mungkin ada anggota DC yang tidak menantang bro Satria, akan tetapi hanya meminta bantuan bro Satria untuk membacakan pikiran teman DC yang lain?
tentunya membantu permintaan bantuan seperti itu bukanlah pelanggaran akan "rambu gaib" bukan?
ataukah memang tidak ada niat untuk membantu sesama?
untuk bisa membaca pikiran itu, sebagaimana saya katakan "saya harus menyentuh atsar". bila saya bertemu langsung dengan anda, mungkin saya bisa membaca pikiran anda. karena energi saya cukup kuat untuk mengjangkau atsar anda. tapi di forum ini, saya lebih sulit. untuk menemukan lokasi anda dengan tepat melalui kemampuan batin saya, itu seperti mencari jarum di padang rumput. susah atuh bro.
seandainya saya tau bahwa anda berada di daerah jakarta, misalnya. saya bisa mengarahakn energi saya ke jakarta untuk mnyentuh atsar anda. tapi kan, jakarta itu luas. anda jakartanya di mana.
misalnya anda menjelaskan alamat sejelas-jelasnya kepada saya. dan saya pergi ke sana. perlu anda ketahui bahwa "energi manusia" itu tidak mengenal alamat seperti tukang pos yang bisa mencari alamat.
seandainya saya memaksakan diri untuk bisa "sampai kepada anda", itu membutuhkan energi yang sangat besar. apakah saya harus sebrat itu untuk membuktikan kebenaran kata-kata saya. sejak mula, saya bercerita hanya curhat tidak brmaksud membuktikan ini atau itu. kalo ada yang percaya silahkan, tidak percaya ya gpp. saya tidak bemaksud mmbuktikan apapun. walaupun begitu, apa alasannya mesti menghina?
soal katanya kesaktian itu tidak boleh digembar-gemborkan, itu mah tergantung niatnya apa. kalo niatnya untuk menyombongkan diri, ya itu lah yang tidak boleh. kalo skedar curhat, membuat kisah yang diharpkan bisa menghibur orang, apa salahnya?
slain itu juga, saya ingin memberikan pengertian agar kita benar-benar berehipasiko. sebagai dalam ajaran buddha dimana artinya bisa kita tafsirkan bahwa kita tidak harus percaya pada sesuatu yang belum kita lihat sendiri bukti kebenarannya. tapi kesalahan sebagian umat budhis dalam menafsirkan ehipasiko adalah secara terselubung seringkali ditafsirkan "harus tidak percaya pada sesuatu yang belum dilihat sendiri bukti kebenarrannya". ini keliru. tampak serupa tapi tak sama.
yang diajarkan sang Buddha adalah "Tidak harus percaya pada ssuatu hanya karna ssuatu itu ditulis dalam kitab suci".
dan bukan "harus tidak percaya pada sesuatu hanya karena sesuatu itu belum terbukti kebenarannya". apalagi sampai mnghina dan memastikan "ketidak benarannya".
yang benar adalah kita boleh tidak prcaya pada sesuatu yang belum terlihat sendiri kebenarannya oleh diri kita, bersama dengan itu kita juga harus menghormati ajaran, pengakuan, pernyataan seseorang yang belum dapat kita lihat bukti kebenarannya.