Setahu saya, dalam vihara mahayana yg pernah dikunjungi, fasilitasnya memang terkesan luxury, serba mengkilap dan mahal harganya. Umat biasanya berdana dgn sistem titip, jadi serahkan dananya, nanti pemimpin agama disana membacakan, mengantarkan doanya shg sampai pd yg menerima.
Shg tdk heran, lampion , pagoda, rupang kecil kecil semua ada label nama nya.
Doa yg dititipkan pun berkisar pada umur panjang, mata pencarian, keselamatan dijalan ataupun pasangan hidup yg sesuai u anak anak.
Hampir semua yg diajarkan mesti berkisar pada urusan sradha keyakinan, bhakti penghormatan dgn persembahan , membaca sutra berulang kali hingga hafal dominan disana.
Perlindungan Buddha, dhamma sangha tenggelam oleh sutra bhakti anak kpd orang tuanya.
jika memang suka mahayana, sebelum membaca sutra dan pelimpahan jasa, berdanalah dahulu kpd sangha atau vihara.jgn kpd yayasan.biar viharanya yg menaruh uang ke yayasan.artinya beda jauh sekali.
dan usahakan diterima oleh kepala vihara, bukan pandita atau bendaharanya, dalam hal ini bhiksu ybs.
mengapa demikian
Karena keyakinan dibangun atas sutra yg bacakan.jika disana tertulis sangha atau vihara atau kpd bhiksu, ya jalankan sesuai dgn apa yg diucapkan. Jgn sampai doa yg dititipkan atau dibaca sendiri tidak sampai ditujuan krn salah tulis alamat.
Berbeda dgn ajaran theravada, doa paritta tdk dititipkan.umat dan pemimpin kebaktian sama sama boleh baca.umatpun bisa pelimpahan jasa dan membaca paritta dirumah.dasarnya sama yaitu dana.namun bhakti diserahkan kpd Buddha dhamma sangha, sbg pelita dalam menjalankan kehidupan.
Bgmn dgn orang tua. Juga sama.ajaran bhakti ada tapi tdk dominan spt segala galanya di mahayana.kenapa demikian.krn di ajaran thera diajarkan Budhha adalah penunjuk jalan.jika siswa diam saja atau jalan ditempat, ia tdk akan kemana mana.
Apa itu jalan ditempat.ngurusi orang tua terus dan lupa membina diri sendiri.