Salam kenal utk bro Riky,
Sprtnya kita bnyk berdebat ya... Namun, sy senang berdebat, perbedaan pendapat memang hrs dihargai....
Salam kenal juga buat June,
Owh...Saya rasa kita tidak sedang berdebat...Kita sedang berdiskusi dan saling berbagi..Jika kita debat maka pasti saya akan mengakhirinya...Karena bagi saya debat hampir saja dengan bull shit...Yang menang dibenci yang kalah menderita(kalah gengsi)
NB:Kecuali untuk yang benar2 bisa menerima "kekalahan" dlm suatu argumen(Manusia seperti ini pun jarang saya temui dalam dunia maya maupun dunia fana)
Well, mngkn sy ralat sedikit. Dulu wkt Aya Santini ingin menjadi seorg Bhikkhuni, tdk ada 1 pun Bhikkhuni senior yg ada. Namun, dgn niat dan tekadnya yg kuat utk menjlnkan khdpn ke-Bhikkhuni-an maka dia tetap menjadi seorg Bhikkhuni walau tidak diakui oleh STI. Kemudian, ditabhiskan lagi 2 org Bhikkhuni walau bukan oleh Bhikkhu STI.
Saya heran walaupun Aya berusaha sekuat mungkin tetapi yang dilakukannya sudah melanggar vinaya maka saya rasa dia tidak akan pernah bisa mencapai tingkat kesucian arahat....
Sadar atau tidak sadar "vinaya" penting bagi Bhikkhu maupun Bhikkhuni...
Jika dia tidak paham tentang vinaya dan tidak mempraktekan vinaya,saya ragu dia pantas disebut seorang "Bhikkhuni"...
"Namun, dgn niat dan tekadnya yg kuat utk menjlnkan khdpn ke-Bhikkhuni-an maka dia tetap menjadi seorg Bhikkhuni walau tidak diakui oleh STI"Maksud pernyataan anda apa?"Niat" dan "Tekad" yang kuat menjlnkan ke-Bhikkhuni-an maka dia tetap menjadi Bhikkhuni walau tidak diakui...Bagaimana bisa menjadi seorang Bhikkhuni jika tidak diakui?Bagaimana bisa menjadi seorang presiden dalam suatu negara jika tidak diakui?
Jika dia mengklaim dirinya Bhikkhuni saya rasa itu sungguh aneh dan tidak pantas...Lebih jauh dari pada itu tujuan umat Buddha adalah
Nibbana,bukan sebuah "label" tentang terbentuknya sebuah organisasi seperti Sangha Bhikkhuni...Dan lebih dari pada itu juga tugas Bhikkhuni bukan "jual obat" tetapi menjalani "Kehidupan suci" dan "mencapai" "Nibbana"..
Sbnrnya para Bhikkhuni pun tdk ngotot ingin diakui oleh STI, buktinya saja mereka uda membentuk PERBHIKTIN tanpa perlu persetujuan STI. Lalu sbnrnya yg ngotot tuh kan umat... Para Bhikkhuni fine2 aja kok sampe skrng. Pro dan kontra tuh kan mnclnya dr kita umat sndr.....
Ini tambah membingungkan saya lagi(Maaf saya tidak mengerti tentang organisasi2 Buddhis maupun perkembangannya)Jadi bisakah anda jelaskan apa itu PERBHIKTIN?Apakah Persatuan Bhikkhuni Theravada Indonesia?Jika memang benar,saya tambah aneh karena tanpa persetujuan STI bisa muncul sebuah organisasi lagi...Apakah ini tidak menyebabkan pertentangan yang lebih mendalam diantara kedua belah pihak?Pertentangan ini hampir dikatakan sungguh menyedihkan dan mengecewakan...Pada akhirnya siapapun yang menang akan dibenci dan yang kalah hanya akan menderita...Hormatilah setiap keputusan yang sudah ada....Jalanilah hidup dengan penuh makna,jika memang "ingin" menjadi Bhikkhuni tidak perlu sangat ngotot dan memaksa,justru disini malah menjatuhkan diri sendiri kedalam "keakuan"..
Sekali lagi saya katakan tujuan umat Buddha adalah
Nibbana tidak ada embel2 yang lain..Kemudian anda mengatakan pro dan kontra muncul dari umat awam...Tahukah anda penyebab segalanya adalah siapa?Siapakah pemicu sehingga timbul pro dan kontra yang berkepanjangan ini?Tidak mungkin muncul sebuah pro dan kontra jika tidak ada pemicunya...
Dan pemicunya adalah karena "keinginan" sekelompok "perempuan" yang mempunyai "niat" yang baik untuk menjalani kehidupan suci tetapi dengan langkah yang "salah"...
Mngkn kl bro pernah bc buku "Perempuan-Perempuan Pejuang", disana dikupas tuntas ttg perjuangan para Bhikkhuni dari umat biasa hingga menjd seorg Bhikkhuni, dimana mereka diperlakukan secara tdk adil....
Saya diatas sudah mengatakan tidak mengerti tentang organisasi Buddhis maupun perkembangannya karena saya hanya umat awam yang baru mengikuti forum2 Buddhis seperti ini..Jadi saya tidak pernah membaca buku yang saudara katakan..Kemudian anda harus hati2 menaruh sebuah kata yang dapat menimbulkan "ketegangan"...Anda mengatakan
"dimana mereka diperlakukan secara tdk adil." Bisakah anda menjelaskan maksud
adil dan
tidak adil tersebut?
Kalau saya pribadi mengatakan "kebahagian" "penderitaan" "senang" "sedih" yang dialami oleh setiap makhluk hidup didalam samsara ini sangat
ADIL SEKALIDan menurut saya hidup ini sangat ADIL ,yang membuat "Tidak Adil" adalah "ego" dan "keakuan" dari setiap manusia itu sendiri..Keinginan yang tidak terpenuhi adalah dukkha bukan?
Jika ada hal yang
TIDAK ADIL maka HUKUM KAMMA sudah boleh dipertanyakan oleh semua umat Buddha....Berati secara tidak langsung HUKUM KAMMA tidak berjalan jika ada suatu "Ketidakadilan".
Nah, sy jg setuju kl sangha Bhikkhuni trsbt tdk dpt dibentuk lg. Namun, jika ada yg ingin berusaha mengapa hrs ditutupi kesempatan trsbt. Memank benar bknny tdk mau dibentuk, namun tdk sesuai dgn vinaya. Then, ada blng sang Buddha prnh bersabda bahwa vinaya blh diubah dan disesuaikan dengan keadaan (Be Efficient). Dan krn be efficient inilah, lalu muncul berbagai aliran didalam agama Buddha. So, buat apa kita terus memperdebatkan mslh ini. Toh, mau kita berdebat ataupun tdk... PERBHIKTIN tetap berjalan dan terbentuk. cpd....
Anda setuju tapi jauh didalam lubuk hati anda,anda terus mempertanyakan hal tersebut...Menaruh kata "ketidakadilan" dalam kasus ini...Bisakah anda memberikan saya referensi dari Sabda Sang Buddha tersebut?Saya menjadi tertarik dengan vinaya yang anda katakan...Karena yang saya tahu boleh disesuaikan dengan keadaan adalah ketika melanggar vinaya tersebut kita tidak membuat kerugian yang besar terhadap makhluk lain...
Cthnya:Ketika ada seorang Bhikkhu disuatu jalan,ada seorang wanita yang berlari dikejar2 oleh segerombolan pria dengan membawa senjata tajam...Kemudian wanita tersebut bersembunyi dibelakang sebuah pohon besar.Kemudian datanglah segerombolan pria tersebut dan melihat Bhikkhu tersebut,pria tersebut menanyakan,"Apakah anda melihat seorang wanita yang berlari ke arah sini?"...Kemudian Bhikkhu tersebut menjawab,"Tidak.Saya tidak melihatnya"...
Kemudian gerombolan pria itu pun pergi dan berlalu..Dan sang Bhikkhu berjalan seperti biasanya kembali ke vihara...
Apakah hal yang dilakukan Bhikkhu tersebut salah?Karena melanggar sila ke 4 yakni Musavada...
Saya rasa "Salah" tetaplah "Salah" ,"Jagung" tetaplah "Jagung" tidak akan berubah...
Tetapi frekuensinya berbeda...
Jika Bhikkhu tidak berbohong,siapapun tidak akan mengetahui nasib wanita tersebut...Jika Bhikkhu berbohong wanita tersebut terlepas dari cengkraman...
Disini saya tidak mengatakan Bhikkhu tersebut tidak
BERSALAH setelah melanggar vinaya...Vinaya yang dilanggar tetap salah...Tetapi yang berbeda disini sekali lagi adalah
Frekuensi kesalahan Bhikkhu tersebut...Itu yang dikatakan "sesuai dengan keadaan"...
Vinaya sangat Flexibel,Vinaya bukanlah sebuah kata2 yang diikuti dengan "fanatik" dan menjadi "keharusan" maupun "Acuan" dan "Standar" bagi para penempuh kehdpan suci...Vinaya dalam prakteknya tidaklah mutlak seperti "teori"nya ,semuanya harus dilihat dari berbagai faktor...Bukan karena sila bilang A,kita harus tetap A sampai mati...Itu namanya Fanatik/kepercayaan yang membabi buta...Yang Sang Buddha ajarkan adalah Saddha bukan Fanatisme...
1hal lagi setahu saya tidak ada yang menutup kesempatan untuk Sangha Bhikkhuni.Sudah saya katakan tidak sesuai dengan Vinaya...Jika baru terbentuk saja sudah melanggar,selanjutnya?Anda jawab sendiri....
Salam,
Riky