//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah saya seorang FANATIK ?  (Read 18938 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #30 on: 19 October 2012, 01:35:10 PM »
memilih salah satu kepercayaan yang menurut kita benar tidak ada hubungannya dengan fanatik...
kalau memilih salah satu aliran dikatakan fanatik, maka memilih salah satu agama juga bisa dikatakan fanatik, kenapa tidak anut semua agama saja?

IMHO, clue-nya kalau ada unsur SUKA/TIDAK SUKA berarti ada unsur DISKRIMINATIF berarti ada unsur FANATIK
soalnya benar/salah menurut kita (puthujana) biasanya mengandung suka/tidak suka (subjektif)
bukankah pesan Buddha: "Dhamma hanya sebuah rakit", jangan timbul kemelekatan pada Dhamma

kalau anut semua agama, saya kira akan timbul fanatik baru memilah-milah doktrin dari berbagai agama tsb
kalau mau anut semua doktrinnya, saya rasa tidak mungkin karena banyak hal yg saling bertentangan
idealnya anut satu agama/aliran tapi sebisa mungkin tidak/kurangi diskriminatif thd agama/aliran lain

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #31 on: 19 October 2012, 01:37:34 PM »
IMHO, clue-nya kalau ada unsur SUKA/TIDAK SUKA berarti ada unsur DISKRIMINATIF berarti ada unsur FANATIK
soalnya benar/salah menurut kita (puthujana) biasanya mengandung suka/tidak suka (subjektif)
bukankah pesan Buddha: "Dhamma hanya sebuah rakit", jangan timbul kemelekatan pada Dhamma


Apakah menurut anda rakit itu seharusnya ditinggalkan saja? atau bagaimanakah anda memahami perumpamaan rakit itu?


Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #32 on: 19 October 2012, 01:41:19 PM »
itu tidak selaras dengan pernyataan anda sebelumnya "akibatnya A mau bunuh diri (fanatik vibhava) ngak mau hidup lagi"

kira2 menurut anda apakah penyebab arahat bunuh diri selain daripada "tidak suka hidup lagi"?

IMO, Arhat tsb tahu usianya telah cukup dan beliau memutuskan untuk PARINIBBANA
itu sama sekali tidak ada unsur SUKA MATI atau TIDAK SUKA HIDUP LAGI, tidak ada pengaruh PERASAAN

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #33 on: 19 October 2012, 01:42:27 PM »
IMHO, clue-nya kalau ada unsur SUKA/TIDAK SUKA berarti ada unsur DISKRIMINATIF berarti ada unsur FANATIK
soalnya benar/salah menurut kita (puthujana) biasanya mengandung suka/tidak suka (subjektif)
bukankah pesan Buddha: "Dhamma hanya sebuah rakit", jangan timbul kemelekatan pada Dhamma

kalau anut semua agama, saya kira akan timbul fanatik baru memilah-milah doktrin dari berbagai agama tsb
kalau mau anut semua doktrinnya, saya rasa tidak mungkin karena banyak hal yg saling bertentangan
idealnya anut satu agama/aliran tapi sebisa mungkin tidak/kurangi diskriminatif thd agama/aliran lain
Wah, ini bisa ke mana2. Ada unsur suka/tidak suka berarti diskriminatif dan pada akhirnya fanatik.

Jadi maksudnya tidak fanatik itu berarti terhadap apapun netral-netral aja?
Apakah suka wanita berarti fanatik, dan yang tidak fanatik itu homoseksual, pedofil, sama kambing, juga OK?
Mohon penjelasannya.

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #34 on: 19 October 2012, 01:43:12 PM »
Apakah menurut anda rakit itu seharusnya ditinggalkan saja? atau bagaimanakah anda memahami perumpamaan rakit itu?

IMO, rakitnya digunakan untuk mencapai tujuan, tapi jangan timbul kemelekatan karena itu menjadi penghambat mencapai tujuan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #35 on: 19 October 2012, 01:44:09 PM »
IMO, Arhat tsb tahu usianya telah cukup dan beliau memutuskan untuk PARINIBBANA
itu sama sekali tidak ada unsur SUKA MATI atau TIDAK SUKA HIDUP LAGI, tidak ada pengaruh PERASAAN

mungkin Sis Juli Wi bisa mencopas ke sini sutta tentang Channa tadi, agar bisa kita lihat apakah alasannya memang spt yg dikemukakan oleh Bro Siswahardy

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #36 on: 19 October 2012, 01:45:38 PM »
IMO, rakitnya digunakan untuk mencapai tujuan, tapi jangan timbul kemelekatan karena itu menjadi penghambat mencapai tujuan

artinya lepaskan saja rakitnya walaupun masih berada di tengah2 lautan? gak perlu dilekati, karena jika melekati rakit walaupun berada di tengah2 lautan dapat menghambat pencapaian tujuan, begitukah?

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #37 on: 19 October 2012, 01:50:48 PM »
Jadi maksudnya tidak fanatik itu berarti terhadap apapun netral-netral aja?
TIDAK FANATIK -> TIDAK DISKRIMINATIF SUKA atau TIDAK SUKA

Apakah suka wanita berarti fanatik, dan yang tidak fanatik itu homoseksual, pedofil, sama kambing, juga OK?
Arhat tidak diskriminatif lagi oleh karenanya tidak lagi suka wanita juga bukan berarti membenci (tidak suka)
lalu menurut anda Arhat homoseksual, pedofil, sama kambing, juga OK?

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #38 on: 19 October 2012, 01:53:33 PM »
artinya lepaskan saja rakitnya walaupun masih berada di tengah2 lautan? gak perlu dilekati, karena jika melekati rakit walaupun berada di tengah2 lautan dapat menghambat pencapaian tujuan, begitukah?

gantian ya saya yg nanya dulu, pengertian melekat apa bro?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #39 on: 19 October 2012, 01:53:41 PM »
TIDAK FANATIK -> TIDAK DISKRIMINATIF SUKA atau TIDAK SUKA
Arhat tidak diskriminatif lagi oleh karenanya tidak lagi suka wanita juga bukan berarti membenci (tidak suka)
lalu menurut anda Arhat homoseksual, pedofil, sama kambing, juga OK?
Lho, yang mengatakan ada unsur suka/tidak suka = fanatik 'kan anda sendiri, justru saya jadi meminta penjelasannya.

Cobalah dijelaskan biar tidak membingungkan orang yang baru belajar.
Jadi kalau saya suka kopi, ada unsur suka, berarti fanatik?
Saya bedakan kopi bubuk dan kopi instant, berarti ada pikiran membedakan (diskriminasi), berarti fanatik?


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #40 on: 19 October 2012, 01:56:39 PM »
gantian ya saya yg nanya dulu, pengertian melekat apa bro?

loh saya menggunakan kata yg sama spt yg anda gunakan, bagaimana seseorang melekati rakit? dalam hal rakit menurut saya melekatinya adalah memegangnya erat2 agar tidak tergelincir dari rakit dan jatuh ke lautan, apakah anda punya makna lain dalam hal "melekati rakit"?

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #41 on: 19 October 2012, 02:11:16 PM »
kalau menurut saya tindakan sis sdh kearah fanatik, karena mengkotak2kan suatu aliran tertentu dan menganggap aliran tertentu sdh benar, timbul kembali pertanyaannya, apakah itu sdh benar"benar"??atau pakai perasaan aja? hati anda masih sempit, padahal masih banyak ruang didunia, tapi knapa anda mempersempit wawasan anda sendiri, kl sdh menjadi kefanatikan, akan bahaya, karena Buddha sendiri nggak ingin dijadikan Buddha yg seperti org2 lakukan, dipuja2, dikalungkan bunga, dll, sehingga menjadi sesuatu yang salah kaprah.Buddha hanya ingin kita melihat dan menyadari kehidupan ini timbul dan tenggelam, melatih kesadaran, melatih melihatnya kehidupan, membuka mata anda agar mau peduli, berbagi..dengan sesama, Ajaran-ajaran Buddha yg saat ini kita kenal adalah kita ibaratkan bunga, wangi, harus, indah dipandang, namun jika tidak dipelihara dengan baik dan disirami dengan mental yang baik dan pemahaman yang benar, bunga itu akan menjadi layu, lalu mati, kemudian menjadi sampah, yaitu sesuatu yang tdk sedap, sesuatu yang menjijikan, sesuatu yang bau, dan mungkin orang enggan untuk melihatnya kembali.mulai sekarang buang sikap kefanatikan anda. _/\_
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline Wolvie

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 805
  • Reputasi: 25
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #42 on: 19 October 2012, 02:38:31 PM »
menurut sy: tidak..

mungkin malah sebaliknya iya, mereka yang menuding anda fanatik, bisa jadi lebih fanatik..
klo kita sekedar kurang cocok ga nyaman, lantas ga mau ikutan LAGI, ya ga bisa disebut fanatik, toh orang bebas memilih..

imho: klo bener2 fanatik, mungkin malah ga akan baca Sutra2 Mahayana, apalagi sampai ikut kebaktian..
dari apa yang anda sudah lakukan, anda sudah cukup terbuka akan aliran Buddhist, tapi anda setelah mengikutinya kemudian merasa kurang sreg dan ga mau lanjut lagi, itu sepenuhnya adalah hak anda (peduli amat orang mau bilang apa)..

toh seperti yang anda tulis, anda tetap menghormati kebiasaan2/pandangan mereka, hal yang tidak akan dilakukan oleh orang fanatik. :)
« Last Edit: 19 October 2012, 02:40:53 PM by Wolvie »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #43 on: 19 October 2012, 02:52:39 PM »
- praktik huo kung (saat upacara patidana , makanan yg dipersembahkan dibakar utk dikirim kepada para leluhur)
- dengan membaca sutra/mantra tertentu bisa menghapus kamma buruk
- untuk mencapai kesucian wajib vegetarian
- dengan memohon pada Sang Buddha dan para Bodhisatta akan dikabulkan permintaannya
- dll



wa paling setuju, masa membaca sutra dan mantra bisa menghapus kamma buruk?

Seingat ku Buddha mengajarkan berbuat baik bisa membantu mengurangi kamma buruk (bukan menghapus atau meniadakan, kalau meniadakan tergantung kamma baik macam apa yang di perbuat sampai bisa meniadakan kamma buruk).

Karena aliran beda jadi wa tidak bisa bersuara apa apa dan berkomentar terlalu berlebihan terhadap cici ku punya pendapat (dia mahayana)
« Last Edit: 19 October 2012, 02:55:42 PM by kullatiro »

Offline juli wu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 217
  • Reputasi: 23
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia,pintar,bikja
Re: Apakah saya seorang FANATIK ?
« Reply #44 on: 19 October 2012, 03:12:54 PM »
87 (4) Channa
Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha di Hutan
Bambu, Taman Suaka Tupai.48 Pada saat itu Yang Mulia Sāriputta, Yang
Mulia Mahācunda, dan Yang Mulia Channa sedang berdiam di Gunung
Puncak Nasar, dan Yang Mulia Channa sedang sakit, menderita, sangatsakit. Kemudian, malam harinya, Yang Mulia Sāriputta [56] keluar dari
keheningan, mendekati Yang Mulia Mahācunda, dan berkata kepadanya:
“Ayo, Sahabat Cunda, mari kita mendatangi Yang Mulia Channa
menanyakan tentang penyakitnya.”
“Baik, Sahabat,” Yang Mulia Mahācunda menjawab.
Kemudian Yang Mulia Sariputta dan Yang Mulia Mahācunda mendatangi
Yang Mulia Channa dan saling bertukar sapa dengannya, setelah
itu mereka duduk di tempat yang tersedia. Yang Mulia Sāriputta
berkata kepada Yang Mulia Channa: “Aku harap engkau bertahan, Sahabat
Channa, Aku harap engkau menjadi lebih baik. Aku harap perasaan
sakitmu mereda dan bukan meningkat, dan bahwa meredanya,
bukan meningkatnya, terlihat.”
“Sahabat Sāriputta, aku tidak dapat bertahan, aku tidak menjadi
lebih baik.49 Perasaan sakit yang kuat meningkat, bukan mereda, dan
meningkatnya, bukan meredanya, terlihat. Bagaikan seorang kuat
yang membelah kepalaku dengan pedang tajam, demikian pula angin
kencang membelah kepalaku. Aku tidak dapat bertahan … Bagaikan
seorang kuat yang mengikatkan kuat-kuat tali kulit di kepalaku sebagai
ikat kepala, demikian pula terdapat kesakitan di kepalaku. Aku
tidak dapat bertahan … Bagaikan tukang jagal handal atau pembantunya
membelah perut seekor sapi dengan pisau daging yang tajam,
demikian pula angin kencang membelah perutku. Aku tidak dapat bertahan
… Bagaikan dua orang kuat yang memegang seorang lemah pada
kedua tangannya dan memanggangnya di atas celah arang panas, [57]
demikian pula terdapat kebakaran hebat di dalam tubuhku. Aku tidak
dapat bertahan, aku tidak menjadi lebih baik. Perasaan sakit yang kuat
meningkat, bukan mereda, dan meningkatnya, bukan meredanya, terlihat.
Aku akan menggunakan pisau,50 Sahabat Sāriputta, aku tidak
memiliki keinginan untuk hidup.”
“Mohon Yang Mulia Channa tidak menggunakan pisau. Mohon
Yang Mulia Channa tetap hidup. Kami ingin Yang Mulia Channa hidup.
Jika Yang Mulia Channa tidak memiliki makanan yang sesuai, aku akan
pergi mencarikan makanan yang sesuai untuknya; jika ia tidak memiliki
obat-obatan yang sesuai, aku akan pergi mencarikan obat-obatan
yang sesuai untuknya; jika ia tidak memiliki pelayan yang layak, aku
akan melayaninya. Mohon Yang Mulia Channa tidak menggunakan
pisau. Mohon Yang Mulia Channa tetap hidup. Kami ingin Yang Mulia
Channa hidup.”
“Sahabat Sāriputta, bukan karena aku tidak memiliki makanan
yang sesuai; aku memiliki makanan yang sesuai. Bukan karena aku
tidak memiliki obat-obatan yang sesuai; aku memiliki obat-obatan
yang sesuai. Bukan karena aku tidak memiliki pelayan yang layak; aku
memiliki pelayan yang layak. Terlebih lagi, Sahabat, sejak lama Sang
Guru telah dilayani olehku dengan cara yang baik, bukan dengan cara
yang tidak baik; karena adalah selayaknya seorang siswa melayani
Sang Guru dengan cara yang baik, bukan dengan cara yang tidak baik.
Ingatlah ini, Sahabat Sāriputta: Bhikkhu Channa akan menggunakan
pisau dengan tanpa noda.”51
“Kami akan bertanya kepada Yang Mulia Channa mengenai hal tertentu,
jika ia sudi menjawab pertanyaan kami.” [58]
“Tanyalah, Sahabat Sāriputta. Ketika mendengarnya aku akan
mengetahui.”
“Sahabat Channa, apakah engkau menganggap mata, kesadaranmata,
dan bentuk-bentuk yang dikenali oleh kesadaran-mata sebagai:
‘ini milikku, ini aku, ini diriku’? Apakah engkau menganggap telinga,
kesadaran-telinga, dan suara-suara yang dikenali oleh kesadarantelinga
sebagai…? Apakah engkau menganggap pikiran, kesadaranpikiran,
dan hal-hal yang dikenali oleh kesadaran-pikiran sebagai: ‘ini
milikku, ini aku, ini diriku’?
“Sahabat Sāriputta, aku menganggap mata, kesadaran-mata, bentuk-
bentuk yang dikenali oleh kesadaran-mata sebagai: ‘ini bukan milikku,
ini bukan aku, ini bukan diriku.’ Aku menganggap telinga, kesadaran-
telinga, dan suara-suara yang dikenali oleh kesadaran-telinga
sebagai … Aku menganggap pikiran, kesadaran-pikiran, dan hal-hal
yang dikenali oleh kesadaran-pikiran sebagai: ‘ini bukan milikku, ini
bukan aku, ini bukan diriku’?
“Sahabat Channa, apakah yang telah engkau lihat dan ketahui langsung
dalam mata, dalam kesadaran-mata, dan dalam bentuk-bentuk
yang dikenali oleh kesadaran-mata, yang engkau anggap sebagai: ‘ini
bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku’? Apakah yang telah
engkau lihat dan ketahui langsung dalam telinga … dalam pikiran,
dalam kesadaran-pikiran, dan dalam hal-hal yang dikenali oleh kes
adaran-pikiran, yang engkau anggap sebagai: ‘ini bukan milikku, ini
bukan aku, ini bukan diriku’?”
“Sahabat Sāriputta, karena aku telah melihat dan mengetahui langsung
lenyapnya di dalam mata, di dalam kesadaran-mata, dan di dalam
bentuk-bentuk yang dikenali oleh kesadaran-mata, maka aku menganggapnya
sebagai: ‘ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’
Karena aku telah melihat dan mengetahui langsung lenyapnya di
dalam telinga … [59] … di dalam pikiran, di dalam kesadaran-pikiran,
dan di dalam hal-hal yang dikenali oleh kesadaran-pikiran, maka aku
menganggapnya sebagai: ‘ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan
diriku.’”52
Ketika ini dikatakan, Yang Mulia Mahācunda berkata kepada Yang
Mulia Channa: “Oleh karena itu, Sahabat Channa, Ajaran Sang Bhagavā
ini harus terus-menerus diperhatikan: ‘Bagi seorang yang tergantung,
ada keraguan; bagi seorang yang tidak tergantung, tidak ada keraguan.
Ketika tidak ada keraguan, maka ada ketenangan; ketika ada
ketenangan, maka tidak ada kecenderungan; ketika tidak ada kecenderungan,
maka tidak ada datang dan pergi; ketika tidak ada datang dan
pergi, maka tidak ada meninggal dunia dan terlahir kembali; ketika
tidak ada meninggal dunia dan terlahir kembali, maka tidak ada di sini
juga tidak ada di sana juga tidak ada di antara keduanya. Inilah akhir
penderitaan.’”53
Kemudian, ketika Yang Mulia Sāriputta dan Yang Mulia Mahācunda
telah memberikan nasihat kepada Yang Mulia Channa, mereka bangkit
dari duduk dan pergi. Kemudian, tidak lama setelah mereka pergi,
Yang Mulia Channa menggunakan pisau.54
Kemudian Yang Mulia Sāriputta mendekati Sang Bhagavā, memberi
hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:
“Yang Mulia, Yang Mulia Channa telah menggunakan pisau. Ke
manakah alam tujuannya, di manakah ia dilahirkan kembali?”
“Sariputta, bukankah Bhikkhu Channa menyatakan ketanpanodaannya
di hadapanmu?”55
“Yang Mulia, ada desa di Vajji bernama Pubbavijjhana. Di sana
Yang Mulia Channa memiliki keluarga yang bersahabat, keluarga yang
akrab, keluarga yang ramah.”56 “Yang Mulia Channa memang memiliki
keluarga yang bersahabat, keluarga yang akrab, keluarga yang ramah
(1270) IV: Buku tentang Enam Landasan Indria (Saḷāyatanavagga)
ini; tetapi Aku tidak [60] mengatakan sehubungan dengan hal ini bahwa
seseorang menjadi tercela. Sāriputta, ketika seseorang melepaskan
tubuh ini dan mengambil tubuh lainnya, maka Aku katakan bahwa ia
tercela. Ini tidak terjadi dalam kasus Bhikkhu Channa. Bhikkhu Channa
menggunakan pisau dengan tanpa noda. Demikianlah, Sāriputta,
engkau harus mengingatnya.”57

 

anything