Seorang yang bebas (arahat/buddha) bukan seorang politikus seperti Anda. Seorang yang bebas bicara apa adanya. Banyak contohnya di dalam sutta-sutta, Sang Buddha selalu bicara blak-blakan kepada lawan bicaranya, entah bhikkhu entah orang luar. Yang baik dikatakan baik, yang jelek dikatakan jelek; tidak pernah yang jelek dikatakan baik, atau sebaliknya.
Wah hebat ya Pak Hud bisa mengatakan saya seorang politikus tanpa ragu-ragu padahal kita belum saling kirim email.
Argumen Pak Hud adalah "argumen yang berputar" (circular)
Kisah Pertanyaan Nanda saja Pak Hud baru tahu dari Sdr. Tesla, bagaimana mungkin Pak Hud bisa tahu bahwa Sang Buddha selalu bicara blak-blakan kepada lawan bicaranya. Menggeneralisasikan sesuatu adalah salah satu sifat buruk manusia.
Di lain sisi, Pertanyaan Nanda tidak berhubungan dengan baik-buruk, tapi mengenai SIAPA dan Sang Buddha menyebutkannya dengan syarat-syaratnya. Saya hanya melihat apa adanya. Toh Pak Hud yang mengajarkan melihat apa adanya. :
hehe ... ini yang dikatakan oleh Suchamda "argumen yang berputar" (circular). Kalau ada non-Buddhis minta bukti obyektif tentang kebesaran Buddha, Anda menampilkan satu ayat dari Tipitaka. Apa artinya "bukti" seperti itu? ... ... Persis sama kalau saya minta bukti kepada seorang Keristen bahwa "tidak ada keselamatan di luar nama Yesus" lalu ditunjukkannya ayat Alkitab ... atau kalau saya minta bukti kepada seorang Islam bahwa "hanya Islam yang diridhoi Allah", lalu ditampilkannya sebuah ayat Al-Qur'an. ... Apa artinya "bukti" seperti itu? ... Belajarlah logika sedikit.
)Pak Hud…Pak Hud.. kalau apa yang saya sampaikan ini adalah "argumen yang berputar" (circular)” toh Pak Hud yang memberi teladan kepada saya.
Coba lihat argumen Pak Hud di awal sekali, bukankah Pak Hud balik lagi mengacu pada sutta dengan mengatakan: “Banyak contohnya di dalam sutta-sutta, Sang Buddha selalu bicara blak-blakan kepada…bla..bla..bla.”.
Kita berada dalam sub Forum Studi Sutta/Sutra bukan Forum perbandingan filsafat bahkan bukan forum MMD, maka pembahasannya perlu hal-hal yang membahas mengenai sutta , sumber-sumbernya, atau referensi luar. Tidak ada referensi luar yang tepat dalam membahas Kebesaran Buddha kecuali ucapan para Yang Tersadarkan Sempurna (saya tidak menggunakan istilah buddh atau arahat, khawatir ada yang anti pati) yang masih hidup sekarang dan sutta lain. Dan jika Pak Hud memiliki referensi lain yang mendukung mendukung pernyataan bahwa “Buddha bukan satu-satunya” ya silahkan.
Bagi saya agama apapun selama ia membahas dalam konteks kitabnya sendiri ia berhak menggunakan isi kitabnya sebagai salah satu pendukung. Tetapi ketika ia atau orang lain mulai membandingkannya dengan pemikiran lain, maka hal itu perlu dipertanyakan.
Terima kasih Pak Hud sudah menasihati saya untuk belajar logika, tapi maaf logika hanyalah kebijaksanaan duniawi, jadi saya rasa saya tidak perlu belajar logika sedikit lagi karena sudah cukup untuk mengatasi kehidupan duniawi termasuk mengatasi tulisan yang tanpa alasan yang jelas:))
Kenapa ribut-ribut soal Paticca-samuppada? Menurut Anda, apakah belajar paticca-samuppada syarat mutlak untuk pembebasan? Menurut saya, pengetahuan tentang paticca-samuppada SAMA SEKALI TIDAK DIPERLUKAN untuk pembebasan. ... Anda pernah bermeditasi vipassana atau tidak? ...
Itu menurut Pak Hud. Sedangkan saya pribadi tidak bisa langsung mengatakan demikian.
Apakah saya pernah bermeditasi vipassana atau tidak? Biar sajalah Pak Hud yang menilai toh di atas Pak Hud sudah bisa menilai saya sebagai seorang politikus.
Kali ini Anda betul 100%. Paticca-samuppada itu eksklusif ajaran Agama Buddha ... Sayangnya, karena pembebasan itu bersifat universal, maka paticca-samuppada-- maupun ajaran-ajaran eksklusif lain dari agama apa saja--sama sekali tidak relevan bagi tercapainya pembebasan.
Seperti yang saya sampaikan kepada Sdr. Tesla, Paticca-samuppada akan menjadi ajaran ketika dinyatakan, dan ajarannya menjadi berkualitas tinggi. Pembebasan akan tercapai ketika ajaran berkualitas tinggi itu (ajaran dari mana saja apakah agama K. I. H, dll, kalau ada) tidak lagi dalam bentuk pernyataan, teori, ajaran, dengan kata lain dialami, dijalani, apapun istilahnya.
Emas, perak, perunggu secara universal adalah logam, bisa digunakan untuk perhiasan oleh siapapun (universal). Tapi tetap saja hanya satu yang lebih berkualitas tinggi dari ketiganya, yaitu emas.
Hanya itu saja yang bisa saya sampaikan, Pak Hud. Selanjutnya No Comment.
Thanks
-------------
(Dahara Sutta; Samyutta Nikaya 3.1 {S 1.68})