Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Theravada

TUVATAKA-SUTTA

(1/4) > >>

hudoyo:
Ini adalah salah satu sutta favorit saya. Di sini Sang Buddha tidak mengajarkan teknik-teknik meditasi yang canggih-canggih seperti dalam Mahasatipatthana-sutta. Yang diajarkan di sini justru adalah meditasi yang sangat sederhana, yakni mengamati (sadar/eling) akan gerak-gerik si aku. Itu saja.

Meditasi yang diajarkan Sang Buddha di sini sejalan dengan yang diajarkan dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta. Ajaran seperti inilah yang melandasi MMD.

Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta, Tuvataka-sutta dsb adalah sutta-sutta pendek. Menurut penelitian linguistik, sutta-sutta pendek--seperti yang tercantum dalam Udana, Itivuttaka, Suttanipata dsb--termasuk lapisan yang sangat tua dari Tipitaka Pali. Artinya, sutta-sutta pendek itu lebih dekat ke zaman Sang Buddha dibandingkan sutta-sutta yang lebih panjang, seperti sutta-sutta dari Digha Nikaya dan Majjhima Nikaya.

Yang menarik pula dari sutta ini adalah judulnya, "Tuva.taka-sutta". 'Tuva.ta.m' berarti "segera", maksudnya: "segera padam".

Salam,
hudoyo

*****
TUVA.TAKA SUTTA.MSutta-nipata, 4.14

--- Quote ---1. Pucchaami ta.m aadiccabandhu.m
Viceka.m santipada~nca mahesi.m,
Katha.m disvaa nibbaani bhikkhu
Anupaadiyaano lokasmi.m ki~nci.
--- End quote ---

1.
“Aku bertanya kepada Sang Arif, Sanak Matahari,
yang telah padam, damai:
Bagaimanakah seorang
bhikkhu padam (nibbaani),
tidak melekat pada apa pun di dunia?” 


--- Quote ---2. Mula.m papa~nca sankhaaya
(iti bhagavaa)
Mattaa asmiti sabbamuparundhe,
Yaa kaaci ta.nhaa ajjhatta.m
Taasa.m vinayaa sadaa sato sakkhe.
--- End quote ---

2.
(Jawab Sang Bhagava:)
“Ia harus menghentikan semua akar kerumitan:
‘Akulah si pemikir’;
Ia harus terus berlatih, selalu sadar,
Meredam keinginan di dalam dirinya


--- Quote ---3. Ya.m ki~nci dhammamabhija~n~naa,
Ajjhatta.m athavaapi bahiddhaa,
Na tena maana.m kubbetha
Na hi saa nibbuti sata.m vuttaa.
--- End quote ---

3.
Kebenaran apa pun yang diketahuinya
Di dalam atau di luar,
Jangan terperangkap dengan itu,
Itu bukan nibbana, kata para Luhur.


--- Quote ---4. Seyyo na tena ma~n~neyya
Niveyyo atha vaapi sarikkho,
Phu.t.tho anekaruupehi
Naatumaana.m vikappaya.m ti.t.the.
--- End quote ---

4.
Demi hal itu janganlah berpikir
Aku lebih tinggi, lebih rendah, atau sama
Tersentuh kontak dalam berbagai cara
Jangan terus menciptakan diri.


--- Quote ---5. Ajjhattameva upasame
Na a~n~nato bhikkhu santimeseyya,
Ajjhatta.m upasannassa
Natthi attaa kuto nirattaa vaa.
--- End quote ---

5.
Hening di-dalam, seorang bhikkhu
Jangan mencari kedamaian dari apa pun yang lain
Bagi orang yang hening di-dalam,
Tiada diri yang dipegang,
Dari mana pula lawan-diri?


--- Quote ---6. Majjhe yathaa samuddassa hoti,
Uumi no jaayati .thito hoti,
Eva.m .thito anejassa
Ussada.m bhikkhu na kareyya kuhi~nci.
--- End quote ---

6.
Bagaikan di tengah samudra hening,
Tiada alunan gelombang,
Begitu pula bhikkhu, tak tergoyahkan, hening
Tidak membesarkan diri di mana saja.”


--- Quote ---7. Akittayi viva~nacakkhu
Sakkhidhamma.m parissayavinaya.m.
Pa.tipada.m vadehi bhaddante
Paatimokkha.m athavaapi samaadhi.m.
--- End quote ---

7.
“Ia yang matanya terbuka
Menguraikan Dhamma yang dilihatnya
Meredakan bahaya.
Uraikanlah, Bhante, Jalan itu:
Disiplin tinggi atau samadhi.”

8.
“Janganlah memandang dengan keserakahan,
Tutuplah telinga dari obrolan kota,
Jangan mendambakan citarasa lezat,
Jangan memandang apa pun di dunia sebagai ‘milikku’.

9.
Bila tersentuh kontak ia tidak meratap,
Tidak mendambakan keberadaan apa pun di mana pun,
Tanpa sedikit pun gemetar ketakutan.

10.
Memperoleh makanan, minuman,
kudapan dan pakaian,
Ia tidak menyimpan.
Tidak pula kecewa bila tidak memperolehnya.

11.
Terserap dalam keheningan,
Tidak keluyuran,
Tidak gelisah,
Tidak lalai,
Duduk dan berbaring dalam kesunyian.

12.
Tidak terlalu banyak tidur,
Rajin dan senang jaga,
Menanggalkan kemalasan,
Pengelabuan, tertawa-tawa,
olah raga, sanggama, dan menghias diri.

13.
Tidak membuat jimat,
Menafsir tanda-tanda tubuh,
Mimpi, rasi bintang, bunyi binatang,
Tidak memberi obat-obatan
Atau membuat keguguran.

14.
Bila dicela tidak gemetar,
Bila dipuji tidak menyombong,
Mengesampingkan sikap mementingkan-diri,
keserakahan, ucapan memecah-belah, amarah;

15.
Tidak berjual beli
Atau menghina siapa pun di mana pun,
Tidak diam di kota,
Atau menyanjung untuk memperoleh keuntungan.

16.
Bhikkhu itu tidak membual
atau bicara dengan maksud tersembunyi,
Tidak berlatih menghujat
Atau melontarkan kata-kata bermusuhan.

17.
Tidak berdusta,
menipu dengan sengaja,
Tidak merendahkan orang lain
dalam hal kehidupan, moral, pengetahuan & perilakunya.

18.
Menerima banyak cercaan
dari petapa dan orang biasa,
Ia tidak menjawab dengan kasar,
Mereka yang membalas belumlah tenang.

19.
Mengetahui Ajaran ini
Bhikkhu itu berlatih terus, dengan penuh perhatian.
Memahami peredaan adalah kepadaman,
Ia rajin menjalankan Ajaran Sang Gotama.

20.
Yang tak tercapai akan tercapai,
Ajaran inilah saksinya,
Aku melihat keadaan sehat itu.
Oleh karena itu, berlatihlah di dalam Ajaran Sang Bhagava,
Dengan tekun dan penuh penghormatan.”


nyanadhana:
 _/\_ Terkadang aku lupa akan diriku sendiri,terjebak dalan fananya dunia, aku terus dan terus berputar tiada henti, Mara menangkapku dan melihat kelemahanku, saat itu aku merasa jauh dari Dhamma,menyentuh juga tidak bahkan melihat serasa aku memalingkan mukaku dari Dhamma. Dalam kebingunganku selama ini, Sutta inilah yang membuat aku mengerti akan segala tindak tandukku yang membuatku merasa hebat namun tidaklah hebat sesungguhnya. sesungguhnya yang hebat itu adalah Dhamma dan Vinaya yang membuat batasan aku kembali sadar siapakah 'aku' ini?

Terima kasih Pak Hudoyo telah memposting Sutta ini sehingga aku diingatkan kembali pada esensi Dhamma.  _/\_

K.K.:
Pak Hudoyo,

Kalo menurut saya, di sutta mana juga ga ada meditasi 'canggih'2 sih, hanya memang penjelasannya saja yang panjang. Dalam Tuvataka Sutta ini diajarkan untuk sadar dalam cakupan general, Bahiya & Malunkyaputta Sutta diberikan 'objeknya' berupa 6 landasan kesadaran. Kalo di Satipatthana, menggunakan 4 'objek' berdasarkan khanda. Tapi semuanya, intinya juga 'menyadari apa adanya', ga ada teknik2 'khusus'. Jadi menurut saya, baik Satipatthana, Tuvataka, Bahiya sebetulnya sama saja, yang dengan begitu juga sebetulnya MMD juga sejalan dengan Satipatthana sutta. Hanya pendekatannya 'kan memang setiap orang berbeda.  ;D

hudoyo:
Kita lihat saja praktiknya:

Dalam meditasi vipassana yang mengacu pada Mahasatipatthana-sutta--versi Mahasi Sayadaw, versi Goenka--ditekankan konsentrasi dan viriya.
Dalam MMD tidak ditekankan konsentrasi dan viriya.

Perbedaan ini saja sudah cukup mendasar, sehingga membingungkan pada awalnya bagi peserta retret yang beralih dari vipassana versi tradisional (Mahasi, Goenka) ke versi MMD.

Tentang 'teknik-teknik khusus', dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw ada dua teknik yang khas: (1) mencatat (noting, labeling) segala sesuatu yang teramati; (2) memperlambat semua gerakan tubuh selambat mungkin.
Dalam vipassana versi Goenka, ada teknik yang sangat khas: mengamati rasa di kulit (vedana) secara terprogram (teratur mulai dari kepala sampai ke kaki, lalu naik ke atas, lalu turun lagi ... dst).

Dalam MMD, tidak ada teknik khusus apa pun. Ini pun membuat bingung peserta retret MMD yang pindah dari versi Mahasi atau versi Goenka, ketika ia harus melepaskan semua teknik vipassana yang pernah dipelajarinya tanpa ada teknik penggantinya dalam MMD.

Salam,
hudoyo

Johsun:
Om Mani Padme HUm

sutra yang bagus..

kenapa ya sang Buddha selalu menyebut Bhikku "melatih", sepertinya sutra satiphatana sutta juga menyebut bhikku yang melatih diri, memperhatikan nafas, dsb, apakah sutra2 itu hanya khusus untuk para bhikku,
kenapa ya sang Buddha tidak menyebut umat biasa yang "melatih" tetapi hanya sebut Bhikku? apakah satipathanaa atau tuvataka sutta ini hanya untuk para Bhikku?? apakah umat awam tidak bisa mempraktekkan sutra ini?

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version