batalkan aja rencana penyerahannyasolusi paling simple dan mudah =)) =))
batalkan aja rencana penyerahannya
batalkan aja rencana penyerahannyaHampir semua bhante yg sering berkunjung ke vhr tsb. MENDORONG agar diserahkan ke Sangha.
Kalau memang ada hal 'tidak wajar', tunda dulu boleh selidiki dulu.
kadang2 ada salah persepsi, pribadi Bhiksu/Bhikkhu juga dikatakan Sangha, ini yang sering terjadi masalah.Thanks bro Adi,
Aset yang diserahkan ke Sangha, kemudian akan diatur dan dikoordinir oleh Sangha, dan segala kegiatan yg berhubungan dengan aset tsb akan dipantau supaya tidak disalah gunakan oleh oknum utk kepentingan pribadi.
Sangha yang Benar, juga akan hati2 menerima aset2 terutama berupa bangunan atau Vihara, supaya dikemudian hari tidak terjadi konflik.
Belum lagi rawat aset2 tsb yang perlu biaya/ongkos, emank gampang !
_/\_
[at] bhante Z: lebih baik diserahkan ke Sangha, kan nanti bisa dapat bantuan dana 50 jt dr sangha.waduh...
umat: aneh, tidak wajar. saran menyerahkan asset 1 M agar dapat bantuan 50 jt. ini saran yg sulit dipahami.
[at] bhante Z: lebih baik diserahkan ke Sangha, kan nanti bisa dapat bantuan dana 50 jt dr sangha.
umat: aneh, tidak wajar. saran menyerahkan asset 1 M agar dapat bantuan 50 jt. ini saran yg sulit dipahami.
waduh...perlu saya tegaskan, agar tidak menjadi gosip.
bhikkhunya kok maksa-maksa kayak gitu??
saya rasa hal tersebut tidak etis dan tidak pantas dilakukan oleh seorang bhikkhu...
bhikkhu harusnya tidak boleh meminta-minta kepada umat, karena termasuk kegiatan pencemaran nama baik sangha, meskipun bahkan jika perbuatan itu tidak melanggar vinaya...
menyerahkan ke Sangha adalah menyerahkan untuk pemakaian oleh Sangha, bukan menyerahkan sertifikat hak milik.ada 4 opsi, bro:
lebih aneh lagi ada Sangha yg bisa memberikan bantuan 50jt. Sangha itu bahkan untuk makan pun bergantung dari umat. boleh tau ini Sangha apa ya?Sy sudah dua tahunan menyimpan pertanyaan2 sy ttg ini. sudah nulis ke ketua umum sangha, agar mengevaluasi sikap oknum bhikkhu. tp sudah setahun tak ada respon sedikitpun.
Sy sudah dua tahunan menyimpan pertanyaan2 sy ttg ini. sudah nulis ke ketua umum sangha, agar mengevaluasi sikap oknum bhikkhu. tp sudah setahun tak ada respon sedikitpun.
padahal kami sdh tulis kami sepakat menyerahkan ke sangha, dan kami menunggu prosedur, cara serah terimanya. kami setujui sebg rasa hormat murid atas "SARAN" guru yg kami muliakan. plus tidak ingin memperpanjang beban, mengotori batin ngurus atau terlibat masalah "rebutan" OTORITAS, KEKUASAAN dalam pembinaan umat. memalukan.....
ini terpaksa sy post, krn semakin aneh buat saya. sebaiknya tak perlu sy sebut Sangha mana.
Sy sudah dua tahunan menyimpan pertanyaan2 sy ttg ini. sudah nulis ke ketua umum sangha, agar mengevaluasi sikap oknum bhikkhu. tp sudah setahun tak ada respon sedikitpun.
padahal kami sdh tulis kami sepakat menyerahkan ke sangha, dan kami menunggu prosedur, cara serah terimanya. kami setujui sebg rasa hormat murid atas "SARAN" guru yg kami muliakan. plus tidak ingin memperpanjang beban, mengotori batin ngurus atau terlibat masalah "rebutan" OTORITAS, KEKUASAAN dalam pembinaan umat. memalukan.....
ini terpaksa sy post, krn semakin aneh buat saya. sebaiknya tak perlu sy sebut Sangha mana.
tapi Badan Pembina itu kan tidak harus Sangha?, saya tau ada satu vihara di Tangerang yg tidak diserahkan kepada Sangha, dan menurut saya pembinaan yg dilakukan di vihara itu tidak kalah (kalau bukan lebih baik) dibandingkan dengan vihara binaan Sangha.jelas tidak, bro.
jelas tidak, bro..
Kita harus bedakan makna kata Pembina:
[at] dalam yys. badan pembina adalah PENGGANTI istilah dari Badan Pendiri. yg patut menjd anggotanya ya pendiri yayasan tersebut. dg kata lain, "pemilik" yys. semua yys di Indo skrg pakai istilah ini. krn itu istilah ini TIDAK ADA KAITAN dg masalah pembinaan apapun. just istilah pengganti krn UNDANG2 yys yg baru.
[at] ada Pembina Dhamma. nah, ini jelas berkaitan dg Dhamma. yg patut duduk di posisi ini harus yg patent Dhammanya.
vihara itu idealnya adalah tempat tinggal bagi para bhikkhu mana pun yg datang dari 4 penjuru yg membutuhkan tempat bernaung, dan bukan untuk dimonopoli oleh organisasi Sangha tertentu saja. kalau alasan penyerahan ke Sangha adalah AGAR TIDAK "memperpanjang beban, mengotori batin ngurus atau terlibat masalah "rebutan" OTORITAS, KEKUASAAN dalam pembinaan umat", saya pikir ini tidak tepat. kita memghindari hal2 itu dan menyerahkannya kepada Sangha padahal Sangha seharusnya tidak disibukkan dengan kegiatan2 dan beban spt itu. sebaiknya pengelolaan vihara itu tetap dilakukan oleh umat demi bakti kepada Sangha. dan dari pihak Sangha sebaiknya juga tidak bersikap "hanya mau mengabdi jika vihara ini atas nama gue." dengan begitu akan dapat tercipta keharmonisan partnership Sangha/umat.(maaf yg berhurup kapital tambahan sy.)
(maaf yg berhurup kapital tambahan sy.)
Sy setuju dan demikian jg pendapat kami. agar bhante manapun bisa dan dpt berceramah di vhr kami. tp sikap itu tidak selaras dg oknum bhikkhu. bila dibawah pembinaan Sangha, mk bhikkhu sekte lain yg mau kotbah harus seijin Padesanayaka.
bahkan pernah bhikkhu satu sekte tp bukan anggota sangha DILARANG MAKAN di vhr kami. memang akhirnya diralat. tp gara2 itu pengurus Dayaka sabha sampai ribut. ini salah satu sebab mengapa badan pendiri belum siap menyerahkan ke Sangha. sebab lain ttg kearogansian oknum bhikkhu, sebaiknya tidak saya tulis.
(maaf yg berhurup kapital tambahan sy.)
Sy setuju dan demikian jg pendapat kami. agar bhante manapun bisa dan dpt berceramah di vhr kami. tp sikap itu tidak selaras dg oknum bhikkhu. bila dibawah pe
mbinaan Sangha, mk bhikkhu sekte lain yg mau kotbah harus seijin Padesanayaka.
bahkan pernah bhikkhu satu sekte tp bukan anggota sangha DILARANG MAKAN di vhr kami. memang akhirnya diralat. tp gara2 itu pengurus Dayaka sabha sampai ribut. ini salah satu sebab mengapa badan pendiri belum siap menyerahkan ke Sangha. sebab lain ttg kearogansian oknum bhikkhu, sebaiknya tidak saya tulis.
kenapa yayasan mau menyerahkan aset pada sangha ?he he sdh sy tulis di atas, "saran" beberapa (3) oknum bhikkhu, yg kalo diterjemahkan sama dg MEMINTA.
sangha itu satu orang atau beberapa orang ?
apakah yayasan itu juga perlu/baik utk suatu wihara ?
apakah susunan yayasan juga melalui pemilihan yg benar/baik ?
adakah management yg jelas utk sebuah vihara ?
trims sebelumnya...
he he sdh sy tulis di atas, "saran" beberapa (3) oknum bhikkhu, yg kalo diterjemahkan sama dg MEMINTA.
kmd masalah sampai ke Ketua umum Sangha. persurat, secara organisasi Sangha menyarankan:
1. agar melakukan perubahan status hukum sesuai dg UU. ( ini wajar )
2. Menyarankan agar anggota Badan Pembina yys yg baru adalah para bhikkhu.
3. Ketua badan pengurus adalah bhikkhu XYZ.
pertama baca surat tsb. kami sungguh kaget. Apa rekan2 di sini bisa memahami makna saran tsb.???
:D
tidak perlu disebutkan, tapi saya sudah bisa menebak Sangha yg dimaksud. kalau anda adalah salah satu decision maker dlm kasus ini, saya menyarankan agar penyerahan itu dibatalkan saja, dan urus dan kelolalah sendiri vhr itu dgn bekerjasama dgn umat2 lain. dgn demikian, ada lebih banyak kesempatan utk mengabdi demi Buddhasasana, terbuka utk lebih banyak umat.Kami sudah merespon "saran" ketua umum sangha, sudah sy tulis di atas. bhw kami sepakat menyerahkan ke Sangha. bgmn kami pantas menolak saran guru spiritual kami??? he he he
he he sdh sy tulis di atas, "saran" beberapa (3) oknum bhikkhu, yg kalo diterjemahkan sama dg MEMINTA.
kmd masalah sampai ke Ketua umum Sangha. persurat, secara organisasi Sangha menyarankan:
1. agar melakukan perubahan status hukum sesuai dg UU. ( ini wajar )
2. Menyarankan agar anggota Badan Pembina yys yg baru adalah para bhikkhu.
3. Ketua badan pengurus adalah bhikkhu XYZ.
pertama baca surat tsb. kami sungguh kaget. Apa rekan2 di sini bisa memahami makna saran tsb.???
:D
Kami sudah merespon "saran" ketua umum sangha, sudah sy tulis di atas. bhw kami sepakat menyerahkan ke Sangha. bgmn kami pantas menolak saran guru spiritual kami??? he he he
saran seorang guru spiritual, DHAMMA jelas bukan hanya saran biasa, itu mengandung desakan, yg murid mesti sadari.
setidaknya surat harus di xros check pada penulis...Sudah terkonfirmasi oleh Padesanayaka.
barang ASPAL banyak lho... dan tanya KENAPA !
kalau kehabisan pertanyaan nanti gw bantu supply dehh!
bhiku, umat dan pengurus (yayasan), bagaimana cara menjalakanan wihara secara baik/benar ?
Kami sudah merespon "saran" ketua umum sangha, sudah sy tulis di atas. bhw kami sepakat menyerahkan ke Sangha. bgmn kami pantas menolak saran guru spiritual kami??? he he hebuat apa lagi bingung dan bertanya lagi donkkk
saran seorang guru spiritual, DHAMMA jelas bukan hanya saran biasa, itu mengandung desakan, yg murid mesti sadari.
anda tdk harus setuju dgn saya, tapi saya tdk akan menuruti begitu saja apa yg disarankan oleh guru saya, karena saya juga bisa berpikir dan punya pertimbangan sendiri, jelas anda dan guru anda memiliki perbedaan kepentingan dalam hal ini. kalau saya sih, boleh2 aja menolak saran guru, karena yg menjalani saran itu kan saya, jadi saya lah yg berhak memutuskan.Bro indra, ya sbg Buddhist sy paham, tidak ada pemaksaan. bahkan Sang Buddha pun mengajarkan prinsip Kalama Sutta.
aneh sungguh aneh...Bro Jinaraga,
jika memang dikatakan buat apa lagi bingung dan bertanya lagi donkkk
Bro indra, ya sbg Buddhist sy paham, tidak ada pemaksaan. bahkan Sang Buddha pun mengajarkan prinsip Kalama Sutta.
Di sini sy berharap masukan teman2, agar sy, kami tidak salah langkah.
Pilihan yg ada sekarang:
[at] Diam, iklaskan berlapang dada. Ada kemungkinan hal ini terilang lagi ditempat lain.
[at] mencari masukkan, dimana posisi keliru kami. dg minta pendapat rekan2 di sini.
Kalo saran oknum, kami siap tolak, tp saran ketua umum Sangha, ini berat.... :D
kalau dgn bahasa preman, itu disebut "merampas"Dalam respon surat kami, kami terpaksa membeberkan pemahaman umat awAm atas saran demikiaan. bhw itu saran yg sangat tidak wajar.
saran saya tetap tdk berubah, dan tentu anda tdk harus menuruti saran saya.sekedar info buat semua,
ketua umum sangha hanyalah jabatan mentereng dari suatu organisasi Sangha, bagi saya jabatan itu tidak berarti apa2. kalau saya bisa mengamankan suatu property milik Sangha dari rampasan, maka saya akan sekuat tenaga mempertahankannya. vihara itu tetaplah vihara yg dipersembahkan kepada Sangha Sang Buddha walaupun tanpa sertifikat hak milik yg diserahkan kpd bhikkhu tertentu.
sekedar info buat semua,
secara dhamma vihara milik Sang Buddha.
zaman berubah, sekarang ada aturan negara. ada UU.
untuk bangun vihara maka umat mesti mendirikan yayasan. yayasan ini yg bertanggunv jawab atas pengelolaan vihara tsb. Yys ini penentu mau dibawa kemana vhr yg ada. Ganti sekte, atau bgmn, segala sesuatu adalah otoritas Pendiri. himpun, menerima dana dr manapun. vihara milik umat, bukan milik pribadi anggota yys. tapi Badan Pendiri (skrg istilahnya B. Pembina) yayasan adalah PEMEGANG OTORITAS tertinggi.
Badan Pembina yys ini yg memilih dan melantik semua pengurus yg ada di vihara. posisi inilah yg "disarankan" agar diserahkan ke Sangha. yg dalam realisasinya akan diwakili 4 orang bhikkhu.
kurang lebih itu pemahaman saya. CMIIW
Yg dipilih menjadi anggota B Pendiri, pengawas, pengurus saat itu tentu aktivis yg hasil kesepakatan umat yg aktif saat itu. tidak ada main paksa, trik, semua hasil sikon saat itu. kebetulan tidak ada bhikkhu yg ikut. Alm. Bhante Giri saat itu menolak dan menyarankan cukup umat saja.
tapi Badan Pendiri (skrg istilahnya B. Pembina) yayasan adalah PEMEGANG OTORITAS tertinggi.
1 kalau POt (pemegang otoritas teretinggi) kinerjanya tidak baik malah melenceng, trus siapa yg mengawasin/menegur bahkan menghentikan POT ?ada dan tergantung AD & ART yayasan. itu mengatur sanksi pecat anggota B. Pembina.
2 berapa lama (thn) POT memegang kekuasaan ? dan bagaimana pemilihan kembali POT ?
3 bagaimana kekuasaan umat utkmengcounter POT ?
4 apakah kamar biksu itu los,... tanpa pintu dan lemari ?
5 adakah kesamaan POT dgn pemerintahan suatu negara ?
mohon masukannya...
setahu dato' vihara dalam naungan sangha tertentu (semoga benar tebakan dato' sangha yg dimaksud) disarankan (bole trima ato tolak) untuk menyerahkan vihara (kepemilikannya) kepada yayasan vihara bukan kepada sangha, tidak/jangan kepada oknum bhikkhu X, tidak/jangan kepada nama salah satu orang pendiri/pengurusDana yg masuk otomatis menjadi milik yys. Hibah tanah SUDAH dibuatkan AKTA HIBAH WASIAT di Notaris. Jadi secara hukum, kekuatiran itu SUDAH ADA antisipasi hukumnya.
dato' malah baru denger jika ada saran untuk menyerahkan vihara (kepemilikannya) kepada sangha...
saran itu muncul karena pernah terjadi kasus :
1. ketika salah satu pendiri menyerahkan tanah nya untuk dibangun vihara, tidak ada surat penyerahan kepada yayasan, dikemudian hari, ketika sang pendiri meninggal dunia, ahli waris mengklaim bahwa tanah tersebut adalah milik orang tua nya, sehingga vihara akan di hancurkan karena tanah tersebut akan di jual...
2. seorang bhikkhu mempunyai ide mendirikan vihara, mengkordinir umat untuk membuat tim dalam mendirikan vihara, namun pada saat pembelian tanah menggunakan nama bhikkhu itu, suatu ketika bhikkhu tersebut lepas jubah dan mengklaim tanah itu adalah milik nya dan dijual....
ada beberapa kasus lainnya, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut, maka ada saran bahwa vihara (kepemilikannya) dan seluruh asetnya lebih baik diserahkan kepada yayasan (menggunakan nama yayasan).
mengenai uang 50 juta, dato' jg blom pernah dengar masalah ini, tp yg dato' tau, ada sebuah organisasi dijakarta, dibawah naungan salah satu bhikkhu senior, memberikan bantuan dana berupa pinjangan uang kepada vihara yg mengalami kesulitan dalam membangun bangunan vihara, bukan memberikan sejumlah uang kepada vihara tertentu rutin sekian juta dalam sebulan...
jd jk ada seorang bhikkhu yg menyarankan menyerahkan kepemilikan kepada diri nya dengan mengatasnamakan sangha, maka perlu di pertanyakan terlebih dahulu kepada sangha, jika tidak ada kejelasan, minta yayasan untuk menolak saran tersebut.
Dana yg masuk otomatis menjadi milik yys. Hibah tanah SUDAH dibuatkan AKTA HIBAH WASIAT di Notaris. Jadi secara hukum, kekuatiran itu SUDAH ADA antisipasi hukumnya.
Masalah sudah sampai dan ditangani ketua umum sangha. sudah bukan oknum lagi.
Sudah kami beber dalam respon surat kami, tapi tidak ada tanggapan.
thanks.
sudah pernah menyampaikan masalah ini kepada majelis tingkat kota/daerah ? mungkin mereka bs membantu penyelesaian nya...Ini sudah sampai tingkat Pusat. dan tembusan surat sudah di sampaikan Majelis Pusat.
Namo Buddhaya,ini sih kalau menurut saya, sudah punya niatan berdana kepada Sangha adalah perbuatan yang sangat Mulia, namun jika niatan itu berubah menjadi sesuatu yang curigaan, dll, mending tidak usah didanakan, karena nilai atau pahalanya tidak ada, dijaman Buddha Gotama juga pernah ada kejadian ini, seorang umat awam berdana sesuatu, tapi dilihat olehnya anggota Sangha yang menerimanya seolah kurang pantas atau bikin kesel, lalu Buddha berkata pada umat Awam tersebut, Danakan kepada Sangha, bukan danakan kepada Bhikkhu tertentu. dengan menekankan kalimat ini, Budhha mengetahui Bahwa Anggota Sangha nggak semuanya mencapai kesucian Arahat dan memiliki moral yang Baik, tapi kesempatan yang Buddha berikan pada kita adalah untuk tidak kembali memikirkan Dana yang telah kita persembahkan Untuk Sangha baik itu dipergunakan maksimal atau tidak, pada Sangha, berarti kepada seluruh angota Sangha, bukan Bhikkhu perorangan. sebagai mana dalam paritta Sanghanusati, Sangha adalah lapangan menanam jasa kebaikan, niatkan niat anda, danakan kepada Keseluruhan Sangha, di Indonesia, dan di dunia. _/\_anumodana.
Mohon masukan teman2 sedhamma,
Bila umat menyatakan niatnya menyerahkan asset satu yayasan ke sangha, per surat.
Belum melakukan serah terima, apakah asset itu sudah berarti menjadi milik sangha?
Menurut pemahaman saya, itu baru niat dan persetujuan, selama belum melakukan serah terima, maka penyerahan belum terjadi, dan asset masih menjadi milik umat.
faktanya, umat tsb. tiba2 menerima PEMBERITAHUAN lewat SMS dari sesama umat untuk menghadiri acara patidana dan ucapan terima kasih sangha atas penyerahan asset yayasan. Bila tidak jelas silahkan tanya bhante X.
Keesokannya, si kurir menyatakan setelah berkonsultasi dg ketua sangha, maka PEMBERITAHUAN diubah menjadi UNDANGAN.
Menurut saya, ini tidak wajar. belum terjadi serah terima, kok sudah diundang menghadiri acara penyampaian terima kasih.
Apa yg mesti umat tersebut lakukan?
Kita patut menghormati sangha, tapi bila kejadiannya demikian, apa yg patut umat lakukan?
Terima kasih.
Salam metta
injulia
huhuhu... memprihatinkan..Ketemu lagi, bro. ;D
imo, vihara justru lebih baik kalo dikelola oleh umat awam.
Vihara pada hakikatnya adalah milik umat, untuk kegiatan keagamaan, oleh karena itu umat harus bertanggung jawab untuk pengelolaannya. Adalah tidak benar kalau sebuah vihara diserahkan kepada Sangha, sebab Sangha adalah hanya merupakan kumpulan para bhikkhu yang sedang melakukan suatu kegiatan keagamaan yang sedikitnya terdiri dari 4, 5, 10 atau 20 orang bhikkhu, sesuai dengan kepentingannya.
Vihara adalah tempat untuk kegiatan keagamaan umum bagi Umat Buddha, dan menjadi milik umat Buddha setempat. Karena itu kalau seorang bhikkhu pindah tempat, maka viharanya tidak akan dijual atau umatnya tidak akan kehilangan tempat untuk melakukan Puja Bhanti.
Kiranya perlu diketahui, bahwa vihara-vihara yang besar itu bukan dikelola oleh Sangha, tapi oleh sebuah yayasan. yayasanlah yang mencari dana untuk biaya pengelolaan vihara selanjutnya.
Untuk yayasan yang baru memang agak berbeda dengan yang lama. Sekarang pendiri menjadi Badan Pembina.Belakangan, setelah masalah meruncing, kami tidak berkonsultasi lagi pada beliau yg kami hormati sekali, karena tidak etis kalau kami bertanya lebih detiil menyangkut organisasi beliau.
Untuk yayasan, bila ingin memasukkan bhikkhu, maka bisa saja dimasukkan ke Badan pengawas atau malah tidak sama sekali, apabila mayoritas merasa keberatan dengan posisi bhikkhu sebagai Badan Pembina.
Dengan demikian, Badan Pembina masih tetap umat atau siapa saja sebagai pendiri yayasan tersebut.
ini sih kalau menurut saya, sudah punya niatan berdana kepada Sangha adalah perbuatan yang sangat Mulia, namun jika niatan itu berubah menjadi sesuatu yang curigaan, dll, mending tidak usah didanakan, karena nilai atau pahalanya tidak ada, dijaman Buddha Gotama juga pernah ada kejadian ini, seorang umat awam berdana sesuatu, tapi dilihat olehnya anggota Sangha yang menerimanya seolah kurang pantas atau bikin kesel, lalu Buddha berkata pada umat Awam tersebut, Danakan kepada Sangha, bukan danakan kepada Bhikkhu tertentu. dengan menekankan kalimat ini, Budhha mengetahui Bahwa Anggota Sangha nggak semuanya mencapai kesucian Arahat dan memiliki moral yang Baik, tapi kesempatan yang Buddha berikan pada kita adalah untuk tidak kembali memikirkan Dana yang telah kita persembahkan Untuk Sangha baik itu dipergunakan maksimal atau tidak, pada Sangha, berarti kepada seluruh angota Sangha, bukan Bhikkhu perorangan.Thanks Bro Kakao,
ini sih kalau menurut saya, sudah punya niatan berdana kepada Sangha adalah perbuatan yang sangat Mulia, namun jika niatan itu berubah menjadi sesuatu yang curigaan, dll, mending tidak usah didanakan, karena nilai atau pahalanya tidak ada,nah soal Pahala,
pada Sangha, berarti kepada seluruh angota Sangha, bukan Bhikkhu perorangan. sebagai mana dalam paritta Sanghanusati, Sangha adalah lapangan menanam jasa kebaikan, niatkan niat anda, danakan kepada Keseluruhan Sangha, di Indonesia, dan di dunia. _/\_anumodana.Bro Kakao,
Masalah sederhana, kurang keterbukaan dalam komunikasi.
Masalah sederhana, kurang keterbukaan dalam komunikasi.Ini kami sudah sampaikan:
setahun lebih tak ada respon, tahu2 sdh berdiri yayasan baru tanpa melibatkan Badan Pendiri yang lama.....mantep nih rasanya kena upper cut....
mantep nih rasanya kena upper cut....Kami sudah iklaskan, setujui, jadi mestinya tidak butuh upper cut, kan bro. ;D
silahkan kritik membangun pada pendiri/pengurus baru... :))
tanya koq upper cut nya mendadak tanpa pemberitahuan atau voting ?
upper cut membuat kunang2 serta kaki menjadi loyo.... (rubberize)walau "kalah" sesungguhnya tlh maju sebagai pemenang. Setidaknya "sasana" atau "ring tinju" masih dimiliki.
tapi seorang guru pernah mengatakan :
yg dapat belum tentu baik,
yg tidak dapat belum tentu tidak baik !
semoga golongan yg "kalah" kena upper cut
dpt mengumpulkan tenaganya utk membuat
vihara yg BARU lagi.......dan dpt menampung
umat lebih banyak lagi, juga pahala lebih banyak
lagi....
soal uppercut, itu udah resikonya jadi seorang "petinju"
apalagi ini "petinju" gak dibayar hahahahaaa....
anggap aja beri kesempatan utk org lain "maju" !
take it easy brooo...
upper cut membuat kunang2 serta kaki menjadi loyo.... (rubberize);D
tapi seorang guru pernah mengatakan :
yg dapat belum tentu baik,
yg tidak dapat belum tentu tidak baik !
semoga golongan yg "kalah" kena upper cut
dpt mengumpulkan tenaganya utk membuat
vihara yg BARU lagi.......dan dpt menampung
umat lebih banyak lagi, juga pahala lebih banyak
lagi....
soal uppercut, itu udah resikonya jadi seorang "petinju"
apalagi ini "petinju" gak dibayar hahahahaaa....
anggap aja beri kesempatan utk org lain "maju" !
take it easy brooo...
saya ini jadi bingung... karena sepertinya thread ini sudah membahas tentang kasus tertentu (kasus nyata), tetapi di-samar-kan dalam bentuk anomim YYY, SSS dsbnya...
jadi saya gak nyambung nih... mohon pencerahannya...
Sesungguhnya trit saya adalah masalah umat Buddha, kita bersama. Jangan dilihat SIAPA (yayasan, saya, Sangha mana) nya, tapi mari kita lihat dan diskusikan PERMASALAHAN-nya. Sekarang kami yg alami, mungkin besok ANDA yg mengalaminya....imo, permasalahan ini mungkin erat hubungannya dengan misi dan visi sangha di indonesia.
Bila ini terjadi pada diri kita sendiri, apa yg mesti, patut, pantas kita lakukan sehingga masih dalam batas yg wajar, sesuai Dhamma?
agar tidak kebablasan, begitu. Kebetulan saat ini saya alami, karena tak ada respon tahu2 ada "upper cut", maka saya berharap sekaligus bisa mendapat masukan di sini. Saya memang mohon masukan, apa yg sebaiknya saya lakukan selanjutnya? Diam saja, atau bagaimana? demikian bro.
Menurut saya, karena ini masalah riel, mestinya justru menjadi lebih menarik untuk dibahas bersama-sama. Dibandingkan topik yg TIDAK RIEL. Sekali lagi yg penting adalah TOPIKnya, bukan SIAPAnya. Itu sebabnya saya samarkan.
Maaf kalau membingungkan, bro Dilbert, tapi ini memang kasus nyata.yah setidaknya buat nama depannya donk...
Tulisan yg berwarna (hijau dan biru) memang isi surat kami. :)
Sedang yg hitam, barulah tambahan saya pribadi. Semoga lebih jelas.
***
Sesungguhnya trit saya adalah masalah umat Buddha, kita bersama. Jangan dilihat SIAPA (yayasan, saya, Sangha mana) nya, tapi mari kita lihat dan diskusikan PERMASALAHAN-nya. Sekarang kami yg alami, mungkin besok ANDA yg mengalaminya....
Bila ini terjadi pada diri kita sendiri, apa yg mesti, patut, pantas kita lakukan sehingga masih dalam batas yg wajar, sesuai Dhamma?
agar tidak kebablasan, begitu. Kebetulan saat ini saya alami, karena tak ada respon tahu2 ada "upper cut", maka saya berharap sekaligus bisa mendapat masukan di sini. Saya memang mohon masukan, apa yg sebaiknya saya lakukan selanjutnya? Diam saja, atau bagaimana? demikian bro.
Menurut saya, karena ini masalah riel, mestinya justru menjadi lebih menarik untuk dibahas bersama-sama. Dibandingkan topik yg TIDAK RIEL. Sekali lagi yg penting adalah TOPIKnya, bukan SIAPAnya. Itu sebabnya saya samarkan.
Semoga menjadi lebih jelas, bro.
_/\_
Tampaknya, judul thread ini lama kelamaan bisa berubah dari:Jangan, dong bro. :)
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?"
menjadi:
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurangwajar?"
;D ;D ;D
ternyata rekan dari reinkarnasi sebelumnya :):)
imo, permasalahan ini mungkin erat hubungannya dengan misi dan visi sangha di indonesia.
bagaimanakah seharusnya misi dan visi organisasi sangha? bagaimana sangha seharusnya seperti yg didirikan oleh Sang Buddha?
kalo misalnya misi dan visinya adalah "memperbesar aset, wilayah kekuasaan serta jumlah umat". ya berarti misi dan visinya kurang tepat. kalo misi dan visinya udah benar seperti "bekerjasama dalam arti seluas-luasnya dengan semua golongan agama buddha lainnya di indonesia atas dasar saling menghormati demi keagungan buddha dhamma di indonesia", ya mungkin ada yang gak beres dengan operasional dan pelaksanaannya, yg mungkin tidak transparan, tidak memiliki mekanisme kontrol, etc.
yah setidaknya buat nama depannya donk...Maaf, bro Will,
misalnya yayasan YYY, atau bhikkhu X...
kalau cuma ditulis YYY aja, orang ga bakalan ngerti donk, itu apaan?? makanan?? nama orang?? atau nama organisasi??
saya aja engga ngerti ini tulisan apa dari awal sampai akhir...
apalagi saya tidak tahu menahu tentang konflik yang terjadi dalam sangha, dlsb...
Tampaknya, judul thread ini lama kelamaan bisa berubah dari:
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?"
menjadi:
"Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurangwajar?"
;D ;D ;D
judulnya :Tepat!!!
Penyumbang Utama kup/nego dgn petinggi utk menggeser semua pengurus wihara lama.
apakah begitu ? :))
setahu dato' vihara dalam naungan sangha tertentu (semoga benar tebakan dato' sangha yg dimaksud) disarankan (bole trima ato tolak) untuk menyerahkan vihara (kepemilikannya) kepada yayasan vihara bukan kepada sangha, tidak/jangan kepada oknum bhikkhu X, tidak/jangan kepada nama salah satu orang pendiri/pengurusMaaf, kemarin buru2, jd respon sy krg detiil.
dato' malah baru denger jika ada saran untuk menyerahkan vihara (kepemilikannya) kepada sangha...
Sedang Badan Pengawas dan Pengurus, diangkat oleh B Pembina
Bro Johan,
yg ngelola yys sehari hari adalah B Pengurus.
Nah b pengawas mengawasi hasil kerja B Pengurus.
;-)
apa hubungan b penurus dan b pengawas ?yayasan itu organisasi yg berbadan hukum, resmi.
b pengawas adalah org yg tidak "takut" pada b pengurus...
nah kalau dia diangkat oleh b pengurus, kan jadi salah tingkahhhh...
Orang luar yayasan TIDAK PUNYA HAK MENGATUR urusan intern yayasan orang lain. jelas, kan bro?
jadi siapa yg dianggkat menjadi apapun, ITU BUKAN URUSAN ORANG LUAR.
Urusan orang luar, bila mau dan percaya pada yayasan tsb. silahkan sokong, donasi.
Bila tak percaya, yah jangan disokong. Gitu, bro semoga jelas.
siapakah yg memprakarsai dan mengeksekusi berdirinya yayasan baru yg "merampas" secara siluman kepemilikan sah yayasan lama ini, bro? apakah ini bisa digolongkan sebagai praktik pencurian?Kami tidak dilibatkan dan tak ada respon apapun. kami hanya dapat info dari Sdr. K (dulu ia jg anggota B Pendiri, lalu mengundurkan diri, krn ia pro Donatur tanah, dan sekarang bergabung dg Donatur tsb.) bhw sudah berdiri yys baru, dan para bhikkhu yg menjadi B. Pembina-nya. Pastinya, kami tidak tahu, main catut nama Bhante sudah sering. Jadi tidak tahu pastinya.
mengingat ini akan menjadi teladan buruk bagi agama buddha di indonesia, seperti saran om indra, apakah masih mungkin serah terimanya dibatalkan saja ketimbang diiklaskan untuk "digarong" yayasan baru? apakah ada resiko vihara ini akan diboikot oleh bhikkhu2 dari sangha Sxx? ataukah karena tidak kepingin ribut dan gontok2an dengan saudara sedhamma dan bhante?
Yayasan yg baik terutama yayasan agama... siapa dan mengapa yg mendudukin yayasan tsb selayaknya jelas, transparansi dan dapat dipertanggung jawabkan, dipertanyakan...Bro Johan cukup jeli. _/\_
Kalau mengatakan itu bukan urusan orang luar ? nah apakah umat2 tsb juga orang luar ? apakah calon2 yg ingin mengunjungin wihara tsb juga orang luar ?
soal yayasan bukan mau dipercaya atau tidak dipercaya,....
tapi transparansi, keterbukaan, kejelasanlah, track records yg membuat org bisa percaya.
Contoh :
Ketua Pembina Yayasan : Bos Besar,
Pengawas : Isteri muda ke 3 dari Ketua Pembina
Nah sebenarnya siapa yg mengawasin siapa pula ?
Udah tentu struktur spt inilah memjadi perhatian orang2....
Dapakah disini dicerikan kepentingan2 masing2 ?
1. Sangha (ketua dan lainnya)
2. Bos Penyokong Utama (yg memiliki tanah)
2b Peyumbang lainnya selain tanah
3. Pengurus Lama
4. Pengurus Baru
5. Umat2
6. Relawan lain2nya
siapa saja yg duduk di yayasan baru ?
siapakah yg memprakarsai dan mengeksekusi berdirinya yayasan baru yg "merampas" secara siluman kepemilikan sah yayasan lama ini, bro? apakah ini bisa digolongkan sebagai praktik pencurian?Awalnya adem ayem.
mengingat ini akan menjadi teladan buruk bagi agama buddha di indonesia, seperti saran om indra, apakah masih mungkin serah terimanya dibatalkan saja ketimbang diiklaskan untuk "digarong" yayasan baru? apakah ada resiko vihara ini akan diboikot oleh bhikkhu2 dari sangha Sxx? ataukah karena tidak kepingin ribut dan gontok2an dengan saudara sedhamma dan bhante?
Sepertinya kurang enak memposting kutipan surat kami di sini.
Adakah alternative cara yg lebih etis?
Ataukah kita pasrah dan terima saja....
Tidak perlu kami, kita pikirkan jalan keluarnya?
Mohon masukan teman2.
_/\_
Kalau isi surat atau kasus dibuka blak-blak-an, seperti-nya DC sudah siap menerima "PRAHARA" yang bakal terjadi...
bukan begitu ? begitu bukan ?
** minta izin dulu sama TUHAN
Tepat!!!Maaf RALAT sedikit:
Awalnya saya diajak mendepak pengurus lain. saya tdk bersedia. Ini habis manis sepah dibuang.
Mengajak yg belum kenal vhr sj sulit, skrg kok sok main depak yg sdh ada?
APA TUJUAN MEMBANGUN VIHARA?????????
Krn sy menolak, mk sayapun coba didepak, dg mengajak anggota lain. tp anggota itupun tdk mau.
8: 1. mk, ia kalah suara.
Tp jenius. ia mendanakan tanah yg masih atas namanya ke Sangha.
Ia sengaja membenturkan kami ke Sangha.
Krn Sangha BERSEDIA mendukung, alias masuk dalam taktiknya. ini membuat kaget, Tidak wajar menurut kami.
nah, menurut bro Johan, APA YG PANTAS kami lakukan?
_/\_
[at] inJulia...Itu jg pemahaman kami, bro dilbert.
sepanjang tidak ada penyerahan asset secara legal (berdasarkan aspek hukum dan peraturan) -- tidak ada penyerahan di notaris -- maka asset tsb adalah menjadi hak dari yang memiliki kepemilikan sah menurut akte / sertifikat.
Saat itu juga, kami akhirnya sepakati untuk menyerahkan YYY, VVV ke SSS. Skenario kesepakatannya: Sdr. SudXXXXX meminta fotocopy berkas2 yayasan, akta pendirian, sertifikat tanah, hibah wasiat untuk dibuatkan redaksinya. Dan akan diserahkan ke SSS pada acara Mengenang Bhante GGGG di BXX, XXXXXX.Saya perjelas.
aduh Ibu, puyeng bacanya :'(Thanks bro Kakao,
mending Ibu tidak usah serahkan saja, batalkan, sebarkan isu, juga untuk melawan isu yag beredar, wah ikut karma buruk juga nih ;D , apalagi menyangkut sebuah Vihara ;D
ibu besok merekin aja di depan atau patok, dan ditulis di papan, dengan tulisan "tanah ini/vihara ini/yayasan ini tdk jadi disumbangkan, yang tdk jelas hubungi saya(tulis nomer telpon), all umat bebas kebaktian, Bhante2 juga welcome."
nah selesai ;D
semoga saran saya tidak ditiru ^:)^ ^:)^ ^:)^
saya juga yakin Ibu dan para pengurus lainnya jg punya niatan yang baik untuk Vihara atau tanah itu, mungkin cuma salah persepsi aja loh Bu, berpikirlah untuk melepas Bu, seandainya nyawa ini terlepas dari tubuh dan Ibu masih tidak rela, itu akan menyebabkan terlahir kealam rendah,.ini misalkan loh Bu. ^:)^ ^:)^ maaf kl ada kata2 yang kelewatan
Apalah yang patut dan etis kami lakukan, sebagai murid, selain mengiyakan kehendak, rencana dan tindakan Guru Dhamma-Vinaya yang kami sangat muliakan???
to : TSbukannya meminta, tapi menyarankan untuk memberi...
kalau menurut anda ragu lebih baik tidak di hibahkan
bukankah seorang bhikku tidak boleh meminta "sesuatu" kepada umat awam ? bukankah itu melanggar vinaya ?
to : TSIni jg pertanyaan kami, bro.
kalau menurut anda ragu lebih baik tidak di hibahkan
bukankah seorang bhikku tidak boleh meminta "sesuatu" kepada umat awam ? bukankah itu melanggar vinaya ?
bukannya meminta, tapi menyarankan untuk memberi...Thanks, bro.
meskipun artinya secara tersirat memang "meminta", tapi tidak secara langsung..
mengingat sangha Sxx gak merespon surat dari pemilik sah vihara, gimana kalo dikirim dutiyampi dan tatiyampi?Wah, segini aja, saya sudah merasa kebablasan, bro. :D
kalo udah tatiyampi, suratnya dibikin terbuka aja ;D
bukannya meminta, tapi menyarankan untuk memberi...
meskipun artinya secara tersirat memang "meminta", tapi tidak secara langsung..
antara meminta dan menyarankan memberi jika dilakukan seorang bhikku tetap saja bro . itu kalau menurut saya :)jabatan, wewenang, "kepemilikan" satu yys adalah keduniawian. Bagi Umat awam pun (menurut pemahaman kami) kurang etis dan sungkan mengejar keduniawian dalam organisasi sosial keagamaan.
jika menyarankan memberi tanpa ada embel2 pemaksaan secara halus itu bisa di benarkan , tapi kalau sampai ujungnya keributan bukankah justru hanya menimbulkan kamma buruk bagi yang bersangkutan
apakah sejak awal, vihara lagi "baru/awal" dan perlu bantuan...Maaf, baru sempat saya respon, bro.
maka GELOMBANG #1 inilah yg dimintain tolong.. dan dibaikin....
setelah "pondasi" udah kuat....
ehhh GELOMBANG #1 tsb digeser begitu aja, tanpa
"thank you", tanpa pemberitahuan, tanpa ba be bu.....
dan udah tentu tanpa penjelasan dehhh
malah teman yg ngomong.... Ehhhh rupanya sekarang
udah ada gelombang baru lho... GELOMBANG #2...
padahal kemarin malamnya org2 gelombang #1 masih
berpikir, bermimpi... bagaimana bisa lebih memajukan wihara tsb... :o :o
Apakah begitu yg terjadi.... (yg disebut UPPER CUT),... sampai org2 berkunang-kunang ?
:)) :))
[at] inJulia, no offence nih... tapi saya bingung baca "kisah" kasus ini karena terlalu banyak inisial-nya. gak tahu member yang lain ngerti kagak ya...bagaimanakah proses pengangkatan pengurus dalam suatu yayasan/wihara ?
dari baca2 thread ini, yg saya mengerti ceritanya:
* sebuah vihara hasil swadaya sekelompok orang, ada yang mendanakan tanah, ada yang mendanakan bangunan dan ada yang mendanakan tenaga. vihara ini dimiliki secara sah oleh sebuah yayasan yg terdiri dari beberapa orang badan pendiri. tentunya donatur sudah bukan lagi pemilik sah karena sudah diberikan dan disahkan oleh hukum
* secara sepihak individu sang donatur tanah mendanakan vihara theravada yang bukan miliknya ini kepada S_I
* beberapa anggota S_I membela, mendukung dan menganjurkan perbuatan pengambilan barang yg tidak diberikan ini, secara nominal mungkin berharga beberapa ratus juta (atau M?). tidak ada anggota S_I yang mengecam tindakan tidak terpuji ini.
* tanpa pengetahuan pemilik sahnya, secara siluman diumumkan sebuah acara serah terima vihara dari pemilik lama ke pemilik barunya (S_I) dan pengelolaannya kepada yayasan baru, dan lagi2 didukung oleh anggota S_I
* tidak ada komunikasi dari S_I atas pengaduan mengenai kasus ini, malahan serah terima terus berlangsung (diam berarti tanda mendukung?)
* karena tidak mau ribut dengan guru spiritualnya, akhirnya pemilik sahnya menyerah dan memilih berdamai dengan S_I dengan menyerahkan saja vihara ini.
kalo semua kronologi dan cerita ini benar, saya merasa kasus ini benar2 menjijikkan, merupakan pelanggaran hukum, vinaya dan moral, yang jauh lebih parah daripada pelanggaran vinaya maen musik atau makan seliwat jam 12 (pelanggaran vinaya ini salah, please jangan dipelintir saya membela pelanggaran vinaya).
cmiiw.
[at] inJulia, no offence nih... tapi saya bingung baca "kisah" kasus ini karena terlalu banyak inisial-nya. gak tahu member yang lain ngerti kagak ya...Ma kasih, bro Dilbert atas masukannya.
Orang bijaksana, berusaha mencari masukan dari kedua belah pihak sebelum membuat kesimpulan ataupun kebijakan.
AP: Soalnya hanya SM yg memberi masukan, kita selama ini tak pernah memberi masukkan ke Sangha.
I: Waduh, apa kita berani beranggapan dan mengingatkan Ketua Sangha bahwa "Orang bijaksana, berusaha mencari masukan dari kedua belah pihak sebelum membuat kesimpulan ataupun kebijakan" ???
Disamping itu, kita sudah beber apa fakta menurut versi kita per surat. Apa lagi yg kurang?
bagaimanakah proses pengangkatan pengurus dalam suatu yayasan/wihara ?Saya ada buat 4 trit soal ini. Semua posting saya yg berwarna adalah isi surat kami ke sangha.
bagaimanakah porsi kekuasaan, besarnya hak voting utk penyumbang besar (spt kapling tanah) ?
bagaimanakah peranan umat dlm voting tsb ?
thx atas ceritanya..
_/\_ :P
agak.membingungkan ribut ribut ini soal apa sebenarnya?;D
Soal tanah 2 kapling yang kemudian tidak jadi di serahkan? yang mana?
Bila memang orang yang memberi kemudian tidak rela, kembalikan saja beres toh bila sudah ada bangunan diatas nya relakan saja, kita menggunakan azas upheka semua terhubung dengan kamma masing masing baik atau buruk.
“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tetapi PERJUANGANmu akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri"
#Bung Karno
Bila tetjadi keributan karena sangha tertentu tidak boleh hadir memberi dhammadesana di vihara tersebut orang tersebut boleh di persilahkan untuk mengundang YA Maha Kassapa pemimpin sangha pertama setelah buddha pari nibbana untuk bisa menentukan apakah sangha tersebut tidak layak bagi vihara tersebut bila tidak dapat menghadirkan YA Maha Kassapa secara fisik, maka semua sangha tentunya yang berasal dari Sang Buddha dan tentu nya boleh memberi dhamma desana atau menerima undangan dari umat untuk mengajarkan dhamma.;D ;D ;D
;D ;D ;D
Jangankan soal BERCERAMAH.
Pernah ada LARANGAN MAKAN buat bhikkhu Theravada non SSS di vihara kami.
Bahwa bhikkhu Theravada non SSS, dilarang makan di vihara kami.
(Sebagian merasa aturan itu aneh sekali, tapi ada umat yg mendukung dan mempertahankan aturan itu, karena ia dapat aturan ini dari bhikkhu secara langsung. kami (pengurus vihara) debat, ribut krn aturan ini)
Lucu dan aneh? Tapi itu fakta, bro. Sudah kami beber di surat kami.
(sudah hampir saya copas point ini, tp sebaiknya jangan.)
Kalau melihat hal2 demikian, apa sebaiknya diam saja, azas Upekkha bro? :)
Perlu ada nya di buat suatu buku panduan dan pedoman yang disepakati bersama dan di wariskan kepada generasi berikut nya. dllMenurut saya, dalam organisasi sosial keagamaan, apalagi di Buddhisme, maka Dhamma Vinaya adalah Pedoman, Aturan, Hukum Tertinggi yg semestinya menjadi acuan bersama.
Bila memang ego manusia nya menimbulkan perpecahan harus di ingat segala sesuatu itu anicca ada saat berakhir kadang sangat singkat jadi vihara tersebut bisa saja dikembalikan menjadi tanah kosong kembali.
dari baca2 thread ini, yg saya mengerti ceritanya:
* sebuah vihara hasil swadaya sekelompok orang, ada yang mendanakan tanah, ada yang mendanakan bangunan dan ada yang mendanakan tenaga. vihara ini dimiliki secara sah oleh sebuah yayasan yg terdiri dari beberapa orang badan pendiri. tentunya donatur sudah bukan lagi pemilik sah karena sudah diberikan dan disahkan oleh hukum
* secara sepihak individu sang donatur tanah mendanakan vihara theravada yang bukan miliknya ini kepada SSS
* beberapa anggota SSS membela, mendukung dan menganjurkan perbuatan pengambilan barang yg tidak diberikan ini, secara nominal mungkin berharga beberapa ratus juta (atau M?). tidak ada anggota SSS yang mengecam tindakan tidak terpuji ini.Tepatnya begini. Ada 3 oknum anggota Sangha SSS yg "menyarankan" agar yayasan, vihara kami diserahkan ke Sangha. dengan alasan: demi menjamin kelangsungan, kepastian mendapatkan pembinaan Dhamma dari Sangha.
= UPDATE_15 Juli 2010 =
Kami sepakat menyerahkan Yayasan kami ke SSS, kami sudah sampaikan secara lisan kepada Bhante S, di Vihara BS. Bagaimana prosedur penyerahannya, kami menunggu pengaturan dan arahan SSS. Bagaimana susunan pengurus dan segala sesuatunya nanti, adalah wewenang SSS SEPENUHNYA.
* tanpa pengetahuan pemilik sahnya, secara siluman diumumkan sebuah acara serah terima vihara dari pemilik lama ke pemilik barunya (S_I) dan pengelolaannya kepada yayasan baru, dan lagi2 didukung oleh anggota S_I
iluman diumumkan sebuah acara serah terima vihara dari pemilik lama ke pemilik barunya (SSS) dan pengelolaannya kepada yayasan baru, dan lagi2 didukung oleh anggota SSS
* tidak ada komunikasi dari SSS atas pengaduan mengenai kasus ini, malahan serah terima terus berlangsung (diam berarti tanda mendukung?)
Namo buddhaya! pd tgl 13 nov 2011 stlh makan pagi bhikkhu sangha akan diadakan penyerahan yayasan (sensor/injulia) kpd sangha divihara (sensor/injuliaq) .tk
untuk lebih jelasnya silahkan hubungi Bhante (TTT. Sensor/injulia) thera.
Acara bukan serah terima, tapi PATIDANA dan UCAPAN TERIMA KASIH Sangha atas penyerahan Vihara VVV ke Sangha SSS.
Acara bukan serah terima, tapi PATIDANA dan UCAPAN TERIMA KASIH Sangha atas penyerahan Vihara [gmod]*******[/gmod]
_/\_
Nama Vihara-nya : [gmod]sensor[/gmod] ?
Nama Vihara-nya : VVV?Mohon di modify, bro. Maaf.....
Mohon di modify, bro. Maaf.....
Dan nama sanghanya.
Mohon Pak Admin atau Pak Mod berkenan meralat.
Post saya sudah saya modify.
Thanks
_/\_
..........
Ini perbincangan kami:
Back to you,
Soal banyak inisial yg membuat bingung, please beri saran bro bagaimana sebaiknya. :)
_/\_
Kalau ngasih makan ke orang-orang yang membutuhkan saja seharusnya memang harus digalak-kan, apalagi kepada orang yang hidup selibat (bhikkhu/bhikkhuni yang telah meninggalkan kehidupan perumah tangga).Isi surat kami, ada yg lebih jelas menunjukkan penolakan, sentimen kepada bhikkhu Non SSS.
Kalau sampai ada diskriminasi terhadap bhikkhu/bhikkhuni, wah... wah... ** Speechless deh
kemungkinan mod/admin tidak memonitor thread ini, silakan anda click "report to moderator" dengan menyertakan request anda, agar mendapat perhatian mrk.Thanks bro Indra.
gunakanlah label yg lebih mewakilin....Thanks atas sarannya, bro Cumi.
pybgTanah_lk = peyumbang tahan lk
pybgTanah_pr = ........................perempuan
sanghaTRVD = sangha Theravada
sanghaVisiting = sangha yg mampir
BhiksuTRVD_t = biksu theravada thera
pngrus ketua, ngnrus wl ketua, pngrus bendahara
dapatkah kasih gambaran bagaiaman SIFAT donator besar tsb ?
adakah pengurus2 menyinggung perasaan donator besar ? ...
(spt dia tidak mendptkan tempat duduk didepan, dst dst) ?
bro sebagai apa di sana ? :o
tabah ya,... apapun yg terjadi, janganlah menjadi benci... dan org lain cilaka..hahhaha
tabah ya,... apapun yg terjadi, janganlah menjadi benci... dan org lain cilaka..hahhaha
Mohon di modify, bro. Maaf.....
Dan nama sanghanya.
Mohon Pak Admin atau Pak Mod berkenan meralat.
Post saya sudah saya modify.
Thanks
_/\_
bagaimana kalau ketemu 4mata dgn penymbang tanah...Dalam bisnis, kalau ada anak buah, karyawan yg dinilai jelek, bisa dipecat, dan 1000 orang antre minta pekerjaan.
tanya apakah selama ini pengurus kerjanya tidak baik ?
apakah ada hal2 yg kurang berkenan selama ini ?
--------
utk penyumbang besar ? bagaimana cara terima kasih yg baik ?
apakah dia diberi tempat duduk didepan (sedapat mungkin) ?
atau namanya terukir di salah satu tembok ? (karna ada rumah sakit yg pakai cara ini lho)
jadi setelah sekian tahun, dia selalu dikenang orang...
ETIKA PANDITA
MAJELIS AGAMA BUDDHA THERAVADA INDONESIA
7. Seorang pandita akan selalu memperlakukan umat dengan baik, ramah dan sopan tanpa memandang status sosial, kedudukan atau materi.
Sumber:
http://www.magabudhi.org/artikel_dhamma/baca/13/etika-dan-etiket-sikap-batin-memberikan-tauladan.-oleh-pdt.-dr.-dharma-k.-widya-m.kes-spak
bagaimana keputusan diambil oleh yayasan ini ? dptkah bro jelaskan ?Saya sharing, semoga menjadi bahan masukan.
dan dimanakah letak kelemahan atau kesalahan sehingga terjadi kekecewaan di pihak tertentu ?
mengenai aturan (rules), apakah penyumbang tanah juga sering melanggar aturan yg ditetapkan...
contoh, setiap org hanya dpt 1 buku panduan mantra Ta Pei Cou,...
tapi teman baik bos datang, maka dia memberikannya 5 buku.
apakah kejadian ini apakah ada anggota pengurus yg "ngotot" menuntut hanya boleh 1 ?
mohon masukan
_/\_
punya saya sudah tidak bisa di modify... terpaksa minta bantuan admin / global moderator....Noproblemo, bro.
sorry kelepasan...
Noproblemo, bro.
dari sini, saya belajar perlunya tombol "Preview".
Dan, kalau ada posting yg keliru, jangan lagi kita copas.
;D
masih ada di quotenya tuh....
quote saya seharusnya sudah clear... quote yang mana lagi yang ada eksplisit nama vihara-nya ?#120
quote saya seharusnya sudah clear... quote yang mana lagi yang ada eksplisit nama vihara-nya ?
#120