//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: HIDUP & AMARAH Part I  (Read 2811 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline anthony

  • Teman
  • **
  • Posts: 55
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Sabbe Sankhara Anicca
HIDUP & AMARAH Part I
« on: 08 October 2010, 11:18:45 PM »
HIDUP & AMARAH
 
 
 
Oleh.Y.A THUBTEN CHODRON Mahathera
Penerbit : Dian Dharma
 
 
Daftar isi :
 
1.   Hidup dan Amarah
2.   apakah amarah itu merusak?
3.   apakah baik untuk melepaskan amarah?
4.   berlatih kesabaran
5.   obat anti marah
6.   bertindak atau tenang
7.   sebab dan akibat
8.   kebaikan musuh kita
9.   berikan kesakitan anda
10.   sudah dasarnya orang itu tidak menyenangkan?
11.   apakah lawan kita bergembira?
 
 
Profil Penulis
 
Lahir pada tahun 1950, Thubten Chodron besar di dekat Los Angeles. Dia menyelesaikan kuliah di University Of California di Los angeles pada tahun 1971. setelah berkeliling Eropa Afrika Utara, dan Asia selama satu setengah tahun, dia menerima pengakuan untuk mengajar, dan melanjutkan kuliah di University Of Southern California dalam bidang pendidikan, dan pada saat yg sama bekerja sebagai guru di Los Angeles City School System.
 
Pada tahun 1975. dia mengikuti kelas meditasi di bawah bimbingan Yang Mulia Lama Yeshe dan Yang Mulia Zopa Rinpoche, dan lalu pergi ke Vihara mereka di Nepal untuk belajar dan berlatih ajaran Buddha lebih lanjut. Pada tahun1977, dia menerima ordinasi Srananerika, dan para tahun 1986, pergi ke Taiwan untuk mengambil ordinasi Bhiksuni.
 
Dia belajar dan mempraktekan agama Buddha tradisi Tibet bertahun tahun di Nepal dan India, dan memimpin program spiritual di institut Lama Tzong Khapa di Italia selama hampir 2 tahun. Dia belajar tiga tahun di Vihara Dorje Pamo di Perancis dan menjadi guru tetap di Amitabha Buddhis Center di Singapura.
Yang Arya Chodron merupakan salah seorang penyusun Menjalani Hidup sebagai seorang Biarawati Buddhis Barat (Life as a Western Buddhist Nun), dan ambil bagian dalam konfrensi guru guru Buddhis Barat bersama dengan Yang Mulia Dalai Lama pada tahun 1993 dan 1994.
 
Saat ini dia tinggal dan mengajar di Seattle bersama Yayasan Persahabatan Dharma (dharma Friendship Foundation) dan tetap berkeliling dunia membabarkan Dharma.
 
 
 
 
1. HIDUP dan AMARAH
 
Saya bergembira bisa hadir disini malam hari ini. Pertama tama ijinkan saya untuk menceritakan bagaimana kita bisa berada disini untuk melaksanakan acara ceramah divihara bergaya china yg indah ini. Ketika saya berada di Seattle bulan mei lalu, seorang wanita Thailand mengajak saya mengunjungi beberapa vihara di sekitarnya.tempat ini merupakan satu di antaranya.kami sebenar nya berencana untuk mengunjungi vihara bergaya Thailand pada siang hari nya, namun ketika kami mulai berbincang bincang dengan dua biarawati disini, pembicaraan ternyata menjadi kian menarik sampai pada akhir nya kami tidak punya lagi eksempatan untuk mengunjungi vihara lain nya!
 
Sebagai seorang biarawati yang tinggal di dunia barat, saya tidak memiliki banyak kesempatan untuk bersama dengan biarawati yang lain. Dua biarawati dari vihara ini dan saya langsung saja merasakan ke akraban bagai saudara dan kami pun mulai melaksanakan pengucapan janji secara bersama dan berkala dua minggu sekali. Lagi pula, karna saya hidup di Asia beberapa tahun lama nya, belakangan ini di Singapura dan Hong Kong, maka saya merasa kembali tiba dirumah ketika saya berada di vihara ini. Pada saat saya kembali ke Seattle di bulan Agustus , saya bertemu kembali dengan dua biarawati disini lalu acara ceramah ini terselenggara.
 
Saya juga merasa senang sekali untuk memberikan ceramah idi vihara ini karena merupakan hal yg penting bagi para praktisi suatu tradisi Buddhis tertentu untuk bertemu dan memahami tradisi yg lain. Melalui cara demikian kita dapat menghindari persepsi yg salah tentang aliran atau tradisi alin sehingga pada akhir nya kita juga akan dapat menghargainya. Kita sebagai umat Buddha patut hidup secara harmonis demi langgengnya keberadaan Dharma.
 
Buddhisme merupakan satu dari sedikit agama di dunia ini yang tidak pernah berperang atas nama ajaran nya. Hal ini disebabkan keterbukaan pikiran dan kerjasama yang saling mendukung di antara para pemeluk nya. Salah satu cara untuk melestarikan sikap ini adalah dengan bertemu dan belajar tentang tradisi yang beragam.
 
Sungguh merupakan hal penting bagi kita untuk tidak sekedar melihat penampilan luar Buddhisme di berbagai negara. Misal nya saja saya dilatih secara Tibetan tetapi di tahbiskan menjadi Bhiksuni di Taiwan. Tinggal di suatu Vihara bergaya cina adalah suatu tantangan besar bagi saya. Pertama. Doa doa dilakukan dan ajran dituangkan dalam bahasa mandarin sehingga saya tidak dapat mengerti satupun.(bukan berarti bahwa saya selalu dapat mengerti kalau di ajarkan secara Tibetan, tetapi paling tidak saya sudah biasa dengan doa doa umum nya).
 
Yang lain nya adalah ketika saya harus memakai jubah bergaya cina yg lain dari jubah gaya tibet. Biasa nya saya memakai atasan ygtanpa lengan, tiba tiba sekarang saya harus mengenakan jubah yg berlapis lapis, dan itu pun berlengan. Di vihara bergaya tibet, kami berdoa sambil duduk, tetapi di vihara bergaya Cina hal itu dilakukan sambil beridiri. Sampai sampai karena saya tidak biasa berdiri berjam jam, kaki saya bengkak bengkak.
 
Perbedaan perbedaan tampilan luar ini membuat saya secara dalam berpikir, “apakah itu Buddhisme?apa intisari ajaran sang Buddha?bagaimana intisari tersebut dituangkan dalam berbagai kebudayaan? Apakah yg sesungguh nya di maksudkan oleh sang Buddha?”
 
Untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tadi, saya harus melihat lebih jauh daripada hanya sekedar penampilan kulit luar budaya praktik para pemeluk agama Buddha di berbagai tempat. Sama hal nyaketika Dharma memasukidunia barat, kitra jugaharus menelaah hal tersebut karena kita mempelajari ajaran Buddha ini melalui uatu dasar kebudayaan dari Asia. Kita harus terus menerus bertanya kepada diri kita ini, “apakah yang dimaksud yg mendasar dalam melakukan upacara atau praktik tertentuitu?bagaimana kita harus berlatih ajaran Buddha sebagai Orang barat?”
 
Yang Mulia Dalai Lama mengatakan tentang hal ini bahwa orang barat tidak perlu menerapkan kebudahyaan Tibet untuk mempelajari Dharma : “Anda mungkin saja makan mo-mos, minus the Tibet maupun menggunakan jubah gaya TIbet, akan tetapi hidung anda tetap saja hidung orang barat!” kita patut mencari arti Dharma yg sesungguh nya dan bukan nya dibingungkan dengan ikatan ikatan budaya serta tampilan luar nya. Ini adalah tantangan bagi kita umat buddha yang berasal dari dunia barat.
 
Malam ini, kita akan mendiskusikan amarah dan kesabaran. Tidak ada sama sekali menyinggung “umat Buddha” dalam hal ini. Sebenar nya, banyak sekali ajaran Sang Buddha yg tidak berkenaan dengan Buddhisme-yah, kalau dalam pikiran anda Buddhisme adalah suatu agama, dogma, satu set kepercayaan tempat menggantungkan ketakutan kalau kalau kita tidak menjadi umat Buddha yg baik. Kalau kita lihat lebih jelas, kita akan menemukan bahwa Buddhisme adalah sebuah norma umum yang sederhana. Norma umum bukan milik suatu agama manapun. Hal itu jelasnya hanya untuk menggambarkan apa apa yg masuk akal dan sekaligus merupakan jalan hidup yang baik.
 
Jadi, ketika kita mendiskusikan teknik teknik yg diajarkan sang buddha untuk mengatasi amarah, sebenarnya kita berbiacara tetntang suatu norma umum dan bukan suatu doktrin agama. Dengan kata lain, mari kita lihat batin kita ini dan memeriksa bagaimana kita berurusan dengan ‘gunung berapi yg mudah meledak’, yang kita sebut amarah.
 
 
 
2. APAKAH AMARAH ITU MERUSAK?
 
Marilah kita sama sama setuju dulu bahwa amarah itu merupakan suatu emosi yang merusak.saya harus mengangkat hal ini karena beberapa orang berpikir bahwa amarah itu merupakan sesuatu yg membangun.mereka berkata “orang ini sudah mengakali saya. Saya berhak untuk marah. Ini merupakan balasan yang bagus karena saya sudah menyadarkan ia akan posisi nya. Kalai tidak, dia akan terus menerus menginjak injak saya!” dalam hal ini mereka berusaha untuk membenarkan amarahnya.
 
Kalau terus berpikir seperti itu maka kita tidak akan pernah melakukan sesuatu mengenai hal tersebut, sebab kita berpikir bahwa itu merupakan suatu hal yg menguntungkan. Akan tetapi, cobalah kita melihat lebih dalam lagi dan bertanya pd diri kita, “apakah ketika saya marah lantas saya merasa bahagia?” adakah dari kita semua merasa senang kala marah,terganggu maupun emosi?
 
Tidak seorangpun. Kalau kita sedih disaat marah, bagaimana kita dapat mengatakan bahwa amarah itu adalah sesuatu yg positif? Kualitas yg positif akan membawa kebahagiaan bagi kita begitu pula ketika kita marah sama sekali tidak merasa senang.
 
Dengan memperhatikan pengalaman kita tadi,dapat kita katakan bahwa amarah memiliki banyak sekali keburukan yang merugikan. Saat kita marah kita melakukan dan mengatakan sesuatu yg nanti nya akan kita sesali. Amarah membuat kita kehilangan kontrol diri sehingga kita berbicara kasar pada orang lain, dan kita bahkan secara fisik telah menyakiti seseorang yang kita cintai. Setiap dari kita memiliki bagian pengalaman hidup yg tersembunyi, yang kita sendiri merasa enggan untuk mengingat nya karena malu tentang tindakan kita pd saat tersebut.
 
Terkadang kita berpikir mengapa orang lain tidak senang terhadap kita. Kita berpikir bahwa sebenarnya kita cukup ramah. Namun kalau kita meninjau bagaimana kita memperlakukan orang lain, terutama pada saat sedang marah, maka akan tampak jelas sekali kenapa mereka tidak bersimpati pada kita.
Tadyatha hum Gate-gate param gate Parasamgate bodhi Svha.. _/\_

Offline anthony

  • Teman
  • **
  • Posts: 55
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Sabbe Sankhara Anicca
HIDUP & AMARAH Part II
« Reply #1 on: 08 October 2010, 11:21:35 PM »
3. APAKAH BAIK UNTUK MELAMPIASKAN AMARAH?
 
Banyak pemberi terapi menganjurkan pasien nya untukmeluapkan marah akan hal hal yg terjadi pada masa yg lampau lalu melampiaskannya. Buntut nya ketika sang pemberi terapi dan pasien nya mendengar ajaran Buddha tentang kerugian amarah,mereka akan berpikir kalau sang Buddhamenganjurkan memendam amarah.
 
Bukan, beliau tidak menganjurkan untuk hal tersebut. Memendam atau menahan amarah belumlah terlepas dari amarah itu sendiri,melainkan hanya menyembunyikan nya. Kita mungkin dapat memasang senyum pada muka kita, tetapi kalau amarah itu masih ada di hati, berarti kita belum menyelesaikan nya. Hal itu bukanlah suatu bentuk praktik kesabaran namun samasaja dengan mencoba menjadi seseorang yg munafik! Lagipula, menggenggam amarahitu menyakitkan dan dalpat melukai kita.
 
Sangat penting bagi kita untuk jujur pada diri sendiri dan mengenali amarah kita daripada berpura pura seakan kita tida memiliki nya. Bagaimanapun juga mengenali amarah itu berbeda dengan menyatakan dalam perkataan atau perbuatan. Kalau kita melampiaskan amarah kita, kita beresiko menyebabkan kesedihan bagi orang lain. Bukan berarti kita kalau kita melampiaskan nya dengan memukuli bantal atau berteriak keras keras akan mengakhiri rasa marah dan rasa frustasiitu. Hal itu jelasnya hanya akan meleburkan energi amarah untuk sementara waktusaja. Kemudian, kita akan mulai membentuk suatu kebiasaan berteriak danmemukuli benda, yang juga tidak memberikan keuntungan apa apa.
 
Ada alternatif alternatif lain daripada sekedar menekan amarah ataupun melampiaskannya yang kedua nya merupakan tindakan sangat ekstrim. Buddhisme menganjurkankita untuk menyelesaikannya sampai hilang dan tak ada lagi. Selanjutnya hatikita akan bebas dari rasa amarah dan tindakan kita tidak akan mengancam kesejahteraan mahluk lain. Dengan pikiran yg jernih, kita akan dapat berdiskusidan memecahkan situasi yg sulit dengan orang lain.
 
 
 
4. BERLATIH KESABARAN
 
Apa yg dapat kita lakukan kala marah? Sang Buddha menggambarkan beberapa teknik untuk memupuk kembangkan kesabaran.
 
Sebagian besar teknik teknik ini dapat ditemukan dalam buku  berjudul "a guide to the Bodhisattva's way of life (jalan hidup Bodhisattva) karangan seorang bijak nan agung dari india bernama Shantideva. Bab ke-6 dari buku tersebut merupakan bab terpanjang yg mengajarkan bagaimana menghindari amarah dan menumbuhkan kesabaran.
 
Pertama, kita harus mempelajari terlebih dahulu teknik-teknik untuk berurusan dengan amarah. Lantas barulah kita terapkan dengan meditasi. Hal ini akan membangun kebiasaan dan keyakinankita dalam cara cara baru untuk menyingkapi berbagai hal. Dengan melatih teknikteknik tersebut dalam suatu lingkungan yg damai duduk di atas bantal meditasi kita akan dapat membuat suatu kumpulan cara cara alternatif dalam menyiasati setiap situasi yang biasa nya membuat kita marah.
 
Berlatih dalam teknik teknik tersebut ketika kita sedang tidak marah merupakan saat yg baik. Hal itu seperti belajar mengemudi mobil.Kita tidak akan pergi kejalan tol pada sesi pelajaran awal karna kita belumterlatih dan tidak siap. Sebaliknya, kita berlatih seputar lapangan parkir untuk membiasakan diri dan perseneling dan gas nya,rem serta setirnya. Dengan pelajaran awal dilingkungan yg aman,kita akan dapat mengendarai mobil dalam situasiyg lebih sulit nantinya.
 
Sama dengan hal tadi, kita berlatih dalam kesabaran awal pada saat kita tidak sedang dalam kondisi konflik. Kita melakukan ini dengan mengingat ingat pengalaman masa lalu – situasi situasi yg telah kita lalui dengan amarah bahkan juga dengan kejadian yg telah kita lalui dengan amarah bahkan juga kejadian yg kalau kita ingat sekarang masih membuat geram atau sakit hati. Kemudian kita menerapkan teknik teknik tersebut pada hal itu :batin kita selayak nya sedang memutar ulang video tentang suatu kejadian, namun berusaha meninjau nya dari sudut pandang yg lain. Dengan meninjau kembal situasi situasi tersebut dari sudut pandang yg lain maka kita dapat mengurangi amarah. Akibatnya, kita dapat pula memandang diri kita secara lain dalammenanggapi orang luar.
 
Melakukan hal hal demikian itu tidak hanya akan menolong kita untuk melupakan rasa sakit hati dan dendam masa lalu, tetapi juga dapat membiasakan diri kita terhadap teknik teknik tersebut kita terapkan pada kejadian di masa yang akan datang. Jadi kapanpun kita mengalami satu rasa marah pada situasi dalam hidup kita,kita dapat memilih satu teknik dan menerapkan nya.
 
Terkadang kita menjadi begitu sulit untuk mengatasi amarah,walaupun sedang berada dalam lingkungan yg damai, karena kita telah terjebak dalam emosi masa lampau dan kesalahan persepsi. Tetapi kalau kita secarabertahap belajar untuk menjinakan mereka, maka kalau suatu ketika kita ditempat kerja, sekolah atau pertemuan keluarga, kita akan memiliki kesempatan berperang guna menaklukan amarah kala ia muncul. Dengan latihan yg teratur,bahkan kita dapat sama sekali mencegah muncul nya amarah.
 
Menjinakan amarah adalah suatu proses yang harus dilakukan secara teratur dan perlahan. Janganlah anda beranggapan bahwa kalau anda mendengarsatu dua hal pada malam hari ini maka amarah anda akan hilang selamanya keesokan hari. Bereaksi dengan suatu amarah adalah suatu kebiasaan jelek yang sudah begitu mendarah daging, yang sama seperti kebiasaan jelek lainnya,memerlukan waktu untuk dapat dihilangkan dari diri kita. Kita harus senantiasaberusaha menumbuhkan kesabaran.
 
Selanjutnya, kita juga harus belajar bersabar atas diri sendiri. Terkadang kita mungkin saja marah terhadap diri sendiri karena kita sudah marah marah pd orang lain. "ohh...betapa jahatnya saya. Bodoh nya saya ini. Sayakan sudah sebulan ini mendengarkan ceramah Dharma, tetapi masih saja gampang marah. Apanya sih yg salah dengan saya?" pendangan seperti itu hanya akan menambah permasalahan. Kita janganlah merasa 'bersalah, bodoh dan putus asa' hanya karena kita marah. Kita hanya belum terbiasa dan terlatih dalam kesabaran. Sesungguhnya kesabaran adalah suatu sifat yg bisa tumbuh berkatlatihan dan butuh waktu.
 
Dalam rangka memicu peningkatan sifat sabar, toleransi dan bijaksana – kesemuanya adalah sifat yg membuat batin kita bersih – juga sangatperlu bagi kita belajar untuk berkomunikasi secara jelas dengan orang lain.Dewasa ini banyak universitas, bisnis dan lembaga pendidikan informal yg mengadakan kelas kelas bertopik komunikasi, berpikir positif dan pemecahan masalah. Sementara teknik teknik ajaran Buddha menolong kita untuk meredakan amarah di dalam hati kita, kelas kelas tersebut di atas tadi mengajarkan kita teknik teknik cara menyimak dan berekspresi dengan baik.
 
 
 
5. OBAT ANTI AMARAH
 
Mari bersama sama kita lihat beberapa contoh dan membahas cara cara berhadapan dengan amarah ini. Menerima kritik seringkali memicu amarah kita. Adayg merasa dikritik hari ini? Saya tidak akan merasa heran kalau semua dari anda yg ada disini mengacungkan jari. Umum nya mendapatkan kritik memang sanga tmudah. Kalau ingin sesuatu misal nya uang. Kita masih harus bekerja untuk itu,namun kritik akan datang dengan sendiri nya tanpa perlu kita minta.
 
Bukankah saat kita dikritik, biasa nya kita merasa bahwa hanya kita yg selalu diperlakukan demikian? " saya sudah lakukan yg terbaik yg saya bisa, tetapi 'si boss' seakan selalu melewatkan kesalahan orang lain dan,celaka nya, dia melihat kesalahan saya. Begitu banyak orang yg menuding saya!"
 
Namun kalau kita berbicara pd orang lain, ternyata hampirsemua orang selalu merasakan bahwa dia terlalu banyak menerima kritik dar orang luar. Terbukti bahwa bukan hanya kita yg mengalaminya. Masalah nya, apa yang kita alami selalu tampak besar dari pada pengalaman orang lain karena kitamemang senantiasa berkiblat pada diri sendiri.
 
Pada saat kita mendapat kritik dari orang lain, reaksi spontan kita adalah amarah. Apa yg memicu reaksi seperti itu? Yang memicu hal itu adalah pandangan kita pada situasi tersebut. Walaupun mungkin kita tidak secara langsung menyadarinya, sesungguhnya kita memiliki pandangan, "saya sudahsempurna. Kalaupun saya berbuat salah ,paling paling itu hanya hal sepele.Orang yg menuding saya. Iya terlalu membesar besarkan kesalahan sepele itu,bahkan seakan mengagumkannya keras keras keseluruh dunia!betapa kelirunya diaitu!!"
 
Penjabaran tersebut merupakan gambaran yang terlalu disederhanakan atas apa yg sesungguhnya terjadi dalam batin kita, namun kalau kita awas kita akan menyadari perasaan itu. Tetapi apakah gambaran seperti itu benar? Apakah kita sempurna atau mendekati sempurna? Tentu saja tidak.
 
Ambilah satu situasi saat kita berbuat kesalahan dan oranglain lain melihat itu. Sekarang, kalau orang itu datang pada kita dan mengatakan kalau diwajah kita ini ada sebuah hidung, apakah kita akan menjadi marah karenanya? Tidak. Mengapa tidak? Karena sangat jelas karena kita memang memiliki sebuah hidung. Itu merupakan sebuah fakta yang bisa dilihat oleh seluruh dunia.Hanya saja kali ini seseorang menegaskan dan berkomentar akan hal itu.
 
Sama kejadian nya dengan kesalahan dan kelalaian kita. Halhal tersebut memang ada dalam diri kita, jelas sekali ada, dan seluruh duniapun dapat melihatnya. Orang tadi hanya berkomentar tentang sesuatu yg jelas disaksikan olehnya dan orang lain. Jadi, kenapa kita harus marah?kalau kitatidak marah ketika seorang mengatakan kita punya hidung, kenapa kita harusmarah saat dia mengatakan kita punya kesalahan?
 
Kita dapat menjadi tidak terlalu tegang kalau kita mengakuinya, "ya, saya telah berbuat salah." Atau, "ya, saya memang punyakebiasaan buruk." Daripada kita penyatakan perasaan "saya sempurna. Beraninya kamu mengatakan hal utu!", kita dapat sekedar mengakuinya dan meminta maaf.Dengan mengucapkan 'saya minta maaf' sesungguhnya dapat mencairkan suasana itu.
 
Memang berat bagi kita mengucapkan 'maaf' ,bukan begitu?Kita merasa seakan kita kehilangan sesuatu dengan meminta maaf, kita menjadirugi, kita menjadi tidak berharga. Kita menjadi sedikit pengecut dan merasa takut  kalau kalau orang lain berkuasa atas diri kita, hanya karena kita mengakui kesalahan kita. Perasaan takutitulah yg membuat kita enggan.
 
Semua nya adalah perkiraan yang salah. Kemampuan meminta maaf sebenarnya menunjukan kekuatan hati kita. Kita cukup kuat dan memiliki kejujuran serta kepercayaan diri yang cukup sehingga kita tidak perlu berpurapura menjadi seorang yang tak punya salah. Kita dapat mengakui kelalaian kita.Memiliki kesalahan tidak lantas menjadikan kita keranjang sampah! Banyak sekalisituasi yg menegangkan dapat dicairkan oleh sebuah kata sederhana, "saya mintamaaf." Seringkali apa yg diinginkan seseorang adalah persetujuan kita bahwa dia memang sedang terluka dan pengakuan tentang andil kita didalamnya.
 
Sebaliknya, kalau ada seseorang yang meminta maaf kepada kita, sudah sepatut nya kita memaafkannya. Ini adalah satu janji Bodhisattva.Kalau kita juga masih mendendam rasa dendam walaupun seorang sudah minta maafpada kita, sesungguh nya kita sedang menyiksa diri kita sendiri. Dan ketika kita melakukan balas dendam, tentunya akan menyakiti mereka. Apa guna nya keduahal tadi? Orang seperti apa kita ini kalau ternyata menemukan kebahagiaan dalam konflik yang penuh dendam dengan orang lain?
 
Marilah kita ubah dikit situasi nya. Kali ini, kita dikritik atas apa yang sebenarnya tidak kita lakukan . atau, kita memang melakukankesalahan kecil namun orang tersebut menuduh kita atas satu kesalahan yang jauhlebih besar. Meskipunterjebak dalam hal seperti demikian, tetap tidak ada alasan bagi kita untuk marah. Hal itu sama dengan ketika ada seseorang mengatakan bahwa kita memiliki tanduk dikepala kita. Kita tidak memilikitanduh. Orang yang mengatakan itu hanya membesar-besarkan kenyataan yang ada.Apa yg dia katakan bukanlah kenyataan. Dia melakukan kesalahan. Hal yang sama ketika seseorang menyalahkan kita secara tidak tepat, tidak ada alasan bagi kita untuk marah atau kecewa, karena yang dikatakan tidak benar.
 
Tentu saja hal itu bukan berarti bahwa kita harus diam tanpa usaha apapun untuk meluruskan kesalahpahaman pada saat seseorang berbohong atau membesar-besarkan masalah. Setiap situasi harus dicermati secara terpisah menggunakan kebijaksanaan kita untuk membedakan. Dalam beberapa kasus, lebihbaik bagi kita untuk membiarkan tanpa usaha untuk meluruskan masalah, bahkandikemudian hari sekalipun. Orang itu sendiri yang nanti nya akan menyadari kesalahannya, mungkin argumen kita tersebut hanya akan menambah besarnya masalah.
 
Sebagai contoh ketika ibu kita sedang tidak mood dan mulai marah marah pada kita, lebih baik kita diamkan saja. Maafkanlah dia. Kalau kamu berusaha memberikan penjelasan padanya, dikarenakan dia sedang emosi, dia bisabisa malah tambah marah. Dan kalau kondisinya sudah seperti itu,maka kita akan marah pada ibu kita karena dia marah pada kita. Sungguh merupakan hal yangsangat menyebalkan dan mengganggu kalau kita berupaya mengoreksi setiap orang setiap kali dia mengatakan sesuatu yang kurang tepat. Akibatnya, tidak seorangpun menginginkan kita berada disekitar mereka.
 
Dalam situasi yang lain lagi, walaupun akan terasa menyakitkan, kita harus menjelaskan tentang tindakan kita itu dan proses mengapa sampai terjadi kesalah pahaman dengannya kepada orang itu. Hal itu merupakan tanggung jawab kita dan juga untuk meredakan amarah mereka.
 
Saat paling tepat untuk mendiskusikan kesalah pahaman atau perselisihan adalah ketika kita maupun orang itu tidak sedang dalam kondisi panas akibat marah. Pertama, kalau kita sedang marah,kita tidak dapat mengutarakan maksud kita dengan baik dan hal tersebut akan menyebabkan situasi yang lebih buruk. Ketika seseorang membentak kita, umumnya apa yg dia bicarakan tidak akan kita dengarkan karena kita tidak senang dengan cara bicaranya. Hal ini sama ketika kita juga sedang bicara sambil marah marah kepada orang lainyang juga tidak akan memperhatikan apa yang kita bicarakan. Jadi pertama, kitaperlu mendinginkan kepala dulu dengan beberapa teknik latihan meredakan amarah.
 
Kedua, saat orang lain sedang marah, ia tidak akan mendengarapa yg kita  katakan. Ketika sedang 'naikdarah' kita tidak akan mendengarkan perkataan orang lain karena amarah sedangmeingkupi kita pada saat itu. Demikianlah, biarkan orang itu menjadi lebihtenang dahulu, barulah kemudian didekati ketika pikirannya sudah lebih terbuka.
 
Ketika kita menjelaskan tindakan tindakan kita dan prosesterjadinya kesalahpahaman tersebut pada orang itu, lebih baik kita menggunakankata kata yang lebih bersahabat daripada bernada menyalahkan. Kita tidak akandirugikan dengan sikap kita yang rendah hati  dan dengan menawarkan penjelasan yang jujur.Sesungguhnya, bagi mereka yang telah mengambil janji Bodhisattva, justrumenjadi kewajiban kita untuk meringankan penderitaan mereka mereka yang marahpada kita. Sangat jahat pabila kita dengan sombong mengatakan, "kamu marah yah urusanmu" , lantas menjauhkan orang yang telah bertengkar dengan kita.
 
Jadi, senantiasa ingat perumpamaan hidung dan tanduk tadi sebagai salah satu obat anti marah.
 
 
~continue
Tadyatha hum Gate-gate param gate Parasamgate bodhi Svha.. _/\_

Offline anthony

  • Teman
  • **
  • Posts: 55
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Sabbe Sankhara Anicca
HIDUP & AMARAH Part III
« Reply #2 on: 08 October 2010, 11:23:04 PM »
6. BERTINDAK ATAU TENANG
 
Teknik yang lain juga sangat sederhana. Katakanlah kita sedang dalam situasi yang sungguh buruk. Jikalau hal tersebut dapat diatasi,mengapa kita harus marah? Kita dapat melakukan sesuatu tindakan, kita dapat mengubah situasi tersebut. Sebaliknya kalau ternyata kita tidak mampu mengubah situasi, lalu mengapa kita harus marah? Tidak ada sesuatu yang dapat dilakukan sehingga kita lebih baik menerima situasi tersebut dan bersikap tenang. Terlalu jauh terjerat dalam pusaran masalah malah akan menambah penderitaan yang memang sudah ada.
 
Teknik ini juga baik untuk dilakukan oleh mereka yang begitu sering khawatir. Tanyakanlah dirimu itu, "apa memang ada sesuatu yang dapa tsaya lakukan untuk mengubah situasinya?" kalau ternyata jawabannya adalah 'ya',maka tidak ada lagi yang perlu  kita khawatirkan. Kerjakanlah. Kalau ternyata jawabannya adalah 'tidak', maka sekalilagi, tidak juga berguna untuk khawatir. Tenang dan terima saja situasitersebut.
 
 
7. SEBAB DAN AKIBAT
 
Teknik lain untuk menghilangkan efek amarah adalah dengan mempelajari bagaimana sampai kita terlibat dalam situasi yang tidak menyenangkan itu. Seringkali kita merasa seperti selayaknya korban yang tidak bersalah atas perbuatan orang orang yang tidak adil. "alangkah malangnya diriku! Aku tidak bersalah. Aku tidak berbuat kesalahan tetapi sekarang orangyang menyebalkan ini sedang menarik keuntungan dari saya!"
 
Bukankah itu mentalitas seorang korban? Dengan menjadi marah kita membuat diri kita sendiri menjadi korban. Bukan orang lain yang membuat kita menjadi korban. Kita bukanlah korban atas kemarahan orang lain. Kita adalah korban amarah kita sendiri. Boleh saja seseorang menyalahkan kita akan tetapi kita akan menjadi korban hanya pada saat kita melihat situasi tersebut dari sudut pandang tertentu, dan kemudian kita marah atas 'penglihatan' kitatersebut. Pengertian kalimat tadi cukup mendalam dan penting. Marilah kita gali sedikit lebih ke dalam.
 
" Kasihan sekali aku! Aku tidak mengganggu siapapun tetapi sekarang orang orang ini menyalahkan saya. "Aapakah tepat kalimat tadi dilontarkan  berkenaan dengan pengalaman kita? Daripada langsung emosi dan mempermasalahkan pihak lain, marilah kita bersama menyadari bahwa suatu situasi itu memiliki ketergantungan untuk dapat muncul. Kemunculan situasi tergantung pada kita sendiri dan pihak lain tadi.
 
Pertama tama marilah kita meninjau hal hal apa saja yang biasa nya dalam kehidupan sekarang ini kita untuk menimpali seseorang yg telah memperlakukan kita secara kurang baik. Bagaimana kok kita bisa sampai pada situasi seperti ini? Apa yg telah kita lakukan pada orang itu sehingga ia tersinggung dan memperlakukan kita seperti itu? Kita harus selalu berusaha jujur, benar benar jujur kepada diri kita sendiri. Barangkali kita tidak sepenuh nya benar. Mungkin saja ternyata kita sebetulnya ingin memanfaatkan dia namun tidak berhasil. Dia lantas tahu dan menjadi marah sehingga kitapun merasa kecewa dan terancam. Namun pada dasarnya, kenyataan tersebut disebabkan oleh perbuatan kita sendiri.
 
Dengan sedikit bertimbang rasa, kita akan mampu menyadari dan mrmperbaiki kesalahan kita.berangkat dari hal itu kita dapat terhindar dari kejadian serupa dimasa mendatang .
 
Hal itu juga berarti bahwa kita harus bertanggung jawab atas terjadinya situasi demikian, terlepas apakah orang tersebut bereaksi secara berlebihan atau tidak. Dengan mengenali kesalahan ataupun motivasi yang buruk,kita akan menyadari bagaimana sebenarnya tingkah laku kita berpengaruh pada orang lain. Menghindari tindakan yang destruktif/merusak, kita juga menjaga agar tidak memancing orang lain untuk menyakiti kita dimasa depan.
 
Nah tadi kita telah melihat perbuatan kita masa sekarang yg memicu terjadinya perselisihan tesebut. Sekarang marilah kita tinjau dari sudut pandang yg lebih luas, yaitu yg meliputi beberapa masa kehidupan. Tentunyapembahasan ini akan membawa kita kepada topik mengenai karma – tindakan-tindakan yang disertai niat. Tindakan tindakan yang kita lakukan akan membekas pada kesadaran kita. Jejak jejak tersebut pada saatnya akan menghasilkan pengalaman kehidupan kita.
 
Segala yang kita alami sekarang ini merupakan hasil dari apa yg telah kita lakukan dikehidupan lampau. Katakanlah seseorang memukuli kita.Hal tersebut menandakan bahwa  kita pernah menyakiti orang lain. Dengan mengalami kejadian tersebut berarti dulunya kita telah pernah melakukan sesutatu. Karma, yaitu tindakan beserta hasilnya,dapat di ibaratkan seperti bumerang. Kita lempar bumerang itu maka ia akan kembali pada kita. Demikianlah, kalau kita berbuat sesuatu pada orang lain maka sebenarnya kita melepaskan sejumlah energi kedalam semesta yg suatu saat pastiakan kembali pada kita.
 
Dengan memiliki pengertian seperti itu  akan membuat kita lapang dada dalam menerima tanggung jawab atas terjadinya satu keadaan. Kita bukanlah sang korban . kita telah berulang kali menyakiti orang lain dalam masa kehidupan lampau, bahkan dalam kehidupan inipun  kita bisa melihatbahwa kita bukannya sudah menjadi malaikat. Kita sudah menyakiti perasaan oranglain, kita sudah menendang anjing dan sebagai anak anak kita pernah berkelahi dengan anak lainnya ditaman bermain.
 
Sekarang kita sedang menerima hasil dari perbuatan perbuatan tersebut. Tidak ada satu halpun yg diherankan. Jejak jejak perbuatan negatif yg telah kita tanamkan sedang berbuah. Dengan pemahaman demikian. Kita akan mampu bersikap nahwa tidak ada alasana untuk marah kepada orang lain. Ia hanyalah kondisi pendukung saja, yg sesungguhnya kitalah sumber utama segala situasi tersebut.
Jangan salah mengartikan dengan bersikap kejam dan selalu menyalahkan diri sendiri. Sungguh merupakan hal yang sangat ekstrim kalau kita berpikir, " Aku sungguh merupakan orang yg tidak berguna. Semua orang berhak memukuliku dan mengambil keuntungan dariku karena aku memang pantas menerimanya."Pandangan dan pemikiran seperti itu benar benar tidak tepat.
 
Sebaliknya adalah sesuatu yang lebih baik kalau kita mengartikan nya sebagai, "ya, aku pernah menyakiti orang lain dimasa lalu. Sekarang hasil nya kembali padaku. Kalau memang pengalaman ini tidak menyenangkan,  aku seharusnya lebih berhati hati dalam memperlakukan orang lain sehingga aku tidak membuat sebab untuk bertemu pengalaman serupa lagi."
 
Dengan cara demikian kita seharusnya belajar dari kesalahan kita. Yang penting bukanlah kita perlu mengingat secara tepat  apa yang telah menjadi pemicu semua permasalahan kita sekarang. Cukuplah dengan memiliki pandangan umum tentang hal hal apa yang kita lakukan dimasa lampau sehingga memicu  situasi dimasa sekarang. Walhasil, kita mampu membuat keputusan untuk tidak melakukan lagi dimasa mendatang.
 
Kalau anda memiliki ketertarikan dalam mempelajari karma dan akibatnya secara lebih mendalam, silahkan anda membaca buku karangan Dharmaraksita yg berjudul The Wheel Of Sharp Weapon. Buku kecil tersebu tmenjelaskan hubungan antara pengalaman kita masa kini dengan perbuatan masa lampau kita. Buku tersebut juga menganjurkan kepada kita untuk membatas itingkah laku kita yang egois, yang bisa memacu kita melakukan perbuatannegatif.
 
Latihan berpikir demikian dapat membuat kita mampu mengubah situasi yang buruk menjadi sebuah jalan menuju pencerahan. Bagaimana caranya?Kita perlu memikirkannya dalam  kerangka yangmembangun kita belajar dari kesalahan masa lampau daripada  hanya sekedar terjebak dalam situasimentalitas sikorban.
 
~continue
Tadyatha hum Gate-gate param gate Parasamgate bodhi Svha.. _/\_

Offline anthony

  • Teman
  • **
  • Posts: 55
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Sabbe Sankhara Anicca
HIDUP & AMARAH Part IV
« Reply #3 on: 08 October 2010, 11:24:18 PM »
8. KEBAIKAN MUSUH KITA
 
Semakin kita berlatih dalam hal tadi, semakin kita menyadari bahwa orang yang menyakiti kita sesungguhnya sangat baik. Pertama, dengan menyakiti kita. Mereka telah membantu mematangkan karma kita. Jadi, karma kita itu sudah selesai. Kedua, dengan menyakiti kita, mereka telah memaksa kita untuk memeriksa perbuatan kita agar kita mampu membuat keputusan yang kuat tentang bagaimana sebaiknya kita bertindak dimasa mendatang. Kesimpulannya,orang yang menyakiti kita sesungguhnya membantu kita untuk berkembang. Daripada teman kita merekalah sesungguhnya lebih baik kepada kita.
 
Kenyataan malahan musuh kita adalah lebih baik daripada Buddha itu sendiri. Hal ini memang sulit masuk akal. "Apa yang kau maksudkan dengan perkataan itu? Buddha memiliki sifat welas asih yang sungguh sangat sempurna bagi siapapun. Buddha tidak akan menyakiti seekor lalat. Bagaimana mungkin musuh saya yang 'begini dan begitu' bisa dikatakan lebih baik dari pada Buddha sendiri?"
 
Lihatlah dengan kacamata sepert ini : untuk menjadi seorang Buddha, kita perlu melatih kesabaran. Sifat sabar tersebut adalah satu perilaku yang sangat bermanfaat dan sekaligus merupakan latihan Boddhisattva yang penting. Tidak mungkin menjadi seorang Buddha kalau tidak dapat bersabar dan bertoleransi.
 
Dengan siapakah kita berlatih sabar? Bukan dengan Buddha karena ia tidak membuat kita marah. Tidak juga dengan teman teman kita karena mereka bersikap baik kepada kita. Siapakah yang memberi kesempatan pada kita untuk melatih kesabaran? Siapa yang begitu baik dan menolong kita menumbuhkan sifat sabar? Hanya orang orang yang menyakiti kita saja. Hanyalah musuh kita.Jadi, musuh kita dapat dikatakan lebih baik hati pada kita daripada Buddha itu sendiri.
 
Guru saya yang menjelaskan hal tersebut pada saya. Pernah saya dulu menjadi seorang wakil direktur suatu kelompok kerja. Saya tidak pernah bisa sepaham dengan direkturnya. Itulah sebabnya mengapa saya kemudian kenal baik dengan Bab Enam buku berjudul 'A Guide to the Bodhisattca's way ofLife' (jalan hidup Boddhisattva). Sepanjang hari saya merasa kesal pada orang itu dan pada malam harinya saya kembali kekamar dan merenung, "kacau lagi! Pikiran macam apa yah yg dipikirkan oleh Shantideva untuk menghadapi situasi seperti ini?"
 
Akhirnya saya berhenti dari pekerjaan tersebut. Saya berangkat ke Nepal dan bertemu dengan guru saya, Zopa Rinpoche. Kami sedang duduk duduk di beranda rumahnya, memandangi pegunungan himalaya, sangat tenang dan damai. Lalu Rinpoche bertanya pada saya, "siapakah yang menurutmu lebih bersahabat dengankamu, si Sam(direktur nya trdahulu) atau sang Buddha?"
 
Dalam hati saya berkata, "anda pasti sedang bercanda, jelas tidak dapat dibandingkan. Sudah nyata kalau Buddha itu sangat baik. Si Sam itu sih tidak ada apa-apanya." Jadi akhirnya saya menjawab, "tentunya Buddha."
 
Rinpoche memandang saya seakan hendak mengatakan, "Rupanya kamu masih juga belum mengerti!" lalu ia berkata, "Sam telah memberikan kesempatan padamu untuk berlatih sabar. Tidak demikian dengan Buddha. Kamu tidak dapat berlatih kesabaranmu dengan Buddha. Dengan demikian sebenarnya si Sam yg lebih baik padamu daripada sang Buddha."
 
Saya hanya bisa duduk terpaku dan diam, berusaha mengertiapa yang beliau maksudkan. Lama lama, dengan berlalu nya tahun demi tahu, akhirnya saya mengerti. Sungguh merupakan suatu hal yang menarik sewaktu kita menyadari perubahan pribadi kita melalui cara pandang seperti ini.
 
Jadi, satu cara lain yang bisa digunakan untuk berpikir dikala kita marah adalah : bayangkan, betapa baiknya musuh kita dan pikirkan tentang adanya satu kesempatan untuk berlatih sabar. Gunakan situasi yang kurang menyenagkan tersebut sebagai suatu tantangan untuk menolong anda tumbuh.
 
 
9. BERIKAN KESAKITAN ANDA
 
Cara yang lain lagi adalah dengan memberikan rasa sakit dan tidak enak itu  kepada pikiran kita yang mau enaknya sendiri, yang sesungguhnya musuh kita. Semakin kita bertambah awas terhadap pikiran maupun perbuatan sendiri, tentang bagaimana hal itu semua berpengaruh pada orang lain, dita dapat menyadari bahwa sikap egois kita dapatmenyebabkan banyak sekali masalah. Dengan dimotori oleh pikiran kita yang mementingkan diri sendiri, kita melakukan banyak tindakan yang mengakibatkan penderitaan pada orang lain, yang membuat kita malu dikemudian hari. Hampir semua konflik yang kita temui disebabkan oleh sikap egois : kita ingin seperti ini sedangkan orang lain ingin begitu. Kita mengatakan bahwa pemikiran kita yang benar sedangkan orang lain itu yakin bahwa idenya yang benar. Lebih lanjut, sikap egois adalah salah satu penghambat kemajuan spiritual yang terbesar karena ia mengakibatkan kita enggan berlatih Dhamma.
 
Jadi, musuh sesungguh nya yang menghalangi kebahagiaan dan kesejahteraan kita adalah sikap ingin menang sendiri. Kita harus sungguh sungguh berpedoman pada kebenaran ini. Ketika seseorang melemparkan kritik kepada kita, berkhianat ataupun menyakiti kita biasanya kita akan merasa sakit dan marah. Perasaan kita berkata, " Berani nya orang ini melakukan hal ini padasaya!" Tetapi respon seperti ini menunjukan suatu sudut pandang kita pribadi terhadap masalah tersebut. Pandangan tersebut sudah dicemari oleh 'AKU', 'perasaanKU' dan 'apa yang telah terjadi padaKU'. Namun demikian, sikap ingin menang sendiri tersebut bukan berarti suatu warisan yg harus kita terima. Sikap itu seperti layaknya seorang pencuri yang memasuki sebuah rumah. Kita dapat mengusirnya ketika kita sadar bahwa kehadiran nya membahayakan.
 
Setelah kita merenungkan tentang kerugian memiliki sifategois itu, maka sekarang bila kita mengalami sesuatu yang menyakitkan, terima saja perasaan itu lalu lemparkan kepada egoisme tersebut. Daripada kita mengeluh, "sebal! Saya tidak suka mendengar perkataan nya," lebih baik kita katakan, "bagus! Semua perasaan tidak enak yang saya alami ini saya limpahkan kepada sikap egoisme yang saya punya. Toh, memang sikap itulah yang menjadi musuh utama saya, jadi biarkan saja dia yang merasakan nya." Dengan demikian kita dapat terkekeh, "ha...ha....., egoisme. Daripada kamu membuat saya menderita, saya akan memberikan rasa sakit dan khawatir ini!"
 
Kalau kita sunguh sungguh mempraktikan ini dengan baik, maka kita akan merasa senang pada saat orang melancarkan suatu kritik atau menyakiti kita. Hal ini bukanlah berarti kita senang menyakiti diri sendiri, tetapi  karna kita telah membuang perasaan yang merusak tadi pada musuh nyata kita, yaitu sikap egois kita sendiri. Kita tidak perlu merasa marah lagi. Lagi pula musuh kita, yaitu sikap egois tersebut sekarang mengalami penderitaan, sehingga patutlah kita bergembira.
 
Selanjutnya, semakin sering orang tersebut menyakiti kita maka akan semakin bahagia nya kita. Malahan kita mungkin saja akan berpikir,"Ayo kritik saja terus. Saya ingin supaya egoisme saya dilukai." Ini memang merupakan suatu teknik latihan pikiran yang sangat ekstrim. Saat saya pertama mendengar tentang itu semua , lantas saya berpikir, "sangat tidak mungkin! Apa maksud nya saya harus bergembira ketika saya dikritik orang itu? Bagaimana mungkin saya praktik latihan seperti ini?"
 
Saya ingin berbagi sedikit pengalaman pribadi saya ketika saya pertama kali mempraktikan latihan ini. Wahh.... sungguh tidak terlupakan! Ketika itu saya sedang berada di Tibet dan melakukan napak tilas bersama dengan lima orang lainnya ke Lhamo Lhatso, sebuah danau terkenal di ketinggian 18.000 kaki.Danau ini demikian terpencil sehingga perjalanan kami harus ditempuh dengan menunggang kuda. Ada satu masalah dengan kuda salah satu kawan saya sehingga dia harus jalan menuntun kudanya. Henry sudah lapar dan kelelahan akibat perjalanan panjang dan ketinggian yang kami tempuh tersebut. Apalagi karena dia tidak dapat menaiki kudanya dan harus berjalan. Kemudian saya menawarkan kuda saya karena saya merasa kondisi saya masih baik baik saja.
 
Well..., Henry meledak. Dan, seperti orang marah pada umumnya, mereka bisa mengingat kesalahan kita sepuluh tahun yang lampau. Lalu dia menceritakan kesalahan saya yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, semua masalah dengan orang lain yang saya sebabkan, yang menurut dia pun'katanya'...., pokoknya semua kesalahan saya!
 
Begitulah kita didalam suatu perjalanan ziarah ketempat suci disuatu tempat yang tentram di Tibet,dengan dia yang terus menceritakan, "Kamu telah melakukan ini dan itu. Banyak sekali orang yang mengeluh tentang kamu."
 
Pada dasarnya, saya memang orang yang sangat sensitif terhadap kritik orang lain serta mudah sekali sakit hati. Jadi pada saat itu saya memutuskan, "saya berikan rasa sakit ini pada sifat ke-akuan yang saya miliki." Perenungan seperti itu saya lakukan sepanjang perjalanan tersebut, dan sungguh mengherankan, saya mulai dapat berpikir, "Wahh... bagus,bagus. Saya menyambut baik kritik darimu. Saya akan belajar dari hal tersebut. Terimakasih karena dengan anda menjabarkan kesalahan saya berarti anda menolong saya untukmenerima karma buruk saya. Semua rasa sakit yang saya terima ini saya limpahkan kepada sifat ke-akuan yang saya miliki karena dialah musuh sejati saya."
 
Sungguh ajaib! Sambil terus melanjutkan perjalanan sepanjang jalur pegunungan, saya merasa, "katakan lebih banyak lagi. Benar benar menyenangkan!" akhirnya, kami mulai mengatur tenda dan membuat teh untuk sore itu. Pikiran saya diliputi kedamaian yang penuh. Saya rasa itu merupakan berkah yang saya dapatkan dari perjalanan ziarah tersebut. lHal tersebut membuktikan pada diri saya bahwa sesungguhnya kita bisa merasakan kebahagiaan itu walau pada saat itu munculnya hal hal yangtidak kita harapkan. Jadi saya tidak perlu lagi bersikap seperti dulu lagi, "Alangkah malangnya diriku! Orang lain tidak menghargai saya."

~continue
Tadyatha hum Gate-gate param gate Parasamgate bodhi Svha.. _/\_

Offline anthony

  • Teman
  • **
  • Posts: 55
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Sabbe Sankhara Anicca
HIDUP & AMARAH Part V
« Reply #4 on: 08 October 2010, 11:24:47 PM »
10. SUDAH DASARNYA ORANG ITU TIDAK MENYENANGKAN?
 
 
 
Masih ada lagi teknik untuk menghalangi timbulnya rasa marah ketika seseorang menyakiti kita. Tanyakan pada diri kita, "apakah memang sifat dasar orang ini adalah menyakiti saya?" kalau memang sudah menjadi alamnya bagi seseorang untuk menyakiti dan bersikap kasar, maka marah padanyapun akan menjadi suatu hal yang sia sia. Hal itu akan sama seperti kita memarahi api karena sudah sifat alamnya untuk membakar. Memang begitulah sifat api ; memang begitulah sifat orang tersebut. Menjadi marah dan merasa kesal padanya adalah suatu hal yang tidak beralasan sama sekali.
 
 
 
Sebaliknya, kalau orang tersebut tidak memiliki sifat dasar untuk menyakiti kita, maka marah kepadanya juga tidak berguna. Perilaku yang kurang berkenan tadi hanyalah merupakan satu kebetulan saja ; itu bukanlah sifat dasarnya. Ketika sedang hujan bukanlah diri langit yang sesungguhnya.
 
 
 
Di satu pihak, kita bisa mengatakan bahwa sudah menjadi sifat dasar orang lain  untuk melempar kritik, mencari kesalahan serta mempersalahkan orang lain. Mereka adalah mahluk hidup yang masih terpenjara dalam lingkaran kehidupan, sehingga secara alamiah pikiran mereka masih diliputi kebodohan, amarah dan keterikatan. Begitu juga dengan pikiran kita sendiri. Kalau situasi nya sudah seperti itu, mengapa kita berharap orang lain dan kita sendiri sudah terbebas dari pandangan keliru dan emosi emosi yang negatif? sungguh tidak beralasan bagi kita untuk marah kepada mereka karena mereka menyakiti, sama tidak beralasannya kita untuk marah padaapi karena ia membakar. Memang sudah 'alamnya' seperti itu.
 
 
 
Dilain pihak, orang yang sifat dasarnya adalah menyakiti sekalipun, sesungguh nya memiliki hakikat diri terkecil untuk tidak menyakiti.Ia juga memiliki potensi keBuddhaan, sifat baiknya yang tersembunyi. Itulah hakikatnya yang asli. Tindakan kasarnya yang tadi seperti awan badai yang biasanya menutupi cerahnya langit. Perilaku tersebut bukan dirinya, jadi...untuk apa kita menyusahkan diri kita sendiri dengan menjadi tidak sabar? Berpikir dengan cara demikian sangat sangat amat membantu.
 
 
 
Kita perlu menerapkan teknik teknik tersebut dalam situasi yang nyata. Dalam meditasi sehari hari. Kita dapat menarik kembali perasaan sakit hati yang pernah kita alami dan melihatnya dengan teknik teknik tersebut.Semua dari kita memiliki simpanan pengalaman pengalaman menyakitkan ataupun dendam terhadap orang lain. Daripada kita berusaha menguburnya dalam dalam, akan lebih bermanfaat kalau kita berusaha untuk meninjau kembali dengan menggunakan teknik teknik di atas. Dengan cara ini, kita dapat melepaskan beban penderitaandan amarah kita.
 
 
 
Kalau kita tidak melakukan hal tersebut, mungkin saja kita dapat mendendam untuk 20 / 30 tahun. Kita tidak akan pernah lupa rasa sakit yang pernah kita peroleh dan menjadi menderita karena menjaga memori kita itu dengan hati hati. Sebagai contoh, selama retret penyucian saya yg pertama di India, saya menyadari bahwa saya masih merasa marah pada guru kelas 2 SD saya akibat tidak diperbolehkan turut dalam sebuah drama kelas. Hal ini terjadi 20 tahun yang lalu dan saya masih belum dapat memaafkannya.
 
 
 
Anggota anggota keluarga paling jago dalam hal menyimpan dendam. Saya kenal satu keluarga besar yang memiliki sekomplek tanah dengan 2buah rumah di atasnya. Mereka membelinya bersama sama sebagai rumah liburan.Ketika terjadi suatu pertengkaran antara penghuni rumah yang satu dengan anggota keluarganya yang tinggal dirumah lain, mereka mereka tidak pernah lagi berbicara antara mereka. Lebih dari 40 tahun yang silam mereka memutuskan untuk saling membenci dan tidak saling berbicara sepanjang hayat dikandung badan.Sekarang keluarga tersebut masih melakukan liburan bersama walaupun tetapi tidak berbicara satu dengan yang lain. Sungguh tidak masuk akal bukan?
 
 
 
Marilah kita meninjau dendam yang kita simpan selama bertahun tahun : terjadi suatu insiden kecil – seseorang tidak datang ke acara pernikahan maupun penguburan, atau seseorang mencibir pada kita, atau seseorang mempermalukan kita di muka umum – dan kita bersumpah untuk tidak pernah berbicara lagi atau bersikap ramah padanya seumur hidup kita. Begitu mudah nyakita menjaga sumpah seperti itu, tetapi sangat sulit untuk menjaga sumpah tidak berbuat bohong atau berbuat licik.
 
 
 
Selama bertahun tahun kita marah pada satu orang. Tetapi siapa sebetulnya yang rugi? Siapa yang menderita? Selama kita mendendam, bukan orang lain yang menjadi menderita. Dia biasanya langusung melupakan tentang insiden tersebut. Bahkan didalam situasi yang lebih serius, misalnya saja perceraian, mungkin saja pasangan kita tersebut sudah memaafkan kita. Tapi dalam situasi yang manapun juga, kita terpatri pada rasa sakit itu seakan akan terpahat diatas batu. Seseorang bersumpah serapah pada kita satu kali saja,tetapi dengan berulang kali mengingatnya dalam memori kita, hari demi hari,kita seakan sedang menghidupkan kembali lagi.ini sesungguhnya merupakan suatu wujud penyiksaan diri yang sempurna.
 
 
 
Memendam rasa dendam sungguh tidak menghasilkan apa apa.Sama seperti hal nya kanker yang memakan habis diri kita. Selama kita masihterbenam dalam kemarahan kita, kita tidak akan pernah bisa memaafkan oranglain. Tetapi sikap sulit memaafkan itu bukannya menyakiti orang lain melainkan diri kita sendiri.
 
 
 
Mengapa sangat sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain?Kita juga melakukan kesalahan. Kalau kita melihat kenyataan yang ada pada diri kita sendiri, kita akan menemukan saat saat ketika emosi negatif menguasai diri kita sendiri, kita akan menemukan saat saat ketika emosi negatif menguasai diri kita dan kitapun melakukan perbuatan yang belakangan kita sesali. Kita ingin agar orang lain mengerti dan memaafkan kesalahan kita itu. Lantas, mengapa kita tidak dapat memaafkan orang lain?
 
 
 
Tentunya kita dapat memaafkan orang lain, namun bukan berarti polos. Kita dapat saja memaafkan seorang peminum atas mabuknya, tetapi bukan berarti kita berharap agar dia sekarang juga harus berhenti minum minum.Kita mungkin saja mengampuni orang karena kebohongannya pada kita, tetapi alangkah sangat baik kalau pada masa yang akan datang kita tetap waspada danmeneliti kebenaran ucapan ucapannya. Anda juga dapat memaafkan pasangan anda karena penyelewengan yang terjadi dalam rumah tangga anda, karena hal tersebut justru akan membuat pasangan anda mencari tempat curhat diluar rumah.
 
 
 
Untuk membuat hati kita bebas dan terbuka, kita perlu membersihkan secara cepat: kita harus mengeluarkan semua dendam kita, meneliti kesakitan yang dikandungnya, tetapi bukannya mengulangnya kembali rasa menyesali diri yang sama dalam pikiran kita, kita dapat melihat situasi situasi tersebut dari sudut pandang yang baru, yaitu menerapkan beberapa teknik yang sudah kita bahas tadi.
 
 
 
Dengan cara demikian, kita akan terbebas dari kesusahan yang kita bawa dalam hati kita selama bertahun tahun. Sebagai tambahan nya, kita juga akan semakin terbiasa dengan teknik teknik tadi sehingga kita akan dapat mengingatnya secara cepat ketika kejadian yang serupa terjadi dalam hidupkeseharian.
 
 
 
 
 
11. APAKAH LAWAN KITA BERGEMBIRA?
 
 
 
Satu lagi teknik yang bisa digunakan untuk mengatasi amarah adalah dengan bertanya pada diri sendiri, "apakah orang yang menyakiti saya sedang bergembira?" seseorang memaki saya, mengeluhkan semua yang telah saya lakukan. Apakah dia sedang merasa gembira ataukah sedang kesal? Jelas sekali bahwa ia sedang merasa kesal. Itulah sebab nya ia berlaku demikian. Kalau dia tidak akan mau bertengkar.
 
Semua dari kita tahu bagaimana rasanya ketika mengalami tidak senang. Kenyataan seperti itulah yang sedang ia rasakan sekarang ini.Coba kita posisikan diri kita dalam kerangka pandangan dirinya. Ketika kita sedang tidak senang dan melepaskan uneg uneg kita, sesungguhnya apa yang kitaharapkan dari lawan bicara kita? Umumnya kita ingin agar mereka mau memahami kita, menolong kita.
 
 
 
Seperti itulah yang lawan kita rasakan. jadi bagaimana kita mampu marah atas uneg uneg yang disampaikan? Seharusnya ia merupakan obyek pelaksanaan sifat welas asih kita, dan bukannya amarah. Kalau kita berpikir secara demikian, kita akan menemukan bahwa hati kita dipenuhi kesabaran dan cintakasih bagi orang lain, tanpa menghiraukan bagaimana sikap mereka pada kita.
 
 
 
Perilaku kita berubah, karena tanpa melihat situasi darisudut pandang egoisme diri – apa yang dilakukan seseorang padaku – kita telah berusaha menempatkan diri pada posisi lawan bicara kita, menyelami penderitaannya, turut merasakan harapannya untuk bergembira. Dengan melihat bahwa kenyataan nya dia sama seperti kita juga, maka akan mudah untuk berpikir, "Bagaimana cara saya menolongnya?" perilaku yang seperti ini bukan hanya menghambat timbulnya amarah kita, melainkan juga memberi inspirasi dalam meringankan beban penderitaan orang lain.
 
 
 
Kita telah mendiskusikan beberapa teknik untuk membantumengatasi amarah kita. Secara ringkasnya :
 
 
 
1.      Ingatlah perumpamaan tentang orang yang mengatakan kita memiliki hidung atau mengatakan kita memiliki tanduk. Kita dapat mengakui kesalahan kita, sama seperti kita mengakui kalau kita punya hidung di wajah kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk menjadi marah. Sebaliknya ketika seseorang menyalahkan kita tentang suatu hal yang sebenarnya tidak kita lakukan, hal tersebut sama seperti seseorang yang mengatakan tentang tanduk diwajah kita. Tidak ada alasan untuk marah pada segala hal yang tidak benar.
 
 
 
2.      Tanyakan pada diri sendiri, "adakah yang bisa saya lakukan tentang hal tersebut?" kalau ternyata bisa, rasa marah tidak punya tempat karena kita dapat memperbaiki situasi nya. Kalau ternyata kita tidak bisa mengubah situasi nya, marah marah juga tidak akan ada hasilnya bagi sesuatu yang tidak bisa kita perbaiki.
 
 
 
3.      Tinjaulah latar belakang bagaimana kita sampai bisa terlibat dalam situasi itu. Ada dua pertimbangan dalam hal ini :
 
    a.  Apakah yang telah saya lakukan sehingga muncul pertengkaran ini, maka kita akan mampu memahami alasan orang lain tersebut marah pada kita.
 
   b.    Kenalilah bahwa situasi yang tidak nyaman tersebut merupakan hasil perbuatan kita didalam kehidupan lampau maupun yang sekarang ini. Dengan menyadari bahwa tindakan kita yang destruktif tersebut yang menjadi penyebab utama terjadinya situasi sekarang ini, maka kita dapat belajar dari kesalahan lampau itu dan memutuskan untuk bertindak secara lebih baik dimasa mendatang.
 
 
 
4.      Ingatlah kebaikan musuh kita. Pertama, dia telah menunjukan kesalahan kita sehingga kita dapat memperbaikinya dan melakukan peningkatan kualitas karakter pribadi.Kedua, dia memberikan kesempatan pada kita untuk meltih kesabaran, yaitu suatu nilai yang diperlukan dalam membangun kualitas spiritual kita. Dengan carademikian. Musuh kita lebih baik daripada teman kita dan, bahkan Buddha.
 
 
 
5.      Berikan rasa sakit hati yang kita alami pada perilaku egois kita, dengan menyadari bahwa sikap demikianlah yang menjadi sumber segala masalah kita.
 
 
 
6.      Tanyakan diri sendiri, "Apakah memang sudah menjadi sifat dasar orang tersebut untuk berperilaku demikian?" kalau jawabannya positif, maka tidak ada alasan bagikita untuk marah, sebab hal itu akan sama seperti marah kepada api karena ia membakar. Kalau ternyata sifat orang tersebut untuk berperilaku demikian, sama sekali, sekali lagi amarah sungguh tidak realistis, sebab hal itu sama seperti marah kepada langit karena berawan.
 
 
 
7.      Renungkan kerugian kalau kita marah dan mendendam. Hal ini akan memberikan dorongan yang kuat pada kita untuk membebaskan diri dari emosi emosi perusak seperti itu.
 
 
 
8.      sadarilah bahwa lawan bicara kita sebenarnya sedang bingung dan tidak gembira sehingga ia menyakiti kita. Namun karena kita tahu bagaimana rasa nya ketika sedang tidak gembira, maka kita bisa bersimpati pada dia. Sehingga, dia menjadi obyek sifat welas asih yang kita miliki, bukan amarah.
 
 
 
 
 
Apakah teknik ini akan bekerja pada kita atau tidak,sepenuhnya kembali pada diri kita. Kita harus senantiasa melatihnya berulang ulang supaya tertanam dalam bentuk kebiasaan mental maupun emosional yang baru. Obat yang ditaruh didalam laci tidak dapat menyembuhkan penyakit. Sama hal kalau kita hanya mendengarkan ajaran tanpa praktik yang konkrit, hal itu tidakakan mengurangi amarah kita. Kondisi batin yang damai merupakan tanggung jawab kita masing masing.
 
 
 
Semoga bermanfaat..**
 
 
 
 
 
Penulis            :  Y.A THUBTEN CHODRON Mahathera
 
Penerbit         :  Dian Dharma
 
Penyusun       :  Anthony
Tadyatha hum Gate-gate param gate Parasamgate bodhi Svha.. _/\_

Offline Madagascar168

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: HIDUP & AMARAH Part I
« Reply #5 on: 09 March 2013, 07:37:59 PM »
sangat bermanfaat
terima kasih

 

anything