agama di dunia (saya
kira bukan hanya dalam agama2 tertentu) bahwa yang kita puja itu baik
Tuhan, Allah, Buddha, leluhur dan lain - lainnya yang derajatnya lebih tinggi
daripada manusia bertempat di atas langit.

Dupa juga dipercaya digunakan dalam acara ritual untuk menghormati
leluhur ataupun dewa-dewi dalam agama tertentu di China sebagai
pengganti persembahan lainnya seperti kurban2 makhluk bernyawa.

Selain itu dari versi lain

Berdasarkan kitab Zhou Li (tata krama dinasti Zhou) ditulis kalau untuk
menghormati Huang Tian adalah dengan Yin.
Yin adalah asap yang membumbung karena kayu2 (harum)yang dibakar.

Pada tulisan Bunsu Sidartanto Buanadjaya, yang berjudul "Ru Jiao - Selayang Pandang Kesejarahan Wahyu dan Kitab Sucinya Sepanjang Kurun Waktu 5000 Tahun", Ong Kun salah satu menteri dari Oey Tee (Huang Di=Kaisar Kuning) adalah penemu Than Hio yang dipakai sebagai wewangian pada upacara sembahyang.
Jauh lebih lama dari waktu masuknya agama Buddha ke Tiongkok (waktu Dinasti Han).

Catatan lain di Indonesia dikenal dengan Kemenyan, kemenyan adalah sejenis dupa, Sebenar pemakaian dupa dan pengenalan dupa berasala dari India pada era 7000 sm, pemakaian dupa sudah dikenal di India karena dupa pertama kali digunakan. Fungsi kemenyan sama seperti pembakaran dupa.

Cara sembahyang di kelenteng untuk orang awam pada umumnya dengan menggunakan hio. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah,  hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi dan bersifat medium atau alat sembayang saja.

 :lotus:
hio dalam tradisi Theravada Thai dapat menjadi media perenungan,bahwa suatu saat hidup akan berakhir,seberapa besar pun dupanya.Bahkan ada paritta persembahan amisa puja dupa yang menggambarkan dupa adalah bagaikan keharuman Dhamma.
bocah gitar!!! ;D ;D ;D 

Offline jin mabok

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 174
  • Reputasi: 7
  • Gender: Male
Re: Eksitensi Hio, Dupa dalam Tradisi Tionghoa
« Reply #3 on: 17 June 2011, 10:26:30 AM »
maaf agak OOT. Info aja.
Saya pernah baca, katanya asap dupa itu gak baek loh.
Bisa memicu kanker (coba aja search d google pake keyword 'bahaya asap dupa'). N

Saran saya kalau pun mau bakar hio untuk keperluan sembahyang, sebaiknya dibakar di altar luar rumah aja.
Atau kalau misalnya mau bakar hio di altar dalam rumah, munkin altarnya bisa ditaruh dekat jendela/tempat yg menjadi tempat sirkulasi udara. Jadi asap hionya bisa keluar deh. CMIIW

Offline Janindra d' Sihamuni

  • Sebelumnya: phrajonathan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 567
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • Buddho,Dhammo,Sangho Pathithito Mayham
Re: Eksitensi Hio, Dupa dalam Tradisi Tionghoa
« Reply #4 on: 17 June 2011, 10:33:04 AM »
maaf agak OOT. Info aja.
Saya pernah baca, katanya asap dupa itu gak baek loh.
Bisa memicu kanker (coba aja search d google pake keyword 'bahaya asap dupa'). N

Saran saya kalau pun mau bakar hio untuk keperluan sembahyang, sebaiknya dibakar di altar luar rumah aja.
Atau kalau misalnya mau bakar hio di altar dalam rumah, munkin altarnya bisa ditaruh dekat jendela/tempat yg menjadi tempat sirkulasi udara. Jadi asap hionya bisa keluar deh. CMIIW
iya juga,asap hio memang berbahaya,karena mengandung Karbon monoksida.....kalo altar dalam rumah,misalne altar tathagatha,gak usah pake hio aja,altar gw aja cukup ditaro lilin sepasang n air segelas....beres deh...tinggal baca paritta... ;D ;D ;D ;D
bocah gitar!!! ;D ;D ;D 

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Eksitensi Hio, Dupa dalam Tradisi Tionghoa
« Reply #5 on: 17 June 2011, 05:59:19 PM »
ada juga yang bilang, dupa kan wangi..sehingga symbol kebaikan...dupa pada umumnya kan ditancapkan 3. 3 itu melambangkan kebaikan lewat pikiran, ucapan dan perbuatan.

begitu kita menyulut dupa, maka asap dupa tidak akan memilih-milih hidung orang. Entah itu orang baik ato jahat yang sedang didekat dupa itu, akan mencium bau wangi dupa. (asal napas lewat hidung).

nah jadi hendaknya kebaikan kita lewat pikiran, ucapan dan perbuatan itu tidak memilih2, entah itu kepada orang yang kita suka atau orang yang membenci kita.