When a wise man, established well in virtue,
Develops consciousnes and understanding,
Then as a bhikkhu ardent and sagacious
he succeds in disentangling this tangle.
The inner tangle and the outer tangle
This generation is entangled in a tangle
And so I ask Gotama this question
Who succeds in disentangling this tangle?
Jika manusia bijaksana, mapan dalam kebajikan,
Mengembangkan kesadaran dan pengertian,
kemudian sebagai bhikkhu rajin (pantang menyerah) dan cerdas
Ia akan berhasil menguraikan kekusutan ini.
Kekusutan di dalam dan kekusutan di luar
Generasi ini terbungkus dalam kekusutan
Jadi saya mengajukan pertanyaan ini kepada Gotama
Siapakah yang berhasil menguraikan kekusutan ini?
Samyutta Nikaya (i,13)Dari jaman Sang Buddha dahulu masyarakat yang bijaksana menyadari bahwa dunia ini dibuat kusut oleh doktrin dan dogma yang berselimutkan konsep yang lahir dari tafsir dan logika.
kekusutan ini menyelimuti orang-orang yang menganggap ia bagian dari suatu kasta eksklusif yang menganggap mereka superior dari yang lainnya sehingga dengan dalih dan berbagai pembenaran menganggap dialah yang superior.
Konsep ras unggul, ras ariya, kebenaran dari langit, bangsa terpilih, ajaran paling modern dan berbagai pembenaran lain, hanya menjauhkan manusia satu dengan yang lain dalam sekat-sekat.
pengikut yang merasa nyaman dalam kotak, membuat pembenaran lebih jauh dengan tafsir dan logika, tanpa sadar bahwa ini adalah jalan ke rumah jagal, ladang pembantaian Mara yang berakar dari kegelapan.
Sejarah manusia mencatat banyak kali usaha saling menghancurkan demi suatu credo kebenaran, bersumpah untuk membenarkan suatu ketidak benaran. Dengan dalih kebenaran suatu golongan berusaha menghancurkan golongan lain, memusnahkan mereka dari muka bumi, tanpa menyadari bahwa perbuatan mereka juga tak benar.
Dengan segala daya-upaya mencari celah memaksakan kebenaran versinya sendiri, untuk diterapkan pada kelompok lain. pengikut kelompok lebih gila dengan bersumpah kebenaran atau mati !!! Pemimpin buta memimpin sekelompok orang buta, yang di depan tidak tahu jalan, terlebih lagi yang di belakang.
Kekusutan batin ini menyelimuti hampir seluruh manusia di muka bumi ini, terlebih dengan semakin meredupnya penyadaran akan pencerahan yang berasal dari kebenaran sederhana.
Perang, permusuhan p*n*staan, kebencian, keserakahan, kutukan dsbnya muncul dari kekusutan...
Kekusutan batin yang timbul dari pembenaran berdasarkan tafsir logika dan nalar-nalar canggih yang berakar pada kegelapan batin....
Para bijaksana melihat segala sesuatu apa adanya, mereka melihat semua itu hanya berakar dari permainan pikiran yang manipulatif, yang korup, yang berusaha menghancurkan batas-batas kebenaran, kebajikan dan kebijaksanaan.
Pemikiran-pemikiran korup dan manipulatif sebaliknya berusaha membuang batas-batas itu dan mengaburkan serta meleburkannya dalam samudera pemikiran, konsep, tafsir dan pembenaran.
Yang akhirnya bermuara pada peperangan, sengketa, saling memperdaya dan saling memangsa. Nilai nilai bobrok akhirnya akan menjadi penguasa, bertambah lama bertambah kuat mencengkeramkan kukunya di negara kita tercinta.
Orang-orang yang berada dalam kekusutan menganggap mereka telah mencapai pencerahan. Budak-budak dan domba-domba menganggap tuan mereka juga telah mencapai pencerahan.
Mari bertanya apa kah pencerahan ada dalam caci-maki, p*n*staan, kutukan, peperangan, saling membunuh, saling memangsa, saling memperdaya, saling menghancurkan, saling mencari pembenaran atas fakta-fakta itu?
Konsep pencerahan sebenarnya sederhana
Apakah kita telah terbebas dari doktrin-doktrin, dogma-dogma yang saling menghancurkan, saling mencaci, saling memangsa, saling memperdaya, saling menista, saling mengutuk saling mencari pembenaran dengan tafsir-tafsir, logika-logika?
Apakah kita telah terbebas dari konsep-konsep yang disebabkan kekusutan batin diluar, di dalam, disekitar kita? apakah kita telah terbebas? apakah batin kita telah sepenuhnya melepas dan terlepas dari tali kekang dogma-dogma dan konsep-konsep yang memperbudak dan memperdaya diri kita?
Dalam Anguttara Nikaya Sang Buddha mengatakan bahwa " Seseorang yang berjiwa budak tak akan mencapai kebebasan dan pencerahan sepenuhnya (Arahat)" Mari kita membebaskan diri kita dari kekusutan yang timbul dari perbudakan pikiran, konsep dan dogma dan menikmati kebebasan. Sehingga batin menjadi bersih dan murni, nikmat bebas bagai burung yang terbang bebas di udara.
maukah anda semua menikmati akhir dari ini semua? Terbebas dari segala kekusutan? Atau menambah kekusutan? itu terserah anda.