//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: DN16: Maha-parinibbana Sutta  (Read 16573 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #15 on: 13 July 2013, 10:03:24 AM »
Sama2 bro KK  ;D

Memang dalam kosmologi Buddhist seperti yang dicatat dalam Bodhivamsa, dikatakan Mandapabodhi itu sebagai pusat bumi yang akan hancur terakhir kali ketika kiamat. Hanya tempat itu yang mampu menerima pencerahan seorang "Buddha" sehingga dari kalpanya kalpa milyaran tahun Mandapabodhi akan tetap disana, dan anehnya kok kosmologi Buddhist juga himalaya sbg pusat yang memaku bumi, lalu mana yang jadi pusat bumi ? Mandapabodhi (kita tahu saat ini di Bodhgaya) atau Himalaya ?
Mahameru sebagai pusat, dan letaknya sepertinya sama dengan Pegunungan Himava, namun karena Mahameru ini berada di "dimensi" berbeda, maka tidak dapat dilihat oleh manusia. Mahameru ini separuh badan tenggelam di samudra tempat para Asura yang berusaha naik ke puncaknya yang adalah Tavatimsa, lalu di tengahnya ada alam Catumaharajika yang menghalangi Asura tersebut.


Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #16 on: 13 July 2013, 10:10:03 AM »
Mahameru sebagai pusat, dan letaknya sepertinya sama dengan Pegunungan Himava, namun karena Mahameru ini berada di "dimensi" berbeda, maka tidak dapat dilihat oleh manusia. Mahameru ini separuh badan tenggelam di samudra tempat para Asura yang berusaha naik ke puncaknya yang adalah Tavatimsa, lalu di tengahnya ada alam Catumaharajika yang menghalangi Asura tersebut.
IC, makanya tidak ada yang bisa lihat dimana. ;D
I'm an ordinary human only

Offline Sunyata

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.082
  • Reputasi: 52
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #17 on: 13 July 2013, 06:10:49 PM »
Thanks untuk klarifikasinya.  :)

Menariknya, belakangan saya ada baca-baca tentang kosmologi Hindu (yang juga dipakai dalam kosmologi Buddhis) bahwa memang dianggap udara menopang air, lalu atas air ada daratan. Dalam kosmologi Buddhis, Gunung Mahameru dianggap sebagai pusat dunia, yang kemudian di kelilingi oleh pegunungan Himava (Himalaya) dan di bawahnya ada empat benua di setiap arah mata angin yang berbatasan dengan samudra. Di ujung samudra ada 'tembok' yang menahan airnya (disebut cakkavalasila). Ini jelas bahwa penggambaran bumi adalah datar melingkar (maka disebut cakkavala/pegunungan melingkar), dan memang dianggap daratan berada di atas air, dan kemudian air berada di atas udara.

Maka dengan demikian saya update pendapat saya bahwa sutta ini jelas tidak sesuai sains.
Kalau boleh tau, di mana om membacanya?

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #18 on: 13 July 2013, 08:27:15 PM »
Maka dengan demikian saya update pendapat saya bahwa sutta ini jelas tidak sesuai sains.
akhirnya...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Sunyata

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.082
  • Reputasi: 52
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #19 on: 13 July 2013, 10:37:28 PM »
Sama2 bro KK  ;D

Memang dalam kosmologi Buddhist seperti yang dicatat dalam Bodhivamsa, dikatakan Mandapabodhi itu sebagai pusat bumi yang akan hancur terakhir kali ketika kiamat. Hanya tempat itu yang mampu menerima pencerahan seorang "Buddha" sehingga dari kalpanya kalpa milyaran tahun Mandapabodhi akan tetap disana, dan anehnya kok kosmologi Buddhist juga himalaya sbg pusat yang memaku bumi, lalu mana yang jadi pusat bumi ? Mandapabodhi (kita tahu saat ini di Bodhgaya) atau Himalaya ?
Bodhivamsa itu bagian mana dari Tipitaka? Kalau yg dimaksud Buddhavamsa dari Khuddaka Nikaya, apakah Khuddaka Nikaya dapat dijadikan acuan? Bukan kah Khuddaka Nikaya adalah tambahan belakangan? Mohon petunjuknya.

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #20 on: 14 July 2013, 01:22:44 AM »
Bodhivamsa itu bagian mana dari Tipitaka? Kalau yg dimaksud Buddhavamsa dari Khuddaka Nikaya, apakah Khuddaka Nikaya dapat dijadikan acuan? Bukan kah Khuddaka Nikaya adalah tambahan belakangan? Mohon petunjuknya.
Mohon jangan rancu, khuddaka Nikaya tergolong kelompok Sutta yang juga merupakan bagian yang di-rehearsal dalam Persamuan Agung I (First Buddhist Council) yang dipimpin oleh YM.Maha Kassapa, Dhammapada terdapat di Khuddaka Nikaya, seperti kita ketahui bersama justru Dhammapadalah yang tertua dibanding sutta2 lainnya.

Sedang Bodhivamsa (Bodhi : merefer pohon Bodhi, Vamsa : sejarah) adalah sejarah tentang pohon Bodhi, ini merupakan tambahan belakangan, yang ditulis di Sri Lanka.
I'm an ordinary human only

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #21 on: 14 July 2013, 06:34:49 AM »
IC, makanya tidak ada yang bisa lihat dimana. ;D

jika ingin melihat harus jadi mahluk penghuninya
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline thres

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 4
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #22 on: 14 July 2013, 12:07:10 PM »
Thanks untuk klarifikasinya.  :)

Menariknya, belakangan saya ada baca-baca tentang kosmologi Hindu (yang juga dipakai dalam kosmologi Buddhis) bahwa memang dianggap udara menopang air, lalu atas air ada daratan. Dalam kosmologi Buddhis, Gunung Mahameru dianggap sebagai pusat dunia, yang kemudian di kelilingi oleh pegunungan Himava (Himalaya) dan di bawahnya ada empat benua di setiap arah mata angin yang berbatasan dengan samudra. Di ujung samudra ada 'tembok' yang menahan airnya (disebut cakkavalasila). Ini jelas bahwa penggambaran bumi adalah datar melingkar (maka disebut cakkavala/pegunungan melingkar), dan memang dianggap daratan berada di atas air, dan kemudian air berada di atas udara.

Maka dengan demikian saya update pendapat saya bahwa sutta ini jelas tidak sesuai sains.

Apa masih ada kemungkinan bahwa kalimat palinya disalahartikan? Sulit dipercaya, jika sang Buddha menyatakan sesuatu yang salah.

Saya pernah baca di sebuah artikel, yang menulis bahwa Dalai Lama berkata:

if modern science presents good evidence that a Buddhist idea is wrong, he will accept the modern science (he gives the example of the Earth moving around the sun, which runs counter to Buddhist scripture)

Link Artikelnya


Saya mau tanya, di sutta apa yang menuliskan bahwa bumi tidak mengelilingi matahari? apa memang ada, atau Dalai Lama salah? Bagaimana persisnya kata-kata di sutta itu?

Saya setuju dengan Dalai Lama, untuk tidak membuta meyakini sesuatu. Tapi saya masih tidak yakin bahwa seorang sammasambuddha bisa salah. Dan saya ingin memiliki Guru yang sempurna.
« Last Edit: 14 July 2013, 12:17:46 PM by thres »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #23 on: 14 July 2013, 01:04:26 PM »
AN 3.80:

(1) “Seribu kali dunia di mana matahari dan rembulan berputar dan menerangi segala penjuru dengan cahayanya disebut seribu sistem dunia kecil.<512> Dalam seribu sistem dunia kecil tersebut terdapat seribu rembulan, seribu matahari, seribu raja pegunungan Sineru, seribu Jambudīpa, seribu Aparagoyāna, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavideha,<513> dan seribu empat samudera raya, seribu empat raja dewa, seribu [surga] para deva yang dipimpin oleh empat raja dewa, seribu [surga] Tāvatiṃsa, seribu [228] [surga] Yāma, seribu [surga] Tusita, seribu [surga] para deva yang bersenang dalam penciptaan, seribu [surga] para deva yang mengendalikan ciptaan para deva lain. Seribu alam brahmā.

(2) “Sebuah dunia yang terdiri dari seribu kali seribu sistem dunia kecil disebut sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua.<514>

(3) “Sebuah dunia yang terdiri dari seribu kali sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua disebut sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga. Ānanda, Sang Tathāgata dapat menyampaikan suaranya sejauh yang Beliau inginkan dalam sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga.”
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #24 on: 14 July 2013, 01:23:57 PM »
AN 3.80:

(1) “Seribu kali dunia di mana matahari dan rembulan berputar dan menerangi segala penjuru dengan cahayanya disebut seribu sistem dunia kecil.<512> Dalam seribu sistem dunia kecil tersebut terdapat seribu rembulan, seribu matahari, seribu raja pegunungan Sineru, seribu Jambudīpa, seribu Aparagoyāna, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavideha,<513> dan seribu empat samudera raya, seribu empat raja dewa, seribu [surga] para deva yang dipimpin oleh empat raja dewa, seribu [surga] Tāvatiṃsa, seribu [228] [surga] Yāma, seribu [surga] Tusita, seribu [surga] para deva yang bersenang dalam penciptaan, seribu [surga] para deva yang mengendalikan ciptaan para deva lain. Seribu alam brahmā.

(2) “Sebuah dunia yang terdiri dari seribu kali seribu sistem dunia kecil disebut sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua.<514>

(3) “Sebuah dunia yang terdiri dari seribu kali sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua disebut sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga. Ānanda, Sang Tathāgata dapat menyampaikan suaranya sejauh yang Beliau inginkan dalam sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga.”

matahari dan bulan memang berputar, dan tidak dikatakan "mengelilingi bumi"

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #25 on: 14 July 2013, 02:16:53 PM »
matahari dan bulan memang berputar, dan tidak dikatakan "mengelilingi bumi"

Bhagavā etadavoca: yāvatā ānanda candimasuriyā pariharanti, disā bhanti virocanā, tāva sahassadhā loko.

Kayaknya "pariharanti" tsb bermakna "mengelilingi suatu objek tertentu":

Pariharati [pari+hṛ] 1. to take care of, to attend to (acc.), shelter, protect, keep up, preserve, look after Vin i.42; ii.188; D ii.100 (sanghaŋ); D ii.14 (gabbhaŋ kucchinā); M i.124, 459; S iii.1; A iii.123; J i.52 (kucchiyā), 143, 170; Miln 392, 410 (attānaŋ) 418; SnA 78; DhA ii.232 (aggiŋ, v. l. paricarati, which is the usual); PvA 63 (kucchiyā), 177. Cp. BSk. pariharati in same meaning e. g. AvŚ i.193, 205. -- 2. to carry about D ii.19 (ankena); M i.83; Sn 440 (muñjaŋ parihare, 1 sg. pres. med.; SnA 390 takes it as parihareyya); Miln 418 (āḷakaŋ p.). -- 3. (intrs.) to move round, go round, circle, revolve M i.328; A i.277 (candima -- suriyā p.; cp. A v.59)=Vism 205; J i.395; iv.378; vi.519; DA i.85; PvA 204. -- 4. to conceal Vin iii.52 (sunkaŋ). <-> 5. to set out, take up, put forward, propose, only in phrase (Com. style) uttān' atthāni padāni p. to take up the words in more explicit meaning SnA 178, 419, 437, 462. -- pp. parihaṭa. Pass. parihīrati (q. v.). -- See also anupariharati.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #26 on: 14 July 2013, 02:46:16 PM »
Bhagavā etadavoca: yāvatā ānanda candimasuriyā pariharanti, disā bhanti virocanā, tāva sahassadhā loko.

Kayaknya "pariharanti" tsb bermakna "mengelilingi suatu objek tertentu":


objek-objek angkasa itu semuanya berputar tapi bukan karena hobby melainkan karena gaya gravitasi, matahari dan bulan berputar karena gaya gravitasi ini, bahkan pada scope yg lebih luas, galaxy ini juga berputar, memutari apa? tergantung gaya gravitasi yg saling tarik itu.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #27 on: 14 July 2013, 02:52:57 PM »
objek-objek angkasa itu semuanya berputar tapi bukan karena hobby melainkan karena gaya gravitasi, matahari dan bulan berputar karena gaya gravitasi ini, bahkan pada scope yg lebih luas, galaxy ini juga berputar, memutari apa? tergantung gaya gravitasi yg saling tarik itu.

Bukannya pusat tata surya menurut Buddhis itu gunung Sineru yang dikeliling oleh matahari dan bulan?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: DN16: Maha-parinibbana Sutta
« Reply #28 on: 14 July 2013, 03:36:15 PM »
Bukannya pusat tata surya menurut Buddhis itu gunung Sineru yang dikeliling oleh matahari dan bulan?

ref pls

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa