//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: untuk apa?  (Read 3994 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline suwarto8116f

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 202
  • Reputasi: 3
  • kilesa sebab akibat.
untuk apa?
« on: 23 May 2013, 07:54:53 PM »
jika tdk bisa memilih lahir ke dalam keluarga miskin/kaya, cacat/normal, ganteng/jelek, pria/wanita, lalu apakah setelah mati kita bisa memilih kehidupan selanjutnya mau ke alam mana ?
yang menarik terlahir bukan atas keinginan kita, tetapi meninggalkan dunia ini berupa pilihan, mau mati sekarang atau secara alami(kecelakaan, tua dll)  :D
untuk apa berbuat baik jika skrg aja kita tidak ingat apa yg kita lakukan di masa lalu, apakah menurut teman2 setelah banyak berbuat baik dikehidupan ini dikehidupan yg akan datang kita pasti lahir di alam yg baik? sedangkan nanti kita tidak mengingat nya juga?

Offline suwarto8116f

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 202
  • Reputasi: 3
  • kilesa sebab akibat.
Re: untuk apa?
« Reply #1 on: 23 May 2013, 08:42:50 PM »
satu lagi tambahan  :P
di film ta mo doi dikasih syair
"sebelum aku lahir siapa kah aku?"
"setelah aku lahir siapa kah aku?"
"jadi siapa aku ini ?"
tapi sampe akhir film gak ada jawabannya  :(

terima kasih sharing apapun yg diberikan oleh teman2
sebelumnya terima kasih  _/\_

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: untuk apa?
« Reply #2 on: 23 May 2013, 08:50:45 PM »
Hukum karma bekerja berdasarkan sebab akibat yang saling bergantungan, terlepas dari apakah seseorang ingat atau tidak tentang perbuatan yang pernah dilakukannya.

Suatu perumpamaan dari Bhikkhu Silacara tentang hal ini mungkin bisa menjelaskan hal ini:

"Jika seseorang melakukan sesuatu dalam tidurnya, keluar dari tempat tidur dan berjalan di pinggir beranda, ia akan jatuh ke jalan di bawah dan dalam segala kemungkinan patah tangan atau kakinya. Tetapi ini terjadi bukan sama sekali sebagai suatu hukuman bagi mereka yang berjalan dalam tidur, tetapi semata-mata sebagai akibatnya. Dan kenyataan bahwa ia tidak ingat berjalan keluar beranda tidak akan membuat perbedaan sedikit pun pada akibat dari jatuhnya dari sana, dalam bentuk patah tulang. Maka umat Buddha mengambil tindakan untuk menjaga agar ia tidak berjalan di atas beranda atau tempat-tempat berbahaya lainnya, dalam keadaan tidur atau sadar, sehingga dapat menghindari menyakiti dirinya sendiri atau orang lain yang mungkin ada di bawah di mana ia bisa jatuh di atasnya."

Hukum karma bukanlah hukuman/imbalan bagi yang berbuat kejahatan/kebajikan. Jika hukum karma adalah hukuman/imbalan, maka masuk akal bagi mereka yang tidak mengingat perbuatan yang dilakukannya sebelumnya tidak bisa menerima pelajaran dari apa yang telah diperbuatnya, seperti halnya seorang yang kehilangan ingatan tidak bisa dijerat hukum pidana karena ia tidak ingat lagi apa yang diperbuatnya.

Tetapi hukum karma adalah sebab akibat perbuatan; perbuatan apa pun yang kita lakukan pasti menghasilkan akibat yang harus kita pertanggungjawabkan, terlepas adanya ingatan atau tidak tentang perbuatan itu.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: untuk apa?
« Reply #3 on: 24 May 2013, 08:09:59 PM »
satu lagi tambahan  :P
di film ta mo doi dikasih syair
"sebelum aku lahir siapa kah aku?"
"setelah aku lahir siapa kah aku?"
"jadi siapa aku ini ?"
tapi sampe akhir film gak ada jawabannya  :(

terima kasih sharing apapun yg diberikan oleh teman2
sebelumnya terima kasih  _/\_

Ini kisah Khujjutara sewaktu ditanya sang Buddha.
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: untuk apa?
« Reply #4 on: 24 May 2013, 08:20:54 PM »
jika tdk bisa memilih lahir ke dalam keluarga miskin/kaya, cacat/normal, ganteng/jelek, pria/wanita, lalu apakah setelah mati kita bisa memilih kehidupan selanjutnya mau ke alam mana ?
yang menarik terlahir bukan atas keinginan kita, tetapi meninggalkan dunia ini berupa pilihan, mau mati sekarang atau secara alami(kecelakaan, tua dll)  :D
untuk apa berbuat baik jika skrg aja kita tidak ingat apa yg kita lakukan di masa lalu, apakah menurut teman2 setelah banyak berbuat baik dikehidupan ini dikehidupan yg akan datang kita pasti lahir di alam yg baik? sedangkan nanti kita tidak mengingat nya juga?
Memang itulah gunanya berbuat kebajikan, karena kita tidak ingat lagi apa2 yang telah kita lakukan dikelahiran lampau maka kita harus menumpuk sebanyak2nya agar kelak kita terlahir dialam bahagia, setidaknya terlahir lagi sebagai manusia dengan keadaan fisik sehat jasmani dan rohani (bayangkan jika kita terlahir buruk rupa cacat tidak memiliki kaki dan tangan serta bisu tuli karena kita terlalu jahat dikehidupan lampau), serta terlahir di keluarga kaya sehingga kita tidak menderita kekurangan pangan dan tidak dapat hidup layak.

Selain itu dengan menimbun kebajikan kita dalam kehidupan sekarang ini mampu menyelamatkan kita dalam kehidupan sekarang ini pula, kalo kita berbuat jahat misal kita membunuh pasti kita dipenjara.
I'm an ordinary human only

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: untuk apa?
« Reply #5 on: 24 May 2013, 08:21:19 PM »
jika tdk bisa memilih lahir ke dalam keluarga miskin/kaya, cacat/normal, ganteng/jelek, pria/wanita, lalu apakah setelah mati kita bisa memilih kehidupan selanjutnya mau ke alam mana ?
yang menarik terlahir bukan atas keinginan kita, tetapi meninggalkan dunia ini berupa pilihan, mau mati sekarang atau secara alami(kecelakaan, tua dll)  :D
untuk apa berbuat baik jika skrg aja kita tidak ingat apa yg kita lakukan di masa lalu, apakah menurut teman2 setelah banyak berbuat baik dikehidupan ini dikehidupan yg akan datang kita pasti lahir di alam yg baik? sedangkan nanti kita tidak mengingat nya juga?




kita gx pena bisa memilih(menentukan) kehidupan mendatang, krn hidup itu gx pasti,, tp jika mw telahir lbh baik mk byk2 larr berbuat bajik kpd semua makhluk dan berkata baik, bpikir baik dan berbuat baik,,,
krn perbuatan baik  pasti akan berbuah baik jg,,
dan semua itu jg dtunjang dgn kondisi berbuah na..


memang tidak mengingat, tp hal yg baik pasti akan berbuah baik, dan hal yg jahat pasti akan berbuah jahat
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: untuk apa?
« Reply #6 on: 25 May 2013, 09:21:42 PM »
jika tdk bisa memilih lahir ke dalam keluarga miskin/kaya, cacat/normal, ganteng/jelek, pria/wanita, lalu apakah setelah mati kita bisa memilih kehidupan selanjutnya mau ke alam mana ?
sehubungan dengan pertanyaan bro, Sang Buddha pernah menjelaskan mengenai bagaimana seseorang dapat terlahir sebagai Naga, dan apa sebabnya mereka dapat terlahir menjadi demikian... :D silahkan menyimak ya, bro... :D/

Samyutta Nikaya, Khandha Vagga, Naga samyutta :
Quote
3 Uposatha (1)
Di Sàvatthi. Seorang bhikkhu mendekati Sang Bhagavà, memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau: ‘Yang Mulia, apakah sebab dan alasan mengapa beberapa nàga yang terlahir dari telur di sini melaksanakan Uposatha dan melepaskan [kepedulian terhadap] tubuh mereka?”285 “Di sini, Bhikkhu, beberapa nàga yang terlahir dari telur berpikir sebagai berikut: ‘Di masa lalu kami bertindak saling bertentangan dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran.286 Setelah bertindak demikian, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, kami terlahir kembali dalam kawanan nàga yang terlahir dari telur. Jika hari ini kami mempraktikkan perilaku benar melalui perbuatan, ucapan, dan pikiran, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, kami akan terlahir kembali di alam bahagia, di surga. Marilah, kita berperilaku baik dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran.’ “Ini, Bhikkhu, adalah sebab dan alasan mengapa beberapa nàga yang terlahir dari telur di sini melaksanakan Uposatha dan melepaskan [kepedulian terhadap] tubuh mereka.” [242]
Quote

7 Ia Telah Mendengar (1)
Di Sàvatthi…. Sambil duduk di satu sisi, bhikkhu itu berkata kepada Beliau: ‘Yang Mulia, apakah sebab dan alasan mengapa seseorang di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur?” “Di sini, Bhikkhu, seseorang bertindak secara saling bertentangan dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran. Ia telah mendengar: ‘Nàga yang terlahir dari telur berumur panjang, indah, dan berbahagia.’ Ia berpikir: ‘Oh, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga aku terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur!’ Maka, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur. “Ini, Bhikkhu, adalah sebab dan alasan mengapa seseorang di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur.”
Quote
11-20 Dengan Dukungan Perbuatan Memberi (1)
Sambil duduk di satu sisi, bhikkhu itu berkata kepada Beliau: ‘Yang Mulia, apakah sebab dan alasan mengapa [245] seseorang di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur?”
“Di sini, Bhikkhu, seseorang bertindak secara saling bertentangan dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran. Ia telah mendengar: ‘Nàga yang terlahir dari telur berumur panjang, indah, dan berbahagia.’ Ia berpikir: ‘Oh, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga aku terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur!’ Ia memberikan makanan … Ia memberikan minuman … Ia memberikan pakaian … Ia memberikan kendaraan … Ia memberikan karangan bunga … Ia memberikan wewangian … Ia memberikan salep … Ia memberikan tempat tidur … Ia memberikan tempat tinggal … Ia memberikan pelita.287 Kemudian, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur. “Ini, para bhikkhu, adalah sebab dan alasan mengapa seseorang di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur.”
Sesungguhnya itu, krn adanya kebodohan, maka seseorang memiliki bentukan2 pikiran (sankhara) berupa keinginan untuk menjelma menjadi demikian... Padahal, bentuk kehidupan seperti apapun juga diliputi oleh Dukkha lhoo... walaupun naga berumur panjang, tapi klo sakit2an juga, umur panjang tampaknya tak berarti... Sesungguhnya itu mau jadi pria/wanita, kaya/miskin, cantik/jelek, pintar/bodoh semua itu tidaklah luput oleh dukkha... dan itu semua akan berubah...
Quote
yang menarik terlahir bukan atas keinginan kita, tetapi meninggalkan dunia ini berupa pilihan, mau mati sekarang atau secara alami(kecelakaan, tua dll)  :D
untuk apa berbuat baik jika skrg aja kita tidak ingat apa yg kita lakukan di masa lalu, apakah menurut teman2 setelah banyak berbuat baik dikehidupan ini dikehidupan yg akan datang kita pasti lahir di alam yg baik? sedangkan nanti kita tidak mengingat nya juga?

Walaupun kita tidak bisa melihat/mengingat sebab perbuatan yang telah kita perbuat di kehidupan lampau, dan akibatnya di kehidupan yang akan datang. Namun hal itu bukan berarti akibat perbuatan baik kita tidak bisa kita petik di kehidupan saat ini juga lho, bro...
Contoh nyatanya saja ya, misalnya ketika teman kita meminta bantuan mengenai tugas pelajaran yang tidak dimengerti olehnya, lalu kita mencoba membantunya, dengan demikian kita akan mengulang kembali pelajaran yang lalu2, hingga akhirnya pengetahuan kita semakin bertambah. Bukankah hal ini membuahkan manfaat langsung bagi diri kita? teman kita dari yang tidak tau, menjadi tau. Sementara kita yang membantu, dari yang tau, semakin paham...  ;D

Contoh lainnya lagi ya : Kalau kita berdana kepada anggota Sangha, sebagai wujud terima kasih maka anggota Sangha mengajarkan kepada kita untuk selalu berbuat baik, demi kebahagiaan dan kesejahteraan kita. Oleh karena itu, hal ini akan memberikan kita kebahagiaan untuk waktu yang lama. Andai kita tidak berbuat baik ataupun menjalankan Moralitas (Sila), tentu saja kita akan sulit untuk mengendalikan diri kita. Banyak sekali kasus di dunia nyata, orang yang membunuh orang tuanya, hanya karena tidak diberi dukungan oleh ortunya untuk buka usaha... bahaya sekali suatu batin yang tidak terkendali itu... dengan mencoba melatih menghindari pembunuhan makhluk hidup, kita melatih diri untuk lebih sabar... walau digigit nyamuk, mencoba untuk tetap sabar, dan berusaha mengendalikan kebencian kita... dengan melatih untuk menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan, kita mencoba melatih diri terhadap nafsu keinginan kita akan jenis barang apapun...  ;D Pernah ada kasus nyata, orang yang w kenal, sebut saja si A ya...  ;D si A karena sudah dikenal oleh orang-orang sekitarnya benar2 tidak akan mengambil barang orang lain tanpa ada izin dari pemiliknya, maka suatu ketika, ketika ada barang yang hilang di rumahnya, ia tidak pernah mendapat tuduhan dari orang yang kehilangan barang tersebut...  ;D karena moralitas yang dijaganya, ia lolos dari segala tuduhan. Setiap kali menginginkan suatu barang, si A pasti selalu akan meminta izin dahulu kepada pemiliknya. Oleh karena itu, ia bebas dari tuduhan. ;D Itulah akibat kamma yang dapat dilihat dan diketahui oleh pengetahuannya sendiri di kehidupan saat ini...  ;D karena kepatuhannya terhadap Moralitas, ia akan selalu mendapat kepercayaan...\ ;D / Apakah perlu menunggu hingga kehidupan yang akan datang, hanya untuk melihat akibat dari perbuatan baik, bro? :D

Selain itu, apabila kita merenungkan bahaya dari tidak melakukan pengendalian diri, andai kata kita tidak bisa mengendalikan nafsu keinginan kita terhadap makanan, ketika membuka kulkas, kita akan terbiasa mengambil makanan/minuman yang ada di kulkas tanpa meminta izin kepada pemiliknya... Lama2, klo kita tidak belajar mengendalikan diri kita, maka apabila suatu hari, kita jatuh bangkrut, ketika tidak ada uang untuk membeli makanan, maka akibat dari tidak adanya pengendalian diri, maka seseorang dapat melakukan tindakan pencurian... atau lebih parahnya bisa sampai membunuh, demi memuaskan nafsu keinginan kita... Bukankah hal ini bahaya sekali? Oleh karena itu, yuk coba untuk mengendalikan diri melalui latihan 5 atau 8 moralitas...  ;D

Semoga bermanfaat... _/\_
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: untuk apa?
« Reply #7 on: 25 May 2013, 09:39:50 PM »
Pjg amat
Cpddd
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: untuk apa?
« Reply #8 on: 25 May 2013, 09:57:09 PM »
Pjg amat
Cpddd
Bacanya pelan2 lho, Gryn...  ;D
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline Alucard Lloyd

  • Sebelumnya: a.k.agus
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 529
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • buddho
Re: untuk apa?
« Reply #9 on: 26 May 2013, 08:31:22 AM »
jika tdk bisa memilih lahir ke dalam keluarga miskin/kaya, cacat/normal, ganteng/jelek, pria/wanita, lalu apakah setelah mati kita bisa memilih kehidupan selanjutnya mau ke alam mana ?
yang menarik terlahir bukan atas keinginan kita, tetapi meninggalkan dunia ini berupa pilihan, mau mati sekarang atau secara alami(kecelakaan, tua dll)  :D
untuk apa berbuat baik jika skrg aja kita tidak ingat apa yg kita lakukan di masa lalu, apakah menurut teman2 setelah banyak berbuat baik dikehidupan ini dikehidupan yg akan datang kita pasti lahir di alam yg baik? sedangkan nanti kita tidak mengingat nya juga?


 Hidup baik itu mudah dan sederhana.
 
Kehidupan manusia adalah pilihan nya sendiri, yang tertutupi oleh kebodohan dan keinginan yang tiada habisnya. Kita dapat memilih terlahir kaya, ganteng, pria, atau pun sebaliknya. Ini adalah semua berawal dari keinginan diri yang didukung oleh kebodohan diri kita sendiri. Kita sudah hidup berkali-kali tiada hentinya dalam lingkaran samsara, entah sudah berapa lama kita menangis dan entah sudah berapa lama kita ketawa atas kebodohan diri kita sendiri. Tetapi ini lah kehidupan yang kita pilih sendiri karena api hawa napsu.
Siklus kehidupan adalah lahir, tua, sakit, dan mati. Benarkah ini bukan pilihan kita sendiri? Mari kita renungkan secara teliti,... kita teliti dari mati dahulu manusia mati atas pilihan nya sendiri atau karena pilihan alam? Bunuh diri tentu pilihan sendiri, kecelakaan adalah dampak sebab akibat dari perbuatan kita sendiri, sakit adalah dampak sebab akibat, tua adalah dampak sebab akibat, lahir tentu saja dampak dari sebab akibat. Jadi jawaban yang kita cari adalah hukum sebab akibat yang universal. Karena ada ini maka terjadi ini, bisa terjadi ini karena ada ini.
Berbuat baik adalah suatu tindakan yang bisa berdampak membuat diri kita dan yang lain menjadi bahagia, begitu juga sebaliknya berbuat jahat adalah sesuatu perbuataan yang dapat membuat diri kita menderita dan yang lain nya. Sebenarnya berbuat baik itu mudah dan berbuat jahat itu susah, contoh kita memberikan uang kita untuk berdana kepada pengemis katakan 500 rupiah dengan perasaan metta maka kita dapat tersenyum bahagia saat itu sangat mudah dan sederhana. Mengapa berbuat jahat itu susah katakan kita memberikan dana dengan harapan dihormati ternyata 500 rupiah kita dihina dan tidak dianggap maka kita marah, ini sudah membuat susah diri kita. Berapa lama kita bisa kembali normal dari keadaan marah kita, berapa banyak waktu kita yang terbuang karena marah kita, dan mungkin berapa banyak pelampiasan tenaga, pikiran karena marah kita. Contoh perbuataan jahat itu susah tidur ada cerita seorang perampok hobi berjudi dan berganti pasangan untuk mendapatkan kebahagiaan dia harus mengunakan obat telarang dan untuk dapat tidur nyenyak dia harus menghabiskan berkerat-kerat minuman beralkohol. Bandingkan dengan seseorang bikkhu mereka hanya makan 1x sehari sudah cukup, tidak mengunakan teknologi cangih dalam kehidupannya, hobinya meditasi dan baca sutta, untuk mendapatkan kebahagia nya cukup dengan mengajar dahmma pada umat, dapat tidur dimana saja.
Dapatkah kita mengingat kehidupan lampau kita? Banyak yang bilang bisa tapi untuk mencari jawaban ini kita harus mencari sendiri jawaban itu. Selamat ber ehipasiko.
 
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Offline suwarto8116f

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 202
  • Reputasi: 3
  • kilesa sebab akibat.
Re: untuk apa?
« Reply #10 on: 26 May 2013, 10:23:21 PM »
wuihhh jawabannya mendetail banget kakak kakak teman teman terima kasih  _/\_
baca dulu ah...

Offline suwarto8116f

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 202
  • Reputasi: 3
  • kilesa sebab akibat.
Re: untuk apa?
« Reply #11 on: 02 June 2013, 09:04:42 PM »
Ini kisah Khujjutara sewaktu ditanya sang Buddha.

bolehkah berbagi link nya ? aku cari2 do google ketemunya yg cerita dia jadi pelayan pemauisuri gitu ya ?

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: untuk apa?
« Reply #12 on: 05 June 2013, 09:59:10 PM »
bolehkah berbagi link nya ? aku cari2 do google ketemunya yg cerita dia jadi pelayan pemauisuri gitu ya ?

Iya bro, ini ada dalam kisah di Itivuttaka.
I'm an ordinary human only

 

anything