Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: freecloud79 on 03 November 2010, 01:11:55 AM

Title: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 03 November 2010, 01:11:55 AM
Mau nanya adakah temen-temen Buddhis yang menganut aliran TheraMahavadayana?
saya pribadi penganut theravada tetapi ada juga ajaran Mahayana yang menurut saya bermanfaat jadi diamalkan juga seperti nianfo (melafalkan nama Buddha) dan amitabha sutra. apakah saya termasuk aliran baru ini?  ;D  _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Jerry on 03 November 2010, 02:13:46 AM
Jangan-jangan itu aliran baru ciptaan Bro sendiri. Baru denger yang begitu..
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 03 November 2010, 05:48:04 AM
Jangan-jangan itu aliran baru ciptaan Bro sendiri. Baru denger yang begitu..

marilah kita sambut aliran baru dengan merayakan 'pesta' <:-P
 =))

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Forte on 03 November 2010, 05:58:10 AM
mungkin tepatnya Buddhayana ya.. tanpa mempedulikan sekte / aliran.
contoh di Ekayana, kebaktian ada 2 versi, Theravada dan Mahayana.. CMIIW
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 03 November 2010, 07:44:37 AM
oh, jadi buddhayana sekarang bergeser maknanya, jadi gado-gado.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Udyata-sahanubhuti on 03 November 2010, 08:43:35 AM
mungkin tepatnya Buddhayana ya.. tanpa mempedulikan sekte / aliran.
contoh di Ekayana, kebaktian ada 2 versi, Theravada dan Mahayana.. CMIIW

 _/\_
Dear Bro Forte,
Kalo menurut gw sih sepertinya lebih cocok dengan kalimat menyediakan kendaraan untuk berlatih, bukan berarti tanpa mempedulikan sekte / aliran.
Contohnya di Ekayana: tersedia bahkan ada 3 versi kebaktian (theravada, mahayana dan vajrayana). Kita sendiri yang memilih lebih cenderung cocok ikut kebaktian yang mana.
gw sendiri kalo kebaktian juga ikutin kebaktian sore bahasa Pali / theravada....mungkin gw lebih cocok di sana.
Hanya masalahnya apakah semua org bisa cocok di kebaktian Theravada? Terus kalo ikut latihan meditasi, gw lebih cenderung cocoknya di metode Chan, apakah bermasalah dengan kombinasi seperti ini bro?
 ^:)^
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: sobat-dharma on 03 November 2010, 09:01:00 AM
 [at] freecloud79:
Menurut saya, Anda orang yang tidak sektarian... Tapi bukan pendiri aliran baru :)
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 03 November 2010, 09:28:25 AM

 _/\_
Dear Bro Forte,
Kalo menurut gw sih sepertinya lebih cocok dengan kalimat menyediakan kendaraan untuk berlatih, bukan berarti tanpa mempedulikan sekte / aliran.
Contohnya di Ekayana: tersedia bahkan ada 3 versi kebaktian (theravada, mahayana dan vajrayana). Kita sendiri yang memilih lebih cenderung cocok ikut kebaktian yang mana.
gw sendiri kalo kebaktian juga ikutin kebaktian sore bahasa Pali / theravada....mungkin gw lebih cocok di sana.
Hanya masalahnya apakah semua org bisa cocok di kebaktian Theravada? Terus kalo ikut latihan meditasi, gw lebih cenderung cocoknya di metode Chan, apakah bermasalah dengan kombinasi seperti ini bro?
 ^:)^


Setahu saya, secara teori meditasi Buddhis itu ada 2, yaitu untuk konsentrasi dan pandangan terang, dalam Theravada diajarkan keduanya. Kalau boleh tanya, metode Chan yang Sdr. Udyata lakukan itu seperti apa?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 03 November 2010, 10:24:17 AM
[at] freecloud79:
Menurut saya, Anda orang yang tidak sektarian... Tapi bukan pendiri aliran baru :)

menurut saya bukan karena sektarian
karena tidak mengerti  ^:)^

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Udyata-sahanubhuti on 03 November 2010, 10:44:57 AM
Setahu saya, secara teori meditasi Buddhis itu ada 2, yaitu untuk konsentrasi dan pandangan terang, dalam Theravada diajarkan keduanya. Kalau boleh tanya, metode Chan yang Sdr. Udyata lakukan itu seperti apa?

 _/\_
Kalo meditasi metode Chan, sitting meditation dengan relaksasi (scanning body) kemudian masuk ke metode pernafasan.
metode pernafasan juga dibagi jadi beberapa, kadang dengan hanya mengamati nafas, kadang memberi angka pada nafas.
kadang meditasi mata tertutup dan kadang terbuka. Jika tidak sanggup juga masuk metode karena pikiran itu liar, ya udah gw diajarkan hanya mengamati bentuk2 pikiran yg muncul tanpa memberi label. Di dalam latihan meditasi chan, kita tidak harus duduk, kadang walking meditation dan meditasi namaskara (touching the earth). pertanyaan gw: Apa sih bedanya meditasi samantha dan vipassana dalam prakteknya?
sepertinya OOT neh dari topic di atas yaa bro...sorry kalo OOT.
Thanks sebelumnya bro Kelana  ^:)^
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 03 November 2010, 11:59:24 AM

 _/\_
Kalo meditasi metode Chan, sitting meditation dengan relaksasi (scanning body) kemudian masuk ke metode pernafasan.
metode pernafasan juga dibagi jadi beberapa, kadang dengan hanya mengamati nafas, kadang memberi angka pada nafas.
kadang meditasi mata tertutup dan kadang terbuka. Jika tidak sanggup juga masuk metode karena pikiran itu liar, ya udah gw diajarkan hanya mengamati bentuk2 pikiran yg muncul tanpa memberi label. Di dalam latihan meditasi chan, kita tidak harus duduk, kadang walking meditation dan meditasi namaskara (touching the earth). pertanyaan gw: Apa sih bedanya meditasi samantha dan vipassana dalam prakteknya?
sepertinya OOT neh dari topic di atas yaa bro...sorry kalo OOT.
Thanks sebelumnya bro Kelana  ^:)^

Sepertinya secara teori tidak berbeda antara meditasi chan yang anda uraikan dengan anapanasati (perhatian pada napas) karena kedua-duanya sifatnya adalah konsentrasi pada satu obyek. Sedangkan kalimat yang saya tebalkan, menurut saya sepertinya tidak beda dengan vipassana.

Saya bukan ahli meditasi, tapi setahu saya samatha (bukan samantha) adalah fokus pada satu obyek sedangkan vipassana adalah mengamati tanpa menilai.

:outoftopic: :backtotopic:

Thanks
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 03 November 2010, 12:28:47 PM
bagaimana dibilang tidak mengerti?

semua ajaran buddha intinya kan sama mencapai pencerahan tertinggi (nibbana)/tidak dilahirkan di alam manapun.
cuma di zaman sekarang ini, di bumi kita hidup sekarang ini saya merasa sangat susah atau hampir mustahil buat kita2 mencapai nibbana langsung di kehidupan ini tanpa dibarengi karma baik di kehidupan lampau. ditambah apalagi saya seorang perumah tangga. bisa mencapai sotapanna da mantap sekali itu(tapi entah kapan ya) jadi sewaktu saya mengetahui amitabha sutra dari sepupu penganut mahayana dan dijelaskan mengenai sukhavati buddha amitabha.
jadi berpikir nih  :-? meski tidak bisa mencapai nibbana di kehidupan ini tp setelah kematian dilahirkan di pureland sukhavati dan masih bisa belajar dhamma. Alangkah bagusnya masih bisa belajar Dhamma. intinya masih bisa belajar Dhamma loh... teman2 se-Dhamma.

Swatthi Hottu
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 03 November 2010, 01:06:21 PM
bagaimana dibilang tidak mengerti?
Quote
semua ajaran buddha intinya kan sama mencapai pencerahan tertinggi (nibbana)/tidak dilahirkan di alam manapun.

maaf, memang saya hanya tahu Theravada utk pencapain tertinggi adalah Nibbana
kalau aliran lain memang harus tanya yang kompeten

Quote
cuma di zaman sekarang ini, di bumi kita hidup sekarang ini saya merasa sangat susah atau hampir mustahil buat kita2 mencapai nibbana langsung di kehidupan ini tanpa dibarengi karma baik di kehidupan lampau. ditambah apalagi saya seorang perumah tangga. bisa mencapai sotapanna da mantap sekali itu(tapi entah kapan ya) jadi sewaktu saya mengetahui amitabha sutra dari sepupu penganut mahayana dan dijelaskan mengenai sukhavati buddha amitabha.
jadi berpikir nih  :-? meski tidak bisa mencapai nibbana di kehidupan ini tp setelah kematian dilahirkan di pureland sukhavati dan masih bisa belajar dhamma. Alangkah bagusnya masih bisa belajar Dhamma. intinya masih bisa belajar Dhamma loh... teman2 se-Dhamma.

diatas anda bilang semua aliran adalah mencapai Nibbana
sedangkan aliran Sukhavati lahir lagi dan bisa belajar Dhamma disana ?
sebenarnya Sukhavati itu termasuk alam mana dari 31 alam kehidupan makhluk hidup ?
 
 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 03 November 2010, 01:25:36 PM
yang saya tahu dari aliran mahayana, Sukhavati bukan termasuk dari 31 alam kehidupan, sukhavati merupakan tanah Buddha (Buddha Land), yah saya memang tahu dilahirkan di sukhavati belum mencapai nibbana tp setidaknya kita kan masih bisa belajar Dhamma di sana. Saya tekankan di sini "Masih bisa belajar Dhamma". Apa kamu bisa jamin di kehidupan ini bisa langsung mencapai Nibbana???  intinya saya cuma mengambil manfaat dr pelafalan omitofo (amitabha) dalam keseharian :

-meningkatkan konsentrasi
-pemusatan sewaktu bermeditasi lebih baik
-melafalkan omitofo sambil membayangkan sifat2 luhur para Buddha
bla bla bla...

mau sutra palsu atau tidak saya cuma mengambil manfaatnya untuk saya saat sekarang ini.

dan tentunya semua harus dibarengi dengan menjalankan kebajikan, melaksanakan DJMB8. Thx... _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: dilbert on 03 November 2010, 04:42:04 PM
bagaimana dibilang tidak mengerti?

semua ajaran buddha intinya kan sama mencapai pencerahan tertinggi (nibbana)/tidak dilahirkan di alam manapun.
cuma di zaman sekarang ini, di bumi kita hidup sekarang ini saya merasa sangat susah atau hampir mustahil buat kita2 mencapai nibbana langsung di kehidupan ini tanpa dibarengi karma baik di kehidupan lampau. ditambah apalagi saya seorang perumah tangga. bisa mencapai sotapanna da mantap sekali itu(tapi entah kapan ya) jadi sewaktu saya mengetahui amitabha sutra dari sepupu penganut mahayana dan dijelaskan mengenai sukhavati buddha amitabha.
jadi berpikir nih  :-? meski tidak bisa mencapai nibbana di kehidupan ini tp setelah kematian dilahirkan di pureland sukhavati dan masih bisa belajar dhamma. Alangkah bagusnya masih bisa belajar Dhamma. intinya masih bisa belajar Dhamma loh... teman2 se-Dhamma.

Swatthi Hottu

Nah, coba anda baca Saddhamapundarika Sutra (salah satu sutra utama Mahayana), Buddha Sakyamuni sendiri sudah mencapai annutara samyaksambuddha berkalpa kalpa yang lampau, dan kembali terlahir menjadi manusia (Siddharta) untuk menempuh jalan menuju penerangan sempurna. EPISODE-EPISODE kelahiran kembali sebagai manusia ataupun makhluk lain dikatakan sebagai UPAYA KAUSALYA seorang bodhisatva.

Sama-kan dengan persepsi anda mencapai nibbana --> Parinibbana = tidak terlahir di alam manapun ?

Disamakan dulu persepsi ini, supaya nanti-nya JELAS apakah BERBEDA atau SAMA ? Soalnya jika memang sama, janganlah di beda-beda-kan... TETAPI juga bila BERBEDA jangan di-sama-sama-kan.

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: seniya on 03 November 2010, 06:25:07 PM
Pada awalnya seseorang mungkin bisa mempelajari ajaran semua aliran Buddhis apakah Theravada, Mahayana, Vajrayana, dst. Tetapi ketika sampai pada tahap tertentu seseorang mungkin harus memilih ajaran mana yang akan ia tempuh. Ibaratnya, ketika seseorang menyeberangi sungai, hanya bisa dilakukan dengan satu perahu karena seseorang tidak bisa berdiri/menaiki dua perahu atau lebih.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Mahadeva on 03 November 2010, 11:06:54 PM
Mau nanya adakah temen-temen Buddhis yang menganut aliran TheraMahavadayana?
saya pribadi penganut theravada tetapi ada juga ajaran Mahayana yang menurut saya bermanfaat jadi diamalkan juga seperti nianfo (melafalkan nama Buddha) dan amitabha sutra. apakah saya termasuk aliran baru ini?  ;D  _/\_

hmm...menganut theravadanya dalam hal apa? kalau nian fo nda masalah kok, itu kan juga melatih pikiran.

kalau aliran baru sih tidak, 3 aliran di atas kan sama2 masih berpegang pada 4 KM dan JMB 8...

ada juga master zen yang nian fo, nda masalah...
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 05 November 2010, 05:43:58 AM
hmm...menganut theravadanya dalam hal apa? kalau nian fo nda masalah kok, itu kan juga melatih pikiran.

kalau aliran baru sih tidak, 3 aliran di atas kan sama2 masih berpegang pada 4 KM dan JMB 8...

ada juga master zen yang nian fo, nda masalah...


LSY juga nian fo ! =))

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: No Pain No Gain on 05 November 2010, 06:37:14 AM
LSY juga nian fo ! =))

 _/\_

gak nyambung u!!!
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 05 November 2010, 03:36:29 PM
gak nyambung u!!!

kalau begitu jangan disambung  ^:)^
biarin aja  =))

 _/\_

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: wen78 on 05 November 2010, 07:02:23 PM
Mau nanya adakah temen-temen Buddhis yang menganut aliran TheraMahavadayana?
saya pribadi penganut theravada tetapi ada juga ajaran Mahayana yang menurut saya bermanfaat jadi diamalkan juga seperti nianfo (melafalkan nama Buddha) dan amitabha sutra. apakah saya termasuk aliran baru ini?  ;D  _/\_

bukan aliran baru. berarti bro freecloud79 melihat dari makna/inti dari ajaran tanpa melihat pembatas/perlabelan/pengkategorian.
sebenarnya banyak yg seperti bro freecloud79, hanya saja ada yg cenderung mengatakan menganut aliran tertentu, karena lebih terasa dekat/nyaman terhadap aliran tsb.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: GandalfTheElder on 06 November 2010, 08:38:38 AM
Haha tidak masalah bro mau mempraktikkan kedua-duanya juga boleh, ajaran Sang Buddha tidaklah ada yang benar-benar bertentangan satu sama lainnya. Menurut sudut pandang Mahayana, kalau anda mulai on progress ke jalan Mahayana, itu bagus, keep it going on bro....  8) 8) 8)...

Para sesepuh Mahayana juga mempelajari ajaran Theravada (kitab" Nikaya dan Agama) dan mengenali pula tahapan-tahapannya, bahkan ditahbiskan pula secara Vinaya kebhiksuan dalam aliran" Shravakayana seperti Theravada, Sarvastivada, Mahasanghika dsb.

Istilah "Theravada Mahayanis" bahkan dikenali oleh bhiksu Xuanzang dari Dinasti Tang  ketika berkelana ke Lanka, di mana banyak bhiksu bersisilah Theravada Abhayagiri mempraktikkan jalan Mahayana. Jadi kalau disebut aliran baru, sebenarnya bukan aliran baru, tetapi apa yang memang terjadi dalam sejarah Buddhis dunia di mana sekelompok penganut tradisi Shravakayana tertentu mempraktikkan jalan Mahayana.

Mengenai Nirvana, dalam hal ini memnag berbeda antara Theravada dan Mahayana. Tetapi perbedaan ini menurut Mahayana seperti layaknya perbedaan SMP dan SMA di mana keduanya tidak saling bertentangan, tetapi yang satu (Nirvana Mahayana) merupakan "kelanjutan" dari Nirvana Shravakayana atau Theravada.

Dalam memahami Saddharmapundarika Sutra, seringkali orang keliru dengan mengartikannya semata bahwa sebenarnya dari zaman dahulu Buddha Sakyamuni telah tercerahkan terus jadi aktor drama pura" dan menipu blm tercerahkan. Pengambilan makna sutra secara salah kaprah ini sebenarnya dapat dihapus ketika anda membaca penjelasan Saddharmapundarika Sutra dari Ven. Thich Nhat Hanh, komentar Ven. Hsuan Hua dan komentar" dari Nichiren.

Menurut ketiga master tersebut, dapat disimpulkan  bahwa "Buddha Shakyamuni yang Telah Tercerahkan sejak Berkalpa-kalpa Lalu" merujuk pada HAKEKAT Ke-Buddhaan dalam diri semua makhluk yang tanpa awal dan tanpa akhir. Berkalpa-kalpa lalu menunjukkan suatu waktu yang tanpa awal, tidak terbatas, aspek dari Dharmakaya para Buddha. "Telah Tercerahkan" merujuk pada bahwa sebenarnya Hakekat pencerahan itu sudah ada dalam batin setiap makhluk, Tathagatagarbha atau Dharmakaya.

Menurut dharmadesana Nichiren dalam Ongi Kuden, perkataan Shakyamuni Buddha di Lotus Sutra yaitu: "SAYA telah mencapai ke-Buddhaan ratusan kalpa-kalpa yang lalu" memiliki makna tertentu. Kata "SAYA" merujuk pada "SEMUA MAKHLUK" dan "Buddha Shakyamuni Abadi yang berdiam di dalam batin para makhluk di 10 Alam",

Jadi kata "SAYA" tersebut BUKAN berarti semata" diri Nirmanakaya Shakyamuni saja, tetapi lebih merujuk pada Diri Buddha dalam setiap makhluk. Buddha Shakyamuni mengatakan Diri Buddha tersebut sebagai "SAYA" untuk menunjukkan bahwa manusia dapat membangkitkan potensi tertingginya menjadi Buddha seperti layaknya Beliau sebagai bukti nyatanya.

Di Ongi Kuden, Nichiren juga menjelaskan bahwa "mencapai Ke-Buddhaan beratus-ratus kalpa lalu" memiliki makna MEMBUKA tabir klesha dan fenomena sehingga terlihatlah Ke-Buddhaan sejati dalam diri kita. "Beratus-ratus kalpa" memiliki makna bahwa hakekat Ke-Buddhaan sebenarnya selalu eksis baik di masa lampau ataupun masa depan, bahkan sampai beratus-ratus alam yang sebenarnay berada dalam pikiran semua makhluk. Jadi di sini sesuia dengan perkataan Sang Buddha dalam Dhammapada: Pikiran adalah PELOPOR.

Tiada kepura-puraan dalam diri Sang Buddha, seperti dalam kitab Mahayana Jatakamala yaitu beliau tidak mungkin berbohong karena Ia menyayangi KEBENARAN seperti menyayangi hidupnya sendiri.

Namun apakah makna Lotus Sutra yang mengatakan bahwa "beliau menunjukkan dirinya terlahir, tinggal di istana,  mencapai pencerahan dan berbagai "pertunjukan duniawi" lainnya pdhl sebenarnya beliau telah Tercerahkan berkalpa-kalpa lalu?" 

Sang Buddha TIDAK menipu para makhluk, tetapi Sang Buddha ingin menunjukkan bahwa semua "aktivitas duniawi" yang beliau jalani ini sebenarnya tidaklah berbeda dengan aktivitas duniawi dalam samsara, semuanya hanyalah "pertunjukan magis", semua fenomena luar dalah "drama", semua fenoemna luar terikat dengan anitya, dukkha, anatman. Demikianlah jelas Thich Nhat Hanh.

Dalam penjelasannya tentang Lotus Sutra, Thich Nhat Hanh juga menjelaskan bahwa dedaunan emas di musim gugur sebenarnya hanya bermain sulap atau drama saja kepada kita. Pertama daun muncul di musim semi, kemudian gugur dan layu. Setiap daun tumbuh dan layu, semua fenomena muncul dan lenyap.
Namun dalam dimensi ultimit, kelahiran dan kematian, muncul dan lenyap semuanyalah hanyalah pertunjukan drama, sebuah penampakan luar yang merupakan ciri khas samsara, karena pada hakekat dasarnya tidak ada itu muncul dan lenyap, semi dan gugur itu tidak ada, manis dan asin itu tidak ada, SEMUANYA hanyalah PROSES PERUBAHAN atau AS IT IS. Tetapi karena klesha kita, PROSES ini menjadi berwarna warni bak drama kehidupan bagi kita.

Jadi di sini Sang Buddha hendak mengatakan bahwa dalam penampakan luar ini sebenarnya ada HAKEKAT Ke-Buddhaan dan dilihat dari Ke-Buddhaan itu sendiri, penampakan luar tampak bagai drama, sebuah magical show yang tampak bagi kita sebagai "muncul dan lenyap, lahir dan mati" padahal sebenarnya hanyalah sebuah PROSES dan AS IT IS. Sebagai manusia yang bertekad mencapai pencerahan, ia harus menembus penampakan luar untuk mengenali ke-Buddhaan dalam dirinya.

Lebih lanjut Thich Nhat Hanh mengatakan, "Apakah kita butuh untuk menjadi Buddha? Apakah kamu butuh untuk mengejar pencerahan? Aliran tidaklah perlu mencari untuk menjadi air - aliran adalah air, saat ini dan di sini. Dalam cara yang sama, engkau sebenarnya telah mencapai Nirvana, engkau sebenarnya telah menjadi seorang Buddha. Engkau telah menjadi apa yang engkau inginkan. Apa yang penting adalah untuk memasujki jalan praktek untuk MENYADARI kebenaran ini dan membantu yang lain menyadarinya." (Insights on Lotus Sutra)

Jadi pencerahan bukanlah kita menjadis eseorang yang berbeda dengan diri kita sehingga kita harus mencarinya, tetapi NIRVANA harus kita realisasikan dengan MENYADARINYA dalam batin kita sendiri, MENYADARI sesosok Buddha yang telah tercerahkan sejak berkalpa-kalpa yang lalu dalam batin kita sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 06 November 2010, 08:46:51 AM
[...]
Para sesepuh Mahayana juga mempelajari ajaran Theravada (kitab" Nikaya dan Agama) dan mengenali pula tahapan-tahapannya, bahkan ditahbiskan pula secara Vinaya kebhiksuan dalam aliran" Shravakayana seperti Theravada, Sarvastivada, Mahasanghika dsb.

[...]
Saya mau tanya:
1. Seandainya seseorang belajar Theravada, berniat mencapai Samma Sambodhi melewati kesempurnaan 10 parami, bukan 6 parami; melewati minimal 4 Asankhyeyya + 100.000 kappa, bukan lewat konsep SMP/shravakayana-SMA/bodhisatvayana-dst, namanya apa? Ataukah
2. Konsep jalan pencapaian Samma Sambodhi di Theravada adalah keliru, yang benar adalah di Mahayana?

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: GandalfTheElder on 06 November 2010, 08:51:51 AM
 [at] Kainyn

Tetap saja disebut sebagai Samyaksambuddha. Pencapaian Samyaksambuddha dalam Theravada menurut Mahayana tidaklah salah. Hanya saja penjabaran untuk ke arah Samyaksambodhi dalam Theravada belumlah sejelas Mahayana, penjabaran Sammasambodhi dlm Shravakayana sebenarnya merupakan upaya terampil Tathagatha untuk mengantar para makhluk berkapasitas Shravaka untuk akhirnya membangitkan Bodhicitta bertekad mencapai Samyaksambodhi, tidak sekedar bertekad menjadi Arhat. Demikian dr sudut pandang Mahayanis.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 06 November 2010, 09:14:13 AM
[at] Kainyn

Tetap saja disebut sebagai Samyaksambuddha. Pencapaian Samyaksambuddha dalam Theravada menurut Mahayana tidaklah salah. Hanya saja penjabaran untuk ke arah Samyaksambodhi dalam Theravada belumlah sejelas Mahayana, penjabaran Sammasambodhi dlm Shravakayana sebenarnya merupakan upaya terampil Tathagatha untuk mengantar para makhluk berkapasitas Shravaka untuk akhirnya membangitkan Bodhicitta bertekad mencapai Samyaksambodhi, tidak sekedar bertekad menjadi Arhat. Demikian dr sudut pandang Mahayanis.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Yang saya tanyakan memang seorang yang bertekad jadi Samma Sambuddha, tapi hanya belajar Theravada (karena di Theravada juga dijelaskan jalan menjadi Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha, bukan hanya sebatas Savaka saja), tanpa belajar Mahayana. Bisakah tercapai?

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 06 November 2010, 11:41:45 AM
Quote
Yang saya tanyakan memang seorang yang bertekad jadi Samma Sambuddha, tapi hanya belajar Theravada (karena di Theravada juga dijelaskan jalan menjadi Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha, bukan hanya sebatas Savaka saja), tanpa belajar Mahayana. Bisakah tercapai?
at Kainyn

Maksud kamu kita kita ya? Mencapai Samma Sambuddha di kehidupan sekarang?
apa bisa yak? :-? Kalau Arahat mungkin masih bisa (seperti para Bhikkhu/i), sedangkan Sang Buddha saja sudah melewati berkalpa kalpa asankheyya kalpa dibarengi dengan entah berapa kebajikan yg gak bisa kehitung lagi.
kita umat biasa sudah bisa mencapai anagami sdh sangat amat syukur sekali hehehe. atau kamu memang bertekad jadi samma sambuddha? saya angkat topi deh, salut ^:)^ pasti kudukung...asal kalau sudah mencapai jangan menyombongkan pencapaian kamu... Harus tetap rendah diri... jangan gembar gembor seperti yang lain.
Lagian Jalan mencapai pencerahan itu adalah masing-masing yang menemukan caranya sendiri (asal masih berpedoman pada Dhamma ajaran Sang Buddha), Itulah gunanya kita Belajar Dhamma. Seperti Sang Buddha, Beliau sendirilah yang menemukan pencerahan, Malahan ajaran Guru-Guru terdahulu Beliau cuma dijadikan pondasi untuk menemukan Pencerahan Sejati dan Dhamma yang sekarang kita pedomani dan masih dalam pembelajaran kita.
Jadi jangan lah diperdebatkan harus belajar aliran Mahayana ataupun harus belajar aliran Theravada. Tar Malah mengundang munculnya aliran baru yang makin gak jelas :) seperti topik kita kali ini
Theramahavadayana <--- termasuk aliran gak jelas ini hehehe... ;D ini lah sedikit pendapat PancaKhanda yang masih newbie.

Ehipassiko and find on your own way in accordance with Dhamma.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: dilbert on 06 November 2010, 12:47:00 PM
at bro Gandalf...

Kalau Tulisan di Saddharma pundarika sutra harus ditafsirkan, maka bisa bermunculan banyak tafsir yang bisa berbeda beda pengertiannya. Kemudian tentang seorang Sravaka yang bisa keluar dari Nirvana Sravaka untuk kemudian melanjut-kan pencapaian ke-BUDDHA-an menuju annutara samyaksambuddha. Berarti dengan demikian Seorang Sravaka harus terlahir ke dunia saha (dunia yang bisa mengalami penderitaan minimal penderitaan fisik) untuk mencapai annutara Samyaksambuddha.

Disini, terjadi perbedaan antara Theravada dan Mahayana, di mana di Theravada, seorang savaka Buddha (arahat siswa) setelah parinibbana sudah tidak terlahirkan di alam manapun lagi, sedangkan di Mahayana, seorang sravaka (yang sudah merealisasikan sravaka, bedakan dengan petapa sumedha yang belum merealisasikan) bisa keluar dan melanjut-kan.

Jadi tidak-lah benar argumen bahwa Mahayana merupakan kelanjutan dari Theravada, karena jelas sekali bahwa Theravada sudah end-ed di persoalan Savaka sedangkan di Mahayana, seorang Sravaka masih bisa "LANJUT".
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: dilbert on 06 November 2010, 12:51:32 PM
Lebih lanjut Thich Nhat Hanh mengatakan, "Apakah kita butuh untuk menjadi Buddha? Apakah kamu butuh untuk mengejar pencerahan? Aliran tidaklah perlu mencari untuk menjadi air - aliran adalah air, saat ini dan di sini. Dalam cara yang sama, engkau sebenarnya telah mencapai Nirvana, engkau sebenarnya telah menjadi seorang Buddha. Engkau telah menjadi apa yang engkau inginkan. Apa yang penting adalah untuk memasujki jalan praktek untuk MENYADARI kebenaran ini dan membantu yang lain menyadarinya." (Insights on Lotus Sutra)

Jadi pencerahan bukanlah kita menjadis eseorang yang berbeda dengan diri kita sehingga kita harus mencarinya, tetapi NIRVANA harus kita realisasikan dengan MENYADARINYA dalam batin kita sendiri, MENYADARI sesosok Buddha yang telah tercerahkan sejak berkalpa-kalpa yang lalu dalam batin kita sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Setiap individu memiliki kapasitas untuk merealisasikan ke-BUDDHA-an, itu setuju sekali dan sangat universal.

Tetapi kalau mengatakan bahwa telah mencapai ke-BUDDHA-an sejak berkalpa kalpa dahulu, bukan-kah tafsirannya adalah bahwa Sakyamuni sudah pernah merealisasikan   ke-BUDDHA-an pada jaman dahulu an kemudian mengulangi pencapai-annya dalam episode SIDDHARTA GAUTAMA.

** seperti cerita ajaran tetangga bahwa semua-nya dulu adalah penghuni surga, kemudian terjerumus dan harus mengalami penderitaan di dunia.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 06 November 2010, 01:37:30 PM
at Kainyn

Maksud kamu kita kita ya? Mencapai Samma Sambuddha di kehidupan sekarang?
apa bisa yak? :-? Kalau Arahat mungkin masih bisa (seperti para Bhikkhu/i), sedangkan Sang Buddha saja sudah melewati berkalpa kalpa asankheyya kalpa dibarengi dengan entah berapa kebajikan yg gak bisa kehitung lagi.
kita umat biasa sudah bisa mencapai anagami sdh sangat amat syukur sekali hehehe. atau kamu memang bertekad jadi samma sambuddha? saya angkat topi deh, salut ^:)^ pasti kudukung...asal kalau sudah mencapai jangan menyombongkan pencapaian kamu... Harus tetap rendah diri... jangan gembar gembor seperti yang lain.
Lagian Jalan mencapai pencerahan itu adalah masing-masing yang menemukan caranya sendiri (asal masih berpedoman pada Dhamma ajaran Sang Buddha), Itulah gunanya kita Belajar Dhamma. Seperti Sang Buddha, Beliau sendirilah yang menemukan pencerahan, Malahan ajaran Guru-Guru terdahulu Beliau cuma dijadikan pondasi untuk menemukan Pencerahan Sejati dan Dhamma yang sekarang kita pedomani dan masih dalam pembelajaran kita.
Jadi jangan lah diperdebatkan harus belajar aliran Mahayana ataupun harus belajar aliran Theravada. Tar Malah mengundang munculnya aliran baru yang makin gak jelas :) seperti topik kita kali ini
Theramahavadayana <--- termasuk aliran gak jelas ini hehehe... ;D ini lah sedikit pendapat PancaKhanda yang masih newbie.

Ehipassiko and find on your own way in accordance with Dhamma.

Wah, panjang sekali yah. Sayang sungguh disayang, bukan itu yang saya tanyakan.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: dilbert on 06 November 2010, 04:13:28 PM
Yang saya tanyakan memang seorang yang bertekad jadi Samma Sambuddha, tapi hanya belajar Theravada (karena di Theravada juga dijelaskan jalan menjadi Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha, bukan hanya sebatas Savaka saja), tanpa belajar Mahayana. Bisakah tercapai?



Di dalam naskah kitab MAhayana, memang tidak disebutkan secara eksplisit tentang Theravada, tetapi yang disebutkan adalah jalan sravaka (sravakayana). Dan menurut Saddharmapundarika sutra bahwa seseorang disarankan tidak hanya puas dengan jalan Sravaka, tetapi harus menempuh jalan annutara samyaksambuddha.

Apakah Sravakayana identik dengan Theravada (istilah yang ada sekarang ini) ? Kalau dilihat dari terminologi tingkat ke-BUDDHA-an yang bisa dicapai pada era / masa adanya ajaran (pada masa ini tentunya ajaran Buddha Sakyamuni), maka tingkat ke-BUDDHA-an yang bisa dicapai adalah SAVAKA BUDDHA (sravaka Buddha), jadi notabene semua pengikut ajaran BUDDHA pada masa adanya ajaran hanya bisa mencapai tingkatan SAVAKA BUDDHA (Arahat/Buddha siswa).

Sedangkan di dalam kitab kitab Saddharmapundarika, sering disebut jangan-lah puas dengan Jalan Sravaka (Savaka), bukankah demikian juga sama dengan Mahayana menyebutkan jangan puas dengan ajaran Theravada (yang ada sekarang ini). Dari sini-lah maka muncul tafsiran bahwa Mahayana itu adalah LANJUTAN dari THERAVADA...

Note : Bahkan perkembangan berikut-nya yaitu VAJRAYANA/TANTRAYANA membuat tingkatan yang lebih tinggi, yaitu bisa mencapai tingkat ke-BUDDHA-an dalam satu kehidupan saja. Sehingga tidak mengherankan kemudian muncul lagi istilah Theravada = SD, Mahayana = SMP dan Vajrayana = SMA...
Jadi secara logis, masing-masing dicerna sendiri saja.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 06 November 2010, 05:23:10 PM
Di dalam naskah kitab MAhayana, memang tidak disebutkan secara eksplisit tentang Theravada, tetapi yang disebutkan adalah jalan sravaka (sravakayana). Dan menurut Saddharmapundarika sutra bahwa seseorang disarankan tidak hanya puas dengan jalan Sravaka, tetapi harus menempuh jalan annutara samyaksambuddha.
Betul, yang mengatakan Theravada adalah jalan sebatas Sravaka jelas bukan dari kanon Pali.
Dalam kanon Pali, Buddha memuji semua jalan pencapaian kearahatan. Tidak pernah dibilang "jangan puas cuma jadi savaka."


Quote
Apakah Sravakayana identik dengan Theravada (istilah yang ada sekarang ini) ? Kalau dilihat dari terminologi tingkat ke-BUDDHA-an yang bisa dicapai pada era / masa adanya ajaran (pada masa ini tentunya ajaran Buddha Sakyamuni), maka tingkat ke-BUDDHA-an yang bisa dicapai adalah SAVAKA BUDDHA (sravaka Buddha), jadi notabene semua pengikut ajaran BUDDHA pada masa adanya ajaran hanya bisa mencapai tingkatan SAVAKA BUDDHA (Arahat/Buddha siswa).
Walaupun semasa Ajaran Buddha masih ada, yang bisa ditempuh adalah jalan Savaka, namun Buddha dalam kanon Pali tidak mengatakan bahwa semua muridnya hanya akan jadi Savaka. Kalau tidak salah, Pasenadi dari Kosala adalah seorang Bodhisatta yang juga akan mencapai Samma Sambuddha di masa depan. Ajatasattu juga dikatakan akan mencapai Pacceka Buddha. Jadi saya cukup bingung kalau dibilang Theravada hanya "memfasilitasi" jalan savaka.



Quote
Sedangkan di dalam kitab kitab Saddharmapundarika, sering disebut jangan-lah puas dengan Jalan Sravaka (Savaka), bukankah demikian juga sama dengan Mahayana menyebutkan jangan puas dengan ajaran Theravada (yang ada sekarang ini). Dari sini-lah maka muncul tafsiran bahwa Mahayana itu adalah LANJUTAN dari THERAVADA...

Note : Bahkan perkembangan berikut-nya yaitu VAJRAYANA/TANTRAYANA membuat tingkatan yang lebih tinggi, yaitu bisa mencapai tingkat ke-BUDDHA-an dalam satu kehidupan saja. Sehingga tidak mengherankan kemudian muncul lagi istilah Theravada = SD, Mahayana = SMP dan Vajrayana = SMA...
Jadi secara logis, masing-masing dicerna sendiri saja.
Yang sering menjadi pertanyaan buat saya, Theravada = SD (sravaka), Mahayana = SMP (Bodhisatva), Vajrayana = SMA (bisa jadi Buddha di kehidupan ini juga). Lalu kalau jalan Pacceka Buddha = ??? STM BoedOet barangkali?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 06 November 2010, 08:12:18 PM
at bro Gandalf...
Kalau Tulisan di Saddharma pundarika sutra harus ditafsirkan, maka bisa bermunculan banyak tafsir yang bisa berbeda beda pengertiannya. Kemudian tentang seorang Sravaka yang bisa keluar dari Nirvana Sravaka untuk kemudian melanjut-kan pencapaian ke-BUDDHA-an menuju annutara samyaksambuddha. Berarti dengan demikian Seorang Sravaka harus terlahir ke dunia saha (dunia yang bisa mengalami penderitaan minimal penderitaan fisik) untuk mencapai annutara Samyaksambuddha.

Yang saya pahami dari tulisan Sdr. Gandalf adalah bahwa Nirvana itu sejak dulu adalah bersih tanpa noda. Nirvana itu sifatnya adalah Kosong atau Sunya dan Sunya ini ada dalam setiap makhluk. Dalam Pali Kanon , Sunna Sutta dikatakan bahwa Sunya itu berarti kosong dari atta (anatta), semua makhluk adalah memiliki sifat anatta. Jadi kita semua memiliki sifat anatta ini, sifat Kosong ini, dan sifat Kosong ini sudah ada dari dulu, dalam istilah Mahayana ‘sudah tercerahkan dari dulu’.

Mahayana dalam pengajarannya menggunakan ‘bahasa positif’ atau ‘istilah positif’ untuk menjelaskan Sunya, oleh karenanya digunakan istilah Dharmakaya, Tatagathagarba, Self, untuk membantu orang untuk lebih nyaman. Sayangnya dalam perkembangannya penggunaan ‘bahasa positif’ ini banyak disalahartikan beberapa Mahayanis sehingga memunculkan paham eternalis, atta yang abadi, dan kesan Buddha yang abadi.

Jadi dari tulisan Sdr. Gandalf saya memahami bahwa yang telah mencapai pencerahan sejak dulu  bukan Buddha Gotama tetapi ke-Nirvana-annya itu yang sudah cerah dari dulu.

Mungkin istilah ‘telah mencapai pencerahan dari dulu’ sebenarnya adalah ‘telah cerah dari dulu’ , jadi agak sedikit berbeda konotasinya, mungkin.... :)
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 06 November 2010, 08:29:55 PM
Yang sering menjadi pertanyaan buat saya, Theravada = SD (sravaka), Mahayana = SMP (Bodhisatva), Vajrayana = SMA (bisa jadi Buddha di kehidupan ini juga). Lalu kalau jalan Pacceka Buddha = ??? STM BoedOet barangkali?

BoedOet.......parah.. :))

Kalau dalam joke, saya justru melihat sebaliknya Vajrayana= SD,  Mahayana = SMP  Theravada= Mahasiswa , kenapa? Coba lihat saja alat-alat yang digunakan dalam latihan, siapa yang banyak menggunakan alat-alat bantu konsentrasi? Sama seperti anak SD kalau sekolah bawa buku, alat tulis, kotak makanan, dll dan sang guru perlu memberikan penjelasan pelan-pelan dengan istilah-istilah awam agar mengerti. Kalau Mahasiswa tidak perlu bawa apa-apa, cukup bawa pulpen sama kertas, malah kertas hasil pinjem  :)), dosen langsung to the point ke materi, bahkan sering tidak masuk  :))
Pacceka Buddha = wiraswastawan

... Ini hanya joke _/\_

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 06 November 2010, 09:26:48 PM
setiap pembahasan mengenai Mahayana dan Theravada, pastilah ada mengenai SD, SMP, SMA dan juga tidak bakal ketemu dan sudah bisa dilihat di pembahasan yang sudah ada

yang pasti tidak akan ketemu dan susah disamakan karena isi sutta Pali dan sutra Mahayana memang konsepnya ada perbedaan. :-?

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: sobat-dharma on 06 November 2010, 09:30:06 PM

mau sutra palsu atau tidak saya cuma mengambil manfaatnya untuk saya saat sekarang ini.


Saya salut kepada Anda karena sikap ini  :jempol:
Ini tandanya Anda benar-benar tidak terperangkap dalam perbedaan antar-aliran yang sebenar artifisial
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 06 November 2010, 10:03:34 PM

mau sutra palsu atau tidak saya cuma mengambil manfaatnya untuk saya saat sekarang ini.

dan tentunya semua harus dibarengi dengan menjalankan kebajikan, melaksanakan DJMB8. Thx... _/\_

Terlalu naif, sorry
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 06 November 2010, 10:13:18 PM
ada yang merasa dalam zona nyaman, dibohongipun dia merasa aman.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 06 November 2010, 10:40:02 PM
bagaimana dibilang tidak mengerti?

semua ajaran buddha intinya kan sama mencapai pencerahan tertinggi (nibbana)/tidak dilahirkan di alam manapun.
cuma di zaman sekarang ini, di bumi kita hidup sekarang ini saya merasa sangat susah atau hampir mustahil buat kita2 mencapai nibbana langsung di kehidupan ini tanpa dibarengi karma baik di kehidupan lampau. ditambah apalagi saya seorang perumah tangga. bisa mencapai sotapanna da mantap sekali itu(tapi entah kapan ya) jadi sewaktu saya mengetahui amitabha sutra dari sepupu penganut mahayana dan dijelaskan mengenai sukhavati buddha amitabha.
jadi berpikir nih  :-? meski tidak bisa mencapai nibbana di kehidupan ini tp setelah kematian dilahirkan di pureland sukhavati dan masih bisa belajar dhamma. Alangkah bagusnya masih bisa belajar Dhamma. intinya masih bisa belajar Dhamma loh... teman2 se-Dhamma.

Swatthi Hottu


Jika kita tidak perduli palsu atau tidaknya sutra, ada ajaran yang selevel dengan ajaran Mahayana dalam rangka transit ke alam lain untuk mencapai pencerahan seperti ini, dalam tradisi Theravada di negara tertentu, mungkin sudah ada yang tau mengenai hal ini. Sekali lagi jika kita mengesampingkan asli atau palsu.

Dalam tradisi Theravada ada kitab bernama Anagatavamsa yang berisi kotbah Sang Buddha mengenai kemunduran Dhamma hingga hilang, lenyap tak berbekas. Salah satu episode kemunduran Dhamma dikisahkan mengenai lenyapnya relik suci Buddha, dimana sebelum menghilang, relik-relik yang terpisah-pisah tersebut berkumpul menjadi satu dan membentuk tubuh maya Sang Buddha dan tubuh maya tersebut mengajarkan Dhamma yang sama murninya seperti yang Sang Buddha ajarkan saat Ia hidup, dan mengajarkannya kepada para dewa. Dan para dewa itupun setelah mendengar Dhamma tersebut banyak yang mencapai Pencerahan. Setelah selesai mengajar, relik-relik itu hancur, lenyap tak berbekas. Selanjutnya masa kegelapan datang hingga Metteya di lahirkan.

Berdasarkan dari kisah inilah, beberapa meyakini bahwa jika kita bisa menjadi dewa dimana usia dewa itu biasanya cukup panjang, maka kita bisa menanti saat relik-relik itu membabarkan Dhamma yang murni. Kita bisa mencapai Pencerahan juga.

So, pilih mana dilahirkan di pureland atau di alam dewa? :)
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: fabian c on 06 November 2010, 10:56:14 PM
...........

Lebih lanjut Thich Nhat Hanh mengatakan, "Apakah kita butuh untuk menjadi Buddha? Apakah kamu butuh untuk mengejar pencerahan? Aliran tidaklah perlu mencari untuk menjadi air - aliran adalah air, saat ini dan di sini. Dalam cara yang sama, engkau sebenarnya telah mencapai Nirvana, engkau sebenarnya telah menjadi seorang Buddha. Engkau telah menjadi apa yang engkau inginkan. Apa yang penting adalah untuk memasujki jalan praktek untuk MENYADARI kebenaran ini dan membantu yang lain menyadarinya." (Insights on Lotus Sutra)

Jadi pencerahan bukanlah kita menjadis eseorang yang berbeda dengan diri kita sehingga kita harus mencarinya, tetapi NIRVANA harus kita realisasikan dengan MENYADARINYA dalam batin kita sendiri, MENYADARI sesosok Buddha yang telah tercerahkan sejak berkalpa-kalpa yang lalu dalam batin kita sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Waduh gimana nih Ven. Thich Nhat Hanh, masa iya harus menyadari kita adalah Buddha yang telah tercerahkan? Jadi selama ini kita telah tercerahkan, tapi lupa lagi atau tidak sadar bahwa kita sudah tercerahkan?
Apakah seseorang yang telah tercerahkan bisa lupa lagi bahwa ia telah tercerahkan?
Karena sejujurnya saya tidak ingat bahwa saya pernah tercerahkan di kehidupan yang lalu.
Lantas apabila kita sudah tercerahkan, buat apa berusaha menyadari kembali dan buat apa berusaha mencapai pencerahan kembali?
 
_/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Sostradanie on 06 November 2010, 11:14:12 PM
Saya jadi berpikir,tentang sebuah permainan pesan berantai.Yang kami mainkan dulu.
Pada start awal isi pesannya:KUKU KAKI KUDA KAKAKKU KAKU, KUKU KAKIKU KAKU,KAKI KUDA KAKAKKU KAKU KAKU. Setelah dibisikkan dari orang per orang,sampai orang yang terakhir.Pesannya jadi :KUKUKU TERASA KAKU KAKU,KUDA KAKAKU JADI KAKU,KAKI KAKAKKU KAKU KAKU.

Saya pikir inilah yang terjadi sehingga banyak aliran.Dan kemudian yang satu merasa benar dari yang lain.Jika saya melihat prosesnya,saya cenderung mencari yang terdekat.Kalau dalam permainan pesan berantai,yang pertama menerima bisikkan yang akan saya cari.Jika memang pada bisikan pertama sudah beda maka tidak akan terlalu jauh bedanya.

Pernah saya membaca sutta theravada dan sutra mahayana.Walaupun belum banyak yang saya baca.Saya melihat pada sutta theravada dalam pemaparannya singkat,lugas dan padat.Butuh konsentrasi untuk mencernanya.Dan dalam sutra mahayana,disaat membacanya terkadang seperti sebuah cerita.Dan maaf sebelumnya,cara pemaparannya sama seperti saya membaca INJIL.

Entah memang itu cara menyesuaikan dengan umat atau memang sudah terjadi perubahan.Tapi kalau saya cenderung berpikir memang karena perubahan.Bagaimana agama itu dibuat perubahannya semakin manusiawi dan menyesuaikan dengan perubahan jaman.Dan sekali lagi saya minta maaf jika yang saya tulis ini kurang berkenan.Pernah terpikir bahwa mungkin saja karena turun temurun ajaran,ada yang mencontek dan membuat aliran dengan nama yang berbeda seperti kr****n.Dimana ajarannya lebih dipermudah dan tidak rumit.Umatnya boleh hidup berumah tangga.Tapi menikah hanya 1 kali.Hidup berpasangan sampai mati.Tapi pemimpin agamanya tidak boleh menikah.Kemudian datang orang bijaksana dizaman berikutnya melihat bahwa itu masih kurang bijaksana.Dan ingin melakukan perubahan.Sehingga mengaku ada wahyu atau bisikan Tuhan.Pemimpin agamanya boleh menikah.Boleh beristri lebih dari 1.Perceraian diperbolehkan.Yang saya rasa itu tidak mungkin dari Tuhan.Tapi mungkin dari hasil pikiran saat melihat satu kejadian.

Contoh:
-Seorang wanita yang terikat dalam 1 pernikahan.Ternyata si suami sering main tangan kepada si istri.Gemar berjudi dan lain-lain.Dan agamanya tidak memperbolehkan perceraian.
-Ada seorang laki-laki yang terikat dalam 1 pernikahan,ternyata si istri penyakitan dan tidak bisa melayani kebutuhan batinnya.Atau tidak bisa memberikan keturunan.

Perubahan demi perubahan terjadi.
Dan jangan heran jika besok terjadi, musik diperbolehkan dalam agama Buddha.Malah mungkin 100th ke depan,bhikku boleh menikah.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 07 November 2010, 12:07:11 AM
Quote
Berdasarkan dari kisah inilah, beberapa meyakini bahwa jika kita bisa menjadi dewa dimana usia dewa itu biasanya cukup panjang, maka kita bisa menanti saat relik-relik itu membabarkan Dhamma yang murni. Kita bisa mencapai Pencerahan juga.

So, pilih mana dilahirkan di pureland atau di alam dewa? :)

iyah itu kalau dilahirkan jadi dewa dan kita masih ingat akan dhamma seperti di bumi ini skrg, kalau gak ingat dhamma gimana? krn da keenakan di sorga jadi dewa dan berusia panjang, karena menurut yg pernah saya baca biasanya kl da jadi dewa da enak berumur sangat panjang banyak yg gak ingat dhamma, bersenang2 sampai waktu usia dewanya udah habis, ciri2nya biasanya gak pernah keringatan jadi keringatan (salah satu pertanda seorang dewa usianya telah habis), kemudian timbul gelisah dan hanya bisa duduk menanti kelahiran kembali.

Apa kita dilahirkan di alam dewa lalu pikiran kita bisa seperti skrg ini tahu dan paham akan dhamma? bukannya terbentuk kepribadian dan pemikiran baru? apalagi di sana cuma ada senangnya gak ada susahnya, jangan2 malah menganggap dhamma itu lebih rendah dr pangkat dia sbg dewa. saya juga gak begitu yakin hahaha mau tanya yg pernah jadi dewa :)

sedangkan di pureland buddha amitabha sudah pasti yg terlahir di sana akan diajar dhamma, jadi meskipun kita dilahirkan di sana pikiran kita masi tahu akan Dhamma, dan pureland bukanlah surga atau jadi dewa di sana dan hidup bersenang2 tp masih harus belajar lagi. saya ambil sisi positifnya saja loh... percaya atau gak percaya yah urusan masing-masing :)

Meski saya Naif seperti yg dikatakan bro Kelana, oklah kita anggap saja sutra amitabha ataupun pureland cuma tambahan atau karangan orang tertentu/sutra palsu, jadi meski nianfo amitabha gak akan pernah dilahirkan di sukhavati dan sukhavati pureland itu tak pernah ada.
Di sini Saya juga mengingat akan Karma dan Hukum alam Semesta pasti tidak sembarangan dan berlaku adil. dengan ketekunan nian fo, membayangkan sifat luhur para buddha, samadhi, menjalankan kebajikan dan DJMB8 meski tidak dilahirkan di sukhavati, krn sukhavati itu rupanya cuma karangan, menurut temen2 setelah mati saya akan dilahirkan di mana? (ini gak usah dijawab tar saya mati dulu baru saya ceritakan ke kalian)  ;D

Karena pribadi saya "Yang penting adalah apa yang saya lakukan sekarang ini dan saya tidak pernah memikirkan hasilnya"   _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 07 November 2010, 05:13:20 AM

Saya pikir inilah yang terjadi sehingga banyak aliran.Dan kemudian yang satu merasa benar dari yang lain.Jika saya melihat prosesnya,saya cenderung mencari yang terdekat.Kalau dalam permainan pesan berantai,yang pertama menerima bisikkan yang akan saya cari.Jika memang pada bisikan pertama sudah beda maka tidak akan terlalu jauh bedanya.

Pernah saya membaca sutta theravada dan sutra mahayana.Walaupun belum banyak yang saya baca.Saya melihat pada sutta theravada dalam pemaparannya singkat,lugas dan padat.Butuh konsentrasi untuk mencernanya.Dan dalam sutra mahayana,disaat membacanya terkadang seperti sebuah cerita.Dan maaf sebelumnya,cara pemaparannya sama seperti saya membaca INJIL.

Entah memang itu cara menyesuaikan dengan umat atau memang sudah terjadi perubahan.Tapi kalau saya cenderung berpikir memang karena perubahan.Bagaimana agama itu dibuat perubahannya semakin manusiawi dan menyesuaikan dengan perubahan jaman.Dan sekali lagi saya minta maaf jika yang saya tulis ini kurang berkenan.Pernah terpikir bahwa mungkin saja karena turun temurun ajaran,ada yang mencontek dan membuat aliran dengan nama yang berbeda seperti kr****n.Dimana ajarannya lebih dipermudah dan tidak rumit.Umatnya boleh hidup berumah tangga.Tapi menikah hanya 1 kali.Hidup berpasangan sampai mati.Tapi pemimpin agamanya tidak boleh menikah.Kemudian datang orang bijaksana dizaman berikutnya melihat bahwa itu masih kurang bijaksana.Dan ingin melakukan perubahan.Sehingga mengaku ada wahyu atau bisikan Tuhan.Pemimpin agamanya boleh menikah.Boleh beristri lebih dari 1.Perceraian diperbolehkan.Yang saya rasa itu tidak mungkin dari Tuhan.Tapi mungkin dari hasil pikiran saat melihat satu kejadian.

Contoh:
-Seorang wanita yang terikat dalam 1 pernikahan.Ternyata si suami sering main tangan kepada si istri.Gemar berjudi dan lain-lain.Dan agamanya tidak memperbolehkan perceraian.
-Ada seorang laki-laki yang terikat dalam 1 pernikahan,ternyata si istri penyakitan dan tidak bisa melayani kebutuhan batinnya.Atau tidak bisa memberikan keturunan.

Perubahan demi perubahan terjadi.
Dan jangan heran jika besok terjadi, musik diperbolehkan dalam agama Buddha.Malah mungkin 100th ke depan,bhikku boleh menikah.

saya setuju pendapat anda, saya kira memang begitu yang sudah terjadi. ;D

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 07 November 2010, 05:39:02 AM
ada yang merasa dalam zona nyaman, dibohongipun dia merasa aman.

karena 'nyaman' juga objek   ;D

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 07 November 2010, 07:33:46 AM
saya setuju pendapat anda, saya kira memang begitu yang sudah terjadi. ;D

 _/\_
memang sudah terjadi kok
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 07 November 2010, 08:48:35 AM
iyah itu kalau dilahirkan jadi dewa dan kita masih ingat akan dhamma seperti di bumi ini skrg, kalau gak ingat dhamma gimana? krn da keenakan di sorga jadi dewa dan berusia panjang, karena menurut yg pernah saya baca biasanya kl da jadi dewa da enak berumur sangat panjang banyak yg gak ingat dhamma, bersenang2 sampai waktu usia dewanya udah habis, ciri2nya biasanya gak pernah keringatan jadi keringatan (salah satu pertanda seorang dewa usianya telah habis), kemudian timbul gelisah dan hanya bisa duduk menanti kelahiran kembali.

Apa kita dilahirkan di alam dewa lalu pikiran kita bisa seperti skrg ini tahu dan paham akan dhamma? bukannya terbentuk kepribadian dan pemikiran baru? apalagi di sana cuma ada senangnya gak ada susahnya, jangan2 malah menganggap dhamma itu lebih rendah dr pangkat dia sbg dewa. saya juga gak begitu yakin hahaha mau tanya yg pernah jadi dewa :)

sedangkan di pureland buddha amitabha sudah pasti yg terlahir di sana akan diajar dhamma, jadi meskipun kita dilahirkan di sana pikiran kita masi tahu akan Dhamma, dan pureland bukanlah surga atau jadi dewa di sana dan hidup bersenang2 tp masih harus belajar lagi. saya ambil sisi positifnya saja loh... percaya atau gak percaya yah urusan masing-masing :)

Meski saya Naif seperti yg dikatakan bro Kelana, oklah kita anggap saja sutra amitabha ataupun pureland cuma tambahan atau karangan orang tertentu/sutra palsu, jadi meski nianfo amitabha gak akan pernah dilahirkan di sukhavati dan sukhavati pureland itu tak pernah ada.
Di sini Saya juga mengingat akan Karma dan Hukum alam Semesta pasti tidak sembarangan dan berlaku adil. dengan ketekunan nian fo, membayangkan sifat luhur para buddha, samadhi, menjalankan kebajikan dan DJMB8 meski tidak dilahirkan di sukhavati, krn sukhavati itu rupanya cuma karangan, menurut temen2 setelah mati saya akan dilahirkan di mana? (ini gak usah dijawab tar saya mati dulu baru saya ceritakan ke kalian)  ;D

Karena pribadi saya "Yang penting adalah apa yang saya lakukan sekarang ini dan saya tidak pernah memikirkan hasilnya"   _/\_

Lah kok pakai “kalau masih ingat”? Ya harus dilatih untuk ingat donk. Jika ingin mengingat dhamma di alam dewa, berharaplah dan jadilah dewa yang mengingat dhamma dan usianya panjang. Caranya? Berharaplah jadi dewa, lakukan Samadhi, laksanakan Sila dan Panna. Sama saja dengan cara menuju pureland. Bedanya yang satu berkonsentrasi dengan nama Buddha, yang satu berkonsentrasi dengan alam dewa. Tapi ujung-ujungnya Pencerahan juga toh. Dan jangan khawatir mengenai usia, konon para dewa tertentu cukup panjang usianya untuk melihat relik Buddha mengajar Dhamma. ;)

Sebaliknya, apakah dilahirkan di pureland akan menjamin mengingat dhamma jika tidak diawali dengan latihan mengingat pureland, dan mengingat dikisahkan begitu indahnya pureland itu, begitu panjang usia disana, tanpa penyakit batin dan fisik, lebih nyaman dari surga, bisa-bisa kita hanya main-main disana. Toh kita juga perlu belajar lagi juga di pureland, jadi tidak ada bedanya dengan alam dewa yang juga bisa belajar dhamma. Katakanlah di pureland tidak ada yang berbuat jahat, semua mengingat dhamma, maka tidak ada tantangan, ‘ujian’ batin, disana. Sedangkan di alam dewa ada sedikit tantangan yang dapat mengasah batin. Mengapa para calon Sammasambuddha selalu terlahir di alam manusia yang lebih tidak membahagiakan dibandingkan alam dewa? Karena tantangan di alam manusia lebih besar dari alam dewa. Di sinilah calon Sammasambuddha terasah batinnya.

Selama kita memiliki timbunan karma baik, dalam istilah Mahayanis 'berjodoh' dengan Buddha, maka dikelahiran berikutnya kita pun akan terkondisikan untuk menjalankan dhamma (meskipun kita tidak mengingat namanya/istilahnya sebagai dhamma), kita akan menjadi dewa yang menjalankan dhamma meskipun kita tidak tahu kita sedang menjalankan dhamma, dan saat waktunya tiba relik Buddha mengajar, otomatis kita akan mau mendengarkannya dan mencerahkan kita. Oleh karena itu timbunlah karma baik. Dan jangan khawatir, para dewa senior yang mengenal Dhamma juga akan membantu kita, bahkan para dewa senior yang ada saat Sang Buddha masih hidup, mereka juga masih ada. We are not alone.

Bagaimana? Apakah masih menganggap hanya melalui 'transit' ke pureland seseorang termudahkan dalam pencerahan? Atau sudah terpikirkan bahwa ada jalan lain?

Quote
Di sini Saya juga mengingat akan Karma dan Hukum alam Semesta pasti tidak sembarangan dan berlaku adil. dengan ketekunan nian fo, membayangkan sifat luhur para buddha, samadhi, menjalankan kebajikan dan DJMB8 meski tidak dilahirkan di sukhavati, krn sukhavati itu rupanya cuma karangan, menurut temen2 setelah mati saya akan dilahirkan di mana?

DJMB8?? Mungkin maksudnya JMB8 (Jalan Mulia Berunsur 8 )

Secara teori dengan mengesampingkan karma lampau yang lainnya, mungkin akan lahir di alam yang bahagia, tergantung kwalitas praktik dhamma.

Semoga perbandingan ini dapat dijadikan sebagai bahan berpikir dan menimbang dalam memilih jalan, dari pada pasrah menerima apa yang datang dan tanpa investigasi terlebih dulu.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: wen78 on 07 November 2010, 10:20:43 AM
Saya jadi berpikir,tentang sebuah permainan pesan berantai.Yang kami mainkan dulu.
Pada start awal isi pesannya:KUKU KAKI KUDA KAKAKKU KAKU, KUKU KAKIKU KAKU,KAKI KUDA KAKAKKU KAKU KAKU. Setelah dibisikkan dari orang per orang,sampai orang yang terakhir.Pesannya jadi :KUKUKU TERASA KAKU KAKU,KUDA KAKAKU JADI KAKU,KAKI KAKAKKU KAKU KAKU.

Saya pikir inilah yang terjadi sehingga banyak aliran.Dan kemudian yang satu merasa benar dari yang lain.Jika saya melihat prosesnya,saya cenderung mencari yang terdekat.Kalau dalam permainan pesan berantai,yang pertama menerima bisikkan yang akan saya cari.Jika memang pada bisikan pertama sudah beda maka tidak akan terlalu jauh bedanya.

Pernah saya membaca sutta theravada dan sutra mahayana.Walaupun belum banyak yang saya baca.Saya melihat pada sutta theravada dalam pemaparannya singkat,lugas dan padat.Butuh konsentrasi untuk mencernanya.Dan dalam sutra mahayana,disaat membacanya terkadang seperti sebuah cerita.Dan maaf sebelumnya,cara pemaparannya sama seperti saya membaca INJIL.

Entah memang itu cara menyesuaikan dengan umat atau memang sudah terjadi perubahan.Tapi kalau saya cenderung berpikir memang karena perubahan.Bagaimana agama itu dibuat perubahannya semakin manusiawi dan menyesuaikan dengan perubahan jaman.Dan sekali lagi saya minta maaf jika yang saya tulis ini kurang berkenan.Pernah terpikir bahwa mungkin saja karena turun temurun ajaran,ada yang mencontek dan membuat aliran dengan nama yang berbeda seperti kr****n.Dimana ajarannya lebih dipermudah dan tidak rumit.Umatnya boleh hidup berumah tangga.Tapi menikah hanya 1 kali.Hidup berpasangan sampai mati.Tapi pemimpin agamanya tidak boleh menikah.Kemudian datang orang bijaksana dizaman berikutnya melihat bahwa itu masih kurang bijaksana.Dan ingin melakukan perubahan.Sehingga mengaku ada wahyu atau bisikan Tuhan.Pemimpin agamanya boleh menikah.Boleh beristri lebih dari 1.Perceraian diperbolehkan.Yang saya rasa itu tidak mungkin dari Tuhan.Tapi mungkin dari hasil pikiran saat melihat satu kejadian.

Contoh:
-Seorang wanita yang terikat dalam 1 pernikahan.Ternyata si suami sering main tangan kepada si istri.Gemar berjudi dan lain-lain.Dan agamanya tidak memperbolehkan perceraian.
-Ada seorang laki-laki yang terikat dalam 1 pernikahan,ternyata si istri penyakitan dan tidak bisa melayani kebutuhan batinnya.Atau tidak bisa memberikan keturunan.

Perubahan demi perubahan terjadi.
Dan jangan heran jika besok terjadi, musik diperbolehkan dalam agama Buddha.Malah mungkin 100th ke depan,bhikku boleh menikah.

yg hijau,
sutra mahayana yg anda maksudkan adalah....

yg biru,
bisa jelaskan kearah mana maksudnya? sutra mahayana adalah hasil sebuah perubahan atau apa yg anda maksudkan terjadi perubahan?

yg merah,
disini anda mengatakan bahwa musik tidak diperbolehkan dalam Buddhsim. bisa anda tunjukan sutta dari Theravada dimana memiliki arti dan makna terdalamnya yaitu musik tidak diperbolehkan dalam Buddhism atau yg memiliki arti dan makna terdalamnya dimana mengenarisil tidak diperbolehkannya musik dalam Buddhism apapun tujuan dan manfaatnya dari musik itu sendiri?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: wen78 on 07 November 2010, 10:24:57 AM
iyah itu kalau dilahirkan jadi dewa dan kita masih ingat akan dhamma seperti di bumi ini skrg, kalau gak ingat dhamma gimana? krn da keenakan di sorga jadi dewa dan berusia panjang, karena menurut yg pernah saya baca biasanya kl da jadi dewa da enak berumur sangat panjang banyak yg gak ingat dhamma, bersenang2 sampai waktu usia dewanya udah habis, ciri2nya biasanya gak pernah keringatan jadi keringatan (salah satu pertanda seorang dewa usianya telah habis), kemudian timbul gelisah dan hanya bisa duduk menanti kelahiran kembali.

Apa kita dilahirkan di alam dewa lalu pikiran kita bisa seperti skrg ini tahu dan paham akan dhamma? bukannya terbentuk kepribadian dan pemikiran baru? apalagi di sana cuma ada senangnya gak ada susahnya, jangan2 malah menganggap dhamma itu lebih rendah dr pangkat dia sbg dewa. saya juga gak begitu yakin hahaha mau tanya yg pernah jadi dewa :)

sedangkan di pureland buddha amitabha sudah pasti yg terlahir di sana akan diajar dhamma, jadi meskipun kita dilahirkan di sana pikiran kita masi tahu akan Dhamma, dan pureland bukanlah surga atau jadi dewa di sana dan hidup bersenang2 tp masih harus belajar lagi. saya ambil sisi positifnya saja loh... percaya atau gak percaya yah urusan masing-masing :)

Meski saya Naif seperti yg dikatakan bro Kelana, oklah kita anggap saja sutra amitabha ataupun pureland cuma tambahan atau karangan orang tertentu/sutra palsu, jadi meski nianfo amitabha gak akan pernah dilahirkan di sukhavati dan sukhavati pureland itu tak pernah ada.
Di sini Saya juga mengingat akan Karma dan Hukum alam Semesta pasti tidak sembarangan dan berlaku adil. dengan ketekunan nian fo, membayangkan sifat luhur para buddha, samadhi, menjalankan kebajikan dan DJMB8 meski tidak dilahirkan di sukhavati, krn sukhavati itu rupanya cuma karangan, menurut temen2 setelah mati saya akan dilahirkan di mana? (ini gak usah dijawab tar saya mati dulu baru saya ceritakan ke kalian)  ;D

Karena pribadi saya "Yang penting adalah apa yang saya lakukan sekarang ini dan saya tidak pernah memikirkan hasilnya"   _/\_

anda tidak naif bro, justru saya salut dengan anda.
yg di bold justru menunjukan anda hidup dimasa kekinian  ^:)^
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: GandalfTheElder on 07 November 2010, 10:34:16 AM
 [at] bro. Kainyn: Bisa dan tidak bisa. Seseorang yang bertekad menjadi Samyaksambuddha yang awalnya belajar Theravada pasti akan belajar Mahayana pada tahap tertentu karena memang sudah begitu jalurnya, demikian menurut Mahayanis. Namun jalan Sammasambodhi di dalam Theravada telah mengandung unsur-unsur pokok penting dan utama untuk mencapai Sammasambodhi, misal Bodhicitta yang dibangkitkan Sumedha dalam Buddhavamsa. Mahayana memperjelasnya dan menekankan ke arah sana sehingga tidak tercampur dengan interpretasi para penganut Shravakayana.

 [at] dilbert: Anehnya, para sesepuh Mahayana semuanya memiliki kemiripan dalam menafsirkannya, yaitu "Yang Tercerahkan Sejak Masa Lampau" itu di Lotus Sutra sebenarnya adalah Dharmakaya / Svabhavikaya / Hon-Butsu yang BERBEDA dengan Nirmanakaya Shakyamuni Buddha yang mengawali karir pencerahannya dengan berikrar di hadapan Tathagata yg juga bernama Sakyamuni, Dipankara dan rtercerahkan di bawah Pohon Bodhi.

Arya- Avatamsaka Sutra, sebuah sutra yang dianggap oleh aliran Huayen sebagai sutra yang mencakup makna sejati dari Buddha Dharma membicarakan pencerahan Nirmanakaya Sakyamuni:
"Suatu ketika Sang Buddha berada di tanah (Gaya) Magadha, di bodhimanda [bawah pohon Bodhi], PERTAMA KALI mencapai pencerahan."

Arya Subhakarasimha mengatakan bahwa Mahavairocana Sutra dan Saddharmapundarika Sutra sebenarnya identik. Keduanya bagaikan dua sisi koin yang berbeda.  Yixing, murid dari YA Subhakarasimha mengatakan bahwa Lotus Sutra dan Mahavairocana Sutra sama-sama dibagi menajdi 2 bagian:
1. Ekayana
2. Kehidupan Tathagata yang Tidak Terbatas
Jadi Buddhakaya dalam Mahavairocana Sutra dan Lotus Sutra adalah identik.

Kehidupan Tanpa Batas dari Shakyamuni ADALAH Mahavairocana Tathagata yang merujuk pada aspek Dharmakaya. "Telah Tercerahkan Sejak masa Lampau" merupakan salah satu aspek dari "Kehidupan Tanpa Batas" yang juga merupakan ciri khas dari Mahavairocana Tathagata. Sehingga jelas bahwa "Buddha Shakyamuni 'Abadi'" dalam Lotus Sutra adalah DHARMAKAYA Mahavairocana Tathagata.

YA Shinran mengatakan bahwa: "Amitabha Tathagata dikisahkan tercerahkan 10 kalpa yang lalu, tapi sebenarnya Beliau telah tercerahkan di masa kalpa lalu yang TIDAK TERBATAS. Amitabha Buddha eksis sejak masa lalu yang tidak terhitung. Berwelas asih kepada para makhluk yang memiliki lima rintangan batin, muncul di Istana Gaya, bermanifestasi menajdi Shakyamuni Buddha."

Dalam aliran PureLand baik Amitabha dan Sukhavati memiliki aspek Nirmanakaya, Sambhogakaya dan Dharmakayanya. Nah yang dimaksud Shinran adalah DHARMAKAYA Amitabha beremanasi menajdi Nirmanakaya Sakyamuni. Perkataan Shinran yang mengatakan bahwa Amitabha telah tercerahkan sejak waktu lampau yang tanpa batas menunjukkan keluasan dari lautan Dharmakaya yang tanpa batas, tapi secara Nirmanakaya, Amitabha baru tercerahkan 10 kalpa lalu.

Konsep Kehidupan tanpa Batas Tathagata, baik telah tercerahkan di masa lampau yang tidak terbatas dan terus menerus menyelamatkan para makhluk di masa depan, menunjuk pada Buddha yang tidak memiliki awal dan akhir, yaitu DHARMAKAYA, baik itu DHARMAKAYA Shakyamuni ataupun DHARMAKAYA Amitabha, ataupun DHARMAKAYA Bhaisajyaguru.

Maka dari itu penting untuk menyelami bab sebelum bab "Panjang Umur Tathagata" dan isi bab Panjang Umutr Tathagata itu sendiri. karena dari sana kita tahu bahwa apa yang diinterpretasikan para master bukanlah tafsir yang dibuat".

Bab sebelumnya mengatakan bahwa Maitreya Bodhisattva terheran-heran bagaimana bisa Buddha baru saja tercerahkan di Bodhgaya, padahal para putra Buddha yang jumlahnya tidak terbatas terus berkarya menyelamatkan para makhluk sejak masa yang sangat sangat lampau. Harusnya para putra tersebut memilioki "ayah" sejak amsa lampau, tapi anehnya Sakyamuni Buddha baru saja tercerahkan. Inis angat aneh dan Meitreya keheranan. keheranan Maitreya ini memiliki makna yang mendalam.

Para putra Buddha seperti Avalokitesvara tentu memiliki guru Amitabha di amsa lampau. kenapa harus ditanyakan kembali oleh Maitreya bahwa seharusnya Sakyamuni yang menjadi ayah sang Avalokitesvara? Tanpa ayah Sakyamuni bukankah Avalokitesvara sudah punya ayah Amitabha? Kenapa harus diheran-herankan bahwa Avalokitesvara mempunyai kekuatan yang begitu menakjubkan? Nah di sini sebenarnya Maitreya ingin Sanmg Buddha menjabarkan tentang DHARMAKAYA Sakyamuni, bukan pencerahan Nirmanakaya Sakyamuni.

Dan dikatakan pula dalam Lotus Sutra bab "Panjang Umur" bahwa para Buddha seperti Sakyamuni sebenarnya setelah parinirvana terus berada di sisi para makhluk dan menolong para makhluk. Ini dijelaskan dalam berbagai Sutra, bahwa Sang Buddha Sakyamuni beremanasi menjadi para Guru baik itu Atisha maupun Jey Tsongkhapa, atau Nagarjuna, atau Vasubandhu dan semua guru penerus silsilah ajaran adalah emanasi Sakyamuni Buddha. Lihat: Pembebasan di Tangan Kita karya Phabongkha Rinpoche, di sana banyak kutipan sutra tentang ini. Nah yang dimaksud adalah Dharmakaya Sakyamuni-lah yang beremanasi menjadi para Guru, maka dari itu dikatakan walaupun arus batin Tsongkhapa dan Sakyamuni berbeda, tetapi HAKEKAT keduanya adalah SAMA. Nah karena SAMA Inilah maka dikatakan Sakyamuni beremnasi menjadi Tsongkhapa. Sama-sama telah menyadari HAKEKAT Ke-Buddhaannya.

Menurut sudut pandang Theravada, tentu saja TIDAK MUNGKIN Theravada lanjut Mahayana. Tetapi sudah saya katakan sebelumnya, bahaw dari sudut pandang Mahayanis, Theravada yang menekankan ke Jalan Shravaka harus LANJUT ke jalan Mahayana untuk mencapai Samyaksambodhi.

Jadi tidak ada ya yang namanya ngulang-mengulang pencerahan. Dalakm kisah pencerahan Sang Buddha versi Tantra sekalipun, tidak ada yang mengatakan sang Buddha mengulang-ulang pencerahan. Kesalahan memaknai neyartha dan nitartha adalah salah satu hal yang tidak dipuji para Buddha.

Masalah SD, SMP, SMA itu ya tergantung perspektif Sharavakayana atau Mahayana atau Ekayana yang anda ambil. kalau anda menganut paham Mahayana, Ekayana atau Vajrayana maka tingkatan SD, SMP, SMA itu dapat diterapkan dan memang demikianlah TAHAPAN JALANNYA. Kalau secara Shravakayana Theravadin, tentu hal tersebut tidak bisa diterapkan.

Quote
Yang saya pahami dari tulisan Sdr. Gandalf adalah bahwa Nirvana itu sejak dulu adalah bersih tanpa noda. Nirvana itu sifatnya adalah Kosong atau Sunya dan Sunya ini ada dalam setiap makhluk. Dalam Pali Kanon , Sunna Sutta dikatakan bahwa Sunya itu berarti kosong dari atta (anatta), semua makhluk adalah memiliki sifat anatta. Jadi kita semua memiliki sifat anatta ini, sifat Kosong ini, dan sifat Kosong ini sudah ada dari dulu, dalam istilah Mahayana ‘sudah tercerahkan dari dulu’.
Mahayana dalam pengajarannya menggunakan ‘bahasa positif’ atau ‘istilah positif’ untuk menjelaskan Sunya, oleh karenanya digunakan istilah Dharmakaya, Tatagathagarba, Self, untuk membantu orang untuk lebih nyaman. Sayangnya dalam perkembangannya penggunaan ‘bahasa positif’ ini banyak disalahartikan beberapa Mahayanis sehingga memunculkan paham eternalis, atta yang abadi, dan kesan Buddha yang abadi.
Jadi dari tulisan Sdr. Gandalf saya memahami bahwa yang telah mencapai pencerahan sejak dulu  bukan Buddha Gotama tetapi ke-Nirvana-annya itu yang sudah cerah dari dulu.

 [at] Kelana: Benar. demikianlah maksudnya.

 [at] bro.fabian: maknaya bukan begitu. Telah Tercerahkan itu maksudnya bahwa Buddha yang cerah itu adalah potensi Ke-Buddhaan dalam diri kita atau Tathagatagarbha. Karena adanya potensi inilah maka kita dapat emnajdi Buddha. Potensi Buddha ini selama ini tertutup oleh klesha sejak waktu tanpa awal, tugas kitalah untuk membuka tabir klesha (kekotoran batin) ini untuk menyadari Buddha cerah dalam batin kita sendiri.

 [at] bro. kelana: alam dewa tentu berbeda dengan alam Sukhavati. ketika terlahir di alam Sukhavati janganlah berpikir bahwa mereka hidup tanpa tantangan, mereka juga mencari tantangan untuk mengasah batin mereka, maka itu dikatakan bahwa para makhluk Sukhavati juga kembali ke dunia Saha dalam waktu-waktu tertentu untuk menyelamatkan para makhluk yang juga sekaligus mengasah batin mereka. Justru di Tanah Suci adalah paling aman, di mana ketika waktu untuk mengasah batin tiba, sudah ada bekal yang matang yaitu bodhisattva bhumi pertama yang setara Srotapanna. Daripada boro-boro di alam dewa, liat bidadari cantik langsung timbul hawa nafsu dan timbul keinginan nafsu seksualnya, belum kalau para dewanya sombong, bisa ikut"an tuh.

Tapi yang perlu diingat adalah pencapaian Sukhavati tidaklah semata-mata dalam kehidupan selanjutnya tetapi DAPAT DICAPAI SAAT INI DALAM HIDUP INI. Ini adalah ajaran para sesepuh Sukhavati di Tiongkok dan Jepang. Secara Nirmanakaya, Sukhavati adalah tempat pelatihan. Secara Dharmakaya, Sukhavati adalah Nirvana.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Udyata-sahanubhuti on 07 November 2010, 10:38:37 AM
anda tidak naif bro, justru saya salut dengan anda.
yg di bold justru menunjukan anda hidup dimasa kekinian  ^:)^

Wah...kalimat yg di-bold itu adalah kata2 bijaknya Athisa Dipankara "The Greatest Effort is not concerned with results"
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: GandalfTheElder on 07 November 2010, 10:50:32 AM
Quote
Perubahan demi perubahan terjadi.
Dan jangan heran jika besok terjadi, musik diperbolehkan dalam agama Buddha.Malah mungkin 100th ke depan,bhikku boleh menikah.

Hihihi.... musik tentu saja diperbolehkan dalam agama Buddha, tentunya dalam MAHAYANA ADA diperbolehkan dan MAHAYANA juga sekaligus mengamini ajaran Shravakayana yaitu kita juga harus mengendalikan diri terhadap musik-musik, bahkan Asthasila. Jadi MAHAYANA mengambil posisi Jalan Tengah terhadap musik....  ;D ;D Ini salah satu sebab mengapa saya memilih Mahayana, karena fleksibel, masuk akal dan tak lekang oleh zaman, dapat mengikuti zaman tanpa meninggalkan Buddha Dharma, sangat progresif bagi saya.  8) 8)

Bahkan saya sempat liat Step Up 3D, bahkan tarian dapat membawa makna pada hidup dan mengubah hidup emnajdi sesuatu yang sangat sangat positif, membawa kehangatan cinta kasih pada semua makhluk. Ini sangat menyentuh hati saya, daripada sekedar orang yang mengharamkan tari-tarian, para sesepuh Sukhavati di Jepang juga menyebarkan ajaran kesematan Amitabha dengan tari-tarian dengan nyanyian yang membangkitkan sraddha. Bahkan dikatakan dalam Amitabha Sutra: mereka yang sraddhanya kuat terhadap Buddha Dharma dan Amitabha dapat membuat bulu kuduk mereka berdiri serta meloncat dan menari kegirangan.

Kalau masalah bhiksu boleh menikah, aliran apapun tidak memperbolehkannya, kalau ada yg menikah, namanya sudah merosot. Bahkan Jodo Shinshu yang para pendetanya menikah, TIDAK MENGAKU bahwa mereka ADALAH BHIKSU SANGHA. kalau aliran lainnya yang menikah seperti Zen dsb setelah tekanan dari pemerintah Meiji itu ya hanya ikut"an Jodo Shinshu azaa tanpa memahami makna pernikahan dalam Jodo Shinshu it sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 07 November 2010, 10:55:55 AM

Wah...kalimat yg di-bold itu adalah kata2 bijaknya Athisa Dipankara "The Greatest Effort is not concerned with results"
kalau tanpa pandangan benar mana bisa, tar orang membunuh di kekinian, tar orang bernyanyi di kekinian, tar orang nari2 di kekinian, tar orang membabarkan pandangan salah di kekinian, tanpa memikirkan hasilnya. parah nanti dong.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 07 November 2010, 11:02:24 AM
Hihihi.... musik tentu saja diperbolehkan dalam agama Buddha, tentunya dalam MAHAYANA ADA diperbolehkan dan MAHAYANA juga sekaligus mengamini ajaran Shravakayana yaitu kita juga harus mengendalikan diri terhadap musik-musik, bahkan Asthasila. Jadi MAHAYANA mengambil posisi Jalan Tengah terhadap musik....  ;D ;D Ini salah satu sebab mengapa saya memilih Mahayana, karena fleksibel, masuk akal dan tak lekang oleh zaman, dapat mengikuti zaman tanpa meninggalkan Buddha Dharma, sangat progresif bagi saya.  8) 8)

Bahkan saya sempat liat Step Up 3D, bahkan tarian dapat membawa makna pada hidup dan mengubah hidup emnajdi sesuatu yang sangat sangat positif, membawa kehangatan cinta kasih pada semua makhluk. Ini sangat menyentuh hati saya, daripada sekedar orang yang mengharamkan tari-tarian, para sesepuh Sukhavati di Jepang juga menyebarkan ajaran kesematan Amitabha dengan tari-tarian dengan nyanyian yang membangkitkan sraddha. Bahkan dikatakan dalam Amitabha Sutra: mereka yang sraddhanya kuat terhadap Buddha Dharma dan Amitabha dapat membuat bulu kuduk mereka berdiri serta meloncat dan menari kegirangan.

Kalau masalah bhiksu boleh menikah, aliran apapun tidak memperbolehkannya, kalau ada yg menikah, namanya sudah merosot. Bahkan Jodo Shinshu yang para pendetanya menikah, TIDAK MENGAKU bahwa mereka ADALAH BHIKSU SANGHA. kalau aliran lainnya yang menikah seperti Zen dsb setelah tekanan dari pemerintah Meiji itu ya hanya ikut"an Jodo Shinshu azaa tanpa memahami makna pernikahan dalam Jodo Shinshu it sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Namo Buddhaya,

HASTASILA MAHAYANA
Metode untuk Menghapuskan Sebab-sebab Penderitaan dan Mencapai Kebahagiaan untuk Semua Makhluk
Hastasila Mahayana merupakan bagian dari sila-sila Pratimoksha. Hastasila (delapan sila) Mahayana seharusnya dijalankan dengan motivasi untuk mencapai Kebuddhaan agar dapat membantu makhluk-makhluk lain secara maksimal.
 
Pada dasarnya menjalankan sila berarti bertekad untuk tidak menyakiti orang/makhluk lain, dan sebaliknya memberi manfaat kepada mereka. Menyakiti orang/makhluk lain, berarti menyakiti diri sendiri, dengan demikian kebahagiaan tidak akan dialami.
 
Menjalankan Hastasila Mahayana adalah salah satu cara terbaik untuk melatih diri agar tidak menyakiti orang/makhluk lain, tetapi sebaliknya memberikan kebahagiaan dan manfaat.
 
Kedelapan sila yang dimaksud adalah:
 
Tidak melakukan pembunuhan.
Tidak mengambil sesuatu yang tidak diberikan.
Tidak berbohong (memberi kesan lain dari yang sesungguhnya).
Tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang memabukkan (yang melemahkan kesadaran).
Tidak menggunakan tempat tidur dan kursi yang besar, tinggi atau mahal.
Tidak mengonsumsi makanan pada waktu yang tidak tepat (setelah jam 12 siang).
Tidak menyanyi, menari dan memainkan musik.
Tidak menggunakan parfum, untaian bunga-bunga atau perhiasan.
 

Bro Gandalf, bagaimanakah anda menginterpretasikan hastasila Mahayana di atas bagian "tidak menyanyi, menari, dan memainkan musik"? apakah menurut anda sila itu salah?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: GandalfTheElder on 07 November 2010, 11:13:11 AM
Tidak salah. Bila dilakukan dengan kesadaran penuh dan untuk kebajikan dan Dharma, maka musik dan tarian bukanlah pelanggaran sila Astasila. Tapi kalau seseorang mau memasukkan tidak menyanyi termasuk nyanyian Dharma dalam Astasila Mahayana, boleh-boleh saja. Astasila itu harusnya fleksibel, tidak kaku dan tentu sesuai dengan norma-norma bajik yang ada.

Quote
kalau tanpa pandangan benar mana bisa, tar orang membunuh di kekinian, tar orang bernyanyi di kekinian, tar orang nari2 di kekinian, tar orang membabarkan pandangan salah di kekinian, tanpa memikirkan hasilnya. parah nanti dong.

Ikut" sobat dharma ah... kok menyamakan pembunuhan dengan menyanyii dan menari?? kikikik....org biasa aj udah bsia bedakan keduanya... ;D ;D ;D dalam pandangan manusia normal azaaa jelas" pembunuhan manusia mengakibatkan kesedihan, ratap tangis, kejahatan merajalela. Sejak kapan pembunuhan dapat membawa pada masyarakat menjadi p[enuh cinta kasih dan memberikan kehngatan hati pada orang'? tetapi kalau musik? Musik? Ya musik dan tari-tarian BISA! Bhakan bayi dlm kandunganpun dapat menerima efek positif apabila dilantunkan musik" ttt.

Sedangkan nyanyian dan tarian yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan jeli serta kreatif, yang diperoleh dengan latihan keras dan berulang-ulang, mendapat sambutan positif dari masyarakat bahkan dapat membangun hidup lebih baik, dan dapat memaknai hidupnya sambil berkata"Dance and Music is My Life". Woww!! Sebuah sikap jujur pada diri sendiri yang patut diacungi jempol ;D... bahkan nyanian dan tarian dapat menyelamtkan ornag-ornag dari bahaya terjerumus PSK atau narkoba... seperti visi misi EKI Dance Company setahu saya, yg kebetulan pendirinya adalah Buddhis walaupun non-mainstream Aiko Senosoenoto.

Dan..... jujur... ketika saya mendengarkan paritta dengan nada datar yg biasanya, saya sulit sekali meresapi maknanya. Tetapi kalau mendnegar lantunan musik Metta Sutta, Mantra, Mangala Sutta saya lebih dapat menyerap maknanya dnegan lebih baik dan praktek saya semakin termotivasi daripada baca paritta datar" saja... jemu sekali.

Pandangan BENAR mengenai musik dalam Mahayana dan Theravada mungkin berbeda, tetapi pandangan BENAR tentang membunuh dalam Mahayana dan Theravada adalah SAMA, yaitu membunuh tidaklah diperbolehkan dalam bentuk apapun.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Udyata-sahanubhuti on 07 November 2010, 11:15:27 AM
kalau tanpa pandangan benar mana bisa, tar orang membunuh di kekinian, tar orang bernyanyi di kekinian, tar orang nari2 di kekinian, tar orang membabarkan pandangan salah di kekinian, tanpa memikirkan hasilnya. parah nanti dong.

Huehehe  :))
Setuju bro.........
Tanpa pandangan benar... semua nya juga udah tidak benar.
selain pandangan benar, dalam memutuskan 5 hambatan juga dibutuhkan Hasta Arya Marga yang lain.

The Blessed Buddha once said:
Bhikkhus, there are these five kinds of Mental Hindrance. What five?

1: The Mental Hindrance of Desire for Sensing...
2: The Mental Hindrance of Aversion and Ill-Will...
3: The Mental Hindrance of Lethargy and Laziness…
4: The Mental Hindrance of Restlessness and Regret…
5: The Mental Hindrance of Doubt and Uncertainty…

These are the 5 kinds of Mental Hindrance! The Noble 8-fold Way should
be developed for the direct experience of these five Mental Hindrances,
for the full understanding and elimination of them, and for their final and
total overcoming, abandoning and leaving all behind! This Noble 8-fold Way
is developed for the sake of uprooting all Mental Hindrance!
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 07 November 2010, 11:28:17 AM
Tidak salah. Bila dilakukan dengan kesadaran penuh dan untuk kebajikan dan Dharma, maka musik dan tarian bukanlah pelanggaran sila Astasila. Tapi kalau seseorang mau memasukkan tidak menyanyi termasuk nyanyian Dharma dalam Astasila Mahayana, boleh-boleh saja. Astasila itu harusnya fleksibel, tidak kaku dan tentu sesuai dengan norma-norma bajik yang ada.

Ikut" sobat dharma ah... kok menyamakan pembunuhan dengan menyanyii dan menari?? kikikik....org biasa aj udah bsia bedakan keduanya... ;D ;D ;D dalam pandangan manusia normal azaaa jelas" pembunuhan manusia mengakibatkan kesedihan, ratap tangis, kejahatan merajalela. Sejak kapan pembunuhan dapat membawa pada masyarakat menjadi p[enuh cinta kasih dan memberikan kehngatan hati pada orang'? tetapi kalau musik? Musik? Ya musik dan tari-tarian BISA! Bhakan bayi dlm kandunganpun dapat menerima efek positif apabila dilantunkan musik" ttt.

Sedangkan nyanyian dan tarian yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan jeli serta kreatif, yang diperoleh dengan latihan keras dan berulang-ulang, mendapat sambutan positif dari masyarakat bahkan dapat membangun hidup lebih baik, dan dapat memaknai hidupnya sambil berkata"Dance and Music is My Life". Woww!! Sebuah sikap jujur pada diri sendiri yang patut diacungi jempol ;D... bahkan nyanian dan tarian dapat menyelamtkan ornag-ornag dari bahaya terjerumus PSK atau narkoba... seperti visi misi EKI Dance Company setahu saya, yg kebetulan pendirinya adalah Buddhis walaupun non-mainstream Aiko Senosoenoto.

Pandangan BENAR mengenai musik dalam Mahayana dan Theravada mungkin berbeda, tetapi pandangan BENAR tentang membunuh dalam Mahayana dan Theravada adalah SAMA, yaitu membunuh tidaklah diperbolehkan dalam bentuk apapun.

 _/\_
The Siddha Wanderer

bagaimanakah batasannya menyanyi dan menari yg merupakan pelanggaran dan bukan pelanggaran? dalam budaya tertentu di dunia ini, tarian erotis dianggap normal, apakah ini juga jika dilakukan dengan penuh kesadaran menjadi bukan pelanggaran?

mengenai pembunuhan yg tidak diperbolehkan dalam bentuk apapun, kita kembali lagi ke kisah klasik mengenai pembunuhan yg dilakuan oleh Bodhisatva, bagaimana ini?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: GandalfTheElder on 07 November 2010, 11:40:59 AM
 [at] Indra
hahaha... tidak ada urusannya dengan budaya apapun dianggap normal atau nggak.. yang pasti kita menjalankan budaya sesuai dengan Buddha Dharma, kalau ada budaya tari erotis dianggap normal yang brati mereka berpandangan salah...gampang aja toh.... hahaha..  BUKAN HANYA BERKESADARAN tetapi juga untuk DHARMA DAN KEBAJIKAN. Nah coba dicerna sendiri apakah tari erotis itu untuk kebajikan??  8) 8) 8)

Masalahnya pembunuhan yang dilakukan Bodhisattva tetap saja diakui sebagai perbuatan salah. PEMBUNUHAN dalam bentuk apapun ADALAH TERCELA dan TIDAK DIPERBOLEHKAN. Yang dipuji dan diperbolehkan dari tindakan Bodhisattva di atas kapal itu adalah tindakan MOTIVASI MENOLONGNYA, BUKAN membunuhnya. Masalah Bodhisattva membunuh itu brati Bodhisattva sudah melanggar apa yang tidak diperbolehkan bagi seorang putra Buddha sehingga harus menerima akibat karma buruk.

Maka dari itu berbeda dengan MUSIK, karena jelas-jelas MUSIK dan NYANYIAN tertentu diperbolehkan oleh Sang Buddha, jadi melakukannya ya tidak menimbulkan karma buruk apapun. Jadi tidak ada kebutuhan untuk melanggar norma yang sudah ada, berbeda dengan pembunuhan di atas kapal itu, yang membutuhkan setidaknya satu tindakan pelanggaran nroma = membunuh.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 07 November 2010, 11:46:50 AM
[at] Indra
hahaha... tidak ada urusannya dengan budaya apapun dianggap normal atau nggak.. yang pasti kita menjalankan budaya sesuai dengan Buddha Dharma, kalau ada budaya tari erotis dianggap normal yang brati mereka berpandangan salah...gampang aja toh.... hahaha..  BUKAN HANYA BERKESADARAN tetapi juga untuk DHARMA DAN KEBAJIKAN. Nah coba dicerna sendiri apakah tari erotis itu untuk kebajikan??  8) 8) 8)


alasan pembenaran bisa saja dikarang2, misalnya mempertontonkan tarian erotis kepada korban bencana merapi sebagai suatu bentuk hiburan kepada korban. kenapa bukan yg lain? karena hanya penari erotis yg ada dan bersedia, tidak ada pilihan lain. ini hanya contoh kasus.
Quote
Maka dari itu berbeda dengan MUSIK, karena jelas-jelas MUSIK dan NYANYIAN tertentu diperbolehkan oleh Sang Buddha, jadi melakukannya ya tidak menimbulkan karma buruk apapun. Jadi tidak ada kebutuhan untuk melanggar norma yang sudah ada, berbeda dengan pembunuhan di atas kapal itu, yang membutuhkan setidaknya satu tindakan pelanggaran nroma = membunuh.

MUSIK dan NYANYIAN tertentu apakah yg diperbolehkan oleh Sang Buddha, mohon referensinya
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: GandalfTheElder on 07 November 2010, 11:57:03 AM
Hahaha...  pertama anda bilang tari erotis sebagai budaya, sekarangs ebagai pertunjukan korban bencana...wakakak itu sudah dua hal yang berbeda broo  8) 8)... tapi okelah akan saya jawab: namanya hiburan apakah semua dilakukan untuk kebajikan?? saya mau menghibur para pelajar SMP dengan film porno, apa itu KEBAJIKAN? Justru contoh kasus anda yang mengada-ngada bro. Emang korban bencana butuh liat tarian erotiss?? wakakakakakaka... apa gunanya coba? Justru saya akan mempertonotnkan tarian yang menghormati para kerabat mereka yang meninggal dengan lagu menyentuh hati dan membangkitkan semangat mereka untuk bsia bertahan menghadapi cobaan bencana yang ada... itu yg dinamakan MUSIK DAN TARIAN UNTUK KEBAJIKAN. Kalau tidakj ada yang lain, ya dengan cara lain toh, kenapa harus lewat maksa lewat tari-tarian kalau adanya cuman penari erotis...  :)) :)) :))...

Liat saja Amitabha Sutra, tuh di Sukhavati didendangkan selalu musik-musik Dharma. Lalu seingat saya, dari buku Mingyur Rinpoche dikatakan bahwa Sang Buddha meminta seseorang memainkan kecapinya dengan penuh kesadaran hingga tercerahkan. Dalam Dasabhumika Sutra ada juga, di mana para bodhisattva diperbolehkan menyanyi dan menari.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Sostradanie on 07 November 2010, 11:58:47 AM
Ini contohnya:

-Mahayana dengan cara pemaparannya:
   Sri Vasudhara Dharani Namah Mahayana Suttram

 om namah sri jinasasanaya
samsaradvayadainyasya pratihantr dinavahe
vasudhare sudhadhare namastubhyam krpamahe

Demikianlah telah ku dengar. Suatu ketika Sang Bhagavan sedang berdiam di Negeri Kosambi, Hutan Kantaka. Pada waktu itu, hadir lima ratus orang Maha Bikshu Sangha beserta para Bodhisattva Mahasattva yang sangat banyak jumlahnya. Di Negeri Kosambi terdapatlah seseorang Grhapatih yang bernama "Su Candra" (Bulan Kebajikan). Ia telah mengembangkan pikiran dan hati murni. Jumlah anggota keluarganya sangat banyak. Sraddha (Keyakinan) yang teguh telah dikembangkannya. Grhapatih tersebut pergi mengunjungi Bhagavan, menyembah dengan meletakkan kepalanya ke kaki Bhagavan, serta melakukan pradaksina beberapa kali. Dengan penuh hormat Grhapatih Su Candra maju menghadap Bhagavan dan mengajukan pertanyaan,

“Bhagavantam tathagatam arhantam samyaksambuddham! Aku hendak mengajukan pertanyaan pada Bhagavan demi menjawab sedikit keraguanku. Semoga Bhagavan berbelas kasih sehingga sudi mengizinkanku untuk mengajukan pertanyaan tersebut.” Sang Bhagavan lalu berkata kepada Grhapatih Su Candra, “Engkau menanyakan hal ini dengan daya batin murni, karena itu silakan ajukan pertanyaanmu itu.”

Grhapatih Su Candra sangat bergembira mendengar hal ini dan bertanyalah dia kepada Bhagavan, “Bhagavan! Terdapat putera dan puteri berbudi yang dilanda kemiskinan. Bagaimanakah caranya agar mereka dapat mendapatkan kekayaan yang melimpah? Selain itu masih ada di antara mereka yang menderita bermacam-macam penyakit. Bagaimanakah caranya agar mereka dapat mendapatkan kesembuhan?” Lalu Bhagavan bertanya kepada Grhapatih Su Candra, “Mengapakah engkau menanyakan hal itu?” Sang Grhapatih lalu menjawab Sang Bhagavan, “duhai Bhagavan, duhai Sugata, aku memiliki banyak anggota keluarga di rumahku. Namun kini sedang mengalami kesulitan keuangan, sehingga harus hidup melalui bantuan. Bahkan beberapa di antara mereka menderita sakit. Aku memohon agar Yang Dijunjungi Dunia bersedia membabarkan Dharmaparyaya untuk mengatasi kemiskinan tersebut selamanya; yakni Dharma yang sanggup memenuhi perbendaharaan dengan harta kekayaan; sehingga para anggota keluargaku akan bersuka cita karenanya. Dimana gudang-gudang  akan dipenuhi emas, perak, permata pusaka vajra pengabul keinginan, harta kekayaan yang diperoleh melalui perdagangan, serta permata merah sebesar batu akik. Masing-masing benda-benda berharga itu melimpah jumlahnya dan tak akan pernah habis. Dengan demikian, kami dapat melakukan dana
paramita.”

Sang Bhagavan menjawab pertanyaan Grhapatih Su Candra, “Wahai Grhapatih yang Berbudi, pada asamkheya kalpa yang telah lama berlalu, terdapat Seorang Bhagavan bernama "Vajradhara Sagara Nirghosa" (Pemegang Vajra Suara Samudera) Sang Tathagata, Arhan, SamyakSamBuddha, Loka udapadi, vidyacaranasampanno, lokavidanuttara purusadamyasaratih, sasta devamanusyanam, Buddho, Bhagavan. Pada masa Sang Tathagata itu Grhapatih, Aku menerima sebuah Dharani yang bernama Vasudhara (Hujan Mustika). Terimalah, lestarikan, bacalah, lafalkan, pahami maknanya, laksanakanlah apa yang terkandung di dalamnya, serta sebar luaskan Dharani tersebut. Putera yang Berbudi! Bila ada manusia atau makhluk bukan manusia seperti yaksha, raksasha, preta, pisacha, bhuta, kumbhanda, skanda, apasmara, usta, putana, kataputana, yatudhana dan yang lainnya yang memiliki niat jahat, para "mutrahara ,rudhirahara ,vistahara ,vasahara ,mamsahara ,slesmahara ,puahara ,simhanakahara ,khelahara ,medhahara ,madyahara ,jatahara ,jivitahara ,balyahara, malyahara, yavaducchistahara"(para mahluk halus pemakan manusia, lemak, tulang sumsum, nanah, darah, lendir, ludah, besar ,kecil, yang hendak menimbulkan kekacauan kesadaran) dan yang lainnya, maka mereka akan gagal melaksanakan niat jahatnya.

Bhagavan melanjutkan perkataannya kepada Grhapatih, “Bila ada orang yang meyakini dan melafalkan Dharani ini dengan sepenuh hati; atau kendati hanya mendengar namanya saja, mereka menerima, mengingat, serta dengan gembira meyakininya; maka putera atau puteri berbudi tersebut sepanjang malam akan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan. Ia akan memperoleh kedamaian melimpah. Selanjutnya, bila ada putera atau puteri berbudi yang hendak melaksanakan Vasudhara Dharani ini, maka ia hendaknya terlebih dahulu melakukan persembahan namaskara puja pada semua Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha; baik selama semalam, dua malam, maupun tiga malam. Lalu lafalkan dharani ini dengan sepenuh hati. Kembangkan keyakinan pada Triratna; sehingga dengan demikian para devata akan bersukacita karenanya. Harta kekayaan berupa ratna (permata) dan gandum-gandum akan tercurah turun dengan segera. Laksanakan Dharma yang Saya ajarkan ini.”

Sang Bhagavan mengucapkan Vasudhara dharani yang berbunyi sebagai berikut:

Namo ratnatrayaya, om namo bhagavate vajradharasagaranirghosaya tathagatasyarhate samyaksambuddhaya tadyatha om sri surupe suvadane bhadre subhadre bhadravati mamgale sumamgale mamgalavati argale argalavati candre candravati ale acale acapale udghatini udbhedini ucchedini udyotini sasyavati dhanavati dhanyavati udyotavati srimati prabhavati amale vimale nirmale rurume surupe surupavimale arcanaste atanaste vitanaste anunaste avanatahaste visvakesi visvanisi visvanamsi visvarupini visvanakhi visvasire visuddhasile viguhaniye visuddhaniye uttare anuttare amkure namkure prabhamkure rarame ririme rurume khakhame khikhime khukhume dhadhame dhidhime dhudhume tatare tatare ture ture tara tara taraya taraya mam sarvasattvamsca vajre vajre vajragarbhe vajropame vajrini vajravati ukke bukke nukke dhukke kakke hakke dhakke takke varakke avarttini nivarttini nivarsani pravarsani vardhani pravardhani nispadani vajradharasagaranirghosam tathagatam anusmara anusmara sarva tathagata satya-manusmara samghasatyamanusmara anihari anihari tapa tapa kuta kuta pura pura puraya puraya bhagavati vasudhare mama saparivarasya sarvesam sattvanam ca bhara bhara bharani santamati jayamati mahamati sumamgalamati pimgalamati subhadramati śubhamati candramati agacchagaccha samayamanusmara svaha svabhavamanusmara svaha dhrtim... sarvatathagatanam vinayam ... hrdayam ... upahrdayam ... jayam ... vijayam  ... sarva satva vijaya manusmara svaha

om srim vasumukhim svaha om srim vasusri svaha om srim vasusriye svaha om vasumati svaha om vasumatisriye svaha om vasve svaha om vasude svaha om vasamdhari svaha om dharini dharini svaha om samayasaumye samayamkari mahasamaye svaha om sriye svaha om śrīkari svaha om dhanakari svaha om dhanyakari svaha

mulamantra| om sriye srikari svaha om dhanakari dhanyakari ratnavarsani svaha sadhyamantra om vasudhare svaha hrdayam laksmyai svaha om upahrdayam om laksmi bhutalanivasine svaha sam yatha dam om yanapatravahe svaha

Kemudian dilafalkan mantra dharani lanjutan, yakni;


suta suta khata khata khiti khiti khutu khutu maru maru mumca mumca marunca marunca tarppini tarppini tarjani tarjani dehi dehi dapaya dapaya uttista uttista hiranyasuvarnam pradapaya svaha annapanaya svaha vasunipataya svaha gauh svaha surabhe svaha vasu svaha vasupataye svaha indraya svaha yamaya svaha varunaya svaha vaisravanaya svaha digbhyo vidigbhyah svaha utpadayantu me kamksaviraham anumodayantu imam me mantrapadah om hram hrīm ehyehi bhagavati dada dapaya svaha etadbhagavatya aryavasudharaya hrdayam mahapapakarino'pi siddhyati purusapramanan svabhogan dadati ipsitam manoratham paripurayati kamaduhan yan kaman kamayati tamstanipsitan paripurayati mulavidya namo ratnatrayaya namo devi dhanadaduhite vasudhare dhanadharam pataya kuru kuru dhanesvari dhanade ratnade he hema-dhanaratnasagaramahanidhane nidhanakotisatasahasraparivrte ehyehi bhagavati pravisya matpuram madbhavane mahadhanadhanyadharam pataya kuru kuru om hram trata kailasavasiniye svaha mahavidya om vasudhare mahavrstinipatini vasu svaha mulahrdayam om vasudhare sarvarthasadhini sadhaya sadhaya uddhara uddhara raksa raksa sarvarthanidhayantram vava tata vava tanta danda svaha paramahrdayam om namo bhagavatyai aryalevadike yatha jivasamraksani phalahaste divyarupe dhanade varade suddhe visuddhe sivakari santikari bhayanasini bhayadusani sarvadustan bhanjaya bhanjaya mohaya mohaya jambhaya  jambhaya stambhaya stambhaya mama santim pustim vasyam raksam ca kuru kuru svaha levadika dhariniyam

-Theravada
 Demikianlah telah saya dengar:
1. Pada suatu waktu Sang Bhagava berada bersama suku Kuru, di Kammasadhamma,
sebuah kota niaga suku Kuru. Di sana Sang Bhagava bersabda
kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu !"
"Ya, bhante", jawab para bhikkhu. Sang Bhagava bersabda: "Inilah
satu jalan, para bhikkhu, untuk menuju kesucian makhluk-makhluk,
untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri
derita dan duka cita, untuk mencapai jalan benar (ñaya), untuk
merealisasi Nibbana, yaitu empat landasan perhatian murni.
Apakah empat landasan perhatian murni itu ?
Di sini (dalam ajaran ini), para bhikkhu, seorang bhikkhu melakukan
(I) perenungan jasmani sebagai jasmani (kayanupassana),
berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih dan penuh perhatian
murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (II) perenungan perasaan sebagai perasaan
(vedananupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan
jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan
di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (III) perenungan pikiran sebagai pikiran
(cittanupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih
dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di
dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (IV) perenungan obyek pikiran sebagai
obyek pikiran (dhammanupassana), berusaha dengan rajin, dengan
pengamatan jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan
dan kemurungan di dunia.

Apakah sudah kelihatan perbedaan cara pemaparannya?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: hendrako on 07 November 2010, 12:06:27 PM
Hahaha...  pertama anda bilang tari erotis sebagai budaya, sekarangs ebagai pertunjukan korban bencana...wakakak itu sudah dua hal yang berbeda broo  8) 8)... tapi okelah akan saya jawab: namanya hiburan apakah semua dilakukan untuk kebajikan?? saya mau menghibur para pelajar SMP dengan film porno, apa itu KEBAJIKAN? Justru contoh kasus anda yang mengada-ngada bro. Emang korban bencana butuh liat tarian erotiss?? wakakakakakaka... apa gunanya coba? Justru saya akan mempertonotnkan tarian yang menghormati para kerabat mereka yang meninggal dengan lagu menyentuh hati dan membangkitkan semangat mereka untuk bsia bertahan menghadapi cobaan bencana yang ada... itu yg dinamakan MUSIK DAN TARIAN UNTUK KEBAJIKAN. Kalau tidakj ada yang lain, ya dengan cara lain toh, kenapa harus lewat maksa lewat tari-tarian kalau adanya cuman penari erotis...  :)) :)) :))...

Liat saja Amitabha Sutra, tuh di Sukhavati didendangkan selalu musik-musik Dharma. Lalu seingat saya, dari buku Mingyur Rinpoche dikatakan bahwa Sang Buddha meminta seseorang memainkan kecapinya dengan penuh kesadaran hingga tercerahkan. Dalam Dasabhumika Sutra ada juga, di mana para bodhisattva diperbolehkan menyanyi dan menari.

Tanya= (bold biru di atas), apakah orang yang diminta memainkan kecapinya adalah seorang Bhikku/Bhiksu?
Apakah yang disebut sebagai bodhisattva yang diperbolehkan menyanyi dan menari di atas termasuk yang berstatus Bhikku/Bhiksu?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 07 November 2010, 12:17:23 PM
Hahaha...  pertama anda bilang tari erotis sebagai budaya, sekarangs ebagai pertunjukan korban bencana...wakakak itu sudah dua hal yang berbeda broo  8) 8)... tapi okelah akan saya jawab: namanya hiburan apakah semua dilakukan untuk kebajikan?? saya mau menghibur para pelajar SMP dengan film porno, apa itu KEBAJIKAN? Justru contoh kasus anda yang mengada-ngada bro. Emang korban bencana butuh liat tarian erotiss?? wakakakakakaka... apa gunanya coba? Justru saya akan mempertonotnkan tarian yang menghormati para kerabat mereka yang meninggal dengan lagu menyentuh hati dan membangkitkan semangat mereka untuk bsia bertahan menghadapi cobaan bencana yang ada... itu yg dinamakan MUSIK DAN TARIAN UNTUK KEBAJIKAN. Kalau tidakj ada yang lain, ya dengan cara lain toh, kenapa harus lewat maksa lewat tari-tarian kalau adanya cuman penari erotis...  :)) :)) :))...

ya saya memang mengatakan demikian dalam usaha saya untuk mengatakan bahwa ada banyak alasan yg dapat membenarkan suatu tindakan pelanggaran, bahkan untuk pembunuhan pun ada pembenarannya, misalnya kasus aborsi untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. terlalu banyaknya pembenaran ini yg dapat mengarah pada memudarnya Dharma.

Quote
Liat saja Amitabha Sutra, tuh di Sukhavati didendangkan selalu musik-musik Dharma. Lalu seingat saya, dari buku Mingyur Rinpoche dikatakan bahwa Sang Buddha meminta seseorang memainkan kecapinya dengan penuh kesadaran hingga tercerahkan. Dalam Dasabhumika Sutra ada juga, di mana para bodhisattva diperbolehkan menyanyi dan menari.

boleh minta referensi dan kutipan dari sutra yg mengatakan bahwa Sang Buddha meminta seseorang memaintkan kecapi ini?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Sostradanie on 07 November 2010, 12:36:45 PM

Quote
yg biru,
bisa jelaskan kearah mana maksudnya? sutra mahayana adalah hasil sebuah perubahan atau apa yg anda maksudkan terjadi perubahan?

Sebelumnya perlu bro ketahui,saya bukan PEMELUK BUDDHISME.Jadi saya memberikan pendapat bukan karena berpihak pada 1 aliran.Saya berbicara berdasarkan apa yang saya lihat dan yang saya pikirkan.Dan jika anda baca dengan seksama post saya diatas.Anda bisa mengerti yang saya maksudkan bukan tertuju pada SUTRA/SUTTA.Tapi salah satu untuk mengenali bahwa perubahan memang telah terjadi,bisa dilihat dari pemaparan sutta.Jika anda tidak pernah membaca injil.Cobalah sekali-sekali anda baca.

Bagi saya suatu perbedaan bukan berarti tidak ada kesamaan.Dan suatu kesamaan bukan berarti tidak ada perbedaan.Jadi bro,saya hanya menghubungkan dan mengurut-urutkan suatu kejadian dengan kejadian lain.Dimana semua sibuk dengan melihat perbedaan.Saya menengok dari hal yang sama.
Contoh:
-dalam agama islam.
Semua ajaran yang diajarkan sebenarnya baik.Jika dijalankan akan membawa karma baik.Jika ada yang melencengkan ajarannya,itu karena penganutnya tidak mempunyai pandangan dan pikiran benar serta kebijaksanaan.Dan nabi yang dijadikan contoh bagi umat muslim adalah nabi muhamad.Penilaian saya pada nabi tersebut,dia manusia bijaksana tapi dengan LDM yang lebih kental.Dan nabi umat muslim sebelum nabi muhammad,adalah nabi Isa.Bagi umat kr****n nabi Isa itu disebut Yesus.
-dalam agama kr****n
 Menurut saya ajarannya jika dilakukan dengan benar juga akan membawa karma baik.Tapi tetap ada yang melencengkan juga.Dan Yesus itu tidak menikah,yesus itu punya kemampuan batin yang bisa berjalan diatas air.Dan dia juga mengorbankan dirinya.Apakah tidak mirip dengan yang ada dalam Buddhisme?Mungkin dia juga termasuk calon arahat.Hanya kebijaksanaannya belum mencapai tingkat itu.
-dalam aliran mahayana
 Ajarannya juga jika dilakukan akan membawa karma baik.Walaupun ada konsep Ketuhanan.

Bagi saya pribadi tidak masalah dengan adanya Tuhan,surga,neraka,dosa,halal,haram dan lain-lain.Karena tingkat kecerdasan tiap orang berbeda.Tingkat LDM tiap orang berbeda.Sehingga membuat banyak istilah dan penerjemahan yang terkadang lari dari arti semula.Sama seperti pesan berantai yang saya sebutkan.
Sama seperti saat keponakan saya yang berumur 4 tahun bertanya,"Kenapa gunung itu ada asapnya(meledak)?"
Bagaimana cara saya menjawab pada anak umur 4tahun?Jawaban yang paling mudah Itu Kekuasaan Tuhan.

Apakah bro bisa menangkap maksud saya?Maaf,kalau pemaparan saya kurang cocok dengan bro.

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Sostradanie on 07 November 2010, 12:53:18 PM
Tidak salah. Bila dilakukan dengan kesadaran penuh dan untuk kebajikan dan Dharma, maka musik dan tarian bukanlah pelanggaran sila Astasila. Tapi kalau seseorang mau memasukkan tidak menyanyi termasuk nyanyian Dharma dalam Astasila Mahayana, boleh-boleh saja. Astasila itu harusnya fleksibel, tidak kaku dan tentu sesuai dengan norma-norma bajik yang ada.


Nah,inilah contoh kenapa terjadi perubahan.Dan semakin lama perubahan itu makin jauh dari yang pertama kali.Dimana mahkluk yang mempunyai pandangan dan kebijaksanaan yang setingkat,berpikir itu benar dan melakukan perubahan.Disesuaikanlah norma-norma yang ada.Dan karena jaman makin canggih,norma juga ikut makin canggih.
Contoh norma dalam berpakaian:
-Dulu tidak boleh memakai rok pendek.Karena kalau nungging nanti kelihatan.Sekarang malah diperlihatkan.
-Telanjang sekarang malah dianggap karya seni.Bahkan difoto dan jadi pameran.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: No Pain No Gain on 07 November 2010, 01:30:11 PM
penjelasan sis sriyekilena menurut gw sangat masuk di akal...sangat masuk logika sekali...
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: wen78 on 07 November 2010, 02:16:53 PM
 [at]  sriyeklina

thx jawabannya untuk yg hijau

yg biru,
Sebelumnya perlu bro ketahui,saya bukan PEMELUK BUDDHISME.Jadi saya memberikan pendapat bukan karena berpihak pada 1 aliran.Saya berbicara berdasarkan apa yang saya lihat dan yang saya pikirkan.Dan jika anda baca dengan seksama post saya diatas.Anda bisa mengerti yang saya maksudkan bukan tertuju pada SUTRA/SUTTA.Tapi salah satu untuk mengenali bahwa perubahan memang telah terjadi,bisa dilihat dari pemaparan sutta.Jika anda tidak pernah membaca injil.Cobalah sekali-sekali anda baca.

Bagi saya suatu perbedaan bukan berarti tidak ada kesamaan.Dan suatu kesamaan bukan berarti tidak ada perbedaan.Jadi bro,saya hanya menghubungkan dan mengurut-urutkan suatu kejadian dengan kejadian lain.Dimana semua sibuk dengan melihat perbedaan.Saya menengok dari hal yang sama.
Contoh:
-dalam agama islam.
Semua ajaran yang diajarkan sebenarnya baik.Jika dijalankan akan membawa karma baik.Jika ada yang melencengkan ajarannya,itu karena penganutnya tidak mempunyai pandangan dan pikiran benar serta kebijaksanaan.Dan nabi yang dijadikan contoh bagi umat muslim adalah nabi muhamad.Penilaian saya pada nabi tersebut,dia manusia bijaksana tapi dengan LDM yang lebih kental.Dan nabi umat muslim sebelum nabi muhammad,adalah nabi Isa.Bagi umat kr****n nabi Isa itu disebut Yesus.
-dalam agama kr****n
 Menurut saya ajarannya jika dilakukan dengan benar juga akan membawa karma baik.Tapi tetap ada yang melencengkan juga.Dan Yesus itu tidak menikah,yesus itu punya kemampuan batin yang bisa berjalan diatas air.Dan dia juga mengorbankan dirinya.Apakah tidak mirip dengan yang ada dalam Buddhisme?Mungkin dia juga termasuk calon arahat.Hanya kebijaksanaannya belum mencapai tingkat itu.
-dalam aliran mahayana
 Ajarannya juga jika dilakukan akan membawa karma baik.Walaupun ada konsep Ketuhanan.

Bagi saya pribadi tidak masalah dengan adanya Tuhan,surga,neraka,dosa,halal,haram dan lain-lain.Karena tingkat kecerdasan tiap orang berbeda.Tingkat LDM tiap orang berbeda.Sehingga membuat banyak istilah dan penerjemahan yang terkadang lari dari arti semula.Sama seperti pesan berantai yang saya sebutkan.
Sama seperti saat keponakan saya yang berumur 4 tahun bertanya,"Kenapa gunung itu ada asapnya(meledak)?"
Bagaimana cara saya menjawab pada anak umur 4tahun?Jawaban yang paling mudah Itu Kekuasaan Tuhan.

Apakah bro bisa menangkap maksud saya?Maaf,kalau pemaparan saya kurang cocok dengan bro.



terima kasih atas anjurannya, tapi saya sudah mempelajari Islam, ka****k, kr****n, Hindu, dunia metafisika, dan Buddhism sendiri.
disini anda menyamakan perubahan yg terjadi dalam agama lain terhadap perubahan dalam tubuh Buddhism.
maka yg saya tanyakan, dimana letak perubahannya? sebelum dan sesudahnya seperti apa?

Nah,inilah contoh kenapa terjadi perubahan.Dan semakin lama perubahan itu makin jauh dari yang pertama kali.Dimana mahkluk yang mempunyai pandangan dan kebijaksanaan yang setingkat,berpikir itu benar dan melakukan perubahan.Disesuaikanlah norma-norma yang ada.Dan karena jaman makin canggih,norma juga ikut makin canggih.
Contoh norma dalam berpakaian:
-Dulu tidak boleh memakai rok pendek.Karena kalau nungging nanti kelihatan.Sekarang malah diperlihatkan.
-Telanjang sekarang malah dianggap karya seni.Bahkan difoto dan jadi pameran.

dikatakan telah terjadi perubahan. dimanakah letak perubahannya?
jika dikatakan Theravada adalah akar dari segalanya, maka dimaksudkan telah terjadi perubahan dalam Mahayana, dan disini dikatakan salah satu contohnya adalah mengenai musik.

maka, bisakah tunjukan perubahannya dimana Theravada mengatakan musik tidak diperbolehkan dalam Buddhism atau yg memiliki arti dan makna terdalamnya dimana mengenarisil tidak diperbolehkannya musik dalam Buddhism apapun tujuan dan manfaatnya dari musik itu sendiri?

merujuk kepada post bro Kemenyan
[Patimokkha Sikkhapada (http://samaggi-phala.or.id/tipitaka/vinaya/patimokkha.html)]
227 Peraturan kebhikkuan

Peraturan-peraturan ke-Bhikkhu-an yang ditentukan oleh Sang Buddha (Sikkhapada) meliputi :

   1. Yang ada didalam Patimokkha.
   2. Yang tidak ada dalam Patimokkha.

Yang ada dalam Patimokkha meliputi:

   1. Empat Parajika.
   2. Tiga belas Sanghadisesa.
   3. Tiga puluh Nissaggiya-pacittiya.
   4. Dua Aniyata.
   5. Sembilan puluh dua Pacittiya.
   6. Empat Patidesaniya.
   7. Tujuh puluh lima Sekhiyavatta.

Tujuh peraturan tersebut di atas meliputi 220 dan ditambah 7 Adhikarana Samatha, semuanya berjumlah 227 peraturan.



Tanya jawab mengenai Bhikkhu:
33. Apakah bhikkhu dilarang melihat dan mendengarkan lagu atau tari-tarian ?
Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.

  Dengan meninggalkan semua kesenangan indria dan kemelekatan
  Demikianlah hendaknya orang bijaksana
  Membersihkan dirinya dari noda-noda pikiran

  (Dhammapada 88)

source: http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=61 (http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=61)

bagi saya adalah 2 hal yg berbeda ketika dikatakan,
1. Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
2. Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.

bila dikatakan Mahayana telah melakukan perubahan yaitu memperbolehkan musik, sebenarnya tidak terjadi perubahan. sebab memang yg dilarang adalah melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata, bukan melarang melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
yg terjadi sebenarnya salah dalam mencerna kalimat tsb.

kembali lagi dalam hal musik,
jika memang dikatakan Mahayana melakukan perubahan mengenai musik, dan dimana Theravada adalah akar yg ter-"benar" yg sesuai ajaran dari sang Buddha, maka mohon tunjukan kalimat yg mengatakan musik dilarang dalam Theravada, dan musik diperbolehkan dalam Mahayana(diperbolehkan dalam arti diperbolehkan untuk segala hal termasuk untuk kepuasan indra semata)

_/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: sobat-dharma on 07 November 2010, 02:40:35 PM
Terlalu naif, sorry

Menjadi naif lebih bagus daripada menjadi terlalu licik  ;D  :)
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 07 November 2010, 03:28:23 PM
Menjadi naif lebih bagus daripada menjadi terlalu licik  ;D  :)

Menurut saya keduanya tidak ada yang lebih baik. Ajaran Buddha mengajarkan kita untuk tidak terjerumus kepada tindakan ekstrem, termasuk terlalu naïf maupun licik. Kenaifan yang terlalu membuat seseorang tidak bisa membedakan mana benar dan salah dan akan mudah terjebak dalam melakukan perbuatan buruk yang ia anggap sebagai bukan perbuatan buruk.

Hanya kebijaksanaan-lah yang terbaik di antara terlalu naïf dan licik.  :) _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Sostradanie on 07 November 2010, 04:35:22 PM
[at]  sriyeklina

Quote
yg biru,
terima kasih atas anjurannya, tapi saya sudah mempelajari Islam, ka****k, kr****n, Hindu, dunia metafisika, dan Buddhism sendiri.
disini anda menyamakan perubahan yg terjadi dalam agama lain terhadap perubahan dalam tubuh Buddhism.
maka yg saya tanyakan, dimana letak perubahannya? sebelum dan sesudahnya seperti apa?
dikatakan telah terjadi perubahan. dimanakah letak perubahannya?


Jika bro mau berusaha sedikit saja,cobalah baca topik-topik yang menjadi adu pendapat antara sesama Budhisme di forum ini mengenai aliran masing-masing. Dengan pelajaran yang anda sudah pelajari sekian banyak,coba saja anda pikirkan.


Quote
jika dikatakan Theravada adalah akar dari segalanya, maka dimaksudkan telah terjadi perubahan dalam Mahayana, dan disini dikatakan salah satu contohnya adalah mengenai musik.

maka, bisakah tunjukan perubahannya dimana Theravada mengatakan musik tidak diperbolehkan dalam Buddhism atau yg memiliki arti dan makna terdalamnya dimana mengenarisil tidak diperbolehkannya musik dalam Buddhism apapun tujuan dan manfaatnya dari musik itu sendiri?


Bro, saya sudah berusaha semampu saya memaparkan.Berusaha mengungkapkan gambaran dipikiran saya dengan kata-kata.Jika saya masih memaparkan,pasti anda akan bertanya lagi yang kurang lebih tidak jauh berbeda.Mungkin akan lebih mudah dengan cara begini. Bro,sudah mempelajari Buddhisme bukan?Mungkin jauh-jauh lebih lama dibandingkan saya,saya baru tahu Buddhisme ketika bergabung diforum ini.

Jadi bisakah bro jelaskan,menurut bro :
-Apakah itu derita?
-Apakah penyebab derita?
-Dan bagaimana proses terjadinya derita dalam diri manusia?


Quote
merujuk kepada post bro Kemenyan
bagi saya adalah 2 hal yg berbeda ketika dikatakan,
1. Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
2. Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.

bila dikatakan Mahayana telah melakukan perubahan yaitu memperbolehkan musik, sebenarnya tidak terjadi perubahan. sebab memang yg dilarang adalah melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata, bukan melarang melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
yg terjadi sebenarnya salah dalam mencerna kalimat tsb.

Bro, apa kira-kira guna dibuatnya sebuah peraturan?
Kira-kira inilah yang ada dipikiran masing-masing orang tentang peraturan:
-Peraturan untuk dilanggar
-Peraturan hanya mempersulit/mengekang
-Peraturan sebagai pedoman/arah
-Peraturan untuk mempermudah mengatur

Jika bro bertanya tentang musik.Saya cuma bisa menjawab begini:
-Kenapa disekolah SD,SMP dan SMA dilokasi saya membuat razia video porno di hp siswa/i-nya?Setiap murid yang tertangkap mempunyai video porno di hpnya,akan kena skor.Dan orang tuanya harus menghadap ke sekolah.
Menurut bro,apa yang salah dengan video porno tersebut?Bukankah bagus mereka mempunyai film porno jadi bisa belajar?Belajar anatomi tubuh.



Quote
kembali lagi dalam hal musik,
jika memang dikatakan Mahayana melakukan perubahan mengenai musik, dan dimana Theravada adalah akar yg ter-"benar" yg sesuai ajaran dari sang Buddha, maka mohon tunjukan kalimat yg mengatakan musik dilarang dalam Theravada, dan musik diperbolehkan dalam Mahayana(diperbolehkan dalam arti diperbolehkan untuk segala hal termasuk untuk kepuasan indra semata)

Terbenar dan terdekat.Apakah itu sama?Ibarat sebuah pohon bro.Apakah ranting dan batangnya merupakan pohon yang berbeda?Jika saya seekor ulat dan akan menuju akar pohon,saya akan memilih didekat batang dari pada rantingnya.Jika saya memulai dari rantingpun,pasti sampai juga.Tapi lewat jalan yang berputar/lebih jauh.



Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 07 November 2010, 04:40:54 PM
bagi saya adalah 2 hal yg berbeda ketika dikatakan,
1. Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
2. Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.


Bro Wen78, menurut anda yg manakah peraturan yg benar dari dua yg anda sebutkan di atas? dan mohon anda menunjukkan referensi dari jawaban anda.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: No Pain No Gain on 07 November 2010, 04:52:50 PM
berbicara tentang nyanyian/lagu/musik tidak lepas dr yang namanya terbuai/terhanyut oleh keindahan nada-nada...

sebagai contoh:

saya yakin anda semua pernah denger lagu-lagu imee ooi yang nan merdu..
coba anda bandingkan lagu-lagu yang notabene nada lagunya tdk bagus tetapi liriknya sama dengan lagu2 merdu etrsebut... saya yakin 100% anda akan memilih mendenger lagu yang merdu tersebut...kenapa? karena anda suka dan terbuai dengan nada2nya...bukan dengan arti liriknya..

saya berpikir terlalu naif jg mendenger lagu dengan kesadaran...i think it's impossible to do..dan kalo bisa..sangat susah...Menurut survei, orang2 yang suka mendenger lagu itu kebanyakan menjadi lebih sensitif/ halus perasaannya..
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 07 November 2010, 05:04:40 PM

 [at] bro. kelana: alam dewa tentu berbeda dengan alam Sukhavati. ketika terlahir di alam Sukhavati janganlah berpikir bahwa mereka hidup tanpa tantangan, mereka juga mencari tantangan untuk mengasah batin mereka, maka itu dikatakan bahwa para makhluk Sukhavati juga kembali ke dunia Saha dalam waktu-waktu tertentu untuk menyelamatkan para makhluk yang juga sekaligus mengasah batin mereka. Justru di Tanah Suci adalah paling aman, di mana ketika waktu untuk mengasah batin tiba, sudah ada bekal yang matang yaitu bodhisattva bhumi pertama yang setara Srotapanna. Daripada boro-boro di alam dewa, liat bidadari cantik langsung timbul hawa nafsu dan timbul keinginan nafsu seksualnya, belum kalau para dewanya sombong, bisa ikut"an tuh.

Tapi yang perlu diingat adalah pencapaian Sukhavati tidaklah semata-mata dalam kehidupan selanjutnya tetapi DAPAT DICAPAI SAAT INI DALAM HIDUP INI. Ini adalah ajaran para sesepuh Sukhavati di Tiongkok dan Jepang. Secara Nirmanakaya, Sukhavati adalah tempat pelatihan. Secara Dharmakaya, Sukhavati adalah Nirvana.

 

Sdr. Gandalf, menurut saya, tantangan terbesar dan baik adalah yang datang tanpa dicari (natural). Ketika kita mencari tantangan, maka kita akan berusaha mengurangi tingkat tantangan sesuai dengan keinginan kita. Ini bisa saja terjadi, dan batin kita tidak akan maju-maju.

Meskipun alam dewa masih memiliki napsu namun tidak semua dewa memiliki birahi yang seperti anda bayangkan. Apalagi dewa-dewa yang terlahir karena timbunan karma baik karena mempelajari Dharma di kehidupan sebelumnya. Apakah para dewa di Trayastrimsa dimana Ratu Maha Maya dilahirkan kembali sebagai putra dewa, tempat dimana sering diadakan wejangan Dharma, semuanya mata keranjang?  Jadi kita tidak bisa memukul rata sifat semua dewa semata keranjang yang anda katakan. Dan berharaplah kita dilahirkan di alam dewa sebagai dewa yang bukan mata keranjang, sama saat berharap dilahirkan di Sukhavati.

Nah, jika anda katakan ke Sukhavati perlu bekal Bodhisattva Bhumi pertama yang setara Srotapanna, berarti ini akan menepis anggapan banyak Mahayanis yang beranggapan bahwa transit ke Sukhavati adalah hal yang mudah (mungkin salah satunya adalah TS). Kecuali ada yang mengatakan bahwa mencapai Srotapanna adalah hal yang sangat, sangat dan sangat mudah. Dalam Theravada, setahu saya, mereka yang sudah Sotapanna hanya akan terlahir hanya 7 kali lagi di surga atau di alam manusia setelahnya akan mencapai Pencerahan. Jadi tidak perlu mengharapkan dengan latihan khusus untuk transit ke alam tertentu untuk menuju Pencerahan, ia sudah “dijamin”. (TS perlu mempertimbangkan hal ini)

Lebih lanjut, jika usaha lebih keras lagi dan mencapai Anagami, seseorang akan dilahirkan di alam Suddhavasa dan merealisasikan Nibbana di sana, mungkin tanpa perlu menunggu munculnya relik Buddha (lihat kisah Anagatavamsa).

Jika Sukhavati diasosiasikan sebagai Nirvana yang dapat direalisasikan sekarang, dalam tradisi Theravada, seperti yang pernah saya dengar, juga mengatakan Nibbana dapat direalisasikan hanya 7 hari di dunia ini juga (anggota senior mungkin bisa menjelaskannya).

Demikian perbandingannya. Saya lakukan perbandingan ini karena menangkap TS sedang sedikit membandingkan 2 aliran (mungkin TS tidak sadar)
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Johsun on 07 November 2010, 06:25:14 PM
kalo para bhikksu menonton lagu  ini boleh gak?

&feature=related

&feature=related
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Triyana2009 on 07 November 2010, 08:30:13 PM
Namo Buddhaya,

Yang saya pahami dari tulisan Sdr. Gandalf adalah bahwa Nirvana itu sejak dulu adalah bersih tanpa noda. Nirvana itu sifatnya adalah Kosong atau Sunya dan Sunya ini ada dalam setiap makhluk. Dalam Pali Kanon , Sunna Sutta dikatakan bahwa Sunya itu berarti kosong dari atta (anatta), semua makhluk adalah memiliki sifat anatta. Jadi kita semua memiliki sifat anatta ini, sifat Kosong ini, dan sifat Kosong ini sudah ada dari dulu, dalam istilah Mahayana ‘sudah tercerahkan dari dulu’.

Mahayana dalam pengajarannya menggunakan ‘bahasa positif’ atau ‘istilah positif’ untuk menjelaskan Sunya, oleh karenanya digunakan istilah Dharmakaya, Tatagathagarba, Self, untuk membantu orang untuk lebih nyaman. Sayangnya dalam perkembangannya penggunaan ‘bahasa positif’ ini banyak disalahartikan beberapa Mahayanis sehingga memunculkan paham eternalis, atta yang abadi, dan kesan Buddha yang abadi.

Jadi dari tulisan Sdr. Gandalf saya memahami bahwa yang telah mencapai pencerahan sejak dulu  bukan Buddha Gotama tetapi ke-Nirvana-annya itu yang sudah cerah dari dulu.

Mungkin istilah ‘telah mencapai pencerahan dari dulu’ sebenarnya adalah ‘telah cerah dari dulu’ , jadi agak sedikit berbeda konotasinya, mungkin.... :)


Pengajaran Mahayana yang saya terima :

1. Kesadaran Terdalam (Very Subtle Mind) adalah suatu hal yang pribadi.

2. Sebagai contoh, kesadaran sang Buddha Sakyamuni dan kesadaran sang Buddha Kasyapa adalah
    dua hal pribadi yang berbeda.

3. Individualitas kesadaran ini tidak hilang ketika mencapai Kebuddhaan.

4. Batin semua Buddha memiliki kualitas yang sama.

5. Para Buddha memiliki kualitas yang sama, tapi tetap berbeda individualitasnya.

Coba saya tanggapi pernyataan anda :

Mahayana dalam pengajarannya menggunakan ‘bahasa positif’ atau ‘istilah positif’ untuk menjelaskan Sunya, oleh karenanya digunakan istilah Dharmakaya, Tatagathagarba, Self, untuk membantu orang untuk lebih nyaman. Sayangnya dalam perkembangannya penggunaan ‘bahasa positif’ ini banyak disalahartikan beberapa Mahayanis sehingga memunculkan paham eternalis, atta yang abadi, dan kesan Buddha yang abadi.
= Pemahaman anda menyimpang dari pengertian yang benar karena Dharmakaya, Tahtagatagarbha, Atman, Diri Buddha, Buddha Nature benar-benar ada bukan penggunaan istilah oleh Sang Buddha agar lebih nyaman. Jadi Buddha Yang Kekal benar-benar ada.

Yang saya pahami dari tulisan Sdr. Gandalf adalah bahwa Nirvana itu sejak dulu adalah bersih tanpa noda. Nirvana itu sifatnya adalah Kosong atau Sunya dan Sunya ini ada dalam setiap makhluk. Dalam Pali Kanon , Sunna Sutta dikatakan bahwa Sunya itu berarti kosong dari atta (anatta), semua makhluk adalah memiliki sifat anatta. Jadi kita semua memiliki sifat anatta ini, sifat Kosong ini, dan sifat Kosong ini sudah ada dari dulu, dalam istilah Mahayana ‘sudah tercerahkan dari dulu’.
= Untuk dapat memahami Sunya/Sunyata dengan baik dan benar sepengetahuan saya anda harus mencari Lama atau Suhu yang menguasai topik ini baik secara teori maupun praktik, jadi saya tidak yakin apa yang anda katakan disini mewakili Sunya/Sunyata yang sesungguhnya. Menurut Venerable Geshe Rabten anda harus berhati-hati terhadap pandangan tentang Sunya/Sunyata sebab tanpa bimbingan seorang Lama atau Suhu dikhawatirkan akan menyebabkan pandangan keliru.

Wacana :

Holding up emptiness as an absolute or ultimate truth without reference to that which is empty is the last thing either the Buddha or Nāgārjuna would advocate.
Sumber : David J. Kalupahana, Nagarjuna: The Philosophy of the Middle Way. SUNY Press, 1986, page 49

Tathagata-garbha thought is complementary to sunyata thought of the Madhyamika and the Yogacara, as it is seen in the Uttaratantra. The Uttaratantra first quotes the Srimala-devi-sutra to the effect that tathagata-garbha is not accessible to those outside of sunya realization and then proceeds to claim that sunyata realization is a necessary precondition to the realization of tathagata-garbha. There is something positive to be realized when one’s vision has been cleared by sunyata. The sunyata teachings of the prajna-paramita are true but incomplete. They require further elucidation, which is found in the Uttaratantra.
Sumber :  Professor Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, Delhi, 2005, p. 50

The Uttaratantra speaks of Buddhahood or Buddha-nature. Thus it signifies something special and different when we take into consideration the term tantra in the Uttaratantra. Further, as stated earlier, the sunyata teachings in the Prajnaparamita are true, but incomplete. They require still further elucidation, which the Uttaratantra provides. Thus it assumes the Prajna-paramita teachings as the purva or prior teachings, and the tathagata-garbha teachings as the uttara, in the sense of both subsequent and superior.
Sumber :  Professor Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, Delhi, 2005, pp. 46-47

Sekarang ijinkanlah saya bertanya sedikit :

1. Menurut Ajaran Theravada dimanakah Sang Buddha Sakyamuni saat ini ?

Itu saja pertanyaan dari saya dan mohon jawaban dari saudara Kelana. Terima kasih.

 _/\_



Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 07 November 2010, 09:16:11 PM
Tidak salah. Bila dilakukan dengan kesadaran penuh dan untuk kebajikan dan Dharma, maka musik dan tarian bukanlah pelanggaran sila Astasila. Tapi kalau seseorang mau memasukkan tidak menyanyi termasuk nyanyian Dharma dalam Astasila Mahayana, boleh-boleh saja. Astasila itu harusnya fleksibel, tidak kaku dan tentu sesuai dengan norma-norma bajik yang ada.

Ikut" sobat dharma ah... kok menyamakan pembunuhan dengan menyanyii dan menari?? kikikik....org biasa aj udah bsia bedakan keduanya... ;D ;D ;D dalam pandangan manusia normal azaaa jelas" pembunuhan manusia mengakibatkan kesedihan, ratap tangis, kejahatan merajalela. Sejak kapan pembunuhan dapat membawa pada masyarakat menjadi p[enuh cinta kasih dan memberikan kehngatan hati pada orang'? tetapi kalau musik? Musik? Ya musik dan tari-tarian BISA! Bhakan bayi dlm kandunganpun dapat menerima efek positif apabila dilantunkan musik" ttt.

Sedangkan nyanyian dan tarian yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan jeli serta kreatif, yang diperoleh dengan latihan keras dan berulang-ulang, mendapat sambutan positif dari masyarakat bahkan dapat membangun hidup lebih baik, dan dapat memaknai hidupnya sambil berkata"Dance and Music is My Life". Woww!! Sebuah sikap jujur pada diri sendiri yang patut diacungi jempol ;D... bahkan nyanian dan tarian dapat menyelamtkan ornag-ornag dari bahaya terjerumus PSK atau narkoba... seperti visi misi EKI Dance Company setahu saya, yg kebetulan pendirinya adalah Buddhis walaupun non-mainstream Aiko Senosoenoto.



 _/\_
The Siddha Wanderer
pengen nanya nih, kalau ada seorang bikuni dia menari telanjang untuk menggalang dana bantuan bencana, apakah itu boleh? (khan kalau bikuni itu cantik dan bisa menjual dengan mempertontonkan tubuhnya bukankah itu sesuai dhamma?)


Quote
Dan..... jujur... ketika saya mendengarkan paritta dengan nada datar yg biasanya, saya sulit sekali meresapi maknanya. Tetapi kalau mendnegar lantunan musik Metta Sutta, Mantra, Mangala Sutta saya lebih dapat menyerap maknanya dnegan lebih baik dan praktek saya semakin termotivasi daripada baca paritta datar" saja... jemu sekali.

Pandangan BENAR mengenai musik dalam Mahayana dan Theravada mungkin berbeda, tetapi pandangan BENAR tentang membunuh dalam Mahayana dan Theravada adalah SAMA, yaitu membunuh tidaklah diperbolehkan dalam bentuk apapun.
dan... jujur, saya mendengar parita yang manapun tidak berefek, tapi kalau mendengar lagu gereja keknya lebih enak deh.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 07 November 2010, 10:27:57 PM
Quote
Menurut saya keduanya tidak ada yang lebih baik. Ajaran Buddha mengajarkan kita untuk tidak terjerumus kepada tindakan ekstrem, termasuk terlalu naïf maupun licik. Kenaifan yang terlalu membuat seseorang tidak bisa membedakan mana benar dan salah dan akan mudah terjebak dalam melakukan perbuatan buruk yang ia anggap sebagai bukan perbuatan buruk.

apakah tindakan saya nianfo(melafalkan nama buddha) termasuk tindakan ekstrim dan naif? apakah nianfo termasuk perbuatan salah dan menjerumuskan?

Memang benar kebijaksanaan yg paling penting tetapi lihat dulu Kebijaksanaannya apakah terlalu banyak pertimbangan juga tidak terlalu baik alhasil gak maju cm jalan di tempat.

contohnya : Siddharta Gautama samadhi sebelum mencapai bodhi juga belajar dari pengalaman Beliau sendiri seperti samadhi yg terlalu ekstrem. Alhasil dia menyadari dari kecapi rombongan tarian yang lewat, kalau tali kecapi terlalu kendor suara gak akan bagus, tetapi kalau tali kecapi terlalu ketat, senar talinya akan putus. jadi step by step dia menyadari dan menemukan JalanNya sendiri.

Begitu juga dengan saya bernianfo dan mempercayai adanya sukhavati, mungkin suatu hari nanti saya menyadari bahwa tidak cukup dengan bernianfo harus dibarengi dengan samadhi budhanussati atau yang lain sebagainya...

So semua ada jalannya masing masing bro kelana, jangan terlalu cepat menjudge terlalu naif.

Berarti Sang Buddha dulu juga naif lho bro  ;D  _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 07 November 2010, 11:45:35 PM
= Pemahaman anda menyimpang dari pengertian yang benar karena Dharmakaya, Tahtagatagarbha, Atman, Diri Buddha, Buddha Nature benar-benar ada bukan penggunaan istilah oleh Sang Buddha agar lebih nyaman. Jadi Buddha Yang Kekal benar-benar ada.

Tanggapan yang saya berikan adalah sama, Sdr. Triyana. Saya berdasarkan Lankavakara Sutra dan anda tidak. Lankavakara Sutra telah menyatakan demikian, Sdr. Xenocross telah berbaik hati memberikan banyak literatur dalam topi ada atau tidaknya Atta. Jika penolakan anda karena anda meragukan kemampuan saya dalam memahami apa yang tertulis secara nyata dan jelas dalam Lankavatara sutra dengan alasan saya tidak terlalu kuat/tercerahkan dan butuh guru untuk memahaminya, silahkan saja. Namun, saya pun bisa berpendapat hal yang sama mengenai diri anda bahwa anda tidak cukup kuat/tercerahkan untuk memahami ajaran dari guru anda, sehingga memiliki pemahaman yang menyimpang.

Quote

= Untuk dapat memahami Sunya/Sunyata dengan baik dan benar sepengetahuan saya anda harus mencari Lama atau Suhu yang menguasai topik ini baik secara teori maupun praktik, jadi saya tidak yakin apa yang anda katakan disini mewakili Sunya/Sunyata yang sesungguhnya. Menurut Venerable Geshe Rabten anda harus berhati-hati terhadap pandangan tentang Sunya/Sunyata sebab tanpa bimbingan seorang Lama atau Suhu dikhawatirkan akan menyebabkan pandangan keliru.

Silahkan anda ragu terhadap saya, itu hak anda, tapi Sdr. Gandalf sebagai praktisi Mahayana sependapat dengan apa yang saya utarakan mengenai Sunya.
Sekarang tinggal anda putuskan apakah anda juga akan meragukan pendapat Sdr. Gandalf sebagai praktisi Mahayana dan hanya pendapat anda yang benar atau bagaimana? Itu pilihan anda. Dan karena saya telah mengijinkan anda untuk meragukan saya, maka ijinkan pula saya dan rekan-rekan lain untuk meragukan semua yang anda katakan dengan mengatakan bahwa apa yang anda sampaikan adalah pemahaman yang menyimpang dari Buddhisme.

Quote
Wacana :

Holding up emptiness as an absolute or ultimate truth without reference to that which is empty is the last thing either the Buddha or Nāgārjuna would advocate.
Sumber : David J. Kalupahana, Nagarjuna: The Philosophy of the Middle Way. SUNY Press, 1986, page 49

Tathagata-garbha thought is complementary to sunyata thought of the Madhyamika and the Yogacara, as it is seen in the Uttaratantra. The Uttaratantra first quotes the Srimala-devi-sutra to the effect that tathagata-garbha is not accessible to those outside of sunya realization and then proceeds to claim that sunyata realization is a necessary precondition to the realization of tathagata-garbha. There is something positive to be realized when one’s vision has been cleared by sunyata. The sunyata teachings of the prajna-paramita are true but incomplete. They require further elucidation, which is found in the Uttaratantra.
Sumber :  Professor Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, Delhi, 2005, p. 50

The Uttaratantra speaks of Buddhahood or Buddha-nature. Thus it signifies something special and different when we take into consideration the term tantra in the Uttaratantra. Further, as stated earlier, the sunyata teachings in the Prajnaparamita are true, but incomplete. They require still further elucidation, which the Uttaratantra provides. Thus it assumes the Prajna-paramita teachings as the purva or prior teachings, and the tathagata-garbha teachings as the uttara, in the sense of both subsequent and superior.
Sumber :  Professor Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, Delhi, 2005, pp. 46-47

Professor Sebastian also indicates that the Śrīmālā Sūtra can be seen as critical of negatively understood emptiness and that both the Śrīmālā Sūtra and the Uttaratantra enunciate the idea that the Buddha nature is possessed of four transcendental qualities and is ultimately identifiable as the supramundane nature of the Buddha (dharmakāya).

Professor Sebastian juga mengindikasikan bahwa Śrīmālā Sūtra dapat dilihat sebagai suatu kritik akan pemahaman negatif Kekosongan dan keduanya baik Śrīmālā Sūtra dan Uttaratantra menerangkan secara jelas gagasan bahwa Buddha Nature mengandung empat kualitas transcendental dan merupakan pada akhirnya dapat diidentidikasi sebagai sifat alami supraduniawi Buddha (dharmakāya).

Professor C.D. Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, 2005, p. 21
---------

Hmmm…see..nampaknya pendapat Profesor tersebut tidak berbeda dari apa yang telah saya sampaikan bahwa Sunyata (kekosongan) adalah Dharmakaya, Buddha Nature , anda bisa lihat kata yang di dalam kurung: dharmakāya.

Quote
Sekarang ijinkanlah saya bertanya sedikit :

1. Menurut Ajaran Theravada dimanakah Sang Buddha Sakyamuni saat ini ?

Itu saja pertanyaan dari saya dan mohon jawaban dari saudara Kelana. Terima kasih.

Baiklah Sdr. Triyana, jawaban saya ini berdasarkan ajaran Theravada yang terdapat dalam Kitab Pali.

Sang Buddha mengajarkan bahwa ada jenis pertanyaan yang perlu dijawab dengan cara memberikan pertanyaan balik. Pertanyaan anda adalah jenis seperti itu. Oleh karena itu untuk menjawab pertanyaan anda tersebut, maka saya akan bertanya balik:

Jika tadi pagi ada api di hadapan anda dan api itu padam, di manakah api itu sekarang?

Demikianlah jawaban saya berdasarkan ajaran Theravada sesuai dengan permintaan anda. Jika anda ingin berpolemik mengenai masalah api ke mana dan di mana secara science silahkan ke di sub-forum science yang saya rasa sudah dibahas oelh anggota forum lainnya.

Menanggapi sudah, menjawab pertanyaan anda sudah. Saya rasa saya cukup untuk ada dan tidak ada komen lagi untuk anda. Lagi pula topik sudah melebar (OOT)
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 07 November 2010, 11:52:16 PM
Sebagai umat Buddhis Janganlah kita mempertanyakan Buddha itu di mana apalagi Buddha Sakyamuni itu di mana? berarti kita meragukan agama Buddha atau eksistensi Buddha. Kiasannya Buddha ada atau tidak ada adalah di dalam hati kita sendiri.

Atau kalau mau lebih jelas boleh tanya LSY dia kan udah pernah minum kopi bareng Sang Buddha   ;D

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 08 November 2010, 12:37:19 AM
apakah tindakan saya nianfo(melafalkan nama buddha) termasuk tindakan ekstrim dan naif? apakah nianfo termasuk perbuatan salah dan menjerumuskan?

Memang benar kebijaksanaan yg paling penting tetapi lihat dulu Kebijaksanaannya apakah terlalu banyak pertimbangan juga tidak terlalu baik alhasil gak maju cm jalan di tempat.

contohnya : Siddharta Gautama samadhi sebelum mencapai bodhi juga belajar dari pengalaman Beliau sendiri seperti samadhi yg terlalu ekstrem. Alhasil dia menyadari dari kecapi rombongan tarian yang lewat, kalau tali kecapi terlalu kendor suara gak akan bagus, tetapi kalau tali kecapi terlalu ketat, senar talinya akan putus. jadi step by step dia menyadari dan menemukan JalanNya sendiri.

Begitu juga dengan saya bernianfo dan mempercayai adanya sukhavati, mungkin suatu hari nanti saya menyadari bahwa tidak cukup dengan bernianfo harus dibarengi dengan samadhi budhanussati atau yang lain sebagainya...

So semua ada jalannya masing masing bro kelana, jangan terlalu cepat menjudge terlalu naif.

Berarti Sang Buddha dulu juga naif lho bro  ;D  _/\_


Apakah pernah saya mengatakan bahwa niafo adalah sesuatu yang ekstem, Sdr. Freecloud79?
Saya hanya menanggapi sikap anda yang anda tulisankan demikian :

“mau sutra palsu atau tidak saya cuma mengambil manfaatnya untuk saya saat sekarang ini.”

Ini menandakan ada indikasi bahwa anda sudah “menutup kuping” dari masukan-masukan yang memungkinkan anda lebih maju lagi, padahal anda sebagai orang yang membuka topik ini dan meminta pendapat dari anggota forum.

Sdr. Freecloud79, mereka yang sudah mahir dalam kebijaksanaan akan mudah dan cepat menentukan pilihan yang tepat. Dan kebijaksanaan bukanlah keragu-raguan yang mempertimbangkan ini itu tanpa memutuskan. Keragu-raguan itulah yang membuat batin tidak maju-maju.

Jadi sekali lagi saya tidak mengomentari nianfo yang sedang anda lakukan.

Mengenai Sang Buddha, jika kisah itu benar, saat itu Siddharta Gautama belum menjadi Buddha, saya pribadi berani mengatakan, ya Ia naïf (tapi tidak terlalu naïf) melakukan jalan ekstrem. Sekali lagi, Ia belum menjadi Buddha.  Tapi kemudian kenaifanNya ia hilangkan dengan kesadaran diri sendiri dan mencapai Pencerahan. Oleh karena itu Ia bergelar Sammasambuddha, yang sadar dengan sendiri akan kenaifannya.

Pertanyaannya, apakah saat ini kita adalah calon Sammasambuddha yang cukup kuat menyadarkan diri sendiri tanpa masukan, pendapat, wejangan, nasihat dari para bijaksana, sehingga kita membiarkan diri kita masuk dalam keterlalu-naifan?

Demikian Sdr. Freecloud79, semoga anda memahami. _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 08 November 2010, 07:25:04 AM
apakah tindakan saya nianfo(melafalkan nama buddha) termasuk tindakan ekstrim dan naif? apakah nianfo termasuk perbuatan salah dan menjerumuskan?

Memang benar kebijaksanaan yg paling penting tetapi lihat dulu Kebijaksanaannya apakah terlalu banyak pertimbangan juga tidak terlalu baik alhasil gak maju cm jalan di tempat.

contohnya : Siddharta Gautama samadhi sebelum mencapai bodhi juga belajar dari pengalaman Beliau sendiri seperti samadhi yg terlalu ekstrem. Alhasil dia menyadari dari kecapi rombongan tarian yang lewat, kalau tali kecapi terlalu kendor suara gak akan bagus, tetapi kalau tali kecapi terlalu ketat, senar talinya akan putus. jadi step by step dia menyadari dan menemukan JalanNya sendiri.

Begitu juga dengan saya bernianfo dan mempercayai adanya sukhavati, mungkin suatu hari nanti saya menyadari bahwa tidak cukup dengan bernianfo harus dibarengi dengan samadhi budhanussati atau yang lain sebagainya...

So semua ada jalannya masing masing bro kelana, jangan terlalu cepat menjudge terlalu naif.

Berarti Sang Buddha dulu juga naif lho bro  ;D  _/\_

minta dong referensi sutranya sidarta mendengarkan kecapi yang lewat. jangan2 gara2 percaya sutra palsu nih, inilah akibatnya kalau bilang mau sutra asli atau sutra palsu asal tembak aja =))
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: wen78 on 08 November 2010, 08:10:31 AM
 [at] sriyeklina
saya rasa cukup diskusi kita hingga sini saja.
sebab anda sudah menggeneralisasikan(hasty generalization) musik dengan video porno, yg pada akhirnya bila saya katakan menolong itu baik, maka nanti akan di putarbalikan menjadi menolong untuk membunuh juga adalah baik.


 [at] Indra
bro Indra, rasanya tidaklah penting pendapat saya. lebih baik tanyakan kepada banthe atau bhikku agar semua nya jelas.
merujuk pada post bro Kemenyan, sumber nya dari http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=61


 [at] No Pain No Gain
bro NPNG,
nyanyian/lagu/musik tidak selalu terikat hanya pada keindahan nada-nada..., semua tergantung pada si pendengarnya.
sebenarnya sangat mudah,
1. pilih 2 film horor yg paling seram yg belum pernah kamu nonton. nonton 1 film terlebih dahulu dengan suara. lalu nonton film berikutnya tanpa suara.
keseraman akan turun secara drastis ketika menonton film horor tanpa ada suara. lalu nonton lagi film horor dengan suara. perhatikan apa yg timbul ketika ada suara dan ketika tidak ada suara.
2. pilih 2 lagu, yg 1 adalah lagu yg paling disukai dan yg 1 nya lagi lagu yg paling tidak disukai.
bandingkan kenapa yg 1 disukai dan yg 1 tidak disukai. perhatikan apa yg timbul.
lalu ambil lagu yg paling disukai, lalu dengarkan secara terus menerus minimal selama 6-12jam dalam 1 hari, dan lakukan selama 1 minggu-1 bulan.
jika timbul rasa bosan, perhatikan kenapa ada rasa bosan padahal menyukai lagu tsb, dan hingga suatu titik, dimanakah rasa suka, dimanakah rasa tidak suka, dimanakah rasa bosan terhadap lagu itu.
lalu ambil lagu yg paling tidak disukai dan lakukan juga seperti diatas selama 1minggu-1bulan.

ini sama seperti memperhatikan proses makan/meditasi makan. ini untuk memahami yg dikatakan, makan apa adanya, mendengar apa adanya, melihat apa adanya, dll.

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: No Pain No Gain on 08 November 2010, 08:40:59 AM
masuk di akal jg ya..berarti itu tergantung individu masing2 jg...mungkin untuk umat awam bermanfaat..dapat meningkatkan keingintahuan..atau bahkan yang tdnya suka denger alunan nada..lama2 jd ngerti liriknya..tapi menurut gw hanya bermanfaat bagi umat awam khususnya pemula (yang perlu dipancing2 dnegan sesuatu yang menarik misalnya enak didenger)..

di lain pihak itu loh.. masa bhante megang instrumen musik? ga enak dilihat kali ya bro? ;D
ntar bisa2..muncul orkestra buddhist (yang maennya oleh bhante)..atau paduan suara buat bhante seratus thn kedepannya..ga kebayang aja bhante megang ciello, gitar, biola, piano, bass, dll..trus ga kebayang jg kalo bhantenya berbaris rapi buat "satuin" suara...;D
yang dibilang sis srikeliyana memang sangat masuk diakal..dapat mengaburkan inti dhamma sesungguhnya..

saya krg tau apakah peraturan di mahayana sama dengan peraturan di theravada terkait masalah tersebut..
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 08 November 2010, 08:54:48 AM
[at] bro. Kainyn: Bisa dan tidak bisa. Seseorang yang bertekad menjadi Samyaksambuddha yang awalnya belajar Theravada pasti akan belajar Mahayana pada tahap tertentu karena memang sudah begitu jalurnya, demikian menurut Mahayanis. Namun jalan Sammasambodhi di dalam Theravada telah mengandung unsur-unsur pokok penting dan utama untuk mencapai Sammasambodhi, misal Bodhicitta yang dibangkitkan Sumedha dalam Buddhavamsa. Mahayana memperjelasnya dan menekankan ke arah sana sehingga tidak tercampur dengan interpretasi para penganut Shravakayana.
OK, jawaban ini yang saya mau.
Kalau begitu saya ada pertanyaan lagi. Bro bilang Mahayana juga mengakui Sutta Theravada. Sutta ini telah menjelaskan dari awal pencerahan Buddha, pemutaran roda dhamma pertama, sampai pada masa Mahaparinibbana. Pertanyaannya adalah:
1. Menurut Mahayanis, kapankah di antara kurun waktu itu, sutra Mahayana dibabarkan?
2. Mengapa di sutta Theravada tidak ada penjelasan yang di Mahayana? Apakah pencatatan khotbahnya ada yang ketinggalan, disensor, atau bagaimana?

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 08 November 2010, 08:58:17 AM
[at] Indra
bro Indra, rasanya tidaklah penting pendapat saya. lebih baik tanyakan kepada banthe atau bhikku agar semua nya jelas.
merujuk pada post bro Kemenyan, sumber nya dari http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=61


Bro Wen, ketika anda mengemukakan suatu statement, saya merasa berkepentingan untuk mempertanyakan sumber yg anda gunakan. dan ternyata sumber yg anda gunakan bukanlah sumber otentik dari Tipitaka, melainkan hanya interpretasi dari seorang bhikkhu. di sini jelas, bahwa statement anda tidak didukung oleh referensi yg sah. jika saya tidak mempertanyakan ini, pembaca akan menganggap bahwa statement anda benar.

adalah lucu jika seseorang mempertanyakan statement yg anda buat kemudian anda menjawab dengan "sebaiknya tanyakan kepada bhante", seseorang seharusnya bertanggung jawab atas statement yg disampaikan.

_/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 08 November 2010, 09:15:28 AM
Bro Wen, ketika anda mengemukakan suatu statement, saya merasa berkepentingan untuk mempertanyakan sumber yg anda gunakan. dan ternyata sumber yg anda gunakan bukanlah sumber otentik dari Tipitaka, melainkan hanya interpretasi dari seorang bhikkhu. di sini jelas, bahwa statement anda tidak didukung oleh referensi yg sah. jika saya tidak mempertanyakan ini, pembaca akan menganggap bahwa statement anda benar.

adalah lucu jika seseorang mempertanyakan statement yg anda buat kemudian anda menjawab dengan "sebaiknya tanyakan kepada bhante", seseorang seharusnya bertanggung jawab atas statement yg disampaikan.

_/\_
Argumentum ad verecundiam. Fallacy berlindung pada satu sosok yang berkuasa/tenar ketika berargumen, padahal belum tentu sosok tersebut bisa mewakili argumentasi yang dimaksud.

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 08 November 2010, 09:57:30 AM
Quote
Pertanyaannya, apakah saat ini kita adalah calon Sammasambuddha yang cukup kuat menyadarkan diri sendiri tanpa masukan, pendapat, wejangan, nasihat dari para bijaksana, sehingga kita membiarkan diri kita masuk dalam keterlalu-naifan?
at Bro Kelana

saya sih belum berpikir sampai saya calon samma sambuddha, kamu aza kali  ;D saya cuma umat biasa yang masih dalam tahap menyelami Dhamma hehehe   ^:)^ salut sama kamu

Quote
minta dong referensi sutranya sidarta mendengarkan kecapi yang lewat. jangan2 gara2 percaya sutra palsu nih, inilah akibatnya kalau bilang mau sutra asli atau sutra palsu asal tembak aja
at Bro Ryu

itu referensinya bukan dr Sutra tapi dari buku pelajaran agama Buddha saya dahulu sewaktu di SD kls 3 hehehe  ;D
kalau gak salah cetakan airlangga.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 08 November 2010, 10:13:45 AM
OK, jawaban ini yang saya mau.
Kalau begitu saya ada pertanyaan lagi. Bro bilang Mahayana juga mengakui Sutta Theravada. Sutta ini telah menjelaskan dari awal pencerahan Buddha, pemutaran roda dhamma pertama, sampai pada masa Mahaparinibbana. Pertanyaannya adalah:
1. Menurut Mahayanis, kapankah di antara kurun waktu itu, sutra Mahayana dibabarkan?
2. Mengapa di sutta Theravada tidak ada penjelasan yang di Mahayana? Apakah pencatatan khotbahnya ada yang ketinggalan, disensor, atau bagaimana?


dan ada pertanyaan tambahan dari aye, ada bukti gak sutra mahayana itu ditemukan pada waktu yang berdekatan dengan sutta terawada, dan apakah ada bukti juga murid2 buda melaksanakan apa yang dikatakan buda yaitu memperbanyak sutra2, dan mencetak ulang sutra itu, kalau ga ada ya berarti murid2nya NATO yak ;D
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 08 November 2010, 10:16:27 AM
at Bro Kelana

saya sih belum berpikir sampai saya calon samma sambuddha, kamu aza kali  ;D saya cuma umat biasa yang masih dalam tahap menyelami Dhamma hehehe   ^:)^ salut sama kamu
at Bro Ryu

itu referensinya bukan dr Sutra tapi dari buku pelajaran agama Buddha saya dahulu sewaktu di SD kls 3 hehehe  ;D
kalau gak salah cetakan airlangga.
oh ya dan anda percaya begitu saja?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Kelana on 08 November 2010, 10:39:38 AM
at Bro Kelana
saya sih belum berpikir sampai saya calon samma sambuddha, kamu aza kali  ;D saya cuma umat biasa yang masih dalam tahap menyelami Dhamma hehehe   ^:)^ salut sama kamu
 

Sdr. Freecloud79, saya pun bukan Sammasambuddha, oleh karena itu saya perlu banyak dengar, banyak baca, membandingkan mengenai Dhamma agar tahu apakah yang telah saya pahami selama ini memang sudah pada jalurnya atau belum.

Ah, saya belum menanggapi pertanyaan awal anda. Apakah ada aliran TheraMahavadayana?
tanggapan saya: sepengetahuan saya secara resmi belum ada.

Apakah anda termasuk aliran itu?

tanggapan saya: Saya tidak tahu, karena saya tidak tahu ajaran lengkap dari aliran TheraMahavadayana itu seperti apa, apakah hanya ajaran Theravada + nianfo saja, atau ada hal lain.

Saya rasa itu saja. Thanks atas diskusinya.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: dilbert on 08 November 2010, 10:43:29 AM
apakah tindakan saya nianfo(melafalkan nama buddha) termasuk tindakan ekstrim dan naif? apakah nianfo termasuk perbuatan salah dan menjerumuskan?

Memang benar kebijaksanaan yg paling penting tetapi lihat dulu Kebijaksanaannya apakah terlalu banyak pertimbangan juga tidak terlalu baik alhasil gak maju cm jalan di tempat.

contohnya : Siddharta Gautama samadhi sebelum mencapai bodhi juga belajar dari pengalaman Beliau sendiri seperti samadhi yg terlalu ekstrem. Alhasil dia menyadari dari kecapi rombongan tarian yang lewat, kalau tali kecapi terlalu kendor suara gak akan bagus, tetapi kalau tali kecapi terlalu ketat, senar talinya akan putus. jadi step by step dia menyadari dan menemukan JalanNya sendiri.

Begitu juga dengan saya bernianfo dan mempercayai adanya sukhavati, mungkin suatu hari nanti saya menyadari bahwa tidak cukup dengan bernianfo harus dibarengi dengan samadhi budhanussati atau yang lain sebagainya...

So semua ada jalannya masing masing bro kelana, jangan terlalu cepat menjudge terlalu naif.

Berarti Sang Buddha dulu juga naif lho bro  ;D  _/\_


Inti-nya yang bukan ajaran BUDDHA jangan disebut ajaran BUDDHA, mau menempuh ajaran SIAPA SAJA, tergantung kepada individu masing-masing.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: dilbert on 08 November 2010, 10:54:12 AM
OK, jawaban ini yang saya mau.
Kalau begitu saya ada pertanyaan lagi. Bro bilang Mahayana juga mengakui Sutta Theravada. Sutta ini telah menjelaskan dari awal pencerahan Buddha, pemutaran roda dhamma pertama, sampai pada masa Mahaparinibbana. Pertanyaannya adalah:
1. Menurut Mahayanis, kapankah di antara kurun waktu itu, sutra Mahayana dibabarkan?
2. Mengapa di sutta Theravada tidak ada penjelasan yang di Mahayana? Apakah pencatatan khotbahnya ada yang ketinggalan, disensor, atau bagaimana?

Menurut aliran Tien Tai Mahayana,
Lima periode pembabaran kelompok Dhamma adalah :
1. Periode Avatamsaka : 3-7 hari Sang Buddha menerangkan dharma hanya kepada para Bodhisatva, karena amat sulit dipahami oleh umat awam.
2. Periode agama sutra : selama 12 tahun Sang Buddha menerangkan dharma yg mudah dipahami oleh umat awam. (Kelompok Agama Sutra di-klaim Mahayana sebagai ajaran Theravada juga yang identik dengan Pali Kanon -- hanya berbeda bahasa -- kendati ada beberapa sutra berbeda dengan sutta isinya. misalnya Brahmajala Sutta  (Pali) yang isi-nya berbeda sekali dengan Brahmajala Sutra (Sansekerta))
3. Periode Vaipulya sutra : selama 8 tahun SB menerangkan ajaran yg tercaantum dlm Lankavatara sutra, vimala kirti, nirdesa sutra, svarnaprabhasa sutra.
4. periode prajna paramitha sutra : selama 22 tahun Sang Buddha menerangkan Mahaprajnaparamitha.
5. Periode Sadharmapundarika sutra : selama 8 tahun Sang Buddha menerangkan Sadharma Pundarika sutra, tetapi sebelum Parinibbana menerangkan Mahaparinirvana sutra

----
Mengapa sebelum-nya tidak ditemukan Sutra Mahayana pada awal-awal penyebaran ajaran BUDDHA ? karena Kitab-Kitab MAhayana yang isi-nya sangat "tinggi" (yang katanya hanya untuk konsumsi Bodhisatva) dititipkan di alam NAGA. (CMIIW para sesepuh Mahayana).
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 08 November 2010, 11:07:44 AM
Menurut aliran Tien Tai Mahayana,
Lima periode pembabaran kelompok Dhamma adalah :
1. Periode Avatamsaka : 3-7 hari Sang Buddha menerangkan dharma hanya kepada para Bodhisatva, karena amat sulit dipahami oleh umat awam.
2. Periode agama sutra : selama 12 tahun Sang Buddha menerangkan dharma yg mudah dipahami oleh umat awam. (Kelompok Agama Sutra di-klaim Mahayana sebagai ajaran Theravada juga yang identik dengan Pali Kanon -- hanya berbeda bahasa -- kendati ada beberapa sutra berbeda dengan sutta isinya. misalnya Brahmajala Sutta  (Pali) yang isi-nya berbeda sekali dengan Brahmajala Sutra (Sansekerta))
3. Periode Vaipulya sutra : selama 8 tahun SB menerangkan ajaran yg tercaantum dlm Lankavatara sutra, vimala kirti, nirdesa sutra, svarnaprabhasa sutra.
4. periode prajna paramitha sutra : selama 22 tahun Sang Buddha menerangkan Mahaprajnaparamitha.
5. Periode Sadharmapundarika sutra : selama 8 tahun Sang Buddha menerangkan Sadharma Pundarika sutra, tetapi sebelum Parinibbana menerangkan Mahaparinirvana sutra

----
Mengapa sebelum-nya tidak ditemukan Sutra Mahayana pada awal-awal penyebaran ajaran BUDDHA ? karena Kitab-Kitab MAhayana yang isi-nya sangat "tinggi" (yang katanya hanya untuk konsumsi Bodhisatva) dititipkan di alam NAGA. (CMIIW para sesepuh Mahayana).

Kalau begitu timbul satu pertanyaan yang lebih sederhana.
Sekarang semua ajaran sudah "dibocorkan", berarti semua penganut ajaran "tinggi" tersebut adalah bodhisatva yang lebih baik daripada sravaka lampau seperti sariputra?


Ada lagi. Dalam sutra-sutra tersebut, disebutkan juga Ananda hadir di sana. Apakah Ananda juga sewaktu mengulang sutta yang kemudian jadi Tipitaka Pali, sengaja sensor bagian ajaran "tinggi" ataukah ini Ananda yang berbeda?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: wen78 on 08 November 2010, 11:51:13 AM
Bro Wen, ketika anda mengemukakan suatu statement, saya merasa berkepentingan untuk mempertanyakan sumber yg anda gunakan. dan ternyata sumber yg anda gunakan bukanlah sumber otentik dari Tipitaka, melainkan hanya interpretasi dari seorang bhikkhu. di sini jelas, bahwa statement anda tidak didukung oleh referensi yg sah. jika saya tidak mempertanyakan ini, pembaca akan menganggap bahwa statement anda benar.

adalah lucu jika seseorang mempertanyakan statement yg anda buat kemudian anda menjawab dengan "sebaiknya tanyakan kepada bhante", seseorang seharusnya bertanggung jawab atas statement yg disampaikan.

_/\_

baiklah jika memang begitu adanya.

supaya lebih jelas, akan saya memberikan statement pribadi yg tentu tidak ada dalam Tripitaka.

segala post saya yang tidak berdasarkan sumber yang otentik yaitu Tripitaka, adalah post yang tidak sah yang dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yang otentik yaitu Tripitaka.

sekian dan terima kasih.




 [at] No Pain No Gain
bro NPNG, sebenarnya harus anda jalankan atau coba sendiri, baru bisa benar2 mengalaminya. jika hanya sekedar memahami caranya, tapi tidak dijalankan, untuk selamanya tidak akan benar2 memahami apa yg di maksud.

dan soal bhikku pegang alat musik, jelas bhikku sudah menjalankan apa yg seperti yg saya jelaskan, dan mungkin metode mereka lebih tinggi lagi yg mampu mendalami lebih dalam lagi. dan mengenai perihal vinaya, bisa bro NPNG bandingkan sendiri isi vinaya Mahayana dan Theravada.
di samping itu, bagi kita yg melihatnya, rasa tidak enak yg timbul adalah hasil dari dalam diri kita sendiri. seperti ketika melihat sesuatu yg bergerak, pikiran yg bergerak atau bendanya yg bergerak. latihan ini untuk mengendalikan DIRI SENDIRI, bukan untuk mengendalikan orang lain.

dan mohon diingat dan digaris bawahi, yg saya katakan mungkin tidak tercantum dalam Tripitaka.

_/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: dilbert on 08 November 2010, 11:58:15 AM
Kalau begitu timbul satu pertanyaan yang lebih sederhana.
Sekarang semua ajaran sudah "dibocorkan", berarti semua penganut ajaran "tinggi" tersebut adalah bodhisatva yang lebih baik daripada sravaka lampau seperti sariputra?


Ada lagi. Dalam sutra-sutra tersebut, disebutkan juga Ananda hadir di sana. Apakah Ananda juga sewaktu mengulang sutta yang kemudian jadi Tipitaka Pali, sengaja sensor bagian ajaran "tinggi" ataukah ini Ananda yang berbeda?

Yang menjadi persepsi saya, malah kita-kita yang mendapat kesempatan menikmati "pembabaran" ajaran tinggi itu SEHARUSNYA jadi lebih tinggi PEMAHAM-anNYA dibanding-kan dengan SARIPUTRA, MOGGALANA, KASSAPA cs... karena toh mereka tidak bisa menerima ajaran "tinggi" itu sehingga tetap menempuh jalur SRAVAKA.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 08 November 2010, 12:11:12 PM
Yang menjadi persepsi saya, malah kita-kita yang mendapat kesempatan menikmati "pembabaran" ajaran tinggi itu SEHARUSNYA jadi lebih tinggi PEMAHAM-anNYA dibanding-kan dengan SARIPUTRA, MOGGALANA, KASSAPA cs... karena toh mereka tidak bisa menerima ajaran "tinggi" itu sehingga tetap menempuh jalur SRAVAKA.
Itu juga yang saya tangkap. Secara pribadi, saya melihat Mahayanis ada yang hebat, ada yang biasa saja, juga ada yang bodoh. Tapi yang menurut saya bodoh juga sudah lebih hebat (=sudah diajarkan dan menempuh jalan bodhisatva)  daripada mahasravaka (yang cuma sravaka, maka tidak diajarkan jalan yang lebih tinggi). Sepertinya mahasravaka ga ada apa-apanya yah?

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Triyana2009 on 08 November 2010, 08:04:28 PM
Namo Buddhaya,

Tanggapan yang saya berikan adalah sama, Sdr. Triyana. Saya berdasarkan Lankavakara Sutra dan anda tidak. Lankavakara Sutra telah menyatakan demikian, Sdr. Xenocross telah berbaik hati memberikan banyak literatur dalam topi ada atau tidaknya Atta. Jika penolakan anda karena anda meragukan kemampuan saya dalam memahami apa yang tertulis secara nyata dan jelas dalam Lankavatara sutra dengan alasan saya tidak terlalu kuat/tercerahkan dan butuh guru untuk memahaminya, silahkan saja. Namun, saya pun bisa berpendapat hal yang sama mengenai diri anda bahwa anda tidak cukup kuat/tercerahkan untuk memahami ajaran dari guru anda, sehingga memiliki pemahaman yang menyimpang.

Silahkan anda ragu terhadap saya, itu hak anda, tapi Sdr. Gandalf sebagai praktisi Mahayana sependapat dengan apa yang saya utarakan mengenai Sunya.
Sekarang tinggal anda putuskan apakah anda juga akan meragukan pendapat Sdr. Gandalf sebagai praktisi Mahayana dan hanya pendapat anda yang benar atau bagaimana? Itu pilihan anda. Dan karena saya telah mengijinkan anda untuk meragukan saya, maka ijinkan pula saya dan rekan-rekan lain untuk meragukan semua yang anda katakan dengan mengatakan bahwa apa yang anda sampaikan adalah pemahaman yang menyimpang dari Buddhisme.

Professor Sebastian also indicates that the Śrīmālā Sūtra can be seen as critical of negatively understood emptiness and that both the Śrīmālā Sūtra and the Uttaratantra enunciate the idea that the Buddha nature is possessed of four transcendental qualities and is ultimately identifiable as the supramundane nature of the Buddha (dharmakāya).

Professor Sebastian juga mengindikasikan bahwa Śrīmālā Sūtra dapat dilihat sebagai suatu kritik akan pemahaman negatif Kekosongan dan keduanya baik Śrīmālā Sūtra dan Uttaratantra menerangkan secara jelas gagasan bahwa Buddha Nature mengandung empat kualitas transcendental dan merupakan pada akhirnya dapat diidentidikasi sebagai sifat alami supraduniawi Buddha (dharmakāya).

Professor C.D. Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, 2005, p. 21
---------

Hmmm…see..nampaknya pendapat Profesor tersebut tidak berbeda dari apa yang telah saya sampaikan bahwa Sunyata (kekosongan) adalah Dharmakaya, Buddha Nature , anda bisa lihat kata yang di dalam kurung: dharmakāya.

Baiklah Sdr. Triyana, jawaban saya ini berdasarkan ajaran Theravada yang terdapat dalam Kitab Pali.

Sang Buddha mengajarkan bahwa ada jenis pertanyaan yang perlu dijawab dengan cara memberikan pertanyaan balik. Pertanyaan anda adalah jenis seperti itu. Oleh karena itu untuk menjawab pertanyaan anda tersebut, maka saya akan bertanya balik:

Jika tadi pagi ada api di hadapan anda dan api itu padam, di manakah api itu sekarang?

Demikianlah jawaban saya berdasarkan ajaran Theravada sesuai dengan permintaan anda. Jika anda ingin berpolemik mengenai masalah api ke mana dan di mana secara science silahkan ke di sub-forum science yang saya rasa sudah dibahas oelh anggota forum lainnya.

Menanggapi sudah, menjawab pertanyaan anda sudah. Saya rasa saya cukup untuk ada dan tidak ada komen lagi untuk anda. Lagi pula topik sudah melebar (OOT)


Tanggapan yang saya berikan adalah sama, Sdr. Triyana. Saya berdasarkan Lankavakara Sutra dan anda tidak. Lankavakara Sutra telah menyatakan demikian, Sdr. Xenocross telah berbaik hati memberikan banyak literatur dalam topi ada atau tidaknya Atta. Jika penolakan anda karena anda meragukan kemampuan saya dalam memahami apa yang tertulis secara nyata dan jelas dalam Lankavatara sutra dengan alasan saya tidak terlalu kuat/tercerahkan dan butuh guru untuk memahaminya, silahkan saja. Namun, saya pun bisa berpendapat hal yang sama mengenai diri anda bahwa anda tidak cukup kuat/tercerahkan untuk memahami ajaran dari guru anda, sehingga memiliki pemahaman yang menyimpang.
= Dalam Lankavatara Sutra sudah jelas dikatakan bahwa segala sesuatu berasal dari Mind/Atman/Sugatagarbha jadi pernyataan anda ini tidak berdasar dan keliru. Tentang pernyataan saudara Xenocross sudah saya jawab di bagian Mahayana tentang Atman dan ternyata memang ada Very Subtle Mind. Saya tidak tahu anda belajar Ajaran Mahayana darimana tetapi jelas pernyataan anda ini ngawur dan menyesatkan.

Silahkan anda ragu terhadap saya, itu hak anda, tapi Sdr. Gandalf sebagai praktisi Mahayana sependapat dengan apa yang saya utarakan mengenai Sunya.
Sekarang tinggal anda putuskan apakah anda juga akan meragukan pendapat Sdr. Gandalf sebagai praktisi Mahayana dan hanya pendapat anda yang benar atau bagaimana? Itu pilihan anda. Dan karena saya telah mengijinkan anda untuk meragukan saya, maka ijinkan pula saya dan rekan-rekan lain untuk meragukan semua yang anda katakan dengan mengatakan bahwa apa yang anda sampaikan adalah pemahaman yang menyimpang dari Buddhisme.

= Saya tidak ragu Sdr.Gandalf sebagai praktisi Mahayana dan saya siap mempertanggungjawabkan pernyataan saya, justru saya meragukan anda karena pernyataan anda sesat dan menyesatkan. Kepada kawan-kawan yang menganut Ajaran Mahayana untuk berhati-hati agar tidak disesatkan oleh pernyataan saudara Kelana.

Hmmm…see..nampaknya pendapat Profesor tersebut tidak berbeda dari apa yang telah saya sampaikan bahwa Sunyata (kekosongan) adalah Dharmakaya, Buddha Nature , anda bisa lihat kata yang di dalam kurung: dharmakāya
= Justru pernyataan Profesor Sebastian tersebut menyatakan dengan jelas bahwa  Arya Srimala Devi Sutra and Uttaratantra Sastra adalah ajaran lebih lanjut  bagi Ajaran Sunyata. Arya Srimala Devi Sutra and Uttaratantra Sastra menyatakan dengan jelas ada Sugatagarbha. Jadi anda sekali lagi keliru disini.

Silahkan dibaca dan dicermati sekali lagi :

" Professor Sebastian also indicates that the Śrīmālā Sūtra can be seen as critical of negatively understood emptiness and that both the Śrīmālā Sūtra and the Uttaratantra enunciate the idea that the Buddha nature is possessed of four transcendental qualities and is ultimately identifiable as the supramundane nature of the Buddha (dharmakāya)"

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 08 November 2010, 10:08:05 PM
Quote
oh ya dan anda percaya begitu saja?

Loh kok bilang begitu bro ryu? statement apa itu? kan kamu nanya referensi dari mana? udah dijawab lu malah ngeyel anda percaya begitu saja? pertanyaan apa itu? mau complain percaya atau tidak percaya benar atau tidak benar bukan sama saya, tp sama pencetaknya? atau sama menteri depdikbud? di tahun dikeluarkannya buku pelajaran agama tsb. Wong pandita kumala dari jawa juga sendiri yang mengajarkan kami begitu. Saya sih ok ok saja dan masih masuk di logika mengenai tali/senar kecapi tersebut karena buku tsb pelajaran agama sewaktu di SD. Itu yang diajarkan guru pandita kumala kpd kami.

atau emang sifatmu begitu? selalu mengintimidasi? kita di sini forum diskusi bro bukan forum saling memojokkan. Apalagi satu agama seharusnya membangun. Lihat dulu topiknnya. kecuali topik berdebat ok lah kamu menjawab dengan begitu ataupun topik mengenai LSY yang mengaku sudah pernah minum kopi bareng Sang Buddha, boleh kamu kritik.
Lu boleh nanya atau cari statement mengenai tali kecapi tsb yang akhirnya menyadarkan siddharta dari samadhinya yg ekstrem, ada atau kaga sewaktu pelajaran di SD, atau jangan2 kamu gak pernah masuk SD?

Belajarlah menghormati jawaban orang lain bukan dengan pertanyaan "Oh ya dan anda percaya begitu saja?"
kalau memang sifatmu selalu mengintimidasi begitu saya rasa tidak ada gunanya forum diskusi buat kamu, buat saja forum berdebat. dan tidak ada gunanya meminta pendapat dari kamu.

cukup sekian dan terima kasih  _/\_ :o
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 08 November 2010, 10:11:45 PM
Loh kok bilang begitu bro ryu? statement apa itu? kan kamu nanya referensi dari mana? udah dijawab lu malah ngeyel anda percaya begitu saja? pertanyaan apa itu? mau complain percaya atau tidak percaya benar atau tidak benar bukan sama saya, tp sama pencetaknya? atau sama menteri depdikbud? di tahun dikeluarkannya buku pelajaran agama tsb. Wong pandita kumala dari jawa juga sendiri yang mengajarkan kami begitu. Saya sih ok ok saja dan masih masuk di logika mengenai tali/senar kecapi tersebut karena buku tsb pelajaran agama sewaktu di SD. Itu yang diajarkan guru pandita kumala kpd kami.

atau emang sifatmu begitu? selalu mengintimidasi? kita di sini forum diskusi bro bukan forum saling memojokkan. Apalagi satu agama seharusnya membangun. Lihat dulu topiknnya. kecuali topik berdebat ok lah kamu menjawab dengan begitu ataupun topik mengenai LSY yang mengaku sudah pernah minum kopi bareng Sang Buddha, boleh kamu kritik.
Lu boleh nanya atau cari statement mengenai tali kecapi tsb yang akhirnya menyadarkan siddharta dari samadhinya yg ekstrem, ada atau kaga sewaktu pelajaran di SD, atau jangan2 kamu gak pernah masuk SD?

Belajarlah menghormati jawaban orang lain bukan dengan pertanyaan "Oh ya dan anda percaya begitu saja?"
kalau memang sifatmu selalu mengintimidasi begitu saya rasa tidak ada gunanya forum diskusi buat kamu, buat saja forum berdebat. dan tidak ada gunanya meminta pendapat dari kamu.

cukup sekian dan terima kasih  _/\_ :o


pernahkah anda menyelidiki atau merasa perlu untuk menyelidiki kebenarannya? bahwa dongeng senar kecapi yg berkaitan dengan pencerahan Sang Buddha itu ternyata tidak ada dalam Tipitaka?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 08 November 2010, 10:26:17 PM
Loh kok bilang begitu bro ryu? statement apa itu? kan kamu nanya referensi dari mana? udah dijawab lu malah ngeyel anda percaya begitu saja? pertanyaan apa itu? mau complain percaya atau tidak percaya benar atau tidak benar bukan sama saya, tp sama pencetaknya? atau sama menteri depdikbud? di tahun dikeluarkannya buku pelajaran agama tsb. Wong pandita kumala dari jawa juga sendiri yang mengajarkan kami begitu. Saya sih ok ok saja dan masih masuk di logika mengenai tali/senar kecapi tersebut karena buku tsb pelajaran agama sewaktu di SD. Itu yang diajarkan guru pandita kumala kpd kami.

atau emang sifatmu begitu? selalu mengintimidasi? kita di sini forum diskusi bro bukan forum saling memojokkan. Apalagi satu agama seharusnya membangun. Lihat dulu topiknnya. kecuali topik berdebat ok lah kamu menjawab dengan begitu ataupun topik mengenai LSY yang mengaku sudah pernah minum kopi bareng Sang Buddha, boleh kamu kritik.
Lu boleh nanya atau cari statement mengenai tali kecapi tsb yang akhirnya menyadarkan siddharta dari samadhinya yg ekstrem, ada atau kaga sewaktu pelajaran di SD, atau jangan2 kamu gak pernah masuk SD?

Belajarlah menghormati jawaban orang lain bukan dengan pertanyaan "Oh ya dan anda percaya begitu saja?"
kalau memang sifatmu selalu mengintimidasi begitu saya rasa tidak ada gunanya forum diskusi buat kamu, buat saja forum berdebat. dan tidak ada gunanya meminta pendapat dari kamu.

cukup sekian dan terima kasih  _/\_ :o

oh ya begitu cara berpikirmu ya?

cukup sekian dan terima kasih deh.

GBU!
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 08 November 2010, 11:48:23 PM
Quote
pernahkah anda menyelidiki atau merasa perlu untuk menyelidiki kebenarannya? bahwa dongeng senar kecapi yg berkaitan dengan pencerahan Sang Buddha itu ternyata tidak ada dalam Tipitaka?

saya tidak merasa perlu menyelidiki statement "tali kecapi yang terlalu kendor, maka suara kecapi tidak bagus, tali kecapi yang terlalu ketat, maka tali senar akan putus" itu referensinya memang dr buku pelajaran agama di sd, bisa saja bahasa kiasan untuk membuat murid sd lebih paham sewaktu Siddharta samadhi dan mengetahui cara samadhinya yg terlalu ekstrem, mengapa siddharta bisa tahu yah dengan kiasan tersebut jadi murid sd bisa lebih paham.

saya mau bertanya sutra mahayana banyak yang tidak ada di Tipitaka, bagaimana penjelasan anda? apakah sedikit2 anda mengatakan dengan perkataan " sudahkah anda menyelidiki dulu? sutra tsb tidak ada dalam Tipitaka?"

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Citta on 09 November 2010, 12:19:39 AM
selama ada kemelekatan maka timbul-lah penderitaan,,(dan terus berputar).
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 09 November 2010, 12:55:36 AM
Quote
selama ada kemelekatan maka timbul-lah penderitaan,,(dan terus berputar).

Selama ada kemelekatan timbul pula ego dari Aku. Ini ajaran yg Aku tahu, Ini Ajaran Sang Buddha yang mutlak.
maka akhir-akhir ini forum jadi banyak debatnya daripada membangun. _/\_ ;D

Swatthi Hottu,

Namo Buddhaya.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Forte on 09 November 2010, 05:10:42 AM
lah di atas bercerita dari kemelekatan timbul pula ego dari aku blablabla..

terus kenapa terperangkap dengan debat itu sendiri..
debat itu juga membangun koq.. kalau anda bisa melihat sisi positif dari debat itu.. ;D

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 09 November 2010, 06:06:08 AM
saya tidak pernah bilang debat itu tidak membangun loh  ;D
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 09 November 2010, 06:22:15 AM
oh ya begitu cara berpikirmu ya?

cukup sekian dan terima kasih deh.

GBU!


mungkin kemampuan batin hanya begitu tidak bisa di upgrade lagi  :))
hanya percaya membabi buta ^:)^


 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 09 November 2010, 06:25:09 AM
saya tidak merasa perlu menyelidiki statement "tali kecapi yang terlalu kendor, maka suara kecapi tidak bagus, tali kecapi yang terlalu ketat, maka tali senar akan putus" itu referensinya memang dr buku pelajaran agama di sd, bisa saja bahasa kiasan untuk membuat murid sd lebih paham sewaktu Siddharta samadhi dan mengetahui cara samadhinya yg terlalu ekstrem, mengapa siddharta bisa tahu yah dengan kiasan tersebut jadi murid sd bisa lebih paham.

saya mau bertanya sutra mahayana banyak yang tidak ada di Tipitaka, bagaimana penjelasan anda? apakah sedikit2 anda mengatakan dengan perkataan " sudahkah anda menyelidiki dulu? sutra tsb tidak ada dalam Tipitaka?"



memang tidak ada di Tipitaka bahasa Pali
kalau Tripitaka mungkin ada ............. !!
Tipitaka dan Tripitaka ada perbedaan. ^:)^


 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 09 November 2010, 06:58:26 AM
saya tidak merasa perlu menyelidiki statement "tali kecapi yang terlalu kendor, maka suara kecapi tidak bagus, tali kecapi yang terlalu ketat, maka tali senar akan putus" itu referensinya memang dr buku pelajaran agama di sd, bisa saja bahasa kiasan untuk membuat murid sd lebih paham sewaktu Siddharta samadhi dan mengetahui cara samadhinya yg terlalu ekstrem, mengapa siddharta bisa tahu yah dengan kiasan tersebut jadi murid sd bisa lebih paham.

saya mau bertanya sutra mahayana banyak yang tidak ada di Tipitaka, bagaimana penjelasan anda? apakah sedikit2 anda mengatakan dengan perkataan " sudahkah anda menyelidiki dulu? sutra tsb tidak ada dalam Tipitaka?"



sutra mahayana jika terdapat dalam Tripitaka juga dianggap valid bagi penganut mahayana walaupun tidak terdapat dalam Tipitaka. Tripitaka adalah sah bagi umat mahayana seperti Tipitaka adalah sah bagi umat Theravada. ada sutra yg memang tidak terdapat dalam Tripitaka, dan sutra jenis ini pun dianggap tidak sah oleh penganut mahayana.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 09 November 2010, 07:04:04 AM
Selama ada kemelekatan timbul pula ego dari Aku. Ini ajaran yg Aku tahu, Ini Ajaran Sang Buddha yang mutlak.
maka akhir-akhir ini forum jadi banyak debatnya daripada membangun. _/\_ ;D

Swatthi Hottu,

Namo Buddhaya.

mungkin karena pengaruh kepercayaan membuta anda membuat anda secara tidak sengaja memutar-balikkan ajaran Buddha. menurut yg saya pelajari, adalah karena pandangan aku/ego (yaitu pandangan "aku", "diriku", "milikku") yang menimbulkan kemelekatan. bukan sebaliknya
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 09 November 2010, 07:05:37 AM
sutra mahayana jika terdapat dalam Tripitaka juga dianggap valid bagi penganut mahayana walaupun tidak terdapat dalam Tipitaka. Tripitaka adalah sah bagi umat mahayana seperti Tipitaka adalah sah bagi umat Theravada. ada sutra yg memang tidak terdapat dalam Tripitaka, dan sutra jenis ini pun dianggap tidak sah oleh penganut mahayana.
kalau kamasutra itu termasuk ajaran mana om =))
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 09 November 2010, 07:19:09 AM
kalau kamasutra itu termasuk ajaran mana om =))

kalo gak salah itu sub-bagian dari kitab ryupitaka yg mengajarkan ajaran pencapaian kegelapan melalui seks
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 09 November 2010, 07:21:40 AM
kalo gak salah itu sub-bagian dari kitab ryupitaka yg mengajarkan ajaran pencapaian kegelapan melalui seks

aliran ryuyana
 =)) =))
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Udyata-sahanubhuti on 09 November 2010, 09:11:54 AM
Loh kok bilang begitu bro ryu? statement apa itu? kan kamu nanya referensi dari mana? udah dijawab lu malah ngeyel anda percaya begitu saja? pertanyaan apa itu? mau complain percaya atau tidak percaya benar atau tidak benar bukan sama saya, tp sama pencetaknya? atau sama menteri depdikbud? di tahun dikeluarkannya buku pelajaran agama tsb. Wong pandita kumala dari jawa juga sendiri yang mengajarkan kami begitu. Saya sih ok ok saja dan masih masuk di logika mengenai tali/senar kecapi tersebut karena buku tsb pelajaran agama sewaktu di SD. Itu yang diajarkan guru pandita kumala kpd kami.

atau emang sifatmu begitu? selalu mengintimidasi? kita di sini forum diskusi bro bukan forum saling memojokkan. Apalagi satu agama seharusnya membangun. Lihat dulu topiknnya. kecuali topik berdebat ok lah kamu menjawab dengan begitu ataupun topik mengenai LSY yang mengaku sudah pernah minum kopi bareng Sang Buddha, boleh kamu kritik.
Lu boleh nanya atau cari statement mengenai tali kecapi tsb yang akhirnya menyadarkan siddharta dari samadhinya yg ekstrem, ada atau kaga sewaktu pelajaran di SD, atau jangan2 kamu gak pernah masuk SD?

Belajarlah menghormati jawaban orang lain bukan dengan pertanyaan "Oh ya dan anda percaya begitu saja?"
kalau memang sifatmu selalu mengintimidasi begitu saya rasa tidak ada gunanya forum diskusi buat kamu, buat saja forum berdebat. dan tidak ada gunanya meminta pendapat dari kamu.

cukup sekian dan terima kasih  _/\_ :o

Dear Bro freecloud79,
 _/\_
Diskusi yg baik berubah jadi debat yg panas dipelopori oleh diri kita sendiri (pikiran).
Jadi pada saat diskusi, coba kita mengamati gejolak batin yang timbul seperti apa? apakah ada kebencian, kemarahan, kekesalan, perasaan menang, gembira, dll. Tujuan kita berdiskusi sebenarnya adalah mulia...cuma implementasi nya oleh diri kita sendiri juga kadang kemuliaan berubah jadi debu yg semakin menutupi batin kita. Jika pada saat diskusi saya tiba2 menyadari bahwa diskusi ini hanya untuk melambungkan ego ke-buddhis-an saya, itu indikasi pikiran kita hadir di saat ini juga. coba kita belajar berdiskusi secara meditatif....mungkin semua hal2 positif bisa kita jumpai bahkan di dalam kata2 kritikan pedas sekalipun.
Jika ada statement saya yang kurang tepat dan tidak enak dibaca...tolong jangan diberi label.
Semoga bermanfaat bro  ^:)^
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: sobat-dharma on 09 November 2010, 09:18:22 AM
Menurut saya keduanya tidak ada yang lebih baik. Ajaran Buddha mengajarkan kita untuk tidak terjerumus kepada tindakan ekstrem, termasuk terlalu naïf maupun licik. Kenaifan yang terlalu membuat seseorang tidak bisa membedakan mana benar dan salah dan akan mudah terjebak dalam melakukan perbuatan buruk yang ia anggap sebagai bukan perbuatan buruk.

Hanya kebijaksanaan-lah yang terbaik di antara terlalu naïf dan licik.  :) _/\_


Kalau begitu, berdana tidak sama baik ataupun buruknya jika dibandingkan dengan merampok? ==> Meniru gaya argumen bro ryu dan adi lim  ;D
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 09 November 2010, 09:24:40 AM
Kalau begitu, berdana tidak sama baik ataupun buruknya jika dibandingkan dengan merampok? ==> Meniru gaya argumen bro ryu dan adi lim  ;D

Sebab sama-sama tidak mengerti kebenaran, hanya menjalankan sesuai nafsu (bagi si licik) dan kebodohan (bagi si naif). Yang mana lebih baik, susah dibedakan.

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: sobat-dharma on 09 November 2010, 09:33:37 AM
Sebab sama-sama tidak mengerti kebenaran, hanya menjalankan sesuai nafsu (bagi si licik) dan kebodohan (bagi si naif). Yang mana lebih baik, susah dibedakan.

Angulimala adalah contoh tokoh yang naif.... Walau membunuh sedemikian banyaknya orang, bahkan hendak membunuh Sang Buddha,  namun sekali Sang Buddha berhasil menunjukkan kesalahannya, sekali ia berubah langsung masuk ke jalan yang benar hingga mencapai Kerahatan.

Devadatta adalah contoh tokoh yang licik... Meski sebelumnya tidak pernah membunuh dan selalu mendengarkan Buddhadharma namun hatinya penuh intrik dan ambisi. Sekali mendapatkan kesempatan ia langsung hendak membunuh Sang Buddha sehingga akhirnya terlempar ke Neraka Avicci.

Manakah yang lebih baik, silahkan putuskan sendiri  :)
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 09 November 2010, 09:52:50 AM
Angulimala adalah contoh tokoh yang naif.... Walau membunuh sedemikian banyaknya orang, bahkan hendak membunuh Sang Buddha,  namun sekali Sang Buddha berhasil menunjukkan kesalahannya, sekali ia berubah langsung masuk ke jalan yang benar hingga mencapai Kerahatan.

Devadatta adalah contoh tokoh yang licik... Meski sebelumnya tidak pernah membunuh dan selalu mendengarkan Buddhadharma namun hatinya penuh intrik dan ambisi. Sekali mendapatkan kesempatan ia langsung hendak membunuh Sang Buddha sehingga akhirnya terlempar ke Neraka Avicci.

Manakah yang lebih baik, silahkan putuskan sendiri  :)
Saya tidak bisa putuskan yang mana lebih baik, apalagi hanya dari satu kasus.
Tapi kisah ini pun memang bagus. Devadatta, walaupun dia licik, tapi punya pemikiran sendiri. Tanpa perlu dinasihati secara khusus ia menjadi sadar sendiri dan berpegang keyakinan penuh pada Buddha Gotama. Maka walaupun masuk Avici yang mengerikan, pada saatnya berakhirnya kamma di Avici, ia akan terlahir menjadi manusia dan mencapai pencerahan sebagai Pacceka Buddha.

Sebaliknya Angulimala yang baik, karena kenaifannya, mudah sekali dijerumuskan oleh gurunya. Tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah, hanya membuta terhadap perkataan gurunya, ingin membunuh 1000 orang, bahkan hampir membunuh ibunya sendiri, kalau bukan digagalkan oleh Buddha.

Manakah yang lebih baik? Tergantung sudut pandang. Jika anda mampu menilai secara objektif, maka bisa melihat keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan (yang kadang fatal). Itu sebabnya saya katakan tidak tahu yang mana yang lebih baik. Entahlah kalau anda punya kecenderungan tersendiri terhadap salah satunya.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 09 November 2010, 10:21:06 AM
Kalau begitu, berdana tidak sama baik ataupun buruknya jika dibandingkan dengan merampok? ==> Meniru gaya argumen bro ryu dan adi lim  ;D

kek robihhud yak, sudah merampok trus berdana, jadi pahlawan gitu betul yak? =))

kek biku bergitar, sudah menyanyi, blessing, dapet duit buat berdana yak =))
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: sobat-dharma on 09 November 2010, 10:59:21 AM
Saya tidak bisa putuskan yang mana lebih baik, apalagi hanya dari satu kasus.
Tapi kisah ini pun memang bagus. Devadatta, walaupun dia licik, tapi punya pemikiran sendiri. Tanpa perlu dinasihati secara khusus ia menjadi sadar sendiri dan berpegang keyakinan penuh pada Buddha Gotama. Maka walaupun masuk Avici yang mengerikan, pada saatnya berakhirnya kamma di Avici, ia akan terlahir menjadi manusia dan mencapai pencerahan sebagai Pacceka Buddha.

Sebaliknya Angulimala yang baik, karena kenaifannya, mudah sekali dijerumuskan oleh gurunya. Tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah, hanya membuta terhadap perkataan gurunya, ingin membunuh 1000 orang, bahkan hampir membunuh ibunya sendiri, kalau bukan digagalkan oleh Buddha.

Manakah yang lebih baik? Tergantung sudut pandang. Jika anda mampu menilai secara objektif, maka bisa melihat keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan (yang kadang fatal). Itu sebabnya saya katakan tidak tahu yang mana yang lebih baik. Entahlah kalau anda punya kecenderungan tersendiri terhadap salah satunya.


Sederhana saja, tidak perlu bersilat lidah, cukup dipilih:
[1] orang naif melakukan kesalahan karena tidak tahu, maka mudah diperbaiki,
[2] orang licik melakukannya dengan sengaja bahkan bangga dengan perbuatannya.
Pilih mana ya kira2?

Sorry supaya diskusi nggak OOT lebih jauh lagi, saya membahas soal ini sampai sini saja. kukuku  ^-^
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Forte on 09 November 2010, 11:05:34 AM
saya tidak pernah bilang debat itu tidak membangun loh  ;D

kalau begitu kenapa anda mempermasalahkan soal debat dengan membangun ?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 09 November 2010, 11:11:08 AM
Sederhana saja, tidak perlu bersilat lidah, cukup dipilih:
[1] orang naif melakukan kesalahan karena tidak tahu, maka mudah diperbaiki,
[2] orang licik melakukannya dengan sengaja bahkan bangga dengan perbuatannya.
Pilih mana ya kira2?

Sorry supaya diskusi nggak OOT lebih jauh lagi, saya membahas soal ini sampai sini saja. kukuku  ^-^
Kalau anda memakai contoh yang dilihat dari sudut pandang anda, adalah benar, menyuruh orang lain merenungkan. Sedangkan kalau saya babarkan dari sudut pandang saya, adalah bersilat lidah? Anda sepertinya orang rendah juga. Silahkan lanjutkan, saya tidak minat.

Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: sobat-dharma on 09 November 2010, 11:17:32 AM
Kalau anda memakai contoh yang dilihat dari sudut pandang anda adalah benar, menyuruh orang lain merenungkan. Sedangkan kalau saya babarkan dari sudut pandang saya, adalah bersilat lidah? Anda sepertinya orang rendah juga. Silahkan lanjutkan, saya tidak minat.

Terimakasih atas masukkannya bro  :| 
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: ryu on 09 November 2010, 11:22:13 AM
Sederhana saja, tidak perlu bersilat lidah, cukup dipilih:
[1] orang naif melakukan kesalahan karena tidak tahu, maka mudah diperbaiki,
[2] orang licik melakukannya dengan sengaja bahkan bangga dengan perbuatannya.
Pilih mana ya kira2?

Sorry supaya diskusi nggak OOT lebih jauh lagi, saya membahas soal ini sampai sini saja. kukuku  ^-^
saya cuma mau menambahkan, bagi orang naif dia merasa tidak melakukan kesalahan karena merasa benar, apa yang mau diperbaiki?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: K.K. on 09 November 2010, 11:39:03 AM
saya cuma mau menambahkan, bagi orang naif dia merasa tidak melakukan kesalahan karena merasa benar, apa yang mau diperbaiki?
Orang naif tidak tahu mana benar mana salah, maka cenderung bergantung pada sosok lain. Tinggal jika kebetulan dapat guru baik, ia jadi orang baik, tanpa mengerti apa itu kebaikan. Kalau kena "jackpot" dan guru jahat, maka dia juga jadi orang jahat, walaupun juga tidak mengerti kejahatan.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 09 November 2010, 01:22:06 PM
Quote
Diskusi yg baik berubah jadi debat yg panas dipelopori oleh diri kita sendiri (pikiran).
Jadi pada saat diskusi, coba kita mengamati gejolak batin yang timbul seperti apa? apakah ada kebencian, kemarahan, kekesalan, perasaan menang, gembira, dll. Tujuan kita berdiskusi sebenarnya adalah mulia...cuma implementasi nya oleh diri kita sendiri juga kadang kemuliaan berubah jadi debu yg semakin menutupi batin kita. Jika pada saat diskusi saya tiba2 menyadari bahwa diskusi ini hanya untuk melambungkan ego ke-buddhis-an saya, itu indikasi pikiran kita hadir di saat ini juga. coba kita belajar berdiskusi secara meditatif....mungkin semua hal2 positif bisa kita jumpai bahkan di dalam kata2 kritikan pedas sekalipun.
Jika ada statement saya yang kurang tepat dan tidak enak dibaca...tolong jangan diberi label.
Semoga bermanfaat bro  ^:)^

Nah kalau saran atau jawaban begini baru mantap, lah kalau kritikan pedas udah biasa la bro seperti indra sering bilang saya kepercayaan membabi buta... hehehe  ^:)^  kan gak saya complain  ;D kalau bilang lgs ke pokok/intinya saya membabi buta masih bisa saya cerna dan terima tapi kl seperti bro Ryu udah dia nanya referensi dr mana uda saya jawab dari pelajaran buku agama di SD, malah nanya balek "emang kamu percaya begitu saja", menurut logika saja pelajaran di SD apakah 100% dapat dipercaya? kalau dibahas lagi bukannya akan sia sia saja saya menulis? kecuali Bro Ryu langsung ke pokok intinya dan bertanya "pelajaran SD apakah bisa dipercaya?" nah barulah timbul lagi reaksi jawaban dari saya.  begitulah penjelasan saya. Thank You.

Saya juga bukan sentimen sama bro Ryu, mana tahu bro ryu ada baca dan bisa dimengerti penjelasan saya.
Karena biasanya pertanyaan "emang kamu percaya begitu saja?" sangat mengganggu suatu diskusi bisa jadi dianggap ikut taik hanyut ( ngompor ).  :)) Jangan tersinggung ya bro biasa teman Dhamma gak gontok2an dulu gak akan kenal  _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 09 November 2010, 02:26:51 PM
pendapat saya, memang kurikulum pendidikan Agama Buddha di Indonesia (tahun 1970 - 1980 an) ada masalah dan harusnya di rubah.
saya tidak tahu kalau keadaan sekarang masih sama ndak ?

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Indra on 09 November 2010, 02:41:03 PM
Nah kalau saran atau jawaban begini baru mantap, lah kalau kritikan pedas udah biasa la bro seperti indra sering bilang saya kepercayaan membabi buta... hehehe  ^:)^  kan gak saya complain  ;D kalau bilang lgs ke pokok/intinya saya membabi buta masih bisa saya cerna dan terima tapi kl seperti bro Ryu udah dia nanya referensi dr mana uda saya jawab dari pelajaran buku agama di SD, malah nanya balek "emang kamu percaya begitu saja", menurut logika saja pelajaran di SD apakah 100% dapat dipercaya? kalau dibahas lagi bukannya akan sia sia saja saya menulis? kecuali Bro Ryu langsung ke pokok intinya dan bertanya "pelajaran SD apakah bisa dipercaya?" nah barulah timbul lagi reaksi jawaban dari saya.  begitulah penjelasan saya. Thank You.

Saya juga bukan sentimen sama bro Ryu, mana tahu bro ryu ada baca dan bisa dimengerti penjelasan saya.
Karena biasanya pertanyaan "emang kamu percaya begitu saja?" sangat mengganggu suatu diskusi bisa jadi dianggap ikut taik hanyut ( ngompor ).  :)) Jangan tersinggung ya bro biasa teman Dhamma gak gontok2an dulu gak akan kenal  _/\_

seingat saya, saya cuma 1 kali mengatakan "kepercayaan memnbuta" pada anda. boleh tau bagaimana makna kata "sering" bagi anda?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 09 November 2010, 03:24:25 PM
seringnya salah tulis bro maaf wakakakaka :))
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Anshi on 25 November 2010, 10:33:04 PM
Nian-fo, tulisan Mandarinnya 唸佛(melafalkan [nama] Buddha) atau 念佛 (mengingat-ingat Buddha). Jadi, pada saat seseorang mengucapkan “Buddho, Buddho” atau “Arahaṃ, Arahaṃ” berulang-ulang dalam hati maka boleh dikatakan orang tersebut melakukan唸佛. Kemudian pada saat seseorang melakukan perenungan terhadap sifat/kualitas Sang Buddha, membaca Buddhānussati, maka kita bisa mengatakan orang tersebut sedang念佛. (Walaupun dewasa ini  acapkali diterjemahkan sebagai 佛随念.)
Dalam masyarakat, nian-fo biasanya selalu diasosiasikan dengan praktik penganut aliran Sukhavati (净土宗, aliran Tanah Suci), yakni mereka yang berhasrat untuk terlahir di alam Sukhavati (setelah meninggal), mereka yang yakin bahwa dengan terus menerus melafal nama Buddha Amitabha maka sepeninggal mereka, akan terlahir di alam Sukhavati. Jadi, kalau dikatakan ada umat Theravada melakukan nian-fo maka sekilas akan kedengaran aneh. Namun kalau ditelaah lebih jauh, dengan mencermati makna nian-fo secara harafiah, maka sah-sah saja kalau umat Theravada melakukan nian-fo dengan tujuan untuk mengembangkan konsentrasi?. Bukankah salah satu metode meditasi yang berasal dari Thailand ada pengucapan “Buddho, Buddho” secara berulang-ulang? Bukankah di Myanmar juga ada sebagian umat yang suka melafalkan “Arahaṃ, Arahaṃ”? Bukankah hampir setiap kali umat Theravada melakukan kebaktian di vihara juga membaca Buddhānussati?
Ya, memang tentu saja kedengaran aneh kalau ada umat Theravada berhasrat dilahirkan di alam Sukhavati.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: adi lim on 26 November 2010, 04:44:38 AM
^^^
aneh bukan hanya bisa terlahir di alam sukawati !  :-? masih ada 'aneh' lainnya, dimana jenis 'alam sukawati' tidak tercantum dalam list 31 alam kehidupan makluk hidup Tipitaka kanon Pali  ???

 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 26 November 2010, 12:52:55 PM
saya lbh cenderung melafalkan nama Buddha untuk menguatkan konsentrasi dalam melaksanakan bhavana, kalau buat terlahir ke alam sukhavati yah kita sbg umat manusia cuma bisa berusaha, lagian memang di dalam theravada tidak disebutkan adanya alam sukhavati selain 31 alam. saya cuma bisa  berharap setelah kelahiran baik di alam manapun setelah kematian masih membawa kesadaran akan indahnya Dhamma jadi bisa terus belajar dan belajar.

Swatthi Hottu  _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Sukma Kemenyan on 26 November 2010, 02:38:51 PM
Maaf, gatel pengen nimbrung...
yang saya tahu dari aliran mahayana,

Sukhavati bukan termasuk dari 31 alam kehidupan, sukhavati merupakan tanah Buddha (Buddha Land),

yah saya memang tahu dilahirkan di sukhavati belum mencapai nibbana tp setidaknya kita kan masih bisa belajar Dhamma di sana. Saya tekankan di sini "Masih bisa belajar Dhamma".

Apa kamu bisa jamin di kehidupan ini bisa langsung mencapai Nibbana???
Seperti yg kita ketahui bersama,
4 kebenaran mulia berbicara tentang... Dukkha.

Mengingat sukhavati meng-"enforce" penghuni'nya tuk nian-fo
Dengan asumsi sukhavati bebas dari penderitaan/Dukkha...

Bagaimana anda bisa mengakhiri Dukkha,
kalau tidak pernah tau apa itu Dukkha ?
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Aryacetana on 26 November 2010, 03:22:44 PM
 [at] freecloud

Boleh coba Buddhisme Tantrayana yang konon komprehensif karena “menenun” / 'to weave'  Mahayana & Theravada menjadi satu kesatuan yang harmonis.

 http://www.worldtantraassociation.com/  (http://www.worldtantraassociation.com/) Tantra means "weave."

Tantra(yana) dalam bahasa Mandarin disebut 密教 Mi Jiao (Mi 密= rahasia, Jiao 教= ajaran/agama) atau Ajaran 教 Rahasia 密 karena memang memiliki mantra, mudra, dan mandala "rahasia".

Theravada berpendapat Buddha nggak pernah 'main' rahasia-rahasia-an. Dhamma itu seterang sinar mentari dan terbuka bagi semua orang. 

Sebaliknya Tantrayana/Vajrayana berpendapat bahwa karena orang berbeda tingkat kecerdasannya/pemikirannya maka ajaran Buddha harus disampaikan step by step, ada ajaran yang dirahasiakan untuk orang awam yang malas belajar Dharma, ada ajaran yang dibuka untuk siswa buddha yang tekun belajar Dharma.

Gw sama kayak kamu, non sektarian, so jadinya bingung sendiri mau ikut yang mana, akhirnya daripada puyeng milih mana, gabung Tzu Chi aja deh yang non sektarian, bahkan lintas agama.

JUST DO IT! Begitu "mantra" ampuh Master Cheng Yen. Kebanyakan mikir dan milih (Theravada, Mahayana, Sukhavati, Tantrayana/Vajrayana, Chan/Zen, dll) malah pusing sendiri. Belum lagi kalau kita tahu masing-masing terpecah-pecah lagi entah menjadi berapa puluh aliran.


Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: freecloud79 on 27 November 2010, 10:17:33 AM
Quote dr Bro Kemenyan
Quote
Mengingat sukhavati meng-"enforce" penghuni'nya tuk nian-fo
Dengan asumsi sukhavati bebas dari penderitaan/Dukkha...

IMO Sukhavati itu tanah buddha / Buddha Land, kayanya gak beda jauh dengan Bumi sebagai Tanah Buddha Sakyamuni, sepertinya belum bebas dr dukkha. cuma mungkin di sana dukkhanya sudah lebih ringan hehehe  _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Udyata-sahanubhuti on 27 November 2010, 10:56:24 AM
 [at] Aryacetana
 _/\_
setuju bro, just do it, apapun hasilnya enjoy aja...tapi kalo boleh saya menambahkan just do it saja tidak cukup kalo tidak dibarengi oleh pengertian benar. Oleh sebab itu Sang Buddha menempatkan pengertian benar di urutan pertama dalam hasta arya marga (Jalan Mulia beruas Delapan). 
Di dalam artikel bhante Sri Dhammananda Sang Buddha mengajarkan kita memahami melalui belajar, berlatih dan mengalami hasilnya. Kalo just do it aja tapi kita tidak pernah belajar daripada apa yg dikerjakan oleh kita lebih2 kita tidak akan memahami esensi dari kalimat Just do it itu sesungguhnya.
Alih-alih kita membahas teori tetapi tidak mempraktekkan dhamma sama halnya kutipan "Dhammapada 19" berisi:
"Meskipun ia telah membaca banyak kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai ajaran, maka ia bagaikan gembala yang menghitung sapi milik orang lain; ia tidak akan mendapat manfaat kehidupan suci."
Mungkin kata yang cocok di sini adalah keseimbangan yaa? belajar dan praktek / praktek dan belajar.
 _/\_
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: dilbert on 27 November 2010, 01:52:19 PM
[at] Aryacetana
 _/\_
setuju bro, just do it, apapun hasilnya enjoy aja...tapi kalo boleh saya menambahkan just do it saja tidak cukup kalo tidak dibarengi oleh pengertian benar. Oleh sebab itu Sang Buddha menempatkan pengertian benar di urutan pertama dalam hasta arya marga (Jalan Mulia beruas Delapan). 
Di dalam artikel bhante Sri Dhammananda Sang Buddha mengajarkan kita memahami melalui belajar, berlatih dan mengalami hasilnya. Kalo just do it aja tapi kita tidak pernah belajar daripada apa yg dikerjakan oleh kita lebih2 kita tidak akan memahami esensi dari kalimat Just do it itu sesungguhnya.
Alih-alih kita membahas teori tetapi tidak mempraktekkan dhamma sama halnya kutipan "Dhammapada 19" berisi:
"Meskipun ia telah membaca banyak kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai ajaran, maka ia bagaikan gembala yang menghitung sapi milik orang lain; ia tidak akan mendapat manfaat kehidupan suci."
Mungkin kata yang cocok di sini adalah keseimbangan yaa? belajar dan praktek / praktek dan belajar.
 _/\_

Salah satu Faktor pencerahan dari 7 faktor pencerahan (bhojjanga) adalah Penyelidikan Dhamma. Jadi sebenarnya ke-kritis-an di dalam mempelajari berbagai ajaran adalah penting. Pemeo JUST DO IT tanpa mengetahui dan menyelidiki sesuatu menurut saya adalah agak beresiko.

Analogi-nya berbagai usahawan sukses yang berasal dari individu yang tingkat pendidikan formal rendah apakah menjustifikasi bahwa pendidikan itu tidak penting, TOH ada yang tidak mengecap pendidikan formal juga ada yang sukses. Tetapi survey dan penelitian tetap menghasilkan output bahwa tingkat pendidikan itu berbanding lurus dengan tingkat keberhasilan dan kesejahteraan.

Jadi seharusnya penyelidikan dhamma harus di-kedepan-kan dan termasuk di dalam PRAKTEK AJARAN BUDDHA, bukan hanya sekedar pemeo JUST DO IT.
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Mokau Kaucu on 27 November 2010, 06:43:16 PM
Mau nanya adakah temen-temen Buddhis yang menganut aliran TheraMahavadayana?
saya pribadi penganut theravada tetapi ada juga ajaran Mahayana yang menurut saya bermanfaat jadi diamalkan juga seperti nianfo (melafalkan nama Buddha) dan amitabha sutra. apakah saya termasuk aliran baru ini?  ;D  _/\_

Kalau Mahayana + Theravada ditambah lagi Tantrayana jadinya MahaTheTrayana,  :))  :))  :))

Just a joke, no offense lah.
 ^:)^


Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Aryacetana on 29 November 2010, 07:08:08 AM
Salah satu Faktor pencerahan dari 7 faktor pencerahan (bhojjanga) adalah Penyelidikan Dhamma. Jadi sebenarnya ke-kritis-an di dalam mempelajari berbagai ajaran adalah penting. Pemeo JUST DO IT tanpa mengetahui dan menyelidiki sesuatu menurut saya adalah agak beresiko.

gini-gini gw suka selidiki semua aliran Buddhis.

Quote
Analogi-nya berbagai usahawan sukses yang berasal dari individu yang tingkat pendidikan formal rendah apakah menjustifikasi bahwa pendidikan itu tidak penting, TOH ada yang tidak mengecap pendidikan formal juga ada yang sukses. Tetapi survey dan penelitian tetap menghasilkan output bahwa tingkat pendidikan itu berbanding lurus dengan tingkat keberhasilan dan kesejahteraan.

Ariya sacca/ 4 kebenaran mulia + Jalan Mulia Beruas 8 / Sila Prajna Samadhi + Paticca samuppada adalah pendidikan formal-nya, he..he..he..

Quote
Jadi seharusnya penyelidikan dhamma harus di-kedepan-kan dan termasuk di dalam PRAKTEK AJARAN BUDDHA, bukan hanya sekedar pemeo JUST DO IT.

penyelidikan dhamma SUDAH cukup, kalau mau nyelidiki terus malah bikin pusing karena masing-masing aliran saling klaim alirannya paling benar
praktek menolong orang menderita yang BELUM cukup, he.he.he..
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: Aryacetana on 29 November 2010, 07:15:36 AM
Kalau Mahayana + Theravada ditambah lagi Tantrayana jadinya MahaTheTrayana,  :))  :))  :))

Just a joke, no offense lah.
 ^:)^

Just a joke too, gmn kalo The MaSuk ChanTra (Theravada Mahayana Sukhavati Chan Tantrayana), :) :)
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: seniya on 29 November 2010, 09:11:50 PM
Hmmm, penyelidikan Dhamma (Dhammavicaya) mungkin bukan penyelidikan atas ajaran Sang Buddha (investigation of Truth, seperti yang diterjemahkan para cendikiawan Buddhis di Barat). Dhamma di sini mungkin lebih condong pada "dhamma" sebagai fenomena fisik ataupun mental (nama rupa). Jadi mungkin lebih tepatnya, penyelidikan atas fenomena fisik dan mental (investigation of phenomena), seperti yang dilakukan dalam meditasi Vipassana.

Dalam Buddhist Dictionary: Manual of Buddhist Terms and Doctrines oleh Ven. Nyanatiloka dikatakan:

Quote
bojjhanga

'the 7 factors of enlightenment', are:

    * mindfulness (sati-sambojjhanga; s. sati),
    * investigation of the law (dhamma-vicaya-sambojjhanga),
    * energy (viriya-sambojjhanga; s. viriya, padhāna),
    * rapture (pīti-sambojjhanga, q.v.)
    * tranquility (passaddhi-sambojjhanga, q.v.),
    * concentration (samādhi-sambojjhanga, q.v.),
    * equanimity (upekkhā).

"Because they lead to enlightenment, therefore they are called factors of enlightenment" (S. XLVI, 5).

Though in the 2nd factor, dhamma-vicaya, the word dhamma is taken by most translators to stand for the Buddhist doctrine, it probably refers to the bodily and mental phenomena (nāma-rūpa-dhammā) as presented to the investigating mind by mindfulness, the 1st factor. With that interpretation, the term may be rendered by 'investigation of phenomena'.

In A.X.102, the 7 factors are said to be the means of attaining the threefold wisdom (s. tevijjā).

They may be attained by means of the 4 foundations of mindfulness (satipatthāna), as it is said in S.XLVI.1 and explained in M.118:

    * (1) "Whenever, o monks, the monk dwells contemplating the body (kāya), feeling (vedanā), mind (citta) and mind-objects (dhammā), strenuous, clearly-conscious, mindful, after subduing worldly greed and grief, at such a time his mindfulness is present and undisturbed; and whenever his mindfulness is present and undisturbed, at such a time he has gained and is developing the factor of enlightenment 'mindfulness' (sati-sambojjhanga), and thus this factor of enlightenment reaches fullest perfection.
    * (2) "Whenever, while dwelling with mindfulness, he wisely investigates, examines and thinks over the law ... at such a time he has gained and is developing the factor of enlightenment 'investigation of the law' (dhamma-vicaya°) ....
    * (3) "Whenever, while wisely investigating his energy is firm and unshaken ... at such a time he has gained and is developing the factor of enlightenment 'energy' (viriya°) ....
    * (4) "Whenever in him, while firm in energy, arises super sensuous rapture ... at such a time he has gained and is developing the factor of enlightenment 'rapture' (pīti°) ..
    * (5) "Whenever, while enraptured in mind, his body and his mind become composed ... at such a time he has gained and is developing the factor of enlightenment 'tranquillity' (passaddhi°).
    * (6) "Whenever, while being composed in his body and happy, his mind becomes concentrated ... at such a time he has gained and is developing the factor of enlightenment 'concentration' (samādhi°)
    * (7) "Whenever he looks with complete indifference on his mind thus concentrated ... at such a time he has gained and is developing the factor of enlightenment 'equanimity' (upekkhā).
Title: Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
Post by: El Sol on 29 November 2010, 11:18:27 PM
Mau nanya adakah temen-temen Buddhis yang menganut aliran TheraMahavadayana?
saya pribadi penganut theravada tetapi ada juga ajaran Mahayana yang menurut saya bermanfaat jadi diamalkan juga seperti nianfo (melafalkan nama Buddha) dan amitabha sutra. apakah saya termasuk aliran baru ini?  ;D  _/\_
Tepatnya lebih mirip sama...Elsolyana

bedanya mantra yg dibaca itu..

Namo El Sol hum...