Bagaimana dengan pernyataan yg telah diberikan penjelasan lalu tetap mengatakan Tibetan buddhism or mahayana bukanlah agama Buddha yang sesuai ajaran Buddha Atau ada yg mengatakan Theravada sesat.....Anda harus melihat apa pemicu add hominem tadi. Saya tidak tau teori add hoominem yg njelimet . Yg diperlukan sekarang ini aturan agar suasana kondusif antar aliran. Jangan melihat pernyataan sepotong2 tapi lihatlah apa penyebab add hominem. Keyakinan agama seseorang bagi kebanyakan orang adalah bagian dari dirinya kecuali ia seorang Arahat/Buddha. Be realistis man. Kasus Candramukti memang melakukan abusive add hominem dan abusive add hominemnya adalah pemicu bukan akibat dan menyebar dimana-mana. Saya tidak akan berlarut-larut masalah add hominem. itu jelas tidak boleh. Tapi ada aturan keetisan dalam nilai ajaran Sang Buddha untuk tidak mencerca agama atau aliran lain. Saya tidak akan membahas point hominem, bagi saya sudah jelas. Tapi jika dijadikan satu2nya pasal saya keberatan. Karena DC akan jadi ajang flame war, kecuali disediakan board khusus flame war. Maka ide Anda bisa tertampung disana dengan segala implikasinya.
Memangnya menurut Anda, kesepakatan argumentum ad hominem secara internasional ini tidak mempertimbangkan apa penyebab maupun pemicu munculnya argumen abusive ad hominem?
Argumentum ad hominem hanya berbicara dalam muatan argumen. Argumen ini tidak membahas dalam koridor etis atau tidak etis. Etis atau tidak etis adalah perihal kesepakatan yang berbeda antar satu wilayah dengan wilayah lain. Yang perlu diperhatikan adalah kandungan argumen itu, apakah masuk dalam kategori abusive atau tidak.
Jika ada yang menyatakan Thervada aliran Buddhis palsu, Mahayana dan Tantrayana sesat; kita perlu melihat bagaimana komentar yang dilontarkan.
Contoh abusive ad hominem => "Theravada
palsu. Mahayana dan Tantrayana
aliran sesat."
Contoh circumstantial ad hominem => "Theravada
palsu. Mahayana dan Tantrayana
aliran sesat.
Apakah menurut Anda seperti itu?"
Di luar abusive ad hominem, saya pikir tidak bertentangan dengan etika Buddhisme kok. Sang Buddha sendiri sering melontarkan komentar yang termasuk dalam kategori argumentum circumstantial ad hominem dan argumentum tu quoque ad hominem.
Kalau Anda keberatan, silakan saja. Saya sangat menghargai kebebasan berpendapat setiap orang.