Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: tjong tony on 22 February 2009, 01:24:50 AM

Title: Bisnis manusia
Post by: tjong tony on 22 February 2009, 01:24:50 AM
hai all namo budhaya
saya mau tanya dong soal lima bisnis yang salah yaitu : Bisnis senjata, bisnis manusia, bisnis daging, bisnis barang yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran, dan bisnis racun.
yang di maksud dengan bisnis manusia apa aja yah ? selain prostitusi yah. terus kreteriannya apa aja?
ok thx.
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sumedho on 22 February 2009, 06:15:28 AM
saya sih ragu kalau itu mengacu pada prostitusi, dan sepertinya mengacu pada perbudakan atau pada jaman sekarang human trafficking kali yah
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: adi lim on 22 February 2009, 07:36:19 AM
benar Mr. Sumedho

Jaman dulu namanya PERBUDAKAN
Jaman sekarang istilahnya HUMAN TRAFFICKING

Manusia yang di jual belikan akan dijadikan pemuas seks (protitusi), pembantu tidak digaji atau pun gaji rendah(tidak manusiawi), diambil organ tubuhnya kemudian organ tubuh yg diambil untuk dijual lagi atau apa saja, terserah oknum Pembeli.

Jaman dulu perbudakan kebanyakan untuk pembantu atau buruh2 kasar
Jaman sekarang paling banyak dijadikan PROSTITUSI, diambil ORGAN tubuhnya

 _/\_


Title: Re: Bisnis manusia
Post by: m1ch43l on 22 February 2009, 09:54:01 AM
jual beyi bayi jg termasuk x ya. cmiiw
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 22 February 2009, 11:15:07 PM
Lebih tepatnya "perdagangan makhluk hidup". Artinya hewan yang diperjual-belikan pun termasuk dalam jenis perdagangan yang seharusnya dihindari ini...
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: tjong tony on 22 February 2009, 11:56:06 PM
namo budhaya, thx yah atas tanggapannya.
semua yang dijelaskan itu sih rata2 bisa saya terima, tapi sekarang ini kadang hal2 HUMAN TRAFFICKING sekarang itu pasti akan di jalankan secara terselubung kan?
untuk antisipasinya supaya kita tidak terjebak untuk melakukan hal tersebut, kira2 ciri atau kreteria yang kongkret mengenai ciri2 human traking itu seperti apa?
contohnya: sekarang ini kita kan sering liat ada biro2 yang menyediakan jasa pembantu rumah tangga. hal ini kan juga berarti ganda, apakah itu bisa di bilang HUMAN TRAFFICKING. yah seperti gitu deh!
jadi kira2 ciri2 apa yah yang bisa di bilang orang itu melakukan   HUMAN TRAFFICKING ?
thx yah. namo budhayah
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: andry on 23 February 2009, 12:46:49 AM
saya rasa, jasa TKI atau jasa PRT
seh tidak termasuk yah, sejauh anda hanya memfasilitasi nya
anda bertanggung jawab akan kelangsungan org tersebut, sampai tiba d tempat die bekerja, samapi die balik lagi ke kampungnya.

masalah cirinya saya tidak tahu.., sebab saya gak terjun d bisnis tersebut.

mungkin jika human=barang.
setelah d jual, lepas tanggung jawab. seperti habis jual barang, barang tidak bisa d kembalikan.
cacat/rusak tidak bisa d retur.. mungkin human trafiking. (CMIIW)
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sumedho on 23 February 2009, 06:48:41 AM
Lebih tepatnya "perdagangan makhluk hidup". Artinya hewan yang diperjual-belikan pun termasuk dalam jenis perdagangan yang seharusnya dihindari ini...
sepertinya di pali-nya adalah manussa bukan satta, jadi mengacu pada human being yg diterjemahkan ke english.
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 23 February 2009, 08:52:04 AM
[at] Ko Medho

Dalam banyak wejangan Buddhisme dewasa ini, perdagangan makhluk hidup (satta vanijja) lebih sering ditonjolkan daripada perdagangan manusia (manussa vanijja). Entah mana yang lebih tepat dengan teks Pali Canon. Namun jika menilik statemen yang mengklaim bahwa "business in human beings" diterjemahkan langsung oleh Bhikkhu Thanissaro dari teks Pali Canon, maka memang hanya "perdagangan manusia" yang dihimbau Sang Buddha untuk dihindari.
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sumedho on 23 February 2009, 10:28:43 AM
mungkin jg perdagangan mahluk utk dibunuh dan dimakanan itu kategorinya daging :)

kalau pets mungkin tidak kali yah
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Rina Hong on 23 February 2009, 10:44:37 AM
kan ada pernyataan berdangang makhluk hidu "untuk dibunuh"
kalau di pelihara boleh kog... cuma jangan dikurung terus.. kan kasihan

saya jadi ingat dulu keluarga kami menemukan seekor burung betet.. bisa bicara bahasa manusia walaupun sedikit2, suatu hari mama merasa kasihan dengan burung tersebut, lalu memutuskan untuk melepas burung tsb. tapi karena makanan sehari2 burung tsb adalah susu dan pisang, saat dilepas burung terbang tapi tidak jauh dan beberapa saat kemudian burung itu kembali kerumah kami dan ingin masuk ke sangkar...(sekarang da mati sih..)

kalo case seperti itu saya rasa tergantung pada makhluk hidupnya sendiri...apakah hidupnya akan lebih baik setelah bersama kita atau makin memburuk alias disiksa...
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 23 February 2009, 10:48:06 AM
Jadi kalau perdagangan sapi perah (tidak dibunuh dan tidak untuk dimakan), tidak termasuk perdagangan daging yah... :)

Kalau dikaji lebih dalam lagi, banyak jenis perdagangan lain yang kurang etis namun tidak termasuk dalam Vanijja Sutta. Haruskah kita secara kaku mengacu pada aturan Ilmu Logika untuk mencerapnya sesuai dengan kalimat yang dituliskan? Atau lebih baik kita 'menafsirkannya' secara lebih komprehensif?
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: ENCARTA on 23 February 2009, 10:51:54 AM
kalau sapi biasa dibilang ibu ke 2, karena kita minum susu sapi dari kecil sampai tua :P
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sumedho on 23 February 2009, 11:13:53 AM
penafsiran sih bisa berupa-rupa warnanya. Kalau aye sih tetap pakai patokan, akankah hal tersebut membuat kondisi jadi tidak kondusif untuk melatih diri.

pada tingkat etis sih ini sangat tergantung pada sikondom jg, situasi, kondisi, domisili.

jadi apakah bisnis/dagang sapi perah itu termasuk perdagangan daging? Bisa iya bisa juga tidak, tergantung pengkategoriannya. Kalau yg dimaksud daging itu adalah bagian dari tubuh sapi, termasuk susu, yah ini bisa masuk. kalau hanya kategorinya dibunuh utk dimakan yah ini tidak. apalagi kalau kategori daging nya itu adalah benar2x potongan daging :D

eniwe, buswe, kita btt di bisnis manusia lagi aja, kalo soal sapi keknya bisa panjang, mending di thread terpisah.
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 23 February 2009, 11:27:50 AM
Yup, bentoel... :yes:

Di topik yang lain, saya pernah memberikan pendapat bahwa perdagangan manusia adalah perdagangan yang menempatkan manusia (objek) sebagai produk. Kriterianya adalah menukar manusia dengan materi, untuk kemudian manusia (produk) itu dikonsumsi (dan atau diekploitasi) oleh si pembeli.
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 23 February 2009, 12:57:59 PM
Lebih tepatnya "perdagangan makhluk hidup". Artinya hewan yang diperjual-belikan pun termasuk dalam jenis perdagangan yang seharusnya dihindari ini...
sepertinya di pali-nya adalah manussa bukan satta, jadi mengacu pada human being yg diterjemahkan ke english.

Di Vanijja Sutta An. 5 117 bunyinya adalah sattavanijja
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sumedho on 23 February 2009, 02:09:03 PM
punya contekannya nga bos?

aye liat di terjemahan laen sih mirip2x

Quote
'Monks, these five trades ought not to be plied by a lay disciple. what five ?

trade in weapons, trade in human beings, trade in flesh, trade in spirits and trade in poison.

verily, monks, these five trades ought not to be plied by a lay-diciple.


sekrang apa pula arti satta itu hmm  :-?
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 23 February 2009, 08:19:38 PM
Tipiṭaka
Suttapiṭaka
Aṅguttaranikāya
Pañcakanipātapāḷi
7. Vaṇijjāsuttaṃ

177. ‘‘Pañcimā , bhikkhave, vaṇijjā upāsakena akaraṇīyā. Katamā pañca? Satthavaṇijjā, sattavaṇijjā, maṃsavaṇijjā, majjavaṇijjā, visavaṇijjā – imā kho, bhikkhave, pañca vaṇijjā upāsakena akaraṇīyā’’ti. Sattamaṃ.

makanya aye dari dulu bingung, koq terjemahannya manusia?

EDIT : Sori, dulu pernah aye post

"sattavaṇijjā" ti manussavikkayo. -> atthakatha
Berdagang manusia disebut "berdagang makhluk hidup"

sattavaṇijjā abhujissabhāvakaraṇato -> tika
berdagang makhluk hidup tidak seharusnya dilakukan karena merupakan penyebab orang lain kehilangan statusnya sebagai orang bebas (atau penyebab perbudakan)

sepertinya menurut komentar yang dimaksud adalah manusia.
kenapa pulak YM. Ananda gak bilang aja manussavanijja yak?
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sumedho on 23 February 2009, 09:12:59 PM
satta -> tujuh :hammer:
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 23 February 2009, 09:21:17 PM
:hammer:
:outoftopic:
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sumedho on 23 February 2009, 09:55:01 PM
keknya karena satta punya banyak makna.

ada yg warrior, man, seven, beings, ato lainnya
Title: Diskusi mengenai Satta Vanijja
Post by: Nevada on 02 February 2010, 12:31:43 PM
Sang Buddha menjelaskan bahwa ada 5 jenis perdagangan yang sebaiknya dihindari. Kelima jenis perdagangan ini adalah berdagang senjata, berdagang makhluk hidup, berdagang daging, berdagang zat yang bisa melemahkan kesadaran, dan berdagang racun. Petikan ucapan Sang Buddha ini bisa ditemukan di Vanijja Sutta, Anguttara Nikaya 5. 177.

Berikut ini petikan Vanijja Sutta dalam Bahasa Inggris versi Bhikkhu Thanissaro =>
Quote from: Vanijja Sutta
"Monks, a lay follower should not engage in five types of business. Which five? Business in weapons, business in human beings, business in meat, business in intoxicants, and business in poison.

"These are the five types of business that a lay follower should not engage in."


Yang bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi =>
Quote from: Vanijja Sutta
"Para Bhikkhu, seorang umat awam seharusnya tidak melakukan 5 jenis bisnis. Apakah lima itu? Bisnis senjata, bisnis manusia, bisnis daging, bisnis barang yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran, dan bisnis racun.

"Inilah lima jenis bisnis yang seorang umat awam seharusnya tidak lakukan."



Dalam teks Pali Kanon, yang ditulis adalah "satta vanijja". Seharusnya diterjemahkan menjadi "business in sentient beings", atau "perdagangan makhluk hidup". Namun Bhikkhu Thanissaro justru menerjemahkannya menjadi "business in human beings", atau "perdagangan manusia". Bagaimana pendapat teman-teman mengenai hal ini? Apakah ada petikan dari Kitab Komentar yang menguraikan lebih jelas tentang "satta vanijja" ini?

Pdt. D.M. Peter Lim, S.Ag, MBA, M.Sc memiliki komentar tersendiri mengenai "satta vanijja". Menurut beliau (dan menurut banyak pengajar Agama Buddha - lulusan Sarjana Buddhis), "satta vanija" adalah memperdagangkan makhluk hidup yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi atau dibunuh. Jika demikian, tidak semua perdagangan makhluk hidup merupakan perdagangan salah. Misalnya perdagangan ikan hias dan hewan peliharaan.


Bagaimana Anda menanggapi hal ini?
Title: Re: Diskusi mengenai Satta Vanijja
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 02 February 2010, 12:48:21 PM
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9108.15.html
Title: Re: Diskusi mengenai Satta Vanijja
Post by: Nevada on 02 February 2010, 01:05:11 PM
[at] Bro Gachapin

Tolong digabungin aja Bro.
Jadi, menurut Tika: tetap saja perdagangan makhluk hidup meski tidak dibunuh dan dianiya itu merupakan perdagangan tidak baik?

Bagaimana dengan Atthakatha?
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: markosprawira on 02 February 2010, 02:19:18 PM
Pdt. D.M. Peter Lim, S.Ag, MBA, M.Sc memiliki komentar tersendiri mengenai "satta vanijja". Menurut beliau (dan menurut banyak pengajar Agama Buddha - lulusan Sarjana Buddhis), "satta vanija" adalah memperdagangkan makhluk hidup yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi atau dibunuh. Jika demikian, tidak semua perdagangan makhluk hidup merupakan perdagangan salah. Misalnya perdagangan ikan hias dan hewan peliharaan.

Bagaimana Anda menanggapi hal ini?

kalo memang diperkenankan selain untuk konsumsi atau dibunuh, berarti perdagangan budak, wanita lintas negara ga masalah dong?

saya pribadi lebih cenderung "satta" = mahluk hidup karena sama aja dengan berbagai sifat universal lainnya yg hendaknya dikembangkan bagi semua mahluk hidup
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sumedho on 02 February 2010, 02:23:12 PM
 [at] upasaka:
keknya karena satta punya banyak makna.

ada yg warrior, man, seven, beings, ato lainnya
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 02 February 2010, 02:34:03 PM
Pdt. D.M. Peter Lim, S.Ag, MBA, M.Sc memiliki komentar tersendiri mengenai "satta vanijja". Menurut beliau (dan menurut banyak pengajar Agama Buddha - lulusan Sarjana Buddhis), "satta vanija" adalah memperdagangkan makhluk hidup yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi atau dibunuh. Jika demikian, tidak semua perdagangan makhluk hidup merupakan perdagangan salah. Misalnya perdagangan ikan hias dan hewan peliharaan.

Bagaimana Anda menanggapi hal ini?

kalo memang diperkenankan selain untuk konsumsi atau dibunuh, berarti perdagangan budak, wanita lintas negara ga masalah dong?

saya pribadi lebih cenderung "satta" = mahluk hidup karena sama aja dengan berbagai sifat universal lainnya yg hendaknya dikembangkan bagi semua mahluk hidup

Saya pikir membunuh itu penjelasan generalisasinya. Intinya perlakuan yang melanggar sila. Misalnya, Pancasila Buddhis hanya menganjurkan agar kita menghindari pembunuhan; tetapi tidak menganjurkan kita menghindari penyiksaan. Tapi pada umumnya, umat Buddha pun sadar bahwa meski "penganiayaan" tidak disebutkan dalam Pancasila, tetapi mereka tidak akan menyiksa makhluk hidup lain.

Coba kita analogikan...

Menjual hewan (misalnya: ayam, sapi dan babi) untuk disembelih jelas tidak baik. Karena kita melakukan perdagangan makhluk hidup, dan makhluk itu akan dianiaya dan dibunuh. Sedangkan menjual hewan peliharaan (misalnya: ikan hias (dengan catatan bukan untuk umpan atau ikan predator), burung, anjing, dsb), apakah juga tidak baik? Karena hewan-hewan itu pun dijual untuk dipelihara dan dirawat oleh pembelinya. Majikan yang baik pun tidak akan menganiaya atau membunuh hewan peliharaannya.

Bagaimana pendapat Bro Markos mengenai hal ini?


[at] upasaka:
keknya karena satta punya banyak makna.

ada yg warrior, man, seven, beings, ato lainnya

Saya tertarik dengan arti "tujuh". Itu maksudnya apa yah? :hammer:
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: markosprawira on 02 February 2010, 03:09:03 PM
Pdt. D.M. Peter Lim, S.Ag, MBA, M.Sc memiliki komentar tersendiri mengenai "satta vanijja". Menurut beliau (dan menurut banyak pengajar Agama Buddha - lulusan Sarjana Buddhis), "satta vanija" adalah memperdagangkan makhluk hidup yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi atau dibunuh. Jika demikian, tidak semua perdagangan makhluk hidup merupakan perdagangan salah. Misalnya perdagangan ikan hias dan hewan peliharaan.

Bagaimana Anda menanggapi hal ini?

kalo memang diperkenankan selain untuk konsumsi atau dibunuh, berarti perdagangan budak, wanita lintas negara ga masalah dong?

saya pribadi lebih cenderung "satta" = mahluk hidup karena sama aja dengan berbagai sifat universal lainnya yg hendaknya dikembangkan bagi semua mahluk hidup

Saya pikir membunuh itu penjelasan generalisasinya. Intinya perlakuan yang melanggar sila. Misalnya, Pancasila Buddhis hanya menganjurkan agar kita menghindari pembunuhan; tetapi tidak menganjurkan kita menghindari penyiksaan. Tapi pada umumnya, umat Buddha pun sadar bahwa meski "penganiayaan" tidak disebutkan dalam Pancasila, tetapi mereka tidak akan menyiksa makhluk hidup lain.

Coba kita analogikan...

Menjual hewan (misalnya: ayam, sapi dan babi) untuk disembelih jelas tidak baik. Karena kita melakukan perdagangan makhluk hidup, dan makhluk itu akan dianiaya dan dibunuh. Sedangkan menjual hewan peliharaan (misalnya: ikan hias (dengan catatan bukan untuk umpan atau ikan predator), burung, anjing, dsb), apakah juga tidak baik? Karena hewan-hewan itu pun dijual untuk dipelihara dan dirawat oleh pembelinya. Majikan yang baik pun tidak akan menganiaya atau membunuh hewan peliharaannya.

Bagaimana pendapat Bro Markos mengenai hal ini?


Majikan yg baik memang tidak akan menganiaya atau membunuh bro, tapi disitu harus diakui ada akusala yaitu kemelekatan/lobha....

utk hewan yg dibunuh : org juga bisa beralasan "membantu memutus kehidupan sebagai hewan supaya terlahir kembali sebagai mahluk yg lebih baik" ..... soalnya saya ada bincang2 dengan beberapa org, terutama yg sering menepuk nyamuk atau serangga

disinilah sulitnya utk melakukan sesuatu yang tidak akusala, karena mayoritas dari apapun yg kita lakukan, kalau tidak lobha, yah dosa  ;D

itu kenapa dalam segala sesuatu, hendaknya bisa sesuai dengan yang ada dalam kalama sutta yaitu :
- Bila hal ini baik
- Bila hal ini tidak tercela
- Bila hal ini dipuji oleh para bijak (bagian ini kadang dihilangkan secara sengaja oleh pihak tertentu, dengan dasar 'jangan percaya kata-kata orang bijak')
- Bila dilakukan dan dikembangkan membawa pada keuntungan dan kebahagiaan
- Bila menuntun pada lenyapnya LDM
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 02 February 2010, 03:09:57 PM
Quote
Saya pikir membunuh itu penjelasan generalisasinya. Intinya perlakuan yang melanggar sila. Misalnya, Pancasila Buddhis hanya menganjurkan agar kita menghindari pembunuhan; tetapi tidak menganjurkan kita menghindari penyiksaan. Tapi pada umumnya, umat Buddha pun sadar bahwa meski "penganiayaan" tidak disebutkan dalam Pancasila, tetapi mereka tidak akan menyiksa makhluk hidup lain.

Yang Mulia S. Dhammika menyamakan menyiksa orang dengan melanggar sila pembunuhan.
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 02 February 2010, 03:19:38 PM
Majikan yg baik memang tidak akan menganiaya atau membunuh bro, tapi disitu harus diakui ada akusala yaitu kemelekatan/lobha....

utk hewan yg dibunuh : org juga bisa beralasan "membantu memutus kehidupan sebagai hewan supaya terlahir kembali sebagai mahluk yg lebih baik" ..... soalnya saya ada bincang2 dengan beberapa org, terutama yg sering menepuk nyamuk atau serangga

disinilah sulitnya utk melakukan sesuatu yang tidak akusala, karena mayoritas dari apapun yg kita lakukan, kalau tidak lobha, yah dosa  ;D

itu kenapa dalam segala sesuatu, hendaknya bisa sesuai dengan yang ada dalam kalama sutta yaitu :
- Bila hal ini baik
- Bila hal ini tidak tercela
- Bila hal ini dipuji oleh para bijak (bagian ini kadang dihilangkan secara sengaja oleh pihak tertentu, dengan dasar 'jangan percaya kata-kata orang bijak')
- Bila dilakukan dan dikembangkan membawa pada keuntungan dan kebahagiaan
- Bila menuntun pada lenyapnya LDM

[at] Bro Markos

Begini deh Bro. Saya tertarik untuk mendiskusikan perihal ini, karena sepertinya masih abu-abu. :)
Dalam konteks ini, saya bicara dalam tataran perumah tangga. Jadi wajar saja kalau seseorang masih memilih makanan yang enak di restoran, masih suka ngemil snack sering-sering, masih suka beli handphone keluaran terbaru, masih hobi memelihara ikan, masih buka toko bangunan dan terus membuka cabang toko di daerah lain, dan juga masih melakukan perdagangan hewan.

Itu saja. Saya tidak sedang membahas perbuatan mana yang baik untuk mengurangi lobha, atau perbuatan mana yang memunculkan lobha. Pada dasarnya saya hanya ingin membahas "perdagangan" yang kontroversial ini. ;D

Mengenai membunuh nyamuk untuk "mengirimnya" ke kehidupan lebih baik, saya pikir itu sudah pandangan keliru. Jadi saya pikir itu tidak berhubungan.

Saya tahu ada banyak umat Buddha dari kalangan tertentu yang sama sekali tidak setuju dengan "main hewan" atau makhluk hidup lainnya. Jadi saya sudah tahu jawaban mereka pasti sangat menentang perdagangan hewan ternak maupun hewan peliharaan.

Namun saya ingin berpikiran terbuka dan mengosongkan cangkir saya, untuk bisa menerima pendapat-pendapat mereka. Saya malah mendapatkan dua jenis pendapat, yang cukup berseberangan. Salah satunya adalah ada pandangan dari teman-teman lain yang menyatakan bahwa perdagangan hewan peliharaan tidak termasuk perdagangan tidak baik. Karena hewan yang dijual itu tidak dianiaya atau dibunuh. Sebagai renungan, saya cantumkan analogi mengenai Pancasila Buddhis itu.

Sekarang saya ingin menanyakan pendapat Anda. Apakah perdagangan hewan peliharaan itu tidak baik secara moralitas? Apa alasannya?
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 02 February 2010, 03:22:29 PM
Quote
Saya pikir membunuh itu penjelasan generalisasinya. Intinya perlakuan yang melanggar sila. Misalnya, Pancasila Buddhis hanya menganjurkan agar kita menghindari pembunuhan; tetapi tidak menganjurkan kita menghindari penyiksaan. Tapi pada umumnya, umat Buddha pun sadar bahwa meski "penganiayaan" tidak disebutkan dalam Pancasila, tetapi mereka tidak akan menyiksa makhluk hidup lain.

Yang Mulia S. Dhammika menyamakan menyiksa orang dengan melanggar sila pembunuhan.

Betul. Seharusnya umat Buddha bisa berpikir bahwa membunuh adalah penganiayaan yang sangat keras sehingga menyebabkan kematian makhluk lain. Inilah poin penting dari analogi saya.

Membunuh dianggap mewakili penganiayaan. Dalam perdagangan hewan peliharaan, objek (hewan peliharaan) harus diperlakukan dengan baik. Dibeli untuk dipelihara, bukan untuk dibunuh dan dianiaya. Nah, apakah dalam perdagangan hewan peliharaan, bila dijalankan dengan baik; adalah tetap merupakan perdagangan tidak baik?
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: hatRed on 02 February 2010, 03:23:43 PM
namo budhaya, thx yah atas tanggapannya.
semua yang dijelaskan itu sih rata2 bisa saya terima, tapi sekarang ini kadang hal2 HUMAN TRAFFICKING sekarang itu pasti akan di jalankan secara terselubung kan?
untuk antisipasinya supaya kita tidak terjebak untuk melakukan hal tersebut, kira2 ciri atau kreteria yang kongkret mengenai ciri2 human traking itu seperti apa?
contohnya: sekarang ini kita kan sering liat ada biro2 yang menyediakan jasa pembantu rumah tangga. hal ini kan juga berarti ganda, apakah itu bisa di bilang HUMAN TRAFFICKING. yah seperti gitu deh!
jadi kira2 ciri2 apa yah yang bisa di bilang orang itu melakukan   HUMAN TRAFFICKING ?
thx yah. namo budhayah

itu kan memperdagangkan jasa ;D bukan orangnya
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 02 February 2010, 03:26:36 PM
:hammer:
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: markosprawira on 02 February 2010, 03:49:07 PM
Mgkn perlu diperjelas moralitas yang secara apa dulu bro?

kalau secara harafiah/tertulis seperti di pancasila, atthasila, jelas itu tidak dijelaskan secara mendetail, sama seperti penyiksaan yg tidak dijelaskan secara mendetail juga

tapi moralitas yg sesungguhnya adalah latihan batin utk mengikis akusala dan memperbanyak kusala... kalau ini udah jelas diatas

nah tolong dasar pertanyaannya yg harus diperjelas lagi......

kembali pada mereka yg menyatakan it's ok berdagang hewan, jika saya melihat ada yg membeli hewan, saya biasanya berpikir "semoga mahluk itu mendapatkan kondisi yg lebih baik dari sebelumnya"

karena saat timbul "penilaian" misal "wah itu perbuatan akusala", biasanya kita cenderung utk nyemplung ke dosa dan lobha lagi he3
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 02 February 2010, 04:03:51 PM
Mgkn perlu diperjelas moralitas yang secara apa dulu bro?

kalau secara harafiah/tertulis seperti di pancasila, atthasila, jelas itu tidak dijelaskan secara mendetail, sama seperti penyiksaan yg tidak dijelaskan secara mendetail juga

tapi moralitas yg sesungguhnya adalah latihan batin utk mengikis akusala dan memperbanyak kusala... kalau ini udah jelas diatas

nah tolong dasar pertanyaannya yg harus diperjelas lagi......

kembali pada mereka yg menyatakan it's ok berdagang hewan, jika saya melihat ada yg membeli hewan, saya biasanya berpikir "semoga mahluk itu mendapatkan kondisi yg lebih baik dari sebelumnya"

karena saat timbul "penilaian" misal "wah itu perbuatan akusala", biasanya kita cenderung utk nyemplung ke dosa dan lobha lagi he3

Moralitas sesuai Pancasila Buddhis. :)

Saya coba sharing dan bertukar pandangan dengan Anda deh. Sudah lama saya tidak berdiskusi dengan Anda. hehe...

Perdagangan senjata adalah tidak baik, karena menjual alat yang akan digunakan untuk menganiaya dan membunuh makhluk hidup. Perdagangan racun adalah tidak baik, karena menjual zat yang akan digunakan untuk mencelakai atau membunuh makhluk hidup. Perdagangan narkoba dan minuman beralkohol adalah tidak baik, karena menjual zat yang bila dikonsumsi akan menyebabkan lemahnya kesadaran seseorang. Menjual bagian tubuh hewan adalah tidak baik, karena harus didapatkan dengan cara menganiaya dan membunuh hewan untuk diambil bagian tubuhnya. Perdagangan hewan (ternak) adalah tidak baik, karena menjual hewan yang akan dianiaya dan dibunuh oleh pembelinya.

Nah, untuk kasus perdagangan hewan peliharaan... menjual hewan yang akan dipelihara dan dirawat oleh pembelinya. Apakah perdagangan ini termasuk perdagangan baik atau tidak baik?

Kalau standar moralitas Anda adalah latihan batin untuk mengikis akusala, maka jangankan perdagangan hewan peliharaan. Bekerja di perusahaan untuk mendapatkan gaji juga merupakan perbuatan akusala.

Saya jelaskan lagi pertanyaan saya. Apakah menurut Anda, dalam kegiatan perdagangan hewan peliharaan, jika penjual dan pembeli memperlakukan objek (hewan peliharaan) dengan baik; apakah ada perbuatan yang melanggar batas moralitas sesuai Pancasila Buddhis?

Atau saya kasih sudut pandang lain dari arah pembeli. Apakah orang yang membeli hewan untuk dipelihara dengan kasih-sayang merupakan perbuatan yang tidak baik, atau melanggar moralitas sesuai Pancasila Buddhis?

Title: Re: Bisnis manusia
Post by: bond on 02 February 2010, 09:02:22 PM
Gimana dengan jual binatang peliharaan untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya?

kalau anjing mungkin habitatnya sudah kebanyakan dikota..

Bagaimana dengan burung dalam sangkar dengan kebebasan alam liarnya?

Bagaimana dengan perburuan binatang2 langka atau satwa liar yg diambil dari alam liar yg merupakan habitatnya lalu dijual mahal untuk kolektor yg memeliharanya?, secara psikologis binatang itu tersiksa. Misal memelihara harimau.

IMO perdagangan makhluk hidup itu sebaiknya dihindari.. atau ada kriteria khusus? Seperti anjing dan kucing kota berbeda dengan satwa liar..

Yg repot dipelihara, dibunuh untuk dijual dan dikonsumsi...contoh di cina , hewan dipelihara hanya ketika ada konsumen meminta menu binatang itu , mereka langsung membunuh untuk mendapatkan daging segarnya...bahkan selama hidup pula binatang itu diperlakukan dengan perikeiblisan... ;D
Atau contoh yg paling sering makan seafood segar yg langsung dari akuarium, melanggar sila ngak tuh yg bunuh dan makan  ;D atau pura2 ngak liat dan ngak dengar jadi ya dimakan saja, uenak tenan ^-^

Sepertinya kata satta lebih cocok sebagai makhluk hidup, dibandingkan arti sebagai manusia...karena kalau hanya diartikan manusia, maka bisa diplesetkan...makanya harus dihubungkan denga sila panatipata....yg mana mengandung arti menghindari dari niat menghilangkan nyawa sampai menghilangkan nyawa..

silakan didiskusikan  _/\_


Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 02 February 2010, 09:12:41 PM
‘Pañcimā, bhikkhave, vaṇijjā upāsakena akaraṇīyā. Katamā pañca? Satthavaṇijjā, sattavaṇijjā, maṃsavaṇijjā, majjavaṇijjā, visavaṇijjā – imā kho, bhikkhave, pañca vaṇijjā upāsakena akaraṇīyā’ti." -> Vaṇijjā Sutta

"sattavaṇijjā" ti manussavikkayo. -> di sini disinggung cuma manusia (Atthakathā)

Sattame satthavaṇijjāti āvudhabhaṇḍaṃ katvā vā kāretvā vā kataṃ vā paṭilabhitvā tassa vikkayo. Āvudhabhaṇḍaṃ kāretvā tassa vikkayoti idaṃ pana nidassanamattaṃ. Sūkaramigādayo posetvā tesaṃ vikkayoti sūkaramigādayo posetvā tesaṃ maṃsaṃ sampādetvā vikkayo. Ettha ca satthavaṇijjā paroparādhanimittatāya akaraṇīyā vuttā, sattavaṇijjā abhujissabhāvakaraṇato, maṃsavisavaṇijjā vadhahetuto, majjavaṇijjā pamādaṭṭhānato. Aṭṭhamaṃ uttānameva. -> (Ṭīkā)

mohon terjemahannya yang bold dong ^:)^
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: bond on 02 February 2010, 09:17:19 PM
Sempet baca juga ngak boleh bisnis daging...benar ngak ya?
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 02 February 2010, 09:24:03 PM
 [at] bond : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1385.0
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: bond on 03 February 2010, 08:37:19 AM
^
^
Thanks Linknya...
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: markosprawira on 03 February 2010, 10:42:13 AM
Mgkn perlu diperjelas moralitas yang secara apa dulu bro?

kalau secara harafiah/tertulis seperti di pancasila, atthasila, jelas itu tidak dijelaskan secara mendetail, sama seperti penyiksaan yg tidak dijelaskan secara mendetail juga

tapi moralitas yg sesungguhnya adalah latihan batin utk mengikis akusala dan memperbanyak kusala... kalau ini udah jelas diatas

nah tolong dasar pertanyaannya yg harus diperjelas lagi......

kembali pada mereka yg menyatakan it's ok berdagang hewan, jika saya melihat ada yg membeli hewan, saya biasanya berpikir "semoga mahluk itu mendapatkan kondisi yg lebih baik dari sebelumnya"

karena saat timbul "penilaian" misal "wah itu perbuatan akusala", biasanya kita cenderung utk nyemplung ke dosa dan lobha lagi he3

Moralitas sesuai Pancasila Buddhis. :)

Saya coba sharing dan bertukar pandangan dengan Anda deh. Sudah lama saya tidak berdiskusi dengan Anda. hehe...

Perdagangan senjata adalah tidak baik, karena menjual alat yang akan digunakan untuk menganiaya dan membunuh makhluk hidup. Perdagangan racun adalah tidak baik, karena menjual zat yang akan digunakan untuk mencelakai atau membunuh makhluk hidup. Perdagangan narkoba dan minuman beralkohol adalah tidak baik, karena menjual zat yang bila dikonsumsi akan menyebabkan lemahnya kesadaran seseorang. Menjual bagian tubuh hewan adalah tidak baik, karena harus didapatkan dengan cara menganiaya dan membunuh hewan untuk diambil bagian tubuhnya. Perdagangan hewan (ternak) adalah tidak baik, karena menjual hewan yang akan dianiaya dan dibunuh oleh pembelinya.

Nah, untuk kasus perdagangan hewan peliharaan... menjual hewan yang akan dipelihara dan dirawat oleh pembelinya. Apakah perdagangan ini termasuk perdagangan baik atau tidak baik?

Kalau standar moralitas Anda adalah latihan batin untuk mengikis akusala, maka jangankan perdagangan hewan peliharaan. Bekerja di perusahaan untuk mendapatkan gaji juga merupakan perbuatan akusala.

Saya jelaskan lagi pertanyaan saya. Apakah menurut Anda, dalam kegiatan perdagangan hewan peliharaan, jika penjual dan pembeli memperlakukan objek (hewan peliharaan) dengan baik; apakah ada perbuatan yang melanggar batas moralitas sesuai Pancasila Buddhis?

Atau saya kasih sudut pandang lain dari arah pembeli. Apakah orang yang membeli hewan untuk dipelihara dengan kasih-sayang merupakan perbuatan yang tidak baik, atau melanggar moralitas sesuai Pancasila Buddhis?



opa bikin malu nih  :-[

gini loh bro, setelaten apapun org yg memelihara, tujuan awalnya itu lobha bro...... ingin memiliki utk dirinya sendiri
dan saat dia memelihara sesuatu, sesungguhnya itu sudah membuat potensi suatu saat mahluk itu akan mati

kalau bro pernah memelihara hewan, pasti akan paham apa yg saya maksud diatas.....

contoh saya pribadi : dulu saya hobi pelihara ikan
wkt di kos di surabaya, saya pelihara ikan koki 6 ekor, dari mulai hanya sepanjang 2 cm, sampai jadi sepanjang 13 cm....
setiap minggu saya rajin membersihkan akuarium, menambahkan filter agar aerasi (aliran udara) lancar dan akuarium tidak kotor (ikan koki sensitif terhadap air kotor) bahkan 2x dalam seminggu, busa filternya selalu saya bersihkan
saya juga rajin memberi makan (buktinya ikan itu jadi besar  ;D )

suatu saat, saya jalan2 dengan teman (hanya 1 hari) dengan berpikir "it's ok pergi 1 hari, toh ikan koki tahan ga makan seharian (benernya bs tahan ga makan sampe 7 hari)"
and yg terjadi wkt sy pulang esok hari? ikan kokinya mati semua........ ternyata sewkt sy pergi, listrik mati jadi filter ga berfungsi, air jadi kotor, kdar oksigen berkurang dan akibatnya ikan2 mati

kasus ky gini udh bnyk saya alami, misal ikan cupang, ikan2 hias di akuarium besar (sy ada akuarium yg kaca cembung jd kalo liat akuarium ky nonton TV 29"  ;D )....

dulu juga pernah pelihara kelinci, dari 3 ekor, sampe jadi sekitar 50an ekor....

pernah juga pelihara kucing.....

jadi udh paham banget apa rasanya jadi "pembeli hewan peliharaan"

banyak kemelekatan yg timbul (harus beli makanan, kasih makan sesuai skejul, rasa sayang thd hewan itu) plus banyak dosa yg timbul (saat akuarium kotor, hewan peliharaan mati)

singkat kata : kalo sesuai pancasila buddhis secara harafiah, yg tertera tidak ada pelanggaran
tapi secara moralitas, perbuatan itu mengkondisikan terjadinya banyak akusala2

kalo ada temen2 yg bilang bhw perdagangan hewan tidak termasuk yg dilarang, it's ok..... itu hanya masalah persepsi setiap org yg berbeda2, relatif tergantung panna setiap individu, tidak bisa dipaksakan
sama seperti kita tidak bisa memaksa org utk belajar dhamma

tapi kalau bisa diarahkan, why not?  :D ....... jadi kita bisa belajar utk mengajarkan hal yg bermanfaat, sekaligus mengingatkan diri sendiri, plus bisa latihan batin juga gimana saat masukan kita "ditolak", bagaimana maintain batin saat kita merasa apa yg kita blg, sesuatu yg "baik" tapi ditolak "mentah2"  ^-^

menarik loh.........

Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Rina Hong on 12 February 2010, 09:06:45 AM
waktu kecik di buku agama ngajarin memberi makan hewan adalah salah satu praktek metta.

trus di buku IPA membedakan hewan menjadi 2 jenis, hewan liar & Hewan peliharaan.
kalo hewan peliharaan yang bisa hidup berdampingan dengan manusia, di pelihara dan dijual (dengan persepsi menjual untuk di pelihara dan disayang, bukan lobha (mengeruk keuntungan yang besar) saya rasa fine2 aja, selama kita tau cara memperlakukan hewan tersebut... namanya juga bisnis !!! kerja sama org aja belum tentu tidak melanggar sila, jadi kalo menjual hewan peliharaan (dalam konsep peliharaan yang tidak melanggar sila) saya rasa ok2 aja...

sedikit tambahan : menjual hewan peliharaan setiap hari memberi makan dia, itu juga praktek metta loh... emanknya kamma diukur dengan pandangan org lain terhadap kita? setau Rina kamma itu berdasarkan niat (cetana) kalo emank niat kita baik terhadap hewan itu, kesimpulannya kamma baik donkk....

kalo ada yg salah mohon di bimbing (maklum masih junior ;D)
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 12 February 2010, 09:41:40 AM
opa bikin malu nih  :-[

gini loh bro, setelaten apapun org yg memelihara, tujuan awalnya itu lobha bro...... ingin memiliki utk dirinya sendiri
dan saat dia memelihara sesuatu, sesungguhnya itu sudah membuat potensi suatu saat mahluk itu akan mati

kalau bro pernah memelihara hewan, pasti akan paham apa yg saya maksud diatas.....

contoh saya pribadi : dulu saya hobi pelihara ikan
wkt di kos di surabaya, saya pelihara ikan koki 6 ekor, dari mulai hanya sepanjang 2 cm, sampai jadi sepanjang 13 cm....
setiap minggu saya rajin membersihkan akuarium, menambahkan filter agar aerasi (aliran udara) lancar dan akuarium tidak kotor (ikan koki sensitif terhadap air kotor) bahkan 2x dalam seminggu, busa filternya selalu saya bersihkan
saya juga rajin memberi makan (buktinya ikan itu jadi besar  ;D )

suatu saat, saya jalan2 dengan teman (hanya 1 hari) dengan berpikir "it's ok pergi 1 hari, toh ikan koki tahan ga makan seharian (benernya bs tahan ga makan sampe 7 hari)"
and yg terjadi wkt sy pulang esok hari? ikan kokinya mati semua........ ternyata sewkt sy pergi, listrik mati jadi filter ga berfungsi, air jadi kotor, kdar oksigen berkurang dan akibatnya ikan2 mati

kasus ky gini udh bnyk saya alami, misal ikan cupang, ikan2 hias di akuarium besar (sy ada akuarium yg kaca cembung jd kalo liat akuarium ky nonton TV 29"  ;D )....

dulu juga pernah pelihara kelinci, dari 3 ekor, sampe jadi sekitar 50an ekor....

pernah juga pelihara kucing.....

jadi udh paham banget apa rasanya jadi "pembeli hewan peliharaan"

banyak kemelekatan yg timbul (harus beli makanan, kasih makan sesuai skejul, rasa sayang thd hewan itu) plus banyak dosa yg timbul (saat akuarium kotor, hewan peliharaan mati)

singkat kata : kalo sesuai pancasila buddhis secara harafiah, yg tertera tidak ada pelanggaran
tapi secara moralitas, perbuatan itu mengkondisikan terjadinya banyak akusala2

kalo ada temen2 yg bilang bhw perdagangan hewan tidak termasuk yg dilarang, it's ok..... itu hanya masalah persepsi setiap org yg berbeda2, relatif tergantung panna setiap individu, tidak bisa dipaksakan
sama seperti kita tidak bisa memaksa org utk belajar dhamma

tapi kalau bisa diarahkan, why not?  :D ....... jadi kita bisa belajar utk mengajarkan hal yg bermanfaat, sekaligus mengingatkan diri sendiri, plus bisa latihan batin juga gimana saat masukan kita "ditolak", bagaimana maintain batin saat kita merasa apa yg kita blg, sesuatu yg "baik" tapi ditolak "mentah2"  ^-^

menarik loh.........

Sorry, Bro. Baru lihat sekarang kalau ada reply... ;D

Betul. Jangankan keinginan untuk memelihara hewan peliharaan. Keinginan untuk punya anak dan membesarkan anak juga termasuk lobha.

Wah, menarik juga sampai pelihara kelinci. Saya juga pernah pelihara kucing, setelah besar mereka semua malah meninggalkan keduniawian (baca: rumah saya). :)) Mengenai ikan maskoki, memang ikan itu sangat sensitif. Sebenarnya ikan maskoki bisa hidup di air kotor, asal air itu tidak beracun dan tidak mengandung kaporit dan atau amoniak dalam jumlah tinggi. Selain itu, faktor pH dan suhu air juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup ikan maskoki. Selain itu masih banyak lagi faktor yang diperlukan ikan maskoki untuk hidup nyaman dan sehat.

Kebanyakan orang yang memelihara hewan dimotivasi oleh keinginan untuk memiliki saja. Namun jarang sekali dari mereka yang membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memelihara hewan peliharaannya. Inilah yang sering kali menyebabkan hewan peliharaan menjadi cepat mati, tidak sehat, ataupun hidup tertekan di bawah majikannya. Dalam hal ini, saya pikir itu semua adalah kesalahan pembeli, pemelihara, maupun majikan.

Saya juga paham dengan apa yang dirasakan seseorang ketika memelihara hewan peliharaannya. Dan saya pikir, kemelekatan terhadap anak jauh melebihi kemelekatan terhadap hewan peliharaan. Itu dengan catatan seseorang sangat mencintai dan menghargai anaknya sebagai "darah-dagingnya" sendiri.

Mengenai lobha, saya sependapat dengan Anda seperti yang pernah Anda nyatakan di postingan-postingan lain; bahwa kita cenderung melakukan perbuatan yang dilandasi entah oleh lobha, atau dosa. Karena itu, dalam konteks ini saya hanya bicara dalam koridor keseharian saja. Saya sependapat dengan Anda bahwa memelihara hewan adalah lobha, dan kita sebaiknya berusaha mengikis lobha. Memelihara hewan adalah kebutuhan sekunder, jadi bukan kebutuhan pokok. Tapi bukan berarti Buddhisme tidak memberikan "solusi" untuk memelihara hewan dengan benar. :)

Lagipula dalam thread ini, saya hanya ingin bertukar pendapat dengan Anda dan teman lainnya: "Apakah definisi satta vanijja itu, dan bagaimana hubungan implikasinya dengan perdagangan hewan peliharaan; termasuk atau tidak termasuk?"

Saya sudah berdiskusi dengan S. Peacemind lewat jalur pribadi (personal message). Diskusi kami belum selesai, namun beliau secara tertulis menunjukkan bahwa satta vanijja memang perdagangan manusia. Sedangkan mamsa vanijja adalah perdagangan hewan yang akan dikonsumsi atau dibunuh. Pada intinya, satta vanijja dan mamsa vanijja dianjurkan Sang Buddha untuk dihindari; sebab dalam proses pengelolaan objek dagangan, proses transaksi, dan proses memakai (mengonsumsi) objek itu cenderung (bahkan pasti) menyebabkan kedua pihak melakukan pelanggaran moralitas (pancasila). Hanya pancasila Buddhis saja.

Karena itu, S. Peacemind hanya memberi kesimpulan bila peternakan, pembiakkan dan perdagangan maupun pemeliharaan hewan peliharaan dilakukan dengan benar, usahakanlah agar tidak mengondisikan penganiayaan maupun mengakibatkan kerugian pada mereka. Dengan demikian tidak ada moralitas (sesuai pancasila Buddhis) yang dilanggar.

Hanya sesederhana itu saja.
Kalau S. Peacemind melihat tulisan ini, sekiranya berkenan, mohon ditambahkan atau diberi uraian yang lebih jelas. _/\_
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: hatRed on 12 February 2010, 10:01:43 AM
saat berdagang hewan,

motivasinya adalah mencari untung ->>> ujung ujugnya lobha..

lain halnya dengan penangkaran hewan.. :P  , g pernah liat yah di website apa gitu, jadi kelinci2 yg gak bertuan atau yg tunawisma karena dibuang atau pemilik sebelumnya sudah gak sanggup itu ditampung disitu..

terus kalo kita mo adopsi hewan tersebut, harus melalui proses yg ketat. seperti apakah kita sanggup memelihara hewan itu. kalo gak salah di singapura.

nah itulah menurut g, yg baru benar2 berdasar metta... :)  walau emang keknya nyari untung juga sih :P (soalnya ada bayar2 juga kalo gak salah)
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 12 February 2010, 10:14:12 AM
saat berdagang hewan,

motivasinya adalah mencari untung ->>> ujung ujugnya lobha..

lain halnya dengan penangkaran hewan.. :P  , g pernah liat yah di website apa gitu, jadi kelinci2 yg gak bertuan atau yg tunawisma karena dibuang atau pemilik sebelumnya sudah gak sanggup itu ditampung disitu..

terus kalo kita mo adopsi hewan tersebut, harus melalui proses yg ketat. seperti apakah kita sanggup memelihara hewan itu. kalo gak salah di singapura.

nah itulah menurut g, yg baru benar2 berdasar metta... :)  walau emang keknya nyari untung juga sih :P (soalnya ada bayar2 juga kalo gak salah)

Saat berdagang buku, motivasinya adalah mencari untung => ujung-ujungnya adalah lobha.

Mungkin lebih baik Gramedia mengubah visi-misi mereka menjadi fasilisator yang menyediakan semua buku untuk dibaca dan dimiliki secara gratis. Mungkin begitu, Bro?

Metta adalah praktik cinta-kasih untuk saat ini. Metta tidak berhubungan dengan jual atau penangkaran. Menjual dan menangkar adalah aplikasi dari praktik cinta-kasih. Praktik cinta-kasih yang ditanam sedari awal adalah pikiran yang penuh cinta-kasih. Pikiran yang penuh cinta-kasih dituangkan dalam cara memperlakukan hewan dengan kasih-sayang. Menangkar tidak selalu pasti membahagiakan hewan. Menjual juga tidak selalu pasti merugikan hewan.

Pernahkah Anda mencoba melihat hal ini dari sudut pandang lain? Menjual hewan peliharaan pun sebenarnya memberikan kesempatan kepada orang lain untuk merawat dan memelihara hewan peliharaan itu. :)
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: hatRed on 12 February 2010, 10:31:38 AM
saat berdagang hewan,

motivasinya adalah mencari untung ->>> ujung ujugnya lobha..

lain halnya dengan penangkaran hewan.. :P  , g pernah liat yah di website apa gitu, jadi kelinci2 yg gak bertuan atau yg tunawisma karena dibuang atau pemilik sebelumnya sudah gak sanggup itu ditampung disitu..

terus kalo kita mo adopsi hewan tersebut, harus melalui proses yg ketat. seperti apakah kita sanggup memelihara hewan itu. kalo gak salah di singapura.

nah itulah menurut g, yg baru benar2 berdasar metta... :)  walau emang keknya nyari untung juga sih :P (soalnya ada bayar2 juga kalo gak salah)

Saat berdagang buku, motivasinya adalah mencari untung => ujung-ujungnya adalah lobha.

Mungkin lebih baik Gramedia mengubah visi-misi mereka menjadi fasilisator yang menyediakan semua buku untuk dibaca dan dimiliki secara gratis. Mungkin begitu, Bro?

Metta adalah praktik cinta-kasih untuk saat ini. Metta tidak berhubungan dengan jual atau penangkaran. Menjual dan menangkar adalah aplikasi dari praktik cinta-kasih. Praktik cinta-kasih yang ditanam sedari awal adalah pikiran yang penuh cinta-kasih. Pikiran yang penuh cinta-kasih dituangkan dalam cara memperlakukan hewan dengan kasih-sayang. Menangkar tidak selalu pasti membahagiakan hewan. Menjual juga tidak selalu pasti merugikan hewan.

Pernahkah Anda mencoba melihat hal ini dari sudut pandang lain? Menjual hewan peliharaan pun sebenarnya memberikan kesempatan kepada orang lain untuk merawat dan memelihara hewan peliharaan itu. :)


kalau memang dilihat dari konteks board adalah penjualan makhluk,

maka dari itu akan diperluat menjadi setiap makhluk dari segenap alam, misalnya aja kalau ada jin gitu berarti menjual jin juga termasuk...

nah dalam pembahasannya dipersempit lagi, yg pertama adalah penjualan manusia..
dan kriterianya seperti apa yg disebut "menjual" manusia itu yg tidak dianjurkan....

sekarang pembahasannya adalah menjual hewan, dan dibahas kriteria nya seperti apa,

hewan ternak sudah dijelaskan tadi yaitu tidak dianjurkan karena akan mengakibatkan hewan yg kita jual nanti tentunya akan dibunuh oleh pelanggan....

(kalo mo saya sambung dengan thread yg baru2 ini , mengenai " pandangan sang buddha terhadap aktor " ;D )

maka agak nyambung juga, yaitu kita mengkondisikan seseorang untuk berbuat akusala...

lalu ada lagi penjualan lainnya, yaitu menjual hewan peliharaan....

hewan peliharaan bisa didapat dengan banyak cara.. yaitu dengan cara mencari sendiri di alam liar

membeli dari toko hewan

mengambil alih hewan peliharaan teman/sodara

mengadopsi hewan

beternak sendiri.


(kalo misal ada lagi mohon ditambah sehingga bisa di diskusikan secara detil)

saya ambil satu contoh, yaitu mengambil dari alam liar, hal ini juga banyak jenisnya.. misalkan dalam suatu kondisi kita melihat seekor anak gajah, yg sendiri dihutan dimana kita melihat orang tua gajah itu mati disampingnya... maka kita terdorong untuk membantu anak gajah itu, karena kita tidak tahu apakah anak gajah itu mampu hidup sendiri atau tidak....

lalu kita mengambilnya dan memeliharanya (dianggap kita sanggup melihara tuh anak gajah :P )

ini adalah perbuatan yg didasarkan metta.

lalu saya kasih contoh lain lagi... kita melihat anak gorilla yg lucu, kita tahu bahwa untuk mengambil anak gorilla sungguh sulit karena orang tua gorilla sangat melindungi anaknya, maka kita menggunakan segala cara untuk memisahkan mereka, dan kemungkinan terburuk adalah membunuh ibu gorilla...

sehingga kita dapat memelihara anak gorilla yg lucu, dalam pikiran kita kita sebenarnya ingin merawat dan memelihara hewan itu, hal itu adalah baik. tetapi tetap saja suatu perbuatan akusala tetap akusala walau niatnya adalah untuk kebaikan.

Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 12 February 2010, 11:35:47 AM
kalau memang dilihat dari konteks board adalah penjualan makhluk,

maka dari itu akan diperluat menjadi setiap makhluk dari segenap alam, misalnya aja kalau ada jin gitu berarti menjual jin juga termasuk...

nah dalam pembahasannya dipersempit lagi, yg pertama adalah penjualan manusia..
dan kriterianya seperti apa yg disebut "menjual" manusia itu yg tidak dianjurkan....

sekarang pembahasannya adalah menjual hewan, dan dibahas kriteria nya seperti apa,

hewan ternak sudah dijelaskan tadi yaitu tidak dianjurkan karena akan mengakibatkan hewan yg kita jual nanti tentunya akan dibunuh oleh pelanggan....

(kalo mo saya sambung dengan thread yg baru2 ini , mengenai " pandangan sang buddha terhadap aktor " ;D )

maka agak nyambung juga, yaitu kita mengkondisikan seseorang untuk berbuat akusala...

lalu ada lagi penjualan lainnya, yaitu menjual hewan peliharaan....

hewan peliharaan bisa didapat dengan banyak cara.. yaitu dengan cara mencari sendiri di alam liar

membeli dari toko hewan

mengambil alih hewan peliharaan teman/sodara

mengadopsi hewan

beternak sendiri.


(kalo misal ada lagi mohon ditambah sehingga bisa di diskusikan secara detil)

saya ambil satu contoh, yaitu mengambil dari alam liar, hal ini juga banyak jenisnya.. misalkan dalam suatu kondisi kita melihat seekor anak gajah, yg sendiri dihutan dimana kita melihat orang tua gajah itu mati disampingnya... maka kita terdorong untuk membantu anak gajah itu, karena kita tidak tahu apakah anak gajah itu mampu hidup sendiri atau tidak....

lalu kita mengambilnya dan memeliharanya (dianggap kita sanggup melihara tuh anak gajah :P )

ini adalah perbuatan yg didasarkan metta.

lalu saya kasih contoh lain lagi... kita melihat anak gorilla yg lucu, kita tahu bahwa untuk mengambil anak gorilla sungguh sulit karena orang tua gorilla sangat melindungi anaknya, maka kita menggunakan segala cara untuk memisahkan mereka, dan kemungkinan terburuk adalah membunuh ibu gorilla...

sehingga kita dapat memelihara anak gorilla yg lucu, dalam pikiran kita kita sebenarnya ingin merawat dan memelihara hewan itu, hal itu adalah baik. tetapi tetap saja suatu perbuatan akusala tetap akusala walau niatnya adalah untuk kebaikan.

Betul. Kalau satta vanijja diartikan sebagai perdagangan makhluk hidup, maka semua jenis makhluk hidup (termasuk makhluk peta, asura, deva dan brahma) juga masuk hitungan. Namun dalam Sub-kitab Komentar Anguttara Nikaya (Tika), dinyatakan secara tersirat bahwa satta vanijja ini merujuk pada perdagangan manusia. Hal ini juga yang dijadikan referensi oleh Bhikkhu Thanissaro dalam menerjemahkan Vanijja Sutta.

Perdagangan manusia (satta vanijja) ini mungkin merujuk pada perdagangan budak, perdagangan wanita tuna susila, perdagangan anak (bayi), dan sebagainya.

Di India pada masa kehidupan Sang Buddha, perdagangan hewan ternak untuk dipotong sudah menjamur. Salah satunya yang mungkin kita kenal adalah Cunda si penjagal babi. Perdagangan ini termasuk dalam kategori perdagangan daging (mamsa vanijja). Apa alasan Sang Buddha yang menganjurkan agar kita menghindari jenis perdagangan ini? Karena baik pihak penjual maupun pembeli pasti akan melakukan pelanggaran Pancasila.

Di zaman itu, ada pula orang yang bermata-pencaharian sebagai peternak sapi perah dan domba berbulu lebat. Di salah satu Sutta, Sang Buddha memuji kebaikan yang bisa didapatkan dari sapi perah; yaitu susu sapi yang bermanfaat dan sehat untuk dikonsumsi manusia. Selain itu Sang Buddha dan para bhikkhu juga menerima pemberian bulu domba dari umat awam. Dalam mata-pencaharian sebagai peternak sapi perah dan domba berbulu lebat, sebenarnya bisa dilakukan suatu mekanisme simbiosis mutualisme. Asalkan peternak memang menjalankan mata pencaharian ini dengan menjunjung tinggi moralitas (Pancasila Buddhis). Simbiosis mutualisme yang terjadi adalah: "Peternak memelihara sapi dan domba dengan kasih sayang. Sapi kemudian tumbuh sehat dan menghasilkan susu, domba pun tumbuh sehat menghasilkan bulu yang lebat. Bila susu tidak dikeluarkan, sapi akan kesakitan. Bila bulu tidak dicukur, domba akan terganggu dengan bulunya yang bisa menjadi sarang kotoran dan berat. Peternak kemudian mengambil susu dan bulu itu dengan baik, supaya sapi dan domba pun tetap sehat."

Bila mekanisme ini dijalankan dengan baik, sebenarnya mata-pencaharian ini pun tidak melanggar moralitas. Dan secara implisit, Sang Buddha tidak menentang mata-pencaharian seperti ini. Inilah prinsip perdagangan (mata-pencaharian) hewan yang benar; di mana peternak berfungsi sebagai perawat hewan, dan hewan "berterima-kasih" dengan memberikan manfaat kepada peternak. Karena itu, Sang Buddha hanya tidak menyetujui perdagangan hewan yang mengakibatkan penderitaan bagi hewan itu.

Jika kita mengambil hewan dari alam liar untuk dipelihara, itu sudah merupakan "penculikan". Kecuali hewan itu sendiri yang mau ikut bersama kita. Dan perlu dipertimbangkan juga, apakah bila kita merawat hewan ini; akankah kehidupan hewan ini menjadi lebih baik? Bila kita hanya menyebabkan dia tidak hidup nyaman, maka sebaiknya jangan dipelihara. Prinsip dasarnya adalah: "kita merawat dan memelihara hewan dengan tujuan untuk membuat hidup mereka lebih baik". Jika tidak memenuhi prinsip itu, maka alangkah baiknya kita tidak memelihara hewan tersebut.

Kalau gajah dari hutan dibawa ke tempat tinggal kita untuk dipelihara, biasanya diperlukan cara kekerasan. Mungkin dengan cara menyeretnya, membuatnya pingsan, atau sebagainya. Setelah sampai di tempat tinggal kita, jika mau memeliharanya; mungkin kita hanya bisa menyediakan tempat seadanya. Gajah hidup tertekan dan tidak nyaman sejak awal. Menurut saya ini sudah tidak baik.

Demikian juga menculik anak gorilla, bahkan apalagi sampai membunuh induknya. Ini jelas bukan perbuatan baik. Karena itu kita tidak boleh memukul rata semua kasus. Dalam kasus ikan hias, misalnya ikan maskoki, saya pikir tidak sampai demikian. Dan saran saya, kalau ingin memelihara ikan maskoki sebaiknya harus mengetahui cara perawatan serta menyediakan tempat tinggal yang layak untuknya. Di Negara Italia, ada peraturan yang melarang seseorang untuk memelihara ikan maskoki di dalam sebuah toples atau aquarium kecil. Sebab Negara Italia menjunjung tinggi kebebasan ikan maskoki untuk hidup dengan nyaman. Poin seperti inilah yang perlu dipertimbangkan oleh semua orang sebelum memelihara hewan.

Sebenarnya akusala kamma adalah perbuatan yang tak bermanfaat untuk kemajuan batin (spiritual). Dalam konteks penghidupan suci, sebenarnya semua perilaku duniawi itu termasuk akusala. Banyak umat Buddha yang menjustifikasi segala sesuatu dengan patokan akusala atau kamma buruk. Sehingga umat awam (Buddhis) pun cenderung dilihat "mandul". Ingin jadi pemilik perusahaan, dikatakan itu lobha. Ingin membuka cabang toko di daerah lain, dikatakan sebaiknya jangan serakah. Ingin berlatih vocal dan menjadi penyanyi, dikatakan itu pekerjaan yang tidak bermanfaat bagi batin. Ingin bertanya apakah benar Siddhattha Gotama langsung bisa berjalan ketika lahir, dikatakan lebih baik meditasi. Kalau semua kegiatan umat awam langsung dicap akusala atau kamma buruk, wajar saja hampir semua umat Buddha menjadi lebih pasif dan seperti berjalan di tempat. Padahal bila Ajaran Sang Buddha diterapkan dengan jalan tengah oleh umat awam (perumah tangga), maka seseorang bisa menjadi orang yang sukses; setidaknya dalam moralitas.

Ini hanya menurut pendapat saya. :)
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Indra on 12 February 2010, 11:45:56 AM
Bhikkhu Bodhi menerjemahkankan sebagai "Living beings"
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 12 February 2010, 01:14:18 PM
Bhikkhu Bodhi menerjemahkankan sebagai "Living beings"

Berbeda dengan Bhikkhu Thanissaro.
Jadi?
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 12 February 2010, 02:50:38 PM
Karena DC patokannya dari hasil karya sendiri, maka para momod wajib menggunakan terjemahan sendiri. Kalau gak didenda
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 12 February 2010, 03:14:57 PM
Karena DC patokannya dari hasil karya sendiri, maka para momod wajib menggunakan terjemahan sendiri. Kalau gak didenda

;D
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: marcedes on 12 February 2010, 05:32:20 PM
intinya : tergantung mental...
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: nyanadhana on 12 February 2010, 07:54:26 PM
Bisnis Manusia -> Bisnis HIV juga merupakan hal ini,mau tau google aja kenapa HIV itu merupakan akal2an agar orang mengira diri mereka kena dan terus membayar racun kepada rumah sakit.
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Rina Hong on 15 February 2010, 10:09:38 AM
Bisnis Outsourcing pegawai juga bisnis manusia...
Bisnis yayasan TKI... sudah jelas kan... banyak TKI yang teraniaya dengan adanya bisnis ini.

jadi bagaimana dikatakan dalam konteks bisnis manusia yg seharusnya dihindari...

mohon pencerahannya...
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Nevada on 15 February 2010, 10:19:55 AM
Bisnis Outsourcing pegawai juga bisnis manusia...
Bisnis yayasan TKI... sudah jelas kan... banyak TKI yang teraniaya dengan adanya bisnis ini.

jadi bagaimana dikatakan dalam konteks bisnis manusia yg seharusnya dihindari...

mohon pencerahannya...

Perdagangan manusia termasuk sebagai perdagangan yang sebaiknya dihindari, itu pun batasannya adalah menjual manusia yang merugikan manusia itu sendiri. Intinya adalah merugikan manusia yang diperdagangkan tersebut. Kalau perdagangan itu dilakukan oleh penjual atas dasar untuk mengeruk keuntungan dan malah merugikan objek dagangannya (manusia), maka itu perdagangan manusia yang tidak baik.

Kalau dianalisa lebih jelas, transfer pemain sepakbola, perekrutan manager (coach), menjual brand image seorang figur selebritis, maupun pemboyongan artis dari suatu PH (Production House) atau Label; juga termasuk perdagangan manusia. :)
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: hatRed on 15 February 2010, 12:39:18 PM
Bisnis Outsourcing pegawai juga bisnis manusia...
Bisnis yayasan TKI... sudah jelas kan... banyak TKI yang teraniaya dengan adanya bisnis ini.

jadi bagaimana dikatakan dalam konteks bisnis manusia yg seharusnya dihindari...

mohon pencerahannya...

bisnis outsourcing dan TKI adalah bisnis jasa.. bukan memperdagangkan manusia..

tapi lebih menyalurkan jasa.. jadi beda...

mengenai TKI atau Manajer Rumah tangga yg teraniyaya.. adalah merupakan bentuk proses bisnis yg kurang baik.. jadi bukan bisnisnya.
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Rina Hong on 28 February 2010, 12:57:44 PM
Tapi bukankah seharusnya manusia makin maju,bukan malah masa bodoh dengan nasib tki,harusnya dibuat kontrak jelas atas tindakan penganiayaan tki donkk..ini jelas2 penyaluran jasa yg merugikan org tsb. Kenapa tidak termasuk perdagangan? Penjualan wanita penghibur juga jasa kan? ;D sory kalo oot...
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Riky_dave on 28 February 2010, 01:05:50 PM
Intinya kalau merugikan diri sendiri,orang lain...atau menguntungkan diri sendiri tetapi merugikan orang lain,atau menguntungkan orang lain tetapi merugikan diri sendiri..maka itu patut dipertanyakan dan direnungkan,apakah itu perbuatan yang bajik atau tidak..

Anumodana _/\_
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 28 February 2010, 08:19:50 PM
Tapi bukankah seharusnya manusia makin maju,bukan malah masa bodoh dengan nasib tki,harusnya dibuat kontrak jelas atas tindakan penganiayaan tki donkk..ini jelas2 penyaluran jasa yg merugikan org tsb. Kenapa tidak termasuk perdagangan? Penjualan wanita penghibur juga jasa kan? ;D sory kalo oot...
gak semua tki rugi loh.
Title: Re: Bisnis manusia
Post by: kullatiro on 01 March 2010, 07:53:14 PM
Tapi bukankah seharusnya manusia makin maju,bukan malah masa bodoh dengan nasib tki,harusnya dibuat kontrak jelas atas tindakan penganiayaan tki donkk..ini jelas2 penyaluran jasa yg merugikan org tsb. Kenapa tidak termasuk perdagangan? Penjualan wanita penghibur juga jasa kan? ;D sory kalo oot...

justru karena kontrak dan kondisi nya seperti itu banyak majikan di sana menyalahgunakan jasa yang di berikan tki tersebut.

contoh karena di desa kalo panas buka baju gak apa apa di kampung, tetapi  di sana di negri orang majikan liat terangsang dan di perkosa gitu. ada beda budaya dan adat istiadat.