//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bullying dalam Forum Online  (Read 43035 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #75 on: 27 December 2011, 03:30:53 PM »
personal attack

definisi nominal:

"menyerang pribadi seseorang"

termasuk kepada jenis "penyerangan melalui media kata-kata"

Definisi Riil >> Essensil :

Personal Attack adalah penyerangan melalui media kata-kata dengan berbagai proposisi yang term utamanya adalah nama sseorang atau nama ganti seseorang, yang dilakukan secara sengaja atau tidak, disadari atau tidak, untuk menjatuhkan citra, nama baik dan kehormatan orang lain.
Baiklah. Saya punya kasus, coba anda nilai.
Seorang menyebut orang lain sebagai kasta yang lebih rendah darinya, kasta budak, sehingga perkataannya tidak berarti. Menurut anda, itu penyerangan pribadi atau bukan?

Offline Kang_Asep

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 528
  • Reputasi: -14
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #76 on: 27 December 2011, 04:00:14 PM »
Baiklah. Saya punya kasus, coba anda nilai.
Seorang menyebut orang lain sebagai kasta yang lebih rendah darinya, kasta budak, sehingga perkataannya tidak berarti. Menurut anda, itu penyerangan pribadi atau bukan?

di dalam definisinya ada "untuk menjatuhkan citra orang lain"

tolak ukurnya adalah "orang lain merasa dijatuhkan"

jadi, bergantung kepada dua hal :

Pertama, apakah di dalam proposinya mengandung pembahasan tentang orang itu?
Kedua, apakah orang itu kemudian merasa dijatuhkan?

jika kedua jawabannya "ya", maka itulah yang dimaksud dengan personal attack.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #77 on: 27 December 2011, 04:20:51 PM »
di dalam definisinya ada "untuk menjatuhkan citra orang lain"

tolak ukurnya adalah "orang lain merasa dijatuhkan"

jadi, bergantung kepada dua hal :

Pertama, apakah di dalam proposinya mengandung pembahasan tentang orang itu?
Kedua, apakah orang itu kemudian merasa dijatuhkan?

jika kedua jawabannya "ya", maka itulah yang dimaksud dengan personal attack.
Saya mau pastikan dulu.

Quote
Pertama, apakah di dalam proposinya mengandung pembahasan tentang orang itu?
Ada, dengan menyatakan kasta rendah dari orang tersebut, maka perkataannya tidak layak didengarkan.

Quote
Kedua, apakah orang itu kemudian merasa dijatuhkan?
Tentu, karena omongannya dianggap menjadi tidak punya nilai.

Nah, menurut anda, apakah itu termasuk personal attack?

Offline Kang_Asep

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 528
  • Reputasi: -14
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #78 on: 27 December 2011, 04:23:07 PM »
Saya mau pastikan dulu.
Ada, dengan menyatakan kasta rendah dari orang tersebut, maka perkataannya tidak layak didengarkan.
Tentu, karena omongannya dianggap menjadi tidak punya nilai.

Nah, menurut anda, apakah itu termasuk personal attack?

maka itu adalah personal attack

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #79 on: 27 December 2011, 04:23:34 PM »
maka itu adalah personal attack
OK, terima kasih atas jawabannya. :)

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #80 on: 27 December 2011, 05:43:45 PM »
[promosi]Tentu saja. ;D [/promosi]
Walaupun kadang juga panas membara dan memakan korban, tapi mayoritas di sini punya dan pegang 'akal sehat' sebagai prinsip, dan yang terpenting, tidak pakai 'ja-im' ataupun mengkultuskan individu.

bisa juga perdebatan panas membara dan memakan korban itu juga sebagian dari praktek dhamma... tak pernah ketemu, tak tahu gimana muka dan rupa-nya, tidak pernah kenal tapi bisa mencak2, marah2, tersinggung dsbnya...

alangkah suatu pertunjukkan spektakuler... yang menunjukkan bahwa memang apa yang diajarkan dan dibabarkan oleh buddha tentang reaksi-reaksi bathin itu adalah sangat benar...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #81 on: 27 December 2011, 08:27:01 PM »
ini kok di kafe jongkok yag?
kayanya topik serius kan?
di diskusi umum aja  ;D

Offline Kang_Asep

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 528
  • Reputasi: -14
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #82 on: 27 December 2011, 08:38:30 PM »
bisa juga perdebatan panas membara dan memakan korban itu juga sebagian dari praktek dhamma... tak pernah ketemu, tak tahu gimana muka dan rupa-nya, tidak pernah kenal tapi bisa mencak2, marah2, tersinggung dsbnya...

alangkah suatu pertunjukkan spektakuler... yang menunjukkan bahwa memang apa yang diajarkan dan dibabarkan oleh buddha tentang reaksi-reaksi bathin itu adalah sangat benar...

segala sesuatu adalah pelajaran, bagi orang yang dapat mempelajarinya.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #83 on: 27 December 2011, 10:34:22 PM »
kalau misalnya mogalana menyakiti lawannya agar takluk sama buda, apakah berarti dia menyakiti dirinya sendiri?

Referensi plizzz :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #84 on: 27 December 2011, 10:46:37 PM »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #85 on: 27 December 2011, 11:12:01 PM »
Anda sedang berkomentar dengan netral? Bagaimana mungkin anda di satu pihak memberikan hak bagi seseorang berargumen dengan logical fallacy -walaupun tidak sengaja- dan kewajiban bagi pihak lain untuk mendengarkan logical fallacy tanpa membantah? ;D

Logica fallacy bukan "hak", tapi kadang-kadang bisa terjadi karena insiden, sedangkan "mendengarkan" bukan kewajiban dapi merupakan bagian dari praktik memahami orang lain. Jika saya adalah anda, maka solusi inilah yang akan kulakukan: mendengarkan. Saya tidak sedang menuntut siapapun untuk "mendengarkan" lawan bicaranya. Menurut saya cara demikian, setidaknya, lebih sesuai dengan jalan Buddhadharma (minimal Buddhadharma seperti yang kupahami), dibandingkan mengeluarkan kata-kata kasar karena keidaksenangan. Apakah kata-kata kasar diizinkan dalam Buddhdharma?  Minimal, menurut agama buddha yang kupelajari tidaklah sesuai. Entah bagaimana dengan Buddhadharma yang bro pelajari? kalaupun bro melihat mendengar lawan bicara dan memahami itu adalah "kewajiban" dan "paksaan", saya hanya bisa katakan setidaknya ini adalah kewajibanku yang kutanamkan pada diriku serta praktikku untuk mendalami Buddhadharma, dan kutawarkan kepada bro sebagai cara untuk memperbaiki kualitas diskusi. Kalau bro keberatan, ya tidak masalah :)

Iya, saya juga setuju kok pandangan anda ini. Hanya saja tidak semua orang memang berniat diskusi, ada yang memang ingin mengacau. Menghina yang memang semata-mata menghina juga saya tidak setuju, namun kalau kita menyerang berdasarkan fakta yang nyata, saya lihat tidak ada masalah dengan hal itu, walaupun tentu saja sebisa mungkin jangan sampai dikuasai kebencian.
Itulah yang berat bro, tidak dikuasai oleh kebencian. Saya lebih suka tersenyum pada diri saya kala diriku dipenuhi ketidaksetujuan, dorongan membantah, membalas balik serangan seseorang yang saya nilai secara negatif. Setelah menenangkan diri, biasanya saya berusaha untuk memahami orang tersebut, alasan di balik tindakannya, membayangkan andaikan saya berada di posisi orang tersebut, setelah itu baru saya memutuskan untuk mencari solusi. Saya percaya pada win-win solution (untung sama untung), ketimbang win-lose solution (aku harus menang tanpa peduli apapun akibatnya bagi orang lain). Dan selama saya melaksanakan solusi saya tersebut, saya masih terus mengoreksi langkah-langkah saya apakah memang ada landasan "kebencian" di baliknya atau tidak. Jika ya, berarti saya harus mengoreksi ulang tindakan saya, demikian terus menerus, sampai saya belajar untuk bisa berdamai dengan amarah dan rasa benci saya. Selama ini saya berusaha untuk behati-hati dengan rasionalisasi di dalam pikiran pribadi yang menutupi-tutupi dorongan kebencian di balik tindakan dengan berbagai dalih: jangan sampai pikiran saya menipu diriku sendiri. Jadi refleksi terus menerus, memeriksa batin yang menjadi alasan sebenarnya dari tindakan itu sangat penting. Saya tidak mudah puas dengan jawaban "saya tidak benci dia kok, saya hanya ingin membantu dia berubah." Jika jawaban demikian muncul dalam pikiran saya, maka saya akan bertanya dengan tegas pada diri saya, "Benarkan demikian???? jika benar demikian, mengapa kamu berbuat X, mengapa kamu masih merasakan perasaan tidak nyaman demikian, perasaan apa di balik semua ini. Jujurlah pada diri sendiri, dst" Jadi saya tidak hanya rajin mengkritis orang lain, tapi berusaha untuk kritis dengan diri sendiri. Apabila ada yang mengatakan "mulutmu adalah harimaumu," maka saya ingin menambahkannya dengan "pikiranmu adalah musangmu." Pikiran seringkali mengibuli kita dengan menampilkan apa yang kita harapkan darinya, menyesatkan kita, sehingga kita terjebak pada langkah yang salah. Pikiran bisa jadi tidak semengerikan harimau, tapi dapat menjadi selicik musang.

Kalau kebencian dan amarahnya memang terlalu besar, maka saya memutuskan untuk menghentikan semua tidakan dan menjauh hingga berhasil meredakannya. Butuh waktu yang sangat lama untuk menghapuskan sebuah rasa tidak senang, bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. sampai sekarangpun saya masih memiliki rasa benci pada seseorang yang belum berhasil kutangani :) ==> Dan orang itu sudah pasti tidak bukan member DC :)) 

Dan, sekali lagi, ini cara yang biasanya saya usahakan dalam menangani perbedaan pendapat dan pertikaian demgan orang lain yang menimbulkan kebencian ataupun sekadar rasa tidak senang. Tidak ada "kewajiban" untuk dijalankan oleh orang lain.


Betulkah? Saya punya pengalaman yang berbeda, dan bukan hanya 1-2 kali. Tapi memang betul kata-kata kasar itu bukan yang sekadar emosi dan penghinaan, tapi penekanan dan penggunaan gaya bahasa yang berbeda saja agar meredakan kepercayaan diri seseorang yang berlebihan. Dan betul, memang tidak semua orang bisa diubah dengan gaya kasar, ada tipe-tipe orang keras dan defensif, namun bisa dibimbing dengan pendekatannya yang halus, sabar, dan nyaman.

Singkat kata, saya tidak menggunakan satu tolok ukur yang sama terhadap semua jenis orang. Tapi kalau ada yang protes dengan cara bicara saya, tentu kapanpun boleh mengemukakan pendapatnya, beri masukan, atau minta klarifikasi. Lewat PM juga tidak masalah.
Kalau tiada kesalahpahaman saya akan maksud dari kata-kata bro (smoga demikian), maka dari sepintas kalimat di atas, saya kira sebenarnya bro termasuk yang bijak dalam hal ini :)
« Last Edit: 27 December 2011, 11:14:16 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #86 on: 27 December 2011, 11:13:27 PM »
buat apa? :P

Supaya tahu konteks ceritanya, sekaligus konfirmasi :) Apalagi saya memang belum pernah dengar cerita itu
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #87 on: 27 December 2011, 11:26:55 PM »
Supaya tahu konteks ceritanya, sekaligus konfirmasi :) Apalagi saya memang belum pernah dengar cerita itu
http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/menaklukkan-raja-naga-nandopananda/
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #88 on: 28 December 2011, 12:10:44 AM »
Iya, saya juga tidak tahu sasaran dari TS. Hanya saja kemarin di thread sebelah ada yang menyinggung tentang 'pengeroyokan' dan kemudian muncul juga istilah itu di sini sebagai karakteristik 'bullying', jadi saya mau bahas sedikit bahwa belum tentu jumlah banyak berarti bullying.

Ketika membahas tentang "pengeroyokan," saya sedang membahas taktik yang biasanya senang digunakan oleh para pelaku bullying:

Quote
taktik-taktik yang biasanya dilakukan oleh para pelaku bullying:
- Bekerja secara kelompok (keroyok) untuk menghadapi seorang korban,  biasanya dinamakan sebagai: mobbing
- Selalu saling mendukung dalam bullying antar-pelaku bullying sekelompok. Apabila si korban  mulai melawan, tekan terus dan selalu menganggap apapun yg dikatakan sang korban selalu salah. Intinya satu: “He/She is ALWAYS WRONG whether he/she is right”

Umumnya bullying memang dilakukan secara berkelompok. Bullying yang dilakukan oleh satu orang, dalam pengalaman saya, biasanya hanya dilakukan oleh orang yang memang memiliki kekuasaan yang lebih besar terhadap nasib korban (misalnya atasan trhdp bawahan). Kalau korbannya adalah orang yang sederajat atau setara secara kekuasaan, maka para pelaku bullying sangat sulit melakukannya secara perseorangan. Maka taktiknya adalah agar bullying bisa berhasil, maka harus dilakukan secara bersama-sama. taktik ini sebenarnya kadang-kadang juga dilakukan oleh para pelaku bullying yang memiliki kekuasaan lebih atas korban. Biasanya agar benar-benar efek bullying berhasil, seorang atasan yang membully bawahannya juga mencari dukungan dari bawahannya yang bersedia asbun (asal bunyi) demi kedekatannya dengan atasannya. Kelompok para pembully yang sederajat pun biasanya akan menghasilkan seorang pemimpin yang dominan dan sekelompok orang yang bersikap ABS (Asal Bapak Senang) di sekitarnya seabagai bawahan yang tampil konform (patuh atau sekadar pura2 patuh atau pura2 tampil sepaham).

Kondisi ini biasanya bisa menimbulkan bullying pula pada sesama anggota kelompok pula, apabila ada yang melawan pendapat si pemimpin atau anggota kelompok lainnya yang disegani, maka biasanya sesama anggota kelompok pembully bersikap saling menyensor-diri (self-sensorship) agar pendapatnya terkesan sesuai dengan kemauan kelompok (baca=kemauan pemimpin) sebelum ia menjadi korban bullying juga. Oleh karena itu, dalam kelompok yang demikian, yang ditandai dengan kepatuhan dan konformitas tinggi di dalamnya dengan pemimpin yang otoriter (tidak tanggung2 menyerang "pengikutnya" yang tidak sepaham), maka terjadilah kesan adanya ilusi keseragaman paham dalam kelompok. Untuk mempertegas ilusi keseragaman paham dalam kelompok tersebut, kelompok demikian akan menekan outsider (atau yang dianggap bukan bagian dari kelompoknya) untuk mencari lawan bersama untuk dinjak2 bersama-sama oleh kelompoknya. Lawan kemudian diandaikan bersekongkol untuk menghancurkan kelompok mereka, yang sebenarnya bisa jadi hanya ilusi kolektif belaka. Bahkan kadang-kadang orang yang tidak terkait langsung target dengan mudah dipersepsi sebagai "anggota kelompok lawan", asal terlihat membela lawan ataupun sekadar tidak sepaham dengan kelompok tersebut. Logikanya sederhana: Berpihak pada kami atau berpihak pada mereka, tidak ada yang namanya netral ketika terlibat. Cara demikian, memiliki keuntungan untuk kelompok itu sendiri: 1. dengan mencari musuh bersama, maka kohesifitas (keakraban) kelompok sendiri semakin diperkuat; 2. Semakin memperbesar ilusi kedigjayaan kelompoknya (We are the best, the others are the worst): akhirnya muncul keyakinan dalam kelompok bahwa "yang terburuk dari kita pun masih lebih baik dibandingkan dengan semua kelompok lawan,"  atau "tidak peduli salah atau benarnya anggota kelompok kita, yang pasti anggota kelompok "lawan" pasti salah. Kondisi kelompok demikian yang dapat terus menghasilkan bullying, entah itu pada individu yang dianggap sebagai "musuh bersama" ataupun "pengkhianat." Dalam kondisi kelompok seperti ini, bullying bisa menjadi instrumen belaka untuk mempertahankan keseragaman yang terbentuk dalam kelompok.

Intinya: pada bagian ini saya sedang membahas taktik yang dilakukan oleh para pembully untuk menjadikan tekanannya efektif atas korban. Kelompok bisa hanya merupakan alat untuk bullying belaka, tidak terkait dengan isi perilaku tersebut. Akan tetapi, tipe kelompok tertentu, terutama kelompok  seperti yang saya gambarkan di atas sangat berpotensi menghasilkan bullying: terutama kelompok yang rela mengorbankan apa saja agar mempertahankan ikatan dalam kelompok dengan menyerang pendapat yang berbeda atau dianggap nyleneh sebagai musuh bersama (yang bagian ini adalah tambahan dari saya dalam pembahasan di atas). Kelompok dapat menjadi taktik bullying, sekaligus, apabila memenuhi syarat tertentu yang saya sebutkan di atas, dapat menjadi kondisi yang menyuburkan bullying.

 
« Last Edit: 28 December 2011, 12:43:03 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Bullying dalam Forum Online
« Reply #89 on: 28 December 2011, 12:32:47 AM »
http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/menaklukkan-raja-naga-nandopananda/

Keren bro :))
Ceritanya kayak bagian dari cerita Sun Gokong. Tapi sayang ya bro tidak ada referensi lebih jauh dari mana asal ceritanya.

kalau sepintas baca sih, rasanya ceritanya hanya simbolisasi belaka, bukan catatan historis. Soalnya, saya belum menemukan catatan dalam Tipitaka/  Tripitaka, kitab komentar, sastra, dll ataupun dari biografi para praktisi, bahwa seorang yang mencapai Jhana IV itu kebal racun :) Setahuku sih, kalau seseorang yang sedang memasuki jhana, kalau fisiknya diracun ya tetap mati (CMIIW). Racun naga yang dimaksud tampaknya adalah simbolisasi kekotoran batin (yang kadangkala disebut sebagai racun juga). Kalau asumsi ini benar, berarti cerita ini hendak menyampaikan bahwa pentingnya keterampilan untuk masuk dan keluar jhana dengan cepat (Jhana IV) dapat membantu seseorang terlepas dari kekotoran batin dalam kehidupan sehari-hari di mana kekotoran batin dapat menyerang setiap saat: seperti serangan patukan berbisa ular (baca: naga) yang tiba-tiba. Sedangkan raja naga yang ditaklukkan berarti kekotoran batin yang berhasil dinetralisir dan menjadi berdamai dengan seorang praktisi lagi, terutama praktisi telah mahir dalam masuk dan keluar dari jhana dengan cepat. 

Ini tafsiran sementara saya atas kisah spektakuler ini. Untuk lebih jelasnya saya perlu tahu referensi asli kisah ini. 
« Last Edit: 28 December 2011, 12:34:45 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek