Mungkinkah ? :-?
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi ?
mungkin
1-karena dia bertekad di jalan bodhisatta
2-memenuhi hutang kamma sebelum kehidupan dia mencapai arahat
Bagaimana mungkin seseorang yang telah 'padam', masih bisa bertekad di jalan bodhisatta ?
apanya yang padam?
kapan padamnya, lalau untuk berapa lama
_/\_
Padam kilesanya dong, gimana seh. Sekali padam, ya selama-lamanya padam
saya tanya
adakah kilesa padam yang di babarkan oleh Guru Agung?
dan mengacu kata "selama-lamanya"
silahkan
_/\_
saya tanya
adakah kilesa padam yang di babarkan oleh Guru Agung?
dan mengacu kata "selama-lamanya"
silahkan
_/\_
Guru Agung yang ada di Tipitaka (Pali Kanon) memang seperti itu katanya (selama-lama-nya), Guru Agung yang di Kitab Lain berbeda lagi... apakah Guru Agung di kitab-kitab itu sama ? wkwkwkwkwk
anda bercanda
atau anda tidak tahu
. _/\_
dalam Tipitaka Pali, ketika seseorang mencapai Arahat, biasanya terdapat suatu formula sebagai berikut: “Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.” ==> formula ini mengindikasikan suatu pencapaian final
menurut anda Guru Agung di Kitab-kitab itu sama ? padahal yang satu isi-nya "NO RETURN" yang satu-nya masih ada kemungkinan RETURN.
Kok kayaknya mirip sama seorang member lama yak ? :D
yup setuju
pertanyaanya, setelah mencapai nibbana dalam kehidupan terakhir lalu mati
kemana mahluk ini?
pertanyaan inlah yang ingin disampaikan oleh TS
tidak seperti 2 saudara sedhamma di atas, dengan cetana asal-asalan menulis
pendapatnya
theravadin you don't have the answer right
(btw ane theravadin juga :))
19. “Bagaimana menurutmu, Vaccha? Misalkan terdapat api yang membakar di depanmu. Apakah engkau mengetahui: ‘Api ini membakar di depanku’?”
“Aku mengetahuinya, Guru Gotama.”
“Jika seseorang bertanya kepadamu, Vaccha: ‘Bergantung pada apakah api yang membakar di depanmu ini?’ – jika ditanya demikian, bagaimanakah engkau menjawab?”
“Jika ditanya demikian, Guru Gotama, aku akan menjawab: ‘Api ini membakar dengan bergantung pada bahan bakar rumput dan kayu.’”
“Jika api di depanmu itu padam, apakah engkau mengetahui: ‘Api di depanku ini telah padam’?”
“Aku mengetahuinya, Guru Gotama.”
“Jika seseorang bertanya kepadamu, Vaccha: ‘Ketika api di depanmu itu padam, ke arah manakah perginya: ke timur, ke barat, ke utara, atau ke selatan?’ - jika ditanya demikian, bagaimanakah engkau menjawab?”
“Itu tidak berlaku, Guru Gotama. Api itu membakar dengan bergantung pada bahan bakar rumput dan kayu. Ketika bahan bakar itu habis, jika tidak mendapatkan tambahan bahan bakar, karena tanpa bahan bakar, maka itu dikatakan sebagai padam.”
20. “Demikian pula, Vaccha, Sang Tathāgata telah meninggalkan bentuk materi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul lagi di masa depan. Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal bentuk materi, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudera. ‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku; ‘‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku; [488] ‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku; ‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku. Sang Tathāgata telah meninggalkan perasaan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan persepsi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan bentukan-bentukan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan kesadaran yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul lagi di masa depan. Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal kesadaran, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudera. ‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku; ‘‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku; [488] ‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku; ‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku.”
maaf, saya umat dhammacakka
tidak pernah posting di sini, di undang oleh salah satu dhamma duta
demi menghormatinya saya bikin ID ini hari ini
kalau ada masalah masa lalu, jangan di ingat
kalau orang berbuat jasa alangkah indahnya di ingat terus.
dan saya bukan theravadin
pertanyaanya di baca
yang di post oleh TS
_/\_
anda tidak melihat jawabannya dalam kutipan sutta itu? apakah benar anda seorang theravadin?jadi saya anggap anda menyimpulkan hal ini (yang di tanyakan TS) tidak mungkin
Quote from: MN 72 Aggivacchagotta Sutta
19. “Bagaimana menurutmu, Vaccha? Misalkan terdapat api yang membakar di depanmu. Apakah engkau mengetahui: ‘Api ini membakar di depanku’?”
“Aku mengetahuinya, Guru Gotama.”
“Jika seseorang bertanya kepadamu, Vaccha: ‘Bergantung pada apakah api yang membakar di depanmu ini?’ – jika ditanya demikian, bagaimanakah engkau menjawab?”
“Jika ditanya demikian, Guru Gotama, aku akan menjawab: ‘Api ini membakar dengan bergantung pada bahan bakar rumput dan kayu.’”
“Jika api di depanmu itu padam, apakah engkau mengetahui: ‘Api di depanku ini telah padam’?”
“Aku mengetahuinya, Guru Gotama.”
“Jika seseorang bertanya kepadamu, Vaccha: ‘Ketika api di depanmu itu padam, ke arah manakah perginya: ke timur, ke barat, ke utara, atau ke selatan?’ - jika ditanya demikian, bagaimanakah engkau menjawab?”
“Itu tidak berlaku, Guru Gotama. Api itu membakar dengan bergantung pada bahan bakar rumput dan kayu. Ketika bahan bakar itu habis, jika tidak mendapatkan tambahan bahan bakar, karena tanpa bahan bakar, maka itu dikatakan sebagai padam.”
20. “Demikian pula, Vaccha, Sang Tathāgata telah meninggalkan bentuk materi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul lagi di masa depan. Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal bentuk materi, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudera. ‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku; ‘‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku; [488] ‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku; ‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku. Sang Tathāgata telah meninggalkan perasaan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan persepsi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan bentukan-bentukan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Sang Tathāgata telah meninggalkan kesadaran yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya; Beliau telah memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul lagi di masa depan. Sang Tathāgata terbebaskan dari penganggapan dalam hal kesadaran, Vaccha, Beliau dalam, tidak terbatas, sulit diukur bagaikan samudera. ‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku; ‘‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku; [488] ‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku; ‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku.”
jadi saya anggap anda menyimpulkan hal ini (yang di tanyakan TS) tidak mungkin
lalu pertanyaan lanjutanya kemana para arahat ini
setelah mereka mati (paranibbana)
itu adalah kesimpulan anda, tapi saya tidak mengatakan demikian.pertanyaan di balas pertanyaan
setelah anda membaca kutipan sutta ini, bagaimana anda menjawab pertanyaan "kemana api setelah padam?"
pertanyaan di balas pertanyaan
live what you believe,
saya sudah berusaha mengangkat topik
ternyata disini hanya bermodal intelactual saja
sayonara.
Memangnya anda bermodal apa ???
pertanyaan di balas pertanyaan
live what you believe,
saya sudah berusaha mengangkat topik
ternyata disini hanya bermodal intelactual saja
sayonara.
Spekulasi dari saya.
Jika awal mulanya tidak ada api, kemudian timbul api, kemudian api padam karena habisnya bahan bakar.
Bisa saja dan ada kemungkinan api tersebut nyala kembali, jika "ada yang iseng" menyatukan bahan2 pembentuk api.
Tapi jika itu yang terjadi, api yang timbul akan benar2 baru, bukan api yang lama, karena tidak ada energi yang berkesinambungan.
Pada akhirmya, tetap no return, untuk makhluk yang sudah mencapai arahat.
pertanyaan yg dijawab pertanyaan adalah salah satu metode menjawab yg diajarkan oleh Sang Buddha, seperti jelas terlihat dalam sutta di atas. pertanyaan kemana Arahat setelah parinibbana adalah tidak relevan, maka Sang Buddha menggunakan perumpamaan api itu untuk menjelaskan.
di sini bukan bermodalkan intelactual, tapi kami berusaha sebisa mungkin untuk menggunakan rujukan sah daripada interpretasi pribadi yg mungkin tidak bisa dipertanggungjawabkan.
terima kasih sudah mengangkat topik. selamat jalan.
apakah dengan segala pengetahuan dan praktek anda
anda dapat menangkap saya siapa?
lalu kalau anda menjawab pernyataan atau pertanyaan saya
cetananya apa?
apakah anda merasa lebih bijak, sama atau lebih rendah
itu yang terutama
atau isi, dari pembahasan yang utama?
apa cetana anda?
apa tujuan anda belajar dhamma?
saya menghargai pendapat anda
_/\_
lalu untuk apa para praktisi dharma mengetahui dan mempraktekan dharma
sampai mencapai arahat, jika ujung-ujungnya sama dengan kaum nihilisme
malah mereka yakin tampa pertimbangan kamma baik dan buruk
ini merupakan pandangan yang di hindari oleh Buddha Gotama?
Kita ribetin sedikit...
Kemanakah kamma dari seseorang yang telah mencapai kondisi batin nibbana ?
Apakah akan berbuah vipaka ?
atau... keseluruhannya tertelan nibbana ?
ataukah...
a. Seseorang yang telah mencapai nibbana sudah diluar kamma-vipaka ?
b. Seseorang yang telah mencapai nibbana impossible menanam kamma ?
c. Apakah feature "cetana" automatically deleted dari seorang mahluk yang mencapai kesucian arahat ?
di sini bukan bermodalkan intelactual, tapi kami berusaha sebisa mungkin untuk menggunakan rujukan sah daripada interpretasi pribadi yg mungkin tidak bisa dipertanggungjawabkan.Bisa sedikit diperjelas ?
a. seorang yg sudah mencapai nibbana tidak lagi menghasilkan kamma baru, walaupun masih tetap menerima vipaka selagi masih hidup.Dengan kata lain,
Bisa sedikit diperjelas ?
Saya tidak melihat ada jawaban dalam kalimat berikut
‘Beliau muncul kembali’ tidak berlaku;
‘‘Beliau tidak muncul kembali’ tidak berlaku;
‘Beliau muncul kembali juga tidak muncul kembali’ tidak berlaku;
‘Beliau bukan muncul kembali juga bukan tidak muncul kembali’ tidak berlaku.
Dengan kata lain,
Segala kamma beliau akan segera berbuah hasil sampai akhirnya yang bersangkutan parinibbana ?
Adakah kemungkinan beberapa kamma tidak sempat berbuah ?
Kita ribetin sedikit...
Kemanakah kamma dari seseorang yang telah mencapai kondisi batin nibbana ?
Apakah akan berbuah vipaka ?
atau... keseluruhannya tertelan nibbana ?
ataukah...
a. Seseorang yang telah mencapai nibbana sudah diluar kamma-vipaka ?
b. Seseorang yang telah mencapai nibbana impossible menanam kamma ?
c. Apakah feature "cetana" automatically deleted dari seorang mahluk yang mencapai kesucian arahat ?
Waktu saya belajar mind and mental factor, guru saya menjelaskan tentang mental factor (cetasika) yg
(1) selalu hadir (ini seperti perasaan, dll yg harus ada)
(2) netral
(3) tidak bajik (kilesa) --> ada 6, disebut sebagai faktor mental pengganggu
(4) bajik (11)
(5) faktor tidak bajik turunan (20) ----> klesha yg minor
dan sisanya.... gak usah dibahas, kita bahas yg kilesa aja
Kita tahu akar dari semua kilesa itu lobha, dosa, dan moha, daaaan akar dari 3 itu adalah pandangan salah tentang ego.
Ketika seorang mencapai nibbana, menjadi arahat, dia menghancurkan landasan untuk lobha dosa moha, dan sebagai akibatnya semua kilesa turunan juga tidak bisa muncul lagi.
Ini tidak berarti pikiran berhenti, karena faktor mental lain dan kesadaran utama masih ada. Bedanya, pikiran seorang arahat tidak lagi mempunyai klesha, dan tidak mungkin ditimbulkan lagi.
Nah, guru saya kemudian mengumpamakan kesadaran itu seperti aliran sungai. Kesadaran sekarang diciptakan kesadaran momen sebelumnya, dan menimbulkan kesadaran momen selanjutnya. Awal dari kesadaran ini tidak dapat dilacak. Tetapi dengan mengikuti logika ini, seorang arahat kesadarannya masih "berlanjut".
Bedanya adalah, makhluk biasa terpenjara dalam samsara karena 2 hal: karma dan kilesa. Sementara Arahat sudah bebas dari karma dan kilesa. Kalau seorang arahat mau tidak terlahir lagi, dia mempunyai kebebasan untuk itu. Tetapi dengan logika yg sama, kalau dia bebas, seharusnya dia juga bebas mau lahir lagi.
Mekanismenya gimana saya masih gak jelas, karena sebab kelahiran melalui karma dan tanha kan udah dipotong, jadi gimana caranya arahat ini memunculkan nama-rupa tanpa tanha
banyak sekali kamma yg tidak memperoleh kondisi yg memungkinkannya untuk berbuah dalam kehidupan terakhir itu, dan semua kamma itu menjadi ahosi (expired)
rujukan sutta ada
atau ini pendapat pribadi
dimana anda menentang itu
terlepas dari hamil tanpa percampuran sperma + sel telur, maksudnya sang Buddha menjelaskan soal tanha - arahant itu nda komplit atau masih ada exception bro?
untuk pertama sekali saya membaca postingan disini
yang paham akan postingan TS, dan di jawab dengan tepat dan jujur
anumodanna
semoga meditasi anda berbuah
mungkinBisa ditunjukkan ajaran Guru Agung mana yang menyatakan poin 1?
1-karena dia bertekad di jalan bodhisatta
2-memenuhi hutang kamma sebelum kehidupan dia mencapai arahat
saya tanyaAdakah kilesa yang dinyatakan oleh Guru Agung 'akarnya telah padam sepenuhnya namun masih ada kemunculannya di masa depan?'
adakah kilesa padam yang di babarkan oleh Guru Agung?
dan mengacu kata "selama-lamanya"
silahkan
_/\_
yup setujuHebat yah anda, murid Makkhali Gosala, bisa tahu cetana orang lain lewat tulisan. :)
pertanyaanya, setelah mencapai nibbana dalam kehidupan terakhir lalu mati
kemana mahluk ini?
pertanyaan inlah yang ingin disampaikan oleh TS
tidak seperti 2 saudara sedhamma di atas, dengan cetana asal-asalan menulis
pendapatnya
theravadin you don't have the answer right
(btw ane theravadin juga :))
hasil kompilasi dari banyak bacaan, dan yg mana anda anggap saya menentang sesuatu?
contohnya:
kutipan MN 86 Angulimala Sutta
"Kemudian, pagi harinya, Yang Mulia Angulimāla merapikan jubah dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, pergi ke Sāvatthī untuk menerima dana makanan. Pada saat itu seseorang melemparkan segumpal tanah dan mengenai tubuh Yang Mulia Angulimāla, seorang lainnya melemparkan tongkat dan mengenai tubuhnya, dan seorang lainnya melemparkan pecahan tembikar dan mengenai tubuhnya. Kemudian, dengan darah mengucur dari kepalanya yang terluka, dengan mangkuk pecah, dan dengan jubah luar robek, Yang Mulia Angulimāla mendatangi Sang Bhagavā. Dari jauh Sang Bhagavā melihatnya datang dan berkata kepadanya: “Tahankanlah, brahmana! Tahankanlah, brahmana! Engkau mengalami di sini dan saat ini akibat dari perbuatanmu yang karenanya engkau seharusnya disiksa di neraka selama bertahun-tahun, selama ratusan tahun, selama ribuan tahun."
---------------------------------------------------------------------------
Seharusnya kalau Angulima terlahir kembali, ia akan terlahir kembali di neraka selama ribuan tahun. tapi peluang itu tidak mungkin lagi karena Kearahatannya
jadinya, pemahaman saya, "bebas dari kelahiran kembali" itu mengandung arti:bukannya pengenterlahir lg itu adalah bhava tanha bro? kalau saya sih belum masuk logikanya
"suka-suka dia mau lahir apa kagak."
Buddha menjelaskan jalan menuju kebebasan dari tanha, klesa, dan kelahiran kembali yang tidak bisa dihindari.
Jadi kalau ada cara untuk lahir kembali dengan kehendak bebas, tanpa tanha dan klesa, mungkin arahat juga bisa lahir lagi. Tapi ya ngapain juga datang lagi ke tempat cilaka ini.
Kecuali orangnya punya tekad menyelamatkan makhluk lain, seperti Bodhisattva
yang saya bolt karena Buddha Gotama tidak berbicara begitu
saya angap ini pendapat pribadi anda
kelupaan: kalau makhluk ini bebas dari karma dan kilesa,Apakah bro Xenocross mengakui Paticcasamuppada?
seharusnya KALAU makhluk ini lahir lagi, dia bebas menentukan sendiri lahirnya dimana dan di keluarga yg mana
Makanya dia tidak mungkin lahir di neraka.... (or not? Jadi ingat Bodhisattva Ksitigarbha)
Jadi ingat lagi Siddharta menentukan kelahiran dan keluarganya sendiri..... pusing yah?
bukannya pengenterlahir lg itu adalah bhava tanha bro? kalau saya sih belum masuk logikanya
Apakah bro Xenocross mengakui Paticcasamuppada?
itu pengertian terlahir (Jati) dari Paticcasamupada, yg disebabkan Tanha.Pencapaian Arahatta-phala adalah dengan mengikis Avijja sepenuhnya, sehingga bahkan Sankhara tidak lagi terbentuk. Tanpa sankhara tersebut, tidak ada lagi bathin-jasmani di masa depan, yang pada gilirannya adalah bhava, jati, dan jara-marana.
Kalau ada kelahiran yg tidak disebabkan tanha, maka itu jadi mungkin.
Atau bisa juga kita pikir seperti ini, Ingin terlahir lagi (bhava tanha) adalah karena kemelekatan. Kalau orang ini sudah bebas dari kemelekatan, dia akan terbebas dari bhava tanha, maka tidak akan lahir lagi.
Tetapi kalau dia ingin lahir lagi, tetapi bebas dari kemelekatan, misalnya ingin terlahir untuk bantu makhluk lain, maka kelahiran ini gak tercemar bhava tanha
sama, gua jg masih gak masuk logikanya, ini ngulang pelajaran yg pernah didengar
Paticcasamupada gak salah.
Pengertian saya: Buddha menjelaskan:
berbuat kejahatan --> ditangkap --> disidik polisi --> masuk pengadilan --> masuk penjara
Kalau kemudian ada orang mengatakan, saya masuk penjara sebagai pengunjung untuk memberikan layanan kesehatan buat para narapidana, apakah Buddha berkata salah?
Tapi jujur saya jg belum ngerti gimana caranya namarupa itu terbentuk tanpa avijja sankhara tanha
kelupaan: kalau makhluk ini bebas dari karma dan kilesa,makanya ada 4 hal yang di wanti-wanti untuk tidak usah
seharusnya KALAU makhluk ini lahir lagi, dia bebas menentukan sendiri lahirnya dimana dan di keluarga yg mana
Makanya dia tidak mungkin lahir di neraka.... (or not? Jadi ingat Bodhisattva Ksitigarbha)
Jadi ingat lagi Siddharta menentukan kelahiran dan keluarganya sendiri..... pusing yah?
bukannya pengenterlahir lg itu adalah bhava tanha bro? kalau saya sih belum masuk logikanya
Paticcasamupada gak salah.Menurut Tradisi Theravada, perumpamaan itu tidak tepat.
Pengertian saya: Buddha menjelaskan:
berbuat kejahatan --> ditangkap --> disidik polisi --> masuk pengadilan --> masuk penjara
Kalau kemudian ada orang mengatakan, saya masuk penjara sebagai pengunjung untuk memberikan layanan kesehatan buat para narapidana, apakah Buddha berkata salah?
Tapi jujur saya jg belum ngerti gimana caranya namarupa itu terbentuk tanpa avijja sankhara tanha
makanya ada 4 hal yang di wanti-wanti untuk tidak usahIni Acinteyya menurut Makkhali Gosala yah? Lumayan mirip, tapi kalo di Tradisi Theravada bukan nibbana, tapi spekulasi tentang dunia (asal-mula, terbatas, kekal, dsb).
di pikirkan bagi putthujanna
yaitu
-tentang cara kerja hukum kamma
-nibbana
-jhanna-jhanna
-dan tentang kebuddhaan
keculi mencapai level Sammasambuddha
_/\_
apakah pengen terlahirnya Bodhisatta Sidartha di tusitayup…
termasuk bhava tanha?
Ini Acinteyya menurut Makkhali Gosala yah? Lumayan mirip, tapi kalo di Tradisi Theravada bukan nibbana, tapi spekulasi tentang dunia (asal-mula, terbatas, kekal, dsb).
yup…
ini balik lagi kepada cara pandang
menurut theravada, bodhisatta itu masih ada tanha
menurut mahayana, bodhisatta itu dah setidaknya selevel dengan arahant/sammasambuddha
bukan begitu?
jika memang cara pandangnya berbeda, mari kita identifikasi sehingga jadi nda repot
;D ;DPenganut paham "penyucian melalui samsara". Pahamnya menjelaskan bahwa orang baik atau jahat tidak ada efeknya, dan orang di samsara hanya membayar hutang kamma saja. Setelah hutang kamma dalam jumlah dan jangka waktu tertentu habis, maka ia memperoleh pembebasan akhir.
tapi saya jadi penasaran, siapa sih Makkhali Gosala?
cek ke http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_2:_Sāmaññaphala_Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_2:_Sāmaññaphala_Sutta)
Penganut paham "penyucian melalui samsara". Pahamnya menjelaskan bahwa orang baik atau jahat tidak ada efeknya, dan orang di samsara hanya membayar hutang kamma saja. Setelah hutang kamma dalam jumlah dan jangka waktu tertentu habis, maka ia memperoleh pembebasan akhir.
kalau bhava tanha maka kelahiran itu tidak baik
kalau bukan maka, pertanyaan TS jawabanya "mungkin"
_/\_
mohon penjelasan anda sehubungan dengan apa yg dimaksudkan dengan kelahiran yang baik atau tidak baik sehingga dapat mengubah bhava tanha menjadi bukan bhava tanha.
tulisan saya mengacu pembicaraan saya dengan bro Sumedho
seorang Bodhisattva masih ada tanha
tetapi kelahiranya (sebab) dari seorang Bodhisattva di tusita
Mengacu Bodhisatta Sidartha Gotama untuk terlahir di alam manusia (samsara)
dan menjadi buddha (Sammasambuddha)
bukanlah kelahiran yang termasuk dalam kelahiran ulang seperti mahluk
samsara lainya, karena niat kelahiranya bukan bhava tanha
disini sudah di tulis kemungkinanya oleh bro xeno
maka kelahiran bodhisatta Sidartha dari tusita bukan landasan bhava tanha.
atau di luar hukum mahluk yang masih ada di samsara
sisanya anda dapat mereferensikan kelahiran bodhisatta (sudartha)
secara utuh, banyak cerita itu tidak mengacu secara umum seluruh mahluk
ada "pengecualian"
Dhammacakkappavatana Sutta mendefinisikan tentang Empat Kebenaran Mulia, yg bersifat mutlak, tanpa kecuali, mengatakan bahwa sumber dukkha adalah tanha, yg mana tanha ini diuraikan menjadi kama tanha, bhava tanha, dan vibhava tanha. Nibbana tercapai dengan melenyapkan sumber dukkha ini. Di mana anda membaca tentang pengecualian itu?Seharusnya anda tanyakan: dari mana sumber yang menyatakan kelahiran kembali terakhir dari Bodhisatta bukan karena bhava-tanha? Dari penjelasan atau tebak-tebakan sendiri?
Seharusnya anda tanyakan: dari mana sumber yang menyatakan kelahiran kembali terakhir dari Bodhisatta bukan karena bhava-tanha? Dari penjelasan atau tebak-tebakan sendiri?
saya malu kalo harus meniru2 jurus lawan.Yah... anggap saja saya titip pertanyaan deh, karena sepertinya siswa Makkhali Gosala ini tidak ingin menjawab pertanyaan saya.
Dhammacakkappavatana Sutta mendefinisikan tentang Empat Kebenaran Mulia, yg bersifat mutlak, tanpa kecuali, mengatakan bahwa sumber dukkha adalah tanha, yg mana tanha ini diuraikan menjadi kama tanha, bhava tanha, dan vibhava tanha. Nibbana tercapai dengan melenyapkan sumber dukkha ini. Di mana anda membaca tentang pengecualian itu?
Hehehe jangan2 praktik petapaan kerasnya juga pilihan, biar fenomenal.
saya malu kalo harus meniru2 jurus lawan.apakah anda mengangap kita berdebat?
kelahiran pangeran sidartha dari tusita ke alam manusia bisa di jadikan referensi
akan tetapi ini pilihan bebas, jika anda tetap mengangap bahwa pemahaman
anda benar, dengan batasan-batasan semua mahluk adalah sam hukumnya
maka seharusnya anda juga menyamakan pencapaian sammasambuddha dengan
seorang arahat, karena sama-sama objeknya nibbana.
apakah anda mengangap kita berdebat?ketika ada 2 orang sedang mempertahankan pendapatnya dalam suatu diskusi maka itu adalah debat, terlepas dari apakah anda suka atau tidak suka dengan kata itu.
atau memperdebatkan dhamma?
saya rasa anda gagal mengambil esensi pembahasan dharma kalau andakriteria benar/salah berdasarkan suara terbanyak hanya berlaku dalam sidang DPR, di sini kita semua adalah umat2 awam yg belum pernah mengalami apa yg disampaikan dalam thread ini, jadi saya pikir tidak ada acuan lain selain teks otentik Tipitaka bagi Theravada atau Tripitaka bagi Mahayana. kecuali anda bisa mengakui bahwa anda memang sudah mengalaminya.
mengangapnya begitu, dan gagal memahami niat TS mengangkat pertanyaan ini
kalau mau, saya dengan mudah bilang anda benar dan saya salah.
tetapi apakah topik ini putus sampai disini, mau kita angap apa teory yang menyatakan
sebaliknya, kita tidak bisa mengabaikan isi sutra dari tradisi mahayana dan Tantrayana
satu dua orang, berpandangan tidak seperti umumnya kemungkinan besar salah
tetapi kalau jumblahnya banyak, apakah kita akan menutup mata bahwa pandangan
selain pemahaman kita adalah "salah"
terutama dalah buddha dahma teory dan pemahaman intelectual bukanlah hal utama
praktek yang menghasilkan realisasi dhamma yang utama.
jika pada topik lain anda sekalian dapat sepaham, mengapa topik ini tidak
mengapa seperti "tabu"
just another curriuos.
[at] Choa,
ini titipan dari Bang Kainyn_Kutho:
"dari mana sumber yang menyatakan kelahiran kembali terakhir dari Bodhisatta bukan karena bhava-tanha? Dari penjelasan atau tebak-tebakan sendiri?"
katakan padanya
apa yang menjadi misi dia berforum terutama di forum buddhis
menambah wawasan dharma
atau membuat kamma buruk
seorang praktisi dharma adalah seorang jujur dan menghindari musavada
jika anda 'tidak tahu" dan belum merealisasikan dhamma itu,
sebijak-bijaknya bertanya
jika anda mengangap diri sudah 'pintar' dan menguasai dharma sepenuhnya
dan mengangap orang lain masih 'rendah" pemahaman dhammanya
sebijak-bijaknya umat yang terpelajar itu "diam" atau menasehati
sebijak-bijaknya praktisi dhamma, yang belum merealisasikan topik dhamma yang
di bahas, sebaiknya memeriksa pikiranya sendiri, bukan malah membuat cetana
yang mengahasilkan kamma buruk
sebijak-bijaknya seorang praktisi dhamma yang tahu dirinya masih dalam tahap
belajar "putthujhanna" seharusnya belajar bukan mengajar
sebaik-baiknya umat Buddha Gotama, mendengarkan/membaca dhamma bersikap
seperti pembabaran dharma, karena bahkan seorang sekelas Sammasambuddha
akan hadir mendengarkan dhamma dimanapun dhamma di babarkan,
para buddha (sammasambuddha) mendengarkan dharmma, bergembira dimana ada
dhamma di babarkan, menghormati, memperhatiakan dengan penuh perhatian
karena Buddha itu ada (sarvakha, pacekkha, Sammasambuddha) karena ada dhamma
siapa dirimu mengangap lebih mulia dari seorang yang membahas dharma
(diluar dhama itu valid atau tidak menurut pemahaman masing-masing)
sedangkan para buddha mendengarkan dan datang bergembira akan pembabaran.
jodoh itu karena kamma, sekuat apapun seseorang menjelaskan padamu tentang
satu dhamma, jika kammanya tidak mencukupi untuk memahami, itu tidak akan
dapat di pahami
lagian anda tidak dapat mengetahui siapa yang anda ajak bicara, apa levelnya
jodoh ada waktunya tidak bisa dipaksakan.
_/\_
ketika ada 2 orang sedang mempertahankan pendapatnya dalam suatu diskusi maka itu adalah debat, terlepas dari apakah anda suka atau tidak suka dengan kata itu.
kriteria benar/salah berdasarkan suara terbanyak hanya berlaku dalam sidang DPR, di sini kita semua adalah umat2 awam yg belum pernah mengalami apa yg disampaikan dalam thread ini, jadi saya pikir tidak ada acuan lain selain teks otentik Tipitaka bagi Theravada atau Tripitaka bagi Mahayana. kecuali anda bisa mengakui bahwa anda memang sudah mengalaminya.
baik, apakah anda sudah praktik dan merealisasi Dhamma? praktik spt apa yg anda lakukan? dan Dhamma apa yg anda realisasikan?
Mungkinkah ? :-?
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi ?
nyan saya rasa member sini belum waktunya memahami
muncul atau tidak muncul hanya berlaku pada sesuatu yg ada (dalam hal ini "atta"), sedangkan para arahat sudah merealisasi anatta, jadi tidak bisa disebut muncul atau tidak muncul.bukannya si "atta" ini memang tidak pernah ada om, dan memang "atta" ini hanya hasil pemikiran manusia??
bukannya setelah mencapai nibbana, panca khandha seseorang suda mati??
Mahayana says, seorang makhluk yg sudah bebas dari karma dan kilesa, dapat kembali lagi ke samsara bermodalkan tekadnya, demi welas asih untuk makhluk lain yg menderita. Ketika mereka lahir lagi di samsara, mereka mengalami lagi yg namanya penderitaan memiliki tubuh dll, walaupun biasanya dikatakan itu hanya "kelihatannya" begitu.
nyan saya rasa member sini belum waktunya memahamibila anda memahaminya, bisakah anda babarkan apa yang anda pahami
_/\_
bila anda memahaminya, bisakah anda babarkan apa yang anda pahami
sehingga kami dapat mencoba untuk memahaminya...
kadang-kadang pada tatanan tertentu expert terhadap pengetahuan dharma
malah menghambat praktek,
terutama banyak kejadian pada meditator
me ---> contoh nyata.
hahah
Tapi belakangan emang ngerasa kok yg hapal dan tahu banyak malah jadi arogan dan kurang maju batinnya. Termasuk saya....
kalau mereka merasa paling pintar tetang dhamma tanyakan apa saja yangini sih nyindir percakapan di sebelah.
sudah di realisasikan mereka
simpelnya sudah mencapai tingkat kesucian apa mereka :D
sebijak-bijaknya seorang praktisi dhamma yang tahu dirinya masih dalam tahapkalau menuruti keinginan anda, berarti semua guru agama di dunia harus diberhentikan, karena semuanya masih dalam tahap putthujhana, kecuali memang sudah menjadi arahat, baru boleh ngajar...
belajar "putthujhanna" seharusnya belajar bukan mengajar
kalau menuruti keinginan anda, berarti semua guru agama di dunia harus diberhentikan, karena semuanya masih dalam tahap putthujhana, kecuali memang sudah menjadi arahat, baru boleh ngajar...
sabar bro'berarti yang mengajar hanya boleh minimal seorang sekha??
baca pelan-pelan
bukankah dibawah pencapaian arahatta termasuk sekkha
_/\_
berarti yang mengajar hanya boleh minimal seorang sekha??
dan setahu saya, sekha itu sudah menjadi seorang bhikkhu...
kalau begitu, maka guru agama saya tidak diperbolehkan mengajar, karena ia bukan seorang bhikkhu...
dan semua dhammaduta/pandita/mahapandita juga harus dipensiunkan dari kegiatan mengajarnya??
disini sepertinya sudah tamat memahami sutta,
ini sih nyindir percakapan di sebelah.
ngak nyambungapanya yang ga nyambung??
:capedes
sebijak-bijaknya seorang praktisi dhamma yang tahu dirinya masih dalam tahap
belajar "putthujhanna" seharusnya belajar bukan mengajar
apanya yang ga nyambung??
saya rasa sangat mudah dipahami kok...
saya quotekan lagi
berarti selama seseorang masih putthujhana tidak/belum boleh ngajar orang lain kan??
lah, yang pandita-pandita itu gimana dong??
apakah kurang bijak??
apakah anda yakin-seyakin-yakinya dengan yang saya bolt?
pertanyaan terakhir, setelah anda menjawab ini
saya benar-benar meningalkan thread ini, dan sekaligus sudah saya
mencoba menjelaskan
tetapi saya rasa belum waktunya ini di pahami
silahkan.
Mungkinkah ? :-?
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi ?
Mungkinkah ? :-?
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi ?
sang Buddha sendiri, ketika menjelaskan apakah seorang Tathagatha terlahir lagi atau tidak? beliau menjawab, "Bukannya terlahir dan bukannya tidak terlahir. Hal ini hanya bisa difahami oleh orang-orang yang bijaksana."
Wah gak tau mas, yg bisa jawab ini yah cuma arahat.. Atau kalau mau sabar tunggu saya jadi arahat, nanti baru saya tau, dan saya kasi tau..
Hehehe peaceee
It is frequently said in textbooks that the compassion of the Bodhisattva is so great that he postpones nirvana, or turns back from nirvana, in order to place all other sentient beings in nirvana first. Such a teaching, however, appears prima facie to be incoherent, and contains a claim that somehow a Buddha must be deficient in compassion when compared with a Bodhisattva. Viewed logically, if all other beings must be placed in nirvana before a particular Bodhisattva attains nirvana himself there could obviously be only one Bodhisattva. Alternatively, we have the absurd spectacle of a series of Bodhisattvas each trying to hurry the others into nirvana in order to preserve his or her vow. Moreover if sentient beings are infinite, a widely-held view in the Mahayana, then the Bodhisattva is setting himself an impossible task, and no Bodhisattva could ever attain Buddhahood. I asked the late Kensur Pema Gyaltsen, a former head abbot of Drepung Monastery and one of the most learned Tibetan scholars, about this while he was on a visit to Britain. I explained that it was widely asserted in books available in the West that the Bodhisattva does not become enlightened until he has helped all other sentient beings to enlightenment. The eminent Lama seemed to find this most amusing since, as he put it, all those who had become Bodhisattvas would not become enlightened, while those who had not become Bodhisattvas would. He stated quite categorically that the final view is that this is not how Bodhisattvas behave. In Tibetan practice the merit from virtuous deeds is always directed towards obtaining full Buddhahood in order to be able to help beings most effectively. There is never any mention of really postponing or turning back from Buddhahood. Otherwise any Bodhisattva who did become a Buddha would be presumably either deficient in compassion or have broken his vow.
In fact it should be clear that the concept of nirvana in a Mahayana context is a complex one. There are a number of different types of nirvana – the nirvana of the Arhat, of the Pratyekabuddha, the supreme and compassionate ‘nonabiding’ nirvaua of the Buddha, for example, not to mention the separate issue of whether a Buddha ever finally ‘goes beyond’ beings and enters some kind of final nirvana (see Chapter 8 below). Generally, certainly once the Bodhisattva doctrine had reached its developed form, the Mahayana Bodhisattva does not postpone or turn back from nirvana. Rather he or she rejects the nirvanas of the Arhat and Pratyekabuddhas, at least as final goals, and aims for the full nirvana of the Buddha. According to Kensur Pema Gyaltsen, if a text states or implies that a Bodhisattva postpones nirvana, it is not to be taken literally. It does not embody the final truth. It may be that it embodies a form of exhortatory writing – the Bodhisattva adopts a position of complete renunciation. In renouncing even Buddhahood the Bodhisattva precisely attains Buddhahood.
In terms of the Prajñaparamita, Nancy Lethcoe claims to detect a difference between the Asta [Astasahasrika Prajñaparamita Sutra/8.000 verses Perfect Wisdom Sutra] and the Pañcavimsatisahasrika (25.000 verses) sutras on this issue. The Asta clearly teaches that the Bodhisattva first attains Buddhahood, and only then can he fully help others. The Pañcavimsatisahasrika, on the other hand, teaches that some Bodhisattvas will postpone their enlightenment until all beings have become enlightened (Lethcoe 1977: 264). She gives three references to the Pañcavimsatisahasrika, but although in the first two sections there are many references to types of Bodhisattvas, some of whom it is stated will attain full enlightenment and help others, I fail to find any obvious reference to compassionate Bodhisattvas postponing Buddhahood. Pañcavimsatisahasrika 170, however, is different. In Conze’s translation (used by Lethcoe) it reads (1979: 124): ‘Through this skill in means will I, for the sake of all beings, experience that pain of the hells . . . until these beings have won Nirvana. . . . Afterwards I will, for the sake of my own self, know full enlightenment . . .’. Clearly, the key word here is ‘afterwards’. The Sanskrit and Tibetan, however, do not necessarily carry the temporal sense of the English ‘afterwards’. They can mean ‘thereupon’, ‘because of that’, or ‘thereby’, all of which convey a very different meaning.
I do not want to emphasize the linguistic point here, however. My purpose is simply to suggest sensitivity to the initial incoherence and textual uncertainty concerning the Bodhisattva’s claimed postponement of nirvana, an assertion which at one time appeared to have become part of the lore of textbooks on Buddhism. In the first edition of this book I suggested that the textual situation regarding the ‘postponement model’ of nirvana in Mahayana really requires further research. There certainly are passages that do appear to speak of the Bodhisattva seeming to postpone or turn back from some enlightenment. Since that first edition two extended treatments have come to my attention (Makransky 1997: esp. 336–45; Jenkins 1999: Chs 2 and 3, esp. 83–112), together with a lengthy internet discussion of the topic. It is clear that once the idea of the apratisthita nirvana (the socalled ‘nonabiding’ or ‘unrestricted’, or ‘not-fixed’ nirvana) had become widely accepted in Mahayana, it made no sense to talk of a Bodhisattva wanting to postpone it. The apratisthita nirvana can be used to refer particularly to the Buddha’s nirvana. It is the state possessed by a Buddha wherein he remains, according to developed Mahayana Buddhology, forever engaged with the world in order to help in the most effective way possible all sentient beings. As such, this is a state that the Bodhisattva dearly wants, since it is the fulfilment of all his or her vows and aspirations. The Bodhisattva simply rejects the enlightenment of an Arhat, and aims for the apratisthita nirvana of a Buddha as quickly as possible. But Makransky suggests that once we view the topic historically in this way we can surmise that it may have taken some time for the idea of a Buddha remaining in a state known as ‘apratisthita nirvana’ to develop. This ‘not-fixed’ nirvana is a response to the earlier suggestion that a Buddha (like an Arhat) at his death does indeed (in accordance with the third Noble Truth) attain a final nirvana, a cessation, and hence finally the Buddha too abandons the world of suffering sentient beings. In the light of that earlier view a Bodhisattva may indeed aspire to postpone that sort of nirvana out of compassion. Since on this model Buddhas too, at death, eventually attain the same state as an Arhat possesses at death, the Bodhisattva will postpone nirvana in two senses: (i) They do not want to become Arhats, and abandon sentient beings soon, perhaps even in this very lifetime; (ii) They presumably do indeed want to become Buddhas (that is, after all, what makes them Bodhisattvas). Buddhas are very helpful towards others. But, perhaps even more important, they very much want to spend the long time it takes to become a Buddha in helping others in all the ways Sakyamuni helped others while a Bodhisattva (as we know from, e.g., the Jataka tales). Hence from compassion the Bodhisattva may even wish not to become a Buddha quickly, and certainly wishes to postpone to the indefinite future attaining the final cessation of the Buddha (which on this older model, remember, is eventually the same as that of the Arhat).
This is clearly an unstable position, for reasons noted earlier. It makes it look as if any Buddha is in some sense defective in compassion when compared with a Bodhisattva. It is difficult to explain why anyone would ever want to succeed in actually becoming a Buddha. Why not simply be reborn again and again throughout all eternity, helping others? With the development of the apratisthita nirvana in a strong sense which entails that the Buddha always remains helping sentient beings, and never abandons them, the issue of postponement ceases. But (Makransky points out) a clearly articulated notion of the Buddha’s apratisthita nirvana in that sense seems to have taken quite some time to develop. It is far from obvious that we have it, for example, in the early Perfection of Wisdom literature.
One of the issues that seems particularly to have concerned the authors of relatively early Mahayana sutras (like some of the Perfection of Wisdom sutras) is not so much any final abandonment of sentient beings by a Buddha, but rather what the actual technology might be whereby a Bodhisattva can avoid falling into the state of an Arhat, and thereby prematurely abandoning sentient beings. Given that the direction of Buddhist practices is towards enlightenment, how can a Bodhisattva avoid becoming an Arhat? How can he or she avoid ‘attaining the reality-limit’ (bhutakoti)? Do Bodhisattvas, for example, need to retain an element of moral taint, of defilement, a smear of passion (klesa) or perhaps some appropriate sort of karma that will keep them in transmigratory circulation? Should they with the best of motives remain saTsAric, imperfect, or maybe even in some way immoral?
One source that tries to respond to such difficulties is the Asta (Ch. 20; Conze 1973a: 222–9). The key to the difficulty lies in not setting up emptiness – the full cognition of which in its deepest possible liberating way would entail the ‘opting-out’ liberation of an Arhat – as a reified reality standing in opposition to the illusion-like empty things of samsara. Thus, the Buddha states in the Asta, if emptiness itself is not set up as some sort of true reality in opposition to things (that is, if emptiness too is seen as in some way illusion-like) the Bodhisattva cannot ‘attain the reality-limit’, that is, achieve the nirvana of an Arhat. But how does the Bodhisattva avoid setting up emptiness as a reality and falling into the state of an Arhat? The answer is complicated and it is by no means fully clear what it entails in the actual practice of a Bodhisattva’s meditation. The Bodhisattva enters a set of three meditative absorptions well-known from mainstream Buddhism and referred to as the ‘three doors to deliverance’. These are the absorptions on emptiness, on the signless, and on the wishless. When developed fully and properly these can lead to the nirvana of an Arhat. But in doing so the Bodhisattva is also inspired by pity for those who suffer, and also by another set of meditations familiar from mainstream Buddhism, the four brahmaviharas (‘divine abidings’) of immeasurable friendliness, compassion, sympathetic joy, and equanimity (or ‘impartiality’). He combines the Perfection of Wisdom with his use of clever means and stratagems (upaya) to prevent himself from becoming an Arhat (ibid.: 224). He practises not to destroy but actually to keep (albeit under his own control) those factors that would lead to further rebirths. Through such clever means and stratagems he fires and projects his spiritual career onwards to Buddhahood.
What this appears to amount to is that the Bodhisattva in cognizing emptiness also (as the Asta puts it) ‘ties his thought to an objective support’, that is, he remains with an awareness of suffering sentient beings as the objects of his compassion. In possessing the Perfection of Wisdom he does not abandon others. In some manner the Bodhisattva is able to combine simultaneously his direct meditative awareness of emptiness with awareness of others, and of his project of helping them. Hence, we are told, he does not actually ‘directly realize’ or ‘fall into’ emptiness, but rather in an appropriate way for his salvific career he ‘conquers’ emptiness instead. His clever means and stratagems are thus said to protect the Bodhisattva from realizing the reality-limit prematurely (‘midway’, before achieving all the factors for Buddhahood; Conze 1973a: 225). This is well illustrated, albeit with a slight variant, in the Upayakausalya Sutra. It is said there that both Bodhisattvas and Sravakas enter a deep (and, it is suggested, empty) meditation state. But the Sravaka becomes quietistically paralysed by it, and is completely inactive, considering that he has reached nirvana. The Bodhisattva, on the other hand, is driven by his wish to benefit sentient beings and is in such a meditation state because of that compassionate wish, as part of his path to Buddhahood. Hence he does not – indeed cannot – simply stay there immobile, doing nothing. He has much further to go, and a great deal more to do.
The expression apratisthita nirvana was probably introduced as a term, although not necessarily as a concept, by the Yogacara tradition. It is best understood initially from the side not of a Buddha but of a Bodhisattva, an aspirant on the path to Buddhahood. It is crucial in his or her practice that the Bodhisattva renounces samsara, the round of ignorant misapprehension and false behaviour, and also any idea of nirvana as not just the negation of greed, hatred and delusion but also a transcendence and neglectful abandonment of the institutions and persons of samsara. That is, the Bodhisattva in going beyond duality abandons greed, hatred and delusion, but does not abandon suffering sentient beings. He or she attains wisdom but preserves compassion. If nirvana is understood as not just abandoning greed, hatred and delusion, but also abandoning in this life all concern for the institutions and persons of ‘the world’, and after death returning no more to help those institutions and persons (i.e. becoming an Arhat), then the Bodhisattva renounces also nirvana. Thus the nirvana that is attained by the Bodhisattva when he or she attains Buddhahood is not that type of nirvana. Rather, it is a nonabiding nirvana, an unrestricted, or not-fixed nirvana, which is to say that it is a nirvana which embodies two dimensions – the upward movement away from samsara, away from greed, hatred and delusion, and a downward movement returning out of compassion to the maelstrom of samsaric institutions and persons (see Nagao 1981: 61 ff.). The Buddha abides neither in samsara, for he is a Buddha, nor in nirvana in the sense that he has abandoned suffering sentient beings. In a sense he has a foot (or a lotus) in both camps, while in another sense he is in neither. He has gone beyond all duality and all clinging. He clings neither to the world nor to transcendence.
...the following passage from the Mahāprajñāpāramitā-śāstra attributed to Nāgārjuna.
Quote問曰:
阿羅漢先世因緣所受身必應當滅,住在何處而具足佛道?
答曰:
得阿羅漢時,三界諸漏因緣盡,更不復生三界。有淨佛土,出於三界,乃至無煩惱之名,於是國土佛所,聞《法華經》,具足佛道。如《法華經》說:「有羅漢,若不聞《法華經》,自謂得滅度;我於餘國為說是事,汝皆當作佛。
(CBETA, T25, no. 1509, p. 714, a9-15)
Question -- Arhats in their past lives must have extinguished all the conditions and conditions to be reborn into a new body. Where do they abide and perfect the Buddha's path?
Answer -- When one attains Arhatship, all contaminated causes and conditions of the three realms are extinguished and one is no longer reborn in the three realms. There is a pure Buddha-land beyond the three realms even being without the word 'defilements'. In this realm, the place of the Buddha, they hear the Lotus Sūtra, and perfect the Buddha's path. As the Lotus Sūtra says, "There are Arhats who think of themselves as having attained cessation if they have not heard the Lotus Sūtra. In another realm I explain this - you all will become Buddhas."
Other texts in East Asia explain that Arhats and Pratyekabuddhas receive a "transformation body" (變易身) when they are reborn outside the three realms in the aforementioned pure land.
Other Mahāyāna lines of thought suggest Arhats and Pratyekabuddhas are forever unable to attain Buddhahood. Bodhisattvas also run the risk of attaining Arhatship if they're not careful. One can realize liberation prematurely.
I've also heard some ideas that Arhats remain in a 'samadhi of non-abiding' until they are reborn as bodhisattvas. Does anyone know the source of this?
Answer: The general Tibetan Buddhist view is that Arhats and Praetyakabuddhas are reborn in a kind of Pure Realm and are intoxicated by samadhi. They remain in this state until roused by a Buddha after a very long period of time. They are then reborn as Bodhisattvas on a higher bhumi and get going again.
However I don't know the sutra or tantric source for this.
Sumber: http://www.dharmawheel.net/viewtopic.php?f=66&t=4609 (http://www.dharmawheel.net/viewtopic.php?f=66&t=4609)
jawaban Sang Buddha ini tertulis di manakah?
dalam angutara nikayaanguttara nikaya itu ada 5 buku (versi PTS), sekalian aja jawab ada "dalam tipitaka atau dalam perpustakaan", nama atau nomor sutta, please.
sang Buddha sendiri, ketika menjelaskan apakah seorang Tathagatha terlahir lagi atau tidak? beliau menjawab, "Bukannya terlahir dan bukannya tidak terlahir. Hal ini hanya bisa difahami oleh orang-orang yang bijaksana."saya rasa defenisinya agak kurang lengkap(dan agak berbeda)...
katakan padanyaChoa, ijinkan saya bertanya.
apa yang menjadi misi dia berforum terutama di forum buddhis
menambah wawasan dharma
atau membuat kamma buruk
seorang praktisi dharma adalah seorang jujur dan menghindari musavada
jika anda 'tidak tahu" dan belum merealisasikan dhamma itu,
sebijak-bijaknya bertanya
jika anda mengangap diri sudah 'pintar' dan menguasai dharma sepenuhnya
dan mengangap orang lain masih 'rendah" pemahaman dhammanya
sebijak-bijaknya umat yang terpelajar itu "diam" atau menasehati
sebijak-bijaknya praktisi dhamma, yang belum merealisasikan topik dhamma yang
di bahas, sebaiknya memeriksa pikiranya sendiri, bukan malah membuat cetana
yang mengahasilkan kamma buruk
sebijak-bijaknya seorang praktisi dhamma yang tahu dirinya masih dalam tahap
belajar "putthujhanna" seharusnya belajar bukan mengajar
sebaik-baiknya umat Buddha Gotama, mendengarkan/membaca dhamma bersikap
seperti pembabaran dharma, karena bahkan seorang sekelas Sammasambuddha
akan hadir mendengarkan dhamma dimanapun dhamma di babarkan,
para buddha (sammasambuddha) mendengarkan dharmma, bergembira dimana ada
dhamma di babarkan, menghormati, memperhatiakan dengan penuh perhatian
karena Buddha itu ada (sarvakha, pacekkha, Sammasambuddha) karena ada dhamma
siapa dirimu mengangap lebih mulia dari seorang yang membahas dharma
(diluar dhama itu valid atau tidak menurut pemahaman masing-masing)
sedangkan para buddha mendengarkan dan datang bergembira akan pembabaran.
jodoh itu karena kamma, sekuat apapun seseorang menjelaskan padamu tentang
satu dhamma, jika kammanya tidak mencukupi untuk memahami, itu tidak akan
dapat di pahami
lagian anda tidak dapat mengetahui siapa yang anda ajak bicara, apa levelnya
jodoh ada waktunya tidak bisa dipaksakan.
_/\_
Saya hanya ingin bertanya kepada TS, Sdr Kemenyan, apakah pertanyaan yang anda ajukan ini sifatnya murni bertanya karena sekedar ingin tahu ataulah untuk konfirmasi ataukah untuk menguji atau supaya DC Forum ramai lagi dibanding dengan FB?Berawal dari diskusi di forum sebelah dan jawaban yang mengantung.
Saya bertanya hal ini karena ada anggota yang memberikan pernyataan yang berkesan bahwa ia datang ke DC atas permintaan anda untuk menceramahi member DC mengenai pandangannya yang mungkin sama dengan pandangan anda mengenai jawaban atas pertanyaan awal.
Semoga memahami pertanyaan saya.
Thanks
Berawal dari diskusi di forum sebelah dan jawaban yang mengantung.Boleh dijelaskan gantung di mana? Apakah benar dalam Tradisi Theravada ada Arahat terlahir kembali, atau ini hanya spekulasi gado-gado campur antar aliran? Sebab kalau ternyata yang campur2, saya tidak tertarik.
Jadi... mungkin lebih tepatnya konfirmasi.
setuju,
yang jadi pertanyaanya apakah cetana kelahiranya itu bhava tanha
dari seorang bodhisatta untuk menjadi manusi buddha?
kalau bhava tanha maka kelahiran itu tidak baik
kalau bukan maka, pertanyaan TS jawabanya "mungkin"
_/\_
btw bodhisattva menurut mahayana masih di bawah level mahasattva dan sammasambuddha
Boleh dijelaskan gantung di mana? Apakah benar dalam Tradisi Theravada ada Arahat terlahir kembali, atau ini hanya spekulasi gado-gado campur antar aliran? Sebab kalau ternyata yang campur2, saya tidak tertarik.
maka itu ada perbedaan antara 2 tradisi itu dalam memandang. Dalam theravada seorang bodhisatta masih ada tanha. Lalu apa hubungannya dengan "kelahiran itu tidak baik"? Semua kelahiran tentu dianggap "tidak baik" jika dinilai dari sudut dukkha.Berarti anda memang tidak tahu levelnya anda.
jika ada perbedaan yah dibedakan. Jangan dipaksa disatukan, jadinya yah begini deh. dari dulu juga begitu. Maka itu sebuah topik dibahas tergantung konteks dimana topik itu berada. Kebetulan ini ada di umum, jadi tidak ada segmentasi khusus tetapi harus dibuat jelas menurut pandangan apa dan sumbernya apa.
Jika bilang yang berpandangan theravada "belum siap" menerima pandangan menurut bro, yang sepertinya berpandangan "mahayana", tentu dari sudut theravada bisa saja menganggap bro jg "belum siap" karena masih "masih pandangan salah" atau "belum mengerti" dan memunculkan pengecualian2. Dari pada masing2 saling maksa, kita sadari ada perbedaan ini, terlepas dari mana yg benar. Dan jalan pilih masing2.
soal bothisattva level, thanks utk koreksinya, maksudnya awalnya adalah arahant lebih rendah dari bodhisatta.
kelihatan sih gado2Susahnya, yang mempertahankan ga memberi referensi malah jual kecap seolah-olah lebih pinter dan sudah mencapai kesucian tertentu. Tidak mampu menjawab tapi arogannya minta ampun. ;D Bawa-bawa 'level' pula, dia pikir main MMORPG kali?
17++ donkKurang nangkep... Apa hubungannya dengan "17++"?
Susahnya, yang mempertahankan ga memberi referensi malah jual kecap seolah-olah lebih pinter dan sudah mencapai kesucian tertentu. Tidak mampu menjawab tapi arogannya minta ampun. ;D Bawa-bawa 'level' pula, dia pikir main MMORPG kali?kompor mode=on "status anda sebagai global moderator seharusnya malu komen seperti ini =))"
kompor mode=on "status anda sebagai global moderator seharusnya malu komen seperti ini =))";D Harusnya dia yang malu mengaku sudah punya pencapaian tapi tidak mampu menjawab pertanyaan2 saya. Apa yang harus saya malukan dengan bicara fakta?
jadi ini hanya kasus "tabrak-lari"? numpang tampil kemudian kabur karena ketidak-mampuan dalam mempertanggungjawabkan tulisan sendiri?Anda tidak selevel.
Anda tidak selevel.
Namun demi belas kasih pada makhluk di sini, baiklah saya yang mengenalkan kebenaran pada kalian. Perlu diingat: SAYA THERAVADIN. Nah, berdasarkan kitab penembus batas nibbana, yang dibabarkan tathagata kemudian diamankan oleh para Gorgon dan telah direbut kembali oleh Perseus, saya katakan: Samma Sambuddha pun BUKAN pencapaian terakhir.
Siapa di sini yang sudah siap akan kebenaran, boleh berdiskusi dengan saya.
Boleh dijelaskan gantung di mana? Apakah benar dalam Tradisi Theravada ada Arahat terlahir kembali, atau ini hanya spekulasi gado-gado campur antar aliran? Sebab kalau ternyata yang campur2, saya tidak tertarik.Mungkin tepat juga kalau disebut "gado-gado"
Mungkin tepat juga kalau disebut "gado-gado"OK, sesuai dugaan saya.
Saya pribadi menyebutnya "Diskusi Umum"
Anda tidak selevel.
Namun demi belas kasih pada makhluk di sini, baiklah saya yang mengenalkan kebenaran pada kalian. Perlu diingat: SAYA THERAVADIN. Nah, berdasarkan kitab penembus batas nibbana, yang dibabarkan tathagata kemudian diamankan oleh para Gorgon dan telah direbut kembali oleh Perseus, saya katakan: Samma Sambuddha pun BUKAN pencapaian terakhir.
Siapa di sini yang sudah siap akan kebenaran, boleh berdiskusi dengan saya.
serius ini statement anda bro? :P"Anda"? Siapa "saya", siapa "anda"? Saya, anda, dia, mereka, kalian, semua adalah kosong, produk dari dualisme saja.
"Anda"? Siapa "saya", siapa "anda"? Saya, anda, dia, mereka, kalian, semua adalah kosong, produk dari dualisme saja.
jadi palsu donk.Masih membedakan 'palsu' dan 'asli', anda hanya akan terjerat dualisme pikiran saja. Lepaskanlah itu.
Masih membedakan 'palsu' dan 'asli', anda hanya akan terjerat dualisme pikiran saja. Lepaskanlah itu.
bagaimanakah Yang Mulia, cara melepas dualisme pikiran ini?Habiskan hutang kammamu dulu.
Habiskan hutang kammamu dulu.
memiliki dan tidak memiliki hutang kamma, habis atau masih ada hutang kammaBagus, anda sudah mencapai pencerahan.
bukankah itu dualisme pikiran.
bukan memiliki dan juga bukan pula tidak memiliki, bukan habis atau bukan pula masih ada
lalu pada realitas apa keberadaan kamma itu?
OOT, :backtotopic:Saya masih di topik kok: Samma Sambuddha bukan pencapaian terakhir dan masih terus terlahir kembali.
saya tidak yakin, makanya pada akhir kalimat saya memberikan anda kesempatan untuk membuktikan sebaliknya melalui frasa "kecuali anda bisa mengakui bahwa anda memang sudah mengalaminya." silakan anda mengklarifikasi pengalaman anda di sini.
ya
saya pribadi sudah mengalami dan sudah merealisasikan apa yang saya tulis
setelah merealisasikan saya bicara, apakah anda dapat menyelami atau mempercayai
itu terlepas dari, apa yang saya tulis
menghormati anda yang telah bertanya dan menjawab dengan baik
ini adalah konfirmasi bahwa anda sudah mengalami apa yg menjadi topik thread ini, which is Nibbana, bolekah saya mengetahui identitas Yang Mulia agar saya bisa mencari Yang Mulia utk memberikan penghormatan selayaknya?
yaBisakah lebih jelas mengalamin apa itu? kenapa reputasinya bisa -3 ?
saya pribadi sudah mengalami dan sudah merealisasikan apa yang saya tulis
setelah merealisasikan saya bicara, apakah anda dapat menyelami atau mempercayai
itu terlepas dari, apa yang saya tulis
menghormati anda yang telah bertanya dan menjawab dengan baik
Bisakah lebih jelas mengalamin apa itu? kenapa reputasinya bisa -3 ?
kira2 siapa yg memberikan penilai spt itu sehingga jadi MINUS ?
Gimana bisa tau kalau bro bukan salah satu dari "penjual kecap" ?
thx sebelumnya...
aku dihina, tidak akan terhina karena hinaanapakah yg bro ingin sampaikan pada tiga orang yg memberikan MINUS utk reputasi bro ?
aku di puja, tidak akan mulia akan pujian
aku tahu siapa diriku, walau dihina atau di puja akulah pewaris kammaku sendiri
aku lahir dari apa perbuatanku
-3, apalah artinya
baca post saya yang terakhir, semoga anda tercerahkan
hmmm
sebaiknya saya cerita dulu ya
setelah itu terserah kamu, apa yang ada di cetanamu
aku adalah ank kedua dari seorang ustadz agama sebelah, aku di besarkan dikampung dimana mayoritas ber agama samawi, ayahku seorang tentara, di KODIM 1203 Tanjung Pura, beliau menjabat sebagai "rois" di kodim sebagai pembimbing rohani untuk agama islam
keluarga ayahku haji, walau keluarga kami tidak kaya, paman kakekku ketua MUI, di propinsi dimana aku lahir aku juga belajar pelajaran dasar agamaku sedari aku belum masuk sekolah, tetapi entah mengapa aku tak dapat menghapal pelajaranya, padalah aku siswa terpintar disekolahku
kami (keluargaku) adalah umat yang taat tetapi tidak fanatik, begitu juga aku melakukan segala perintah agamaku tetapi aku menyisakan pertanyaan tentang "tuhan" yang kupertanyakan pada ayahku dan di jawab selalu tidak memuaskanku, samapai aku kejakarta utuk kuliah
aku masih seorang yang taat, tidak ada terpikir akan ajaran buddha, yang maaf aku angap ajaran setan.
lalu aku membaca kisah buddha gotama yg terbagi atas dua buah buku
sebelum buku itu habis kubaca aku mendapatkan "PITI" yang bertahan selama sebulan, disitu aku merasakan kesadaran ini tidak dapat kuceritakan, rasa bahagia, rindu akan ajaran dhamma serta jalan yang di tempuhnya membuat aku (saat terjadi PITI) tidak ada niat jahat di pikiranku, ucapanku dan segala tindak-tandukku
aku menjadi person yang berbeda 180 derajat
tetapi aku tidak memutuskan untuk menjadi umat buddha saat itu, aku hanya meditasi saja
sampai 7 tahun setelah itu ada peristiwa yang membalikan keyakinanku dan beberapa kejadian lainya, aku memutuskan bahwa aku adalah umat buddhis
dalam rentang 7 tahun itu aku membuktikan bahwa apa yang aku lihat, khususnya tentang 31 alam dan apa yang ada di agamaku, yang benar adalah ajaran Buddha Gotama
aku melihat, membandingkan lalu aku memutuskan
setelah aku menjadi buddhis barulah kemampuan tentang past live aku dapat, dan ada beberapa saudara seagamaku dapat melihat juga, tetapi mereka takut untuk berbicara dengan keluarga mereka
sekarang tidak lagi, aku berjalan di jalan dharma tanpa rasa takut
atas cemoohan keluarga kami
atau bahkan dari "saudara kami yang ada di forum ini"
biarkanlah kamma masing-masing yang menjadi jodoh akan dharma
metta cetana
apakah yg bro ingin sampaikan pada tiga orang yg memberikan MINUS utk reputasi bro ?sejujurnya saya tidak penting (sebagai person) karena saya tidak akan berubah oleh kata-kata atau tindakan orang lain, bikshu, bhikkhu atau siapa saja mahluk yang sudah postingan disini tidak menjadi masalah
setau gw biksu2 yg posting disini jarang ada yg dpt MINUS, sedangkan bro katanya...
udah ARAHAT, jadi bagaimana yg lebih baik dari biksu bisa mendptkan MINUS tsb ?
kenapa bro memakai kata "HINA" dlm posting diatas ?
apa nasehat bro bagi member2 disini yg ingin mencapai arahat ?
apakah bro berkeluarga ? apakah arahat boleh berkeluarga ?
aku menjadi person yang berbeda 180 derajatmengacu pada pengalaman anda, sepertinya yang anda alami itu (kalaupun memang ada) merupakan pencapaian abhinna, instead of arahantship...
tetapi aku tidak memutuskan untuk menjadi umat buddha saat itu, aku hanya meditasi saja
sampai 7 tahun setelah itu ada peristiwa yang membalikan keyakinanku dan beberapa kejadian lainya, aku memutuskan bahwa aku adalah umat buddhis
dalam rentang 7 tahun itu aku membuktikan bahwa apa yang aku lihat, khususnya tentang 31 alam dan apa yang ada di agamaku, yang benar adalah ajaran Buddha Gotama
aku melihat, membandingkan lalu aku memutuskan
setelah aku menjadi buddhis barulah kemampuan tentang past live aku dapat, dan ada beberapa saudara seagamaku dapat melihat juga, tetapi mereka takut untuk berbicara dengan keluarga mereka
sekarang tidak lagi, aku berjalan di jalan dharma tanpa rasa takut
atas cemoohan keluarga kami
atau bahkan dari "saudara kami yang ada di forum ini"
biarkanlah kamma masing-masing yang menjadi jodoh akan dharma
metta cetana
saya tidak memiliki kemampuan untuk membuktikan apakah cerita anda adalah benar atau tidak. jadi saya hanya mengetahui dari pengakuan anda, bahwa anda sudah mengalami Nibbana, dan saya tidak tertarik untuk membantah sebaliknya. tapi jika anda adalah seorang Arahat maka saya sungguh ingin memberikan penghormatan selayaknya pada anda.
apakah seorang arahat "harus" di perlalukan istimewa?tentu saja arahat diperlakukan secara istimewa dibandingkan putthujhana(ini menurut pendapat saya)
bagaimana anda tahu dia seorang arahat?
saya bukan arahat
murid saya ada yang arahat
wah, ada pelawak baru masuk forum.. :)) :)) :))
cukup deh buat menyegarkan kembali forum ini... ;D ;D ;D
mengacu pada pengalaman anda, sepertinya yang anda alami itu (kalaupun memang ada) merupakan pencapaian abhinna, instead of arahantship...
emang kata orang zaman sekarang dunia udah kebalik ya, umat jadi arahat, bhikkhu jadi manusia biasa....
kalau murid saya saja arahat, apalagi saya? kalau bukan sammasambuddha, setidaknya ya maha arahat deh
luar biasa kemampuanmu menilaianumodana kembali... ;D ;D
anumodanna
satu kamma buruk terbayar.
tentu saja arahat diperlakukan secara istimewa dibandingkan putthujhana(ini menurut pendapat saya)
saya bisa tahu seseorang itu arahat dari perbuatannya dan tindak-tanduknya, bukan hasil dari ngaku-ngaku sendiri...
level kesucian itu banyak
4 pasang yang di kenal di literatur theravada
ada 32 level Bodhisatta
dan level tak terbatas Mahasatta
dan anda adalah salah satu dari margasatwa itu?
saya rada heran di forum terhormat ini, mengapa umat yang sudah merealisasikan dhamma
yang tulisanya tidak menyerang menjadi seolah-olah musuh?
ada apa dengan umat buddha jaman ini?
luar biasa pikiran manusia
sayang ngak ada icon geleng-geleng
mohon bimbingannya coachArahat,
supaya member2 disini bisa lebih baik lagi...
apakah bro udah berkeluarga ? (kenapa pertanyaan ini tdk dijawab) ? :P
luar biasa pikiran manusia:no:
sayang ngak ada icon geleng-geleng
apakah suatu kejahatan bagi anda, jika ada mahluk lain yang mencapai jalan dharma?
sungguh heran saya,
biar kamu puas, iya saya seperti yang kamu maksut walau tulisanmu salahbagaimana ini? tulisan salah kok dibenarkan?
semoga kamma jelek saya berkurang dengan menangung ini.jangan khawatir, sebagai arahat semua kamma anda baik maupun jelek, akan expired pada saat anda parinibbana.
ada lagi yang ingin anda tanyakan??
ada kok, ini :no:
:no:
mencapai jalan dharma adalah satu hal, halusinasi adalah hal lain lagi.
bagaimana ini? tulisan salah kok dibenarkan?
jangan khawatir, sebagai arahat semua kamma anda baik maupun jelek, akan expired pada saat anda parinibbana.
banyak, tapi saya memberikan kesempatan kepada para member lain dulu, sepertinya Bro Johan punya banyak pertanyaan
sudah, saya terbuka setelah saya berkeluarga
tekanan dari member disini, serta kesinisanya,
tidak sebebrapa di banding yang saya dapat di real live
anda tahu kalau di agama sebelah pindah, apa konsekwensinya?
silahkan anda menekan saya akan menangungnya
tetapi jika anda mau mendengarkan (membaca) dhamma dari pervektip lain silahkan berdiskusi
toh tidak ada kewajiban anda semua untuk percaya
kalau pertanyaan2 gw malah arahatCoach terasa tertekan....yaaaa mohon maaf dehhhwah, enggak seru...
sebaiknya ini merupakan posting terakhir gw di thread ini utk bro Choa,
yg dpt gw katakan...
Welcome bro Chia to DC, and.... silahkan Curhat sepuasnya.... dan semoga terasa nyaman disini...
dan bimbinglah mereka2 yg tersesat... :P
mohon pamit dulu....
terima kasih, sekalian tanya untuk multi quote bagaimana?
[quote]
text1 di dalam quote
[/quote]
text2 di luar quote
[quote]
text3 di dalam quote
[/quote]
text4 di luar quote
kalau bisa muridnya yang arahat undang dong ;Dtidakkah engkau mendengar perkataan beliau, bahkan buddha pun terdapat dalam internet...
tidakkah engkau mendengar perkataan beliau, bahkan buddha pun terdapat dalam internet...kalau gurunya bukan arahat jangan diladeni lagi lah, mending sekarang cari arahat yang pastinya kebijaksanaannya lebih hebat dari gurunya.
jadi untuk apa mengundang arahat lagi??
=)) =))
saya bukan arahat
murid saya ada yang arahat
jika ingin menghormat, hormatilah tulisan saya disini yang membawamu atau mendorongmu mempraktekan dhamma
karena jika anda tidak ada mata dharma akan sulit membuktikan saya siapa
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang membuatmu untuk menjauhi dhamma
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang tidak menghormati dhamma
buddha ada dimana-mana, bahkan di internet ini, di dalam forum ini
karena jika mereka berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya
maka anda bertemu dengan buddha, atu setidak-tidaknya dengan calon buddha
saya rada heran di forum terhormat ini, mengapa umat yang sudah merealisasikan dhamma
yang tulisanya tidak menyerang menjadi seolah-olah musuh?
ada apa dengan umat buddha jaman ini?
saya membayangkan jika dijaman ini, seandainya buddha gotama di delay kelahiranya 2500 tahun
entah apa yang terjadi dengan buddha dhamma.
jika ingin bertemu dan membuktikan apakah saya benar seperti yang saya klaim
silahkan PM, semoga yang berjodoh, akibat kamma baik diri sendiri
YM. Choa
Selain pernyataan bahwa anda sudah lebih tinggi dari Arahat, bisa melihat 31 alam, dan lain-lain, manfaat apa yang bisa anda berikan pada orang-orang di sini?
Omong-omong jumlah alamnya 31 atau 33?
yang 2 alam lagi, alam apa bro ?
yang 2 alam lagi, alam apa bro ?Menurut anda apa? Yah Olympus dan Hades lah.
Menurut anda apa? Yah Olympus dan Hades lah.
Tanah buddha di barat (sukhavati amitabha) dan Tanah buddha di timur (bhaisjayaguru)Berarti anda belum selevel.
Tanah buddha di barat (sukhavati amitabha) dan Tanah buddha di timur (bhaisjayaguru)Berarti anda belum selevel.
;D ;D ;DIya nih, bang dilbert baru tahu Mahayana aja berpikir semua alam cuma sebatas literatur Mahayana. Olympus dan Hades itu LEBIH TINGGI dari Tanah Buddha, kaplingnya sudah berpotongan dengan nirvana langsung. Saya yang sudah merealisasikan, makanya bisa melihat di atas itu, dan saya nyatakan Anuttara Samyak Sambodhi juga BUKAN pencapaian terakhir. Dan jangan sembarangan kalian, saya tahu cetana kalian dalam menulis.
Apakah sdr choa masih melakukan hubungan seksual dengan istri? Apakah hubungan seksual lebih nikmat daripada pengalaman nibbana anda? Atau sebaliknya? Apakah anda masih pernah marah setelah pengalaman nibbana?
Kalau nanti anda sudah jadi arahat apakah mau ngelanjutin karir menuju sammasambuddha atau langsung pensiun?
Maaf hanya penasaran, sangat jarang saya menemui atau bahkan mengenal seorang yg telah menembusi dhamma, boleh tidak dijawab jika tidak berkenan.
[at] Choa,
apakah anda yakin anda tidak sedang berada dalam pengaruh narkoba ketika menulis di sini?
YM. Choa
Selain pernyataan bahwa anda sudah lebih tinggi dari Arahat, bisa melihat 31 alam, dan lain-lain, manfaat apa yang bisa anda berikan pada orang-orang di sini?
Omong-omong jumlah alamnya 31 atau 33?
saya terlahir seperti manusia umumnya
karen saya tidak tahu siapa oast live saya, malah saya terlahir bukan di keluarga buddhis
saya lahir lengkap dengan kilesa bawaa (kecendrungan kilesa lampau) dan kilesa kelahiran
setelah mengetahui past live saya, saya tidak seperti gambaran seorang arahat di literatur
theravada, karena saya bukan arahata magga dan palla
saya cari post yang menyatakan karma buruk dan kilesa terhapuskan setelah mencapai arahatOh, berarti secara singkat, Kitab Pali itu isinya ngaco yah, dan yang benar adalah ajaran anda. Betulkah begitu?
tidak ketemu, sekalian saya jawab pertanyaan anda dan post tersebut
ini berlwanan dengan theory theravda umumnya
saya nyatakan, jika seorang arahat parinibbana beliau para buddha (sarvaka) akan terlahir di alam 32
atau alam buddha, disana tidak ada landasan kamma berbuah, jadi sifatnya statis akan tetapi jejak
rekam kamma baik dan kamma buruk masih ada
artinya jika para buddha (sarvakha) memutuskan tetap di alam ini, maka mereka stay disini statis
kamma baik dan kamma buruknya
jika meeka memutuskan untuk melanjutkan ke jalan bodhisattva untuk mencapai Sammasambuddha
catatan lalu mereka tetap berlaku,
ini juga berlaku bagi para arahat ini, sekedar hanya ingin membayar hutang kamma yang belum sempat mereka penuhi, sebagian, beberapa atau semua terserah individu masing-masing
manfaat bagi orang-orang lain (menurut saya) dhamma benar-benar ada dan dapat direalisasikan
bagi yang mau mempraktekan dhamma
alam takterbatas di atas bukan hanya sampai 33 atau alam (langit) 36, tempat di mana para Buddha masa lampau ada dan berdiam
Jika Buddha Gautama masih hidup sampai sekarang, setidaknya akan mempertunjukkan keajaiban ganda yang hanya bisa dilakukan oleh seorang sammasambuddha.
kadang kadang saya juga mempunyai pertanyaan sama dengan anda
jika Buddha Gotama terlahir atas kehendaknya lalu menulis sesuatu komen
di forum ini, kira-kira apa yang terjadi?
mungkin beliau lebih parah dari pada saya
pikiran ini membuat saya "geli" (tertawa dalam hati)
yang 2 alam lagi, alam apa bro ?
jadi YM masih melakukan hubungan seks dengan istri gak? kok jawabannya ikan kribo sih?ya, saya berkeluarga sekarang dan mempunyai 2 anak.
langit/alam 32, dinamakan alam buddha, tempat para buddha sarvakha
langit/alam 33, dinamakan alam dharma, tempat sukhavati dan para mahluk dharma (bodhisattva, pacekhabuddha, dan mahasattva serta sammasambuddha)
ya, saya berkeluarga sekarang dan mempunyai 2 anak.
langit/alam 32, dinamakan alam buddha, tempat para buddha sarvakhaKalo boleh tanya lagi, kitab Pali itu 'kan berarti ngaco, tapi ada ga ajaran2 yang masih sesuai dharma?
langit/alam 33, dinamakan alam dharma, tempat sukhavati dan para mahluk dharma (bodhisattva, pacekhabuddha, dan mahasattva serta sammasambuddha)
Oh, berarti secara singkat, Kitab Pali itu isinya ngaco yah, dan yang benar adalah ajaran anda. Betulkah begitu?
sangat tidak sesuai dengan Arahatnya Agama Buddha, baik dari Theravada maupun Mahayana, boleh tau anda beragama apakah?
saya tidak pernah berkata begitu
apakah ada kata-kata buddha gotama yang saya "revisi"?
silahkan di babar.
terlepas dari ada revisi atau tidak, jika saya jadi anda, saya akan membaca lebih banyak tentang Arahat dan tentang Buddhisme, sebelum saya berani ngaku2 Arahat."Beliau" bukan Arahat, tapi Bodhisatva atau Mahasatva. Muridnyalah yang ada sebagian Arahat.
sangat tidak sesuai dengan Arahatnya Agama Buddha, baik dari Theravada maupun Mahayana, boleh tau anda beragama apakah?
hal yang sangat mengherankan, bila seorang berkeluarga dianggap tidak sesuai dengan arahatnya agama Buddha. karena sang Buddha sendiri berkeluarga dan mempunyai anak bernama rahula.
maksudnya?
apakah buddha dhamma adalah agama bagi anda?
jika ya, saya tidak terikat oleh pengkotakan yang anda sangkakan
saya bukan theradava, mahayana, tantrayana
saya juga seorang theravada, mahayana, tantrayana
saya hanya mengikuti kata-kata manusi buddha Gotama
ada yang salah???
ini memang gejala halusinasi akut, silakan berandai2 tapi ketahuilah batasannya
tapi tetap tidak menjawab apa yg ditanyakan
Pangeran Siddhattha memang pernah berkeluarga dan memiliki Anak, tapi bedakan antara Pangeran Siddhattha dan Sang Buddha.
kata-kata yang bagus. bagaimana kalau kalau dikatakan lebih lengkap, seperti ..
"saya juga kr****n, hindu, buddha dan Islam".
????
hal yang sangat mengherankan, bila seorang berkeluarga dianggap tidak sesuai dengan arahatnya agama Buddha. karena sang Buddha sendiri berkeluarga dan mempunyai anak bernama rahula.
Pangeran Siddhattha memang pernah berkeluarga dan memiliki Anak, tapi bedakan antara Pangeran Siddhattha dan Sang Buddha.kalian lupa ya ada buda yang masih hidup dan berkeluarga, LSY
maksudnya?Anda masih terkotakkan sedikit. Kalau mau, anda bisa bebas dari belenggu tersebut. Saya selain Buddhis, juga Kr1sten, Muslim, Hindu, dan merangkap pendeta Zeus. Jika ada hutang karma yang mau dihabiskan, kita bisa minta tolong sama Yesus yang sudah disalib membayar karma. Nanti kalau mau ke Tanah Buddha Barat, juga bisa pinjam Pegasus saya.
apakah buddha dhamma adalah agama bagi anda?
jika ya, saya tidak terikat oleh pengkotakan yang anda sangkakan
saya bukan theradava, mahayana, tantrayana
saya juga seorang theravada, mahayana, tantrayana
saya hanya mengikuti kata-kata manusi buddha Gotama
ada yang salah???
seseorang tidak bisa jadi penganut agama Buddha dan agama lain pada saat yg bersamaan, Bro.
ketika pangeran menjadi buddha, apakah keluarganya tidak diakui lagi sebagai keluarganya?
tentu saja. seperti halnya seseorang tidak bisa pergi ke geraja dan ke viahara pada saat yang bersamaan. karena itu dua tempat yang berbeda. tapi seseorang bisa pergi ke geraja di hari minggu, dan ke vihara di hari selasa. apakah itu mustahil dilakukan?
hal yang sangat mengherankan, bila seorang berkeluarga dianggap tidak sesuai dengan arahatnya agama Buddha. karena sang Buddha sendiri berkeluarga dan mempunyai anak bernama rahula.Tidak mengherankan jika saja anda belajar sedikit apa itu "arahat" menurut Buddhisme.
Kalo boleh tanya lagi, kitab Pali itu 'kan berarti ngaco, tapi ada ga ajaran2 yang masih sesuai dharma?kamu ini moderator tetapi kenapa kamu gagal menangkap tulisan saya?
terlepas dari ada revisi atau tidak, jika saya jadi anda, saya akan membaca lebih banyak tentang Arahat dan tentang Buddhisme, sebelum saya berani ngaku2 Arahat.
saya bukan arahat
untuk kedua kali saya tulis
thanks
"Beliau" bukan Arahat, tapi Bodhisatva atau Mahasatva. Muridnyalah yang ada sebagian Arahat.kali ini anda menyimak
tentu saja. seperti halnya seseorang tidak bisa pergi ke geraja dan ke viahara pada saat yang bersamaan. karena itu dua tempat yang berbeda. tapi seseorang bisa pergi ke geraja di hari minggu, dan ke vihara di hari selasa. apakah itu mustahil dilakukan?Tidak bisa, sebab Hari Jumat harus ke Mesjid sekaligus ke kuil Apollo dan waktunya bersamaan.
Pangeran Siddhattha memang pernah berkeluarga dan memiliki Anak, tapi bedakan antara Pangeran Siddhattha dan Sang Buddha.
kamu ini moderator tetapi kenapa kamu gagal menangkap tulisan saya?Maafkan saya, dan harap maklum sebab moderator di sini bukan semuanya ahli penyakit jiwa.
apakah karena rasa 'ego'mu sehinga tidak membaca tulisan saya
saya lahir disini, adalah praktisi semua kata-kata Sammasambuddha GotamaIya, saya percaya sekali, makanya saya bilang kalau mau bayar hutang karma, cari Yesus saja.
paham???
lalu saya menulis yang tidk ada di sutta (theravada)
dengarkan,
suatu saat Yng Terberkahi tiba di pingir hutan, lalu yang dijunjung dunia mengambil segengam daun
dan bertanya pada Y.A. Ananda,
ananda banyak mana daun yang ada di tanganku dan daun yang ada di hutan ini
yang di hutan ini , bhante jawab ananda
lalu yang Agung berkata" inilah dhamma yang kuajarkan pada murid-muridku yang ada di gengaman tanganku, dan ananda daun yang di hutn itu ibarat dhamma yang tidak aku ajarkan.
akan tetapi ananda, dhamma yang kuajarkan sudah cukup membawa manusia mencapai nibbana jika mereka mempraktekanya"
apakah kamu tidak percaya pada Buddha Gotama???
kalau anda menyimak saya berposisi sebagai pangeran sekarang
dan tidak akan menjadi buddha dalam kehidupan sekarang
paham om???
langit/alam 32, dinamakan alam buddha, tempat para buddha sarvakha
langit/alam 33, dinamakan alam dharma, tempat sukhavati dan para mahluk dharma (bodhisattva, pacekhabuddha, dan mahasattva serta sammasambuddha)
kalian lupa ya ada buda yang masih hidup dan berkeluarga, LSYLSY boleh mengaku buddha, tetapi buddha sarvaka dalam pengertian tantrayana
Mungkinkah ? :-?
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi ?
Anda masih terkotakkan sedikit. Kalau mau, anda bisa bebas dari belenggu tersebut. Saya selain Buddhis, juga Kr1sten, Muslim, Hindu, dan merangkap pendeta Zeus. Jika ada hutang karma yang mau dihabiskan, kita bisa minta tolong sama Yesus yang sudah disalib membayar karma. Nanti kalau mau ke Tanah Buddha Barat, juga bisa pinjam Pegasus saya.
Tidak mengherankan jika saja anda belajar sedikit apa itu "arahat" menurut Buddhisme.
Bagi seorang Arahat, bukanlah mustahil untuk berada di tempat berbeda pada saat yg sama.
tapi baiklah saya ralat pertanyaan saya,"pada saat ini, Sang Arahat beragama apakah?"
arahat menurut buddhisme mana?
buddhisme theravada saja
sempit pikiranmu nak.
saya tidak mengetahui, arahat mana yang pernah berkata "agamaku buddha".
seorang arahat tidak terikat kepada label agama, tidak terikat kepada ssuatu sebagai "milikku".
mohon petunjuk YM Pangeran, saya bisa baca dimana referensi tentang alam 32 dan 33 ini?
LSY boleh mengaku buddha, tetapi buddha sarvaka dalam pengertian tantrayana
atau dia buddha, bagi murid-muridnya
aslinya da kelahiran bodhisattva level 6 (masa awal jalan)
pengajarangnya banyak di tentang karena tidak convensional, tetapi ingat jasanya mengenalkan
buddha dhamma di luar negri,
kesalahan (mungkin) ada
jasa juga ada.
cukup indra,
jangan kau kotori cetanamu, kasihanilah dirimu jangan kamu keras kepala
lihatlah dirimu, aku (Choa) benar atau salah tidak akan membawa kamu ke bawah atau ke atas
perhatikan pikiranmu, cukup jangan buang waktumu untuk memuaskan egomu
perhatkan pikiranmu, kamma jelek kalau berbuah indra
sungguh teramat menderita
cukup, kasihanilah dirimu
aku berkata (menulis) untuk kedua kalinya padamu.
jika tulisanku hanya membuat member disini memupuk akusala mula citta sebaiknya saya tidak posting lagi
selamat meneruskan pencarian kalian, praktekan dhamma
jangan hanya di pelajari secara teoritis saja
meditasilah, realisasikan dhamma
jangan menghina orang lain sementara diri sendiri belum membuktikanya.
metta cetanna
[at] Kang_Asep
sudah... lagi seru nih tonton saja deh ;D :)) :))
silakan bergabung, mumpung masih ada kesempatan
inilah tulisan seorang praktisi buddha dharmaIni Upaya-kausalya. Level Bodhisatva anda masih kalah tinggi, jadi tidak mengerti.
sarkasme, moha, dan ego
but, anda mulia
orang lain tidak benar dalam memahami dharma,
hormat sama yang mulia
_/\_
arahat menurut buddhisme mana?Arahat *hanya* menurut Buddhisme? Sempit pikiranmu, cucuku.
buddhisme theravada saja
sempit pikiranmu nak.
Ini Upaya-kausalya. Level Bodhisatva anda masih kalah tinggi, jadi tidak mengerti.
Arahat *hanya* menurut Buddhisme? Sempit pikiranmu, cucuku.
Arahat Poseidon saja bisa perkosa kuda.
kalau li hong zhi & chang thien ran kesuciannya sudah tingkat berapa?
maaf saya tidak mengenal nama mereka mengunakan bahasa mandarin
tetapi jika anda bertanya tentang to tsng lo kun dia adalah maharaja alam 18
btw
saya heran dengan theravadin disini,
apakah mereka tidak pernah menbaca JATAKA, lalu apa pikiran mereka hanya Sidartha saja yang berjuang menjadi samma sambudda?
lalu bagai mana cerita JATAKA Meteyya yang mereka yakini sebagai Next Sammasambuddha
lalu apakah menurut theravadin hanya mereka berdua saja yang berjuang di jalan menuju sammasambuddha
theravadin baca ulang JATAKA, kalu kalian percaya TIPITAKA, jataka apakah anda yakini juga
maaf saya tidak mengenal nama mereka mengunakan bahasa mandarinOh ya? Kalau dari sudut Olympus, kami menyebutnya χαμάλης (khamalis).
tetapi jika anda bertanya tentang to tsng lo kun dia adalah maharaja alam 18
btwTentu tidaklah. Theseus, Achilles, Perseus, Herakles, minimal semua itu juga Bodhisatva. Hanya orang gila yang mengatakan Bodhisatva cuma Sidharta dan Maitreya.
saya heran dengan theravadin disini,
apakah mereka tidak pernah menbaca JATAKA, lalu apa pikiran mereka hanya Sidartha saja yang berjuang menjadi samma sambudda?
lalu bagai mana cerita JATAKA Meteyya yang mereka yakini sebagai Next Sammasambuddha
lalu apakah menurut theravadin hanya mereka berdua saja yang berjuang di jalan menuju sammasambuddha
theravadin baca ulang JATAKA, kalu kalian percaya TIPITAKA, jataka apakah anda yakini juga
Bung YM, terlepas dari apakah anda benar2 suci atau tidak, dalam berdiskusi, terutama di forum ini, jika seseorang membuat suatu pertanyaan kontroversial, maka member lain berhak mempertanyakan referensi yg ia gunakan, sekarang saya menggunakan hak itu, silakan anda menjawabnya.
ketika seseorang mempunyai hak tanya, maka orang lain punya hak jawab. ketika hak jawab itu hendak tidak digunakannya, maka itunya juga haknya. kalau orang tampaknya tidak ingin menjawab suatu pertanyaan, hendaknya tidak dpaksa.
saya bukan arahat
murid saya ada yang arahat
jika ingin menghormat, hormatilah tulisan saya disini yang membawamu atau mendorongmu mempraktekan dhamma
karena jika anda tidak ada mata dharma akan sulit membuktikan saya siapa
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang membuatmu untuk menjauhi dhamma
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang tidak menghormati dhamma
buddha ada dimana-mana, bahkan di internet ini, di dalam forum ini
karena jika mereka berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya
maka anda bertemu dengan buddha, atu setidak-tidaknya dengan calon buddha
saya rada heran di forum terhormat ini, mengapa umat yang sudah merealisasikan dhamma
yang tulisanya tidak menyerang menjadi seolah-olah musuh?
ada apa dengan umat buddha jaman ini?
saya membayangkan jika dijaman ini, seandainya buddha gotama di delay kelahiranya 2500 tahun
entah apa yang terjadi dengan buddha dhamma.
jika ingin bertemu dan membuktikan apakah saya benar seperti yang saya klaim
silahkan PM, semoga yang berjodoh, akibat kamma baik diri sendiri
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang membuatmu untuk menjauhi dhamma
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang tidak menghormati dhamma
Oh ya? Kalau dari sudut Olympus, kami menyebutnya χαμάλης (khamalis).bukan khamales om??
ketika seseorang mempunyai hak tanya, maka orang lain punya hak jawab. ketika hak jawab itu hendak tidak digunakannya, maka itunya juga haknya. kalau orang tampaknya tidak ingin menjawab suatu pertanyaan, hendaknya tidak dpaksa.Kalau orang telah menyatakan sesuatu argumen, maka dia harus mempertanggung-jawabkannya ketika diminta dasarnya. Betul, dia boleh memilih tidak bertanggung-jawab, sebagaimana tukang omong-kosong juga tidak bertanggung-jawab pada omongannya.
bukan khamales om??Tulisannya memang "eta", dalam pengucapan Yunani klasik juga 'eta', tetapi dalam Yunani modern menjadi 'ita'.
η=eta??
cukup indra,Tekadmu bodhisatva yang tidak akan mencapai pencerahan sebelum semua makhluk tercerahkan, bahkan mau turun neraka mencoba membimbing para bajingan paling bengis untuk menempuh jalan bodhi. Masa' baru ketemu segelintir Theravadin saja sudah keok??
jangan kau kotori cetanamu, kasihanilah dirimu jangan kamu keras kepala
lihatlah dirimu, aku (Choa) benar atau salah tidak akan membawa kamu ke bawah atau ke atas
perhatikan pikiranmu, cukup jangan buang waktumu untuk memuaskan egomu
perhatkan pikiranmu, kamma jelek kalau berbuah indra
sungguh teramat menderita
cukup, kasihanilah dirimu
aku berkata (menulis) untuk kedua kalinya padamu.
jika tulisanku hanya membuat member disini memupuk akusala mula citta sebaiknya saya tidak posting lagi
selamat meneruskan pencarian kalian, praktekan dhamma
jangan hanya di pelajari secara teoritis saja
meditasilah, realisasikan dhamma
jangan menghina orang lain sementara diri sendiri belum membuktikanya.
metta cetanna
Cakup Sdr. Choa, mari saya tunjukkan.
Anda, Sdr. Choa, mengatakan: “Buddha ada dimana-mana …… jika mereka berbicara/menulis dhamma…..”, dengan demikian saya menganggap Buddha yang anda maksud adalah manussa Buddha karena bisa berbicara dan menulis di Internet.
Dalam Dhamma Tathāgata saya pahami, manussa Buddha tidak bisa dikatakan ada dimana-mana. Ketika dikatakan ada dimana-mana itu berarti manussa Buddha ada dalam diri setiap orang, hewan, tumbuhan, kotoran, hingga minuman keras.
Jika manussa Buddha ada dalam sayuran, maka seseorang yang bervegetarian telah membunuh manussa Buddha. Tidak ada yang bisa dimakan. Dengan demikian maka selamanya makhluk hidup yang membutuhkan makan maka ia akan membunuh manussa Buddha, dan makhluk hidup tidak akan lepas dari penderitaan.
Jika manussa Buddha ada dalam minuman keras, maka manussa Buddha yang ada dalam diri seseorang adalah sebanyak minuman keras yang ia teguk. Jika demikian maka seharusnya tidak ada kriminalitas yang muncul setelah seseorang banyak meminum minuman keras yang di dalamnya ada manussa Buddha. Tetapi kenyataannya tidak demikian.
Cukup Sdr. Choa, dengan mengatakan bahwa manussa Buddha ada dimana-mana, maka itu telah menjauhi Dhamma, memutar-balik Dhamma Tathāgata. Dan karena itu cukup Sdr. Choa, bagi saya untuk tidak menyepakati dan mengikuti apa yang anda paparkan dan tidak perlu pembuktian apapun lagi lewat PM.
Thanks
bukan khamales om??
η=eta??
by the way saya merasa sangat beruntung bisa dilahirkan di DC dan bertemu seorang boddhisatta hidup..
tapi ada kebingungan yang mengganjal di hati saya...
kalau seorang bodhisatta saja sudah bisa membuat orang lain menjadi arahat, kenapa boddhisatta perlu menjadi seorang samma-sambuddha??
mohon dijawab..
apakah ia terlahir kembali dsini melalui kelahiran atau spontan terlahir kembali, dan bagaimana dia punya "niat" untuk menjelma, ketika pancakhandhanya sudah padam??
niat itu datangnya darimana??
bukankah seperti sudah saya katakan, ketika arahat parinibbana, pancakhandha-nya juga sudah padam??
anda benar kalau yang saya maksud itu sama seperti anda tulis (ini yang pertama)
coba telaah lagi tulisan saya sdr kelana, saya menulis buddha (tampa kata manusi), buddha disini yang sadar
yang sadar ada dimana mana
kalau anda mau tahu tentang manusia buddha menurut pendapat saya, cuma satu yaitu Sammasambuddha Sidartha Gotama, sampai ajaranya hilang baru ada manusi buddha baru, (saya tegaskan)
dan saya tidak berniat memberikan penjelasan pada anda lewat PM.
tetapi sdr kelana, saya hargai pendapatmu
anumodana.
Cakup Sdr. Choa, tidak perlu berkilah lagi, anda telah menulis: “….jika mereka berbicara/menulis dhamma.” Ini membuktikan yang anda maksud adalah manussa Buddha atau apapun yang anda istilahkan, tetap saja membutuhkan anggota tubuh untuk berbicara/menulis di internet.
Jika anda berkilah dengan mengatakan : "buddha disini yang sadar yang sadar ada dimana mana", ini juga sama menjauhi Dhamma, karena jika yang sadar tersebut ada dimana-mana maka ia ada di sebuah batu dan batu pun berkesadaran dan bisa berinternet untuk menulis Dhamma.
Jadi cukup Sdr. Choa, semakin banyak anda menyangkal, maka akan memalukan diri anda sendiri.
Thanks
betul,dalam dua belas rantai niddana, yang menjadi akar kemunculan adalah kebodohan..
sama seperti api padam karena faktor-faktor pendukungnya habis
tetapi apakah api itu tidak akan menjelma selama-lamanya
sama seperti proses padamnya, proses terjadinya panca khandha
juga memungkinkan kembali karena suatu sebab
betul,
sama seperti api padam karena faktor-faktor pendukungnya habis
tetapi apakah api itu tidak akan menjelma selama-lamanya
sama seperti proses padamnya, proses terjadinya panca khandha
juga memungkinkan kembali karena suatu sebab
jika finish saja di garis ini, maka faham nihilisme akan di sematkan pada ajaran dhamma
maknya Buddha Gotama menolak untuk menjawab pertanyaan ini dan tidak menyangkal juga
saat di tanya oleh Maha Mongalana.
dalam dua belas rantai niddana, yang menjadi akar kemunculan adalah kebodohan..
dengan adanya kebodohan, maka terjadi bentuk-bentuk kamma(sankhara), dengan adanya sankhara maka terjadi kesadaran, dst dst...
maka bisa saya simpulkan disini, berarti kalau arahat tersebut bisa mempunyai kesadaran kembali, berarti juga ia memiliki kebodohan?? begitukah??
kalau begitu kenapa hal ini bertentangan dengan perkataan sang buddha yang menyatakan kalau seorang arahat sama sekali tidak memiliki avijja lagi??
apakah buddha salah??
apa bedanya kemunculan arahat dengan manusia biasa??kesaradaran,
lalu kalau bukan kebodohan, apa yang menyebabkan kemunculannya??
betul,disini anda mengatakan kalau proses terjadinya panca khandha(dalam hal ini kesadaran) dalam diri arahat dimungkinkan dalam suatu sebab..
sama seperti api padam karena faktor-faktor pendukungnya habis
tetapi apakah api itu tidak akan menjelma selama-lamanya
sama seperti proses padamnya, proses terjadinya panca khandha
juga memungkinkan kembali karena suatu sebab
kesaradaran,Jadi kesadaran yang memunculkan bathin-jasmani?
saya mengatakan tidak semua kamma buruk habis atau ahosi saat seorang arahat
parinibbana, itu saja bedanya
disinilah letak perbedaan pandangan kita intinya
makanya dalam pertanyaan TS, saya menjawab mungkin
Ga konsisten... bentar murid Makkhali, bentar murid Kevattaputta. Payah.bentar lagi murid zeus, dan berselingkuh dengan hera..
kesaradaran,
saya mengatakan tidak semua kamma buruk habis atau ahosi saat seorang arahat
parinibbana, itu saja bedanya
disinilah letak perbedaan pandangan kita intinya
makanya dalam pertanyaan TS, saya menjawab mungkin
disini anda mengatakan kalau proses terjadinya panca khandha(dalam hal ini kesadaran) dalam diri arahat dimungkinkan dalam suatu sebab..
nah, apa penyebab kesadaran itu muncul kalau bukan kebodohan??
kok dijawab kesadaran lagi?? muter deh...
apakah anda mau merevisi tulisan yang saya bolt???saya ganti...
saya ganti...
disini anda mengatakan kalau proses terjadinya panca khandha(dalam hal ini kesadaran) dalam diri arahat dimungkinkan dalam suatu sebab..
nah, apa penyebab kesadaran itu muncul???
kok dijawab kesadaran lagi?? muter deh...
kesadaran itu ada karena existensi mahluk, karena adanya mahlukbukankah seorang arahat tidak lagi bisa didefenisikan sebagai ada(eksis), tidak ada, ada dan tidak ada, dan bukan ada dan bukan tidak ada??
bukankah seorang arahat tidak lagi bisa didefenisikan sebagai ada(eksis), tidak ada, ada dan tidak ada, dan bukan ada dan bukan tidak ada??
ilustrasi ya,
buddha gotama "diam" saat di tanya jika beliau parinibanna ada atau tidak
artinya saya berbicara tentang "dhamma" yang seperti daun di dalam hutan
saya melihat dengan mata kepala sendiri dan berinteraksi, saya pernah menjadi
salah satu diantara mereka, lalu saya menuliskan
1, saya tidak pernah dan tidak pernah akan merubah kata-kata buddha Gotama
2, saya melihat artinya pengalaman saya sendiri
anda fell free untuk percaya apa tidak, itu hak anda
yang jadi masalah kan kalau apa yang saya tuliskan tidak sesuai sutta, itu saya hindari
tetapi kalau masalahnya tidak ada di sutta saya akui,
sebagai contoh saya katakan ada alam/langit 32 atau 33
sang buddha tidak pernah berkata " tidak ada langit/alam 32 atau 33"
betul tidak.
masalah perbedaan pemahaman tentang suatu sutta itu biasa karena level panna
masing-masing individu berbeda.
ilustrasi ya,sang buddha juga menjawab seperti yang saya katakan diatas, kenapa anda mengatakan sang buddha diam ketika ditanya?? kalau bisa, tolong tunjukkan di bagian mana sang buddha diam ketika ditanya tentang nibbana..
buddha gotama "diam" saat di tanya jika beliau parinibanna ada atau tidak
artinya saya berbicara tentang "dhamma" yang seperti daun di dalam hutan
saya melihat dengan mata kepala sendiri dan berinteraksi, saya pernah menjadi
salah satu diantara mereka, lalu saya menuliskan
1, saya tidak pernah dan tidak pernah akan merubah kata-kata buddha Gotama
2, saya melihat artinya pengalaman saya sendiri
anda fell free untuk percaya apa tidak, itu hak anda
yang jadi masalah kan kalau apa yang saya tuliskan tidak sesuai sutta, itu saya hindari
tetapi kalau masalahnya tidak ada di sutta saya akui,
sebagai contoh saya katakan ada alam/langit 32 atau 33
sang buddha tidak pernah berkata " tidak ada langit/alam 32 atau 33"
betul tidak.
masalah perbedaan pemahaman tentang suatu sutta itu biasa karena level panna
masing-masing individu berbeda.
orang-orang berbicara sampai pada tingkat teori yang tinggi. tapi, bagaimanakah kiranya dalam hal praktikdan pengalaman? apakah telah sampai pada apa yang didiskusikan?
orang-orang berbicara sampai pada tingkat teori yang tinggi. tapi, bagaimanakah kiranya dalam hal praktikdan pengalaman? apakah telah sampai pada apa yang didiskusikan?
Di masa lampau, tersebutlah sekumpulan ilmuwan sedang berkumpul. Mereka memperhitungkan bahan bakar yang diperlukan agar cukup untuk melontarkan pesawat ulang-alik ke bulan, bagaimana sudutnya, kapan kah jarak terdekat antara stasiun dan bulan, bagaimana gesekan atmosfer, bagaimana astronot bertahan hidup di sana, bagaimana kembali ke bumi dengan selamat.
Lalu datanglah seorang 'brilian' dan berkata: "teori tinggi aja kalian, memang ada yang pernah ke bulan?"
praktik dan pengalaman bersifat pribadi dan tidak semua orang mengalami hal yg sama. yg bisa kita bahas hanyalah apakah praktik dan pengalaman itu sesuai dengan teori yg diajarkan atau tidak.
agak sulit menangkap "apa yang dipermasalah" di thread ini. sebenarnya, inti permasalahannya apa sih?
biasakan baca dari awal. ini permasalahan yg sering terjadi bagi orang yg langsung nimbrung tanpa mengikuti dari awal
berbicara masalah teori yang tinggi tersebut bukanlah hal yang salah. tapi yng dipertanyakan adalah, "jarak antara teori dengan pelaksanaan" ? jika sekarang berbicara teori "terbang ke bulan", maka "jaraknya" tidak terlalu jauh sebagaimana apabila hal ini dibicarakan pada masa di mana pesawat terbang sekalipun belum ditemukan.Kalau dihubungkan dengan ilustrasi di atas, keadaan topik ini adalah, Buddha mengajarkan, 'ke bulan pake pesawat ulang-alik'. Lalu datang seseorang dan mengatakan, 'ke bulan itu naik becak, bukan ulang-alik seperti perkiraan kalian. Kalian adalah orang berwawasan sempit.'
ilustrasinya, jika kita berbicara tentang 7 tangga, maka umumnya kita, berada ditangga manakah sekrang?
Kalau dihubungkan dengan ilustrasi di atas, keadaan topik ini adalah, Buddha mengajarkan, 'ke bulan pake pesawat ulang-alik'. Lalu datang seseorang dan mengatakan, 'ke bulan itu naik becak, bukan ulang-alik seperti perkiraan kalian. Kalian adalah orang berwawasan sempit.'
Lalu kami mempertanyakan atas dasar apa ia membuat pernyataannya yang menganulir Ajaran Buddha dan dia jawab, 'ini pengalaman saya secara langsung, naik becak sampe ke bulan.'
Sekarang saya mau tanya anda, apakah kita semua yang belum ke bulan ini, masih cetek2 ilmunya, tidak boleh meminta penjelasan dan hanya percaya saja padanya bahwa dia sudah naik becak ke bulan?
barangkali aja ada yang mau membantu menjelaskan. tapi kalau tidak, ya sudah. lewatkan aja!
oh, begitu!;D Mungkin saja. Untuk itu, coba anda ambil intisari pengetahuannya tentang dhamma, dan jelaskan kepada saya. Barangkali saya bisa ubah cara pandang saya terhadap dia.
Sepertinya orang itu mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dhamma, cuma sepertinya juga dia kurang memiliki pengetahuan di dalam metode "berkomunikasi", dan mungkin kita lebih dulu terperangkap di dalam "kesan kesombongannya", jadi sulit menangkap maksud yang disampaikan oleh dia.
;D Mungkin saja. Untuk itu, coba anda ambil intisari pengetahuannya tentang dhamma, dan jelaskan kepada saya. Barangkali saya bisa ubah cara pandang saya terhadap dia.
sang buddha juga menjawab seperti yang saya katakan diatas, kenapa anda mengatakan sang buddha diam ketika ditanya?? kalau bisa, tolong tunjukkan di bagian mana sang buddha diam ketika ditanya tentang nibbana..
kalau sang buddha merasa tidak perlu mengungkapkan apa yang ia ketahui, kenapa anda merasa perlu mengungkapkannya?? apakah karena mana??
lalu, apa manfaat anda mengatakannya untuk kami??
sang buddha tidak mengatakan segala yang ia ketahui, karena ia merasa hal tersebut diak perlu, lalu, kenapa anda merasa perlu untuk memberitahukannya kepada kami??
orang-orang berbicara sampai pada tingkat teori yang tinggi. tapi, bagaimanakah kiranya dalam hal praktikdan pengalaman? apakah telah sampai pada apa yang didiskusikan?
Setuju dengan Kang Asep, terlepas benar atau tidaknya pengakuan saudara Choa sebagai seorang bodhisatva. Jika tidak benar, biar saudara Choa yang menanggung akibat buruknya.
Tapi harap secara logika perlu kita ingat "apakah di dunia ini hanya ada satu bodhisatva maitreya dan tidak ada bodhisatva yang lain?"
intisarinya terletak pada logika. Kita harus diskusi dengan logika yang benar. tapi logika ini harus berdiri diatas ketenangan, kedamaian, dan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih. Dengan demikian, logika akan dapat dicerna.
empat kediaman luhur, yakni dhamma chariya, itulah yang harus diwujudkan, sebelum berbicara dengan logika. kegagalan menempatkan pikiran pada kediaman luhur tersebut, akan menimbulka kegagalan "saling memahami". kita tidak akan dpat memahami dia. dan dia tidak akan dapat memahami kita.
berbicara masalah "apakah setelah parinibana terlahir lagi atau tidak" mungkin merupakan hal penting seperti ilmuwan zaman dulu yang membicarakan cara terbang ke bulan, tapi ketika diskusi telah berkesan seperti perslisihan yang tidak indah, berarti teori itu telah terlalu tinggi untuk dibicarakan. membicarakan dhamma yang lebih mudah dibuktikan adalh mungkin lebih berguna, seperti misalnya metta, karuna, muditta dan upekkha. Bila dia sudah terbukti dapat berdiam pada empat kediaman luhur tersebut, demikian pula dengan kita, maka dengan mudha terwujud kondisi "saling memahami".
oh, begitu!
Sepertinya orang itu mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dhamma, cuma sepertinya juga dia kurang memiliki pengetahuan di dalam metode "berkomunikasi", dan mungkin kita lebih dulu terperangkap di dalam "kesan kesombongannya", jadi sulit menangkap maksud yang disampaikan oleh dia.
Setuju dengan Kang Asep, terlepas benar atau tidaknya pengakuan saudara Choa sebagai seorang bodhisatva. Jika tidak benar, biar saudara Choa yang menanggung akibat buruknya.
Tapi harap secara logika perlu kita ingat "apakah di dunia ini hanya ada satu bodhisatva maitreya dan tidak ada bodhisatva yang lain?"
maksudnya?
apakah buddha dhamma adalah agama bagi anda?
jika ya, saya tidak terikat oleh pengkotakan yang anda sangkakan
saya bukan theradava, mahayana, tantrayana
saya juga seorang theravada, mahayana, tantrayana
saya hanya mengikuti kata-kata manusi buddha Gotama
ada yang salah???
(btw ane theravadin juga :))
dulu Buddha Gotama pernah dikatakan sombong saat sudah merealisasikan pencerahan agung
dan bertemu dengan seorang petapa, dan di tanya
apakah anda seorang manusia?
bukan jawab Buddha Gotama
apakah anda seorang deva?
bukan Jawab Buddha Gotama.
lalu orang itu berlalu sambil menguman, sungguh sombong bhikkhu ini,
mengaku lebih mulia dari seorang deva sekalipun,
ada dua masalah
1, bisa jadi buddha Gotama memang sombong dan dia bukanlah semulia mahluk deva
2, ternyata dia mengatakan kebenaran, tetapi kesan yang di dapat si penanya pada saat itu
sunguh luar biasa arogan menyamakan diri bahkan mengklaim lebih tinggi dari deva
saya hanya mengatakan saya sudah mempraktekan dharma, dan merealisasikanya
pada kehidupan lampau
bisa jadi saya sakau, mabok, berhalusinasi, atau hanya punya kemampuan supra atauabhinna
so what?, take it eazy cerap, kalau tidak mampu mencerapnya angap angin lalu, ini hanya dunia maya
bagaimana jika yang saya katakan kebenaran??
btw, siapa yang bisa merealisasikan dhamma dan membuktikan dhamma, saya tunggu.
ilustrasi ya,
buddha gotama "diam" saat di tanya jika beliau parinibanna ada atau tidak
betul,
sama seperti api padam karena faktor-faktor pendukungnya habis
tetapi apakah api itu tidak akan menjelma selama-lamanya
sama seperti proses padamnya, proses terjadinya panca khandha
juga memungkinkan kembali karena suatu sebab
jika finish saja di garis ini, maka faham nihilisme akan di sematkan pada ajaran dhamma
maknya Buddha Gotama menolak untuk menjawab pertanyaan ini dan tidak menyangkal juga
saat di tanya oleh Maha Mongalana.
itu dia masalahnya bro
sebagai contoh apakah mereka sudah membuktikan sendiri ada 31 alam, coba jawab?
baru satu hal tidak dapat membuktikannya sendiri
kesaradaran,
saya mengatakan tidak semua kamma buruk habis atau ahosi saat seorang arahat
parinibbana, itu saja bedanya
disinilah letak perbedaan pandangan kita intinya
Sekarang:
sebelumnya:
gw:
bicara saja masih berubah2..berlagak mengerti dhamma
bukankah seorang arahat tidak lagi bisa didefenisikan sebagai ada(eksis), tidak ada, ada dan tidak ada, dan bukan ada dan bukan tidak ada??
saya sudah membuktikannya, adanya alam manusia dan alam hewan :Panda penghuni alam sukaramai juga ya??
kalau alam sukawati memang tidak tahu, yang saya tahu adanya 'sukaramai' di kota medan :))
Berawal dari diskusi di forum sebelah dan jawaban yang mengantung.
Jadi... mungkin lebih tepatnya konfirmasi.
untuk ke tiga kali saya katakan "mungkin" untuk pertanyaan TS di thread ini
saya jawab untuk yang kedua kali sebagai perumpamaan
betul apa yang di katakan Buddha Gotama, jika kita membandingkan seorang arahat atau yang lebih tinggi setelah parinibbana, maka kata yang tepat adalah:
seorang arahat tidak lagi bisa didefenisikan sebagai ada(eksis),
tidak ada, ada dan tidak ada, dan bukan ada dan bukan tidak ada
ingat ini jika mengacu kelahiran di 31 alam, maka pengambaran ini tepat,
lalu saya katakan tidak berlalu di luar alam samsara 31, karena
dialam 32 keatas mereka hidup "bukan" berdasarkan buah kamma,
tetapi akibat akumulasi kamma (bisa kamma baik atau kamma buruk dalam jumblah tertentu)
satu hal disini saja berbeda dengan kelahiran di alam samsara (31 alam)
maka mereka dikatakan ada
mereka bebas untuk tetap tingal disana atau kembali kealam samsara
tampa terikat oleh jangka waktu kelahiran alam alam seperti di alam samsara (31 alam)
(contoh alan deva 1 catur maharajika, jangka hidup mahluk itu 50,000 tahun
yang mana satu hari di alam langit satu = 50 tahun manusia
maka mereka di kategorikan tidak ada
mereka juga bisa kembali ke alam tersebut, dapat berdiam disana sesuai keinginan mereka
jika mereka memutuskan demikian, maka tetap tingal atau pergi dapat dilakukan atas
kehendak para mahluk itu sendiri tampa terikat hukum alam kelahiran
maka mereka di kategorikan ada dan tidak ada, dan bukan ada dan bukan tidak ada
apakah anda merasa tulisan saya tidak bermanfaatbro, anda belum menjawab semua pertanyaan saya...
kalau iya mohon abaikan,
saya katakan saya tidak menentang dan menyetujui isi ajaran seluruh TIPITAKA pali.
yang menurut saya intinya untuk melepaskan atau terbebas dari samsara.
memang yang saya tulis sesuai pertanyaan topik thread ini mengacu pada mahluk
yang sudah mencapai nibbana, lalu saya menjawabnya
penting, atau tidak penting saya hanya merespon pertanyaan lalu saya menjawab
dan mempertahankan jawaban saya
sekali lagi kalau menurut anda tidak penting, saya memaklumi
tentang Nibbana, ada baiknya anda membaca sutta dengan lengkap
anumodana
disini ramai, disana ramaihuss...
dimana mana dhamacitta tetap ramai....
itu dia masalahnya bromerasa well educated tampa praktek menimbulkan arogansi yang tidak bermanfaat
tanya pada mereka yang mengangap mereka "pintar dan yang paling benar" dalam memahami
dharma,
apakah mereka sudah membuktikan kata-kata buddha Gotama yang terangkai dalam sutta???
sebagai contoh apakah mereka sudah membuktikan sendiri ada 31 alam, coba jawab?
baru satu hal tidak dapat membuktikannya sendiri
berani mengklain sebagai pewaris dhamma???
memalukan Sang Guru, jika benar orang semacam ini di akui sebagai "murid" nya.
dulu Buddha Gotama pernah dikatakan sombong saat sudah merealisasikan pencerahan agung
dan bertemu dengan seorang petapa, dan di tanya
apakah anda seorang manusia?
bukan jawab Buddha Gotama
apakah anda seorang deva?
bukan Jawab Buddha Gotama.
lalu orang itu berlalu sambil menguman, sungguh sombong bhikkhu ini,
mengaku lebih mulia dari seorang deva sekalipun,
ada dua masalah
1, bisa jadi buddha Gotama memang sombong dan dia bukanlah semulia mahluk deva
2, ternyata dia mengatakan kebenaran, tetapi kesan yang di dapat si penanya pada saat itu
sunguh luar biasa arogan menyamakan diri bahkan mengklaim lebih tinggi dari deva
saya hanya mengatakan saya sudah mempraktekan dharma, dan merealisasikanya
pada kehidupan lampau
bisa jadi saya sakau, mabok, berhalusinasi, atau hanya punya kemampuan supra atauabhinna
so what?, take it eazy cerap, kalau tidak mampu mencerapnya angap angin lalu, ini hanya dunia maya
bagaimana jika yang saya katakan kebenaran??
btw, siapa yang bisa merealisasikan dhamma dan membuktikan dhamma, saya tunggu.
tentu saja boddhisatta, seperti bro choa...
jadi, siapa yang berwenang mengklaim pewaris dhamma?
gw:
sumber please..cantumkan no suttanya...
silakan.
1. Upaka
An Ᾱjivaka whom the Buddha met on his way between Gayā and the Bodhi Tree, after he set out from Isipatana for the preaching of the First Sermon. Upaka questioned the Buddha on his attainments, and when the Buddha told him what he had accomplished he asked the Buddha if he were "Anantajina." When the Buddha acknowledged it, Upaka shook his bead saying, "It may be so, friend," and went along by another road (J.i.81; Vin.i.8; M.i.170-1; DhA.iv.71-2). It is said (DA.ii.471) that the Buddha walked all the way from the Bodhi Tree to Isipatana - instead of flying through the air, as is the custom of Buddhas - because he wished to meet Upaka.
http://www.palikanon.com/namen/u/upaka.htm
lengkapnya di
ARIYAPARIYESANA SUTTA
Majjhima Nikaya, Sihanada Vagga, Bab 26
saya bantuin dah kalau hanya referensi :)
YM. Choa,
Apakah anda memiliki 10 faktor seorang araha?
mana bagian bergumam sombong itu?
kalau di buku riwayat Buddha versi populer ada. Di sutta hanya 1 kalimat "gitu yah?" yg artinya multitafsir
25. “Kemudian, para bhikkhu, ketika Aku telah menetap di Uruvelā selama yang Aku inginkan, Aku melakukan perjalanan secara bertahap menuju Benares. Antara Gayā dan tempat pencerahan, Ājīvaka Upaka melihatKu dalam perjalanan dan berkata: ‘Teman, indriaMu cerah, warna kulitMu bersih dan cemerlang. Di bawah siapakah engkau meninggalkan keduniawian, teman? Siapakah guruMu? Dhamma siapakah yang Engkau [171] anut? Aku menjawab Ājīvaka Upaka dalam syair:
‘Aku adalah seorang yang telah melampaui segalanya, pengenal segalanya,
Tidak ternoda di antara segalanya, meninggalkan segalanya,
Terbebaskan dalam lenyapnya keinginan. Setelah mengetahui semua ini
Bagi diriKu, siapakah yang harus Kutunjuk sebagai guru?
Aku tidak memiliki guru, dan seseorang yang setara denganKu
Tidak ada di segala alam
Bersama dengan semua dewanya, karena Aku tidak memiliki
Siapapun yang dapat menandingiKu.
Aku adalah Yang Sempurna di dunia ini,
Aku adalah Guru Tertinggi.
Aku sendiri adalah seorang Yang Tercerahkan Sempurna
Yang api-apinya telah padam.
Aku pergi sekarang ke kota Kāsi
Untuk memutar Roda Dhamma.
Dalam dunia yang telah buta
Aku pergi untuk menabuh tambur Keabadian.’
‘Dengan pengakuanMu, teman, engkau pasti adalah Pemenang Segalanya.’
‘Para pemenang adalah mereka yang sepertiKu
Yang telah memenangkan penghancuran noda-noda.
Aku telah menaklukkan segala kondisi jahat,
Oleh karena itu, Upaka, Aku adalah pemenang.’
“Ketika ini dikatakan, Ājīvaka Upaka berkata: ‘Semoga demikian, teman.’ Dengan menggelengkan kepala, ia berjalan melalui jalan kecil dan pergi.
sulit dimengerti, mengapa pertanyaan ini diajukan kepadanya, bukankah dia sendiri telah mengatakan "saya bukan arahat" ?oo..kalo gitu tanyanya diganti, apakah siswa anda memiliki 10 faktor araha?..dah gitu aja
YM. Choa,sudah, hanya saja belum direalisasikan untuk menjadi araha...
Apakah anda memiliki 10 faktor seorang araha?
justru di sini kita cuma punya referensi sebagai alat untuk mengetahui apakah pengakuan itu sesuai dengan ajaran Buddha atau tidak, karena terus terang saya belum punya pengalaman luar biasa itu
kita ingin menguji, apakah suatu pengakuan itu sesuai dengan ajaran sang Buddha atau tidak, maka dari itu kita menuntut agar orang yang membuat pengakuan itu mengemukakan refrensi sutta yang sesuai dengan pengakuannya. ini tidak satu visi dengan yang membuat pengakuan. yang ingin menguji hanya pada pihak kita. sedangkan yang membuat pengakuan hanya menyampaikan "apa yang diketahui" dan "apa yang dialami". pengujian benar tidaknya pengakuan itu dengan sutta, dapat kita lakukan sendiri tanpa melibatkan orang itu. karena, menyeret orang tersebut ke dalam visi kita, tentulah menjadi sulit. perlulah kiranya kita memberikan alasan, mengapa dia mau menjadi visi dengan kita.
anggaplah pengakuannya itu tidak sesuai dengan sutta. misalnya, jika orang tersebut menyatakan terdapat 33 alam, sedangkan pada sutta dinyatakan terdapat 31 alam, lalu kita menyimpulkan bahwa pernyataannya tersebut tidak sesuai dengan sutta.
masalah terjadi ketika kedua belah pihak berupaya menyampaikan argumen bahwa pernyataannya itu benar. yang menjadi masalah, dasar argumentasi yang satu pihak adalah "pengalaman" sedangkan yang lain adalah "sutta". kalau telepon ini namanya salah sambung. tidak satu visi.
satu pihak bersikukuh bahwa sutta hanya menyebut ada 31 alam.
pihak lainnya bersikukuh bahwa sutta tidak menyebut bahwa "tidak ada 33 alam"
seolah keduanya bertentangan. sebenarnya tidak bertentangan, hanya kesalah fahaman. bgaimana kiranya mengurai kesalah fahaman ini?
satu pihak bersikukuh bahwa sutta hanya menyebut ada 31 alam.
pihak lainnya bersikukuh bahwa sutta tidak menyebut bahwa "tidak ada 33 alam"
benar, pengujian itu memang saya bandingkan sendiri dengan bantuan sutta, yg saya lakukan di sini hanyalah bertanya, dan membandingkan jawabannya apakah sesuai dengan sutta atau tidak. tapi jika ada orang yg mengatakan bahwa ia mengutip kata2 Sang Buddha, tidak bolehkah kita mempertanyakan darimana sumber yg ia katakan sebagai kata2 Sang Buddha itu? kecuali bahwa, dengan mempertimbangkan pencapaiannya, ia mengatakan bahwa ia mendengar langsung secara pribadi dari Sang Buddha, sehingga tidak tercatat dalam sutta.
bertanya, tentu saja boleh. Ketika orang itu tidak menjawab atau memberikan referensi yang tidak valid, maka dapat kita simpulkan bahwa kata-kata yang dia kutip itu tidak valid. Bukankah sampai di sini akan selesai urusannya? ataukah ada hal lain yang dipermasalahkan?
apakah perlu pula kita mengatakan kepadanya "anda pembohong, ternyata sang Buddha di dalam sutta tidak menyatakan demikian" ?
sutta juga mengatakan tentang Empat Kebenaran Mulia, tapi sutta tidak mengatakan bahwa tidak ada dua puluh kebenaran mulia. jadi bisakah kita menyimpulkan bahwa ada 20 kebenaran mulia?
perlu atau tidak perlu kita kembalikan saja kepada si penanya, tapi adakah yg berkata spt itu? dan fakta berbohong itu sudah jelas, kecuali kalau yg bersangkutan mengaku sudah berbincang2 langsung dengan Sang Buddha sehingga bisa mengatakan bahwa sutta itu salah.
Pertama, sutta menyatakan : ada empat kebenaran mulia
Kedua, sutta tidak menyatakan : tidak ada dua puluh kebenaran mulia
pernyataan pertama adalah benar.
pernyataan kedua juga benar.
apakah dapat disimpulkan bahwa ada dua puluh kebenaran mulia?
tentu tidak.
tapi jika ada yang mengatakan bahwa "ada dua puluh kebenaran mulia", maka hal ini tidak dinyatakan sebagai kontradiksi dengan sutta. kenapa, sesuatu yang kontradiksi itu harus sama termnya dan memiliki dua sifat, yakni jika yang satu benar, yang lainnya pasti keliru.
misal :
kebenaran mulia itu ada empat.
kontradiksi dengan
kebenaran mulia itu tidak ada empat
tapi tidak kontradiksi dengan
kebenaran mulia itu ada dua puluh.
jadi, apkah benar bahwa kebenaran mulia itu ada dua puluh? belum tentu. apa salah? belum tentu.
lalu bagaimana menguji kebenarannya ?
cukup sekian dulu. uraian tersebut hanya contoh yang kiranya bukan hal mudah untuk dapat difahami. juga sesuatu yang mungkin salah dalam sudut pandang yang berbeda. itu hanya penjelasan dari satu sudut pandang, untuk menjelaskan bahwa kemungkinan orang lain memiliki suatu alasan yang belum kita fahami, sebagaimana kita memiliki alasan yang mungkin tidak difahami orang lain. oleh karena itu sikap tenang dalam saling memahami, itu merupakan hal yang pokok.
nama suttanya aye hilangin biar ga bisa nyontek... ;D ;D
1. Demikian yang saya dengar.
Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika.
Di sana Beliau berbicara kepada para bhikkhu demikian:
"Para bhikkhu."
"Bhante," jawab mereka.
Yang Terberkahi menyampaikan hal ini:
2. "Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu membuat pernyataan tentang pengetahuan akhir demikian:
'Saya memahami:
Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak lagi ada dumadi di alam mana pun juga.'
3. "Kata-kata bhikkhu tersebut jangan disetujui dan jangan pula tidak-disetujui.
Tanpa menyetujui atau tidak-menyetujui, suatu pertanyaan harus diajukan demikian:
'Sahabat, ada empat jenis ungkapan yang dinyatakan dengan benar oleh Yang Terberkahi -yang mengetahui dan melihat, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan.
Apakah yang empat itu?
.....(tolong diisi yah!!)
Sahabat, inilah empat jenis ungkapan yang dinyatakan dengan benar oleh Yang Terberkahi -yang mengetahui dan melihat, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan.
Bagaimana yang mulia mengetahui, bagaimana dia melihat, sehubungan dengan empat jenis ungkapan ini, sehingga melalui tidak-melekat pikirannya terbebas dari noda-noda?'
4. "Para bhikkhu, bila seorang bhikkhu adalah orang yang noda-nodanya telah hancur, telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah meletakkan beban, telah mencapai tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu-belenggu dumadi, dan telah sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, maka inilah sifat jawabannya:
....(tolong diisi lagi!!)
Dengan mengetahui demikian, melihat demikian, sehubungan dengan empat jenis ungkapan ini, maka melalui tidak-melekat pikiran saya terbebas dari noda noda.'
5. "Dengan mengatakan 'bagus', seseorang mungkin bersukacita dan bergembira dengan kata-kata bhikkhu tersebut.
Setelah melakukan hal itu, selanjutnya satu pertanyaan bisa diajukan demikian :
"'Sahabat, ada lima kelompok khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan, yang dinyatakan dengan benar oleh Yang Terberkahi -yang mengetahui dan melihat, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan.
Apakah yang lima itu?
Itulah kelompok bentuk materi yang dipengaruhi oleh kemelekatan,
kelompok perasaan yang dipengaruhi oleh kemelekatan,
kelompok persepsi yang dipengaruhi oleh kemelekatan,
kelompok bentukan-bentukan yang dipengaruhi oleh kemelekatan,
kelompok kesadaran yang dipengaruhi oleh kemelekatan.
Sahabat, inilah lima kelompok khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan, yang dinyatakan dengan benar oleh Yang Terberkahi --:
yang mengetahui dan melihat, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan.
Bagaimana yang mulia mengetahui, bagaimana dia melihat, sehubungan dengan dipengaruhi oleh kemelekatan ini, sehingga melalui tidak-melekat pikirannya pun terbebas dari noda-noda?'
6. "Para bhikkhu, bila seorang bhikkhu adalah orang yang noda-nodanya telah hancur, telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah meletakkan beban, telah mencapai tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu-belenggu dumadi, dan telah sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, maka inilah sifat jawabannya:
......(tolong diisi!!)
"'Dengan mengetahui demikian, melihat demikian, sehubungan dengan lima kelompok khandha yang dipengaruhi kemelekatan ini, maka melalui tidak melekat pikiran saya terbebas dari noda-noda.'
7. "Dengan mengatakan 'bagus', seseorang mungkin bersukacita dan bergembira dengan kata-kata bhikkhu tersebut.
Setelah melakukan hal itu, selanjutnya satu pertanyaan bisa diajukan demikian:
"Sahabat, ada enam elemen yang dinyatakan dengan benar oleh Yang Terberkahi -yang mengetahui dan melihat, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan.
Apakah yang enam itu?
...................................(tolong diisi!!)
Sahabat, inilah enam elemen yang dinyatakan dengan benar oleh Yang Terberkahi yang mengetahui dan melihat, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan.
Bagaimana yang mulia mengetahui, bagaimana dia melihat, sehubungan dengan enam elemen ini, sehingga melalui tidak-melekat pikirannya terbebas dari noda- noda?'
8. "Para bhikkhu, bila seorang bhikkhu adalah orang yang noda-nodanya telah hancur, telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah meletakkan beban, telah mencapai tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu-belenggu dumadi, dan telah sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, maka inilah sifat jawabannya:
......................(tolong diisi!!)
"'Dengan mengetahui demikian, melihat demikian, sehubungan dengan enam elemen ini, maka melalui tidak-melekat pikiran saya terbebas dari noda-noda.'
9. "Dengan mengatakan 'bagus', seseorang mungkin bersukacita dan bergembira dengan kata-kata bhikkhu tersebut.
Setelah melakukan hal itu, selanjutnya satu pertanyaan diajukan demikian:
"'Tetapi, sahabat, ada enam landasan internal dan eksternal yang dinyatakan dengan benar oleh Yang Terberkahi yang mengetahui dan melihat, yang telah mantap dan sepenuh tercerahkan.
Apakah yang enam itu?
Itulah mata dan bentuk, telinga dan suara, hidung dan bebauan, lidah dan citarasa, tubuh dan sentuhan, pikiran dan objek-pikiran.
Sahabat, inilah landasan internal dan eksternal yang dinyatakan dengan benar oleh Yang Terberkahi -yang mengetahui dan melihat, yang mantap dan sepenuhnya tercerahkan.
Bagaimana yang mulia mengetahui, bagaimana dia melihat, sehubungan dengan enam landasan internal dan eksternal ini, sehingga melalui tidak melekat pikirannya terbebas dari noda-noda?'
10. "Para bhikkhu, bila seorang bhikkhu adalah orang yang noda-nodanya telah hancur ... dan sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, maka inilah sifat jawabannya :
...............(tolong diisi!!)
‘”Dengan mengetahui demikian, melihat demikian, sehubungan dengan enam landasan internal dan eksternal ini, maka melalui tidak-melekat pikiran saya terbebas dari noda-noda.'
11. "Dengan mengatakan 'bagus', seseorang mungkin bersukacita dan bergembira dengan kata-kata bhikkhu tersebut.
Setelah melakukan hal itu, selanjutnya satu pertanyaan bisa diajukan demikian:
"'Tetapi, sahabat, bagaimana yang mulia mengetahui, bagaimana dia melihat, sehingga sehubungan dengan tubuh dengan kesadarannya serta semua tanda eksternalnya, pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan yang mendasar terhadap kesombongan telah dihapus di dalam dirinya?'
12. "Para bhikkhu, bila seorang bhikkhu adalah orang yang noda-nodanya telah hancur, telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah meletakkan beban, telah mencapai tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu-belenggu dumadi, dan telah sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, maka inilah sifat jawabannya:
.......................(tolong diisi!!)
Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi.
Para bhikkhu merasa puas dan bersukacita di dalam kata-kata Yang Terberkahi.
sy jarang posting, tapi pengen comment ajajangan salah, nih saya kasih bocoran...
geli banget baca org yg ngaku2 muridnya udh arahat, hari genee gw sih kaga percaya, blm arahat kok tau muridnya udh arahat,
kacau
Sang Buddha tidak dilahirkan lagi, tapi kok masih ada di satu alam, alam ke 33 pula ??? ^-^
jangan ngaco belo lagi deh, bikin org ketawa aja, cari lelucon kira2 kalee
secara ilmu logika anda benar, tapi dalam hal ajaran Sang Buddha, kita sudah dibekali dengan alat uji, yaitu Dhamma dan Vinaya. apakah sesuai atau tidak.
metode yg saya gunakan dalam hal ini adalah seperti kasus perasaan.
ada 3 jenis perasaan, tapi ada juga yg mengatakan 6 jenis perasaan, ada lagi yg mengatakan 18jenis, hingga ada yg mengatakan 108 jenis perasaan. saya mencari dalam sutta, dan ternyata semua itu benar, tergantung bagaimana penjelasannya.
dalam hal 4 Kebenaran, ini jelas dalam sutta, kalau ada yg mengatakan 20, maka saya juga akan mencari referensinya dalam sutta, kalau 20 kebenaran itu benar, maka Sang Buddha pasti ada menjelaskan. jika tidak ada sama sekali dalam sutta yg mengatakan 20, maka saya bisa mengatakan bahwa itu bukan ajaran Sang Buddha. bukan persoalan benar atau salah, tetapi apakah ajaran Sang Buddha atau bukan.
seseorang boleh saja mengaku arahat dan ia ketika mati nanti akan berkumpul dengan tuhan, hal ini tidak bisa dibantah, tapi ini bukan ajaran Sang Buddha.
ya. cara berpikir ini bagus dan benar. berarti sampai pada kesimpulan tersebut, selesailah urusannya, betul tidak? atau, adakah suatu persoalan lain yang dipermasalahkan?
jangan salah, nih saya kasih bocoran...
sebenarnya total alam kehidupan itu ada 42!!!
sang buddha hanya hidup di alam ke 33 saja..
masih banyak yang diatasnya!!!
masalahnya adalah kita belum sampai pada kesimpulan dalam thread ini. masalah lain lagi adalah, YM Choa bukan orang pertama yg ngaku suci di DC ini, bahkan juga bukan yg ke dua. bisakah anda bayangkan jika kita meng-iya-kan begitu saya klaimnya itu?
jika ada orang yang mengaku suci, lalu apa yang harus kita khawatirkan?
tentu kita tidak harus meng-iya-kan klaim orang itu, tetapi juga tidak harus membantah kepadanya.
kita dapat menjelaskan bahwa ciri-ciri arahat itu adalah demikian-demikian. biarkan umat belajar, mereka akan tau apakah orang itu benar-benar suci atau sekedar klaim.
tapi kalau orang yang mengaku suci trus dibantah, maka yang terjadi adalah berbantah-bantahan, menjadi perslisihan, dan dhammacitta akan tampak menjadi tempat berdebat yang tidak sehat, mendorong umat berpikir dengan emosi, bukan dengan pikiran yang damai.
alam mimpi dan alam sakaw
jika ada orang yang mengaku suci, lalu apa yang harus kita khawatirkan?
tentu kita tidak harus meng-iya-kan klaim orang itu, tetapi juga tidak harus membantah kepadanya.
kita dapat menjelaskan bahwa ciri-ciri arahat itu adalah demikian-demikian. biarkan umat belajar, mereka akan tau apakah orang itu benar-benar suci atau sekedar klaim.
tapi kalau orang yang mengaku suci trus dibantah, maka yang terjadi adalah berbantah-bantahan, menjadi perslisihan, dan dhammacitta akan tampak menjadi tempat berdebat yang tidak sehat, mendorong umat berpikir dengan emosi, bukan dengan pikiran yang damai.
kita tidak bisa mengendalikan bagaimana orang berpikir, saya sendiri tidak merasa sedang emosi.
permata asli akan bertahan terhadap segala ujian, sementara permata palsu akan hancur bahkan hanya dengan gesekan kecil saja.
jika seorang suci mengaku suci, saya yakin ia akan tetap suci bagaimana pun beratnya ujian yg ia terima. dan ini berlaku sebaliknya.
perdebatan yg terjadi di sini adalah aplikasi dari saran anda mengenai bagaimana mengidentifikasi seorang suci atau tidak.
itu hal yang bagus dan bermanfaat.
hal serupa dapat dipikirkan dan dilakukan oleh mereka yang berbuat menyebalkan di DC dengan mengaku suci, atau berkata so suci, atau yang so pintar, so baik dll. mereka bisa bisa berkata "saya sedang menguji orang lain". alasan ini bisa digunakan oleh semua orang.
benar sekali.
saran yang baik adalah : hindari saling bantah, temukan cara untuk saling bantu untuk memahami sesuatu.
IMHO, hal bertanya juga bukanlah hal yg jelek, dan murid yg belajar harus rajin dan berani bertanya. Dan dari sederetan pertanyaan mudah2an terkuak kebenaran. dan ini jelas bermanfaat dalam pembelajaran sesuatu. Tapi saat ini gw belum mau bertanya di thread ini... supaya member2 tertentu lebih dapat menikmatin fasilitas di DC dan tidak terasa tertekan oleh pertanyaan2 tsb.
just curhat aja...
jika ada orang yang mengaku suci, lalu apa yang harus kita khawatirkan?coba baca lagi bro quote sutta saya..
tentu kita tidak harus meng-iya-kan klaim orang itu, tetapi juga tidak harus membantah kepadanya.
kita dapat menjelaskan bahwa ciri-ciri arahat itu adalah demikian-demikian. biarkan umat belajar, mereka akan tau apakah orang itu benar-benar suci atau sekedar klaim.
jika ada orang yang mengaku suci, lalu apa yang harus kita khawatirkan?
tentu kita tidak harus meng-iya-kan klaim orang itu, tetapi juga tidak harus membantah kepadanya.
kita dapat menjelaskan bahwa ciri-ciri arahat itu adalah demikian-demikian. biarkan umat belajar, mereka akan tau apakah orang itu benar-benar suci atau sekedar klaim.
tapi kalau orang yang mengaku suci trus dibantah, maka yang terjadi adalah berbantah-bantahan, menjadi perslisihan, dan dhammacitta akan tampak menjadi tempat berdebat yang tidak sehat, mendorong umat berpikir dengan emosi, bukan dengan pikiran yang damai.
nyontek gue tanpa izin, ayo bayar royaltyudah gw bayar dgn +1,... (karna nyonteknya gak persis...jadi diberi keringanan)
dulu Buddha Gotama pernah dikatakan sombong saat sudah merealisasikan pencerahan agung
dan bertemu dengan seorang petapa, dan di tanya
apakah anda seorang manusia?
bukan jawab Buddha Gotama
apakah anda seorang deva?
bukan Jawab Buddha Gotama.
lalu orang itu berlalu sambil menguman, sungguh sombong bhikkhu ini,
mengaku lebih mulia dari seorang deva sekalipun,
ada dua masalah
1, bisa jadi buddha Gotama memang sombong dan dia bukanlah semulia mahluk deva
2, ternyata dia mengatakan kebenaran, tetapi kesan yang di dapat si penanya pada saat itu
sunguh luar biasa arogan menyamakan diri bahkan mengklaim lebih tinggi dari deva
saya hanya mengatakan saya sudah mempraktekan dharma, dan merealisasikanya
pada kehidupan lampau
bisa jadi saya sakau, mabok, berhalusinasi, atau hanya punya kemampuan supra atauabhinna
so what?, take it eazy cerap, kalau tidak mampu mencerapnya angap angin lalu, ini hanya dunia maya
bagaimana jika yang saya katakan kebenaran??
btw, siapa yang bisa merealisasikan dhamma dan membuktikan dhamma, saya tunggu.
1. Upaka
An Ᾱjivaka whom the Buddha met on his way between Gayā and the Bodhi Tree, after he set out from Isipatana for the preaching of the First Sermon. Upaka questioned the Buddha on his attainments, and when the Buddha told him what he had accomplished he asked the Buddha if he were "Anantajina." When the Buddha acknowledged it, Upaka shook his bead saying, "It may be so, friend," and went along by another road (J.i.81; Vin.i.8; M.i.170-1; DhA.iv.71-2). It is said (DA.ii.471) that the Buddha walked all the way from the Bodhi Tree to Isipatana - instead of flying through the air, as is the custom of Buddhas - because he wished to meet Upaka.
http://www.palikanon.com/namen/u/upaka.htm
lengkapnya di
ARIYAPARIYESANA SUTTA
Majjhima Nikaya, Sihanada Vagga, Bab 26
saya bantuin dah kalau hanya referensi :)
jangan salah, nih saya kasih bocoran...
sebenarnya total alam kehidupan itu ada 42!!!
sang buddha hanya hidup di alam ke 33 saja..
masih banyak yang diatasnya!!!
sulit dimengerti, mengapa pertanyaan ini diajukan kepadanya, bukankah dia sendiri telah mengatakan "saya bukan arahat" ?
jika ada orang yang mengaku suci, lalu apa yang harus kita khawatirkan?memang tidak ada yang dikhawatirkan, saya aja senang ;D, punya kesempatan utk beranjali kepada guru para arahat
tentu kita tidak harus meng-iya-kan klaim orang itu, tetapi juga tidak harus membantah kepadanya.kita sedang diskusi di forum, mengapa kita tidak harus membantah ?
kita dapat menjelaskan bahwa ciri-ciri arahat itu adalah demikian-demikian. biarkan umat belajar, mereka akan tau apakah orang itu benar-benar suci atau sekedar klaim.
tapi kalau orang yang mengaku suci trus dibantah, maka yang terjadi adalah berbantah-bantahan, menjadi perslisihan, dan dhammacitta akan tampak menjadi tempat berdebat yang tidak sehat, mendorong umat berpikir dengan emosi, bukan dengan pikiran yang damai.
Bacotnya:
saya minta refnya, trus ada yg bantu dgn ini:
Gw:
XP, sy hargai campur tangan anda pada si bacot gede ini...sayang gak nyambung dan gak berguna karena gak ada tuh..statement yg menunjukan bhw sang Buddha "pernah dikatakan sombong" ato "orang itu berlalu sambil menguman, sungguh sombong bhikkhu ini" ...
udah gw bayar dgn +1,... (karna nyonteknya gak persis...jadi diberi keringanan)
MAKAN DULU AH LAPAR TAR SAKIT BHAYA :whistle:
Ikutan ah....untuk memperjelas masalahnya..Ternyata bro William_phang lebih jeli membaca,
Didalam theread ini YM Choa sudah menyatakan bahwa muridnya aja sudah "arahat" dan beliau sendiri, YM Choa, adalah seorang "bodhisatva/mahasatva" tingkatan tinggi...dimana kalo arahat itu cuma tingkat setara demgan bodhisatva tingkat 5. jadi dapat dipastikan bahwa beliau sudah jauh diatas Arahat Kan?.... apakah krn sudah diatas arahat jd tidak pantas dipertanyakan?
saya jawab untuk yang kedua kali sebagai perumpamaan
betul apa yang di katakan Buddha Gotama, jika kita membandingkan seorang arahat atau yang lebih tinggi setelah parinibbana, maka kata yang tepat adalah:
seorang arahat tidak lagi bisa didefenisikan sebagai ada(eksis),
tidak ada, ada dan tidak ada, dan bukan ada dan bukan tidak ada
ingat ini jika mengacu kelahiran di 31 alam, maka pengambaran ini tepat,
lalu saya katakan tidak berlalu di luar alam samsara 31, karena
dialam 32 keatas mereka hidup "bukan" berdasarkan buah kamma,
tetapi akibat akumulasi kamma (bisa kamma baik atau kamma buruk dalam jumblah tertentu)
satu hal disini saja berbeda dengan kelahiran di alam samsara (31 alam)
maka mereka dikatakan ada
mereka bebas untuk tetap tingal disana atau kembali kealam samsara
tampa terikat oleh jangka waktu kelahiran alam alam seperti di alam samsara (31 alam)
(contoh alan deva 1 catur maharajika, jangka hidup mahluk itu 50,000 tahun
yang mana satu hari di alam langit satu = 50 tahun manusia
maka mereka di kategorikan tidak ada
mereka juga bisa kembali ke alam tersebut, dapat berdiam disana sesuai keinginan mereka
jika mereka memutuskan demikian, maka tetap tingal atau pergi dapat dilakukan atas
kehendak para mahluk itu sendiri tampa terikat hukum alam kelahiran
maka mereka di kategorikan ada dan tidak ada, dan bukan ada dan bukan tidak ada
metta cetana
untuk ke tiga kali saya katakan "mungkin" untuk pertanyaan TS di thread ini
sabbe satta bhavantu sukkhi tatta
Garavo ca nivato ca
Santutthi ca katannuta
Kalena dhammassavanam
Ettammangalamuttamam
Ikutan ah....untuk memperjelas masalahnya..
Didalam theread ini YM Choa sudah menyatakan bahwa muridnya aja sudah "arahat" dan beliau sendiri, YM Choa, adalah seorang "bodhisatva/mahasatva" tingkatan tinggi...dimana kalo arahat itu cuma tingkat setara demgan bodhisatva tingkat 5. jadi dapat dipastikan bahwa beliau sudah jauh diatas Arahat Kan?.... apakah krn sudah diatas arahat jd tidak pantas dipertanyakan?
[at] Choa,
Kebodhisattvaan anda itu apakah dalam makna Bodhisatta theravada atau Bodhisattva Mahayana? bukan bermaksud untuk kotak2, tapi ini penting karena ada perbedaan makna Bodhisatta antara kedua aliran itu. Mohon anda sudi menjawab pertanyaan penting ini.
sepertinya yang dipermasalahkan oleh satu pihak adalah persoalan referensi. Tidak setujuan dengan pihak lainnya yang sekedar menceritakan "apa yang diketahui" dan "apa yang dialami". kalau istilah sms, ini namanya "salah sambung".apa yang diketahui dan apa yang dialami apabila tidak menyambung maka ada salah satu yang tidak benar.
MAKAN DULU AH LAPAR TAR SAKIT BHAYA :whistle:
hah 42 alam? :o minta sumber linknya dong ^:)^ :whistle:saya tidak memberitahu apa saja alam-alam lain itu, karena seperti sang buddha, dalam khotbah mengenai daun simsapa, saya menganggap hal itu tidak perlu dan tidak membawa pada pencerahan... :P :P :P
thanks atas berkah dari thread ini bisa dpt +1... dan udah gw bagikan utk bro William +1 atas posting yg jeli...wah, ada pembagi-bagian ++..
mohon transparansi ya...!
wah, ada pembagi-bagian ++..ayo mulai
bagi dong +1 nya... [-o< [-o< [-o<
:whistle: :whistle: :whistle:
Ternyata bro William_phang lebih jeli membaca,
jadi bolehkah di list lengkap tingkatan2 kesucian yg ada, supaya bro Choa mau menunjukan posisinya ada dimana ?
apakah tingkatan tsb (pencapaian kesucian) pada manusia dapat (cepat) berubah ?
seberapa lama tingkatan tsb dpt bertahan ?
thanks atas berkah dari thread ini bisa dpt +1... dan udah gw bagikan utk bro William +1 atas posting yg jeli...
mohon transparansi ya...!
perdebatan (saling menguji) dilakukan oleh kedua belah pihak, dan jika dua2nya mempertahankan pendapatnya masing2, maka bantah2an memang tidak terhindarkan. tapi hal ini pun bukanlah sesuatu yg buruk. dari bantah2an itu akan terkuak kebenaran, dan ini jelas bermanfaat bagi para pembaca. "saling bantu untuk memahami sesuatu", sepertinya tahap ini sudah lewat, dan sudah memasuki tahap berikutnya yaitu "bantah2an".
Ikutan ah....untuk memperjelas masalahnya..
Didalam theread ini YM Choa sudah menyatakan bahwa muridnya aja sudah "arahat" dan beliau sendiri, YM Choa, adalah seorang "bodhisatva/mahasatva" tingkatan tinggi...dimana kalo arahat itu cuma tingkat setara demgan bodhisatva tingkat 5. jadi dapat dipastikan bahwa beliau sudah jauh diatas Arahat Kan?.... apakah krn sudah diatas arahat jd tidak pantas dipertanyakan?
ayo mulaisorry, can't repeat kama action within 720 hours... ;D ;D
CMIIW, dalam dasabhumi bodhisatva, savaka buddha di-kategori-kan sebagai bodhisatva tingkat ke-7...
Iya saya salah soal level itu.. kalo baca diatas kayaknya level 7 ato 8 soalnya arahat masih harus menembus ato melenyapkan jneyavarana.... dimana level ini baru bisa ditembus kalo sudah level 9...
tetapi kayak tetap aja masih kurang kayaknya:
To reach the final goal we need two instruments: prajna (wisdom), and upaya (right means), which contains both compassion and compassionate activity. 13 Mahakarunika, mahamaitreya, adicinta and bodhicitta are all included in upaya. Prajna is seeing things as they really are. A bodhisattva must have both of these. Arhats, who have completed the Hinayana path, are out of samsara and have attained the lowest level of nirvana, are strong in prajna—in the realization of emptiness—but weak in upaya. They have compassion (karuna), but not the great compassion of mahakarunika. They have active love (maitri), but not mahamaitreya. The main difference between their path and that of the Mahayana is on the side of upaya. Eventually, arhats will have to develop it.
Lah memang savaka buddha (arahat siswa) dibedakan dengan pacceka buddha dan sammasambuddha. dan bagaimana proses / parami dalam pencapaian ketiga jenis buddha ini tentu-nya berbeda. Bahkan untuk bakal calon sammasambuddha sendiri dibedakan atas bakal buddha pannadhika, saddhadhika dan viriyadhika dan perbedaan kualitas 3 bakal buddha (bodhisatva) ini sendiri juga berbeda antara kombinasa panna, saddha dan viriya.
Pertanyaan TS ini adalah RETURN of ARHAT (sravaka, pracetya, samyak buddha)
kok sepertinya meditasi kekosongan itu mirip dengan meditasi arupa jhana 3 yak(akincanayatna/kekosongan)??
dan menurut kanon pali, kekosongan masih dua tingkat dibawah nibbana... CMIIW
Saya coba jelaskan ya apa yg saya pernah baca dan dengar.... kekosongan itu bisa dibagi menjadi:
- kekosongan rupa - ini kayak arupa brahma
- kekosongan nama - ini kalo tidak salah -asannasatta
- kekosongan nama - rupa --- ini adalah nibbana
mohon koreksi kalo salah
Selama ini kt berdebat berdasarkan buku2 yg kt baca,tp apakah ada di antara kt yg sdh sanggup hidup serba susah spt di hutan,kuburan atau di desa terpencil?hanya sekedar menguji batin kt smp dimana daya tahannya,atau mencoba duduk dlm posisi teratai utk merasakan sensasi sakit yg menguji ketahanan?Apakah kt sdh mampu memberikan sesuatu yg berharga dr kt utk menolong orang lain?apalagi KALO ORANG ITU YG KT tdk suka? Ingatlah tokoh2 suci yg ada dlm buku2 Budhist,semuanya pernah melewati HIDUP YG SANGAT MENDERITA utk mencapai BUAH.hanya orang yg telah melewati sebuah jalan yg bisa menceritakan keadaan jalan tersebut.Kt dikasih tahu,agar tahu keadaan jalan,tp blm jelas smp kt ada di jalan itu,merasakannya dan TAHU SENDIRI.Kt berterima kasih pd para suciwan Budhist yg telah menceritakan jalan itu agar kt lebih mempersiapkan diri.Jujur kukatakan,di antara kt,utk terlahir sbg manusia aja,sdh sgt susah.BUDHA GOTAMA memberitahukan pd mereka yg punya sdkt debu batin,ADA JALAN UTK MENHENTIKAN DERITA,maka itu memang ada jalannya.Mari kt jalankan semampu kt,kumpulkan dikit dm dikit pupuk kebajikan dan hidup sesuai sila budhist dlm setiap kehidupan,maka kt akan tahu jawaban itu.Bagi mereka yg BENAR2 dlm JALAN,mereka akan TAHU apa kuceritakan disini.
disini ada member Dhammacakka? coba konfirmasi ada arahat ga disana.
ini YM Choa-nya mana ya??? ora nongol2
intisarinya terletak pada logika. Kita harus diskusi dengan logika yang benar. tapi logika ini harus berdiri diatas ketenangan, kedamaian, dan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih. Dengan demikian, logika akan dapat dicerna.Logika? Baik, saya berikan logikanya.
empat kediaman luhur, yakni dhamma chariya, itulah yang harus diwujudkan, sebelum berbicara dengan logika. kegagalan menempatkan pikiran pada kediaman luhur tersebut, akan menimbulka kegagalan "saling memahami". kita tidak akan dpat memahami dia. dan dia tidak akan dapat memahami kita.Yang saya tahu empat kediaman luhur adalah Brahmavihara, boleh dijelaskan apa 'dhamma chariya' itu?
berbicara masalah "apakah setelah parinibana terlahir lagi atau tidak" mungkin merupakan hal penting seperti ilmuwan zaman dulu yang membicarakan cara terbang ke bulan, tapi ketika diskusi telah berkesan seperti perslisihan yang tidak indah, berarti teori itu telah terlalu tinggi untuk dibicarakan. membicarakan dhamma yang lebih mudah dibuktikan adalh mungkin lebih berguna, seperti misalnya metta, karuna, muditta dan upekkha. Bila dia sudah terbukti dapat berdiam pada empat kediaman luhur tersebut, demikian pula dengan kita, maka dengan mudha terwujud kondisi "saling memahami".Bung, jika memang itu tidak perlu dibicarakan, mengapa anda mengatakannya hanya kepada satu pihak? Seharusnya anda juga mengatakannya ke dia bahwa yang dikatakannya tidak bisa dibuktikan. Apakah anda bersikap berat sebelah hanya karena dia mengumbar 'pencapaiannya' di sini?
Setuju dengan Kang Asep, terlepas benar atau tidaknya pengakuan saudara Choa sebagai seorang bodhisatva. Jika tidak benar, biar saudara Choa yang menanggung akibat buruknya.Berarti seharusnya anda juga setuju ajaran Samyak Sambodhi bukanlah pencapaian tertinggi karena saya punya ajaran Zeus yang lebih tinggi. Setuju? Kalau anda tidak setuju, berarti anda tidak konsisten, dan ingatlah bahwa di dunia ini tidak hanya ada satu Bodhisatva. Pakailah logika!
Tapi harap secara logika perlu kita ingat "apakah di dunia ini hanya ada satu bodhisatva maitreya dan tidak ada bodhisatva yang lain?"
dulu Buddha Gotama pernah dikatakan sombong saat sudah merealisasikan pencerahan agung
dan bertemu dengan seorang petapa, dan di tanya
apakah anda seorang manusia?
bukan jawab Buddha Gotama
apakah anda seorang deva?
bukan Jawab Buddha Gotama.
lalu orang itu berlalu sambil menguman, sungguh sombong bhikkhu ini,
mengaku lebih mulia dari seorang deva sekalipun,
ada dua masalah
1, bisa jadi buddha Gotama memang sombong dan dia bukanlah semulia mahluk deva
2, ternyata dia mengatakan kebenaran, tetapi kesan yang di dapat si penanya pada saat itu
sunguh luar biasa arogan menyamakan diri bahkan mengklaim lebih tinggi dari deva
saya hanya mengatakan saya sudah mempraktekan dharma, dan merealisasikanya
pada kehidupan lampau
bisa jadi saya sakau, mabok, berhalusinasi, atau hanya punya kemampuan supra atauabhinna
so what?, take it eazy cerap, kalau tidak mampu mencerapnya angap angin lalu, ini hanya dunia maya
bagaimana jika yang saya katakan kebenaran??
btw, siapa yang bisa merealisasikan dhamma dan membuktikan dhamma, saya tunggu.
[at] Kainyin, sudahlah, YM sudah parinibbana. dari sekian banyak orang suci yg pernah berkunjung ke sini, YM Choa inilah yang paling cepat lulusnya dari sini.sayang para kalyanamitta disini masih berkutat dalam samsara yang tidak berkesudahan ;D ;D ;D
[at] Kainyin, sudahlah, YM sudah parinibbana. dari sekian banyak orang suci yg pernah berkunjung ke sini, YM Choa inilah yang paling cepat lulusnya dari sini.
[at] Kainyin, sudahlah, YM sudah parinibbana. dari sekian banyak orang suci yg pernah berkunjung ke sini, YM Choa inilah yang paling cepat lulusnya dari sini.Wah, prematur sekali! Saya tidak terima!
Wah, prematur sekali! Saya tidak terima!
Lihat dari seluruh pertanyaan saya, belum satupun dijawab, masa' udah parinibbana?
Ikutan ah....untuk memperjelas masalahnya..
Didalam theread ini YM Choa sudah menyatakan bahwa muridnya aja sudah "arahat" dan beliau sendiri, YM Choa, adalah seorang "bodhisatva/mahasatva" tingkatan tinggi...dimana kalo arahat itu cuma tingkat setara demgan bodhisatva tingkat 5. jadi dapat dipastikan bahwa beliau sudah jauh diatas Arahat Kan?.... apakah krn sudah diatas arahat jd tidak pantas dipertanyakan?
IMHO, hal bertanya juga bukanlah hal yg jelek, dan murid yg belajar harus rajin dan berani bertanya. Dan dari sederetan pertanyaan mudah2an terkuak kebenaran. dan ini jelas bermanfaat dalam pembelajaran sesuatu. Tapi saat ini gw belum mau bertanya di thread ini... supaya member2 tertentu lebih dapat menikmatin fasilitas di DC dan tidak terasa tertekan oleh pertanyaan2 tsb.
just curhat aja...
mempertanyakan itu tidaklah salah. tapi ketika orang yang ditanya merasa bahwa pertanyaan itu berisi "keraguan" yang timbul dari kesalah fahaman, ini mungkin akan dirasakan sebagai suatu masalah.daripada anda cape2 buang energi membela pribadi guru arahat ini, bisakah anda fokus pada thread ini? apakah anda punya jawaban pada thread ini dan anda mempunyai sumber2 yang bisa dipercaya selain pengalaman guru arahat ini?
pangeran sidharta telah mencapai penerangan sempurna, yakni kebuddhaan. . sebelum itu , beliau pernah menjadi murid beberapa pertapa. benarkah demikian? jika benar, maka bukankah ketika para pertapa itu belum mencapai kebudhaan, pangeran sidharta telah mendahului para guru itu. jadi, adakah sesuatu yang salah bila seseorang yang bukan arahat memiliki murid yang sudah arahat?
Permata asli akan bertahan terhadap segala ujian
Permata palsu digesek dikit langsung lenyap.
Bung, jika memang itu tidak perlu dibicarakan, mengapa anda mengatakannya hanya kepada satu pihak? Seharusnya anda juga mengatakannya ke dia bahwa yang dikatakannya tidak bisa dibuktikan. Apakah anda bersikap berat sebelah hanya karena dia mengumbar 'pencapaiannya' di sini?
daripada anda cape2 buang energi membela pribadi guru arahat ini, bisakah anda fokus pada thread ini? apakah anda punya jawaban pada thread ini dan anda mempunyai sumber2 yang bisa dipercaya selain pengalaman guru arahat ini?
dalam logika, sebuah pertanyaan tidak pernah bernilai benar atau salah. tapi dalam etika dan estetika, sebuah pertanyaan bisa bernilai benar atau salah.apakah seorang arahat atau buda atau bodisatwa masih bisa jengkel? kualitas seorang guru arahat, bodisatwa menurut anda seperti apa?
seperti misalnya, ketika ada seorang permpuan lewat di depan seorang pria, lalu pria itu tiba-tiba bertanya, "sis, apakah anda pelacur?" itu sekedar pertanyaan. secara logika tidak ada yang salah. seharusnya perempuan itu hanya menjawab "ya" atau "bukan", tapi mengapa permpuan itu menjawab dengan tamparan. apa yang salah dengan pertanyaan itu?
ketika misalnya seseorang menceritakan pengalamannya "murid-murid saya telah mencapai arahat". lalu muncul pertanyaan, "kalau begitu anda seorang Buddha dong?" pertanyaan yang tidak bernilai benar atau salah secara logika ini mungkin menjengkelkan ketika diketahui pertanyaan tersebut muncul dari "ketergesa-gesaan penalaran".
mempertanyakan itu tidaklah salah. tapi ketika orang yang ditanya merasa bahwa pertanyaan itu berisi "keraguan" yang timbul dari kesalah fahaman, ini mungkin akan dirasakan sebagai suatu masalah.
pangeran sidharta telah mencapai penerangan sempurna, yakni kebuddhaan. . sebelum itu , beliau pernah menjadi murid beberapa pertapa. benarkah demikian? jika benar, maka bukankah ketika para pertapa itu belum mencapai kebudhaan, pangeran sidharta telah mendahului para guru itu. jadi, adakah sesuatu yang salah bila seseorang yang bukan arahat memiliki murid yang sudah arahat?
jika bertahan, mungkin ada yang melenyapkan. jadi, sama saja.
apa yang dipertanyakan di thread ini, sudah dijawab.
apakah seorang arahat atau buda atau bodisatwa masih bisa jengkel? kualitas seorang guru arahat, bodisatwa menurut anda seperti apa?
dalam logika, sebuah pertanyaan tidak pernah bernilai benar atau salah. tapi dalam etika dan estetika, sebuah pertanyaan bisa bernilai benar atau salah.
seperti misalnya, ketika ada seorang permpuan lewat di depan seorang pria, lalu pria itu tiba-tiba bertanya, "sis, apakah anda pelacur?" itu sekedar pertanyaan. secara logika tidak ada yang salah. seharusnya perempuan itu hanya menjawab "ya" atau "bukan", tapi mengapa permpuan itu menjawab dengan tamparan. apa yang salah dengan pertanyaan itu?
ketika misalnya seseorang menceritakan pengalamannya "murid-murid saya telah mencapai arahat". lalu muncul pertanyaan, "kalau begitu anda seorang Buddha dong?" pertanyaan yang tidak bernilai benar atau salah secara logika ini mungkin menjengkelkan ketika diketahui pertanyaan tersebut muncul dari "ketergesa-gesaan penalaran".
hal yang mengherankan, mengapa pertanyaan ini diajukan?bahkan pertanyaan sederhana saja susah ya jawabnya, ya sudahlah.
atau mungkin orang lain juga tidak mengerti, mengapa ada yang bertanya :
"mengapa pertanyaan ini diajukan? "
jika demikian persoalannya, maka apakah artinya?
bahkan pertanyaan sederhana saja susah ya jawabnya, ya sudahlah.
dan jawaban itu adalah ...?
jika bertahan, mungkin ada yang melenyapkan. jadi, sama saja.
pangeran sidharta telah mencapai penerangan sempurna, yakni kebuddhaan. . sebelum itu , beliau pernah menjadi murid beberapa pertapa. benarkah demikian? jika benar, maka bukankah ketika para pertapa itu belum mencapai kebudhaan, pangeran sidharta telah mendahului para guru itu. jadi, adakah sesuatu yang salah bila seseorang yang bukan arahat memiliki murid yang sudah arahat?
komentar diberikan hendaknya kepada siapa yang dianggap perlu untuk dikomentari. adapun seseorang yang tidak sedang dalam posisi membuktikan, tidak perlu dituntut untuk membuktikan apapun. apalagi, bila dia tidak berada di dalam ruang sidang pengadilan.Jadi menurut anda boleh bicara seenak perut asal bukan di ruang sidang? Boleh klaim apapun tanpa dasar dan bukti? Baiklah, tampaknya anda memang tidak tahu. Diskusi memang bisa saja bebas, tidak terlalu formal. Namun namanya diskusi, seseorang yang mengemukakan argumen harus bisa mempertanggung-jawabkannya, apakah dengan bukti, logika, ataupun sekadar referensi. Itu yang membedakan diskusi dengan gossip. Cara anda 'diskusi' itu tidak ada bedanya dengan gossip ibu-ibu di pasar, tidak perlu mempertanggung-jawabkan, tidak perlu mempertahankan argumen, tidak perlu membuktikan. Nah, jika demikian cara anda, silahkan lanjutkan, tapi saya pamit sebab saya tidak suka gossip.
Jadi menurut anda boleh bicara seenak perut asal bukan di ruang sidang? Boleh klaim apapun tanpa dasar dan bukti? Baiklah, tampaknya anda memang tidak tahu. Diskusi memang bisa saja bebas, tidak terlalu formal. Namun namanya diskusi, seseorang yang mengemukakan argumen harus bisa mempertanggung-jawabkannya, apakah dengan bukti, logika, ataupun sekadar referensi. Itu yang membedakan diskusi dengan gossip. Cara anda 'diskusi' itu tidak ada bedanya dengan gossip ibu-ibu di pasar, tidak perlu mempertanggung-jawabkan, tidak perlu mempertahankan argumen, tidak perlu membuktikan. Nah, jika demikian cara anda, silahkan lanjutkan, tapi saya pamit sebab saya tidak suka gossip.
mempertanyakan itu tidaklah salah. tapi ketika orang yang ditanya merasa bahwa pertanyaan itu berisi "keraguan" yang timbul dari kesalah fahaman, ini mungkin akan dirasakan sebagai suatu masalah.
pangeran sidharta telah mencapai penerangan sempurna, yakni kebuddhaan. . sebelum itu , beliau pernah menjadi murid beberapa pertapa. benarkah demikian? jika benar, maka bukankah ketika para pertapa itu belum mencapai kebudhaan, pangeran sidharta telah mendahului para guru itu. jadi, adakah sesuatu yang salah bila seseorang yang bukan arahat memiliki murid yang sudah arahat?
aye mau ngaku, sebenernya aye ini maha arahat =))
bicara tentang jumlah alam, ini saya tambahin 1 alam yang unik.Alam Surga " Thien Fo Yen "
ngaku nih, saya adalah salah satu roh pengajar di kelas level 10. sekarang lagi maen2 di dunia manusia untuk cari inspirasi.
bicara tentang jumlah alam, ini saya tambahin 1 alam yang unik.Alam Surga " Thien Fo Yen "
ngaku nih, saya adalah salah satu roh pengajar di kelas level 10. sekarang lagi maen2 di dunia manusia untuk cari inspirasi.
minta tolong donk... coba cari-in KIM JONG IL terlahir kagak di Thien Fo Yen ? Jika ada di Level berapa ?
I Kuan Tao lagi...hehehe
:outoftopic: udah OOT hei.... :backtotopic:
;D ;D ;D
sedikit minyak untuk sumber api aja bro.
ok deh, back to topic.
so ini sudah halaman ke 29 masa belum ada kejelasan atas pertanyaan bro menyan
dari page 1 saya dah ikutin, dan sedikit penasaran. tapi kok jawaban yang ada masih ngambang. belum ada yang finalin.
so saya bantu TS ulangi pertanyaannya
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi?
kenapa bro yang satu ini tidak di-pertanya-kan ke-"arahat"-annya ?
Jawabannya sudah ada cuma harus memilih pandangan yang mana itu saja...
Ini menurut pendapat pribadi ya....
Theravada --- setelah arahat tidak akan terlahir lagi...tidak ada lagi kondisi untuk makhluk tsb..
Mahayana/Tantraya --- setelah arahat masih bisa terlahir lagi untuk melanjutkan karir bodhisattva (coba cek saddharmapundarika sutra, dimana sariputra diramalkan akan mencapai samyak sambodhi dimasa depan)...
kalo zen saya tidak tahu...
Saya kira,
Untuk di theravada kaga ada sutta / penjelasan dari siddartha yang mengatakan tidak mungkin.
Tapi kalau di cross-check dengan penjelasan/teori yang lain dan berdasarkan asumsi pribadi, kelihatannya tidak mungkin.
Akan tetapi,
Seperti yang pernah disebut... bahwa lebih sering pertanyaan sejenis tersebut tidak dijawab.
dan mengingat... dalamnya pemikiran seorang sammasambuddha tidak bisa ditebak,
kelihatannya pertanyaan ini emang sungguh kaga layak untuk mengasumsikan apa lagi oleh umat awam seperti gue.
Sang Buddha menjelaskan itu sebagai padam,Agak sedikit bingung...
karena "muncul" dan "tidak muncul" tidak applicable untuk pertanyaan ini.
Muncul/terlahir kembali atau tidak muncul/tidak terlahir kembali hanya berlaku untuk sesuatu yg exist,
di mana dari sesuatu yg dari ada menjadi ada (ini adalah paham eternalisme)
atau sesuatu yg dari ada menjadi tidak ada (paham nihilistik),
Sang Buddha menghindari kedua ekstrim ini.
Agak sedikit bingung...
antara eternal dan nihil..
exist akan tetapi tidak ada ?
tidak exist akan tetapi ada ?
semakin puyeng... 8-}
Gue tetap kembali ke asumsi awal yaitu... tidak berasumsi.
atau ada yang bisa menjelaskan sehingga bisa dipahami ?
sesuatu yg exist yg dimaksudkan di sini adalah "atta", sejak awalnya "atta" ini memang tidak ada. sesuatu yg tidak ada bagaimana bisa dikatakan sebagai akan ada atau akan tidak ada?Ini namanya teknik muter-muter om... Irrelevant...
Ini namanya teknik muter-muter om... Irrelevant...
Buddhism mengakui ada yang namanya rebirth, ada yang namanya roda samsara, ada yang namanya kelahiran dan kematian.
Nah... yang menjadi pertanyaan awal kan...
Apakah bisa seseorang yang telah sadar memilih untuk Punabbhava (lahir kembali) ?
Kaga pernah juga dari awal kita berbicara mengenai atta.
Ini namanya teknik muter-muter om... Irrelevant...
Buddhism mengakui ada yang namanya rebirth, ada yang namanya roda samsara, ada yang namanya kelahiran dan kematian.
Nah... yang menjadi pertanyaan awal kan...
Apakah bisa seseorang yang telah sadar memilih untuk Punabbhava (lahir kembali) ?
Kaga pernah juga dari awal kita berbicara mengenai atta.
kalau masih ada bhava tanha, maka akan terlahir kembali, kalau tidak ada bhava tanha maka tidak ada terlahir kembali...
apakah arahat masih memiliki bhava tanha ? doktrin yang dikutip dari Pali Kanon menyatakan bahwa para arahat tidak memiliki bhava tanha lagi, jadi yah prosedurnya tidak ada kelahiran kembali lagi...
ya saya hanya mencoba untuk menjelaskan sejauh apa yg bisa saya pahami,Kalau dari teori ini... bukankah menjadi kejeblos ke nihilisme ?
seorang yg telah tercerahkan sudah tidak memiliki kemelekatan "atta" lagi, rebirth/samsara itu hanya untuk mereka yg masih terjebak dalam pandangan "atta"
Kalau dari teori ini... bukankah menjadi kejeblos ke nihilisme ?
*poof* end of story
coba bahas-bahas doktrin guru nihilisme di jaman Buddha...um... mungkin biar kaga bentrok ama istilah/term/definisi orang laen...
apakah arahat masih memiliki bhava tanha ?oh iya om...
doktrin yang dikutip dari Pali Kanon menyatakan bahwa para arahat tidak memiliki bhava tanha lagi
23. ‘Ajita Kesakambalī berkata: “Baginda, tidak yang diberikan, dianugerahkan, dipersembahkan dalam pengorbanan, tidak ada buah atau akibat dari perbuatan baik atau buruk, tidak ada dunia ini atau dunia setelah ini, tidak ada ibu atau ayah, tidak ada makhluk yang muncul secara spontan,[22] tidak ada di dunia ini, petapa atau Brahmana yang telah mencapai, yang telah berlatih dengan sempurna, yang menyatakan dunia ini dan dunia setelah ini, telah mencapainya dengan pengetahuannya sendiri. Manusia ini tersusun dari empat unsur utama, dan ketika seseorang meninggal dunia, bagian tanah kembali ke tanah, bagian air kembali ke air, bagian api kembali ke api, bagian udara kembali ke udara, dan indria-indria menguap ke dalam ruang. Mereka menyertai mayat itu dengan empat pengangkut dan tandu sebagai yang ke lima, langkah kaki mereka terdengar hingga sejauh tanah-pemakaman. Di sana tulang-belulang memutih, pengorbanan berakhir dalam debu. Hanyalah gagasan si dungu untuk memberi: kata-kata dari mereka yang mengajarkan ajaran kelangsungan adalah kosong dan keliru. Si dungu dan sang bijaksana, saat hancurnya jasmani, akan hancur dan lenyap, tidak ada lagi setelah kematian.”’
24. ‘Demikianlah, Bhagavā, Ajita Kesakambalī, ketika ditanya tentang buah dari kehidupan tanpa rumah, menjelaskan ajaran pemusnahan kepadaku … [56] … Aku bangkit dan pergi.’
Manusia ini tersusun dari empat unsur utama,
dan ketika seseorang meninggal dunia,
bagian tanah kembali ke tanah,
bagian air kembali ke air,
bagian api kembali ke api,
bagian udara kembali ke udara,
dan indria-indria menguap ke dalam ruang.
Kalau dari sini,
Kelihatannya melebur dengan alam.
Dengan kata lain,
Nibbana adalah proses bersatu dengan alam ? :-?
itu adalah ajaran Ajita Kesakambali, bukan Ajaran Buddha. ajaran pemusnahan = nihilismeLha... kalo gitu ngapaen di bawa... :hammer:
Lha... kalo gitu ngapaen di bawa... :hammer:
Tuh khan... jadi salah tangkep... :hammer:
Kalau dari teori ini... bukankah menjadi kejeblos ke nihilisme ?
*poof* end of story
um... mungkin biar kaga bentrok ama istilah/term/definisi orang laen...Are we exist, in the first place? Ataukah 'ada' hanyalah sebuah persepsi?
mungkin gw kaga pake istilah... nihilisme...
gue pake istilah "*poof* end of story",
so... what is nibbana ? end of story ? end of existence ?
Siddharta Gotama memang sebelum mencapai pencerahan belajar dengan dua guru... tetapi tetap setelah semua yg diketahui oleh gururnya sidharta melihat bahwa jalan tsb tidak membawa kearahan pencerahan atau apa yg dicari oleh Siddharta... oleh kerana itu beliau meninggalkan gurunya dan menjalani pertapaan keras.... jd anda sebut Siddharta saat itu sudah arahat..apakah yang anda katakan ini benar? kalo anda meyakini benar, mohon berikan rujukan/fakta/eviden atas pernyataan ini...
Siddharta mencapai pencerahan dengan usaha sendiri tanpa guru, itulah kenapa disebut sammasambuddha...beliau mencapai sammasambuddha bukan krn diajari oleh gurunya...
Sedangkan apa yang disampaikan oleh YM Choa adalah beliau pada kehidupan yang lampau sudah merealisasikan dhamma dan sudah merealisasikan arahat...dan terlahir kembali pada kehidupan ini, dan beliau menyatakan bahwa beliau sudah diatas kualitas arahat, dan beliau menjawab TS secara tersirat bahwa dengan pengalaman beliau (yg dulunya adalah arahat) masih bisa terlahir lagi ke dunia ini yang sekarang menjelma menjadi YM Choa...
Apakah anda membaca dengan teliti apa yg ditulis YM Choa?.... jd coba bandingkan antara kondisi Siddharta sebelum pencerahan dengan YM Choa sekarang.. apakah kondisinya sama?....
Setiap term itu memiliki 8 kesatuan arti dan 10 kategori. salah satunya adalah tmpat dan tempo. jika ada orang menyatakan bahwa "SBY itu murid saya", maka baik subjek (sby) atau predikat (murid saya) itu memiliki 8 kesatuan arti yang salah satunya adalah "tempat dan tempo". Jika kemudian orang menafsirkan bahwa si pembuat pernyataan telah menyatakan bahwa "saat ini sby adalah murid dia", maka dia telah melakukan suatu penambahan kepada term orang lain. padahal orang lain itu belum menjelaskan tempo "saat ini", " masa lalu" atau "masa depan" dari masing-masing term.
demikian pula ketika ada orang mengatakan "murid saya telah menjadi arahat". itu tidak boleh terburu-buru ditafsirkan sebagai "saat ini", "masa lalu" maupun "masa depan". karena yang mengetahui "makna tempo" pada term sebuah pernyataan adalah orang yang membuat pernyataannya itu sendiri.
"Sang Buddha adalah murid seorang pertapa". membantah kebenaran proposisi ini dengan berargumen bahwa ketika sang buddha disebut "sang Buddha" adalah dalam kondisi sudah tidak berguru lagi kepada pertapa tersebut, menandakan bahwa pembantah tersbut telah menambahkan persepsinya kepada pernyataan orang lain, yakni menafsirkan sendiri term milik orang lain tanpa bertanya apa makna term tersebut kepada si pembuat pernyataan.
lalu, apa yang salah dengan pernyataan tersebut?
apakah karena kita memiliki pengetahuan bahwa ciri-ciri dari arahat itu adalah begini dan begitu, lalu kemudian kita ingin menyelidiki, apakah dia itu memenuhi ciri-ciri arahat yang kita ketahui? apakah ini masalahnya?
hanya melihat dari halaman trakhir diskusi, yang tampak terlihat jelas kesalahan fahaman, atau mis komunikasi.
lalu, apa yang salah dengan pernyataan tersebut?
apakah karena kita memiliki pengetahuan bahwa ciri-ciri dari arahat itu adalah begini dan begitu, lalu kemudian kita ingin menyelidiki, apakah dia itu memenuhi ciri-ciri arahat yang kita ketahui? apakah ini masalahnya?
Setiap term itu memiliki 8 kesatuan arti dan 10 kategori. salah satunya adalah tmpat dan tempo. jika ada orang menyatakan bahwa "SBY itu murid saya", maka baik subjek (sby) atau predikat (murid saya) itu memiliki 8 kesatuan arti yang salah satunya adalah "tempat dan tempo". Jika kemudian orang menafsirkan bahwa si pembuat pernyataan telah menyatakan bahwa "saat ini sby adalah murid dia", maka dia telah melakukan suatu penambahan kepada term orang lain. padahal orang lain itu belum menjelaskan tempo "saat ini", " masa lalu" atau "masa depan" dari masing-masing term.
demikian pula ketika ada orang mengatakan "murid saya telah menjadi arahat". itu tidak boleh terburu-buru ditafsirkan sebagai "saat ini", "masa lalu" maupun "masa depan". karena yang mengetahui "makna tempo" pada term sebuah pernyataan adalah orang yang membuat pernyataannya itu sendiri.
Jadi menurut anda boleh bicara seenak perut asal bukan di ruang sidang? Boleh klaim apapun tanpa dasar dan bukti? Baiklah, tampaknya anda memang tidak tahu. Diskusi memang bisa saja bebas, tidak terlalu formal. Namun namanya diskusi, seseorang yang mengemukakan argumen harus bisa mempertanggung-jawabkannya, apakah dengan bukti, logika, ataupun sekadar referensi. Itu yang membedakan diskusi dengan gossip. Cara anda 'diskusi' itu tidak ada bedanya dengan gossip ibu-ibu di pasar, tidak perlu mempertanggung-jawabkan, tidak perlu mempertahankan argumen, tidak perlu membuktikan. Nah, jika demikian cara anda, silahkan lanjutkan, tapi saya pamit sebab saya tidak suka gossip.
setelah berhari2 anda sepertinya tetap tidak mau membaca dari awal agar dapat menilai secara objektik. oleh karena itu, saya meragukan kapasitas anda sebagai juri di sini.
inilah hal yang membuat diskusi yang berat dan tidak menyenangkan. kerena, apabila segala perkataan harus dibuktikan kebenarannya, harus dipertanggung jawabkan di depan kawan diskusi yang terus menerus mencari "titik salah" dari pernyataan orang lain, maka pertanggung jawaban itu menjadi tidak mungkin. kenapa? karena setiap pernyataan akhirnya harus diurai sampai kepada detail yang terkecil yang disebut dengan "atom-atom logic". energi membutuhkan energi yang besar dan melelahkan. setelah atom-atom logic itu ditemukan, ia akan sampai kepada faktor x, yakni sesuatu yang melampaui nalar. "apa yang ada" ketika ditelusuri hingga faktor x, maka ia menjadi "tidak ada". apa yang tidak ada, ketika ditelusuri hingga faktor x, maka ia menjadi ada. sesuatu yang benar, sesampainya di faktor x, ia menjadi salah. demikian pula sebaliknya.
Penyataan tersebut tidak ada yg salah... tp YM Choa bilang beliau juga theravadin... jd seharusnya pengalamannya sejalan dengan sutta-sutta yang ada.. krn saya dan teman2 disini belum pernah merealisasikan dhamma tersebut maka timbul banyak pertanyaan krn ada perbedaan pandangan dengan sutta-sutta yang ada, dan juag pengen tau dan belajar kecuali kalo YM Choa mengatakab bahwa sutta-sutta itu tidak benar dan pengalaman beliau lah yang benar, maka ya sudah tidak ada yg perlu di tanyakan lagi...
inilah hal yang membuat diskusi yang berat dan tidak menyenangkan. kerena, apabila segala perkataan harus dibuktikan kebenarannya, harus dipertanggung jawabkan di depan kawan diskusi yang terus menerus mencari "titik salah" dari pernyataan orang lain, maka pertanggung jawaban itu menjadi tidak mungkin. kenapa? karena setiap pernyataan akhirnya harus diurai sampai kepada detail yang terkecil yang disebut dengan "atom-atom logic". energi membutuhkan energi yang besar dan melelahkan. setelah atom-atom logic itu ditemukan, ia akan sampai kepada faktor x, yakni sesuatu yang melampaui nalar. "apa yang ada" ketika ditelusuri hingga faktor x, maka ia menjadi "tidak ada". apa yang tidak ada, ketika ditelusuri hingga faktor x, maka ia menjadi ada. sesuatu yang benar, sesampainya di faktor x, ia menjadi salah. demikian pula sebaliknya.
petanyaan yang bajik diajukan untuk mengetahui sebuah jawaban dan tidak berasal dari suatu kesimpulan bahwa orang lain telah membuat sebuah pernyataan yang salah dan akan terbukti kesalahannya oleh serangan pertanyaan yang bertubi-tubi. ini disebut "bertanya untuk menjatuhkan". Pertanyaan yang bajik itu berasal dari seseorang yang terdesak oleh suatu masalah sperti terdesaknya dia oleh rasa sakit, "apakah obat yang bisa meredakan rasa sakitku ini?" ketika orang lain menjelaskan, maka ia tidak mendebat dengan cara yang tidak menyenangkan. ia hanya mempertimbangkan, apakah jawaban orang lain itu dapat dipercaya ataukah tidak. bila tidak, ia akan bertanya kepada orang lainnya.
Setiap term itu memiliki 8 kesatuan arti dan 10 kategori. salah satunya adalah tmpat dan tempo. jika ada orang menyatakan bahwa "SBY itu murid saya", maka baik subjek (sby) atau predikat (murid saya) itu memiliki 8 kesatuan arti yang salah satunya adalah "tempat dan tempo". Jika kemudian orang menafsirkan bahwa si pembuat pernyataan telah menyatakan bahwa "saat ini sby adalah murid dia", maka dia telah melakukan suatu penambahan kepada term orang lain. padahal orang lain itu belum menjelaskan tempo "saat ini", " masa lalu" atau "masa depan" dari masing-masing term.
demikian pula ketika ada orang mengatakan "murid saya telah menjadi arahat". itu tidak boleh terburu-buru ditafsirkan sebagai "saat ini", "masa lalu" maupun "masa depan". karena yang mengetahui "makna tempo" pada term sebuah pernyataan adalah orang yang membuat pernyataannya itu sendiri.
"Sang Buddha adalah murid seorang pertapa". membantah kebenaran proposisi ini dengan berargumen bahwa ketika sang buddha disebut "sang Buddha" adalah dalam kondisi sudah tidak berguru lagi kepada pertapa tersebut, menandakan bahwa pembantah tersbut telah menambahkan persepsinya kepada pernyataan orang lain, yakni menafsirkan sendiri term milik orang lain tanpa bertanya apa makna term tersebut kepada si pembuat pernyataan.
seperti kang asep yang mencoba "membela" argumen tertentu sampai kepada atom atom logic.
contohnya :
pernyataan dari member CHOA bahwa ada muridnya yg menjadi Arahat, menurut kang asep ditafsirkan sebagai apa ?
berarti kita ingin menguji kesesuaian antara sutta-sutta dengan pengalaman orang itu. begitu ya?
tampaknya sejak kemarin sudah dapat disimpulkan dengan baik bahwa pengalaman dia itu tidak sesuai dengan sutta-sutta yang dipercaya kaum theravada di sini. itu saja kan? bahkan kita bisa menyimpulkan bahwa kemungkinan orang itu hanya berhalusinasi, kalau kita ingin menyimpulkannya demikian. apakah lagi yang harus dipermasalahkan? masalah terjadi, mungkin ketika kita sangat mengharapkan bahwa dia mengakui dirinya bersalah. sebagaimana yang terlihat di dalam jalannya diskusi, pretanyaan-pertanyaan yang diajukan itu spertinya mendesak agar orang itu mengakui ssuatu. akan tetapi, orang itu juga tidak dapat mengakuinya karena tampaknya tidak mrasa seperti yang dituduhkan kepadanya. inilah tampaknya yang menjadi masalah.
iya memang diuji apakah benar seperti yg terulis di sutta,,,dan sudah dapat disimpulkan bahwa pengalaman YM Choa tidak sesuai dengan YM Choa.. makanya ada, indra, yang menanyakan apakah beliau itu menganut bodhisattva (mahayana) atau bodhisatta (theravada).... tetapi hal ini tidak pernah dijawab...
berarti sebenarnya sudah selesai urusan. semua sudah jelas. kemudian, apakah lagi yang dipermsalahkan?
bingung ???
;D
Kalo saya sendiri tidak mempermasalahkan... yang saya tulis itu cuma untuk memperjelas saja.. apakah saya ada menanyakan ke YM Choa?... yang saya reply semua adalah postingan kang_Asep... ;D
sebaiknya kalaian para arahat lebih bersabar lagi dalam menjamu tamu sehingga tidak terjadi guru2 para arahat yang muncul lalu dalam sekejap hilang lagi.
Setiap term itu memiliki 8 kesatuan arti dan 10 kategori. salah satunya adalah tmpat dan tempo. jika ada orang menyatakan bahwa "SBY itu murid saya", maka baik subjek (sby) atau predikat (murid saya) itu memiliki 8 kesatuan arti yang salah satunya adalah "tempat dan tempo". Jika kemudian orang menafsirkan bahwa si pembuat pernyataan telah menyatakan bahwa "saat ini sby adalah murid dia", maka dia telah melakukan suatu penambahan kepada term orang lain. padahal orang lain itu belum menjelaskan tempo "saat ini", " masa lalu" atau "masa depan" dari masing-masing term.Tergantung kata dan penggunaannya, tidak semua harus memiliki kedelapan makna tersebut, terutama jika makna dari kata tersebut telah menjelaskannya. Misalnya anda bilang tentang "Buddha Gotama berguru pada Alara Kalama", maka itu sudah salah tanpa perlu ditanya tempo, sebab pencapaian Kebuddhaan sendiri terjadi SETELAH bodhisatta menyamai Alara Kalama dan meninggalkannya. Jadi tanpa perlu berkilah banyak, bisa dipastikan kalimat itu tidak sesuai dengan sutta.
demikian pula ketika ada orang mengatakan "murid saya telah menjadi arahat". itu tidak boleh terburu-buru ditafsirkan sebagai "saat ini", "masa lalu" maupun "masa depan". karena yang mengetahui "makna tempo" pada term sebuah pernyataan adalah orang yang membuat pernyataannya itu sendiri.Istilah Arahat sendiri mengacu pada hal yang irreversible, tidak dapat menurun dari sana. Jadi 'di masa lalu Arahat, sekarang jadi orang biasa' itu tidak mungkin secara makna. Jika dikatakan untuk masa depan, maka penggunaan 'telah' itu sendiri keliru, sebab seharusnya digunakan kata 'akan'. Maka hanya ada satu makna dalam hal ini, yaitu 'sekarang ini muridnya sudah Arahat'.
"Sang Buddha adalah murid seorang pertapa". membantah kebenaran proposisi ini dengan berargumen bahwa ketika sang buddha disebut "sang Buddha" adalah dalam kondisi sudah tidak berguru lagi kepada pertapa tersebut, menandakan bahwa pembantah tersbut telah menambahkan persepsinya kepada pernyataan orang lain, yakni menafsirkan sendiri term milik orang lain tanpa bertanya apa makna term tersebut kepada si pembuat pernyataan.Dalam Brahmajala Sutta, ada 7 pandangan salah tentang nibbana. Buddha Gotama menjelaskan nibbana versinya sendiri. Lalu umat Buddha kemudian meneruskan ajaran itu dan membahasnya, maka ada namanya Ajaran Buddha Theravada.
lalu, apa yang salah dengan pernyataan tersebut?
apakah karena kita memiliki pengetahuan bahwa ciri-ciri dari arahat itu adalah begini dan begitu, lalu kemudian kita ingin menyelidiki, apakah dia itu memenuhi ciri-ciri arahat yang kita ketahui? apakah ini masalahnya?Bukan. Saya berikan ilustrasi.
hanya melihat dari halaman trakhir diskusi, yang tampak terlihat jelas kesalahan fahaman, atau mis komunikasi.Menurut saya, andanya saja yang malas menyelidiki, hanya ambil kesimpulan berdasarkan halaman terakhir, dan tragisnya, anda memang tidak mampu menyimpulkan dengan baik.
Mungkinkah ? :-?
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi ?
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut:
"Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila,
yang hidup tanpa kelengahan,
dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna"
Kemudian Màra si Jahat, membawa kecapi dari kayu vilva-kuning, mendekati Sang Bhagavà dan berkata kepada Beliau dalam syair:
syair 494
“Ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling,
Di empat penjuru dan di antaranya,
Aku mencari tetapi tidak menemukan
Ke mana Godhika telah pergi.”
[Sang Bhagavà:]
syair 495
“Orang yang teguh tidak tergoyahkan,
Seorang meditator selalu gembira dalam meditasi,
Mengerahkan dirinya siang dan malam
Tanpa kemelekatan bahkan pada hidupnya.
syair 496
“Setelah menaklukkan bala tentara Kematian,
Tidak kembali ke kehidupan baru,
Setelah mencabut keinginan hingga ke akarnya,
Godhika telah mencapai Nibbàna akhir.”
syair 497
Begitu banyak ia didera oleh kesedihan
Sehingga kecapinya jatuh dari ketiaknya.
Lalu makhluk yang kecewa itu
Lenyap dari tempat itu.
Tergantung kata dan penggunaannya, tidak semua harus memiliki kedelapan makna tersebut, terutama jika makna dari kata tersebut telah menjelaskannya. Misalnya anda bilang tentang "Buddha Gotama berguru pada Alara Kalama", maka itu sudah salah tanpa perlu ditanya tempo, sebab pencapaian Kebuddhaan sendiri terjadi SETELAH bodhisatta menyamai Alara Kalama dan meninggalkannya. Jadi tanpa perlu berkilah banyak, bisa dipastikan kalimat itu tidak sesuai dengan sutta.
Istilah Arahat sendiri mengacu pada hal yang irreversible, tidak dapat menurun dari sana. Jadi 'di masa lalu Arahat, sekarang jadi orang biasa' itu tidak mungkin secara makna. Jika dikatakan untuk masa depan, maka penggunaan 'telah' itu sendiri keliru, sebab seharusnya digunakan kata 'akan'. Maka hanya ada satu makna dalam hal ini, yaitu 'sekarang ini muridnya sudah Arahat'.
Jadi sekali lagi, anda jangan berkilah banyak. Pelajari dulu istilah-istilah yang digunakan dalam Ajaran Buddha.
Dalam Brahmajala Sutta, ada 7 pandangan salah tentang nibbana. Buddha Gotama menjelaskan nibbana versinya sendiri. Lalu umat Buddha kemudian meneruskan ajaran itu dan membahasnya, maka ada namanya Ajaran Buddha Theravada.
Sekarang coba anda pikir masak-masak dengan akal sehat. Ketika ada dua umat yang membahas dalam koridor Buddhisme Theravada, apakah nibbana yang dibicarakan mereka adalah yang diajarkan Buddha Gotama, atau salah satu di antara 7 pandangan salah tersebut?
Silahkan jawab.
Bukan. Saya berikan ilustrasi.
Choa: Saya juga orang Indonesia, maka saya akan mengajarkan Bahasa Indonesia. Cat bisa berpindah.
Pemirsa: Gimana berpindah? Udah ditempel ke tembok yah tetap di sana.
Choa: Jadi anda cuma gunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi? Dasar picik. Cat adalah hewan yang mengeong.
jika ada orang yang mengaku suci, lalu apa yang harus kita khawatirkan?
tentu kita tidak harus meng-iya-kan klaim orang itu, tetapi juga tidak harus membantah kepadanya.
kita dapat menjelaskan bahwa ciri-ciri arahat itu adalah demikian-demikian. biarkan umat belajar, mereka akan tau apakah orang itu benar-benar suci atau sekedar klaim.
tapi kalau orang yang mengaku suci trus dibantah, maka yang terjadi adalah berbantah-bantahan, menjadi perslisihan, dan dhammacitta akan tampak menjadi tempat berdebat yang tidak sehat, mendorong umat berpikir dengan emosi, bukan dengan pikiran yang damai.
Mungkinkah ? :-?
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi ?
Melihat kejadian ini Sang Buddha berkata : “ Para Bhikkhu, Vakkhali telah mencapai Nibbana, sehingga kesadarannya tidak berada dimanapun.”
Mungkinkah ? :-?
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi ?
“Bhante, ada sebuah desa Vajji yang bernama Pubbajira.
Di sana Y.M. Channa mempunyai keluarga-keluarga yang merupakan sahabatnya, keluarga-keluarga yang merupakan teman-dekatnya, keluarga-keluarga yang pantas dicela.”
“Memang ada keluarga-keluarga yang merupakan sahabat-sahabat bhikkhu Channa, Sariputta, keluarga-keluarga yang merupakan teman-dekatnya, keluarga-keluarga yang pantas dicela; tetapi aku tidak mengatakan bahwa sejauh ini bhikkhu Channa adalah pantas dicela.
Sariputta, bila seseorang melekatkan tubuh ini dan melekat pada tubuh yang baru, pada waktu itu kukatakan bahwa dia pantas dicela.
Tidak ada hal itu pada bhikkhu Channa; bhikkhu Channa telah menggunakan pisau tanpa-cela.”
Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi.
Y.M. Sariputta merasa puas dan bersuka cita di dalam kata-kata Yang Terberkahi.
sepertinya ade-adeputthujannadisini penasaran apakah ada mahluk yang dapat mempraktekan
ajaran buddha dharma, dan mencapai apa yang tertera di sutta/sutra
karena ini topik sudah saya jawab
lalu banyak pertanyaan pada klaim saya (yang saya maksudkan untuk menguatkan argumen saya)serta bahasan OOT, disini termasuk para momodade-ade putthujanna disini yang tidak dapat menghormati Gurunya secara "pantas" masih penasaran akan
saya "ladeni" asal ada ijin dari TS, dan sekalu momod disini
maka topik terbuka bukan hanya pertanyaan TS sajabiar saya didik, anak-anak murid Gotama yang tidak tahu diri disini
sekalian saya bikin "terguncang"
maka kalau ada konfirmasi dari TS dan momod akan saya lanjutkan dan akan saya nyatakan
ini berbentuk "debat" bukan berdhamma desana, ;Dkarena "bodoh" nya member disini ngak ketulungan, tidak akan mempan mengunakan bahasa dharma
saya rasa tabungan kamma baiknya belum cukup untuk mencerap dhamma tingkat tinggi
saya tunggu confirmasi TS dan sekaligus sebagai momod
jika di ijinkan saya mohon maaf dengan kata-kata saya yang akan "vulgar"
^:)^nah para sekkha, para putthujanna, para manusia bodoh yang hanya tahu teory be wise
bertanyalah, pertanyaan yang kalian tidak tahu
jangan malu saya tahu kwalitas otak kalian dan tabungan kamma baik kalian sedikit
jadi saya maklumi kata-kata bodoh kaliansaya akan bicara sama guru kalian, maklumin saja manusia yang sedikit debu dimatanya
sepertinya sudah habis di jama ini
jika di ijinkan let the fight begun... :o
Ikutan ah....untuk memperjelas masalahnya..
Didalam theread ini YM Choa sudah menyatakan bahwa muridnya aja sudah "arahat" dan beliau sendiri, YM Choa, adalah seorang "bodhisatva/mahasatva" tingkatan tinggi...dimana kalo arahat itu cuma tingkat setara demgan bodhisatva tingkat 5. jadi dapat dipastikan bahwa beliau sudah jauh diatas Arahat Kan?.... apakah krn sudah diatas arahat jd tidak pantas dipertanyakan?
saya menulis (mengatakan) bahwa murid saya "dimasa lampau" ada yang sudah mencapai
arahatta, beda dengan konsep arahat theravada,
kamu tifak kasihan dengan kedua orang tuamu yang sudah menjaga dan mendidikmu
dan dengan kerja keras membanting tulang mencari sesuap nasi dan menabung sedikit
demi sedikit disisihkanya untuk pendidikanmu,
apa hasilnya kalau mereka tahu betapa "dungu' nya dirimu
membaca dan mengurut tulisan saja tidak bisa, saya tidak tahu apakah kedua orang tuamu
pernah menyogok kepala sekolah agar kamu tetap naik kelas walau otakmu tidak pantas
untuk naik kelas? coba tanyakan ya, nak
saya menulis (mengatakan) bahwa murid saya "dimasa lampau" ada yang sudah mencapai
arahatta, beda dengan konsep arahat theravada, kitap yang kamu baca lalu di bakar dan
airnya di minum bukanya di praktekan
mengerti kamu nak,
sekolah yang rajin ya, jangan biarkan orang tuamu sedih telak bekerja keras agar kamu dapat
sekolah dan hasilnya tetap saja bodoh
maaf terlalu vulgar ngak???
post terakhir jika tidak di ijinkan TS
Kalau di ijinkan saya akan teruskan memukul pantat anak murid durhaka di thread ini.
yang bikin malu gurunya, sampai tidfak mengenali mahluk yang bahkan oleh gurunya juga
dihormati 8)
agar kata-kata lebih mudah difahami orang lain.
kata-kata yang baik dan menyenangkan saja, kadang kala sulit difahami. maka apalagi kata-kata yang tidak baik dan tidak menyenangkan?
saya menulis (mengatakan) bahwa murid saya "dimasa lampau" ada yang sudah mencapai
arahatta, beda dengan konsep arahat theravada, kitap yang kamu baca lalu di bakar dan
airnya di minum bukanya di praktekan
saya bukan arahat
murid saya ada yang arahat
jika ingin menghormat, hormatilah tulisan saya disini yang membawamu atau mendorongmu mempraktekan dhamma
karena jika anda tidak ada mata dharma akan sulit membuktikan saya siapa
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang membuatmu untuk menjauhi dhamma
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang tidak menghormati dhamma
buddha ada dimana-mana, bahkan di internet ini, di dalam forum ini
karena jika mereka berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya
maka anda bertemu dengan buddha, atu setidak-tidaknya dengan calon buddha
saya rada heran di forum terhormat ini, mengapa umat yang sudah merealisasikan dhamma
yang tulisanya tidak menyerang menjadi seolah-olah musuh?
ada apa dengan umat buddha jaman ini?
saya membayangkan jika dijaman ini, seandainya buddha gotama di delay kelahiranya 2500 tahun
entah apa yang terjadi dengan buddha dhamma.
jika ingin bertemu dan membuktikan apakah saya benar seperti yang saya klaim
silahkan PM, semoga yang berjodoh, akibat kamma baik diri sendiri
sepertinya ade-ade putthujanna disini penasaran apakah ada mahluk yang dapat mempraktekanBanyak bicara saja anda ini. Apa sih yang sudah anda jawab? Pertanyaan saya saja tidak ada yang dijawab.
ajaran buddha dharma, dan mencapai apa yang tertera di sutta/sutra
karena ini topik sudah saya jawab
lalu banyak pertanyaan pada klaim saya (yang saya maksudkan untuk menguatkan argumen saya)
serta bahasan OOT, disini termasuk para momod
ade-ade putthujanna disini yang tidak dapat menghormati Gurunya secara "pantas" masih penasaran akan
saya "ladeni" asal ada ijin dari TS, dan sekalu momod disini
maka topik terbuka bukan hanya pertanyaan TS saja
biar saya didik, anak-anak murid Gotama yang tidak tahu diri disini
sekalian saya bikin "terguncang"
maka kalau ada konfirmasi dari TS dan momod akan saya lanjutkan dan akan saya nyatakan
ini berbentuk "debat" bukan berdhamma desana, ;D
karena "bodoh" nya member disini ngak ketulungan, tidak akan mempan mengunakan bahasa dharma
saya rasa tabungan kamma baiknya belum cukup untuk mencerap dhamma tingkat tinggi
saya tunggu confirmasi TS dan sekaligus sebagai momod
jika di ijinkan saya mohon maaf dengan kata-kata saya yang akan "vulgar"
^:)^
nah para sekkha, para putthujanna, para manusia bodoh yang hanya tahu teory be wise
bertanyalah, pertanyaan yang kalian tidak tahu
jangan malu saya tahu kwalitas otak kalian dan tabungan kamma baik kalian sedikit
jadi saya maklumi kata-kata bodoh kalian
saya akan bicara sama guru kalian, maklumin saja manusia yang sedikit debu dimatanya
sepertinya sudah habis di jama ini
jika di ijinkan let the fight begun... :o
ada yang mengerti kata-kata indah di awal, di tengah dan di akhirnya
ada orang bodoh hidup ditempat dimana orang berbicara selalu berteriak
dan mengunakan makian, mereka ini "hanya" mengerti kata-kata kasar
dan dengan berteriak,
saya menghargai anda, yang lemah lembut pikiranya maka anda tidak termasuk
manusia yang perlu "dikhawatirkan"
aku adalah mahluk yang melekat dengan kelahiran manusia dengan kilesa lengkap
maka aku bisa menjadi manusia dengan segala aspeknya, cuma cetanaku yang tetap
murni, yang lain aku menyamakan dengan para mahluk disekitarku yang sedang
bergumul dengan lumpur kekotoran bathin
bro' perhatikan aku mengajar
jika engkau mau belajar dan pantas apa yang akan aku tulis merupakan kebenaran
jangan biarkan kemelekatan akan kata-kata halus menghalangi enkau untuk
menerima dharma,
ada banyak pintu dharma
jika engkau berbicara dengan kambing gunakan bahasa mereka, karena mereka tidak
mengerti bahasa manusia
aku mereplay post anda karena rasa harmat atas pemahamanmu
lalu, diamlah biarkan kamma mereka masing-masing yang membuat apakah mereka
dapat menerima kebenaran atau kamma mereka tidak cukup untuk mencerna tulisan ku
anumodanna
atas kesadaran dharmamu.
hal tersebut benar. tanpa perlu bertanya lagi kepada orang itu, sudah jelas pernyataan seperti itu salah. tapi hendaknya difahami "salah itu kata siapa, menurut siapa?" tentunya "salah itu kata kita, menurut kita" dengan "pengetahuan, logika dan semua argumen yang kita miliki".Lho, anda ini lucu.
tetapi, perlu pula diingat bahwa dalam suatu diskusi, apa yang benar dan salah menurut diri kita sendiri bukanlah faktor yang dicari bersama. faktor yang dicari bersama dalam suatu diskusi adalah sesuatu yang bernilai "benar" menurut kedua belah pihak yang berdiskusi. maka ketika orang berkata "Buddha berguru kepada alara krama", dimana hal ini dinilai salah oleh kita, tapi apakah nilai "salah" itu juga diakui oleh kawan diskusi kita? seandainya suatu perdebatan itu menggunakan "dalil" dan tidak hanya menggunakan argumen, maka inilah yang akan menjadi perdebatan yang sehat.
argumen itu bersifat umum, yakni alasan dari suatu pernyataan yang bisa bernilai benar atau salah menurut satu pihak atau kedua belah pihak, tapi dalil adalah argumen yang diterima kebenarannya oleh kedua belah pihak. maka berdebatlah dngan dalil. apabila suatu argumen tidak dapat diterima oleh satu pihak, maka kita harus fahami bahwa itu bukanlah "dalil yang sah" dalam sebuah diskusi maupun perdebatan.
ini adalah contoh argumen, tapi apakah ini sebuah dalil?
dan juga pelajari apa yang dimaksud oleh orang lain!
tentu, seharusnya "yang diajarkan oleh buddha gotama". tapi tentang "mana yang diajarkan oleh buddha gotama" belum tentu sama dalam pandangn masing-masing orang.
tampaknya jawabannya tidak masuk akal. karena tidak mungkin "car adalah hewan yang mengeong". tapi juga, ketidak mungkinan ini harus diingat, kata siapa dan menurut siapa? menurut kita? bagaimana menurut dia?
Paham?
Menurut saya, andanya saja yang malas menyelidiki, hanya ambil kesimpulan berdasarkan halaman terakhir, dan tragisnya, anda memang tidak mampu menyimpulkan dengan baik.
Lho, anda ini lucu.
Sekarang di sini forum Buddhisme, lalu ada orang datang ingin membuktikan Buddhisme salah, tentu dia harus bahas Buddhismenya dan tunjukkan kesalahannya donk? Kok Buddhis yang disuruh belajar Agamanya dan melihat Buddhisme salah menurut sudut pandangnya? Aneh sekali anda.
supaya anda sebagai orang suci tidak melakukan kebohongan lebih jauh lagi, ini saya quote lagi kata2 anda sebelumnya
di sini, orang tidak sedang berdebat dengan buddhisme, tapi dengan sesama orang juga. oleh karena itu, satu orang dengan oran lainnya seharusnya berusaha untuk saling memahami. buddhisme tidak akan menjadi suatu masalah. yang menjdi masalah adalah pemahaman yang berbeda yang tidak dapat ditolelir oleh suatu pihak peserta diskusi.Orang mengaku Bodhisatva dan bicara tentang Arahat, dan 31 alam, tapi bukan omongin Buddhisme yah?
bodohnya kamu naksaya seorang maha arahat, saya juga juru selamat manusia, anda sebenarnya masih di bawah level saya tapi ok mari kita berbincang bincang.
kalau aku berkata Buddha Gotama mengangkat ku sebagai guru
apa opinimu,
apa kamu mengerti apa yang aku tulis?
apa kapasitas otakmu sudah mumpuni?
saya nyatakan, jika kamu sudah mengerti semua sutta theravada dan mempraktekanya
lalu kamu mencapai aharatta di alam sekarang, kearahatanmu dialam dharma
sama seperti anak lulusan SMA, anak SMA mau mengerti tulisan para profesor
sebaiknya anda berpikir ulang, kira-kita kepintaranmu mampu memahami tulisan
atau apa yang di bahas disini??
tau dirilah, kamu saja belum lulus SMA.. ;D
sudah di jelaskan sekali saja cukup nak
apakah saking bodohnya dirimu sampai tidak bisa membaca, sungguh memalukan
seorang buddhis seperti kamu
maaf saya mesti tanya apakah kamu seorang buddhis?
apakah kamu melaksanakan sila?
apakah kamu meditasi?
apakah kamu masuk level "paling rendah" sotapana magga?
anak kecil, mingir orang dewasa mau berdiskusi
cuci kaki dan tanganmu lalu duduk yang manis, jangan replay, bodohmu kelihatan
mengapa? kamu bagaimana dapat mengenali seorang itu sudah arahat?
kalau kamu masih di bawahnya, lalu kamu mau berdiskusi (selevel) dengan di atas
arahat?, ngaca dulu nak ... ;D
bodohnya kamu nak
kalau aku berkata Buddha Gotama mengangkat ku sebagai guru
apa opinimu,
apa kamu mengerti apa yang aku tulis?
apa kapasitas otakmu sudah mumpuni?
saya nyatakan, jika kamu sudah mengerti semua sutta theravada dan mempraktekanya
lalu kamu mencapai aharatta di alam sekarang, kearahatanmu dialam dharma
sama seperti anak lulusan SMA, anak SMA mau mengerti tulisan para profesor
sebaiknya anda berpikir ulang, kira-kita kepintaranmu mampu memahami tulisan
atau apa yang di bahas disini??
tau dirilah, kamu saja belum lulus SMA.. ;D
sudah di jelaskan sekali saja cukup nak
apakah saking bodohnya dirimu sampai tidak bisa membaca, sungguh memalukan
seorang buddhis seperti kamu
maaf saya mesti tanya apakah kamu seorang buddhis?
apakah kamu melaksanakan sila?
apakah kamu meditasi?
apakah kamu masuk level "paling rendah" sotapana magga?
anak kecil, mingir orang dewasa mau berdiskusi
cuci kaki dan tanganmu lalu duduk yang manis, jangan replay, bodohmu kelihatan
mengapa? kamu bagaimana dapat mengenali seorang itu sudah arahat?
kalau kamu masih di bawahnya, lalu kamu mau berdiskusi (selevel) dengan di atas
arahat?, ngaca dulu nak ... ;D
saya bukan arahat
murid saya ada yang arahat
saya seorang maha arahat, saya juga juru selamat manusia, anda sebenarnya masih di bawah level saya tapi ok mari kita berbincang bincang.
pertanyaan saya, apakah anda murid buda atau lebih tinggi dari buda?
apakah anda meditasi? metode apa yang anda lakukan dalam meditasi?
apakah anda menjaga sila?
apakah anda masih melakukan hubungan seks dengan istri anda?
saya seorang maha arahat, saya juga juru selamat manusia, anda sebenarnya masih di bawah level saya tapi ok mari kita berbincang bincang.
pertanyaan saya, apakah anda murid buda atau lebih tinggi dari buda?
apakah anda meditasi? metode apa yang anda lakukan dalam meditasi?
apakah anda menjaga sila?
apakah anda masih melakukan hubungan seks dengan istri anda?
sebelum saya jawab, jawablah pertanyaan anda
bisa... ;D
tapi sedikit saya kasih bocoran, saya adalah seorang sarjana dengan kapasitas otak yg lebih besar dari anda. anda mungkin suci, tapi sepertinya kesucian anda tidak berarti apa2 di banding saya, karena saya adalah seorang Sammasambuddha. jadi janganlah anda kurang ajar sama seorang Buddha, bisa saya kutuk anda jadi kecoak nanti, mau?
Kalau di ijinkan saya akan teruskan memukul pantat anak murid durhaka di thread ini.
yang bikin malu gurunya, sampai tidfak mengenali mahluk yang bahkan oleh gurunya juga
dihormati 8)
kamu ini sekolah ngakIni pelajaran pertamanya, guru?
saya bilang saya bukan arahat, mengerti
murid saya arahat, lalu kalau di hubungkan dengan arahatta theravada yang sesui dengan tipitaka
tidak sama, murid saya seorang arahat di past live nya
ada masalah dengan pernyataan saya, kalau ada emang ada apa?
apakah ketidak setujuanmu penting ;D
kamu tidak penting, paham
kamu bukan siapa-siapa paham
kamu ini sekolah ngakGuru, monyet di deket kantor saya juga ada yang Arahat, tapi istilahnya beda sama di Tipitaka. Mungkin murid anda itu selevel sama monyet tersebut yah? ;D
saya bilang saya bukan arahat, mengerti
murid saya arahat, lalu kalau di hubungkan dengan arahatta theravada yang sesui dengan tipitaka
tidak sama, murid saya seorang arahat di past live nya
ada masalah dengan pernyataan saya, kalau ada emang ada apa?
apakah ketidak setujuanmu penting ;D
kamu tidak penting, paham
kamu bukan siapa-siapa paham
beginikh cara anda mendidik? anjing saya di rumah bisa mendidik dengan lebih baik daripada ini.
kamu ini sekolah ngak
saya bilang saya bukan arahat, mengerti
murid saya arahat, lalu kalau di hubungkan dengan arahatta theravada yang sesui dengan tipitaka
tidak sama, murid saya seorang arahat di past live nya
ada masalah dengan pernyataan saya, kalau ada emang ada apa?
apakah ketidak setujuanmu penting ;D
kamu tidak penting, paham
kamu bukan siapa-siapa paham
nah kamu belum pernah dididik beginikan
kamu selalu menilai penampilan orang lain,
orang tuamu tidak pernah menyuruh;
"nilailah dirimu terlebih dahulu sebelum kamu menilai orang lain"
apakah kamu tergungcang?
apakah kamu tidak mampu melihat dirimu?
yang penuh kilesa, lau menunjuk orang lain penuh kilesa?
ingat satu jari menunjuk orang lain 4 (empat) jari menunjuk diri sendiri
paham ngak sih, anak putthujanna ini tulisa ane (bingung)
apa otaknya cukup untuk memahami yah????
sak karepmu dewe' ;D :o =P~
maaf, yang ini serius?
sebelum saya jawab, jawablah pertanyaan andaastaga, tipe muter2.com hasil meditasinya muter2.com
bisa... ;D
jika kamu dapat membuktikanya
saya bersedia menangung kamma jeleknya
jika saya musavada
metta cetanna
saya juga tidak mengatakan anda arahat, tapi anda sediri yg mengatakan bahwa murid anda ada arahat, yg awalnya tanpa disertai dengan petunjuk waktu "past live", yg kemudian anda tambahkan untuk menyelamatkan pantat anda.
saya memang bukan siapa2, dan itu sebabnya saya bisa membuat anda lebih berdarah2 lagi daripada seandainya saya adalah siapa2.
astaga, tipe muter2.com hasil meditasinya muter2.comMungkin "dipuji" sebagai terunggul dalam mulut besarnya.
kamu buta dan tuliGuru, masa' ditanya pertanyaan, minta murid yang jawabin sih? Ga malu yah?
berani bercerita tentang dhamma?
berani bernyanyi tentang dhamma?
jawab tuh pertanyaan yang di tujukan pada saya, kalau kamu tidak menjawab
atau tidak mampu menjawabnya, saya angap anda hopeless
tidak naik kelas, tunggu kelahiran berikut untuk menfdengarkan pelajaran dharma dari seorang
yang sudah merealisasikanya,
anak siapa sih ini, pernah meditasi dan mempraktekan sila ngak sih :(
bisakah Yang Arya mengenalkan identitas asli?
nama, alamat, no telp
kalau ada halangan untuk mengungkapkan secara terbuka, via PM juga gak apa2.
kamu buta dan tuli
berani bercerita tentang dhamma?
berani bernyanyi tentang dhamma?
jawab tuh pertanyaan yang di tujukan pada saya, kalau kamu tidak menjawab
atau tidak mampu menjawabnya, saya angap anda hopeless
tidak naik kelas, tunggu kelahiran berikut untuk menfdengarkan pelajaran dharma dari seorang
yang sudah merealisasikanya,
anak siapa sih ini, pernah meditasi dan mempraktekan sila ngak sih :(
astaga, tipe muter2.com hasil meditasinya muter2.com
mari kita lihat siapa yg akan terguncang-guncang di sini.
jadi cuma itukah kemampuan anda dalam mendidik? boleh saya mulai sekarang?
=)) =)) =))
parah parah ....
teman2 bolehkah saya mengundurkan diri saja? yg ini lebih parah daripada badut yg dulu.
pecundang akan lari terbirit-birit jika ada singa asli mengaumkan aumanya
keledai dunggu mengaku singa?
lari sana sembunyi di bawah ketiak ibumu,
banci,!!!
bro, anda belum menjawab semua pertanyaan saya...
agar lebih memudahkan anda, saya nomorkan ya...
1.sang buddha juga menjawab seperti yang saya katakan diatas, kenapa anda mengatakan sang buddha diam ketika ditanya mengenai nibbana?? ada sumber??
2. kalau bisa, tolong tunjukkan di bagian mana sang buddha diam ketika ditanya tentang nibbana..
3. kalau sang buddha merasa tidak perlu mengungkapkan apa yang ia ketahui, kenapa anda merasa perlu mengungkapkannya??
4. apakah karena mana??
5. lalu, apa manfaat anda mengatakannya untuk kami??
6. sang buddha tidak mengatakan segala yang ia ketahui, karena ia merasa hal tersebut tidak perlu, lalu, kenapa anda merasa perlu untuk memberitahukannya kepada kami??
tambahan...
tolong dijawab dengan penomoran seperti yang saya cantumkan juga, biar lebih mudah saya mengerti..
pecundang akan lari terbirit-birit jika ada singa asli mengaumkan aumanya
keledai dunggu mengaku singa?
lari sana sembunyi di bawah ketiak ibumu,
banci,!!!
choa : lari sana sembunyi di bawah ketiak ibumu,sangat tidak LOGIKA kalau ini dpt dilakukan :)) :))
Wah, Guru mulai kehilangan kendali yah?
dari awal thread saya di tanya saya menjawab
member disini di tanya, "tidak ada yang bisa menjawab"
apakah saya mesti menunggu ada member disini yang menguasai sutta dan mempraktekanya
lalu selevel atau setidak tidaknya dapat menjawab pertanyaan saya
yang OL sekarang , PAYAH,!!!
bro choa, saya mengakui bahwa saya masih seorang putthujhana, dan masih perlu banyak bimbingan dari anda yang adalah bodhisattva...bro will.
maka dari itu, apakah salah bila saya bertanya keppada anda??
dan kenapa pertanyaan saya yang ini ga di jawab??
mohon dijawab, agar saya bisa tercerahkan seperti anda...
bukankah itu tugas seorang bodhisatta?? mencerahkan orang lain??
Sang Buddha menjawab;Bold: Terima kasih atas asumsi pribadinya,
"Tidak ada manfaatnya bagi kamu untuk mengetahui Godhika Thera. Setelah terbebas dari kekotoran-kekotoran moral, ia mencapai tingkat kesucian arahat. Seseorang seperti kamu, Mara, dengan seluruh kekuatanmu tidak akan dapat menemukan ke mana para arahat pergi setelah meninggal dunia."
*nah sang buddha sudah dengan jelas mengatakan tidak kembali ke kehidupan baru ;D. sama seperti sang buddha yang m***kikkan suara kemenangkan dengan mengatakan sudah menghancurkan si pembuat rumah ;D. (sang buddha kan arahat juga ;D).
Bhikkhu VakkhaliYaps, hal ini benar-benar memberikan penegasan tentang bentuk "*poof* end of story"
Tidak lama kemudian setelah kepergian mereka, Yang Mulia Vakkhali mempergunakan pisau untuk membunuh dirinya.
Melihat kejadian ini Sang Buddha berkata : “ Para Bhikkhu, Vakkhali telah mencapai Nibbana, sehingga kesadarannya tidak berada dimanapun.”
di sini juga jelas, nibbana itu sudah terbebas dari samsara ;D.
Kisah Bhikkhu ChannaAmat sangat menjawab, apabila didasari oleh tanha.
dari CHANNOVADA SUTTA, Majjhima Nikaya, Maha Vagga, bab 144
kutipan:
Sariputta, bila seseorang melekatkan tubuh ini dan melekat pada tubuh yang baru, pada waktu itu kukatakan bahwa dia pantas dicela.
nah, itu artinya kalo masih pengen lahir lagi namanya adalah yang dicela oleh para yang bijaksana ;D.
dari awal thread saya di tanya saya menjawab
member disini di tanya, "tidak ada yang bisa menjawab"
apakah saya mesti menunggu ada member disini yang menguasai sutta dan mempraktekanya
lalu selevel atau setidak tidaknya dapat menjawab pertanyaan saya
yang OL sekarang , PAYAH,!!!
bro will.sepertinya anda sudah lupa pembahasan topik yang dulu itu apa ya??
kamu g****k apa buta????
kamu tanya apa yang dilakukan Sammasambuddha Gotama kepada saya
apa kamu seidiot ini?
mengakui putthujanna adalah baik
lalu pertanyaan konyolmu itu membuat saya tidak tahan untuk membodohimu
tanyalah pada Buddha Gotama mengapa dia memelih demikian
paham, mahluk putthujanna?
Wah, Guru mulai kehilangan kendali yah?
Boleh diulang pertanyaannya apa, guru?
bodohnya kamu nakOh, jadi maksudnya terguncang adalah malas meladeni tingkah lucumu yah? Tenang, saya memang bertugas membangkitkan kelucuanmu di sini.
mbok ya sudah putthujanna jangan idiot kenapa?
yang nulis pertanyaan ente sendiri, paham
aduh ada ngak sih member disini yang intelek dikit, capedeh
taunya jadi trooler masuk diskusi, mental
ada yang jadi keleday dunggu lari terbirit-birit, ini lagi orang alay dia nanya
ditanya balik pertanyaanya, malah nanya mana pertanyaanya
nyesel saya ketemu beberapa orang idiot yang terguncang, jauuuuh dari
praktek dhamma.
sepertinya anda sudah lupa pembahasan topik yang dulu itu apa ya??
atau anda yang terlalu bodoh dan terlalu banyak bacotnya??
anda mengatakan bahwa sang buddha diam ketika ditanyamengenai nibbana, lalu, mengapa anda mengatakan kalau sang buddha diam ketika ditanya??
ada sumber??
tanya langsung sama sang buddha??
Omigod...
bodohnya kamu nak
mbok ya sudah putthujanna jangan idiot kenapa?
yang nulis pertanyaan ente sendiri, paham
aduh ada ngak sih member disini yang intelek dikit, capedeh
taunya jadi trooler masuk diskusi, mental
ada yang jadi keleday dunggu lari terbirit-birit, ini lagi orang alay dia nanya
ditanya balik pertanyaanya, malah nanya mana pertanyaanya
nyesel saya ketemu beberapa orang idiot yang terguncang, jauuuuh dari
praktek dhamma.
Wahai PENIPU, tidak ada yg lari dari anda, terbukti selama beberapa hari ini andalah yg lari terbirit2 bagaikan anjing kudisan disiram air panas. btw, anda sudah berapa lama jadi manusia? memory kehidupan lampau anda masih sangat melekat kuat hingga kehidupan ini, sehingga sudah beradaptasi dengan jasmani manusia. ;DMengapa anda terus-menerus menghina anjing? Tahukah anda bahwa banyak kualitas anjing yang lebih baik daripada Choa ini?
Mengapa anda terus-menerus menghina anjing? Tahukah anda bahwa banyak kualitas anjing yang lebih baik daripada Choa ini?
Aduh... :hammer:
Bisakah kita berdiskusi dengan damai ?
Silahkan penuh sarkas...
tapi tetep jaga kualitas postingan dan pemilihan kata.
Thanks,
kamu tidak dapat menemukan disutta tentang bahasan ini?waduh, berarti anda yang memang benar-benar bodoh....
bahwa ada pembicaraan antara YA Ananda dan YA Sariputta bertanya pada
YA Maha Mongalana, mengenai pertanyaan apakah guru ada atau tidak ada atau ada dan tidak ada
setelah parinibanna?
maka sebaiknya anda jangan masuk diskusi disini, jadilah murid yang baik lalu SR,
mengerti
waduh, berarti anda yang memang benar-benar bodoh....
pernyataan anda mengatakan bahwa SANG BUDDHA sendiri yang diam ketika ditanya...
kok jadi ke ananda dan mogallana...
terbukti memang ternyata masih ada arahat yang bodoh dan pelupa...
kita mulai saja ceritanya biar tambah terguncanganda yakin ketika anda mengalami hal ini, anda bersama teman-teman anda tidak sedang dalam kondisi mabuk,??
ada 2 cerita yang saya alami, ini yang pertama cerita ini benar saya alami dan ada
dua orang lagi yang menjadi saksi, kebetulan mereka beragama sebelah
cerita ini saya dedikasikan untuk member disini yang mempraktekan jalan dhamma
suatu saat saya di datangi kolega saya dari masa lampau, dan ada yang hanya
menyapa dan ada yang memperkenalkan diri bahwa dia teman atau adik seperguruan
yang saya ingat dan dapat saya lihat telah adalah Sanjaya, karena dia berbicara langsung
memangil nama tampa embel-embel,
setelah acara silaturahmi seslesai saya melihat seorang bikkhu berdiri agak jauh dengan sikap
anjali dengan angun dan tenang, mempertahankan kedamaian internalnya
lalu saya menyapa, wahai bhikkhu silahkan mendekat;
bhikkhu ini mendekat lalu beranjali, sambil memperkenalkan diri saya Ananda, murid Tathagata Gotama
saya terkejut bukan kepalang, sambil belum hilang keterkejutan saya, replek saya berbicara
ada yang dapat saya bantu?
lalu dengan tenang berbicara dengan tidak cepat atau lambat YA Ananda berbicara
mohon Yang Arya tidak merubah dhamma yang dibabarkan oleh guru saya,
dengan tergesa, gesa saya menjelaskan panjang lebar hukum manusi buddha dan masa berlakunya
dhamma seorang manusi buddha, dan saya merupakan praktisi masa ini bukan ada untuk merubah
setelah saya nilai penjelasan saya cukup saya diam
YA Ananda hanya mengucapkan satu kata, terimakasih
sebelum pergi saya berbicara pada beliau memuji kehebatan ingatanya dapat mengingat semua sutta
dan menjadikanya menjadi kitap TIPITAKA,
saya amat terkejut mendegarkan apa responya,
"saya tidak dapat mengingat semua ceramah guru, dan TIPITAKA tidak memuat semua sutta
yang leih lengkap itu di sutra mahayana, (tipitaka + tripitaka)
next saya akan cerita bertemu dengan YA Sariputta dan YA Mongalana
kita mulai saja ceritanya biar tambah terguncang
ada 2 cerita yang saya alami, ini yang pertama cerita ini benar saya alami dan ada
dua orang lagi yang menjadi saksi, kebetulan mereka beragama sebelah
cerita ini saya dedikasikan untuk member disini yang mempraktekan jalan dhamma
suatu saat saya di datangi kolega saya dari masa lampau, dan ada yang hanya
menyapa dan ada yang memperkenalkan diri bahwa dia teman atau adik seperguruan
yang saya ingat dan dapat saya lihat telah adalah Sanjaya, karena dia berbicara langsung
memangil nama tampa embel-embel,
setelah acara silaturahmi seslesai saya melihat seorang bikkhu berdiri agak jauh dengan sikap
anjali dengan angun dan tenang, mempertahankan kedamaian internalnya
lalu saya menyapa, wahai bhikkhu silahkan mendekat;
bhikkhu ini mendekat lalu beranjali, sambil memperkenalkan diri saya Ananda, murid Tathagata Gotama
saya terkejut bukan kepalang, sambil belum hilang keterkejutan saya, replek saya berbicara
ada yang dapat saya bantu?
lalu dengan tenang berbicara dengan tidak cepat atau lambat YA Ananda berbicara
mohon Yang Arya tidak merubah dhamma yang dibabarkan oleh guru saya,
dengan tergesa, gesa saya menjelaskan panjang lebar hukum manusi buddha dan masa berlakunya
dhamma seorang manusi buddha, dan saya merupakan praktisi masa ini bukan ada untuk merubah
setelah saya nilai penjelasan saya cukup saya diam
YA Ananda hanya mengucapkan satu kata, terimakasih
sebelum pergi saya berbicara pada beliau memuji kehebatan ingatanya dapat mengingat semua sutta
dan menjadikanya menjadi kitap TIPITAKA,
saya amat terkejut mendegarkan apa responya,
"saya tidak dapat mengingat semua ceramah guru, dan TIPITAKA tidak memuat semua sutta
yang leih lengkap itu di sutra mahayana, (tipitaka + tripitaka)
next saya akan cerita bertemu dengan YA Sariputta dan YA Mongalana
saya memaklumisaya sudah tau dari awal ketika anda membuat statement, bahwa statement anda itu salah om...
bisa jadi saya yang bodoh
tetapi apakah kamu tidak penasan dengan tulisan saya lalu membaca sutta
tentang pertanyaan apakah buddha ada atau tidak setelah beliau meningal?
lebih bermanfaat mana;
saya yang bodoh?
atau kamu menyelidiki sutta?
anda yakin ketika anda mengalami hal ini, anda bersama teman-teman anda tidak sedang dalam kondisi mabuk,??
dan anda yakin juga kalau yang menjelma itu bukam MARA??
MARA itu bisa menjelma jadi orang yang luar biasa baik loh...
saya sudah tau dari awal ketika anda membuat statement, bahwa statement anda itu salah om...baiklah, anda sudah sampai pada kesimpulan saya
udah ada kok di otak saya... ;D
ternyata sekarang penamaan antara makhluk bodhisattva dan bodohsatwa sudah rancu ya...
baiklah, anda sudah sampai pada kesimpulan sayasadhu.. sadhu.. sadhu...
bodohsattva
anumodana
semoga anda maju dalam praktek dhamma
_/\_
kita mulai saja ceritanya biar tambah terguncang
ada 2 cerita yang saya alami, ini yang pertama cerita ini benar saya alami dan ada
dua orang lagi yang menjadi saksi, kebetulan mereka beragama sebelah
cerita ini saya dedikasikan untuk member disini yang mempraktekan jalan dhamma
suatu saat saya di datangi kolega saya dari masa lampau, dan ada yang hanya
menyapa dan ada yang memperkenalkan diri bahwa dia teman atau adik seperguruan
yang saya ingat dan dapat saya lihat telah adalah Sanjaya, karena dia berbicara langsung
memangil nama tampa embel-embel,
setelah acara silaturahmi seslesai saya melihat seorang bikkhu berdiri agak jauh dengan sikap
anjali dengan angun dan tenang, mempertahankan kedamaian internalnya
lalu saya menyapa, wahai bhikkhu silahkan mendekat;
bhikkhu ini mendekat lalu beranjali, sambil memperkenalkan diri saya Ananda, murid Tathagata Gotama
saya terkejut bukan kepalang, sambil belum hilang keterkejutan saya, replek saya berbicara
ada yang dapat saya bantu?
lalu dengan tenang berbicara dengan tidak cepat atau lambat YA Ananda berbicara
mohon Yang Arya tidak merubah dhamma yang dibabarkan oleh guru saya,
dengan tergesa, gesa saya menjelaskan panjang lebar hukum manusi buddha dan masa berlakunya
dhamma seorang manusi buddha, dan saya merupakan praktisi masa ini bukan ada untuk merubah
setelah saya nilai penjelasan saya cukup saya diam
YA Ananda hanya mengucapkan satu kata, terimakasih
sebelum pergi saya berbicara pada beliau memuji kehebatan ingatanya dapat mengingat semua sutta
dan menjadikanya menjadi kitap TIPITAKA,
saya amat terkejut mendegarkan apa responya,
"saya tidak dapat mengingat semua ceramah guru, dan TIPITAKA tidak memuat semua sutta
yang leih lengkap itu di sutra mahayana, (tipitaka + tripitaka)
next saya akan cerita bertemu dengan YA Sariputta dan YA Mongalana
ini artinya "jatuh bebas pada apa yang kamu percayai" ya??
fell free, what ever you believe _/\_
sadhu.. sadhu.. sadhu...
semoga saya dapat bertemu anda di kehidupan mendatang, ketika anda sudah menjadi samma-sambuddha...
amen...
kita mulai saja ceritanya biar tambah terguncang
ada 2 cerita yang saya alami, ini yang pertama cerita ini benar saya alami dan ada
dua orang lagi yang menjadi saksi, kebetulan mereka beragama sebelah
cerita ini saya dedikasikan untuk member disini yang mempraktekan jalan dhamma
suatu saat saya di datangi kolega saya dari masa lampau, dan ada yang hanya
menyapa dan ada yang memperkenalkan diri bahwa dia teman atau adik seperguruan
yang saya ingat dan dapat saya lihat telah adalah Sanjaya, karena dia berbicara langsung
memangil nama tampa embel-embel,
setelah acara silaturahmi seslesai saya melihat seorang bikkhu berdiri agak jauh dengan sikap
anjali dengan angun dan tenang, mempertahankan kedamaian internalnya
lalu saya menyapa, wahai bhikkhu silahkan mendekat;
bhikkhu ini mendekat lalu beranjali, sambil memperkenalkan diri saya Ananda, murid Tathagata Gotama
saya terkejut bukan kepalang, sambil belum hilang keterkejutan saya, replek saya berbicara
ada yang dapat saya bantu?
lalu dengan tenang berbicara dengan tidak cepat atau lambat YA Ananda berbicara
mohon Yang Arya tidak merubah dhamma yang dibabarkan oleh guru saya,
dengan tergesa, gesa saya menjelaskan panjang lebar hukum manusi buddha dan masa berlakunya
dhamma seorang manusi buddha, dan saya merupakan praktisi masa ini bukan ada untuk merubah
setelah saya nilai penjelasan saya cukup saya diam
YA Ananda hanya mengucapkan satu kata, terimakasih
sebelum pergi saya berbicara pada beliau memuji kehebatan ingatanya dapat mengingat semua sutta
dan menjadikanya menjadi kitap TIPITAKA,
saya amat terkejut mendegarkan apa responya,
"saya tidak dapat mengingat semua ceramah guru, dan TIPITAKA tidak memuat semua sutta
yang leih lengkap itu di sutra mahayana, (tipitaka + tripitaka)
next saya akan cerita bertemu dengan YA Sariputta dan YA Mongalana
itu tidak akan terjadidarimana anda tahu saya tidak akan bertemu anda lagi??
praktekan saja dhamma yang sudah di babarkan dengan baik
yang indah di awalnya
indah di tengahnya
serta indah di akhirnya
yang membawa kedamainan internal pikiran
yang membawa ketenangan
dan menuju ke pengakhiran dukkha
semoga anda sukses melakukan pati-pati pujja
bukan amisa puja
umur kita tidak ada yang tahu sampai kapan, jadi mulailah berjuang
jangan malas, abaikan pencapaian orang lain, konsentrasi ke diri sendiri
anumodanna
. _/\_
cerita ini mirip dengan cerita model agama tetangga... karena terlalu tergila-gila pada ajaran agama secara membabi buta, mengakibatkan diri nya menjadi "gila"saya bukan ananda, tetapi saya berbicara dengan Y.A. Ananda
ini efek dr pikiran tidak mampu mencerap, malah merusak... ;D
jika memang anda benar YA. Ananda, wow... ternyata Ananda blum parinibbana... tolong dunk, di ulang kembali semua sutta yg ada, total semua nya ada 84.000. dato' rasa kemampuan mengingat tidak semudah itu hilang apalagi sebagai seorang Arahat...
ka-chow
darimana anda tahu saya tidak akan bertemu anda lagi??
sudah bisa melihat masa depan??
umur kita tidak ada yang tahu sampai kapan, jadi mulailah berjuang
jangan malas, abaikan pencapaian orang lain, konsentrasi ke diri sendiri
anumodanna
. _/\_
Orang mengaku Bodhisatva dan bicara tentang Arahat, dan 31 alam, tapi bukan omongin Buddhisme yah?
Memang saya yang bodoh melayani anda. Lebih baik |-)
kang_asep, setelah apa yang dilontarkannya dari tadi siang sampai sekarang, anda masih membela si bodohsatwa ini???
apakah anda yang terlalu buta untuk mencerna perkataan semua orang disini??
kalau istilahnya, anda ini seperti orang bebal, udah tau salah, tapi engga mau mengakuinya, eh malah narik-narik keterangan yang ga ada hubungannya dengan pembahasan untuk mempertahankan argumen anda...
saya tahu niat anda baik, untuk menengahi pembicaraan dan menenangkan situasi, tapi anda tidak tahu ujung pangkal masalahnya apa, langsung main terjun saja...
dan parahnya lagi, anda membela orang yang salah...
kalau memang statement orang itu tidak perlu dipertanyakan, maka saya juga akan mengatakan hal yang saya tahu kebenarannya, ibu anda dulunya adalah seorang pel***r...
dan lagi, anda tidak usah mempertanyakan kenapa saya berpendapat seperti itu, karena saya berhak untuk diam...
mungkin ada orang yang terlalu bodoh untuk memahami mana yang sebenarnya benar dan mana yang sebenarnya salah. dan mungkin ada orang bijaksana yang bisa mengajari si bodoh ini untuk mengerti.ternyata ikannya sudah masuk perangkap... ;D ;D
darimana anda tahu bahwa yang ia nyatakan itu adalah benar-benar apa yang diyakininya??
orang yang bijaksana tidak akan berusaha menyudutkan orang lain, atau membela orang lain karena kecenderungannya pribadi. ia tidak seharusnya membla seseorang karena orang itu adalah saudaranya atau orang yang seagama dengan dia. tapi dia hanya akan membela dan melindungi apa yang benar menurut keyakinannya. oleh karena itu, siapa yang dibela dan dilindungi adalah semua orang. kenapa? karena "kebenaran" itu ada pada diri semua orang. tapi seandainya dia tampak berpihak pada diri "seseorang" dari pada "diri yang lainnya", maka ada kemungkinan ada kebenaran yang mnonjol pada diri orang itu, atau mungkin bukan karena itu, mungkin karena ada ketidak benaran yang menonjol pada diri yang lainnya, atau ada kebaikan yang menonjol pada diri yang lainnya, dan karena dia berharap "diri yang lainnya" itu mempertahankan kebaikan itu, dia tampak cenderung membela "seseorang" itu.
ternyata ikannya sudah masuk perangkap... ;D ;D
kenapa tiba-tiba marah om??
saya hanya mengatakan kebenarannya, terserah, anda mau percaya atau tidak
bukankah anda sendiri yang bilang, harus memperhatikan 4 brahma vihara yang harus dikembangkan oleh masing-masing pribadi??
ataukah ini hanya omongan kosong belaka?? ??? ??? ???
darimana anda tahu bahwa yang ia nyatakan itu adalah benar-benar apa yang diyakininya??
bagaimana kalau orang itu hanya sekedar mencari sensasi di forum ini??
8-> waiting... kapan nih, dongeng ketemu sariputta dan mogallana ? :-w
lebih seru mendengarkan cerita dr pd celoteh badutsatva tentang arahat... ;D
ternyata ikannya sudah masuk perangkap... ;D ;D
kenapa tiba-tiba marah om??
saya hanya mengatakan kebenarannya, terserah, anda mau percaya atau tidak
bukankah anda sendiri yang bilang, harus memperhatikan 4 brahma vihara yang harus dikembangkan oleh masing-masing pribadi??
ataukah ini hanya omongan kosong belaka?? ??? ??? ???
darimana anda tahu bahwa yang ia nyatakan itu adalah benar-benar apa yang diyakininya??
bagaimana kalau orang itu hanya sekedar mencari sensasi di forum ini??
di forum online, para pendiskusi tidak melihat ekpresi kawa diskusinya, hanya dibantu oleh emoticon yang dalam menggambarkan ekspresinya sangat terbatas. oleh karena itu, kadang orang menilai dengan benar, kadang salah, apakah kawan diskusi itu sedng marah kadang tidak. bentuk kata-kata, memang menggambarkan kondisi batin seseorang, tapi kadang kita salah tafsir dengan perkataan orang lain. hal ini perlu difahami dengan sebaik-baiknya.
dari jawaban yang diberikan olehnya.
dan dengan tololnya anda menyatakan ketololan diri sendiri, (tahu ngak kamu tolol)
darimana pula kamu tahu bahwa yang di klaim palsu?
apakah kamu lebih tinggi dari arahat?
apakah kamu lebih tinggi dari maha arahat? ;D
ataukah kamu lebih tinggi dari bodhisattva
ataukah kamu lebih tinggi dari sammasambuddha? ;D
eh, manusia "bodoh" semua orang juga tahu saat kamu menolak klaim orang
bisa di kembalikan dari mana kamu bisa apa yang kamu katakan benar
apa dasarnya?
apakah kamu lebih tinggi atau sama? yang mulia putthujhanna
lihat seorang yang mengaku putthujhanna, menilai seorang maha arahat
tolol nya ngak ketulungan, masih tidak malu dengan diri sendiri :hammers
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?
ini maha satwa atau bodo satwa ? ^-^
sekarang saya yang menantang seluruh member DC
yang mudahnya mengatakan orang lain over klaim atas apa yang di tulisnya
yang tidak takut akan sila musavada
ada member DC disini yang telah mencapai jhanna-jhanna dalam meditasinya
(silahkan mengaku)
dan
ada member DC disini yang telah mencapai sotapana atas praktek dhammanya
(silahkan mengaku)
ini adalah hal yang anda ketahui dengan pasti, adalah pencapaian diri sendiri
bukan pencapaian orang lain
jika ada yang mengaku, saya akan menjawab semua pertanyaan oleh ID yang
mampu menjawab pertanyaan simple ini, hayo jantan dan berani bertangung
jawab member DC,
yang katanya buddhis dan praktisi dhamma, cuihhh (memalukan)
apakah anda tidak khawatir akan di kasih bad reputation oleh
orang mulia disini yang mereka dengan angkuhnya menilai
orang lain?
apakah anda tahan melihat saudara sedhamma anda begitu kuatnya "dogma"
tentang ajaran, yang bahkan belum mampu mereka praktekan?
apakah anda dapat melihat "kebijaksanaan" dari member disini dari postingan mereka
seperti anda memahami apa isi jawaban saya,
maaf membebanimu
_/\_
ada yang berani memjawab tantangan ini?
seluruh member DC?
:x :x :x
sekarang saya yang menantang seluruh member DCpertanyaan mudah saja tidak bisa jawab, mau maen tantang menantang, cape deh.
yang mudahnya mengatakan orang lain over klaim atas apa yang di tulisnya
yang tidak takut akan sila musavada
ada member DC disini yang telah mencapai jhanna-jhanna dalam meditasinya
(silahkan mengaku)
dan
ada member DC disini yang telah mencapai sotapana atas praktek dhammanya
(silahkan mengaku)
ini adalah hal yang anda ketahui dengan pasti, adalah pencapaian diri sendiri
bukan pencapaian orang lain
jika ada yang mengaku, saya akan menjawab semua pertanyaan oleh ID yang
mampu menjawab pertanyaan simple ini, hayo jantan dan berani bertangung
jawab member DC,
yang katanya buddhis dan praktisi dhamma, cuihhh (memalukan)
sebaiknya anda bertanya apa yang anda tidak paham tentang dhamma saja
dari pada anda melakukan hal sia-sia?
saya rasa anda bijaksana dan jawab apa yang saya tanya tentang pencapaian dirimu
jangan insult saja, mending koreksi diri sendiri
kelas seperti ini mau menghina orang lainc'mon girl, jawab dong, meditasi apa yang sudah dipraktekan, dan hasilnya seperti apa? ga bisa jawab ya? wkwkwkwk
apa ngak tahu diri.......sungguh membingungkan
kewajiban seorang buddhis yang mempraktekan dharma atas kesadaran diri sendiri
tidak di lakukan?
lalu mudahnya kata-kata bohong keluar dari mulutnya?
sungguh T...E...R...L...A...L...U
;D ;D ;D
pertanyaan mudah saja tidak bisa jawab, mau maen tantang menantang, cape deh.
secara klaimnya sendiri saja tidak bisa membuktikan, secara hasil dari latihannya sendiri saja seperti orang tolol baru berhasil memasukkan benang ke lubang jarum, dan berteriak2 sudah mencapai kebudaan wkwkwkwk
diskusi dengan mahasatwa memang capek deh, bosan ah !padahal mumpung para sepuh lagi praktek dama, kita2 bisa mencari kesenangan, eh taunya memang ga jauh beda kualitas guru arahat dengan master djoe ;D
sekarang saya yang menantang seluruh member DC
yang mudahnya mengatakan orang lain over klaim atas apa yang di tulisnya
yang tidak takut akan sila musavada
ada member DC disini yang telah mencapai jhanna-jhanna dalam meditasinya
(silahkan mengaku)
dan
ada member DC disini yang telah mencapai sotapana atas praktek dhammanya
(silahkan mengaku)
ini adalah hal yang anda ketahui dengan pasti, adalah pencapaian diri sendiri
bukan pencapaian orang lain
jika ada yang mengaku, saya akan menjawab semua pertanyaan oleh ID yang
mampu menjawab pertanyaan simple ini, hayo jantan dan berani bertangung
jawab member DC,
yang katanya buddhis dan praktisi dhamma, cuihhh (memalukan)
dan dengan tololnya anda menyatakan ketololan diri sendiri, (tahu ngak kamu tolol)
darimana pula kamu tahu bahwa yang di klaim palsu?
apakah kamu lebih tinggi dari arahat?
apakah kamu lebih tinggi dari maha arahat? ;D
ataukah kamu lebih tinggi dari bodhisattva
ataukah kamu lebih tinggi dari sammasambuddha? ;D
eh, manusia "bodoh" semua orang juga tahu saat kamu menolak klaim orang
bisa di kembalikan dari mana kamu bisa apa yang kamu katakan benar
apa dasarnya?
apakah kamu lebih tinggi atau sama? yang mulia putthujhanna
lihat seorang yang mengaku putthujhanna, menilai seorang maha arahat
tolol nya ngak ketulungan, masih tidak malu dengan diri sendiri :hammers
sekarang saya yang menantang seluruh member DC
yang mudahnya mengatakan orang lain over klaim atas apa yang di tulisnya
yang tidak takut akan sila musavada
ada member DC disini yang telah mencapai jhanna-jhanna dalam meditasinya
(silahkan mengaku)
dan
ada member DC disini yang telah mencapai sotapana atas praktek dhammanya
(silahkan mengaku)
ini adalah hal yang anda ketahui dengan pasti, adalah pencapaian diri sendiri
bukan pencapaian orang lain
jika ada yang mengaku, saya akan menjawab semua pertanyaan oleh ID yang
mampu menjawab pertanyaan simple ini, hayo jantan dan berani bertangung
jawab member DC,
yang katanya buddhis dan praktisi dhamma, cuihhh (memalukan)
baiklah saya maklumi pemahaman anda jika itu sedah pendapat final anda
metta cetanna,
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang membuatmu untuk menjauhi dhamma
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang tidak menghormati dhamma
semakin lama sungguh menakutkan efek samping dari meditasi, apalagi produk2 meditasi seperti ini kemudian keluar dan mengajarkan ke umat2 yang tidak tau apa2 sehingga mengakibatkan muncul tunas2 meditator gagal yang arogan.
Sdr. Ryu, Sang Buddha pernah mengatakan bahwa Dhamma itu seperti ular, jika salah memegangnya maka akan melukai diri sendiri.
semakin lama sungguh menakutkan efek samping dari meditasi, apalagi produk2 meditasi seperti ini kemudian keluar dan mengajarkan ke umat2 yang tidak tau apa2 sehingga mengakibatkan muncul tunas2 meditator gagal yang arogan.
Sdr. Ryu, Sang Buddha pernah mengatakan bahwa Dhamma itu seperti ular, jika salah memegangnya maka akan melukai diri sendiri.kenapa kebanyakan para meditator terjebak dalam ilusi, seakan2 melihat past life, apakah ada kemungkinan past life yang dilihat itu pun ilusi?
sdh ada korban nya...
kenapa kebanyakan para meditator terjebak dalam ilusi, seakan2 melihat past life, apakah ada kemungkinan past life yang dilihat itu pun ilusi?
indikator apa yg bisa digunakan untuk memilah mana ilusi atau tidak?
Saya tidak tahu Sdr. Ryu, saya bukan pakar, mungkin sekali lagi mungkin, untuk memastikan diperlukan banyak narasumber yang mampu/ ahli, sehingga tidak hanya bergantung pada 1 atau 2 pendapat, apalagi hanya diri sendiri.apakah sutta bisa dijadikan tolak ukur? atau hanya pengalaman saja yang jadi tolak ukurnya?
OK saya masih menunggu pengakuan Sdr. Choa akan kesalahannya.
apakah sutta bisa dijadikan tolak ukur? atau hanya pengalaman saja yang jadi tolak ukurnya?
kalo ngaku nanti ketahuan donk bukan maha arahat....
Menurut saya, kita tidak bisa mengandalkan hanya sekali lagi hanya satu tolak ukur. Berbagi pengalaman dengan banyak orang juga penting. Dalam beberapa sutta dapat kita temukan para siswa Sang Buddha juga saling berbagi dan melakukan tanya jawab antar sesama mereka.ya rasanya kalau pengalaman pribadi yang walau seperti WAHH seharusnya tidak menjadikan dirinya mengiyakan atau menidakan pengalaman pribadinya itu sebagai kebenaran dulu sampai dimana pengalaman itu bisa benar2 diuji dan menghasilkan kebenaran mutlak.
sekarang saya yang menantang seluruh member DC
yang mudahnya mengatakan orang lain over klaim atas apa yang di tulisnya
yang tidak takut akan sila musavada
ada member DC disini yang telah mencapai jhanna-jhanna dalam meditasinya
(silahkan mengaku)
dan
ada member DC disini yang telah mencapai sotapana atas praktek dhammanya
(silahkan mengaku)
ini adalah hal yang anda ketahui dengan pasti, adalah pencapaian diri sendiri
bukan pencapaian orang lain
jika ada yang mengaku, saya akan menjawab semua pertanyaan oleh ID yang
mampu menjawab pertanyaan simple ini, hayo jantan dan berani bertangung
jawab member DC,
yang katanya buddhis dan praktisi dhamma, cuihhh (memalukan)
OK saya masih menunggu pengakuan Sdr. Choa akan kesalahannya.
tidak adakah satu bijipun di forum ini yang mampu menjawab tantangan saya
tidak adakah satu bijipun member disini yang sudah merealisasikan apa yang
setiap hari di diskusikan?
sungguh dhamma akan berakhir,
jangankan kamu, Buddha Gotama akan berpikir ulang meminta statement yang sayahebat, YM Choa malah lebih tinggi dan lebih mulia daripada Buddha Gotama, sakaw stadium terminal.
ucapkan, benar gurumu Buddha Gotama,
biar sekalian kamu angap saya "edan", tetapi itu kenyataan bagi saya dan bagi yang
dapat membuktikan
[at] bapak chao
Sungguh mencerahkan postingan2 bapa,bapa bagai anjing gembala yg menuntun domba2 tersesat..
Saya yakin pancaran energi dari tubuh bapak sangat kuat..
Sudilah bapa,mengajarkan saya dhamma secara live..
Mr. Jhonz, jangan terlalu vulgar, kemaren gue juga bilang "anjing" dan gue dapat warning dari KK, katanya gue terlalu menghina anjing.Tersesatlah engkau indra..
kesalahan pengakuan saya?
tanya apa kesalahan saya, karena sytatement saya?
sama memaklumi anda sdr. kelana
"saya memaklumi anda"
artinya apapun yang anda nilai tentang saya, saya maklumi bahwa itu pendapat anda
apakah pendapat anda benar, itu lain masalah lagi
apakah dhamma yang saya bicarakan adalah adhamma menurut anda, saya maklumi
bahwa apakah saya berbicara adhamma itu bukan hak anda menilai,
coba lihat ke dalam, siapa dirimu bisakah anda menilai orang lain yang levelnya
dia atasmu? itu suatu kemustahilan,
saya memaklumi anda, itu intinya
kecuali anda benar-benar sudah masuk jalan kesucian dan dapat menilai siapa saya
jangan angap anda dapat berkoar-koar tentang mr. LU, lalu anda samakan semua orang
ada buta saudara kelana, saya setuju hampir semua tulisan kamu di sana, tetapi anda
salah, tahukah anda?
tidak, karena kamu tidak tahu apa yang kamu bicarakan,
jangankan kamu, Buddha Gotama akan berpikir ulang meminta statement yang saya
ucapkan, benar gurumu Buddha Gotama,
biar sekalian kamu angap saya "edan", tetapi itu kenyataan bagi saya dan bagi yang
dapat membuktikan
tidak bagimu dan rekan-rekanmu,
jangan kira saya senang berdebat dengan kalian, mengunakan kata-kata yang tidak
enak untuk di baca, masalahnya bukan disitu, jika kalian jujur itu sudah cukup.
katakanlah saya palsu, tetapi apakah kamu (sdr, kelana sudah menjadi murid yang baik
merealisasikan dhamma gurumu) satu pertanyaan jujur yang harus kamu jawab.
lalu apakah bodhisatta didunia ini haya 2, saja (pertanyaan berikut)
saran saya bacalah cerita JATAKA, camkan
dan supaya anda mengerti saya sadar, sesadar sadarnya kamma buruk atas musavada
berlaku, tanya kepada saya sdr kelana, tentang dhamma yang kamu tidak mengerti bukan
dhamma yang kamu angap mengerti
ada 3 hal guru dapat di cela saudara kelana
1, seorang guru itu meningalkan keduniawian tetapi tidak dapat merealisasikan buah
kehidupan suci, setelah mengajar dia tidak dapat membuat muridnya mendengarkan
dan merealisasikan ajaranya
2, seorang guru itu meningalkan keduniawian tetapi dia dapat merealisasikan buah
kehidupan suci, setelah mengajar dia tidak dapat membuat muridnya mendengarkan
dan merealisasikan ajaranya
3, seorang guru itu meningalkan keduniawian tetapi tidak dapat merealisasikan buah
kehidupan suci, setelah mengajar dia dapat membuat muridnya mendengarkan
dan merealisasikan ajaranya, sehinga mencapai kesucian
apakah kamu mau gurumu di cela?
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang membuatmu untuk menjauhi dhamma
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang tidak menghormati dhamma
buddha ada dimana-mana, bahkan di internet ini, di dalam forum ini
karena jika mereka berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya
maka anda bertemu dengan buddha, atu setidak-tidaknya dengan calon buddha
Tersesatlah engkau indra..
Setiap ada guru-guru besar yg main ke DC anda selalu membuat onar..
Dari hudoyo,candra mukti dan clonengannya,ceodabgf dan sekarang choa..
Avici les bel** sudah menunggu anda,sadarlah
salam choa.
saya tidak tau apa saya harus memberikan salam Namo Buddhaya atau tidak kepada anda.
ada yang mau saya tanyakan kepada anda. boleh saya tau anda berdomisili dimana?
selama ini guru yang saya kenal tidak ada seorangpun yang mengakui boddhisatva.
sungguh karma baik buat saya bila dikehidupan ini saya bisa bertemu, melihat langsung bahkan berdana kepada seorang boddhisatva. via pm juga boleh (semoga anda memberikan kesempatan kepada saya memiliki karma baik ini)
Dengan senang hati gw melayanin (tantangan) YM Choa,
Apa yg telah YM Choa realisasikan dalam Buddha dhamma ?
Kenapa YM Choa begitu menikmatin TANTANGAN ?
Atas kapasitas apa, YM Choa mengatakan "Dhamma akan berakhir" ?
Apakah YM Choa berkapasitas menjadi seorang guru ? terutama guru dlm Buddha Dhamma ?
posting yg lalu YM Choa menjawab udah berkeluarga,
berapa anak2 YM Choa ? dan bagaimana tingkat kesucian mereka ?
masih sering kumpul sama isteri dalam satu ranjang ?
sementara itu dulu ya... mohon kejelasannya....mohon transparansinya...
nb: unit utk manusia bukan pakai BIJI, mohon dikoreksi ya...
pala dan telur bolehlah pakai BIJI. sebagai seorang guru, kosa kata hrs tepat pakai...
sekarang saya yang menantang seluruh member DC
yang mudahnya mengatakan orang lain over klaim atas apa yang di tulisnya
yang tidak takut akan sila musavada
ada member DC disini yang telah mencapai jhanna-jhanna dalam meditasinya
(silahkan mengaku)
dan
ada member DC disini yang telah mencapai sotapana atas praktek dhammanya
(silahkan mengaku)
ini adalah hal yang anda ketahui dengan pasti, adalah pencapaian diri sendiri
bukan pencapaian orang lain
jika ada yang mengaku, saya akan menjawab semua pertanyaan oleh ID yang
mampu menjawab pertanyaan simple ini, hayo jantan dan berani bertangung
jawab member DC,
yang katanya buddhis dan praktisi dhamma, cuihhh (memalukan)
[at] bapak chaosdr chiken,
Sungguh mencerahkan postingan2 bapa,bapa bagai anjing gembala yg menuntun domba2 tersesat..
Saya yakin pancaran energi dari tubuh bapak sangat kuat..
Sudilah bapa,mengajarkan saya dhamma secara live..
Cukup Sdr. Choa, tidak perlu berkilah lagi. Dan saya sudah memperkirakan kemungkinan bahwa anda tidak mau mengakui kesalahan anda, saya maklumi anda, karena mungkin anda belum bisa memahami apa yang saya sampaikan. Saya uraikan kembali kesalahan anda.
Saat anda mengatakan: “Buddha ada dimana-mana”, itu adalah kesalahan fatal. Dan anda justru mulai berkilah dengan bermain kata-kata dengan mempermasalahkan kata “jika” kemudian mengubah pengertian Buddha dari manussa yang berinternet dengan pengertian Buddha menjadi “Yang Sadar”. Apapun pengertian anda mengenai Buddha, saat anda mengatakan, “Buddha ada dimana-mana”, anda melakukan kesalahan fatal.
Dengan mengatakan , “Buddha ada dimana-mana”, maka ini berarti bahwa Buddha ada di dalam sebuah batu, ada di dalam seonggok kotoran, dan bahkan ada dalam seteguk minuman keras. Dengan demikian semakin banyak minum minuman keras maka semakin banyak Buddha dalam diri seseorang. Tapi faktanya, banyak kriminalitas terjadi karena seseorang banyak minuman keras. Anda sepakat?
Dari uraian di atas maka pernyataan Anda, Sdr. Choa, bahwa “Buddha ada dimana-mana”, tidak dapat dibenarkan dan menjauhi Dhamma karena seseorang tidak bisa mengatakan “Buddha ada dimana-mana”. Anda sepakat?
Cukup Sdr. Choa, tidak perlu berkilah dengan menambahkan pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang hendak mengaburkan tuntutan atas pengakuan kesalahan anda. Jika anda memahami saya maka seharusnya anda menanggapi uraian saya secara tepat dengan menyatakan sepakat atau tidak dengan uraian saya. Jika sepakat kenapa? Jika tidak kenapa? Tapi kenyataannya tidak demikian.
Bagaimana Sdr. Choa, sudah siap untuk mengakui kesalahan anda karena telah mengatakan “Buddha ada dimana-mana” ?
Thanks
Tersesatlah engkau indra..
Setiap ada guru-guru besar yg main ke DC anda selalu membuat onar..
Dari hudoyo,candra mukti dan clonengannya,ceodabgf dan sekarang choa..
Avici les bel** sudah menunggu anda,sadarlah
ha ha ha............
orang ini mau anda samakan dengan saya, pikir ulang, di forum lain saja dia tidak
berani beropini dengan saya,
^:)^ ^:)^
jawab isi siapa anda, lalu dapatkan hak menjawab
saya simplekan pertanyaanya
1 apakah anda mempraktekan meditasi
2 apakah anda sudah mencapai jhanna atau buah yang lebih tinggi (sebutkan)
3, apakah anda sudah ber trisarana
4, apakah anda mempraktekan dhamma
5, apakah anda sudah mencapai sotapana atau yang lebih tinggi
isi 5 pertanyaan ini, dan anda dapat hak bertanya saya akan menjawab semua
pertanyaan anda, bisa atau tidak.
silahkan isi siapa yang berani?
terima kasih pada orang bodoh yang terguncang, dengan menunjukan anda
men track pada saya ternyata anda benar-benar terguncang, tampa berani masuk
dalam orang yang berhak bertanya
saya memang menguncang DC, sampai postingan kaskus di bawa-bawa :cool
;D ;D ;D ;D ;D
silahkan isi siapa yang berani?bercerminlah
terima kasih pada orang bodoh yang terguncang, dengan menunjukan anda
men track pada saya ternyata anda benar-benar terguncang, tampa berani masuk
dalam orang yang berhak bertanya
saya memang menguncang DC, sampai postingan kaskus di bawa-bawa :cool
;D ;D ;D ;D ;D
jawab isi siapa anda, lalu dapatkan hak menjawab
saya simplekan pertanyaanya
1 apakah anda mempraktekan meditasi
yup 1 hari 45 menit
2 apakah anda sudah mencapai jhanna atau buah yang lebih tinggi (sebutkan)
blom sama sekali
3, apakah anda sudah ber trisarana
yup
4, apakah anda mempraktekan dhamma
diusahakan
5, apakah anda sudah mencapai sotapana atau yang lebih tinggi
blom sama sekali
isi 5 pertanyaan ini, dan anda dapat hak bertanya saya akan menjawab semua
pertanyaan anda, bisa atau tidak.
saya mau tanya dunkz di alam2 selain alam manusia ada kuburan gak ? klo mahluk2 lain meninggal dialamnya ada kuburannya kah ?
thanks sebelomnya ::)
sdr. suwarto8116f
anda mendapatkan hak bertanya silahkan, gunakan demi manfaat anda sendiri
baik saat ini maupun saat yang akan datang,
perhatikan semua jawaban saya berdasarkan pertanyaan anda saja dan tidak
bisa digunakan untuk pertanyaan orang lain,
silahkan.
Mungkinkah ? :-?
Mungkinkah seseorang yang telah mencapai nibbana (arahat)
Bertekad untuk bergumul dengan samsara lagi ?
kamu anak sekolah yang belum tamat kelana
kalau kamu jadi arahat kamu baru taman SMA di alam dharma
(sedangkan kamu belum lulus)
kalau mau saya tangapi silahkan isi 5 pertanyaan saya kalau kamu tidak mengisi
saya akan mengabaikan pertanyaan atau tulisan anda,
anak bodoh, dan tolo masih ngedot mau membahas pelajaran teory quatum
:capedes
wah mbah ini ternyata jual beli kunti cantik ya =))Asataga!!!
dijual berapa mbah =))
Asataga!!!
Anda menyamakan chao dengan LSY??
Sepertinya kita harus mengundang pariahina..
saya mau tanya dunkz di alam2 selain alam manusia ada kuburan gak ? klo mahluk2 lain meninggal dialamnya ada kuburannya kah ?
jawabannya apapun saya ucapkan terima kasih karena saya tidak tahu yg anda katakan benar atau tidak karena saya blom melihatnya :'( thanks sekali lagi _/\_
putra yang baik atas pertanyaan anda saya menjawab;
Deva brahma ,tidak ada mayat dan kuburan
deva tavatimsa keatas, tidak ada mayat dan kuburan
asura, (peta,bhumi deva) tidak ada kuburan (mengenai mayat saya ragu karena di alam ini sungguh
luas, saya belum bisa memastikan)
para PETA tidak ada
khusu alam caturmaharajika (saya belum bisa memutuskan karena saya melihat mayat di alam ini
tetapi bentuk mereka tidak seperti devata umumnya lebih mengarah bentuk
para asura, jadi ini tidak dapat saya tentukan)
anumodana saya menghargai semua opini anda,
satu pesan saya jangan percaya apa yang saya tulis, angap sebagai referensi saja
lalu semoga anda bisa ehipassiko.
metta cettana
Choa kayaknya mengalami delusi, salah satu gejala schizophrenia tuh. Mau gw bawa ke psikolog gak?
Sebelum parah, nanti telanjang keliaran di jalanan sambil teriak2: akulah nabi!
adik-adik sekolah minggu sudah ada yang jawab ini belum, ;)
jangan malu-malu ya ;D
sekarang saya yang menantang seluruh member DC
yang mudahnya mengatakan orang lain over klaim atas apa yang di tulisnya
yang tidak takut akan sila musavada
ada member DC disini yang telah mencapai jhanna-jhanna dalam meditasinya
(silahkan mengaku)
ada member DC disini yang telah mencapai sotapana atas praktek dhammanya
(silahkan mengaku)
jawab isi siapa anda, lalu dapatkan hak menjawab
saya simplekan pertanyaanya
1 apakah anda mempraktekan meditasi
2 apakah anda sudah mencapai jhanna atau buah yang lebih tinggi (sebutkan)
3, apakah anda sudah ber trisarana
4, apakah anda mempraktekan dhamma
5, apakah anda sudah mencapai sotapana atau yang lebih tinggi
isi 5 pertanyaan ini, dan anda dapat hak bertanya saya akan menjawab semua
pertanyaan anda, bisa atau tidak.
putra yang baik atas pertanyaan anda saya menjawab;
Deva brahma ,tidak ada mayat dan kuburan
deva tavatimsa keatas, tidak ada mayat dan kuburan
asura, (peta,bhumi deva) tidak ada kuburan (mengenai mayat saya ragu karena di alam ini sungguh
luas, saya belum bisa memastikan)
para PETA tidak ada
khusu alam caturmaharajika (saya belum bisa memutuskan karena saya melihat mayat di alam ini
tetapi bentuk mereka tidak seperti devata umumnya lebih mengarah bentuk
para asura, jadi ini tidak dapat saya tentukan)
anumodana saya menghargai semua opini anda,
satu pesan saya jangan percaya apa yang saya tulis, angap sebagai referensi saja
lalu semoga anda bisa ehipassiko.
metta cettana
apakah anda tidak khawatir akan di kasih bad reputation oleh
orang mulia disini yang mereka dengan angkuhnya menilai
orang lain?
apakah anda tahan melihat saudara sedhamma anda begitu kuatnya "dogma"
tentang ajaran, yang bahkan belum mampu mereka praktekan?
apakah anda dapat melihat "kebijaksanaan" dari member disini dari postingan mereka
seperti anda memahami apa isi jawaban saya,
maaf membebanimu
_/\_
sebab, seorang yang telah mampu mencapai jhana-jhana tidak mungkin bisa merasa sakit hati.
ada sebuah kisah, seorang muslim yang tiba-tiba tertarik dengan budhisme karena ia teringat dengan kehidupan masa lalunya, di mana di dalam agamanya "terlahir kembalinya seseorang kedunia" merupakan hal yang tidak diakui kebenarnanya. Tapi ia telah yakin bahwa ia telah hidup di masa lampau, dan kini terlahir di keluarga muslim.sungguh anda sangat hebat dalam memutar balik fakta =))
sejak itu, ia membeli banyak buku buddhis, mendownload ebook-ebook budhisme, ia menemukan kebenaran di dalam ajaran buddhisme, dan ia selalu bergumam "Betapa indahnya ajaran sang Buddha". setiap kali ia membaca sutta, batinnya selalu diliputi oleh keindahan. maka dia bermeditasi dengan penuh rasa bahagia, sehingga tidaklah sulit baginya mencapai jhana-jhana.
tidak puas dengan pencapaiannya, ia mencari tempat di mana ia berharap bisa belajar lebih banyak tentang dhamma. lalu, ia menemukan sebuah tempat berkumpul umat yang sama meyakini kebenaran ajaran sang Buddha. lalu ia mencoba untuk bertanya lebih banyak, belajar lebih banyak. tapi ia sangat terkejut, ketika ia melihat kenyataan bahwa cara para guru mengajar di komunitas itu dengan cara yang begitu kasar, hingga terasa menyakitkan bagi hati. dan karena telah menjadi sakit hati, para guru ini membeli pelajarannya, "kau telah sakit hati, berarti kau ini pendusta. sebab, seorang yang telah mampu mencapai jhana-jhana tidak mungkin bisa merasa sakit hati". Lalu para guru ini tidak berhenti memperolok dirinya sebagai badut dan orang gila, kendatipun ia sudah berkali-kali minta maaf.
dia bersedih. keindahan ajaran sang Buddha, seakan tidak tampak lagi di dalam pandangan hatinya. ia kembali ke dalam kesendirian untuk bermeditasi, dan mencari sendiri jalan kebenaran, sehingga akhirnya munculah setitik cahaya harapan. itu adalah pengetahuan, bahwa jalan kebahagiaan setiap orang harus ditemukan oleh diri masing-masing melalui jalannya sendiri-sendiri. orang lain mungkin dapat membantu, tapi sebatas membantu, diri kita sendirilah yang harus berjuang dan menemukannya sendiri. Oleh karena itu, kini ia berhenti mencari guru dan menjadikan semua orang sebagai gurunya. Dengan cara apapun mereka mengajar, apakah dengan cara lembut atau kasar, dengan cara bodoh atau pintar, mereka semua adalah guru. semua sikap mereka adalah pelajaran bagi orang yang dapat mengambil pelajaran darinya.
pencapaian jhana bukanlah pencapaian tidak-bisa-sakit-hati-lagi. seorang yg telah mampu mencapai jhana juga masih bisa marah, masih membenci. pada kasus Devadatta, bahkan melakukan kejahatan berat, melukai Sang Buddha dan memecah-belah Sangha.
sependapat
bagaimana mau menguji emas sedangkan anda bukan tukang emas?
bagaimana anda mau menguji kedalaman praktek seseorang sedangkan
anda tidak mempraktekan dhamma
tapi mencapai jhana mungkin saja tidak sulit, dan ngibul tentang mencapai jhana lebih tidak sulit lagi
ada seorang yang tidak pernah menyatakan dirinya mencapai jhana. tetapi ketika ia datang kepada seseorang yang dianggap "guru", guru tersebut bertanya, "Sampai tahap manakah meditasi mu, nak?"
orang itu menjelaskan tentang hal-hal yang dialaminya di dalam meditasi. kemudian guru tersebut menyimpulkan, "hmm.. kalau begitu, kamu telah mencapai jhana-I."
ketika, guru yang lainnya bertanya, "sampai di mana tahap meditasi mu, nak?"
"saya telah mencapai jhana-I, guru!"
"hebat benar, kebohonganmu nak! coba angkat gunung ini, kalau kau tidak mampu, itu artinya kau pendusta." begitu kata guru lainnya.
si murid jadi bingung dan bersedih.
Guru 3 bertanya kepada si murid: "Sampai di mana latihanmu, nak?"
Murid: "saya sudah mencapai jhana 23"
Guru 3: "Oh ya, bagaimanakah jhana 23 itu"?
Murid: "Apakah guru sudah mencapai jhana? jawab dulu, setelah guru menjawab baru saya akan menjawab pertanyaanmu."
..
..
..
..
..
..
..
..
..
guru3: pergilah, obatimu penyakitmu dulu
kini, murid tersebut telah memperoleh pelajaran penting, bahwa ia tidak seharusnya mengkhawatirkan apapun yang dilakukan orang lain kepadanya, karena kelak, semua orang akan mendapatkan pelajarannya masing-masing. biarkan semua orang berproses, mengikuti jalannya masing-masing.
ada sebuah kisah, seorang muslim yang tiba-tiba tertarik dengan budhisme karena ia teringat dengan kehidupan masa lalunya, di mana di dalam agamanya "terlahir kembalinya seseorang kedunia" merupakan hal yang tidak diakui kebenarnanya. Tapi ia telah yakin bahwa ia telah hidup di masa lampau, dan kini terlahir di keluarga muslim.
sejak itu, ia membeli banyak buku buddhis, mendownload ebook-ebook budhisme, ia menemukan kebenaran di dalam ajaran buddhisme, dan ia selalu bergumam "Betapa indahnya ajaran sang Buddha". setiap kali ia membaca sutta, batinnya selalu diliputi oleh keindahan. maka dia bermeditasi dengan penuh rasa bahagia, sehingga tidaklah sulit baginya mencapai jhana-jhana.
tidak puas dengan pencapaiannya, ia mencari tempat di mana ia berharap bisa belajar lebih banyak tentang dhamma. lalu, ia menemukan sebuah tempat berkumpul umat yang sama meyakini kebenaran ajaran sang Buddha. lalu ia mencoba untuk bertanya lebih banyak, belajar lebih banyak. tapi ia sangat terkejut, ketika ia melihat kenyataan bahwa cara para guru mengajar di komunitas itu dengan cara yang begitu kasar, hingga terasa menyakitkan bagi hati. dan karena telah menjadi sakit hati, para guru ini membeli pelajarannya, "kau telah sakit hati, berarti kau ini pendusta. sebab, seorang yang telah mampu mencapai jhana-jhana tidak mungkin bisa merasa sakit hati". Lalu para guru ini tidak berhenti memperolok dirinya sebagai badut dan orang gila, kendatipun ia sudah berkali-kali minta maaf.
dia bersedih. keindahan ajaran sang Buddha, seakan tidak tampak lagi di dalam pandangan hatinya. ia kembali ke dalam kesendirian untuk bermeditasi, dan mencari sendiri jalan kebenaran, sehingga akhirnya munculah setitik cahaya harapan. itu adalah pengetahuan, bahwa jalan kebahagiaan setiap orang harus ditemukan oleh diri masing-masing melalui jalannya sendiri-sendiri. orang lain mungkin dapat membantu, tapi sebatas membantu, diri kita sendirilah yang harus berjuang dan menemukannya sendiri. Oleh karena itu, kini ia berhenti mencari guru dan menjadikan semua orang sebagai gurunya. Dengan cara apapun mereka mengajar, apakah dengan cara lembut atau kasar, dengan cara bodoh atau pintar, mereka semua adalah guru. semua sikap mereka adalah pelajaran bagi orang yang dapat mengambil pelajaran darinya.
anumodana
maafkan kata-kata saya jika menurutmu tidak pantas saya tulis disini
semoga engkau dapat membaca residu tulisanku apa cetananya
_/\_
ada orang yang merasa pernah dirinya begitu dekat dengan kamatian. ketika hal itu terjadi, ada hal yang sangat dia takutkan. apakah itu? ternyata yang sangat begitu menakutkan dirinya bukanlah kematian itu sendiri, melainkan teringat akan segela kamma buruk yang telah dia lakukan selama hidupnya, termasuk menyakiti orang lain dengan kata-kata. lalu, dia menjadi menyalahkan diri sendiri dan sulit memaafkannya. dan terlihatlah sebuah kenyataan, bahwa apa yang membuatnya semakin sakit, dan terus terpuruk dalam kesakitan adalah bukan perbuatan orang lain kepadanya, tapi karena ketidak mampuan dirinya memaafkan diri sendiri. dia tidak mampu memaafkan diri sendiri, karena ia tidak cukup belajar untuk memaafkan orang lain.
kemudian, ketika dia sembuh dari sakitnya, dia tidak berani lagi untuk tidak memaafkan orang lain. Bahkan, ia selalu memaafkan orang lain sebelum orang lain minta maaf padanya. hal itu karena dia sangat takut, apabila dia tidak memaafkan semua orang yang bersalah kepadanya, kelak ia menjadi tidak dapat memaafkan dirinya sendiri, yakni pda saat -saat ajal menjelang.
_/\_
ada seorang yang tidak pernah menyatakan dirinya mencapai jhana. tetapi ketika ia datang kepada seseorang yang dianggap "guru", guru tersebut bertanya, "Sampai tahap manakah meditasi mu, nak?"
orang itu menjelaskan tentang hal-hal yang dialaminya di dalam meditasi. kemudian guru tersebut menyimpulkan, "hmm.. kalau begitu, kamu telah mencapai jhana-I."
ketika, guru yang lainnya bertanya, "sampai di mana tahap meditasi mu, nak?"
"saya telah mencapai jhana-I, guru!"
"hebat benar, kebohonganmu nak! coba angkat gunung ini, kalau kau tidak mampu, itu artinya kau pendusta." begitu kata guru lainnya.
si murid jadi bingung dan bersedih.
Untuk kedua kalinya Sdr. Choa, apakah anda mengakui kesalahan anda karena telah mengatakan “Buddha ada dimana-mana” ?
Apakah anda terlalu tinggi hati untuk mengakui kesalahan anda, Sdr. Choa ? Ini kemungkinan pertama mengapa anda tidak mau mengakui kesalahan anda.
Kemungkinan kedua adalah anda tetap berpegang pada pendapat bahwa Buddha ada dimana-mana. Ini berarti Anda mengatakan bahwa Buddha ada di seteguk minuman keras. Dengan demikian semakin banyak minum minuman keras maka semakin banyak Buddha dalam diri seseorang yang justru semakin seseorang banyak meminumnya maka ia kehilangan kesadaran dan kesempatan pelanggaran atas Sila pun terbuka lebar. Inikah yang mendekati Dhamma? Tidak, ini menjauhi Dhamma.
Maaf, saya tidak tahu ini kisah asli atau bukan, tapi bagi saya murid tersebut kurang bijak. Saat guru pertama mengatakan bahwa dirinya mencapai Jhana 1 seharusnya murid tersebut tidaklah langsung sesumbar dengan mengatakan telah mencapai Jhana 1 kepada guru yang kedua. Seharusnya ia membiarkan guru kedua untuk memeriksa kisah dalam meditasi seperti yang dilakukan oleh guru pertama. Untuk selanjutnya seharusnya murid tersebut kemudian menghadap ke guru yang lainnya lagi ke-3, ke-4 , ke-5 untuk memastikannya. Murid tersebut terlalu melow alias mudah menyerah pada perasaan.
Thanks
mengapa kita ingin orang lain untuk mengakui kesalahannya?
kemungkinan karena ia merasa tidak bersalah.
Jika Buddha itu ada di mana-mana, di semua tempat tanpa terkecuali berarti, ketika seseorang semakin banyak meminuman minuman keras, tidak berarti semakin banyak buddha di dalam diri seseorang, karea diri seseorang itupun termasuk keapda bagian dari apa yang disebut "mana-mana". dengan demikian, ia tidak bisa ditambahkan ataupun dikurangkan pada ssuatu.
sudahlah abaikan saja (tetapi silahkan saja coba memberikan pengertian padanya)
saya lihat kamma baiknya belum cukup untuk memahami,
perumpamaan vulgar
seorang yang masih sekolah entah SD, SMP, SMA dan belum lulus
"tidak akan mengerti bahasan tentang teory Quantum"
yang dibahas oleh doktoral S3,
apapun yang anda katakan pikiranya tidak akan sampai (ini menurut saya)
kalau anda menilai lain, silahkan saja.
_/\_
sudahlah abaikan saja (tetapi silahkan saja coba memberikan pengertian padanya)
saya lihat kamma baiknya belum cukup untuk memahami,
perumpamaan vulgar
seorang yang masih sekolah entah SD, SMP, SMA dan belum lulus
"tidak akan mengerti bahasan tentang teory Quantum"
yang dibahas oleh doktoral S3,
apapun yang anda katakan pikiranya tidak akan sampai (ini menurut saya)
kalau anda menilai lain, silahkan saja.
_/\_
albert einsteins itu lulusan apa ya om, terus liem siu long juga lulusan apa ya? apa orang yg baru lulus SD.SMP atau SMA sudah pasti tidak bisa jadi yang terbaik atau menjadi orang kaya? dan tidak mungkin punya perusahaan maupun menciptakan sesuatu hal yg belum pernah terpikirkan oleh orang2 ber title?
lalu bagaimana orang yg hanya lulus SD tapi bisa jadi kontraktor? ^-^
mengapa kita ingin orang lain untuk mengakui kesalahannya?
kemungkinan karena ia merasa tidak bersalah.
Jika Buddha itu ada di mana-mana, di semua tempat tanpa terkecuali berarti, ketika seseorang semakin banyak meminuman minuman keras, tidak berarti semakin banyak buddha di dalam diri seseorang, karea diri seseorang itupun termasuk keapda bagian dari apa yang disebut "mana-mana". dengan demikian, ia tidak bisa ditambahkan ataupun dikurangkan pada ssuatu.
guru kedua boleh bertanya, "atas dasar apa kamu mengatakan bahwa dirimu telah mencapai jhana-I ?
maka murid dapat dengan mudah menjawabnya "itu menurut guru pertama".
tanpa harus berkata "hebat benar kebohonganmu itu!"
guru kedua boleh juga bertanya, "apakah pendapat guru mu yang pertama itu benar atau salah?"
maka si murid dapat menjawab, "saya tidak mengetahuinya dengan pasti. untuk memastikannya, silahkan guru kedua memeriksanya kembali!"
guru yang bijak, tentu akan menyesuaikan diri dengan tingkat berpikir murid-muridnya. jika muridnya memang masih kelas SD, guru harus mengajar dengan pelajaran dan cara berpikir SD. dan ternyata itu tidak mudah.
tanyalah kepada para guru SD, merekapun senantiasa harus terus belajar, belajar dan terus belajar tentang bagaimana cara mengajar anak SD. seorang sarjana pun, ketika harus mengajar di SD dia harus belajar kembali sehingga memperoleh Akta IV. karena seorang ahli teknik mesin misalnya, belum tentu memiliki kterampilan mengajar. ilmu mengajar adalah disiplin ilmu tersendiri.
kesalahan fahaman yang sering terjadi di forum ini benar-benar mengherankan dan merupakan suatu misteri. Bagaimana "sesuatu seperti ini" kemudian mereka fahami sebagai "sesuatu seperti itu", bagamana sesuatu disimpulan dengan cara yang sulit dimengerti. seperti misalnya, ketika ada yang menyatakan bahwa buddha itu ada di mana-mana, kemudian disimpulkan "berarti ketika seseorang meminum minuman keras, berarti buddha itu bertambah pada dirinya". penonton menjadi terheran-heran, bagaimana cara dia membuat kesimpulan? tetapi, hal yang mengherankan tersebut, bukan sesuatu yang harus dipersalahkan, melainkan sesuatu yang harus dipelajari secara perlahan, kareana ada kemungkinan orang itu memiliki rumusan tersendiri dalam menyimpulkan sesuatu atau mungkin karena ketidak tahuannya dia menyimpulkan demikian. semua itu harus dapat difahami secara gamblang. ketika diketahui bahwa orang itu menyimpulkan tanpa suatu cara yang berstandar pada suatu hukum, itu berarti kesimpulan liar. dan kita dapat mengerti masalah yang sebenarnya, bahwa orang itu telah membuat kesimpulan tanpa "hukum". maka secara perlahan dan bertahap dapat kita memberi penjelasan, bagaimana cara membuat kesimpulan dengan benar.
ini adalah salah satu contoh "misteri" itu. ketika yang menjadi "pokok bahasan" adalah "taraf berpikir", tapi kemudian pembahasan yang dilanjutkan malah tentang "jenis lulusan". sedangkan pada sebelumnya, "SD", "SMP", maupun "SMU" hanyalah perumpamaan atau contoh dari taraf berpikir. ini adalah teka-teki, mengapa orang bisa mempunyai cara berpikir seperti itu?
mengenai hal ini, dan anak SD ini bukan tugas saya lagi menjadi guru (pengajar)
masih ada pelajaran dari gurunya (dhamma yang dibabarkan oleh Sammasambuddha Gotama)
biarkanlah menjadi tangung jawab masing-masing guru
btw, anda memang seharusnya berlaku demikian, itu memang jalanmu
tetapi tidak bagi saya karena bukan tugas saya.
sudahlah abaikan saja (tetapi silahkan saja coba memberikan pengertian padanya)
saya lihat kamma baiknya belum cukup untuk memahami,
perumpamaan vulgar
seorang yang masih sekolah entah SD, SMP, SMA dan belum lulus
"tidak akan mengerti bahasan tentang teory Quantum"
yang dibahas oleh doktoral S3,
apapun yang anda katakan pikiranya tidak akan sampai (ini menurut saya)
kalau anda menilai lain, silahkan saja.
_/\_
Untuk memastikan apakah sikapnya sejalan dengan klaiman atas dirinya, Sdr. Asep. Dengan demikian dapat dipastikan orang tersebut dapat dipercaya dan patut diikuti atau tidak apa yang akan ia sampaikan. Sebagai sampingan juga sebagai ajakan untuk bertanggung jawab dari apa yang seseorang perbuat.
Ya saya mengetahui kemunginkan itu Sdr. Asep. Namun hal itu memberikan dampak bahwa ia menyatakan sesuatu yang menjauhi Dhamma yaitu Buddha ada dimana-mana.
Sdr. Asep, apakah zat yang memabukkan bertambah atau tidak dalam tubuh seseorang yang meminum minuman keras? Tentu saja bertambah. Oleh karena itu ada pemeriksaan urine bagi pengendara mobil yang ngebut dijalan untuk mengetahui ambang batas alkohol dalam diri pengemudi. Gula darah juga ada dalam tubuh manusia, namun saat anda terus mengkonsumsi makanan manis berlebih, maka kadar gula darah anda meningkat. Namun yang lebih penting bukanlah mengenai meningkat atau tidak tapi pernyataan Buddha ada dimana-mana dapat melegalkan minuman keras karena mengandung Buddha di dalamnya. Dan hal-hal lain yang telah saya sampaikan kepda Sdr. Choa.
Thanks
jawab isi siapa anda, lalu dapatkan hak menjawab
saya simplekan pertanyaanya
1 apakah anda mempraktekan meditasi
2 apakah anda sudah mencapai jhanna atau buah yang lebih tinggi (sebutkan)
3, apakah anda sudah ber trisarana
4, apakah anda mempraktekan dhamma
5, apakah anda sudah mencapai sotapana atau yang lebih tinggi
isi 5 pertanyaan ini, dan anda dapat hak bertanya saya akan menjawab semua
pertanyaan anda, bisa atau tidak.
baiklah!
orang yang harus mengakui bersalah, adalah orang yang sudah tau bahwa dirinya bersalah. apakah kita tau, bahwa dia mengetahui dirinya bersalah?
bila seseorang bersalah, yang tidak mengetahui dirinya bersalah, tapi di desak untuk mengakui dirinya bersalah, tentu orang itu tidak akan mau, dan akan merasa dipaksa untuk membohongi dirinya sendiri. maka apalagi bila sebenarnya orang itu tidak bersalah.
mari persoalan itu diuraikan secara bertahap.
Jika orang meminum-minuman keras, maka buddha bertambah pada dirinya.
kalimat tersebut sebenarnya terdiri dari dua proposisi, yaitu :
pertama : buddha bertambah pada diri orang
kedua : orang meminum-minuman keras.
dipermudah
orang itu adalah yang bertambah buddha pada dirinya
orang itu menimum-minuman keras
dihubungkan,
orang itu adalah yang bertambah buddha pada dirinya, karena orang itu meminum-minum keras. Jadi, setiap yang meminum-minuman keras itu bertambah budha pada dirinya.
minuman keras yang diminum itu menambah buddha pada diri seseorang. benar?
karena minum-minuman keras yang diminum itu adalah mengandung buddha. benar ?
pertanyaan terakhir : apakah setiap yang mengandung buddha itu menambah buddha pada diri seseorang?
jawaban dari pertanyaan terakhir itulah yang merupakan premi tersembunyi. keberhasilan menemukan jawaban tersebut berarti keberhasilan menemukan nilai apakah kesimpulan tadi benar atau tidak. sedangkan kegagalan menemukan jawaban tersebut berarti kegagalan menemukan nilai pada kesimpulan.
Itulah akibat sesumbar murid tersebut yang langsung menyatakan dirinya telah mencapai Jhana 1 sehingga guru kedua menanyakan dasarnya apa, Sdr Asep.
Jika sejak awal murid tersebut dengan rendah hati mengatakan, "saya tidak mengetahuinya dengan pasti. untuk memastikannya, silahkan guru kedua memeriksanya kembali!", maka hal itu adalah hal yang lebih bijak.
Thanks
karena suhu choa membawa tentang daya berpikir seseorang dengan melihat title maka saya lanjutkan pembahasan ini dengan bertanya " apakah seseorang yg tidak mempunyai title tidak mungkin bisa berpikir jenius? atau menciptakan sesuatu yg tidak pernah dilakukan oleh seseorang yg ber title" begitu jg dalam mengenal dhamma, apakah seseorang baru mengerti dhamma setelah menjadi bhikku? mari kita tanyakan kepada YM suhu , mbah , om CHOA ^-^wah berarti anda hanya mengajar arahat saja ya =D> =D> =D> =D>
ada yang mau bertanya?
silahkan isi
ketika si murid memberi jawaban bahwa dirinya telah mencapai jhanaI, itu sekedar memberikan sebuah jawaban dari pertanyaan gurunya. dan seseorang akan menjawab sesuai dengan apa yang diketahui dan diyakininya. dia tidak bisa menjawab sesuai dengan yang diketahui dan diyakini oleh orang lain. ketka si murid menjawab, "saya telah mencapai jhanaI" itu dalam arti, "menurut guru pertama" dan "menurut apa yang telah diyakininya" adapun menurut guru kedua "itu tidak diketahui secara pasti". oleh karena itu ketika ditanya, "apakah hal itu benar ata salah?" maka si murid menjawab "tidak tau pasti" (benar atau salahnya dalam pandangan guru kedua).
lalu bagaimana jawaban sederhana itu menjadi tampak angker dengan ditaburkan kepadanya sebutan "sesumbar" ?
tidak tampak dia mempersalahkan title, tapi "taraf berpikir" ada perbedaan antara "title" dan "taraf berpikir".
disederhanakan saja menjadi seperti ini. anggaplah seseorang tersusun dari 70kg Buddha. jika orang itu meminum 1 gram Buddha. berapakah berat akhir orang itu?
tapi, jika sesuatu disebut "ada di mana-mana" tidak bisa diperumakan seperti itu, tapi seperti air di dalam kolam. ketika seseorang menuangkan seember air ke dalam kolam, sedangkan tidak ada sumber air yang diambil dari tempat lain, kecuali dari kolam itu juga, maka tidak mungkin penumpahan seember air itu menambah banyaknya pada air kolam, karena airnya diambil dari situ juga.
jika buddha ada di mana-mana, berarti "tidak ada tempat lain" untuk mengambil buddha yang ditambahkan ke tempat yang berbeda. seandainyapun bisa diambil di masukan ke pada sutu tempat, karena sumber mengambil dan menuangkannya adalh sama, maka tidak bisa bertambah maupun berkurang.
jika buddha ada di "mana-mana" dan ada di dalam minuman keras, itu berarti di ketika minuman keras di dalam botol itu diminum, buddha tidak berpindah, melainkan masih ada di dalam botol. karena "dalam botol" tersebut merupakan bagian dari "mana-mana".
tapi, jika sesuatu disebut "ada di mana-mana" tidak bisa diperumakan seperti itu, tapi seperti air di dalam kolam. ketika seseorang menuangkan seember air ke dalam kolam, sedangkan tidak ada sumber air yang diambil dari tempat lain, kecuali dari kolam itu juga, maka tidak mungkin penumpahan seember air itu menambah banyaknya pada air kolam, karena airnya diambil dari situ juga.
jika buddha ada di mana-mana, berarti "tidak ada tempat lain" untuk mengambil buddha yang ditambahkan ke tempat yang berbeda. seandainyapun bisa diambil di masukan ke pada sutu tempat, karena sumber mengambil dan menuangkannya adalh sama, maka tidak bisa bertambah maupun berkurang.
jika buddha ada di "mana-mana" dan ada di dalam minuman keras, itu berarti di ketika minuman keras di dalam botol itu diminum, buddha tidak berpindah, melainkan masih ada di dalam botol. karena "dalam botol" tersebut merupakan bagian dari "mana-mana".
disederhanakan saja menjadi seperti ini. anggaplah seseorang tersusun dari 70kg Buddha. jika orang itu meminum 1 gram Buddha. berapakah berat akhir orang itu?
kita lanjutkan lagi setelah anda menjawab pertanyaan ini. jika anda ngotot berkutat dengan logika anda, anda akan tampak seperti seorang mantan "pakar" logika gagal yg pernah drop out dari forum ini.
secara logika jika berkata buddha ada dimana2 berarti perumpamaan yg di katakan bro indra sesuai , jika bro bertanya saya ada di mana , lantas saya jawab saya ada dimana- mana apakah anda tidak berpikir saya dalam jumlah yg banyak?
saya bantu jawab om jumlahnya 70.1 KG :))salah, 1kg=1000gram
ini krn mengadopsi paham tuhan ada di mana2...
kang asep tau apa arti dari kata Buddha?
disederhanakan saja menjadi seperti ini. anggaplah seseorang tersusun dari 70kg Buddha. jika orang itu meminum 1 gram Buddha. berapakah berat akhir orang itu?
kita lanjutkan lagi setelah anda menjawab pertanyaan ini. jika anda ngotot berkutat dengan logika anda, anda akan tampak seperti seorang mantan "pakar" logika gagal yg pernah drop out dari forum ini.
menurut kang asep yg menyatakan bahwa "jika buddha ada di mana-mana, berarti "tidak ada tempat lain" untuk mengambil buddha yang ditambahkan ke tempat yang berbeda. seandainyapun bisa diambil di masukan ke pada sutu tempat, karena sumber mengambil dan menuangkannya adalh sama, maka tidak bisa bertambah maupun berkurang.
jika buddha ada di "mana-mana" dan ada di dalam minuman keras, itu berarti di ketika minuman keras di dalam botol itu diminum, buddha tidak berpindah, melainkan masih ada di dalam botol. karena "dalam botol" tersebut merupakan bagian dari "mana-mana"."
apa arti kata Buddha di sini?
arti kata buddha menurut siapa? menurut sutta, atau menurut orang yang membuat pernyataan?
jika menurut sutta, dapat dilihat di dalam sutta. jika menurut orang yang membuat pernyataan, silahkan ditanyakan kepada si pembuat pernyataan. belum tentu dia bermaksud menyebutkan buddha sebagaimana yang dimaksud sutta.
ada dimana-mana, tidak berarti "banyak". siapa yang membuat pernyaaan itu? maka dialah yang lebih tau persis makna dari "mana-mana". ketika seekor ikan berada di dalam aquarium, kemanapun ia pergi yang ia selalu menyentuh air. maka ia menyebut "air ada di mana-mana", padahal air itu tidak terlalu banyak. si ikan hanya bermaksud menyatakan ke atas, kebawah, ke depan, belakang, kiri atau kanan, dia tidak bisa lepas dari air, maka dia sebut "air ada di mana-mana".
kita menggunakan bahasa yg sama di sini, perlukah kita menanyakan apa maksud dari suatu kata umum yg dilontarkan seseorang? perlukah saya bertanya apa makna "sutta" dalam kalimat anda?
arti kata buddha menurut siapa dulu, menurut sutta, atau menurut si pembuat pernyataan?ke 2 kalinya..menurut anda yg memakai nama kang asep, saat menyatakan "jika buddha ada di mana-mana, berarti "tidak ada tempat lain" untuk mengambil buddha yang ditambahkan ke tempat yang berbeda. seandainyapun bisa diambil di masukan ke pada sutu tempat, karena sumber mengambil dan menuangkannya adalh sama, maka tidak bisa bertambah maupun berkurang.
jika ikan dalam aquarium itu beratnya 1kg, kemudian ia meminum air seteguk yg beratnya setara dengan 1gram, berapakah berat ikan itu sekarang?
tanyakan, apabila merasa perlu untuk menanyakan. tidak perlu tanyakan, apabila merasa tidak perlu. yang terpenting, jangan paksa orang lain untuk menjawab, apabila ia tidak ingin menjawab. orang mempunyai hak menyatakan pendapat atau diam. dan apalagi mendesak orang lain menjawab sesuai dengan yang kita inginkan.
pesan dari contoh tersebut adalah bahwa pengertian "mana-mana" itu mengandung berbagai kemungkinan, salah satu kemungkinannya adalah sebagaimana yang dimaksud dengan si ikan. jadi, dari sebuah contoh itu, ambil "apa pesannya". jika tidak, maka kita bisa terjebak kepada persoalan lain yang pesannya tidak disampaikan oleh pesan tersebut.
ke 2 kalinya..menurut anda yg memakai nama kang asep, saat menyatakan "jika buddha ada di mana-mana, berarti "tidak ada tempat lain" untuk mengambil buddha yang ditambahkan ke tempat yang berbeda. seandainyapun bisa diambil di masukan ke pada sutu tempat, karena sumber mengambil dan menuangkannya adalh sama, maka tidak bisa bertambah maupun berkurang.
jika buddha ada di "mana-mana" dan ada di dalam minuman keras, itu berarti di ketika minuman keras di dalam botol itu diminum, buddha tidak berpindah, melainkan masih ada di dalam botol. karena "dalam botol" tersebut merupakan bagian dari "mana-mana"."
bukan menurut indra, bukan menurut choa.. tp menurut anda, saat anda memakai kata Buddha tsb.
baiklah!
orang yang harus mengakui bersalah, adalah orang yang sudah tau bahwa dirinya bersalah. apakah kita tau, bahwa dia mengetahui dirinya bersalah?
bila seseorang bersalah, yang tidak mengetahui dirinya bersalah, tapi di desak untuk mengakui dirinya bersalah, tentu orang itu tidak akan mau, dan akan merasa dipaksa untuk membohongi dirinya sendiri. maka apalagi bila sebenarnya orang itu tidak bersalah.
mari persoalan itu diuraikan secara bertahap.
Jika orang meminum-minuman keras, maka buddha bertambah pada dirinya.
kalimat tersebut sebenarnya terdiri dari dua proposisi, yaitu :
pertama : buddha bertambah pada diri orang
kedua : orang meminum-minuman keras.
dipermudah
orang itu adalah yang bertambah buddha pada dirinya
orang itu menimum-minuman keras
dihubungkan,
orang itu adalah yang bertambah buddha pada dirinya, karena orang itu meminum-minum keras. Jadi, setiap yang meminum-minuman keras itu bertambah budha pada dirinya.
minuman keras yang diminum itu menambah buddha pada diri seseorang. benar?
karena minum-minuman keras yang diminum itu adalah mengandung buddha. benar ?
pertanyaan terakhir : apakah setiap yang mengandung buddha itu menambah buddha pada diri seseorang?
jawaban dari pertanyaan terakhir itulah yang merupakan premi tersembunyi. keberhasilan menemukan jawaban tersebut berarti keberhasilan menemukan nilai apakah kesimpulan tadi benar atau tidak. sedangkan kegagalan menemukan jawaban tersebut berarti kegagalan menemukan nilai pada kesimpulan.
ketika si murid memberi jawaban bahwa dirinya telah mencapai jhanaI, itu sekedar memberikan sebuah jawaban dari pertanyaan gurunya. dan seseorang akan menjawab sesuai dengan apa yang diketahui dan diyakininya. dia tidak bisa menjawab sesuai dengan yang diketahui dan diyakini oleh orang lain. ketka si murid menjawab, "saya telah mencapai jhanaI" itu dalam arti, "menurut guru pertama" dan "menurut apa yang telah diyakininya" adapun menurut guru kedua "itu tidak diketahui secara pasti". oleh karena itu ketika ditanya, "apakah hal itu benar ata salah?" maka si murid menjawab "tidak tau pasti" (benar atau salahnya dalam pandangan guru kedua).
lalu bagaimana jawaban sederhana itu menjadi tampak angker dengan ditaburkan kepadanya sebutan "sesumbar" ?
Ketiga jawabannya Ya Sdr. Asep. Mengapa? Karena jawaban: Tidak, merupakan jawaban yang tidak mengandung kebenaran. Perumpamaan telah saya berikan.
Thanks
kang asep..apakah anda mengetahui apa yg mereka ber dua maksudkan?? klo iya.. boleh beritau apa Buddha yg di maksud ?? klo tidak cuekin aja
atau kah aku gagal menangkap pernyataan kang asep , bahwa menurut kang asep Buddha adalah apapun yg dimaksud oleh mereka berdua ...
di sini, ada orang yang sekedar ingin mengerti, bagaimana cara seseorang dalam membuat suatu kesimpulan. itu saja sebenarnya.
di sini ada banyak (beberapa) orang yg ingin mengerti ajaran dari seorang yg mengaku guru arahat, tanpa mempedulikan bagaimana cara membuat kesimpulan. itu saja sebenarnya.
lucunya seorang guru arahat bisanya berlindung pada seorang jubir tanpa bisa menjawab satupun pertanyaan, cape dehhh
itu sudah difahami oleh semuanya dan tidak ada yang melarangnya. hanya ada orang yang mencoba menyarankan bahwa mari kita saling bertanya jawab dengan cara yang santun.
buddha yang dimaksudkan di sini adalah buddha yang katanya "ada di mana-mana".Anda salah lagi Sdr. Asep, pengertian Buddha sudah ditetapkan sebelumnya oleh Sdr. Chao sendiri, silahkan anda baca kembali dari awal. Jadi Buddha yang saya maksud adalah apa yang Sdr. Chao anggap. berikut:
untuk menguji benar tidaknya "Buddha tersebut ada di mana-mana", seseorang telah mengujinya dengan membuat sebuah kesimpulan "kalau begitu, seseorang yang menenggak minuman keras, buddha akan bertambah?" sebelum dia bertanya kepada yang membuat pernyataan "apa artinya buddha" dan "apa artinya mana-mana".
tetapi, apapun pengertian yang mereka berdua maksud, yaitu yang dimaksud oleh si pembuat pernyataan dan si penguji pernyataan, maka yang dipermasalahkan selanjutnya bukanlah makna dari buddha atau makna dari "mana-mana", melainkan cara penarikan kesimpulan yang misterius. kemudian dipertanyakan, bagaimana kesimpulan seperti itu bisa terjadi?
jadi, pengertian buddha yang saya maksud adaalah "apapun yang dimaksud oleh mereka berdua".
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang membuatmu untuk menjauhi dhamma
katakan/tuliskan, mana tulisan saya yang tidak menghormati dhamma
buddha ada dimana-mana, bahkan di internet ini, di dalam forum ini
karena jika mereka berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya
maka anda bertemu dengan buddha, atu setidak-tidaknya dengan calon buddha
anda benar kalau yang saya maksud itu sama seperti anda tulis (ini yang pertama)
coba telaah lagi tulisan saya sdr kelana, saya menulis buddha (tampa kata manusi), buddha disini yang sadar
yang sadar ada dimana mana
yg mengherankan, kenapa anda masih berlaku tidak adil? saya tidak pernah melihat anda menegur atau menghimbau sang guru. apakah karena menurut anda sang guru sudah cukup santun? dan kamilah yg tidak bersikap santun?ingat level kita khan di bawah guru arahat, jubir pasti bela gurunya lah.
yg mengherankan, kenapa anda masih berlaku tidak adil? saya tidak pernah melihat anda menegur atau menghimbau sang guru. apakah karena menurut anda sang guru sudah cukup santun? dan kamilah yg tidak bersikap santun?
mungkin karena ketidak telitian orang yang membaca.
"menegur" itu rasanya seperti bahasa yang terlalu keras. kalau bisa, itu semua tafirkan sebagai "saran pendapat" saja. dan berlaku umum, untuk semua orang, tanpa ditujukan kepada seseorangpun di sini.
jika ada yang diuraikan dari "bagaimana seharusnya suatu pemikiran di susun", itu adalah pendapat yang ditujukan kepada semua orang. adapun, komentar yang dikutip, hanyalah inspirator saja.
Anda melihat tulisan Yang Sadar ?
Jadi sebaiknya anda lebih teliti lagi Sdr. Asep.
buddha ada dimana-mana, bahkan di internet ini, di dalam forum ini
karena jika mereka berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya
maka anda bertemu dengan buddha, atu setidak-tidaknya dengan calon buddha
Ini jelas Buddha yang ia maksud adalah manussa Buddha karena menyebutkan dhamma yang sudah dipraktekannya.
anda seharusnya menanyakan apa makna "menegur" itu sebelum mengambil kesimpulan keras atau lunaknya.
sudah menjadi kesepakatan umum di sini, dan di forum mana pun, yg saya yakin anda pun memahami, bahwa jika anda memposting sesuatu dengan meng-quote postingan seseorang, maka itu mengindikasikan bahwa anda sedang berbicara dengan orang yg postingannya anda quote itu.
yang dapat saya telaah adalah pernyataan ini :
tidak ada di dalam tulisannya itu "manussa/manusi". tapi kemudian disimpulkan :
sedangkan menurut suatu pendapat yang lain, sebenar-benar suatu kesimpulan, itu adalah suatu kesimpulan. ia hanyalah hipotesa yang harus dikonfirmasikan. dalam etika jurnalistik, menyimpulkan pendapat orang lain merupakan "hal tabu" bagi jurnalis. jika si pembuat pernyataan tidak setuju dengan kesimpulan itu, maka itu tidak boleh dinyatakan sebagai pendapatnya.
apalagi, setelah isi kesimpulan itu diuji, ternyata tidak sesuai dengan "hukum penyimpulan", maka kemudian ditanyakan "dengan cara seperti apa kesimpulan itu dibuat?" kesimpulan itu muncl tiba-tiba tanpa penjelasan bagaimana prosesnya sehingga muncul. maka wajar ada orang yang tidak dapat mengerti, mengapa kesimpulan itu terjadi.
kalau semua jawabannya "ya" berarti benar bahwa buddha itu menbamah buddha pada diri seseorang. tapi, dari mana kita mengetahui dengan benar bahwa "setiap yang mengandung buddha itu menambah buddha?"
yang dapat saya telaah adalah pernyataan ini :
tidak ada di dalam tulisannya itu "manussa/manusi". tapi kemudian disimpulkan :
anda seharusnya menanyakan apa makna "menegur" itu sebelum mengambil kesimpulan keras atau lunaknya.
sudah menjadi kesepakatan umum di sini, dan di forum mana pun, yg saya yakin anda pun memahami, bahwa jika anda memposting sesuatu dengan meng-quote postingan seseorang, maka itu mengindikasikan bahwa anda sedang berbicara dengan orang yg postingannya anda quote itu.
tanpa harus menanyakan kepada orang lain, apa makna "menegur" tersebut, maka kita dapat mengajukan suatu permintaan, bahwa kalau bisa hal itu jangan ditafsirkan sebagai "menegur", apapun makna dari "menegur" tersebut menurut orang lain. karena ada yang mengasumsikan atau mengesankan bahwa "menegur" itu sesuatu yang terasa terlalu keras. tapi, kalau orang lain itu tidak bisa memenuhi permintaan tersebut, maka dia tidak dipaksa.
Lalu siapa yang berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya dan dengan apa mereka melakukan berbicara/menulis ?
apa yg membedakan kata "menegur" itu dengan kata "Buddha" sehingga kata "Buddha" harus di klarifikasi [arti kata buddha menurut siapa dulu, menurut sutta, atau menurut si pembuat pernyataan?] sementara kata "menegur" tidak perlu?
di sini, para memberi selalu menggunakan kata "saya" yang menunjuk kepada dirinya. dan juga "anda" yang menunjuk kepada orang yang diajaknya bicara. dengan menghindari kata "saya" maupun "anda" adalah sebagai suatu harapan bahwa komentar tersbut akan dianggap bersifat umum, atau tidak hanya ditujukan pada seorang saja. ditujukan pada orang yang pernyataannya di quote itu adlah "ya", tapi juga kepada yang lainnya juga "ya". artinya kepada "semua".
kata "saya" dan "anda" hanyalah suatu konvensi dalam berbahasa, ada seorang member di sini yg selalu menyebut diri sendiri sebagai "kami", hal ini tidak membuat perbedaan dalam apa yg ia sampaikan. kata apa pun yg digunakan, quote menempati prioritas lebih tinggi
ssuatu harus diklarifikasikan, ketika seseorang merasa perlu memahami "apa maknanya" menurut si pembuat pernyataan. jika seseorang tidak merasa perlu, maka tidak perlu diklarifikasikan. atau ketika orang menanyakan suatu makna kepada orang yang tidak "memproduksi" istilah tersebut, maka dapat dianjurkan kepadanya "seharusnya bertanya kepada yang membuat pernyataan, bukan kepada yang tidak membuat pernyataan tersebut!"
itu menurut suatu pendapat. sedangkan menurut pendapat lainnya tidak seprti itu. setiap orang boleh memiliki pendapat yang berbeda. betul kan?
lantas kenapa anda bisa sampai pada kesimpulan bahwa kata "menegur" terlalu keras, padahal mungkin saya yg saya maksudkan adalah "meminta" atau "memohon" atau "mengemis"?
bagaimana cara anda mengambil kesimpulan di sini?
karena setiap orang boleh memiliki pendapat berbeda, jadi apa kepentingan anda dalam thread ini? silakan tampilkan argumen yg ingin anda sampaikan sehubungan dengan topik ini, alih2 menjadi hakim di sini.
itu bukan kesimpulan, itu adalah "kesan". kesan itu muncul dari perasaan, yakni "sesuatu yang risakan". "rasanya terlalu keras". adapun perasaan tersebut, sulit dijelaskan bagaimana proses terjadinya.
harus ditanyakan kepada yang membuat pernyataan? apakah benar itu manussa buddha?
kenapa suatu pernyataan dari anda disebut "kesan" sementara pernyataan orang lain disebut "kesimpulan"? mohon penjelasan anda.
ketika sebuah pernyataan itu muncul dari pernyataan lain, dimana ada midle term yang bisa dihubungkan, maka itu disebut kesimpulan.
seseorang menyatakan "ini jelas manussa buddha, karena (ini) adalah x )
maka "ini" adalah term "minor" sedangkan manussa buddha adalah midle term. karena ditemukannya midle term, maka pernyataaan tersbut adalah "kesimplan".
ketika orang menyatakan "istilah menegur itu rasanya terlalu keras", maka manakah yang harus dianggap sebagai midle termnya?
Sdr. Asep, yang bersangkutan mengatakan yang dimaksud adalah Yang Sadar . Dengan demikian bukankah bisa kita katakan bahwa Yang Sadar itu yang berbicara/menulis dhamma. Dengan apa Yang Sadar itu menulis/berbicara ? Anda bisa menjawab sendiri.
Jadi saya menggunakan definisi Buddha sesuai dengan yang bersangkutan inginkan.
petama-tama, harus diperjalan mana "kalimat asli" si pembuat pernyataan, mana yang merupakan kesimpulan.
misalnya, kalimat asli si pembuat pernyataan adalah :
buddha adalah yang sadar.
kalimat kesimpulan :
yang sadar itu adalah yang berbicara dhamma.
berbicara dhamma itu mempunyai mulut.
berarti yang sadar itu mempunyai mulut.
seharusnya begini kesimpulannya (menurut kita).
lalu, apa salahnya kita untuk mengajukan pertanyaan kepada si pembuat pernyataan :
"apakah yang sadar itu mempunyai mulut?"
pertanyaan itu tidak salah. tapi yang salah adalah ketika memvonis bahwa kalimat asli si pembuat pernyatan telah salah, karena telah munculnya suatu kesimpulan yang salah.
menurut suatu pendapat, apabila jawaban dari pernyataan itu sudah dinyatakan oleh si pembuat pernyataan, dan ternyata jawaban itu "irrelevant", maka barulah kalimat si pembuat pernyataan bisa dianggap sebagai kalimat yang salah.
Hmmm.... apakah ini berarti kecurigaan saya bahwa Sdr. Chao dan Kemenyan memiliki hubungan terjawab?Hubungan saya dan Choa saat ini hanya sebatas rekan diskusi diforum.
Ingat bagaimana saya kemarin menolak tawaran penembusan kelahiran terdahulunya saya?
Dan bagaimana saya juga menyarankan untuk tidak memberitahukan pencapaian terdahulu dari seseorang?
rasanya meditasi akut bisa menyebabkan halusinasi berlebihan. waspadalah
Ingat bagaimana saya kemarin menolak tawaran penembusan kelahiran terdahulunya saya?
Dan bagaimana saya juga menyarankan untuk tidak memberitahukan pencapaian terdahulu dari seseorang?
Salah satu alasan penolakan saya adalah untuk menghindari merendahkan orang lain,
baik secara disengaja ataupun tidak.
Akhir kata...
Semoga tekad dan latihan anda berbuah kebijaksanaan
rasanya meditasi akut bisa menyebabkan halusinasi berlebihan. waspadalah
Choa,
Terlepas mengenai kontroversi pencapaian anda dahulu,
Sungguh amat sangat membantu apabila...
Anda (yang telah mengecapi kebijaksanaan) bersedia sharing dengan...
Menelusuri lebih lanjut apa reaksi pembaca dari jawaban anda,
Memperbaiki jawaban anda, dan ditelusuri lagi apa reaksi pembaca.
dan pada akhirnya memberikan jawaban anda untuk public.
Bukankah salah satu tekad anda sebagai bodhisatta adalah pembebasan untuk yang lainnya,
Sejauh yang terbaca... jawaban dan tulisan anda bertolak belakang dengan tekad mulia anda dahulunya.
Dengan tanpa mencoba menyelami pemikiran sammasambuddha gautama,
Mungkin dikarenakan pertimbangan kebijaksanaan pendengar yang mengakibatkan beliau terkadang menjawab dengan diam
rasanya meditasi akut bisa menyebabkan halusinasi berlebihan. waspadalah
Gotama adalah orang yang paling bertangung jawab akan hal ini, dialah yang pertama sekali berhalsinasi setelah kekurangan giji di hutan uruwela, menurut ilmu kesehatan modern orang yang tidak makan dan minum selama 49 hari boleh dimasukan ke RSJ, apalagi kalu membaca klaim dia;
;D
1-dia menyatakan disinya mencapai penerangan sempurna?
orang bermeditasi alias halusinasi kerasu ;Dkan jin alias sakau ini....cuihhh
setuju teman-teman DC, si Gotama ini biang kerok halusinasi, biang kerok sakau, biang kerok mabok, yang harus di hujat karena menyuruh orang bermeditasi, orang gila macam ini pantas di hujat,!!!
2-dia menyatakan ajaran dia ajaran kebenaran dan dapat di buktikan dengan mempraktekanya?
orang gila yang sakau ini sunguh tidak tahu diri, cuba ada yang menulis dapat membuktikan apa yang dikatakanya hanya sebagian kecil saja, bakalan di bilang orang gila. maka Gotama rajanya gila dengan segala ajaranya
3-Gotama mengaku dapat melihat past live?
come on, hei mana ada yang percaya, kalau loh doang yang bisa, karena kalau orang lain bisa lihat past live di bilang mabok, sakau, halusinasi, maka Gotama adalah raja dari semua itu
4-semua ajaran yang tidak dapat dicerna logika "orang intelek" adalah halusinasi, gila sakau sinting
Gotama yang pertama mencetuskan, maka Gotama yang bertangung jawab akan semua ini, karena dialah yang mengajarkan semua itu
sekian dulu, banyak yang membuat Gotama pantas di sebut sakau, gila , halunisasi, mabok, dan tolo untuk sementara 4 ini saja dulu
pesan saya, Gotama ngapain ente ngajarin yang jika di praktekan akan dimaki-maki orang, di bilang gila ente gila ya Gotama???
walau member di sini bodohnya minta ampun saya menghargai andaapakah YM Choa member disini ? :-t :hammer:
Ah, yang bersangkutan sudah hadir.
Dibaca atau tidak
Jadi, Sdr. Choa, tugas saya sudah hampir selesai untuk menunjukkan kesalahan anda seperti yang anda minta yang mengatakan:
“Buddha ada dimana-mana, bahkan di internet ini, di dalam forum ini
karena jika mereka berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya
maka anda bertemu dengan buddha, atu setidak-tidaknya dengan calon Buddha”
pertanyaan utk ym Choa,
1. bagaimana supaya member2 di DC bisa pintar ?
2. apa yg ym Chao lakukan sehingga member2 di DC bisa lebih pinter ?
3. siapakah yg termasuk dalam daftar bodoh, sehingga lebih dpt diperhatikan ? adakah penilaian yg adil ?
Gotama adalah orang yang paling bertangung jawab akan hal ini, dialah yang pertama sekali berhalsinasi setelah kekurangan giji di hutan uruwela, menurut ilmu kesehatan modern orang yang tidak makan dan minum selama 49 hari boleh dimasukan ke RSJ, apalagi kalu membaca klaim dia;
;D
1-dia menyatakan disinya mencapai penerangan sempurna?
orang bermeditasi alias halusinasi kerasu ;Dkan jin alias sakau ini....cuihhh
setuju teman-teman DC, si Gotama ini biang kerok halusinasi, biang kerok sakau, biang kerok mabok, yang harus di hujat karena menyuruh orang bermeditasi, orang gila macam ini pantas di hujat,!!!
3-Gotama mengaku dapat melihat past live?
come on, hei mana ada yang percaya, kalau loh doang yang bisa, karena kalau orang lain bisa lihat past live di bilang mabok, sakau, halusinasi, maka Gotama adalah raja dari semua itu
4-semua ajaran yang tidak dapat dicerna logika "orang intelek" adalah halusinasi, gila sakau sinting
Gotama yang pertama mencetuskan, maka Gotama yang bertangung jawab akan semua ini, karena dialah yang mengajarkan semua itu
Choa : dan anda salah satu dari orang bodoh dengan kreteria di atas.
1, mmenjalankan sila-samadhi-panna
2, menulis sesuatu agar dapat membuat member disini ber ehipassiko, bukan berdebat
3, member yang bodoh adalah member yang tidak tahu mana yang baik bagi dirinya mana yang tidak baik bagi dirinya, dengan menghindari akusala kamma dan membuat kusala kamma lewat tulisanya
bodoh, dalam arti spiritual tidak dapat membedakan mana yang baik, mana yang tidak baik
kesimpulan : memang si mahasatwa choa dulunya adalah gotama :))
(maaf bukan Buddha Gotama)
1. apakah ym Choa orang pintar ?bisa jadi bagi kamu saya orang bodoh,
2. apakah KA orang pintar ?
dgn kredteria disini :
duuhh, gw mulai terguncang dehhhh
bisa jadi bagi kamu saya orang bodoh,
so what gitu loh, saya hanya menemani kebodohan Buddha Gotama
:cool:
gw menunggu jawaban dari ym Choa,..... pintar atau tidak....
tapi malah menjahuin dari pertanyaan tsb...
jadi gw ulang pertanyaan semula..
1. apakah ym Choa orang pinter menurut 3 point tsb ?
mohon transparansi dan kejujurannya.. _/\_ ;D
setuju saja kalau kelakuannya sama seperti ente =))
Gotama adalah orang yang paling bertangung jawab akan hal ini, dialah yang pertama sekali berhalsinasi setelah kekurangan giji di hutan uruwela, menurut ilmu kesehatan modern orang yang tidak makan dan minum selama 49 hari boleh dimasukan ke RSJ, apalagi kalu membaca klaim dia;
;D
1-dia menyatakan disinya mencapai penerangan sempurna?
orang bermeditasi alias halusinasi kerasu ;Dkan jin alias sakau ini....cuihhh
setuju teman-teman DC, si Gotama ini biang kerok halusinasi, biang kerok sakau, biang kerok mabok, yang harus di hujat karena menyuruh orang bermeditasi, orang gila macam ini pantas di hujat,!!!
2-dia menyatakan ajaran dia ajaran kebenaran dan dapat di buktikan dengan mempraktekanya?ya sudah jelas kalau hasilnya seperti ente ;D
orang gila yang sakau ini sunguh tidak tahu diri, cuba ada yang menulis dapat membuktikan apa yang dikatakanya hanya sebagian kecil saja, bakalan di bilang orang gila. maka Gotama rajanya gila dengan segala ajaranya
3-Gotama mengaku dapat melihat past live?hehehe past live emang apaan? suatu kebanggaan bisa dibuktikan? sama siapa? kata elo doang? orang mabok aja bisa tuh bilang melihat past live dll tapi apa harus dipercaya?
come on, hei mana ada yang percaya, kalau loh doang yang bisa, karena kalau orang lain bisa lihat past live di bilang mabok, sakau, halusinasi, maka Gotama adalah raja dari semua itu
4-semua ajaran yang tidak dapat dicerna logika "orang intelek" adalah halusinasi, gila sakau sintinguntungnya tidak semua budis kek eloe, mungkin elo cuma ampas doang yang bukan siapa2.
Gotama yang pertama mencetuskan, maka Gotama yang bertangung jawab akan semua ini, karena dialah yang mengajarkan semua itu
sekian dulu, banyak yang membuat Gotama pantas di sebut sakau, gila , halunisasi, mabok, dan tolo untuk sementara 4 ini saja dulu
pesan saya, Gotama ngapain ente ngajarin yang jika di praktekan akan dimaki-maki orang, di bilang gila ente gila ya Gotama???
Sdr. Ryu, saya rasa tidak hanya hasil meditasi semata sehingga ada halusinasi, kemelekatan pada konsep atta yang kekal juga memperkuat hasilnya. Jadi hasilnya: yang dilihat adalah wujud, wujud dan wujud. Sehalus apapun wujud itu, bagaimana seseorang menangkap wujud itu, tetap saja itu wujud.oh iya selamat natal juga ;D
Selamat Natal (masih merayakan tidak ya? ;D).
miris sekali melihat umat buddhis berdebat akan dharma. mencari kesalahan2 orang hanya untuk membuat orang tersebut menjadi bodoh. untuk apa?wah ternyata di budis ada kutukan ya kalau menghina orang suci, mantap deh ajaran buda ternyata mengandung kutukan karma buruk.
rasa bahagia sesaatkah?
coba baca apa yang diajarkan agan choa. dia udah suruh ehipassiko, klo agan2 sekalian tidak percaya yah kembali kepada individu masing2.
ingat kita tidak tahu tingkat kesucian orang, makin tinggi tingkat kesucian seseorang makin besar juga karma buruk bagi yang menghina orang tersebut.
lebih baik kita bercermin dulu apakah kita sudah pantas untuk menyatakan bahwa apa yang yang orang lain katakan itu salah.
_/\_
Gotama adalah orang yang paling bertangung jawab akan hal ini, dialah yang pertama sekali berhalsinasi setelah kekurangan giji di hutan uruwela, menurut ilmu kesehatan modern orang yang tidak makan dan minum selama 49 hari boleh dimasukan ke RSJ, apalagi kalu membaca klaim dia;
;D
1-dia menyatakan disinya mencapai penerangan sempurna?
orang bermeditasi alias halusinasi kerasu ;Dkan jin alias sakau ini....cuihhh
setuju teman-teman DC, si Gotama ini biang kerok halusinasi, biang kerok sakau, biang kerok mabok, yang harus di hujat karena menyuruh orang bermeditasi, orang gila macam ini pantas di hujat,!!!
2-dia menyatakan ajaran dia ajaran kebenaran dan dapat di buktikan dengan mempraktekanya?
orang gila yang sakau ini sunguh tidak tahu diri, cuba ada yang menulis dapat membuktikan apa yang dikatakanya hanya sebagian kecil saja, bakalan di bilang orang gila. maka Gotama rajanya gila dengan segala ajaranya
3-Gotama mengaku dapat melihat past live?
come on, hei mana ada yang percaya, kalau loh doang yang bisa, karena kalau orang lain bisa lihat past live di bilang mabok, sakau, halusinasi, maka Gotama adalah raja dari semua itu
4-semua ajaran yang tidak dapat dicerna logika "orang intelek" adalah halusinasi, gila sakau sinting
Gotama yang pertama mencetuskan, maka Gotama yang bertangung jawab akan semua ini, karena dialah yang mengajarkan semua itu
sekian dulu, banyak yang membuat Gotama pantas di sebut sakau, gila , halunisasi, mabok, dan tolo untuk sementara 4 ini saja dulu
pesan saya, Gotama ngapain ente ngajarin yang jika di praktekan akan dimaki-maki orang, di bilang gila ente gila ya Gotama???
quote author=Choa link=topic=21689.msg385198#msg385198 date=1324695181]
jawab isi siapa anda, lalu dapatkan hak menjawab
saya simplekan pertanyaanya
1 apakah anda mempraktekan meditasi
2 apakah anda sudah mencapai jhanna atau buah yang lebih tinggi (sebutkan)
3, apakah anda sudah ber trisarana
4, apakah anda mempraktekan dhamma
5, apakah anda sudah mencapai sotapana atau yang lebih tinggi
wah ternyata di budis ada kutukan ya kalau menghina orang suci, mantap deh ajaran buda ternyata mengandung kutukan karma buruk.kalau begitu statement anda. berarti maksud anda saya boleh menghinaa saudara?
kalau begitu statement anda. berarti maksud anda saya boleh menghinaa saudara?silahkan saja ;D
kita aja tidak boleh menghina orang biasa apalagi menghina para ariya.
silahkan saja ;D
jadi kalau ada umat lain mengatakan buda itu botak, buda itu sesat, buda itu iblis, maka mereka otomatis akan mendapat karma buruk ya?
Ucapan Benarok nah sudah selesai termehek2 nya ?
Dapat digolongkan sebagai Ucapan Benar, jika empat syarat di bawah ini dipenuhi :
1. ucapan itu benar
2. ucapan itu belarasan
3. ucapan itu berfaedah
4. ucapan itu tepat pada waktunya
(Majjhima Nikaya 58)
Ini berarti membebaskan diri dari:
1. kata-kata yang tidak benar (berdusta)
2. kata-kata yang dapat menimbulkan kebencian, perpecahan dan perselisihan di antara perorangan atau golongan
3. kata-kata cabul dan kasar yang menyakiti hati orang lain
4. kata-kata yang kosong dan tidak ada artinya, desas-desus dan berbicara tentang keburukan orang lain.
Kalau orang dapat membebaskan diri dari kata-kata dan pembicaraan yang salah dan tidak baik, orang tentu akan bicara tentang hal-hal yang benar, memakai kata-kata yang manis dan bersahabat, enak didengar dan lemah lembut, yang mempunyai arti dan berguna. Dengan demikian ia tidak akan bicara seenaknya saja dan hanya bicara pada saat yang tepat. Jadi, kalau ia tidak dapat mengutarakan sesuatu yang berguna, dengan sendirinya ia akan membisu dalam seribu bahasa
ok nah sudah selesai termehek2 nya ?saya tidak bisa menjawab, karena saya belum ehipassiko untuk itu.
bisakah anda jawab pertanyaan TS atau anda join hanya untuk membela YM Choa?
miris sekali melihat umat buddhis berdebat akan dharma. mencari kesalahan2 orang hanya untuk membuat orang tersebut menjadi bodoh. untuk apa?
rasa bahagia sesaatkah?
coba baca apa yang diajarkan agan choa. dia udah suruh ehipassiko, klo agan2 sekalian tidak percaya yah kembali kepada individu masing2.
ingat kita tidak tahu tingkat kesucian orang, makin tinggi tingkat kesucian seseorang makin besar juga karma buruk bagi yang menghina orang tersebut.
lebih baik kita bercermin dulu apakah kita sudah pantas untuk menyatakan bahwa apa yang yang orang lain katakan itu salah.
_/\_
saya sama seperti Buddha Gotama,
bodoh dia bodohlah saya, paham ngak sih
bodoh jangan keterlaluan kenapa?
baik atas permintaan anda saya memberikan jawaban
walau member di sini bodohnya minta ampun saya menghargai anda
maka bacalah satu-satu reaksi teman anda di DC yang tolol ini
menurut ym Choa, supaya member2 DC jadi pinter inilah RESEPNYA..
1, mmenjalankan sila-samadhi-panna
2, menulis sesuatu agar dapat membuat member disini ber ehipassiko, bukan berdebat
3, member yang bodoh adalah member yang tidak tahu mana yang baik bagi dirinya mana yang tidak baik bagi dirinya, dengan menghindari akusala kamma dan membuat kusala kamma lewat tulisanya
bodoh, dalam arti spiritual tidak dapat membedakan mana yang baik, mana yang tidak baik
miris sekali melihat umat buddhis berdebat akan dharma. mencari kesalahan2 orang hanya untuk membuat orang tersebut menjadi bodoh. untuk apa?
rasa bahagia sesaatkah?
coba baca apa yang diajarkan agan choa. dia udah suruh ehipassiko, klo agan2 sekalian tidak percaya yah kembali kepada individu masing2.
ingat kita tidak tahu tingkat kesucian orang, makin tinggi tingkat kesucian seseorang makin besar juga karma buruk bagi yang menghina orang tersebut.
lebih baik kita bercermin dulu apakah kita sudah pantas untuk menyatakan bahwa apa yang yang orang lain katakan itu salah.
_/\_
katanya semua member2 disini bodoh, itu termasuk hermanto1988
coba deh lebih teliti apayg diajarkandi tulis oleh ym Choa !
saya mengakui saya masih bodoh gan. Dharma yang saya ketahui bahkan lebih kecil dari bakteri.
pernahkah Buddha Gautama mengatakan pada muridnya BODOH ?maaf bro, saya tidak pernah bilang yang saya bold diatas.
coba tunjukan suta2 tsb ......
hal2 apakah yg dpt bro lakukan supaya tidak bodoh ?
hal2 apakah yg dpt bro lakukan supaya kepintarannya tiap hari bertambah ?
apakah guru ym Choa memberi dampak positip utk pengembangan kepintaran bro ?
maaf bro, saya tidak pernah bilang yang saya bold diatas.
saya hanya menyadari bahwa saya masih bodoh dan masih berusaha supaya tidak bodoh lagi.
saya berusaha untuk menjalani sila,samadhi dan panna bro.
Gotama adalah orang yang paling bertangung jawab akan hal ini, dialah yang pertama sekali berhalsinasi setelah kekurangan giji di hutan uruwela, menurut ilmu kesehatan modern orang yang tidak makan dan minum selama 49 hari boleh dimasukan ke RSJ, apalagi kalu membaca klaim dia;
;D
1-dia menyatakan disinya mencapai penerangan sempurna?
orang bermeditasi alias halusinasi kerasu ;Dkan jin alias sakau ini....cuihhh
setuju teman-teman DC, si Gotama ini biang kerok halusinasi, biang kerok sakau, biang kerok mabok, yang harus di hujat karena menyuruh orang bermeditasi, orang gila macam ini pantas di hujat,!!!
2-dia menyatakan ajaran dia ajaran kebenaran dan dapat di buktikan dengan mempraktekanya?
orang gila yang sakau ini sunguh tidak tahu diri, cuba ada yang menulis dapat membuktikan apa yang dikatakanya hanya sebagian kecil saja, bakalan di bilang orang gila. maka Gotama rajanya gila dengan segala ajaranya
3-Gotama mengaku dapat melihat past live?
come on, hei mana ada yang percaya, kalau loh doang yang bisa, karena kalau orang lain bisa lihat past live di bilang mabok, sakau, halusinasi, maka Gotama adalah raja dari semua itu
4-semua ajaran yang tidak dapat dicerna logika "orang intelek" adalah halusinasi, gila sakau sinting
Gotama yang pertama mencetuskan, maka Gotama yang bertangung jawab akan semua ini, karena dialah yang mengajarkan semua itu
sekian dulu, banyak yang membuat Gotama pantas di sebut sakau, gila , halunisasi, mabok, dan tolo untuk sementara 4 ini saja dulu
pesan saya, Gotama ngapain ente ngajarin yang jika di praktekan akan dimaki-maki orang, di bilang gila ente gila ya Gotama???
Sdr Choa yang baik, anda mengaku sebagai umat Buddha, akan tetapi statement yang sdr buat di atas sungguh sangat di sayangkan.
Sebagai seorang pengikut ajaran Buddha, tentunya kita berusaha untuk mengikis kilesa / kekotoran batin kita.
Apa yang kita pikirkan, itu lah yang akan kita tuangkan dalam bentuk ide atau pandangan. Dan ide / pandangan tersebut bisa di sampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Saya yakin sdr Choa pasti mengetahui dengan baik apa itu hukum Kamma.
Dengan cetana yang baik, maka ide/pandangan yang di sampaikan dalam bentuk lisan dan tulisan itu akan bagus pula utk di baca/di dengar, serta menimbulkan kedamaian batin bagi setiap pembaca/pendengar-nya.
_/\_
belum disebrangkan, tapi sepertinya sudah menyebrang ;Dgak jadi dong gathering di bdg yah...
Ucapan Benar
Dapat digolongkan sebagai Ucapan Benar, jika empat syarat di bawah ini dipenuhi :
1. ucapan itu benar
2. ucapan itu belarasan
3. ucapan itu berfaedah
4. ucapan itu tepat pada waktunya
(Majjhima Nikaya 58)
Ini berarti membebaskan diri dari:
1. kata-kata yang tidak benar (berdusta)
2. kata-kata yang dapat menimbulkan kebencian, perpecahan dan perselisihan di antara perorangan atau golongan
3. kata-kata cabul dan kasar yang menyakiti hati orang lain
4. kata-kata yang kosong dan tidak ada artinya, desas-desus dan berbicara tentang keburukan orang lain.
Kalau orang dapat membebaskan diri dari kata-kata dan pembicaraan yang salah dan tidak baik, orang tentu akan bicara tentang hal-hal yang benar, memakai kata-kata yang manis dan bersahabat, enak didengar dan lemah lembut, yang mempunyai arti dan berguna. Dengan demikian ia tidak akan bicara seenaknya saja dan hanya bicara pada saat yang tepat. Jadi, kalau ia tidak dapat mengutarakan sesuatu yang berguna, dengan sendirinya ia akan membisu dalam seribu bahasa
sayangnya, sebagian orang menganggap bahwa sikap lemah lembut, kata-kata halus dan menyentuh, itu sebagai sesuati yang identik dengan "cengeng". mereka menghindarkan diri dari sesuatu yang disebut dengan "tersentuh", "terharu" atau menghindari sesuatu yang menyedihkan. Dengan cara itu, mereka tidak mengenal bahasa kasih sayang, hanya mengerti bahasa matametis.
ingat kita tidak tahu tingkat kesucian orang, makin tinggi tingkat kesucian seseorang makin besar juga karma buruk bagi yang menghina orang tersebut.
lebih baik kita bercermin dulu apakah kita sudah pantas untuk menyatakan bahwa apa yang yang orang lain katakan itu salah.
Jika dia benar-benar arahat :
1. memperolok-oloknya merupakan karma buruk yang berat
2. menghormatinya berarti kamma baik yang besar
jika dia sebenarnya arahat :
1. memperolok-oloknya merupakan kamma baik
2. menghormatinya berarti kamma baik
apakah orang itu mengaku diri seorang arahat atau bukan, seharusnya kita perlakukan secara hormat. kenapa?ya betul, bila ada orang yang berpandangan salah juga kita harus memujinya, menghormatinya, bila ada orang mengaku2 buda juga kita harus ikut dia, kita tidak akan bisa menilai dia buda kecuali kita ini selevel dengan buda, maka kita ini hanyalah orang2 bodoh di mata orang2 yang mengaku buda dan arahat.
Jika dia benar-benar arahat :
1. memperolok-oloknya merupakan karma buruk yang berat
2. menghormatinya berarti kamma baik yang besar
jika dia sebenarnya arahat :
1. memperolok-oloknya merupakan kamma baik
2. menghormatinya berarti kamma baik
Kesimpulanya, orang itu arahat atau bukan, tidak ada kerugiannya bila kita menghormati orang itu. sebaliknya, jika orng itu benar-benar arahat, maka sangatlah rugi bagi orang yang memperolok-oloknya.
Tetapi, ketika seseorang berpikir "tidaklah mungkin dia itu arahat". padahal dia sendiri tlah mengetahui bahwa tidak ada seseorang yang dapat menilai arahat, kecuali orang yang memiliki level di atas arahat itu sendiri. jadi, dengan merasa pasti bahwa seseorang itu bukan arahat, apakah berarti menunjukan bahwa si penilai merasa lebih tinggi dari arahat?
mungkin juga mereka agak "keras" ibarat kasih sayang orang tua terhadap anak-nya
ya betul, bila ada orang yang berpandangan salah juga kita harus memujinya, menghormatinya, bila ada orang mengaku2 buda juga kita harus ikut dia, kita tidak akan bisa menilai dia buda kecuali kita ini selevel dengan buda, maka kita ini hanyalah orang2 bodoh di mata orang2 yang mengaku buda dan arahat.
sungguh mengagumkan.
tidak ada yang mengatakan "harus memujinya". rasa hormat harus ditujukan kepada setiap orang dan bukan kepada "setiap pandang salah".penasaran, pengen tau menghormati para buda dan arahat itu seperti apa?
Di sini juga tidak ada yang mengatakan bahwa kita harus mengikuti ornag yang mengaku buddha. Tapi juga tidak ada yang mengatakan bahwa kita harus menghina, mengejek dan memperolok-olok orang yang mengaku buddha.
Kebenaran tidak dapat dikenali melalui orangnya. Tapi kebenaran itu sendirilah yang harus dikenali, maka kita akan mengetahui siapa orangnya. selama tidak datang pengetahuan yang sangat meyakinkan kepada kita, bahwa seseorang yang mengaku buddha itu memang benar-benar buddha, maka tidak ada keharusan bagi kita untuk mengikutinya.
penasaran, pengen tau menghormati para buda dan arahat itu seperti apa?
sebagaimana halnya menghormati setiap orang, yaitu dengan tidk menghina, tidak memperolok-olok, tidak menunjukan rasa curiga, kemarahan, kebencian dan kata-kata kotor.dan?
mungkin saja. apakah tidak ada pengetahuan yang menjelaskan bagaimana perbedaan antara "keras kasih sayang" dengan "keras kebencian" ?
bukankah orang yang membunuh sekalipun bisa beralasan "atas dasar kasih sayang" ?
sebagaimana halnya menghormati setiap orang, yaitu dengan tidk menghina, tidak memperolok-olok, tidak menunjukan rasa curiga, kemarahan, kebencian dan kata-kata kotor.tujuan para member disini hanya meluruskan yang perlu di luruskan apakah itu berarti benci? memperolok? menghina? jika anda katakan semua member disini membencinya coba anda tanyakan apakah mereka memiliki rasa itu ? apakah mereka marah .? dan coba anda bandingkan dengan kata2 ym choa yg seperti dibawah ini:
Gotama adalah orang yang paling bertangung jawab akan hal ini, dialah yang pertama sekali berhalsinasi setelah kekurangan giji di hutan uruwela, menurut ilmu kesehatan modern orang yang tidak makan dan minum selama 49 hari boleh dimasukan ke RSJ, apalagi kalu membaca klaim dia;
;D
1-dia menyatakan disinya mencapai penerangan sempurna?
orang bermeditasi alias halusinasi kerasu ;Dkan jin alias sakau ini....cuihhh
setuju teman-teman DC, si Gotama ini biang kerok halusinasi, biang kerok sakau, biang kerok mabok, yang harus di hujat karena menyuruh orang bermeditasi, orang gila macam ini pantas di hujat,!!!
2-dia menyatakan ajaran dia ajaran kebenaran dan dapat di buktikan dengan mempraktekanya?
orang gila yang sakau ini sunguh tidak tahu diri, cuba ada yang menulis dapat membuktikan apa yang dikatakanya hanya sebagian kecil saja, bakalan di bilang orang gila. maka Gotama rajanya gila dengan segala ajaranya
3-Gotama mengaku dapat melihat past live?
come on, hei mana ada yang percaya, kalau loh doang yang bisa, karena kalau orang lain bisa lihat past live di bilang mabok, sakau, halusinasi, maka Gotama adalah raja dari semua itu
4-semua ajaran yang tidak dapat dicerna logika "orang intelek" adalah halusinasi, gila sakau sinting
Gotama yang pertama mencetuskan, maka Gotama yang bertangung jawab akan semua ini, karena dialah yang mengajarkan semua itu
sekian dulu, banyak yang membuat Gotama pantas di sebut sakau, gila , halunisasi, mabok, dan tolo untuk sementara 4 ini saja dulu
pesan saya, Gotama ngapain ente ngajarin yang jika di praktekan akan dimaki-maki orang, di bilang gila ente gila ya Gotama???
tujuan para member disini hanya meluruskan yang perlu di luruskan apakah itu berarti benci? memperolok? menghina? jika anda katakan semua member disini membencinya coba anda tanyakan apakah mereka memiliki rasa itu ? apakah mereka marah .?
dibandingkan komentar rekan lain coba anda perhatikan komentar siapa yg mengandung kebencian, amarah, memperolok, menghina dll :)
Dalam Ajaran Buddha, seseorang dihormati karena memiliki Moralitas dan Kebijaksanaan.
Walaupun seseorang mengaku hanya seorang budak yang remeh, jika dia memiliki moralitas dan kebijaksanaan, ia pantas dihormati, dan tidak layak dicela.
Walaupun seseorang mengaku Arahat atau Buddha sekalipun, tanpa moralitas dan kebijaksanaan, maka ia pantas dicela dan tidak layak dihormati.
Belajar Ajaran Buddha, seharusnya kita memahami apa itu kebijaksanaan, bagaimana orang bijaksana bertindak, sehingga tidak bias oleh 'gelar-gelar' tidak jelas. Sungguh amat disayangkan kalau orang menjadi apati terhadap hal tersebut. Ibaratnya orang berjubah, kepala botak, lalu dinafkahi. Bhikkhu betulan yah bagus, kalo jackpot dapat Arahat, lebih untung lagi. Kalau bhikkhu palsu, ya udah, hitung-hitung kamma baik.
Orang-orang yang kurang bijaksana begini yang menyuburkan kehancuran Buddha-sasana.
Dalam Ajaran Buddha, seseorang dihormati karena memiliki Moralitas dan Kebijaksanaan.itu bukan ajaran buda, kalau ajaran buda, kentut orang kaya pasti di bilang wangi ;D
Walaupun seseorang mengaku hanya seorang budak yang remeh, jika dia memiliki moralitas dan kebijaksanaan, ia pantas dihormati, dan tidak layak dicela.
Walaupun seseorang mengaku Arahat atau Buddha sekalipun, tanpa moralitas dan kebijaksanaan, maka ia pantas dicela dan tidak layak dihormati.
Belajar Ajaran Buddha, seharusnya kita memahami apa itu kebijaksanaan, bagaimana orang bijaksana bertindak, sehingga tidak bias oleh 'gelar-gelar' tidak jelas. Sungguh amat disayangkan kalau orang menjadi apati terhadap hal tersebut. Ibaratnya orang berjubah, kepala botak, lalu dinafkahi. Bhikkhu betulan yah bagus, kalo jackpot dapat Arahat, lebih untung lagi. Kalau bhikkhu palsu, ya udah, hitung-hitung kamma baik.
Orang-orang yang kurang bijaksana begini yang menyuburkan kehancuran Buddha-sasana.
sebenarnya, siapa yang mengatakan semua member di sini membencinya? sepertinya tidak ada. hanya ada yang mengatakan "jangan memperolok siapa saja yang mengaku arahat atau tidak mengaku arahat". artinya, jangan memperolok kepada siapapun orangnya. Silahkan diquote, jika ada yang menyatakan "semua memberi di sini marah"menurut anda kata2 dibawah ini di tujukan kepada semua member atau "seseorang"?
sepertinya, tidak perlu seseorang dibandingkan dengan orang lain, siapa yang lebih sabar dan siapa yang lebih marah batinnya. Tapi nasihat yang baik itu adalah bagi semua orang yang mengharapkan dirinya dapat menjadi lebih baik.
sebagaimana halnya menghormati setiap orang, yaitu dengan tidk menghina, tidak memperolok-olok, tidak menunjukan rasa curiga, kemarahan, kebencian dan kata-kata kotor.
menurut anda kata2 dibawah ini di tujukan kepada semua member atau "seseorang"?
sebagaimana halnya menghormati setiap orang, yaitu dengan tidk menghina, tidak memperolok-olok, tidak menunjukan rasa curiga, kemarahan, kebencian dan kata-kata kotor.
maksud KA disini, kalau ada yang mengaku arahat, jangan curiga, kita harus menghormatinya, kalau dia bilang ajaran buda dalam sutta salah kita harus menghormatinya,kita ini belum selevel,jangan menganggap salah pandangan arahat itu karena kita ini masih bodoh belum mencapai arahat.
sebagaimana halnya menghormati setiap orang, yaitu dengan tidk menghina, tidak memperolok-olok, tidak menunjukan rasa curiga, kemarahan, kebencian dan kata-kata kotor.
Apa yang masih membuatnya bingung adalah: bagaimana Buddha dan Para Arahat yang telah mencapai anupādisesa-nibbāna tanpa ada yang tersisa, masih muncul dalam bentuk tubuh fisik. Buddha menjelaskan hal ini kepadanya: dst....
Hal ini di ceritakan oleh Acariya Man dan ditulis oleh Ācariya Mahā Boowa , bhikkhu Theravada yang mengembangkan silsilah Dhutanga Kammathana.
Dalam buku ini tidak dibicarakan mengenai kelahiran kembali seorang Arahat, namun sepertinya memberikan informasi baru tentang kondisi setelah parinibbana. Selama ini saya berpikir bahwa setelah Parinibbana makhluk akan "menjadi diluar konsep"
Pertanyaan nya :mengagungkan guru tidak melanggar Vinaya, menurut saya malah bagus sekali, memang seorang guru yang berpraktek benar, patut diagungkan.
Apakah hal ini dijelaskan dalam Tipitaka? Adakah penjelasan dan penceraham dari saudara2 se dhamma yang lebih senior? Atau penulisan dari acariya maha boowa tersebut yang salah masih diliputi noda mengagungkan gurunya ?
Jangan di bantai atau di tanya balik yah, saya memang baru buat id ini, tapi silent reader sudah lama. Cuma tertarik topik dan "pengembangan topik". Saya tahu pada akhirnya memang harus ehipasiko, menjadi arahat untuk mengetahui yang terjadi.
kang asep, bagaimana pula seorang ym choa guru para Arahat memaki dan melecehkan seorang Gotama (anda sudah membaca), pendapat kamu dimana
tolong dijawab, jangan diputar2 dengan teori hakim.
telah dinyatakan secara berulang-ulang, bahwa siapapun hendaknya tidak boleh melecehkan, memperolok-olok yang lain siapapun juga.
Nama Gotama nama yang dihormati oleh umat buddha, oleh karena itu melecehkan namanya berarti akan menyakiti orang-orang yang mengagungkan nama itu.
tapi kalau ada orang berkata, "orang yang mengaku bisa melihat mara itu orang sinting" yang merupakan ejekan yang ditujukan kepada orang yang mempunyai pengalaman spiritual melihat mara. Dan orang lain menjawab, "Kalau begitu, si Gotama itu sinting, karena ia mengaku melihat mara". maka sebenarnya itu bukan pelecehan terhadap nama Gotama, tapi pelecehan terhadap cara berpikir si pengejek yang pertama. Ejekan tersebut seperti bumerang yang dilemparkan ke arah mata angin, sudah menjadi hukum alam bumerang itu kembali kepada yang melemparkannya. Tetapi menjadi sangat berbahaya dan mengherankan, apalabila perkataan seperti itu terus ditafsirkan sebagai "pelecehan terhadap nama Agung Gotama". Mungkin penafsiran seperti itu diperlukan untuk membangkitkan kecemburuan dan dukungan sesama umat buddhis yang kurang jeli dalam pemikirannya.
tunjukan saja kata2 melecehkan , memperolok , menghina menunjukan rasa curiga, kemarahan, kebencian dan kata-kata kotor. saya tanyakan kembali karena anda tiba2 memunculkan hal tersebut, coba anda tunjukan jika tidak ada , lantas darimana anda bisa menyatakan hal seperti itu ?
demikianlah menurut ajaran sang Buddha versi satu. sedangkan menurut sang Buddha versi lainya, "rasa hormat harus ditunjukan kepada semua orang. kepada orang yang menggapnya musuh sekalipun". sebagaimana halnya metta, harus dipancarkan kepada semua orang, termasuk kepada orang yang memotong-motong tubuhnya sekalipun.Buddha mengajarkan bahwa para bijaksana memuji hal yang perlu dipuji dan mencela hal yang patut dicela. Di kesempatan lain, Buddha juga mengatakan tidak memunculkan kebencian walaupun kepada orang yang menggergaji tubuh kita.
itu bukan ajaran buda, kalau ajaran buda, kentut orang kaya pasti di bilang wangi ;DBukan buda yang itu, bang. ;D
Bukan buda yang itu, bang. ;Danda belum mencapai level LSY bang ;D
Salam teman2, namo buddhayaNah, ini ada yang BTT. :)
Back to topic masih bisakah?
Kembali ke pencapaian nibbana, cuma penekanan pada dimanakah Arahat
dari pada berpage2 isinya cuma bantah - bantahan :(
Belum lama saya membaca buku dari perpus DC berjudul A SPIRITUAL BIOGRAPHY : Venerable Ācariya Man Bhūridatta Thera By Ācariya Mahā Boowa Ñāṇasampanno.
Pada Malam berikutnya saat Ācariya Man mencapai vimutti, sejumlah Buddha, didampingi para Arahat pengikut-Nya datang untuk memberikan selamat kepadanya atas vimuttidhamma-nya. Suatu malam, seorang Buddha, bersama sepuluh ribu siswa Arahat, datang berkunjung; malam berikutnya, ia juga dikunjungi oleh Buddha lainnya yang ditemani seratus ribu siswa Arahat. Tiap malam secara bergantian Buddha lainnya datang untuk menunjukkan apresiasinya.
Apa yang masih membuatnya bingung adalah: bagaimana Buddha dan Para Arahat yang telah mencapai anupādisesa-nibbāna tanpa ada yang tersisa, masih muncul dalam bentuk tubuh fisik. Buddha menjelaskan hal ini kepadanya: dst....
Hal ini di ceritakan oleh Acariya Man dan ditulis oleh Ācariya Mahā Boowa , bhikkhu Theravada yang mengembangkan silsilah Dhutanga Kammathana.
Dalam buku ini tidak dibicarakan mengenai kelahiran kembali seorang Arahat, namun sepertinya memberikan informasi baru tentang kondisi setelah parinibbana. Selama ini saya berpikir bahwa setelah Parinibbana makhluk akan "menjadi diluar konsep"
Pertanyaan nya :
Apakah hal ini dijelaskan dalam Tipitaka? Adakah penjelasan dan penceraham dari saudara2 se dhamma yang lebih senior? Atau penulisan dari acariya maha boowa tersebut yang salah masih diliputi noda mengagungkan gurunya ?
Jangan di bantai atau di tanya balik yah, saya memang baru buat id ini, tapi silent reader sudah lama. Cuma tertarik topik dan "pengembangan topik". Saya tahu pada akhirnya memang harus ehipasiko, menjadi arahat untuk mengetahui yang terjadi.
Buddha mengajarkan bahwa para bijaksana memuji hal yang perlu dipuji dan mencela hal yang patut dicela. Di kesempatan lain, Buddha juga mengatakan tidak memunculkan kebencian walaupun kepada orang yang menggergaji tubuh kita.
Ini adalah Ajaran Buddha yang sama.
Sekalian anda bilang Buddha memuji orang yang menggergaji orang lain saja sekaligus mencintai perbuatan tercela?
menuji hal yang perlu dipuji itu berbeda dengan memuji orang. mencela hal yang patut dicela, itu tidak sama dengan mencela orang. Tidak ada di dalam sutta manapun di mana sang buddha mengajarkan para bikkhu untuk mencela orang lain.Baiklah hal bukan orang.
demikian menurut satu pendapat yang berbeda dengan pendapat lainnya. dan setiap orang tidak termask melanggar hukum apabila memiliki pendapat yang berbeda.
sebaimana telah dikatakan tadi, bahwa memuji hal yang patut dipuji, itu berbeda dengan memuji orang. apakah hal = orang?
betul, kalau ada yang membunuh, jangan mencela orangnya tapi membunuhnya yang dicela.Betul, karena perbuatan adalah satu hal, pelaku adalah hal lain.
jadi saudara2, apabila ada yang membunuh jangan dicela, jangan dihina, jangan marah, jangan benci, kita harus menghormati pembunuhnya.
betul, kalau ada yang membunuh, jangan mencela orangnya tapi membunuhnya yang dicela.
jadi saudara2, apabila ada yang membunuh jangan dicela, jangan dihina, jangan marah, jangan benci, kita harus menghormati pembunuhnya.
Baiklah hal bukan orang.
Berarti menurut anda Buddha juga memuji hal penggergajian orang dan mencintai hal mencela apa yang patut dicela.
Mau sampai kapan anda berkelit?
Perbedaan pendapat memang bukan hal kriminal. Hanya saja tidak mengakui kesalahan dan terus berkelit hanya akan membuat seseorang lebih terperosok.
ya sayangnya buda berpikir lain, ada orang yang menghalangi jalan buda saja kutukannya bisa sampe masuk avici. sungguh kasihan, buda tidak mau menghargai orang itu.
b uddha tidak memuji perbuatan keji tersebut. tidak pula memuji orangnya. dia mencela perbuatan keji, tapi tidak mencela orang yang berbuatnya.Berarti sudah seharusnya anda tidak mengorelasikan hal terpuji/tercela dan cinta kasih, terlepas dari pelakunya, bukan? Hal membahas yang tidak relevan itu yang membuat saya mengatakan anda inkonsisten.
apakah tidak mencela suatu perbuatan = memuji perbuatan itu?
salah kata siapa, menurut siapa?Tentu saja bagi orang yang dengan akal sehat mengetahui apa itu benar dan salah. Untuk orang yang tidak pernah mengakui diri sendiri bisa salah, diri sendiri tidak pernah salah sebab benar-salah relatif, ya tentu jadi absurd.
Masih berkelit juga.
Kalau gitu untuk apa kita hormat ke orang mulia? Siapa tahu di masa lalu juga pernah bejad?
Terlebih lagi, untuk apa kita hormat ke Arahat bahkan ke Buddha? Toh hanya perpaduan unsur-unsur nama dan rupa saja.
demikianlah biografi sang buddha menurut satu versi. tidak demikian menurut versi lainnya. mustahil sang Buddha mengutuk seseorang sehingga orang itu masuk ke dalam neraka avici.menurut anda kenapa seorang bisa masuk avici gara2 menghalangi jalan buda?
menurut anda kenapa seorang bisa masuk avici gara2 menghalangi jalan buda?Karena setiap orang punya benih kebuddhaan.
Mungkin kalau anda ditangkap karena maling ayam juga anda akan membela diri dengan bertanya, "salah menurut siapa?"
menurut anda kenapa seorang bisa masuk avici gara2 menghalangi jalan buda?
di pengadilan, orang dihukum harus berdasarkan undang-undang dan bukti hukum yang jelas. harus jelas, atas pasal apa hakim menjatuhkan vonis begini dan begitu.Nah, untuk sekali ini saya setuju dengan anda.
maling ayam, dimufakati oleh semua sebagai sesuatu yang salah dan melanggar hukum. oleh karena itu, tidak perlu ditanyakan "salah menurut siapa"
tapi dalam persoalan-persoalan dimana "benar" atau "salah" belum dimukati oleh semua orang, atau oleh kdua belah pihak yang berdiskusi, maka dasar dari nilai "benar" dan "salah" itu harus dijelaskan.
Nah, untuk sekali ini saya setuju dengan anda.
Sekarang saya tanya sama anda, kalau kita lagi bicara Ajaran Theravada, apakah kita pakai Kitab Pali sebagai kesepakatan benar bersama, atau pakai pengalaman pribadi?
apakah orang itu mengaku diri seorang arahat atau bukan, seharusnya kita perlakukan secara hormat. kenapa?
Jika dia benar-benar arahat :
1. memperolok-oloknya merupakan karma buruk yang berat
2. menghormatinya berarti kamma baik yang besar
jika dia sebenarnya arahat :
1. memperolok-oloknya merupakan kamma baik
2. menghormatinya berarti kamma baik
Kesimpulanya, orang itu arahat atau bukan, tidak ada kerugiannya bila kita menghormati orang itu. sebaliknya, jika orng itu benar-benar arahat, maka sangatlah rugi bagi orang yang memperolok-oloknya.
Tetapi, ketika seseorang berpikir "tidaklah mungkin dia itu arahat". padahal dia sendiri tlah mengetahui bahwa tidak ada seseorang yang dapat menilai arahat, kecuali orang yang memiliki level di atas arahat itu sendiri. jadi, dengan merasa pasti bahwa seseorang itu bukan arahat, apakah berarti menunjukan bahwa si penilai merasa lebih tinggi dari arahat?
ada yang salah pada postingan : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21689.msg385734#msg385734adakah resep jitu dari KA
seharusnya
jika dia sebenarnya bukan arahat :
1. memperolok-oloknya merupakan kamma buruk
2. menghormatinya berarti kamma baik
Karena setiap orang punya benih kebuddhaan.
hal tersebut benar. "perbuatan membunuh" itulah yang layak untuk dicela. karena itulah perbuatan yang tidk terpuji. dengan mencelanya, orang akan menjauhi perbuatan seperti itu.lucu juga, berarti kalau ada penjahat membunuh, cela lah pembunuhannya, orangnya jangan, jadi kalau mau penjara/hukum, yang dihukum kejahatannya jangan orangnya gitu ya?
sedangkan orngnya, merupakan sesuatu yang tidak layak dicela oleh para bijaksana. ia mengetahui bahwa setiap orang itu terdiri dari unsur dan faktor, ia terdiri dari zat, nama, sifat dan perbuatan. ketika mencela seseorang, berarti ia melibatkan keseluruhan faktor orang tersebut, mencela orang akan berarti mencela hal-hal yang tidak patut dicela.
Selain melakukan keburukan dengan membunuh, di satu sisi yang mungkin orng tidak tahu, dia juga melakukan kebaikan. maka jelas, yang seharusnya dijelas adalah perbuatan membunuhnya itu saja, dan bukan perbuatan lainnya yang dia lakukan.
adakah resep jitu dari KA
utk mengetest apakah seseorang arahat atau tidak
dgn cepat, praktis, sopan dan memiliki hasil (jawaban) yg dpt dipertanggung jawabkan... (akurat) ?
bila bro KA merekomendasikan sesuatu yg jangan dilakukan,
apakah bro KA juga merekomendasikan apa yg dpt dilakukan utk mencapai hasil tsb (tau kalau dia arahat) ?
lucu juga, berarti kalau ada penjahat membunuh, cela lah pembunuhannya, orangnya jangan, jadi kalau mau penjara/hukum, yang dihukum kejahatannya jangan orangnya gitu ya?
yang harus dihukum adala penjahat. adapun orang tidaklah sama dengan penjahat. seandainya seseorang melakukan korupsi, maka ia layak disebut penjahat. Tapi ia juga seorang yang gemar bersedekah, maka ia juga merupakan seorang yang disebut penyantun. Ketika hakim menjatuhkan vonis, maka yang dihukum itu tepatnya orang, penyantun atau penjahat? adalah mustahil hakim tersebut menghukum orang dan penyantun. yang ia hukum adalah penjahat, yakni salah satu dari unsur/fakor yang dimiliki orang.sungguh sangat luar biasa ckckckck, hal sederhana saja bisa diperumit ckckckckck
Salam teman2, namo buddhaya
Back to topic masih bisakah?
Kembali ke pencapaian nibbana, cuma penekanan pada dimanakah Arahat
dari pada berpage2 isinya cuma bantah - bantahan :(
Belum lama saya membaca buku dari perpus DC berjudul A SPIRITUAL BIOGRAPHY : Venerable Ācariya Man Bhūridatta Thera By Ācariya Mahā Boowa Ñāṇasampanno.
Pada Malam berikutnya saat Ācariya Man mencapai vimutti, sejumlah Buddha, didampingi para Arahat pengikut-Nya datang untuk memberikan selamat kepadanya atas vimuttidhamma-nya. Suatu malam, seorang Buddha, bersama sepuluh ribu siswa Arahat, datang berkunjung; malam berikutnya, ia juga dikunjungi oleh Buddha lainnya yang ditemani seratus ribu siswa Arahat. Tiap malam secara bergantian Buddha lainnya datang untuk menunjukkan apresiasinya.
Apa yang masih membuatnya bingung adalah: bagaimana Buddha dan Para Arahat yang telah mencapai anupādisesa-nibbāna tanpa ada yang tersisa, masih muncul dalam bentuk tubuh fisik. Buddha menjelaskan hal ini kepadanya: dst....
Hal ini di ceritakan oleh Acariya Man dan ditulis oleh Ācariya Mahā Boowa , bhikkhu Theravada yang mengembangkan silsilah Dhutanga Kammathana.
Dalam buku ini tidak dibicarakan mengenai kelahiran kembali seorang Arahat, namun sepertinya memberikan informasi baru tentang kondisi setelah parinibbana. Selama ini saya berpikir bahwa setelah Parinibbana makhluk akan "menjadi diluar konsep"
Pertanyaan nya :
Apakah hal ini dijelaskan dalam Tipitaka? Adakah penjelasan dan penceraham dari saudara2 se dhamma yang lebih senior? Atau penulisan dari acariya maha boowa tersebut yang salah masih diliputi noda mengagungkan gurunya ?
Jangan di bantai atau di tanya balik yah, saya memang baru buat id ini, tapi silent reader sudah lama. Cuma tertarik topik dan "pengembangan topik". Saya tahu pada akhirnya memang harus ehipasiko, menjadi arahat untuk mengetahui yang terjadi.
Saya juga tertarik untuk mendengar pendapat rekan2 yg lain tentang hal di atas.pernah di bahas :
Jangan karena jika yang menuliskan hal diatas adalah orang yg tidak di kenal maka langsung di cap 'gila' atau 'sakau', tetapi kalau yang menuliskannya adalah bhikkhu terkenal, tidak ada yg berkomentar.
Kt mungkin terlalu byk membaca ajaran Budhist dgn pikiran kt yg masih diliputi kebodohan.Kt tahu benar Pangeran SIDHARTA membutuhkan BANYAK KELAHIRAN KEMBALI hanya utk mengumpulkan PARAMITA yg dibutuhkan utk MENCAPAI KEBUDHAAN,demikian jg PARA ARAHAT.Bahkan utk jd seorang Dewa pun tdk mudah.Dlm setiap Kehidupan lampau Sang BUDHA,diperlukan Pengorbanan yg SUNGGUH2 utk mencapai PARAMITA.Mengikuti ajaran Budha dan Berlindung pd TRI RATNA adlh BERLATIH utk mencapai KEBEBASAN dr SAMSARA.Mrk yg telah mencapai KEBEBASAN memegang KUNCI KEBEBASANNYA SENDIRI,walau hdp di antara kekotoran dunia saha atau apapun,mrk BEBAS krn telah padam segala kekotoran batin.Mrk bs mengambil bentuk kehidupan apapun DM KEPENTINGAN SEMUA MAKHLUK.Dlm TIPITAKA dikatakan oleh SANG BUDHA,BODHISATVA MAITREYA yg ada di SURGA TUSITA akan turun ke dunia ini utk MENCAPAI KEBUDHAAN.Skrg SAUDARA SEDHARMA,coba katakan APAKAH BODHISATVA MAITREYA MASIH MEMILIKI KEKOTORAN BATIN sehingga hrs lahir di dunia?Apakah BODHISATVA MAITREYA blm PADAM KILESANYA?Apakah BODHISATVA MAITREYA blm MENCAPAI KEARAHATAN?Mengapa HARUS LAHIR KE DUNIA YG PENUH SAMSARA?SAUDARA SEDHARMA,itu DM KEPENTINGAN MAKHLUK HIDUP YG INGIN BEBAS dr ALAM SAMSARA.HANYA SESEORANG YG TEGUH INGIN KELUAR DR ALAM SAMSARA DAN TELAH BERLATIH SAMPAI BEBAS DR ALAM SAMSARA YG MAMPU MENAHAN SEGALA PENDERITAAN DI ALAM SAMSARA.BAGI MRK YG TELAH MENCAPAI KEBEBASAN BATIN,DERITA DAN KEBAHAGIAAN DUNIA HANYALAH ILUSI BELAKA.NAMO BUDDHAYA.:hammer:
:hammer:
maitreya belum jadi arahat om...
coba baca kanon pali...
Bold: Terima kasih atas asumsi pribadinya,
Akan tetapi tidak,
Saya pribadi tidak melihat penegasan bahwa arahat "tidak kembali ke kehidupan baru"
Unless... anda membaca potongan kalimat yang terlewatkan oleh saya.
syair 496
“Setelah menaklukkan bala tentara Kematian,
Tidak kembali ke kehidupan baru, <<<<<<------
Setelah mencabut keinginan hingga ke akarnya,
Godhika telah mencapai Nibbàna akhir.”
Yaps, hal ini benar-benar memberikan penegasan tentang bentuk "*poof* end of story"
Namun maaf, saya menganggap jawaban beliau merupakan jawaban untuk pertanyaan "bunuh diri" setelah nibbana.
Amat sangat menjawab, apabila didasari oleh tanha.
Namun seperti yang kita ketahui bersama,
arahat bukan lagi "seseorang".
Walaupun saya yang penuh debu masih bingung,
Akan tetapi anumodana atas sharing'nya
_/\_
segera setelah itu, angulimala meninggal dunia dengan tenang, dia telah merealisasi "kebebasan akhir" (parinibbana) .
para bhikkhu yang lain bertanya kepada sang buddha dimanakah angulimala akan bertumimbal lahir, sang buddha menjawab, "anak-ku telah merealisasi kebebasan akhir (parinibbana) ".
:hammer:
maitreya belum jadi arahat om...
coba baca kanon pali...
antara manusia! Berbelas kasihlah pada orang banyak, O Yang Dimuliakan!' Dan juga Mara, yang berkekuatan besar, akan berada di sana, dan ia juga akan memberikan penghormatan pada sang pemimpin dunia tersebut, dan memuji Beliau. Dan dikelilingi oleh perkumpulan para dewa, sang Brahma juga akan mengumandangkan Dharma sejati dengan suara surgawinya. Dan seluruh dunia akan dipenuhi dengan para Arhat, yang kekotoran batinnya telah dilenyapkan, yang telah bebas dari kesalahan-kesalahan, yang telah menghancurkan seluruh belenggu yang mengikat mereka pada kelahiran kembali. Dengan gembira, para dewa, manusia, gandharva, yaksha, dan raksasa memuja sang guru, dan juga para naga yang perkasa. Mereka akan menghilangkan keraguan mereka dan arus keinginan mereka akan dilenyapkan; bebas dari semua penderitaan, mereka akan berhasil menyeberangi lautan kelahiran kembali; dan sebagai hasil dari ajaran Maitreya, mereka akan menjalankan kehidupan suci. Tidak akan lagi mereka menganggap segala sesuatu sebagai milik mereka, mereka tidak akan memiliki apa-apa, tidak ada emas atau perak, tidak ada rumah, tidak ada kerabat! Namun mereka akan menjalankan kehidupan suci dalam kesederhanaan di bawah bimbingan Maitreya. Mereka akan merobek jaring nafsu, mereka akan berhasil memasuki ketenangan batin, dan mereka akan merasakan banyak sekali kegembiraan dan kebahagiaan; karena mereka menjalankan kehidupan suci di bawah bimbingan Maitreya.”
“Selama 60.000 tahun Maitreya, yang terbaik di antara manusia, akan mengajarkan Dharma sejati, yang berbelas kasih pada semua makhluk. Dan ketika ia telah mendisiplinkan ratusan juta makhluk dalam Dharma sejati, maka sang pemimpin akhirnya akan memasuki Nirvana. Dan setelah orang bijaksana yang agung tersebut memasuki Nirvana, Dharma sejati-Nya akan bertahan selama sepuluh ribu tahun lagi.”
“Oleh sebab itu, bangkitkanlah keyakinanmu kepada Sakyamuni, Sang Penakluk! Karena dengan demikian kamu akan melihat Maitreya, Buddha yang sempurna, yang terbaik di antara manusia! Batin siapa yang begitu gelap jika tidak diterangkan dengan keyakinan yang benar ketika ia mendengar hal mengagumkan ini, sangat berpotensi akan masa depan yang baik! Oleh karena itu, mereka yang mengharapkan kejayaan spiritual, biarkanlah mereka menghormati Dharma sejati, biarkanlah mereka menjadi sadar akan ajaran para Buddha!”
bertekadnya pada waktu jadi bodhisatva. setelah mencapai arahat / buddha / nibbana, saya rasa tekad itu tdk ada lagi.
maybe...
Ini saya copas dari buku "Memahami Buddhisme Tradisi Mahaya":
===================
Pencerahan Sempurna Lengkap dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu: Arhat, Bodhisattva dan Buddha.
Tingkatan yang pertama adalah “Pencerahan Yang Benar” (Arhat). Dalam dunia kita, ada beberapa orang yang pintar dan bijak, seperti ilmuwan, filsuf, dan pemuka agama. Mereka telah mencapai pemahaman yang lebih dibanding pemahaman yang dimiliki kebanyakan orang pada umumnya. Akan tetapi, meskipun mereka memiliki pemahaman yang lebih, Buddha tidak mengakui pengetahuan mereka sebagai Pencerahan Yang Benar, karena mereka belum sepenuhnya melenyapkan beberapa kesusahan-derita (affliction) mereka. Mereka masih berkecamuk di dalam penilaian yang benar dan yang salah terhadap orang lain, ketamakan, kemarahan, ketidaktahuan dan kesombongan. Mereka masih memiliki pikiran yang kacau, pikiran yang membeda-bedakan sesuatu dan kemelekatan. Dengan kata lain, pikiran mereka belum murni. Tanpa pikiran murni, tidak peduli setinggi apapun pemahaman yang dicapai, belum dapat dikatakan sebagai pencerahan yang benar.
Dalam Buddhisme, standar untuk mencapai pencerahan yang benar adalah pikiran murni yang menjadi cikal bakal munculnya kebijaksanaan sejati. Ini merupakan harapan Buddha bahwa kita semua dapat mencapai pencerahan yang sebenarnya. Inilah yang merupakan level atau gelar dari seorang Arhat sama seperti seseorang berkuliah untuk memperoleh gelar sarjana. Karena itu, Arhat, Boddhisattwa, dan Buddha adalah gelar yang diberikan berdasarkan tingkatan pencerahan yang dicapai di dalam Buddhisme. Seseorang yang mencapai pencerahan yang benar disebut sebagai Arahat. Arahat tidak memiliki ilusi atau pikiran dan pandangan yang salah. Mereka tidak lagi berkecamuk di dalam penilaian terhadap seseorang, mana yang benar dan salah, atau pikiran–pikiran yang tamak, marah, tidak tahu atau sombong.
Satu tingkatan diatas pencerahan benar adalah “Pencerahan yang benar dan setara”. Setara maksudnya setara seperti Sang Buddha, tetapi belum menjadi Buddha. Tingkatan ini lebih tinggi dari seorang Arhat. Pencerahan yang benar dan setara mengharuskan seseorang menghancurkan satu tingkatan ketidaktahuan, untuk memperoleh satu tingkatan dari tubuh Dharma. Pada bagian ini, cara seseorang memandang realitas kehidupan dan alam semesta hampir menyamai cara pandang Buddha. Seseorang yang memperoleh pencerahan yang benar dan setara disebut seorang Boddhisattva.
====================================
Jadi ya tergantung pada "kendaraan" yang dipilih untuk menjelaskan hal ini....
dan "kendaraan" itu pada akhir-nya berbeda atau sama ?
dan "kendaraan" itu pada akhir-nya berbeda atau sama ?
syair 496
“Setelah menaklukkan bala tentara Kematian,
Tidak kembali ke kehidupan baru, <<<<<<------
Setelah mencabut keinginan hingga ke akarnya,
Godhika telah mencapai Nibbàna akhir.”
ada perbedaan konsep seorang bodhisatta (Theravada dengan rujukan pali kanon) dan bodhisatva (Mahayana dengan rujukan Mahayana Sutra) yaitu
* Dalam Pali Kanon (Theravada)
seorang mendapat gelar bodhisatta (pali kanon) itu jika setidaknya sudah memenuhi 8 syarat utama untuk dapat di-ramal-kan pencapaian annutara sammasambuddha, dimana salah satu syarat-nya adalah bahwa pada saat itu (pada saat akan di-ramal-kan oleh seorang sammasambuddha) seseorang itu bisa mencapai tingkat savaka buddha (arahat siswa) dibawah bimbingan sammasambuddha tersebut jika di-inginkan. Jadi pada momen tersebut, seseorang tersebut belum-lah mencapai tingkat kesucian savaka buddha (arahat siswa), walaupun memang sudah memenuhi semua persyaratan tetapi tidak merealisasikan tingkat pencapaian kesucian savaka buddha tersebut.
* Dalam konsep Mahayana
dikenal dasabhumi bodhisatva yaitu sepuluh tingkat bodhisatva, dimana seorang arahat siswa (sravaka buddha) dikategorikan sebagai bodhisatva tingkat ke-7 dalam konsep dasabhumi bodhisatva tersebut. Pada tingkat berapa-kah bodhisatva Maitreya itu, apakah ada sutra yang menjelaskan sudah mencapai tingkat berapakah bodhisatva Maitreya itu pada saat sekarang ? Jika sudah mencapai tingkat ke-7 keatas, maka menurut konsep Mahayana, maka bodhisatva Maitreya sudah mencapai tingkatan sravaka (arahat siswa).
kalau tidak salah, Bodhisattva yg sudah nunggu di Tusita adalah mereka yg sudah sampai tingkat 10
Sementara, saya masih berpikir bahwa 10 tingkat tersebut harusnya bisa dibandingkan dengan kanon pali, karena di Buddhavamsa, Bodhisatta sebelumnya bertemu dengan Buddha lain dan mengatakan tekad melalui pikiran dan ucapan, sebelum punya 8 syarat.
Di Mahayana, seseorang jadi Bodhisattva level 1 itu ketika membangkitkan bodhicitta yg spontan. Di Buddhavamsa, hal ini mungkin digambarkan di awal cerita sewaktu Bodhisatta menyebrangi lautan.
Jadi ketika Bodhisatta bertekad di depan buddha yg hidup dengan perbuatan itu harusnya sudah tingkat 1-6.
Apakah tingkat 10 itu sudah tercerahkan? maksudnya sudah melampaui arahat?
katanya tinggal nunggu realisasi saja...
kayak nathadeva atau setaketu di tusita sebelum turun dan menjadi buddha gotama...
CMIIW
Karna Arahat itu cuma tingkar 7 atau 8, sendangkan bodhisattva di tusita sudah tingkat 10, berarti sudah di atas arahat kan?.... kalo sudah diatas arahat kenapa Bodhisattva Gotama masih hrs menjalani pertapaan keras, sebelum menemukan kembali jalan tengah?
ada yg bilang iya, ada yg bilang gak.
Yang bilang melampaui mengatakan arahat selevel dengan bodhisattva lv7
yg bilang tidak, pake pandangan konservatif yg bilang bodhisattva lv10 belum mencapai nibbana, sementara arahat sudah, jadinya arahat lebih suci
benernya, mari kita buktikan sendiri.
Karna Arahat itu cuma tingkar 7 atau 8, sendangkan bodhisattva di tusita sudah tingkat 10, berarti sudah di atas arahat kan?.... kalo sudah diatas arahat kenapa Bodhisattva Gotama masih hrs menjalani pertapaan keras, sebelum menemukan kembali jalan tengah?
soal pertapaan keras, itu gak ada hubungan dengan pencerahan.ada kok...
Buddha yg lain tidak mengalami hal tsb, karena hal itu spesifik hanya terjadi pada Pertapa Gautama, sebagai akibat karma menghina Buddha Kassapa
ada kok...
hanya saja memang petapa gotama mengalami masa penyiksaan diri jauh lebih lama dibandingkan buddha-buddha lainnya dimasa lampau karena akibat kamma buruknya thdp buddha kassapa..
buddha-buddha lain menjalani praktik penyiksaan diri paling lama 10 bulan, paling cepat kalo g salah 7 hari... CMIIW
hmm baru pertama dengar tentang yg ini
mungkin bisa dicari rujukannya? Karena yg saya ingat, 7 hari itu jhana-vipassana, bukan penyiksaan diri
Lagian penyiksaan diri 7 hari rasanya bukan penyiksaan diri namanya, karena terlalu cepat.
dalam RAPB, seluruh 24 Buddha lainnya juga melakukan praktik pertapaan keras (dukkaracariya) yg waktunya bervariasi spt yg disebutkan oleh Bro will_i_am di atas.ya, adanya di buku 1 RAPB, dalam bab 'riwayat 24 buddha'
lucu-lucu.
membaca banyak berspekulasi tentang hal yang tidak di ketahuinya
luar biasa skeptism membutakan pikiran
;D
lucu-lucu.anda tahu??
membaca banyak berspekulasi tentang hal yang tidak di ketahuinya
luar biasa skeptism membutakan pikiran
;D
ada perbedaan konsep seorang bodhisatta (Theravada dengan rujukan pali kanon) dan bodhisatva (Mahayana dengan rujukan Mahayana Sutra) yaitudalam konsep mahayana/tantrayana
* Dalam Pali Kanon (Theravada)
seorang mendapat gelar bodhisatta (pali kanon) itu jika setidaknya sudah memenuhi 8 syarat utama untuk dapat di-ramal-kan pencapaian annutara sammasambuddha, dimana salah satu syarat-nya adalah bahwa pada saat itu (pada saat akan di-ramal-kan oleh seorang sammasambuddha) seseorang itu bisa mencapai tingkat savaka buddha (arahat siswa) dibawah bimbingan sammasambuddha tersebut jika di-inginkan. Jadi pada momen tersebut, seseorang tersebut belum-lah mencapai tingkat kesucian savaka buddha (arahat siswa), walaupun memang sudah memenuhi semua persyaratan tetapi tidak merealisasikan tingkat pencapaian kesucian savaka buddha tersebut.
* Dalam konsep Mahayana
dikenal dasabhumi bodhisatva yaitu sepuluh tingkat bodhisatva, dimana seorang arahat siswa (sravaka buddha) dikategorikan sebagai bodhisatva tingkat ke-7 dalam konsep dasabhumi bodhisatva tersebut. Pada tingkat berapa-kah bodhisatva Maitreya itu, apakah ada sutra yang menjelaskan sudah mencapai tingkat berapakah bodhisatva Maitreya itu pada saat sekarang ? Jika sudah mencapai tingkat ke-7 keatas, maka menurut konsep Mahayana, maka bodhisatva Maitreya sudah mencapai tingkatan sravaka (arahat siswa).
dan "kendaraan" itu pada akhir-nya berbeda atau sama ?
berbeda donk ! :)
misalnya,
bagaimana pulak 'bodhisatva' yang terlahir jadi binatang, apakah juga mempunyai tingkat pencerahan. :whistle:
kalau tidak salah, Bodhisattva yg sudah nunggu di Tusita adalah mereka yg sudah sampai tingkat 10
Sementara, saya masih berpikir bahwa 10 tingkat tersebut harusnya bisa dibandingkan dengan kanon pali, karena di Buddhavamsa, Bodhisatta sebelumnya bertemu dengan Buddha lain dan mengatakan tekad melalui pikiran dan ucapan, sebelum punya 8 syarat.
Di Mahayana, seseorang jadi Bodhisattva level 1 itu ketika membangkitkan bodhicitta yg spontan. Di Buddhavamsa, hal ini mungkin digambarkan di awal cerita sewaktu Bodhisatta menyebrangi lautan.
Jadi ketika Bodhisatta bertekad di depan buddha yg hidup dengan perbuatan itu harusnya sudah tingkat 1-6.
Kalo para arahat di alam ke 32 itu hidup abadi ato bagaimana ?
pertanyaan balik
kalau saya mengatakan sesuatu apakah anda bisa
membuktikan kata-kata saya salah atau benar?
tergantung persepsi anda, dan inikan tidak penting
bagi perkembangan praktek dhamma
Ya saya hanya ingin tau saja. ;Dsaya tidak dapat berkomentar tentang hal yang tidak dapat saya ketahui secara pasti
Dalam filosofi tantra yaitu mengolah racun menjadi obat (pembunuhan, sex, dll), apakah dapat membawa seseorang merealisasikan Dhamma ?
sungguh aneh saya lihat...Membahas sesuai aliran tertentu = berteori; membahas sesuai aliran tertentu lainnya = berpraktik.
kalau membahas mengenai theravada, anda selalu menanyakan "kalian sudah praktik belum?? kalau belum jangan banyak berteori"
tapi dalam membahas mengenai mahayana atau tantra, pada kenyataannya juga anda berteori...
apakah ada pengkotak-kotakan disini??
apakah seorang maha arahat masih bisa membeda-bedakan??
Membahas sesuai aliran tertentu = berteori; membahas sesuai aliran tertentu lainnya = berpraktik.wah ini paham baru yah?? ;D ;D
wah thread ini masih berlanjut yach diskusinya?
wah thread ini masih berlanjut yach diskusinya?sepertinya tidak
sepertinya tidak=)) =)) =))
coba baca postinganya dengan seksama
disini "katanya" ada "orang MELEK" menceritakan "dia punya mata"
lalu menceritakan apa yang dilihatnya
ketika ditanya dengan kekuatan abinanya dia mengatakan "sudah praktek blum"
so
apa yang mau didiskusikan dengan mahluk jenis ini
sepertinya tidak
coba baca postinganya dengan seksama
disini banyak "orang BUTA" menceritakan "seandainya dia punya mata"
lalu menghayal menceritakan apa yang dilihatnya
padahal dia "buta" ada yang sadar diri buta...tetap mau cerita bukanya bertanya
ada yang ngak mau tahu bahwa dirinya buta
so
apa yang mau didiskusikan dengan mahluk jenis ini
sepertinya tidak
coba baca postinganya dengan seksama
disini "katanya" ada "orang MELEK" menceritakan "dia punya mata"
lalu menceritakan apa yang dilihatnya
ketika ditanya dengan kekuatan abinanya dia mengatakan "sudah praktek blum"
so
apa yang mau didiskusikan dengan mahluk jenis ini
hmm, bisa di pelajari materi debat yang antara pendeta dengan bhikku srilangka (panadure debat), pokoknya ada materi disana kan seperti hubungan seksual dengan saudara sendiri, tuhan yang menyukai darah dll bisa di pelajari untuk pelindung bila terlalu memojokan diri kalian.
dhammacitta.org/forum/index.php?topic=7062.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=7062.0)
Terjemahan Debat Panadura bisa dilihat di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20727.0;message=366526
dan
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20727.0;message=366649
_/\_
kan dah di kasih link nya tinggal buka cari disana buset dah?kalau minta sesuatu itu di perhatikan yah! wa bukan dewa dan mahluk brahma yang sangat sakti dan seperti doraemon semua permintaan mu bisa di kabulkan dengan kantong ajaib nya.=)) =)) =))
dalam konsep mahayana/tantrayana
Bodisattva Mahasattva Maitreya sudah menjapai Mahasattva 9
dimana jika terlahir sebagai manusi buddha dia mancapai level Mahasattva 10
saat pencerahan tercapai
karena seorang manusi buddha melakukan amat sangat banyak kebajikan
dalam satu rentang kehidupanya, setelah dia parinibbana dia mencapai
Mahasattva 10
sebagai ilustrasi saja, susah untuk mencari padanan di sutta pitaka
sama, mengapa?
para praktisi Mayana/Tantrayana
harus melalui, sotapana, sakadagami, anagami dan arahat
lalu pencapaian antara sarvaka buddha ke jalan bodhisattva
ini yang terjadi pada Buddha Gotama saat terlahir sebagai bodhisatta
menemui dan bertekad pada 3 manusi Buddha sebelum bertemu
Tathagata Dipankara, baru di ramalkan pencapaian kebuddhaan dimasa
akan datang
dalam hal bertemu 3 buddha sebelum Buddha Dipankara ada yang dapat
dijadikan referensi
pertama;
saat itu kamma baik belum cukup untuk mendapatkan ramalan pencapaian
(bayangkan dalam rentang waktu kelahiran 3 Sammasambuddha)
kedua,
ini yang disebut bodhisattva "nol"
atau pencapaian antara sarvaka dan jalan bodhisattva
bukankah Buddha Gotama, sementara menjalankan jalan bodhisatta
dia terlahir sebagai binatang?
apakah kesadaran saat itu "hanya" kesadaran binatang saja?
bagaimana prilaku beliau di saat terlahir sebagai binatang tetap
mempunyai sifat-sifat welas asih
bisakah anda mendalami prilaku Bodhisatta Gotama saat terlahir
menjadi binatang?
ada di sutra (mahayana) apa bro ?Tantra,
Bagaimana dengan pernyataan yang ada di Sadharmapundarika Sutra tentang Buddha Gautama sudah mencapai ke-buddha-aan berkalpa-kalpa dahulu
yang ditanyakan bro adi lim adalah tumimbal lahir bodhisatta ketika menjadi binatang = tingkat kesucian apa yang dicapai ?
kebuddhaan level sarvakha, pernyataan sutra itu benar
kebuddhaan level pacekkha (persamaan) pernyataan sutra itu benar.
dalam satu kesadaran terlahir sebagai binatang
level kesadaran/kesucianya sebagai "putthujjana"
kapan itu buddha gautama pernah mencapai level sravaka ? pada masa samyaksambuddha siapa ? ada referensi-nya ?
kalau kelahirannya bukan sebagai binatang... tetapi sebagai dewa, apa pula level-nya... terus terlahir sebagai manusia, apa pula levelnya ?sebagai deva, para bodhisattva ada 2 kategori
kalau anda jeli buddh Gotama mengambil jalan mahayana
atau jalan ke bodhisattaan
maka seharusnya memandang kearahatan beliau juga mengunakan
acuan tradisi mahayana
kalau mengunakan tradisi Theravada maka buddha Gotama tidak akan
pernah sampai dimana di tercerahkan
intinya setiap Sama sambuddha harus melewati jenjang level spiritual
terendah sampai yang tertinggi (Sammasambuddha)
sotapana (magga dan palla)
sakadagami (magga dan palla)
anagami (magga dan palla)
arahata (magga dan palla)
bodhisattva ( dari level 1 sampai level 32)
mahasattva 1 sampai 9
setelah itu terlahir sebagai manusia untuk mencapai Sammasambuddha
Mahasattva 10
referensinya tidak ada di sutta atau sutra ini masuk esoterik
kalau anda jeli buddh Gotama mengambil jalan mahayana
atau jalan ke bodhisattaan
maka seharusnya memandang kearahatan beliau juga mengunakan
acuan tradisi mahayana
kalau mengunakan tradisi Theravada maka buddha Gotama tidak akan
pernah sampai dimana di tercerahkan
intinya setiap Sama sambuddha harus melewati jenjang level spiritual
terendah sampai yang tertinggi (Sammasambuddha)
sotapana (magga dan palla)
sakadagami (magga dan palla)
anagami (magga dan palla)
arahata (magga dan palla)
bodhisattva ( dari level 1 sampai level 32)
mahasattva 1 sampai 9
setelah itu terlahir sebagai manusia untuk mencapai Sammasambuddha
Mahasattva 10
referensinya tidak ada di sutta atau sutra ini masuk esoterik
kalau anda jeli buddh Gotama mengambil jalan mahayana
atau jalan ke bodhisattaan
maka seharusnya memandang kearahatan beliau juga mengunakan
acuan tradisi mahayana
kalau mengunakan tradisi Theravada maka buddha Gotama tidak akan
pernah sampai dimana di tercerahkan
intinya setiap Sama sambuddha harus melewati jenjang level spiritual
terendah sampai yang tertinggi (Sammasambuddha)
sotapana (magga dan palla)
sakadagami (magga dan palla)
anagami (magga dan palla)
arahata (magga dan palla)
bodhisattva ( dari level 1 sampai level 32)
mahasattva 1 sampai 9
setelah itu terlahir sebagai manusia untuk mencapai Sammasambuddha
Mahasattva 10
referensinya tidak ada di sutta atau sutra ini masuk esoterik
esoterik, itu di-mengerti sebagai apa yang di-nyatakan oleh member Choa... karena tidak ada rujukannya...
sepengetahuan anda... bakal calon buddha Gotama itu mencapai sotappana kapan dimana ? mencapai sakadagami kapan dimana ? mencapai anagamai kapan di mana ?
di mahayana, tingkatan bodhisatva hanya ada 10... termaktub di dalam dasabhumi bodhisatva... sedangkan menurut Choa, ada 32 tingkatan... ada referensi-nya atau ini juga masuk ke ajaran esoterik ?
betul ini masuk ajaran esoterikhmmm....
untuk mengapresiasi pertanyaan anda sedikit saya buka mengapa saya
menulis bodhisattva ada 32 level
rujukanya berkaitan dengan 32 tanda agung seorang Mahasattva
setiap para Bodhisattva naik level dia akan menerima tanda agung di tubuhnya
dari "nol" (tidak ada)
dan mulai mengumpulkan tanda itu sesuai paramita yang di jalankanya
jika sudah lengkap 32 tanda yang dikumpulkan bodhisatta ini akibat pelaksanaan
pemenuhan paramitanya, maka dia bergelar "mahasattva"
walau termasuk esoterik, semoga anda mengerti hitungan dan penglevelanya
bagi yang tidak ada mata dharma tanda ini tidak akan terlihat samapi
para mahluk aria ini menjadi "manusi buddha"
At cerita atas,
Masa lampau ce itu buddhist level aria, buddhist level aria itu maksudnya sotapanna ke atas?
terlihat satu sifat bisa membawa beberapa ciri pada ciri fisik bodhisatta...
baiklah, karena tidak ada respon, maka saya anggap anda menyetujuinya...terlihat satu sifat bisa membawa beberapa ciri pada ciri fisik bodhisatta...
lalu, apakah bodhisatta hanya memiliki satu sikap ini pada satu saat (kan katanya pemenuhan tingkatannya bertahap)??
jadi di kehidupan lainnya bodhisatta tidak mempunyai sikap ini??
"Sang Tathāgata menjadi pembicara bagi orang-orang tentang kesejahteraan mereka, tentang Dhamma, menjelaskan ini kepada orang-orang dan menjadi penyokong kesejahteraan dan kebahagiaan bagi para makhluk, seorang pembabar Dhamma"
aneh..
maaf, maksudnya tathagata..
pertanyaannya adalah, apakah 32 tahapan bodhisatta itu (kalau menurut anda) dipenuhi satu persatu??ya tanda itu di perjuangkan satu persatu, tetapi tidak berurutan,
sedangkan ada satu sifat yang membawa dua atau tiga ciri sekaligus..
dan lagi, apakah pemenuhannya hanya satu pada satu saat??
misalnya di kehidupan ini bodhisatta sedang menjalani pemenuhan tahapan ciri fisik suara yang merdu, apakah hanya prilaku yang menunjang pada berbuahnya ciri tersebut saja yang dilakukan? sedangkan perbuatan baik lainnya tidak dilakukan??
At cerita atas,
Masa lampau ce itu buddhist level aria, buddhist level aria itu maksudnya sotapanna ke atas?
iya betul
. _/\_
Mengapa di mahayana 6 paramita dan di sutta pali 10 paramita ? Adakah bedanya ?kalau tidak memungkinkan berarti dhamma sudah tidak dapat di praktekan lagi
Apakah masih mungkin mencapai sotapanna sakadagami di zaman sekarang ? ;D
bila kehidupan lampau nya adalah sotapanna,
kalau secara teori, ciri2 nya sotapanna termasuk
sudah memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap tiratana
tapi di kehidupan ini, ce itu terlahir sebagai umat kristiani yang fanatik?