Katanya sih tingkat kesucian bisa dicapai siapa saja, yah mungkin hanya yang terendah (sotapana).
Tidak juga, mereka yang melakukan minimal salah satu dari 5 karma buruk terberat otomatis tidak bisa, mereka yang melakukan perbuatan buruk terhadap ariya juga tidak bisa (tapi kalau sudah minta maaf bisa), ada juga yang dilahirkan kondisi yang tidak memungkinkan : dilahirkan sebagai binatang, peta, dengan pandangan salah (micchaditthika), seseorang yang mengaku-aku sebagai Bhikkhu/Bhikkhuni tanpa prosedur yang benar, seorang Bhikkhu/Bhikkhuni yang berlindung pada non-Buddhist tanpa melepas jubah terlebih dahulu, seseorang yang telah memperkosa seorang Bhikkhuni, seorang Bhikkhu/Bhikkhuni yang melanggar salah satu dari 13 peraturan Sanghadisesa dan belum dibersihkan dari pelanggarannya, seorang berumur kurang dari 7 tahun, 3 jenis dari 5 jenis pandaka, (yaitu orang yang dikebiri, orang yang lahir tanpa alat kelamin, pandaka pada bulan purnama, kalau gay/lesbian dan tukang intip kelihatannya masih bisa) dan hemaprodit. Mereka yang di atas tidak bisa mencapai Jhana, apalagi mencapai Sottapana.
Jangan salah paham, Buddha tidak mendiskriminasi siapapun, cuma dari sudut pandang Abbhidhamma, kalau orang yang terlahir dengan kecacatan (misalnya buta, dll) ada kemungkinan membawa karma buruk. Mengapa terlahir sebagai hemaprodit dibilang buruk? Di dunia yang patriarkinya besar ini tentu saja dianggap buruk. Kalau terlahir di dunia yang hemaprodit semua sih engga ya... Kenapa orang yang dikebiri tidak bisa, bukankah dia terlahir normal? Pada saat lahir memang normal, tapi ada buah karma yang menghancurkan kenormalannya itu. Tadinya bisa sampai jhana, terus karma buruknya berbuah, jadi tidak bisa mencapai minimal jhana.
Boddhisattva juga tidak bisa menjadi minimal Sottapana karena aspirasi mereka, bukan karena kurang kebijaksanaan. Sebenarnya salah satu syarat menjadi Boddhisattva adalah mampu menjadi Arahat pada saat beraspirasi, cuma karena aspirasinya itu maka kemampuan menjadi Arahat dipatahkan.
Kalau dari Abbhidhamma, hanya orang yang dilahirkan dengan 3 akar kebajikan (ketidakserakahan, ketidakbencian, dan kebijaksanaan) yang bisa mencapai minmal pencapaian jhana, dan mungkin sottapana.