3. APAKAH BAIK UNTUK MELAMPIASKAN AMARAH?
Banyak pemberi terapi menganjurkan pasien nya untukmeluapkan marah akan hal hal yg terjadi pada masa yg lampau lalu melampiaskannya. Buntut nya ketika sang pemberi terapi dan pasien nya mendengar ajaran Buddha tentang kerugian amarah,mereka akan berpikir kalau sang Buddhamenganjurkan memendam amarah.
Bukan, beliau tidak menganjurkan untuk hal tersebut. Memendam atau menahan amarah belumlah terlepas dari amarah itu sendiri,melainkan hanya menyembunyikan nya. Kita mungkin dapat memasang senyum pada muka kita, tetapi kalau amarah itu masih ada di hati, berarti kita belum menyelesaikan nya. Hal itu bukanlah suatu bentuk praktik kesabaran namun samasaja dengan mencoba menjadi seseorang yg munafik! Lagipula, menggenggam amarahitu menyakitkan dan dalpat melukai kita.
Sangat penting bagi kita untuk jujur pada diri sendiri dan mengenali amarah kita daripada berpura pura seakan kita tida memiliki nya. Bagaimanapun juga mengenali amarah itu berbeda dengan menyatakan dalam perkataan atau perbuatan. Kalau kita melampiaskan amarah kita, kita beresiko menyebabkan kesedihan bagi orang lain. Bukan berarti kita kalau kita melampiaskan nya dengan memukuli bantal atau berteriak keras keras akan mengakhiri rasa marah dan rasa frustasiitu. Hal itu jelasnya hanya akan meleburkan energi amarah untuk sementara waktusaja. Kemudian, kita akan mulai membentuk suatu kebiasaan berteriak danmemukuli benda, yang juga tidak memberikan keuntungan apa apa.
Ada alternatif alternatif lain daripada sekedar menekan amarah ataupun melampiaskannya yang kedua nya merupakan tindakan sangat ekstrim. Buddhisme menganjurkankita untuk menyelesaikannya sampai hilang dan tak ada lagi. Selanjutnya hatikita akan bebas dari rasa amarah dan tindakan kita tidak akan mengancam kesejahteraan mahluk lain. Dengan pikiran yg jernih, kita akan dapat berdiskusidan memecahkan situasi yg sulit dengan orang lain.
4. BERLATIH KESABARAN
Apa yg dapat kita lakukan kala marah? Sang Buddha menggambarkan beberapa teknik untuk memupuk kembangkan kesabaran.
Sebagian besar teknik teknik ini dapat ditemukan dalam buku berjudul "a guide to the Bodhisattva's way of life (jalan hidup Bodhisattva) karangan seorang bijak nan agung dari india bernama Shantideva. Bab ke-6 dari buku tersebut merupakan bab terpanjang yg mengajarkan bagaimana menghindari amarah dan menumbuhkan kesabaran.
Pertama, kita harus mempelajari terlebih dahulu teknik-teknik untuk berurusan dengan amarah. Lantas barulah kita terapkan dengan meditasi. Hal ini akan membangun kebiasaan dan keyakinankita dalam cara cara baru untuk menyingkapi berbagai hal. Dengan melatih teknikteknik tersebut dalam suatu lingkungan yg damai duduk di atas bantal meditasi kita akan dapat membuat suatu kumpulan cara cara alternatif dalam menyiasati setiap situasi yang biasa nya membuat kita marah.
Berlatih dalam teknik teknik tersebut ketika kita sedang tidak marah merupakan saat yg baik. Hal itu seperti belajar mengemudi mobil.Kita tidak akan pergi kejalan tol pada sesi pelajaran awal karna kita belumterlatih dan tidak siap. Sebaliknya, kita berlatih seputar lapangan parkir untuk membiasakan diri dan perseneling dan gas nya,rem serta setirnya. Dengan pelajaran awal dilingkungan yg aman,kita akan dapat mengendarai mobil dalam situasiyg lebih sulit nantinya.
Sama dengan hal tadi, kita berlatih dalam kesabaran awal pada saat kita tidak sedang dalam kondisi konflik. Kita melakukan ini dengan mengingat ingat pengalaman masa lalu – situasi situasi yg telah kita lalui dengan amarah bahkan juga dengan kejadian yg telah kita lalui dengan amarah bahkan juga kejadian yg kalau kita ingat sekarang masih membuat geram atau sakit hati. Kemudian kita menerapkan teknik teknik tersebut pada hal itu :batin kita selayak nya sedang memutar ulang video tentang suatu kejadian, namun berusaha meninjau nya dari sudut pandang yg lain. Dengan meninjau kembal situasi situasi tersebut dari sudut pandang yg lain maka kita dapat mengurangi amarah. Akibatnya, kita dapat pula memandang diri kita secara lain dalammenanggapi orang luar.
Melakukan hal hal demikian itu tidak hanya akan menolong kita untuk melupakan rasa sakit hati dan dendam masa lalu, tetapi juga dapat membiasakan diri kita terhadap teknik teknik tersebut kita terapkan pada kejadian di masa yang akan datang. Jadi kapanpun kita mengalami satu rasa marah pada situasi dalam hidup kita,kita dapat memilih satu teknik dan menerapkan nya.
Terkadang kita menjadi begitu sulit untuk mengatasi amarah,walaupun sedang berada dalam lingkungan yg damai, karena kita telah terjebak dalam emosi masa lampau dan kesalahan persepsi. Tetapi kalau kita secarabertahap belajar untuk menjinakan mereka, maka kalau suatu ketika kita ditempat kerja, sekolah atau pertemuan keluarga, kita akan memiliki kesempatan berperang guna menaklukan amarah kala ia muncul. Dengan latihan yg teratur,bahkan kita dapat sama sekali mencegah muncul nya amarah.
Menjinakan amarah adalah suatu proses yang harus dilakukan secara teratur dan perlahan. Janganlah anda beranggapan bahwa kalau anda mendengarsatu dua hal pada malam hari ini maka amarah anda akan hilang selamanya keesokan hari. Bereaksi dengan suatu amarah adalah suatu kebiasaan jelek yang sudah begitu mendarah daging, yang sama seperti kebiasaan jelek lainnya,memerlukan waktu untuk dapat dihilangkan dari diri kita. Kita harus senantiasaberusaha menumbuhkan kesabaran.
Selanjutnya, kita juga harus belajar bersabar atas diri sendiri. Terkadang kita mungkin saja marah terhadap diri sendiri karena kita sudah marah marah pd orang lain. "ohh...betapa jahatnya saya. Bodoh nya saya ini. Sayakan sudah sebulan ini mendengarkan ceramah Dharma, tetapi masih saja gampang marah. Apanya sih yg salah dengan saya?" pendangan seperti itu hanya akan menambah permasalahan. Kita janganlah merasa 'bersalah, bodoh dan putus asa' hanya karena kita marah. Kita hanya belum terbiasa dan terlatih dalam kesabaran. Sesungguhnya kesabaran adalah suatu sifat yg bisa tumbuh berkatlatihan dan butuh waktu.
Dalam rangka memicu peningkatan sifat sabar, toleransi dan bijaksana – kesemuanya adalah sifat yg membuat batin kita bersih – juga sangatperlu bagi kita belajar untuk berkomunikasi secara jelas dengan orang lain.Dewasa ini banyak universitas, bisnis dan lembaga pendidikan informal yg mengadakan kelas kelas bertopik komunikasi, berpikir positif dan pemecahan masalah. Sementara teknik teknik ajaran Buddha menolong kita untuk meredakan amarah di dalam hati kita, kelas kelas tersebut di atas tadi mengajarkan kita teknik teknik cara menyimak dan berekspresi dengan baik.
5. OBAT ANTI AMARAH
Mari bersama sama kita lihat beberapa contoh dan membahas cara cara berhadapan dengan amarah ini. Menerima kritik seringkali memicu amarah kita. Adayg merasa dikritik hari ini? Saya tidak akan merasa heran kalau semua dari anda yg ada disini mengacungkan jari. Umum nya mendapatkan kritik memang sanga tmudah. Kalau ingin sesuatu misal nya uang. Kita masih harus bekerja untuk itu,namun kritik akan datang dengan sendiri nya tanpa perlu kita minta.
Bukankah saat kita dikritik, biasa nya kita merasa bahwa hanya kita yg selalu diperlakukan demikian? " saya sudah lakukan yg terbaik yg saya bisa, tetapi 'si boss' seakan selalu melewatkan kesalahan orang lain dan,celaka nya, dia melihat kesalahan saya. Begitu banyak orang yg menuding saya!"
Namun kalau kita berbicara pd orang lain, ternyata hampirsemua orang selalu merasakan bahwa dia terlalu banyak menerima kritik dar orang luar. Terbukti bahwa bukan hanya kita yg mengalaminya. Masalah nya, apa yang kita alami selalu tampak besar dari pada pengalaman orang lain karena kitamemang senantiasa berkiblat pada diri sendiri.
Pada saat kita mendapat kritik dari orang lain, reaksi spontan kita adalah amarah. Apa yg memicu reaksi seperti itu? Yang memicu hal itu adalah pandangan kita pada situasi tersebut. Walaupun mungkin kita tidak secara langsung menyadarinya, sesungguhnya kita memiliki pandangan, "saya sudahsempurna. Kalaupun saya berbuat salah ,paling paling itu hanya hal sepele.Orang yg menuding saya. Iya terlalu membesar besarkan kesalahan sepele itu,bahkan seakan mengagumkannya keras keras keseluruh dunia!betapa kelirunya diaitu!!"
Penjabaran tersebut merupakan gambaran yang terlalu disederhanakan atas apa yg sesungguhnya terjadi dalam batin kita, namun kalau kita awas kita akan menyadari perasaan itu. Tetapi apakah gambaran seperti itu benar? Apakah kita sempurna atau mendekati sempurna? Tentu saja tidak.
Ambilah satu situasi saat kita berbuat kesalahan dan oranglain lain melihat itu. Sekarang, kalau orang itu datang pada kita dan mengatakan kalau diwajah kita ini ada sebuah hidung, apakah kita akan menjadi marah karenanya? Tidak. Mengapa tidak? Karena sangat jelas karena kita memang memiliki sebuah hidung. Itu merupakan sebuah fakta yang bisa dilihat oleh seluruh dunia.Hanya saja kali ini seseorang menegaskan dan berkomentar akan hal itu.
Sama kejadian nya dengan kesalahan dan kelalaian kita. Halhal tersebut memang ada dalam diri kita, jelas sekali ada, dan seluruh duniapun dapat melihatnya. Orang tadi hanya berkomentar tentang sesuatu yg jelas disaksikan olehnya dan orang lain. Jadi, kenapa kita harus marah?kalau kitatidak marah ketika seorang mengatakan kita punya hidung, kenapa kita harusmarah saat dia mengatakan kita punya kesalahan?
Kita dapat menjadi tidak terlalu tegang kalau kita mengakuinya, "ya, saya telah berbuat salah." Atau, "ya, saya memang punyakebiasaan buruk." Daripada kita penyatakan perasaan "saya sempurna. Beraninya kamu mengatakan hal utu!", kita dapat sekedar mengakuinya dan meminta maaf.Dengan mengucapkan 'saya minta maaf' sesungguhnya dapat mencairkan suasana itu.
Memang berat bagi kita mengucapkan 'maaf' ,bukan begitu?Kita merasa seakan kita kehilangan sesuatu dengan meminta maaf, kita menjadirugi, kita menjadi tidak berharga. Kita menjadi sedikit pengecut dan merasa takut kalau kalau orang lain berkuasa atas diri kita, hanya karena kita mengakui kesalahan kita. Perasaan takutitulah yg membuat kita enggan.
Semua nya adalah perkiraan yang salah. Kemampuan meminta maaf sebenarnya menunjukan kekuatan hati kita. Kita cukup kuat dan memiliki kejujuran serta kepercayaan diri yang cukup sehingga kita tidak perlu berpurapura menjadi seorang yang tak punya salah. Kita dapat mengakui kelalaian kita.Memiliki kesalahan tidak lantas menjadikan kita keranjang sampah! Banyak sekalisituasi yg menegangkan dapat dicairkan oleh sebuah kata sederhana, "saya mintamaaf." Seringkali apa yg diinginkan seseorang adalah persetujuan kita bahwa dia memang sedang terluka dan pengakuan tentang andil kita didalamnya.
Sebaliknya, kalau ada seseorang yang meminta maaf kepada kita, sudah sepatut nya kita memaafkannya. Ini adalah satu janji Bodhisattva.Kalau kita juga masih mendendam rasa dendam walaupun seorang sudah minta maafpada kita, sesungguh nya kita sedang menyiksa diri kita sendiri. Dan ketika kita melakukan balas dendam, tentunya akan menyakiti mereka. Apa guna nya keduahal tadi? Orang seperti apa kita ini kalau ternyata menemukan kebahagiaan dalam konflik yang penuh dendam dengan orang lain?
Marilah kita ubah dikit situasi nya. Kali ini, kita dikritik atas apa yang sebenarnya tidak kita lakukan . atau, kita memang melakukankesalahan kecil namun orang tersebut menuduh kita atas satu kesalahan yang jauhlebih besar. Meskipunterjebak dalam hal seperti demikian, tetap tidak ada alasan bagi kita untuk marah. Hal itu sama dengan ketika ada seseorang mengatakan bahwa kita memiliki tanduk dikepala kita. Kita tidak memilikitanduh. Orang yang mengatakan itu hanya membesar-besarkan kenyataan yang ada.Apa yg dia katakan bukanlah kenyataan. Dia melakukan kesalahan. Hal yang sama ketika seseorang menyalahkan kita secara tidak tepat, tidak ada alasan bagi kita untuk marah atau kecewa, karena yang dikatakan tidak benar.
Tentu saja hal itu bukan berarti bahwa kita harus diam tanpa usaha apapun untuk meluruskan kesalahpahaman pada saat seseorang berbohong atau membesar-besarkan masalah. Setiap situasi harus dicermati secara terpisah menggunakan kebijaksanaan kita untuk membedakan. Dalam beberapa kasus, lebihbaik bagi kita untuk membiarkan tanpa usaha untuk meluruskan masalah, bahkandikemudian hari sekalipun. Orang itu sendiri yang nanti nya akan menyadari kesalahannya, mungkin argumen kita tersebut hanya akan menambah besarnya masalah.
Sebagai contoh ketika ibu kita sedang tidak mood dan mulai marah marah pada kita, lebih baik kita diamkan saja. Maafkanlah dia. Kalau kamu berusaha memberikan penjelasan padanya, dikarenakan dia sedang emosi, dia bisabisa malah tambah marah. Dan kalau kondisinya sudah seperti itu,maka kita akan marah pada ibu kita karena dia marah pada kita. Sungguh merupakan hal yangsangat menyebalkan dan mengganggu kalau kita berupaya mengoreksi setiap orang setiap kali dia mengatakan sesuatu yang kurang tepat. Akibatnya, tidak seorangpun menginginkan kita berada disekitar mereka.
Dalam situasi yang lain lagi, walaupun akan terasa menyakitkan, kita harus menjelaskan tentang tindakan kita itu dan proses mengapa sampai terjadi kesalah pahaman dengannya kepada orang itu. Hal itu merupakan tanggung jawab kita dan juga untuk meredakan amarah mereka.
Saat paling tepat untuk mendiskusikan kesalah pahaman atau perselisihan adalah ketika kita maupun orang itu tidak sedang dalam kondisi panas akibat marah. Pertama, kalau kita sedang marah,kita tidak dapat mengutarakan maksud kita dengan baik dan hal tersebut akan menyebabkan situasi yang lebih buruk. Ketika seseorang membentak kita, umumnya apa yg dia bicarakan tidak akan kita dengarkan karena kita tidak senang dengan cara bicaranya. Hal ini sama ketika kita juga sedang bicara sambil marah marah kepada orang lainyang juga tidak akan memperhatikan apa yang kita bicarakan. Jadi pertama, kitaperlu mendinginkan kepala dulu dengan beberapa teknik latihan meredakan amarah.
Kedua, saat orang lain sedang marah, ia tidak akan mendengarapa yg kita katakan. Ketika sedang 'naikdarah' kita tidak akan mendengarkan perkataan orang lain karena amarah sedangmeingkupi kita pada saat itu. Demikianlah, biarkan orang itu menjadi lebihtenang dahulu, barulah kemudian didekati ketika pikirannya sudah lebih terbuka.
Ketika kita menjelaskan tindakan tindakan kita dan prosesterjadinya kesalahpahaman tersebut pada orang itu, lebih baik kita menggunakankata kata yang lebih bersahabat daripada bernada menyalahkan. Kita tidak akandirugikan dengan sikap kita yang rendah hati dan dengan menawarkan penjelasan yang jujur.Sesungguhnya, bagi mereka yang telah mengambil janji Bodhisattva, justrumenjadi kewajiban kita untuk meringankan penderitaan mereka mereka yang marahpada kita. Sangat jahat pabila kita dengan sombong mengatakan, "kamu marah yah urusanmu" , lantas menjauhkan orang yang telah bertengkar dengan kita.
Jadi, senantiasa ingat perumpamaan hidung dan tanduk tadi sebagai salah satu obat anti marah.
~continue