Saya bahas yang dibold aja.
Seseorang menjadi bhikkhu, IMHO karena ia ingin mendedikasikan waktu dan hidupnya untuk praktik. Jadi, terserah apakah ia memilih tinggal di hutan atau di kota, intinya pilihan itu mendukung latihannya.
Ini bukan tentang egoisme atau tidak peduli dengan keselamatan orang lain, tapi ini tentang prioritas. Misalnya anak sekolah datang ke sekolah untuk belajar. Prioritas dia di sekolah, tentu adalah belajar. Bukan mengajar teman-temannya. Kalo dia mau ngajar teman-temannya, ya silakan selama tidak mengganggu aktivitas belajarnya sendiri. Tapi kalo dia tidak mau, tidak bisa juga dibilang egois kan? Itu hak dia.
Kenapa sy katakan Jadi Bhikku/Pertapa di Hutan saja, Karna awalnya anda mengatakan masa bodo artinya Tidak Peduli sama ummat...
Sy tidak ada maksud menyinggung posisi seorang Bhikkunya. Ummat diVihara itu tidak hanya dikepalai atau diBina oleh Bhikku saja Tapi Juga ummat itu sendiri, yang pastinya mempunyai pemahaman lebih dalam tentang agama, seprti Dharmaduta atau rohiawan2 Buddhist ditempat mereka. Nah harusnya ini Lah yang mempunyai peran lebih besar dalam hubungannya dengan ummat... Bukan dengan diBiasakan dengan kata seperti ini :
"saya memang masa bodo dengan kuantitas umat Buddha. Tapi saya peduli dengan kelangsungan Buddha-Dhamma"
tingkat pemahaman dan pemikiran orang berbeda-beda, bisa saja seorang ummat beranggapan, Oh klo gitu bisa pindah2 keyakinan ya semau-maunya, sesuka hati. hari ini A besok B besok X..
Kata-kata seperti itu hanya boleh diucapkan & didengar oleh ummat yang tingkat pemahaman ajaran Buddhanya sudah cukup, sudah mengerti apa itu Buddha, apa itu Dhamma.
Mari kita menyamakan persepsi. Buddha-Dhamma, tidak sama dengan Agama Buddha.
Ini ada contoh ekstrem. Ada teman dedek saya (sebut saja A). Dia pernah terluka, lalu setelah sembuh, dia dengan yakin bilang bahwa Buddha-lah yang menyembuhkannya. Betapa anehnya. Dan jika dalam suatu negara, walaupun 100 persen masyarakatnya beragama Buddha, tapi semuanya seperti A, dan tidak terdengar lagi gaung Dhamma yang benar, maka saya katakan, Buddha-Dhamma tidak ada di sana.
Nah itu contoh kuantitas tanpa kualitas. Jadi,............
Jadi.. YA yang Salah pemimpin2 agama diNegri itu Yang masa Bodo tidak memperhatikan ummatnya atau jemaatnya... Jika itu pemahaman yang keliru... harusnya diLuruskan, BUKAN dengan mengucapkan Masa BODO atau Tidak peduli, jadi Pindah agama sebrang dengan ringan hati...
Ok, Itu persepsi Klasik yang tidak asing ditelinga sebagai ummat Buddhist.. hal yang biasa...!!!
Buddha-Dhamma, tidak sama dengan Agama Buddha YA, TETAPI agama Buddha mewakili Buddha-Dhamma. Karna tidak ada Ummat Buddha tapi disebut Kristiani atau Muslim. Orang yang ikut kebaktian di Vihara atau Cetya adalah beragama Buddha dan seharusnya tahu itu Buddha-Dhamma. Klo tidak Tahu Berarti Orang itu cuma Nongkong diLuar Vihara saja tidak ikut Kebaktian, mendengarkan Dhamma, baca buku2 Dhamma
Masalah Kualitas itu tergantung Individu masing-masing, klo kegiatan diViharanya Vakum dalam jangka waktu lama ya begitu, jadi TANPA Kualitas ummatnya tohhh
Jadi JANGAN disalahkan Kuantitasnya donx... Kata2 "bahwa Buddha-lah yang menyembuhkannya" Hal yang biasa itu, sudah terkontaminasi kebiasaan Lokal...
...............apa yang bro Nagasena sendiri lakukan, untuk memberdayakan umat dan mengembangkan ajaran Buddha-Dhamma?
Ohhh sy? sy hanya ummat biasa, bukan pengurus, rohaniawan Buddha. Pengetahuan sy tentang Buddha-Dhamma masih jauh untuk hal2 sperti itu. Ya tapi sering Sharing tentang Dhamma sama teman2 sering kok. Ya cukup lumayan iman/Sadha sy dan teman2 yg sekarang ini terhadap triratna Tetap Kuat... terjadi Guncangan ketika waktu SMU karna sy Sekolah di yayasan kr****n, pada masa sekolah iniLah sy Sering Ke Gereja Bethani. Sangat Fundametal sekali ajarannya dan Kaum Fanatik, Sekali Masuk Sulit diTarik kembali keYakinannya... Mereka sangat Kuat Solid dalam beribadah, belajar dan mengajar juga interaksi diatara sesama ummat maupun gembalanya (pendeta) sangat baik...
Waktu sekolah dulu sebenarnya walapun sekoLah di yayasan kr****n Tetapi mayoritas murid2nya lebih Banyak beragama Buddha. Ya tapi itu beda dengan ummat2 agama Samawi untuk msalah keyakinan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Beda dgn ummat Buddha... yang sering berucap.. Akhh yang penting benar..!!!, Karna memang sudah diMain-Set seperti itu dari Kecil, remaja sampai dewasa jadi Pindah keyakinan itu Hal yang biasa...
Selain itu, tidak adanya spirit yang besar untuk keVihara karna di ViharaPun kegiatannya hanya itu2 saja monoton, tidak ada pembelajaran yang membangkitkan spirit kebanggaan terhadap ajaran Buddha. Ya teman2 sekolah setelah lama tidak Jumpa jadi banyak nyebarang ke agama tetangga terutama kr****n Bahkan banyak sekali... (walaupun itu bukan satu Faktor saja)
Koment sy sebelumnya, sebetulnya ini yang lebih ditekankan :
Justru Maksud sy yang harus memberdayakan ummat dan mengembangkan Buddha-Dhamma ya itu, Yang memiliki pengetahuan yang luas tentang ajaran Buddha-Dhamma. Karna kenapa, Sebetulnya banyak ummat2 Buddha yang haus/antusias akan kebenaran Buddha-Dhamma ini, ingin mengetahui lebih jauh apa itu ajaran agama Buddha.