Hoy,
kalo bicara nibanna ambilnya jangan sepotong2..kalo sepototng2 ya jadi ngga jelas,
contoh: A, Anda sekolah di mana? A jawab dengan sepotong2: gw sekolah di universitas ka****k parah..
Nah, begitu juga dengan Nibbana baca dengan teliti Khuddaka-Nikaya dalam Sutta Pitaka Udana VIII.1-4, yang menjelaskan Nibanna:
“Atthi, bhikkhave, tadāyatanaṃ, yattha neva pathavī, na āpo, na tejo, na vāyo, na ākāsānañcāyatanaṃ, na viññāṇañcāyatanaṃ, na ākiñcaññāyatanaṃ, na nevasaññānāsaññāyatanaṃ, nāyaṃ loko, na paraloko, na ubho candimasūriyā. Tatrāpāhaṃ, bhikkhave, neva āgatiṃ vadāmi, na gatiṃ, na ṭhitiṃ, na cutiṃ, na upapattiṃ; appatiṭṭhaṃ, appavattaṃ, anārammaṇamevetaṃ. Esevanto dukkhassā”ti
O, bhikkhu, ada keadaan[1] di mana tidak ada padat, tidak ada cair/rekat, tidak ada suhu/temperatur, dan tidak ada getar/gerak; tidak ada dimensi ruang tak terbatas, tidak ada dimensi kesadaran tak terbatas, tidak ada dimensi dari kekosongan, tidak ada dimensi dari presepsi dan juga tidak ada bukan presepsi; tidak ada dunia ini atau dunia lain; tidak ada matahari rembulan[2]. Di sini, O, bhikkhu, saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal, tidak ada kematian, tidak ada kemunculan. Tidak terpancang, tidak dapat digerakkan, tidak ada landasan/penyangga[3] [objek mental]. Inilah akhir dari penderitaan.
Duddasaṃ anataṃ nāma, na hi saccaṃ sudassanaṃ; Paṭividdhā taṇhā jānato, passato natthi kiñcanan”ti.
Yang tidak terpengaruh[4] sulit untuk diketahui, Kebenaran tidak mudah dilihat; Nafsu keinginan akan ditembus oleh orang yang tahu, Tidak ada penghalang bagi orang yang melihat.
"atthi bhikkhave, ajātaṃ abhūtaṃ akataṃ asaṅkhataṃ. No ce taṃ bhikkhave, abhavissā ajātaṃ abūtaṃ akataṃ asaṅkhataṃ, nayidha jātassa bhūtassa katassa saṅkhatassa nissaraṇaṃ paññāyetha. yasmā ca kho bhikkhave, atthi ajātaṃ abhūtaṃ akataṃ asaṅkhataṃ, tasmā jātassa bhūtassa katassa saṅkhatassa nissaraṇaṃ paññāyatī"ti."
O, bhikkhu, ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, tidak berkondisi. Jika seandainya saja, O, bhikkhu, tidak ada yang tidak dilahirkan, tidak-menjelma, tidak tercipta, tidak berkondisi; maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, kemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada yang tidak dilahirkan, tidak-menjelma, tidak tercipta, tidak berkondisi; maka ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Nissitassa calitaṃ, anissitassa calitaṃ natthi. Calite asati passaddhi, passaddhiyā sati nati na hoti. Natiyā asati āgatigati na hoti. Āgatigatiyā asati cutūpapāto na hoti. Cutūpapāte asati nevidha na huraṃ na ubhayamantarena. Esevanto dukkhassā”ti
Bagi yang ditopang, ada ketidakstabilan, bagi yang tidak ditopang, tidak ada ketidak-stabilan, bila tidak ada ketidakstabilan ada ketenangan; bila ada ketenangan tidak ada hasrat; bila tidak ada hasrat tidak ada datang-dan-pergi; dan bila tidak ada atang-dan-pergi tidak ada kematian dan kemunculan; bila tidak ada kematian-dan-kemeunculan, tidak ada “di sini” atau “diluar sana” ataupun “di antara keduanya”. Inilah akhir dari penderitaan.
So,
Jika anda baca pelan-pelan..maka TIDAK ADA SAMA SEKALI yang merujuk atau mengartikannya menjadi seperti tuhan2 versi agama abrahamic dan juga Hinduism grup..
Kedua,
yang maksa mengartikan TUHAN [apapun definisinya personal/bukan, kek], maka ia wajib menjelaskan apa PRODUK yg diciptakan oleh NIBANNA... ada? Nah, kalo ngga ada maka nibanna jelas bukan TUHAN.
Paham?