iyah itu kalau dilahirkan jadi dewa dan kita masih ingat akan dhamma seperti di bumi ini skrg, kalau gak ingat dhamma gimana? krn da keenakan di sorga jadi dewa dan berusia panjang, karena menurut yg pernah saya baca biasanya kl da jadi dewa da enak berumur sangat panjang banyak yg gak ingat dhamma, bersenang2 sampai waktu usia dewanya udah habis, ciri2nya biasanya gak pernah keringatan jadi keringatan (salah satu pertanda seorang dewa usianya telah habis), kemudian timbul gelisah dan hanya bisa duduk menanti kelahiran kembali.
Apa kita dilahirkan di alam dewa lalu pikiran kita bisa seperti skrg ini tahu dan paham akan dhamma? bukannya terbentuk kepribadian dan pemikiran baru? apalagi di sana cuma ada senangnya gak ada susahnya, jangan2 malah menganggap dhamma itu lebih rendah dr pangkat dia sbg dewa. saya juga gak begitu yakin hahaha mau tanya yg pernah jadi dewa
sedangkan di pureland buddha amitabha sudah pasti yg terlahir di sana akan diajar dhamma, jadi meskipun kita dilahirkan di sana pikiran kita masi tahu akan Dhamma, dan pureland bukanlah surga atau jadi dewa di sana dan hidup bersenang2 tp masih harus belajar lagi. saya ambil sisi positifnya saja loh... percaya atau gak percaya yah urusan masing-masing
Meski saya Naif seperti yg dikatakan bro Kelana, oklah kita anggap saja sutra amitabha ataupun pureland cuma tambahan atau karangan orang tertentu/sutra palsu, jadi meski nianfo amitabha gak akan pernah dilahirkan di sukhavati dan sukhavati pureland itu tak pernah ada.
Di sini Saya juga mengingat akan Karma dan Hukum alam Semesta pasti tidak sembarangan dan berlaku adil. dengan ketekunan nian fo, membayangkan sifat luhur para buddha, samadhi, menjalankan kebajikan dan DJMB8 meski tidak dilahirkan di sukhavati, krn sukhavati itu rupanya cuma karangan, menurut temen2 setelah mati saya akan dilahirkan di mana? (ini gak usah dijawab tar saya mati dulu baru saya ceritakan ke kalian)
Karena pribadi saya "Yang penting adalah apa yang saya lakukan sekarang ini dan saya tidak pernah memikirkan hasilnya"
Lah kok pakai “kalau masih ingat”? Ya harus dilatih untuk ingat donk. Jika ingin mengingat dhamma di alam dewa, berharaplah dan jadilah dewa yang mengingat dhamma dan usianya panjang. Caranya? Berharaplah jadi dewa, lakukan Samadhi, laksanakan Sila dan Panna. Sama saja dengan cara menuju pureland. Bedanya yang satu berkonsentrasi dengan nama Buddha, yang satu berkonsentrasi dengan alam dewa. Tapi ujung-ujungnya Pencerahan juga toh. Dan jangan khawatir mengenai usia, konon para dewa tertentu cukup panjang usianya untuk melihat relik Buddha mengajar Dhamma.
Sebaliknya, apakah dilahirkan di pureland akan menjamin mengingat dhamma jika tidak diawali dengan latihan mengingat pureland, dan mengingat dikisahkan begitu indahnya pureland itu, begitu panjang usia disana, tanpa penyakit batin dan fisik, lebih nyaman dari surga, bisa-bisa kita hanya main-main disana. Toh kita juga perlu belajar lagi juga di pureland, jadi tidak ada bedanya dengan alam dewa yang juga bisa belajar dhamma. Katakanlah di pureland tidak ada yang berbuat jahat, semua mengingat dhamma, maka tidak ada tantangan, ‘ujian’ batin, disana. Sedangkan di alam dewa ada sedikit tantangan yang dapat mengasah batin. Mengapa para calon Sammasambuddha selalu terlahir di alam manusia yang lebih tidak membahagiakan dibandingkan alam dewa? Karena tantangan di alam manusia lebih besar dari alam dewa. Di sinilah calon Sammasambuddha terasah batinnya.
Selama kita memiliki timbunan karma baik, dalam istilah Mahayanis 'berjodoh' dengan Buddha, maka dikelahiran berikutnya kita pun akan terkondisikan untuk menjalankan dhamma (meskipun kita tidak mengingat namanya/istilahnya sebagai dhamma), kita akan menjadi dewa yang menjalankan dhamma meskipun kita tidak tahu kita sedang menjalankan dhamma, dan saat waktunya tiba relik Buddha mengajar, otomatis kita akan mau mendengarkannya dan mencerahkan kita. Oleh karena itu timbunlah karma baik. Dan jangan khawatir, para dewa senior yang mengenal Dhamma juga akan membantu kita, bahkan para dewa senior yang ada saat Sang Buddha masih hidup, mereka juga masih ada.
We are not alone.
Bagaimana? Apakah masih menganggap hanya melalui 'transit' ke pureland seseorang termudahkan dalam pencerahan? Atau sudah terpikirkan bahwa ada jalan lain?
Di sini Saya juga mengingat akan Karma dan Hukum alam Semesta pasti tidak sembarangan dan berlaku adil. dengan ketekunan nian fo, membayangkan sifat luhur para buddha, samadhi, menjalankan kebajikan dan DJMB8 meski tidak dilahirkan di sukhavati, krn sukhavati itu rupanya cuma karangan, menurut temen2 setelah mati saya akan dilahirkan di mana?
DJMB8?? Mungkin maksudnya JMB8 (Jalan Mulia Berunsur 8 )
Secara teori dengan mengesampingkan karma lampau yang lainnya, mungkin akan lahir di alam yang bahagia, tergantung kwalitas praktik dhamma.
Semoga perbandingan ini dapat dijadikan sebagai bahan berpikir dan menimbang dalam memilih jalan, dari pada pasrah menerima apa yang datang dan tanpa investigasi terlebih dulu.