Dalam novel Tirai detektif Poirot karangan Agatha Christie, penjahatnya seorang ahli batin manusia, yg melihat bibit konflik dari citta-citta pada 2 manusia, dan memanfaatkan kata-kata pada saat dan situasi kondisi tepat untuk menimbulkan citta tertentu yg mendorong orang berbuat jahat.
Kehendak berbuat baik pun tak lepas dari keterkondisian (pendidikan agama, pengetahuan budi pekerti, sifat yg muncul dr teladan orang tua/guru, pengalaman, ingatan, hasrat, dll).
Kesimpulannya adalah bahwa sebagaimana citta lainnya, kehendak atau niat (jahat maupun baik), timbul oleh, dari, dan karena interaksi kondisi-kondisi yg tak terhitung banyaknya... Jadi yang disebut kehendak bebas sebenarnya tidak bebas. Kalau sudah begini, maka diri sebenarnya adalah rantai gerak dan kondisi yang sambung menyambung. Saya ini hanyalah produk mekanis...
Apakah batin arahat masih punya cetana/citta, dan apakah citta itu masih terpengaruh kondisi ?
Cmiiw, mohon petunjuk...