jika tdk bisa memilih lahir ke dalam keluarga miskin/kaya, cacat/normal, ganteng/jelek, pria/wanita, lalu apakah setelah mati kita bisa memilih kehidupan selanjutnya mau ke alam mana ?
sehubungan dengan pertanyaan bro, Sang Buddha pernah menjelaskan mengenai bagaimana seseorang dapat terlahir sebagai Naga, dan apa sebabnya mereka dapat terlahir menjadi demikian...
silahkan menyimak ya, bro...
/
Samyutta Nikaya, Khandha Vagga, Naga samyutta :
3 Uposatha (1)
Di Sàvatthi. Seorang bhikkhu mendekati Sang Bhagavà, memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau: ‘Yang Mulia, apakah sebab dan alasan mengapa beberapa nàga yang terlahir dari telur di sini melaksanakan Uposatha dan melepaskan [kepedulian terhadap] tubuh mereka?”285 “Di sini, Bhikkhu, beberapa nàga yang terlahir dari telur berpikir sebagai berikut: ‘Di masa lalu kami bertindak saling bertentangan dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran.286 Setelah bertindak demikian, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, kami terlahir kembali dalam kawanan nàga yang terlahir dari telur. Jika hari ini kami mempraktikkan perilaku benar melalui perbuatan, ucapan, dan pikiran, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, kami akan terlahir kembali di alam bahagia, di surga. Marilah, kita berperilaku baik dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran.’ “Ini, Bhikkhu, adalah sebab dan alasan mengapa beberapa nàga yang terlahir dari telur di sini melaksanakan Uposatha dan melepaskan [kepedulian terhadap] tubuh mereka.” [242]
7 Ia Telah Mendengar (1)
Di Sàvatthi…. Sambil duduk di satu sisi, bhikkhu itu berkata kepada Beliau: ‘Yang Mulia, apakah sebab dan alasan mengapa seseorang di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur?” “Di sini, Bhikkhu, seseorang bertindak secara saling bertentangan dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran. Ia telah mendengar: ‘Nàga yang terlahir dari telur berumur panjang, indah, dan berbahagia.’ Ia berpikir: ‘Oh, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga aku terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur!’ Maka, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur. “Ini, Bhikkhu, adalah sebab dan alasan mengapa seseorang di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur.”
11-20 Dengan Dukungan Perbuatan Memberi (1)
Sambil duduk di satu sisi, bhikkhu itu berkata kepada Beliau: ‘Yang Mulia, apakah sebab dan alasan mengapa [245] seseorang di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur?” “Di sini, Bhikkhu, seseorang bertindak secara saling bertentangan dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran. Ia telah mendengar: ‘Nàga yang terlahir dari telur berumur panjang, indah, dan berbahagia.’ Ia berpikir: ‘Oh, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga aku terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur!’ Ia memberikan makanan … Ia memberikan minuman … Ia memberikan pakaian … Ia memberikan kendaraan … Ia memberikan karangan bunga … Ia memberikan wewangian … Ia memberikan salep … Ia memberikan tempat tidur … Ia memberikan tempat tinggal … Ia memberikan pelita.287 Kemudian, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur. “Ini, para bhikkhu, adalah sebab dan alasan mengapa seseorang di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali bersama kawanan nàga yang terlahir dari telur.”
Sesungguhnya itu, krn adanya kebodohan, maka seseorang memiliki bentukan2 pikiran (sankhara) berupa keinginan untuk menjelma menjadi demikian... Padahal, bentuk kehidupan seperti apapun juga diliputi oleh Dukkha lhoo... walaupun naga berumur panjang, tapi klo sakit2an juga, umur panjang tampaknya tak berarti... Sesungguhnya itu mau jadi pria/wanita, kaya/miskin, cantik/jelek, pintar/bodoh semua itu tidaklah luput oleh dukkha... dan itu semua akan berubah...
yang menarik terlahir bukan atas keinginan kita, tetapi meninggalkan dunia ini berupa pilihan, mau mati sekarang atau secara alami(kecelakaan, tua dll)
untuk apa berbuat baik jika skrg aja kita tidak ingat apa yg kita lakukan di masa lalu, apakah menurut teman2 setelah banyak berbuat baik dikehidupan ini dikehidupan yg akan datang kita pasti lahir di alam yg baik? sedangkan nanti kita tidak mengingat nya juga?
Walaupun kita tidak bisa melihat/mengingat sebab perbuatan yang telah kita perbuat di kehidupan lampau, dan akibatnya di kehidupan yang akan datang. Namun hal itu bukan berarti akibat perbuatan baik kita tidak bisa kita petik di kehidupan saat ini juga lho, bro...
Contoh nyatanya saja ya, misalnya ketika teman kita meminta bantuan mengenai tugas pelajaran yang tidak dimengerti olehnya, lalu kita mencoba membantunya, dengan demikian kita akan mengulang kembali pelajaran yang lalu2, hingga akhirnya pengetahuan kita semakin bertambah. Bukankah hal ini membuahkan manfaat langsung bagi diri kita? teman kita dari yang tidak tau, menjadi tau. Sementara kita yang membantu, dari yang tau, semakin paham...
Contoh lainnya lagi ya : Kalau kita berdana kepada anggota Sangha, sebagai wujud terima kasih maka anggota Sangha mengajarkan kepada kita untuk selalu berbuat baik, demi kebahagiaan dan kesejahteraan kita. Oleh karena itu, hal ini akan memberikan kita kebahagiaan untuk waktu yang lama. Andai kita tidak berbuat baik ataupun menjalankan Moralitas (Sila), tentu saja kita akan sulit untuk mengendalikan diri kita. Banyak sekali kasus di dunia nyata, orang yang membunuh orang tuanya, hanya karena tidak diberi dukungan oleh ortunya untuk buka usaha... bahaya sekali suatu batin yang tidak terkendali itu... dengan mencoba melatih menghindari pembunuhan makhluk hidup, kita melatih diri untuk lebih sabar... walau digigit nyamuk, mencoba untuk tetap sabar, dan berusaha mengendalikan kebencian kita... dengan melatih untuk menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan, kita mencoba melatih diri terhadap nafsu keinginan kita akan jenis barang apapun...
Pernah ada kasus nyata, orang yang w kenal, sebut saja si A ya...
si A karena sudah dikenal oleh orang-orang sekitarnya benar2 tidak akan mengambil barang orang lain tanpa ada izin dari pemiliknya, maka suatu ketika, ketika ada barang yang hilang di rumahnya, ia tidak pernah mendapat tuduhan dari orang yang kehilangan barang tersebut...
karena moralitas yang dijaganya, ia lolos dari segala tuduhan. Setiap kali menginginkan suatu barang, si A pasti selalu akan meminta izin dahulu kepada pemiliknya. Oleh karena itu, ia bebas dari tuduhan.
Itulah akibat kamma yang dapat dilihat dan diketahui oleh pengetahuannya sendiri di kehidupan saat ini...
karena kepatuhannya terhadap Moralitas, ia akan selalu mendapat kepercayaan...\
/ Apakah perlu menunggu hingga kehidupan yang akan datang, hanya untuk melihat akibat dari perbuatan baik, bro?
Selain itu, apabila kita merenungkan bahaya dari tidak melakukan pengendalian diri, andai kata kita tidak bisa mengendalikan nafsu keinginan kita terhadap makanan, ketika membuka kulkas, kita akan terbiasa mengambil makanan/minuman yang ada di kulkas tanpa meminta izin kepada pemiliknya... Lama2, klo kita tidak belajar mengendalikan diri kita, maka apabila suatu hari, kita jatuh bangkrut, ketika tidak ada uang untuk membeli makanan, maka akibat dari tidak adanya pengendalian diri, maka seseorang dapat melakukan tindakan pencurian... atau lebih parahnya bisa sampai membunuh, demi memuaskan nafsu keinginan kita... Bukankah hal ini bahaya sekali? Oleh karena itu, yuk coba untuk mengendalikan diri melalui latihan 5 atau 8 moralitas...
Semoga bermanfaat...