//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?  (Read 41763 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
transparansi Please....
« Reply #75 on: 01 December 2011, 11:41:10 AM »
Quote
Orang luar yayasan TIDAK PUNYA HAK MENGATUR urusan intern yayasan orang lain.  jelas, kan bro?

jadi siapa yg dianggkat menjadi apapun, ITU BUKAN URUSAN ORANG LUAR. 

Urusan orang luar, bila mau dan percaya pada yayasan tsb. silahkan sokong, donasi.
Bila tak percaya, yah jangan disokong. Gitu, bro semoga jelas.

Yayasan yg baik terutama yayasan agama... siapa dan mengapa yg mendudukin yayasan tsb selayaknya jelas, transparansi dan dapat dipertanggung jawabkan, dipertanyakan...

Kalau mengatakan itu bukan urusan orang luar ? nah apakah umat2 tsb juga orang luar ? apakah calon2 yg ingin mengunjungin wihara tsb juga orang luar ?

soal yayasan bukan mau dipercaya atau tidak dipercaya,....
tapi transparansi, keterbukaan, kejelasanlah, track records yg membuat org bisa percaya.

Contoh :
Ketua Pembina  Yayasan : Bos Besar,
Pengawas : Isteri muda ke 3 dari Ketua Pembina

Nah sebenarnya siapa yg mengawasin siapa pula ?
Udah tentu struktur spt inilah memjadi perhatian orang2....


Dapakah disini dicerikan kepentingan2 masing2 ?
1. Sangha (ketua dan lainnya)
2. Bos Penyokong Utama (yg memiliki tanah)
2b Peyumbang lainnya selain tanah
3. Pengurus Lama
4. Pengurus Baru
5. Umat2
6. Relawan lain2nya

siapa saja yg duduk di yayasan baru ?
« Last Edit: 01 December 2011, 11:42:45 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #76 on: 01 December 2011, 01:07:29 PM »
siapakah yg memprakarsai dan mengeksekusi berdirinya yayasan baru yg "merampas" secara siluman kepemilikan sah yayasan lama ini, bro? apakah ini bisa digolongkan sebagai praktik pencurian?

mengingat ini akan menjadi teladan buruk bagi agama buddha di indonesia, seperti saran om indra, apakah masih mungkin serah terimanya dibatalkan saja ketimbang diiklaskan untuk "digarong" yayasan baru? apakah ada resiko vihara ini akan diboikot oleh bhikkhu2 dari sangha Sxx? ataukah karena tidak kepingin ribut dan gontok2an dengan saudara sedhamma dan bhante?
Kami tidak dilibatkan dan tak ada respon apapun. kami hanya dapat info dari Sdr. K (dulu ia jg anggota B Pendiri, lalu mengundurkan diri, krn ia pro Donatur tanah, dan sekarang bergabung dg Donatur tsb.) bhw sudah berdiri yys baru, dan para bhikkhu yg menjadi B. Pembina-nya. Pastinya, kami tidak tahu, main catut nama Bhante sudah sering. Jadi tidak tahu pastinya.

Saya tidak tahu hukum, tapi saya baca2 UU tentang Yayasan, AD ART Yayasan kami, ada klausul bila yys kami bubar: Kemana asset yys mesti dihibahkan, yaitu ditentukan oleh Keputusan Rapat Badan Pembina. Ini dari sudut pandang Hukum.

Kalau ada yg semau gue mengambil alih, dg alasan: Itu sumbangan saya sendiri,,maka secara hukum ini butuh ahli hukum yg menjawab. Saya bukan bidangnya. :)

Tapi selain sudut pandang Hukum, masih ada sudut pandang etika masyarakat, etika berorganisasi spiritual dan terutama sudut pandang Dhamma (Wakil Sang Buddha), sebagai ACUAN HUKUM TERTINGGI UMAT BUDDHA:

Kami sejak awal, sudah sepakat tidak akan menempuh jalur hukum (pasti merugikan semua pihak, terutama buang duit), maka kami putuskan untuk CUKUP menempuh JALUR MORAL dan Sudut pandang Dhamma. Kalaupun nanti terlepas, kami siap iklaskan saja.

Soal boikot, tidak jelas dan tegas. Yang ada alasan penyerahan ke Sangha adalah Untuk menjamin kesinambungan pembinaan dari Sangha SSS. Kalau tidak diserahkan, tentu Sangha akan lebih mengutamakan Vihara "sendiri". Kurang lebih demikian.

Repotnya, kalau ada umat meneladani, minta jabatan ketua Dayaka, untuk menjamin pengabdiannya. kalau ngga dikasih, ia ngga mau jadi pengurus atau beralasan tidak menjamin punya waktu nanti. Refooot.... Pengabdian kok minta jabatan. Ini yg tidak habis pikir buat kami. sangat amat di luar dugaan kami.


Kami sudah sampaikan:
Kami sepakat menyerahkan Yayasan kami ke SSS, kami sudah sampaikan secara lisan kepada Bhante S, di Vihara BS. Bagaimana prosedur penyerahannya, kami menunggu pengaturan dan arahan SSS. Bagaimana susunan pengurus dan segala sesuatunya nanti, adalah wewenang SSS SEPENUHNYA.
Kami konsisten dan menunggu.

 _/\_


4.   Vihara VV saat ini terdiri dari:
A.   Tanah sumbangan dari Bpk. Ibu PS (GSK dan SM)
B.   BANGUNAN fisik sumbangan PARA DONATUR. Bukan SUMBANGAN PRIBADI dari Bpk/Ibu PS, SM!!!
C.   Non materi [waktu, pemikiran, tenaga serta banyak air mata. Yang tidak kalah pentingnya dibanding materi (uang, tanah, material). Bila ada yang berpendapat, sumbangan tanah yang paling penting, maka pendapat itu masih patut dibahas dulu. Yang Umat lebih butuhkan adalah vihara yang nyaman, saling menghargai, bukan yang megah, besar, mewah tapi mesti siap menerima keAROGANSIAN.]

Semua itu Hasil gotong royong dan sumbangan banyak orang, bukan milik pribadi siapapun. Semua komponen itu didanakan kepada dan dikelola oleh YYY, TANPA IKATAN, sesuai AD/ART YYY. Artinya semua asset VVV yang sudah didanakan adalah milik YYY dan SUDAH bukan milik para donaturnya lagi. Bila sekarang Bapak Ibu SM bersikap dan bertindak seolah-olah semua itu adalah hak nya untuk menentukan arah YYY, VVV, SIAPA PERAMPAS VIHARA VV sesungguhnya, pihak kami atau dia? Jelas dan gamblang sekali, buat yang tidak punya konflik kepentingan.

Saat kami masih bersatu tanpa kecurigaan apapun, semua surat2 sertifikat tanah dengan adanya hibah wasiat dari Sdr, PS/GSK dan Bpk. PA dan sertifikat asli, kalau mau sudah bisa dibaliknamakan menjadi atas nama YYY, tapi ketika kami ke Badan Pertahanan Nasional, “Kalau di atas namakan satu yayasan, maka Hak Milik akan turun status menjadi Hak Guna Bangunan”, karena itu kami tunda. Semua (4 set) Sertifikat dan (2 set) Hibah Wasiat awalnya di pegang, disimpan oleh Sdr. Putra G. Setelah beberapa waktu, dengan alasan tidak punya lemari besi, takut hilang, maka atas inisiatifnya sendiri dan persetujuan teman-teman, Sdr. Putra G menyerahkan kepada Bpk. Han, selaku ketua YYY.

Setelah beberapa waktu beliau simpan, (waktu beliau masih sehat walafiat, kami masih akur) Bpk. Han juga beralasan tidak punya lemari besi merasa berat dan beresiko menyimpan surat2 berharga YYY. Mendengar ini, Sdr. GSK/PS langsung buru-buru menyatakan penolakan dan menawarkan agar teman lain saja yang menyimpan, alasannya agar terhindar dari tudingan negative [memang akhirnya ada yang menuding, sampai Ibu SM mengaku 3 hari 3 malam tak bisa tidur…]. Dengan alasan tidak punya lemari besi, Bpk. Han, Sdr. Ind dan Sdr. Si juga menolak. Karena Bpk. Han mengetahui Bpk. PS/GSK punya [sensor] di rumahnya yang baru di Jl.  [at]  [at]  [at] , maka akhirnya kami sepakat dan mempercayakan kepada Sdr. PS saja yang menyimpan. Pembicaraan ini setelah puja bhakti di VVV. Pengurus YYY masih akur, adem ayem tanpa gejolak sampai moment tersebut.

Secara organisatoris, etika moral, hukum formal dan Ajaran Sang Buddha (yang kami pahami)--sertifikat--Tanah tersebut sudah bukan milik pribadinya lagi, tapi sudah menjadi milik YYY, demikian juga seluruh dana dari para Donatur YYY. Beliau hanya PENJAGA, PENYIMPAN salah satu asset YYY, bukan PEMILIKnya lagi.

Semua asset YYY juga BUKAN MILIK PRIBADI KAMI, tidak boleh kami wariskan pada anak cucu kami pribadi. Waktu Bapak Han wafat, Notaris pembuat akta yayasan kami, mengusulkan agar anak Bpk. Han ditunjuk sebagai pengganti. Kami tersenyum geli dan menjelaskan, bahwa hal demikian tidak boleh kami lakukan. YYY bukan milik pribadi kami, sehingga tidak etis, tidak boleh kami wariskan berdasarkan keturunan.

Secara etika dan hukum formal, tindakan Sdr. PS yang mengoperkan (Baca: menggelapkan) salah satu asset YYY (4 bidang tanah) yang dipercayakan padanya—untuk DIJAGA dan DISIMPAN--tanpa persetujuan Badan Pendiri YYY jelas dan gamblang itu TERCELA dipandang dari sudut manapun. Nyata-nyata itu bertentangan dengan etika moral masyarakat, etika berorganisasi spiritual, hukum formal serta Dhamma-Vinaya. Kami belum bisa memahami, SSS yang selama ini kami anggap sebagai SARANA, BENTENG TERAKHIR KEADILAN, ACUAN SIKAP MANA YANG SELARAS DAN YANG TIDAK DENGAN DHAMMA-VINAYA, justru bersedia membuat kesepakatan dan mendukung kehendaknya. “Tolerance become a crime when applied to evil”, Thomas Mann. Dengan FAKTA demikian, sangat sulit bagi kami untuk menyetujui saran SSS. Bila kami setujui saran SSS ini, sama dengan menjerumuskan SSS sendiri.


Keterangan:
YYY : Nama yayasan
VVV : Nama Vihara




Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: transparansi Please....
« Reply #77 on: 01 December 2011, 01:32:53 PM »
Yayasan yg baik terutama yayasan agama... siapa dan mengapa yg mendudukin yayasan tsb selayaknya jelas, transparansi dan dapat dipertanggung jawabkan, dipertanyakan...

Kalau mengatakan itu bukan urusan orang luar ? nah apakah umat2 tsb juga orang luar ? apakah calon2 yg ingin mengunjungin wihara tsb juga orang luar ?

soal yayasan bukan mau dipercaya atau tidak dipercaya,....
tapi transparansi, keterbukaan, kejelasanlah, track records yg membuat org bisa percaya.

Contoh :
Ketua Pembina  Yayasan : Bos Besar,
Pengawas : Isteri muda ke 3 dari Ketua Pembina

Nah sebenarnya siapa yg mengawasin siapa pula ?
Udah tentu struktur spt inilah memjadi perhatian orang2....


Dapakah disini dicerikan kepentingan2 masing2 ?
1. Sangha (ketua dan lainnya)
2. Bos Penyokong Utama (yg memiliki tanah)
2b Peyumbang lainnya selain tanah
3. Pengurus Lama
4. Pengurus Baru
5. Umat2
6. Relawan lain2nya

siapa saja yg duduk di yayasan baru ?
Bro Johan cukup jeli.   _/\_

Yang saya tulis adalah Yayasan secara umum saja.

Kalau lebih detiil dan khusus siapa duduk sebagai apa, saya pikir, tergantung kebijakan masing2 yayasan-nya, bro.
Bisa yg terbuka, fair (umat bisa tanya dan baca pembukuan) bisa juga tertutup. Jadi sulit saya menjawab.

Soal yys yg baru, saya, kami tidak dilibatkan. Jadi memang tidak tahu.

 _/\_

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #78 on: 01 December 2011, 02:43:07 PM »
siapakah yg memprakarsai dan mengeksekusi berdirinya yayasan baru yg "merampas" secara siluman kepemilikan sah yayasan lama ini, bro? apakah ini bisa digolongkan sebagai praktik pencurian?

mengingat ini akan menjadi teladan buruk bagi agama buddha di indonesia, seperti saran om indra, apakah masih mungkin serah terimanya dibatalkan saja ketimbang diiklaskan untuk "digarong" yayasan baru? apakah ada resiko vihara ini akan diboikot oleh bhikkhu2 dari sangha Sxx? ataukah karena tidak kepingin ribut dan gontok2an dengan saudara sedhamma dan bhante?
Awalnya adem ayem.

Gejolak baru terpicu (Desember 2007 ?) setelah Bhante TTT memberi opsi yang salah satunya agar 50% Badan Pendiri diberikan kepada anggota SSS yang ada di BXXX, di forum rapat Pengurus Dayaka Sabha. Dari saran ini pro kontra di tubuh Badan Pembina dimulai.

Selanjutnya Bhante AAA maju dengan meminta bantuan KBXX Provinsi XXXX, menyarankan agar YYY diserahkan pada SSS. Seorang Bhante, Guru spiritual, Guru Etika Moral sampai meminta bantuan forum KBXX ini sudah bukan sekedar meminta lagi, apalagi sekedar Saran. Tapi sudah terkesan sebagai DESAKAN, TEKANAN MEMINTA TERANG-TERANGAN.

Dan,
Bhante ZZZ, konon (kami pakai istilah “konon”, karena hanya ini yang tidak kami, Badan Pendiri saksikan, alami secara langsung, hanya mendengar dari teman lain. Jadi mohon Bhante ZZZ memaafkan dan mengkoreksi bila ini keliru) berkata pada Umat Vihara VV,”Vihara tempatnya bhikkhu, jadi sebaiknya diserahkan kepada bhikkhu atau SSS”. Info ini pendapat pribadi atau aturan sangha, tidak jelas. tapi ini MENJADI BIBIT PERPECAHAN pada organisasi kami. pro kontra.

Krn kami belum siap menyerahkan, tiba2 datang Saran dr Sangha SSS.

***
Dalam pengabdian sbg umat awam selama ini, kami2 hampir tidak ada yg meminta jabatan. Malah cendrung saling tolak. Sungkan.
awalnya tahun 1993, Panitia Pembangunan Vihara di Kota, sudah kami bentuk. Anggota ada yg berhenti ada yg baru. Selama itu, kami rukun, bersatu.
Karena itu, atas "saran2" tersebut membuat kami sangat amat sulit sekali memahaminya.

kami sudah pernah jelaskan kepada pengurus dayaka sabha, yang ada hanyalah pembagian tugas. Semua teman mempunyai hak dan wewenang yg sama. Ketua Dayaka dan anggota seksi punya hak yg sama. Yang akan dijalankan oleh organisasi bukanlah berdasarkan jabatan si pengusul, tapi usulan yg paling tepat dan sesuai Dhamma, dalam rapat. jadi sangat tidak perlu dan tidak berguna mencari jabatan apapun. Dan sebelumnya memang kami adem ayem, tidak ada rebutan atau pro kontra soal jabatan.


 _/\_


« Last Edit: 01 December 2011, 03:07:18 PM by inJulia »

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #79 on: 02 December 2011, 01:28:25 PM »
Sepertinya kurang enak memposting kutipan surat kami di sini.
Adakah alternative cara yg lebih etis?

Ataukah kita pasrah dan terima saja....
Tidak perlu kami, kita pikirkan jalan keluarnya?

Mohon masukan teman2.

_/\_

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #80 on: 02 December 2011, 04:49:53 PM »
Sepertinya kurang enak memposting kutipan surat kami di sini.
Adakah alternative cara yg lebih etis?

Ataukah kita pasrah dan terima saja....
Tidak perlu kami, kita pikirkan jalan keluarnya?

Mohon masukan teman2.

_/\_

Kalau isi surat atau kasus dibuka blak-blak-an, seperti-nya DC sudah siap menerima "PRAHARA" yang bakal terjadi...
bukan begitu ? begitu bukan ?

** minta izin dulu sama TUHAN
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #81 on: 03 December 2011, 01:51:37 AM »
Kalau isi surat atau kasus dibuka blak-blak-an, seperti-nya DC sudah siap menerima "PRAHARA" yang bakal terjadi...
bukan begitu ? begitu bukan ?

** minta izin dulu sama TUHAN

Menurut saya, yang saya lakukan sudah kebablasan.
 ^:)^  ^:)^  ^:)^

Tapi yang namanya mempertahankan dan meminta wewenang, bagaimanapun sudah sangat tidak etis sama sekali dalam lingkup spiritual.

Terima kasih sudah mengingatkan, bro. Soal "prahara",
Saya sudah sampaikan ke pak Mod beberapa hari yang lalu, bila trit saya kebablasan, tidak cocok dg aturan di DC, saya mohon di delete saja.
Lama tidak ikutan di forum, saya kurang tahu perkembangan. Mohon dimaklumi. ^:)^

Thanks bro.


10.   Yang patut diselidiki, paradigma yang dipakai masing-masing pihak.

Semua pendiri yayasan tentu berusaha mempertahankan, melestarikan diri, ini bukan masalah melekat atau tidak, mau mengangkangi atau tidak. Ini sesuatu yang sewajarnya. Yayasan didirikan punya maksud dan tujuan, yang tentu kami/Pendiri anggap mulia dan luhur sehingga patut diperjuangkan, pertahankan. Paradigma yang sangat amat wajar dan amat normal.

Tapi MERASA BERHAK MEMINTA yayasan/wewenang pihak lain, sangat ganjil dan tidak selaras etika masyarakat umum dan Dhamma vinaya sedikitpun. Apalagi dengan CARA MAIN SIKUT, DEPAK. Paradigma yang SANGAT AMAT TIDAK WAJAR. Dari sumber, akar tidak wajar inilah, semua sikap dan tindakan serta pikiran yang tidak wajar akhirnya muncul dan berkembang serta terjadi, ironisnya: merasa benar, terpuji, hebat.

Mengoperkan lagi dana yang sudah diberikan kepada pihak lain, tanpa ijin dari penerima pertama karena merasa tidak cocok LAGI dengan pengurus yayasan/viharanya. Ini membenturkan dan mengadu domba, adalah TIDAK WAJAR. Ini memang harus diakui sebagai trik, siasat lihay bin jenius tapi jelas dan gamblang itu tidak etis serta tidak sesuai Dhamma-Vinaya. Dari sudut Hukum formal, MUNGKIN bisa dibenarkan, tapi sebagai Buddhist aturan, acuan, hukum tertinggi kita adalah Dhamma-Vinaya. Apa yang sudah diberikan, sudah bukan milik kita lagi, tidak perlu mencoba mencari celah hukum, pembenaran apapun lagi. Ini bukan lingkup politik, tapi Spiritual. Kode etiknya berbeda.

Keduniawian bukan hanya uang/materi saja, tapi juga OTORITAS/ KEKUASAAN/TAHTA/ KEDUDUKAN/WEWENANG, wanita/pria, dlsb. Itu beberapa hal yang kami (Umat perumah tangga) kejar, cari, saling rebut, sikut, jegal dan depak/tendang di lingkup masyarakat keduniawian. Ada yang dengan cara-cara yang wajar, lumrah, sesuai etika dan moral, tapi ada juga dengan segala cara: menipu, memutar balikkan fakta, menyikut, mendepak, menfitnah, mengibuli, membodoh-bodohi, trik, siasat, mengelabui, memanfaatkan keluguan seseorang, memanfaatkan keuntungan relasi.

Dan dalam lingkup Spiritual bahkan mengejar wewenang, jabatan secara wajar dan etispun dianggap sebagai kurang terpuji, apalagi dengan cara yang tidak wajar, tidak etis, main sikut dan depak, tentu semakin tidak terpuji bila tak bisa disebut sebagai Tercela. Begitu gamblang apa yang patut dan yang tidak, bila kita bebas dari konflik kepentingan.

BERNIAT dan MERENCANAKAN pengambilalihan satu yayasan bukan atas INISIATIF dari yang berhak (Badan Pendiri-nya), adalah NIAT dan RENCANA serta TINDAKAN yang mestinya kita semua hindari, apalagi dalam lingkungan organisasi, yayasan spiritual; bagaimanapun mulia/luhur motivasi (menurut subyektifitas) kita. Motivasi (yang menurut subyektifitas kita adalah) mulia tidak bisa dijadikan pembenar untuk menginginkan hak, wewenang orang/pihak lain. Bila–anggota--SSS memberikan contoh bahwa motivasi luhur (menyelamatkan, melindungi asset YYY, misalnya) bisa dipakai alasan untuk menginginkan hak atau wewenang pihak lain, bahkan sampai melakukan pendepakan, maka umat yang lugu dan arogan akan ikut-ikutan meneladani, bertindak semau gue, acuan Dhamma-Vinaya diabaikan, asal MERASA motivasinya mulia. Bagaimana kacaunya organisasi yang memakai sudut pandang demikian. Karena–hampir--semua orang/pihak selalu merasa paling benar, paling mulia, paling luhur motivasinya. Bahkan terorispun MERASA motivasinya luhur dan mulia.

Untuk membantu satu organisasi, yayasan melindungi assetnya, mestinya masih ada cara yang lebih selaras dengan nilai-nilai etika masyarakat serta Dhamma-Vinaya dibanding meminta assetnya dengan melakukan pendepakan. (==delete===/injulia)

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #82 on: 03 December 2011, 02:02:58 AM »
Dampaknya:

PENELADANAN.....
Murid cendrung meneladani sikap dan tindakan gurunya. Ini yg akhirnya menjadi salah kaprah. yang salah dianggap benar.
kalau sudah menjadi salah kaprah, maka kelak meluruskan sudah sangat sulit.

Sekali lagi, itu pemahaman kami, yang sudah kami sampaikan. kalau dianggap keliru, mohon diluruskan, agar tidak terulang. tapi tidak ada tanggapan, dan sudah berdiri yys baru.

Kalau teman2 melihat ada pemahaman saya atau kami yg keliru, kebablasan, please mohon disampaikan.
Saling mengingatkan sesama teman.
 _/\_
« Last Edit: 03 December 2011, 02:04:46 AM by inJulia »

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #83 on: 03 December 2011, 12:36:21 PM »
 [at] inJulia...

sepanjang tidak ada penyerahan asset secara legal (berdasarkan aspek hukum dan peraturan) -- tidak ada penyerahan di notaris -- maka asset tsb adalah menjadi hak dari yang memiliki kepemilikan sah menurut akte / sertifikat.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #84 on: 03 December 2011, 12:44:44 PM »
Tepat!!!
Awalnya saya diajak mendepak pengurus lain. saya tdk bersedia. Ini habis manis sepah dibuang.

Mengajak yg belum kenal vhr sj sulit, skrg kok sok main depak yg sdh ada?
APA TUJUAN MEMBANGUN VIHARA?????????

Krn sy menolak, mk sayapun coba didepak, dg mengajak anggota lain. tp anggota itupun tdk mau.
8: 1. mk, ia kalah suara.
Tp jenius. ia mendanakan tanah yg masih atas namanya ke Sangha.
Ia sengaja membenturkan kami ke Sangha.

Krn Sangha BERSEDIA mendukung, alias masuk dalam taktiknya.  ini membuat kaget, Tidak wajar menurut kami.
nah, menurut bro Johan, APA YG PANTAS kami lakukan?


 _/\_
Maaf RALAT sedikit:

Yang menandatangani surat kami 7 orang.
jadi 7:1
Dan satu lagi, tidak kami libatkan. Abstain, karena ia sudah menjadi anggota Sangha SSS. Kalau dilibatkan, sama dengan menyudutkan beliau.
« Last Edit: 03 December 2011, 12:56:53 PM by inJulia »

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #85 on: 03 December 2011, 01:41:57 PM »
[at] inJulia...

sepanjang tidak ada penyerahan asset secara legal (berdasarkan aspek hukum dan peraturan) -- tidak ada penyerahan di notaris -- maka asset tsb adalah menjadi hak dari yang memiliki kepemilikan sah menurut akte / sertifikat.
Itu jg pemahaman kami, bro dilbert.
dan:

Tidak mengambil barang yg tidak diberikan.

Kalao kami diam membiarkan saja, apa bukan itu yg sedang terjadi???

Apa kami sangat ingin melekati yys kami? TIDAK.

Selanjutnya Bhante AAA maju dengan meminta bantuan KBXX Provinsi XXXX, menyarankan agar YYY diserahkan pada SSS. Seorang Bhante, Guru spiritual, Guru Etika Moral sampai meminta bantuan forum KBTI, ini sudah bukan sekedar meminta lagi, apalagi sekedar Saran. Tapi sudah terkesan sebagai DESAKAN, TEKANAN MEMINTA TERANG-TERANGAN.

Apalah yang patut dan etis kami lakukan, sebagai murid, selain mengiyakan kehendak, rencana dan tindakan Guru Dhamma-Vinaya yang kami sangat muliakan??? Di kuti VVV, dihadiri KBXX XXXX dan Bhante AAA, serta Sdr. GSK (Setelah dipaksa untuk datang. Ibu SM tak bersedia hadir! Aneh). Di pertemuan tersebut sepertinya terungkap kekuatiran Bhante AAA yang tidak berdasar. Jadi PRADUGA yang KELIRULAH yang dipakai dasar bertindak, dasar mengambil alih oleh Bhante AAA. Bisa dikonfirmasi ke KBXX  Provinsi XXXX, untuk lebih detiilnya.

Saat itu juga, kami akhirnya sepakati untuk menyerahkan YYY, VVV ke SSS. Skenario kesepakatannya: Sdr. SudXXXXX meminta fotocopy berkas2 yayasan, akta pendirian, sertifikat tanah, hibah wasiat untuk dibuatkan redaksinya. Dan akan diserahkan ke SSS pada acara Mengenang Bhante GGG di BXX, XXXXXX.

Esoknya Sdr. Ind mengirim SMS kepada Sdr. GSK untuk minta fotocopy surat-surat tersebut agar bisa diserahkan kepada Sdr. SudXXXXX sesuai kesepakatan bersama. Tapi Sdr. GSK menjawab, bahwa ia akan menyerahkan sendiri langsung tanpa lewat YYY. Ia menarik kembali, membatalkan secara sepihak kesepakatan kami semua. Itu arogansi yang hendak mengabaikan, menghapuskan peran YYY. Seolah-olah Vihara VV adalah MILIK PRIBADINYA. Itu tindakan pribadi bukan urusan kami, bukan kesepakatan kami, bukan hak kami melarang tindakan pribadinya. Dengan sikap dan tindakan Sdr. GSK itu, berarti kesepakatan bersama: Bhante AAA, KBXX Provinsi XXXX, kami dan Sdr. GSK, di Kuti VVV SUDAH DIMENTAHKAN DAN DIBATALKAN SECARA SEPIHAK OLEH SDR. PS/ GSK. Transkrip SMS perbincangan kami, masih kami simpan, bila diperlukan.


Kalau tidak keliru, Sdr. SudXXXXX  adalah Ketua majelis tingkat Provinsi, Ikut hadir.
Acara di kuti vihara VVV sudah direncanakan, tapi justru Bapak dan ibu PS, SM tidak hadir. Krn itu, peserta berharap agar yg bersangkutan hadir. Ibu SM pertelpon menolak, hanya pak PS yg bersedia akhirnya datang.


Saat itu juga, kami akhirnya sepakati untuk menyerahkan YYY, VVV ke SSS. Skenario kesepakatannya: Sdr. SudXXXXX meminta fotocopy berkas2 yayasan, akta pendirian, sertifikat tanah, hibah wasiat untuk dibuatkan redaksinya. Dan akan diserahkan ke SSS pada acara Mengenang Bhante GGGG di BXX, XXXXXX.

Kami sudah buktikan, tidak butuh waktu panjang, didepan banyak saksi. bahwa kami tidak ngotot melekati YYY.
Bahwa kami tidak bermaksud menarik lagi apa yg sdh kami sepakti di surat kami. Tapi kita patut meneliti apa sesungguhnya yg terjadi, agar siapapun yg keliru, apapun tindakan yg keliru tidak terulang lagi.

hanya demikian.....
 _/\_


Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #86 on: 03 December 2011, 01:49:50 PM »
aduh Ibu, puyeng bacanya :'(
mending Ibu tidak usah serahkan saja, batalkan, sebarkan isu, juga untuk melawan isu yag beredar, wah ikut karma buruk juga nih ;D , apalagi menyangkut sebuah Vihara ;D
ibu besok merekin aja di depan atau patok, dan ditulis di papan, dengan tulisan "tanah ini/vihara ini/yayasan ini tdk jadi disumbangkan, yang tdk jelas hubungi saya(tulis nomer telpon), all umat bebas kebaktian, Bhante2 juga welcome."
nah selesai ;D
semoga saran saya tidak ditiru ^:)^ ^:)^ ^:)^
saya juga yakin Ibu dan para pengurus lainnya jg punya niatan yang baik untuk Vihara atau tanah itu, mungkin cuma salah persepsi aja loh Bu, berpikirlah untuk melepas Bu, seandainya nyawa ini terlepas dari tubuh dan Ibu masih tidak rela, itu akan menyebabkan terlahir kealam rendah,.ini misalkan loh Bu. ^:)^ ^:)^ maaf kl ada kata2 yang kelewatan

"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #87 on: 03 December 2011, 01:52:44 PM »
Quote
Saat itu juga, kami akhirnya sepakati untuk menyerahkan YYY, VVV ke SSS. Skenario kesepakatannya: Sdr. SudXXXXX meminta fotocopy berkas2 yayasan, akta pendirian, sertifikat tanah, hibah wasiat untuk dibuatkan redaksinya. Dan akan diserahkan ke SSS pada acara Mengenang Bhante GGGG di BXX, XXXXXX.
Saya perjelas.
Sdr. SudXXXXX yg membuatkan redaksinya, dan badan Pendiri YYY yang menyerahkan langsung ke sangha SSS.
Banyak anggota SSS yg akan hadir saat acara mengenang Bhante GGGG.

itu rencana kesepakatan kami, Tapi faktanya dibatalkan secara sepihak.

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #88 on: 03 December 2011, 01:57:17 PM »
aduh Ibu, puyeng bacanya :'(
mending Ibu tidak usah serahkan saja, batalkan, sebarkan isu, juga untuk melawan isu yag beredar, wah ikut karma buruk juga nih ;D , apalagi menyangkut sebuah Vihara ;D
ibu besok merekin aja di depan atau patok, dan ditulis di papan, dengan tulisan "tanah ini/vihara ini/yayasan ini tdk jadi disumbangkan, yang tdk jelas hubungi saya(tulis nomer telpon), all umat bebas kebaktian, Bhante2 juga welcome."
nah selesai ;D
semoga saran saya tidak ditiru ^:)^ ^:)^ ^:)^
saya juga yakin Ibu dan para pengurus lainnya jg punya niatan yang baik untuk Vihara atau tanah itu, mungkin cuma salah persepsi aja loh Bu, berpikirlah untuk melepas Bu, seandainya nyawa ini terlepas dari tubuh dan Ibu masih tidak rela, itu akan menyebabkan terlahir kealam rendah,.ini misalkan loh Bu. ^:)^ ^:)^ maaf kl ada kata2 yang kelewatan
Thanks bro Kakao,

kalau puyeng, sebaiknya di pass aja, bro.  :)

 _/\_

NB. in - julia, cek gender saya bro. :)

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #89 on: 03 December 2011, 10:13:06 PM »
to : TS

kalau menurut anda ragu lebih baik tidak di hibahkan
Quote
Apalah yang patut dan etis kami lakukan, sebagai murid, selain mengiyakan kehendak, rencana dan tindakan Guru Dhamma-Vinaya yang kami sangat muliakan???

bukankah seorang bhikku tidak boleh meminta "sesuatu" kepada umat awam ? bukankah itu melanggar vinaya ?



Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma