Kalau ngasih makan ke orang-orang yang membutuhkan saja seharusnya memang harus digalak-kan, apalagi kepada orang yang hidup selibat (bhikkhu/bhikkhuni yang telah meninggalkan kehidupan perumah tangga).
Kalau sampai ada diskriminasi terhadap bhikkhu/bhikkhuni, wah... wah... ** Speechless deh
Isi surat kami, ada yg lebih jelas menunjukkan penolakan, sentimen kepada bhikkhu Non SSS.
Memang larangan itu akhirnya dinyatakan : bukan demikian maksud nya.
tapi, secara akal sehat: apakah hal sepele demikian terlalu ribet untuk dimengerti shg bisa membuat pendengar salah tangkap?
Akhirnya saat ke VVV lagi, Bhante TTT mengklarifikasi bahwa beliau tidak bermaksud melarang 2 Bhikkhu tersebut MAKAN di VVV. Detilnya entah bagaimana, bukannya minta maaf, tapi justru mengancam kami agar bungkam, (kurang lebih) “Jangan membahas soal ini lagi, cu-kup sam-pa-i di-si-ni, ja-ngan di-ba-has la-gi ti-tik sam-pai di-si-ni sa-ja, ya”, dengan suara ditekan, perlan-lahan dan terputus-putus sambil mendelikkan matanya kepada kami. Ibu Putu, Ibu Meg* (Cu* ing), Indr* dan beberapa gelintir Umat hadir di moment ini, di ruang tamu kuti VVV. Kami SELALU DIAM, TIDAK BERANI BERKUTIK, hanya bisa mengangguk sebagai rasa hormat kami. (bisa dikonfirmasi pada Bhante2 di BBBB, pernahkah kami berbantahan, berdebat tentang APAPUN dengan beliau-beliau yang kami sangat muliakan.) Dan ternyata itu sikap diam kami yang keliru! Sehingga di surat ini meledak SEBAGIAN kami keluarkan. Mohon dimaafkan dan dimaklumi. Demi kebahagiaan orang banyak.
Itu isi surat kami (maaf, yg nomor ini tidak semua saya copas). Tapi benernya begini (saya pribadi hadir menjadi saksi dalam dua kejadian ini):
Ketika mendapat penjelasan itu, saya hanya merasa aneh. Kok sampai sebegitunya meralat. Apa.... yg aneh, ya? Bingung, tapi cuma bisa diam saja.
Tapi kebingungan saya terjawab ketika belakang hari, di Kuti, Bhante SSS (yg lebih senior) menjelaskan(kurang lebih),"Saya sudah menegur Bhante TTT, karena tidak ada larangan makan demikian itu".
Karena istilah yg dipakai adalah "menegur", saat itu saya baru ngeh dan mengerti bahwa penjelasan Bhante TTT saat itu adalah ANCAMAN agar kami bungkam dan tutup mulut tentang masalah ini.
***
Tulisan yg saya copas, mungkin kesannya berjiwa pembrontak, suka ngeyel, suka berdebat. Maka saya copas dan garis bawahi, agar Sangha bisa melakukan cek dan recek kepada Bhante di pulau BBBB, mengkonfirmasi sikap kami selama ini terhadap para Bhante:
Kami SELALU DIAM, TIDAK BERANI BERKUTIK, hanya bisa mengangguk sebagai rasa hormat kami. (bisa dikonfirmasi pada Bhante2 di BBBB, pernahkah kami berbantahan, berdebat tentang APAPUN dengan beliau-beliau yang kami sangat muliakan.) Dan ternyata itu sikap diam kami yang keliru! Sehingga di surat ini meledak SEBAGIAN kami keluarkan. Mohon dimaafkan dan dimaklumi. Demi kebahagiaan orang banyak.