Bukan membanding2kan tapi ini terlihat jelas didepan mata..... Mengapa kita menjadi umat Buddha kalau apa2 susah... Seorang ibu beragama Buddha mendadak meninggal karena serangan jantung, dia memang tidak aktif ke vihara maka setelah meninggal pun dia mau memanggil pandita susah sekali, mau panggil ke mana nh.....akhirnya dapat juga. Selesai kebaktian seorang tetangga lain yg beragama Buddha mengatakan pada pihak keluarga kalau uang buat panditanya sekian.... Nah loh dipatok harga sedangkan tahu sendiri keluarga tersebut kurang mampu dan sedang kesusahan karena harus membayar mahal rumah duka,peti dan tanah ....... Seorang lain lg yg beragama ka****k berkerumun bercakap2 bagaimana ini kok begitu, mendingan kita ka****k yang di setiap lingkungan masing2 ada yg namanya kartu kuning dengan iuran yg sangat murah sudah menjamin semua bila meninggal dari rumah duka,peti mati sampai tanahnya gratis, walaupun dia orang kaya yg sanggup membayar. Disini mulai terjadi perdebatan batin seorang yg beragama Buddha yg memang tidak aktif. Mereka berpikir lebih baik saya menjadi ka****k tidak perlu repot bila meninggal maupun sakit.
Mohon masukannya nh koko2 cicik2
Sis Meichen, jangan mengeneralisasi..
apakah agama buddha d seluruh indo kayak gitu?
kan tidak tentunya... tap ya sutralah kita jgn permasalahkan hal ini.
Jika mau dilihat yah memang sudah vipaka (benr yah cie lily) dari ibu tersebut, katakanlah jika ia menganut agama "X" may be ia akan tetap di perlakukan begitu..
bisa juga mungkin, tergantung kondisinya.
Tapi ada baiknya kan "hutangnya" sudah lunas..
dan mungkin (ini seh pikiran saya saja) maka org2 akan bertanya2,
wah ribet ini-itu.. lebih baik pindah nih...(semacam di saring gitu.. kayak USM aja..) jd org2 terpilih yg bisa masuk ke ... (ini seh cuma menenangkan diri)
or mau opsi yg laen? ada nih.. (kayak jualan aja wa..)
anda bisa melihat kan, beragama buddha pun bukan jaminan mendapatkan "service"yg memuaskan. >larinya ke perenungan, 4KM >penembusan... n you reach your goal