Sang Buddha tidak pernah memaksa seseorang meyakini sesuatu.
Beliau hanya mengajarkan kebenaran, dukkha, asal dukkha, akhir dukkha dan jalan menuju akhir dukkha.
Dikatakan juga ada orang-orang dengan banyak debu, yang tidak bisa mengerti. Bukan berarti saya tidak ada debu lagi.
Yang bisa kita katakan adalah berusaha "sadar" bagi kita sendiri, dan mengajarkan kebenaran, walaupun kita sendiri masih buta.
Ada 4 macam pengajaran :
Guru pintar, murid pintar.
Guru pintar, murid bodoh.
Guru bodoh, murid pintar.
Guru bodoh, murid bodoh.
Pintar di sini bukan berarti harus tercerahkan, tapi juga berarti mau berusaha mengerti kebenaran. Dikatakan pula ada kondisi sesuai agar seseorang bisa bertemu Dhamma.
Ada kalanya kita jelaskan bagaimanapun orang lain tidak akan mengerti. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha sebaik mungkin "sadar" bagi diri sendiri, tetapi kita juga bisa berusaha mengajarkan orang yang konon adalah kebenaran. (karena kita sendiri belum melihat). Anggaplah kita memiliki kondisi yang sesuai bisa bertemu Dhamma, tetapi jika murid bodoh dalam arti tidak bisa bertemu Dhamma, jangan dipaksakan. Hal tersebut adalah usaha sia-sia.