Kalo internet tidak terjadi perang tarif sebenarnya ada beberapa hal:
1. Dari sisi infrastruktur yang masih dominan kabel. Sebenarnya terutama didaerah jakarta boleh dibilang hampir semua bisa tersedia kabel telepon dimana kabel ini hanya dimiliki oleh telkom. Dengan demikian susah terjadi persaingan sebab tidak ada kompetisi dlm hal infrastruktur ini. Sebenarnya masalah infrastruktur ini bisa diatasi dengan Wi-Max (wireless) sehingga cepat deployment dan juga jangkau masalahnya disini masih terbentur regulasi yang masih tidak memperbolehkan deploy wi-max. kalo semua operator boleh bangun infrastructure pake Wi-max tentu harga internet akan bersaing.
2. Upstream connection (koneksi ke Tier-1 provider) yang diluar masih dimiliki oleh TLKM dan ISAT (mencapai 90% bandwidth indonesia) sedangkan ISP lainnya cuma kecil2 bandwidhtnya. Jadi dari sisi komponen harga bandwidth tier-1 connection itu tidak terjadi persaingan. FYI..First media juga menggunakan ISAT untuk koneksi keluarnya.
3. Sebenarnya dengan HSDPA ini sudah bisa mencakup jangkauan yang luas. Dan semestinya HSDPA ini bisa terjadi kompetisi untuk harga internet. Kalo semua orang memakai HSDPA untuk voice dan data tentu jumlah subsriber untuk data akan sgt tinggi dan harga bisa murah. Jadi semua voice dan data menggunakan media yang sama yaitu berbasis IP..sebagai contoh seperti Skypee. Jd semua handphone support skypee sehingga untuk internet maupun voice menggunakan protokol yang sama. Saat ini kenapa HSDPA tidak terjadi perang tarif karena porsi revenue terbesar masih ada di voice, dan juga ARPU di voice sudah sgt rendah sehingga untuk mempertahankan revenue yang ada operator perlu genjot di sisi value added service seperti HSDPA untuk internet.