Memikirkan apa makna hidup ini membuat J.K. Rowling sangat menyukai kata-kata Sang Buddha mengenai kebenaran akan penderitaan.
Dalam sebuah wawancara dengan The Times (3 Juni 2000), J.K. Rowling mengatakan,
“Semua orang menginginkan kehidupan yang mudah. Tak diragukan lagi hal ini memang benar. Tapi, kalian tahu tentang Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Buddha: yang pertama adalah ‘Hidup ini adalah penderitaan (Dukkha Ariyasacca)’. Aku sangat menyukai kata-kata itu. Aku suka sekali kata-kata Buddha tersebut. Karena kupikir itu BENAR. Kehidupan memang tidaklah mudah. Namun karena penderitaan itulah yang akan membantu kita dalam mendapatkan kebahagiaan. Mengetahui tentang kebenaran tersebut membantu kita semua dalam menenangkan kekacauan hidup. Lalu ajaib sekali, engkau akan menemukan jalanmu kembali.”J.K. Rowling ingin menyampaikan pada kita bahwa kita harus mau dan siap menderita untuk berkembang. Karena J.K. Rowling sendiri telah mengalami berbagai macam penderitaan dalam hidupnya, namun karena penderitaan itulah, maka buku Harry Potter yang sekarang ini ada!
(Atas: Sumber : Majalah Sinar Dharma Vol.6 No.1 Edisi Maghapuja, Maret-Mei 2008)http://www.becsby.orgYang lebih menarik, buku terakhir Harry Potter yaitu Deathly Hallows tampaknya juga mengungapkan beberapa ajaran Buddhis seperti hakekat Keshunyataan dan Tiga Akar Kejahatan. Dalam bab King’s Cross, Dumbledore mengatakan pada Harry, “Pikirkan balik. Ingat apa yang dilakukannya (Voldemort), dalam ketidaktahuannya (moha), dalam ketamakan (lobha) dan kekejamannya (dosa).”
Konsep Ke-Tuhanan Buddhis juga dapat dilihat pada kata kunci ruang rekreasi Ravenclaw, “Mana yang lebih dulu, phoenix atau nyala apinya?” Dan jawabannya adalah, “Lingkaran tidak mempunyai awal”.
Sedangkan kekosongan (Shunya) dari segala fenomena diungkapkan dengan pertanyaan, “Ke mana perginya barang-barang yang hilang?” Dan jawaban yang diberikan Professor McGonagall adalah “Ke dalam ketiadaan (shunya), yang berarti, segalanya.”
Pikiran adalah pelopor dan sumber segala fenomena, begitulah ajaran Sang Buddha dan dalam bab King’s Cross juga, Dumbledore berkata kepada Harry, “Tentu saja ini terjadi dalam kepalamu, Harry, tapi kenapa pula itu harus berarti tidak nyata?”
The Siddha Wanderer